• Tidak ada hasil yang ditemukan

inovasi pembelajaran dan kurikulum. docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "inovasi pembelajaran dan kurikulum. docx"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Alma Syifa Maulidina (1501498) Prodi Pendidikan Akuntansi Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis

Universitas Pendidikan Indonesia

Inovasi Kurikulum dan Pembelajaran A. Pengertian Inovasi dan Kurikulum

1. Inovasi

Inovasi dapat diartikan sebagai sesuatu yang baru dalam situasi sosial tertentu yang digunakan untuk menjawab atau memecahkan suatu permasalahan. Berdasarkan pengertian tersebut inovasi kurikulum dan pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu ide, gagasan atau tindakan-tindakan tertentu dalam bidang kurikulum dan pembelajaran yang dianggap baru untuk memecahkan masalah pendidikan.

2. Kurikulum

Kurikulum diartikan sebagai pengalaman belajar. Menurut Zais (1976), definisi ini bertahan sangat lama dan merupakan definisi yang banyak diterima oleh banyak ahli saat ini. Artinya, pengalaman belajar peserta didik merupakan hasil kurikulum yang kita inginkan. Mewujudkan keinginan ini merupakan hal yang harus diupayakan oleh sekolah. Oleh karena kurikulum merancang sesuatu yang ideal, cara yang ditempuh untuk mewujudkannya memerlukan tenaga yang cakap, terampil, dan profesional.

B. Masalah Pendidikan Sebagai Sumber Inovasi 1. Masalah Relevansi Pendidikan

Yang dimaksud dengan relevansi adalah kesesuaian antar kenyataan atau pelaksanaan dengan tuntutan dan harapan. Dalam konteks pendidikan relevansi adalah kesesuaian antara pelaksanaan dan hasil pendidikan dengan kebutuhan masyarakat. Menurut (Hendyat dan Wasty, 1986) masalah relevansi ada tiga sisi, yaitu:

(2)

b. Relevansi pendidikan dengan tuntutan kehidupan siswa baik untuk masa sekarang maupun masa yang akan datang. Maksudnya, siswa yang ingin keluar dari daerah asalnya, hendaknya hidup dengan layak, baik masa sekarang maupun masa yang akan datang.

c. Relevansi pendidikan dengan tuntutan dunia kerja. Relevansi ini memiliki arti bahwa sekolah memilki tanggung jawab untuk mempersiapkan keterampilan siswa yang sesuai dengan dunia kerja.

Dari uraian diatas terlihat bahwa relevansi perlu mendapat perhatian sekolah. Perlu dicarikan sesuatu yang inovatif agar kurikulum membekali peserta didik dengan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang serasi dengan lingkungan alam dan sosial-budaya masing-masing murid, tanpa mengabaikan pengenalan lingkungan lain memalui kurikulum yang berlaku secara nasional.

2. Masalah Kualitas Pendidikan

Rendahnya kualitas pendidikan juga dianggap sebagai masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita. Rendahnya kualitas pendidikan dapat dilihat dari dua sisi, yaitu:

a. Dari sisi proses pendidikan, adanya anggapan bahwa selama ini proses pendidikan yang dibangun oleh guru dianggap cenderung terbatas pada penguasaan materi pelajaran atau bertumpu pada aspek pegembangan kognitif yang rendah yang tidak mampu mengembangkan kreativitas berpikir.

b. Dari segi hasil rendahnya kualitas pendidikan dilihat dari meratanya hasil Ujian Nasional.

3. Masalah Efektifitas Dan Efisiensi

Efektivitas berhubungan dengan tingkat keberhasilan pelaksanaan pembelajaran yang didesain oleh guru untuk mencapai tujuan. Dalam skala yang sempit adalah tujuan pembelajaran khusus, dalam skala yang luas adalah tujuan kurikuler, tujuan institusional, dan bahkan tujuan nasional.

(3)

4. Masalah Daya Tampung Yang Terbatas

Masalah pendidikan kita adalah masalah daya tampung Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) yang terbatas. Hal ini disebabkan karena keberhasilan SD yang mengkibatkan meledaknya lulusan SD yang menuntut pemeritah untuk menyediakan fasilitas agar dapat menampung lulusan SD melanjutkan ke SLTP.

Peraturan Pemerintah No.28 tahun 1990 menetapkan pendidikan dasar 9 tahun yang terdiri atas Sekolah Dasar enam tahun dan SLTP selama tiga tahun. Pendidikan dasar 9 tahun diharapkan memberikan bekal bagi lulusannya memiliki kemampuan dasar menjadi warga masyarakat untuk memasuki dunia kerja, atau mengikuti pendidikan menengah.

C. Difusi Dan Keputusan Inovasi

Difusi adalah proses komunikasi atau saling tukar informasi tentang suatu bentuk inovasi antar masyarakat sebagai penerima inovasi dengan menggunakan saluran tertentu dalam waktu yang tertentu pula. Ada dua bentuk sistem difusi yaitu difusi sentralisasi dan difusi desentralisasi.

1. Difusi Sentralisasi

Difusi sentralisasi adalah difusi yang bersifat memusat. Artinya segala bentuk keputusan tentang komunikasi inovasi ditentukan oleh orang-orang yang merumuskan bentuk inovasi. Misalnya, kapan inovasi itu disebarluaskan, bagaimana caranya, siapa yang terlibat untuk menyebarkan informasi inovasi, bagaimana mengontrol penyebaran itu, seluruhnya ditentukan oleh pembawa dan perumus perubahan secara spontan.

2. Difusi Desentralisasi

Sedangkan yang dimaksud difusi desentralisasi proses penyebaran informasi inovasi dilakukan oleh masyarakat itu sendiri. Dalam proses difusi desentralisasi keberhasilan difusi tudak ditentukan oleh orang-orang yang merumuskan inovasi akan tetapi sangat ditentukan oleh masyarakat itu sendiri sebagai penggagas dan pelaksana difusi.

Proses difusi diarahkan agar muncul pemahaman yang sama tentang inovasi. Proses perencanaan difusi dinamakan desiminasi . Desiminasi diartikan sebagai proses penyebaran inovasi yang direncanakan, diarahkan dan dikelola secara baik. Keberhasilan penyebaran inovasi tergantung beberapa faktor yaitu:

(4)

Biasanya semakin murah biaya yang dileluarkan untuk suatu inovasi, maka akan semakin mudah diterima oleh kelompok masyarakat sasaran, walaupun kualitas inovasi itu sendiri sangat ditentukan oleh mahalnya biaya yang dikeluarkan. Misalnya, mengapa PPSP (Proyek Perintis Sekolah Pembangunan) sebagai suatu bentuk inovasi penyelenggaraan sistem pendidikan tidak dilanjutkan? Hal ini mungkin bukan karena ketidakberhasilan sistem pendidikan itu, akan tetapi terlalu mahalnya pembiayaan yang harus dikeluarkan dibandingkan dengan persekolahan biasa.

b. Resiko yang muncul sebagai akibat pelaksanaan inovasi

Inovasi akan mudah diterima manakala memiliki efek samping yang sangat kecil. Suatu inovasi tidak akan mudah dan dapat diterima apabila memiliki resiko yang tinggi.

c. Kompleksitas

Inovasi akan mudah diterima oleh masyarakat sasaran manakala bersifat sederhana dan mudah dikomunikasikan. Semakin rumit bentuk inovasi itu, maka akan semakin sulit juga untuk diterima.

d. Kompablitas

Mudah atau sulitnya suatu inovasi diterima oleh masyarakat sasaran ditentukan juga oleh kesesuaianya dengan kebutuhan, tingkat pengetahuan, dan keyakinan masyarakat pemakai. Suatu bentuk inovasi akan sulit diterima manakala tidak sesuai dengan kebutuhan pemakai atau sulit dipahami karena tidak sesuai dengan tingkat pemgetahuan mereka.

e. Tingkat keandalan

Suatu bentuk inovasi akan mudah diterima manakala diketahui tingkat keandalannya. Untuk mengetahui tingkat keandalannya itu bentuk inovasi terlebih dahulu harus diujicobakan secara ilmiah sehingga dapat dipertanggungjawabkan. Tanpaa keandalan yang pasti, orang akan ragu untuk mengadopsinya.

f. Keterlibatan

Bentuk inovasi yang dalam proses penyusunannya melibatkan kelompok masyarakat sasaran, akan mudah diterima. Misalkan untuk pembaruan dalam sistem pembelajaran, proses penyusunan inovasi melibatkan PGRI sebagai organisasi guru atau melibatkan perwakilan guru-guru tertentu yang dianggap berpengalaman.

g. Kualitas penyuluh

(5)

faktor yang menentukan dalam proses sosialisasi adalah faktor kualitas penyuluh. Kualitas penyuluh ditentukan bukan hanya oleh kemampuan penyuluhnya saja, akan tetapi tingkat keahlian yang bersangkutan. Proses penyuluhan yang dilakukan oleh seseorang yang dianggap kurang berpengalaman, akan sulit meyakinkan masyarakat sasaran.

Faktor-faktor diatas, sangat mempengaruhi keberhasilan penyebaran dan penerimaan inovasi pendidikan. Oleh karena itu faktor-faktor tersebut dapat juga dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam perumusan berbagai bentuk inovasi pendidikan.

D. Hambatan-Hambatan Inovasi

Ada enam hambatan yang dapat menghambat suatu inovasi, yaitu: 1. Estimasi (perencanaan) yang tidak tepat

Kurang tepatnya estimasi disebabkan karena kurang adanya implementasi inovasi, kurang adanya hubungan antara tim dan pelaksana, kurang adanya kesamaan pendapat tentang tujuan yang ingin dicapai, tidak adanya koordinasi antara petugas yang terlibat, dan adanya tekanan dari pihak tertentu. Untuk mencegah adanya hambatan di atas, maka proses menyusun perencanaan inovasi perlu dilakukan dengan sungguh-sungguh dengan melibatkan koordinasi berbagai pihak yang dirasakan akan berpengaruh. Pengaturan wewenang dan tugas perlu direncanakan dengan matang sehingga setiap orang yang terlibat mengetahui tugas dan tanggung jawabnya masing-masing.

2. Konflik dan motivasi

Konflik biasa terjadi dalam proses pelaksanaan inovasi, misalnya ada pertentangan antara anggota tim, kurang adanya pengertian serta adanya pertentangan antara anggota tim inovasi. Pertentangan-pertentangan seperti itu bukan saja dapat menghambat akan tetapi mungkin dapat merusak proses inovasi itu sendiri. Di samping konflik, faktor yang dapat menghambat bisa juga ditambah oleh motivasi, misalnya motivasi yang lemah dari orang-orang yang terlibat yang justru memegang kunci, adanya pandangan yang sempit dari beberapa orang yang dianggap penting dalam proyek inovasi, bantuan-bantuan yang tidak sampai, adanya sikap yang tidak terbuka dari pemegang jabatan proyek inovasi dan lain sebagainya.

3. Inovasi tidak berkembang

(6)

yang rendah, faktor geografis, seperti tidak memahami kondisi alam., letak geografis yang terpencil dan sulit dijangkau oleh alat transformasi sehingga dapat menghambat pengiriman bahan-bahan financial, kurangnya sarana komuikasi, iklim dan cuaca yang tidak mendukung dan lain sebagainya.

4. Masalah finansial

Keberhasilan inovasi sangat ditentukan oleh dana yang memadai.Bantuan dana yang sangat minim sehingga dapat mengganggu dalam operasional inovasi.

5. Penolakan dari kelompok tertentu

Ketidakberhasilan inovasi dapat juga ditentukan oleh khususnya kelompok masyarakat yang menentukan seperti golongan elite, tokoh masyarakat dalam suatu sistem sosial, manakala terjadi penolakan dari kelompok tersebut terhadap suatu inovasi, maka proses inovasi akan mengalami ganjalan. Penolakan inovasi sering ditunjukan oleh kelompok sosial yang tradisional dan konservatif.

6. Kurang adanya hubungan sosial

Kurang adanya hubungan sosial yang baik antara berbagai pihak khususnya antar anggota tim, sehingga terjadi ketidakharmonisan dalam bekerja.

E. Hasil Inovasi Kurikulum

1. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

Dalam Standar Nasonal Pendidikan (SNP Pasal 1, ayat 15) dikemukakan bahwa Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan. Penyusunan KTSP dilakukan oleh satuan pendidikan dengan memperhatikan dan berdasarkan standar kompetensi serta kompetensi dasar yang dikembangkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). KTSP disusun dan dikembangkan berdasarkan Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 36 ayat 1 dan 2 sebagai berikut.

1. Pengembangan kurikulum dilakukan dengan mengacu pada standar nasional pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

2. Kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik.

(7)

Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) atau Kurikulum 2004, adalah kurikulum dalam dunia pendidikan di Indonesia yang mulai diterapkan sejak tahun 2004 walau sudah ada sekolah yang mulai menggunakan kurikulum ini sejak sebelum diterapkannya. Secara materi, sebenarnya kurikulum ini tak berbeda dari Kurikulum 1994, perbedaannya hanya pada cara para murid belajar di kelas.

Dalam kurikulum terdahulu, para murid dikondisikan dengan sistem caturwulan. Sedangkan dalam kurikulum baru ini, para siswa dikondisikan dalam sistem semester. Dahulu pun, para murid hanya belajar pada isi materi pelajaran belaka, yakni menerima materi dari guru saja. Dalam kurikulum 2004 ini, para murid dituntut aktif mengembangkan keterampilan untuk menerapkan IPTek tanpa meninggalkan kerja sama dan solidaritas, meski sesungguhnya antar siswa saling berkompetisi. Jadi di sini, guru hanya bertindak sebagai fasilitator, namun meski begitu pendidikan yang ada ialah pendidikan untuk semua.

3. Kurikulum Berbasis Masyarakat

Kurikulum berbasis masyarakat yang bahan dan objek kajiannya kebijakan dan ketetapan yang dilakukan di daerah, disesuaikan dengan kondisi lingkungan alam, sosial, ekonomi, budaya dan disesuaikan dengan kebutuhan pembangunan daerah yang perlu dipelajari oleh siswa di daerah tersebut. Bagi siswa berguna untuk memberikan kemungkinan dan kebiasaan untuk akrab dengan lingkungan dimana mereka tinggal.

4. Kurikulum Berbasis Keterpaduan

(8)

DAFTAR PUSTAKA

http://www.babson.edu/Academics/teaching-research/curriculum-innovation/Pages/home.aspx [online].

Mohd.Ansyar & H. Nurtain, Pengembangan dan Inovasi Kurikulum, 1991.

Referensi

Dokumen terkait

Tahap pelaksanaan dalam penelitian ini yaitu: (1) Melakukan pre-test di kelas kontrol dan eksperimen di kelas V Sekolah Dasar Negeri 36 Pontianak Selatan untuk

Jenis penelitian merupakan penelitian pengembangan (Research and Development) yang termodifikasi dari Gall, Borg and Gall (2003) melalui tahapan-tahapan: penelitian dan

Tingkat pemenuhan ketersediaan dokumen rencana lima tahunan dan tahunan, pelaporan kinerja dan pelaporan keuangan SKPD. 1 kgt (monitoring, evaluasi dan

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis, maka pemanfaatan teknologi informasi dalam proses kemas ulang informasi di Perpustakaan Utsman bin Affan Universitas

Pembangunan Rumah Sakit Daerah Kota Malang Tahun 2011 memiliki tujuan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat agar dapat memberikan pelayanan kesehatan secara paripurna sehingga dapat

Pada penelitian ini telah dikembangkan website atau weblog www.p4mri.net beserta 18 weblog P4MRI dari 18 Universitas yang akan digunakan untuk membantu siswa, guru,

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai pengaruh Pendapatan Asli daerah (PAD) terhadap kinerja keuangan pada pemerintah kota Makassar Provinsi Sulawesi