• Tidak ada hasil yang ditemukan

PRAKTIK SOSIAL BERBASIS ANAK Studi Kasus

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PRAKTIK SOSIAL BERBASIS ANAK Studi Kasus"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

PRAKTIK SOSIAL BERBASIS ANAK

(Studi Kasus pada PelaksanaanChild Sponsorship Program(CSP) Yayasan Harapan Ummat di Sanggar Flamboyan Muharto Kota Malang)

Child-Based Social Practices (Case Study of Child Sponsorship Program (CSP) Implementation at Flamboyan Muharto Studio, Malang).

JURNAL

Oleh:

Denissa Kumala Kandy 0811213035

JURUSAN SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

(2)

PRAKTIK SOSIAL BERBASIS ANAK

(Studi Kasus pada PelaksanaanChild Sponsorship Program(CSP) Yayasan Harapan Ummat di Sanggar Flamboyan Muharto Kota Malang)

Denissa Kumala Kandy

Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Brawijaya

ABSTRAK

Masalah kemiskinan dan kurangnya perhatian terhadap ketersediaan sarana pendidikan mendorong Yayasan Harapan Ummat untuk membantu pemerintah dengan cara mendirikan Sanggar Flamboyan untuk anak dan ibunda Jalan Muharto Kota Malang agar mengerti arti pentingnya pendidikan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan praktik pemberdayaan berbasis anak melaluiChild Sponsorship Program(CSP) yang dilakukan oleh Sanggar Flamboyan Muharto.

Penelitian praktik pemberdayaan Sanggar Flamboyan ini diilhami oleh pandangan Pierre Bourdieu. Pandangan Bourdieu merintis kerangka investigatif dan terminologi seperti modal ekonomi, modal budaya, modal sosial, modal simbolik, serta konsephabitusdan ranah (field) untuk mengungkapkan dinamika relasi kuasa dalam kehidupan sosial yang sesuai pada kenyataan praktik Yayasan Harapan Ummat. Bourdieu menekankan pada praktik dalam lingkungannya yang dirumuskan dalam bentuk (Habitus x Modal) + Ranah = Praktik. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif dan pendekatan studi kasus. Pengumpulan data dilakukan melalui pengamatan (observasi), wawancara (interview) dan dokumentasi.

Penelitian ini menyimpulkan bahwa dalam melakukan praktik pemberdayaan, dengan modal ekonomi, modal budaya, modal sosial dan modal simbolik yang dimiliki Yayasan Harapan Ummat berusaha membantu merubah habitus pendidikan di ranah masyarakat Muharto. Praktik dihasilkan oleh rumus Bourdieu yaitu (Habitus x Modal) + Ranah = Praktik. Yayasan Harapan Ummat melalui Child Sponsorship Program (CSP) berusaha membantu pemerintah dan masyarakat bidikan Jalan Muharto untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia atas kesadaran masyarakat Muharto dalam rangka pendidikan untuk anak-anaknya. Kegiatan Child Sponsorship Program (CSP) yaitu Taman Kanak-Kanak (TK) gratis, bimbingan belajar gratis danlife skill untuk anak-anaknya, serta kelas keaksaraan latin, kelas membaca Al-Quran, pelatihan keterampilan, bina gizi keluarga, kajian parenting dan dana bergulir untuk ibundanya. Chlid Sponsorship Program (CSP) dalam tingkatan progresnya dirasa cukup meningkat lebih baik karena sudah mencetak banyak anak dan ibunda yang sudah mengerti arti pentingnya pendidikan dan menciptakanhabitusbaru yaitu bersekolah.

(3)

ABSTRACT

The problem of child poverty and little attention given to education drove Yayasan Harapan Ummat to establish Flamboyan Studio for children and mothers at Jalan Muharto, Malang, in order to make them understand the importance of education. This research aims to explain the child-based empowerment practices through Child Sponsorship Program (CSP) by Flamboyan Muharto Studio.

This research was inspired by Pierre Bourdieu. Bourdieu's view initiated investigative framework and terminology, such as economic capital, cultural capital, social capital, symbolic capital, as well as habitus and field concept to reveal the dynamic relations of power in social life, that corresponds to Yayasan Harapan Ummat practices. Bourdieu emphaized practice in environment that is formulated as follows: (Habitus x Capital) + Field = Practice. This research was done using qualitative method and case study approach. The data was gathered through observation, interview, and documentation.

This research concludes that in doing empowerment practices with economic, cultural, social, and symbolic capitals they have, Yayasan Harapan Ummat tried to help change the educational habitus in Muharto society. Practice was done according to Bourdieu formula, which is (Habitus x Capital) + Field = Practice. Through "Child Sponsorship Program (CSP)," Yayasan Harapan Ummat tried to help the government and Muharto society to increase their quality of human resources as well as their awareness in child education. Child Sponsorship Program (CSP) activities, such as Elementary School full-tuition, free educational guidance and life skills to develop its students, latin and Qur'an class, skill development, nutrition class for families, parenting class, and funding for mothers. Child Sponsorship Program (CSP) seems to have progressed by making children and mothers understand the importance of education and creating new habitus, which is schooling.

(4)

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Anak-anak Indonesia banyak yang tidak tuntas melakukan pendidikannya, bahkan ada juga yang tidak pernah sama sekali merasakan bangku sekolah1. Anak-anak yang putus sekolah tersebut cenderung berasal dari keluarga yang rendah dalam status ekonominya. Merasa terbelit oleh masalah keuangan, maka para orangtua seringkali menghentikan pendidikan anak-anaknya dengan tujuan agar anak tersebut dapat membantu para orangtua untuk mencari uang. Tingginya angka pengangguran tidak hanya berakibat menimbulkan masalah-masalah di bidang ekonomi semata, melainkan juga menimbulkan berbagai masalah di bidang sosial seperti kemiskinan dan kerawanan sosial2. Semakin meningkatnya angka pengangguran dan semakin sempitnya lapangan pekerjaan yang tersedia, membuat anak-anak terpaksa ikut bekerja membantu orangtua mereka dengan tidak layak.

Kemiskinan terjadi hampir di seluruh kota di Indonesia. Setiap kota pasti memiliki anak jalanan, pengamen dan pengemis yang mengisi dihampir setiap sudut kota. Kejadian semacam itu karena masalah tidak adanya akses pendidikan yang layak, sehingga seolah-olah pendidikan untuk anak dipersulit dan tidak disediakan dengan baik oleh pemerintah3. Anak jalanan, pengamen dan pengemis

1

Robert Manurung. 2013.12 Juta Anak Indonesia Putus Sekolah. Online. Available at: http://austinsfoundation.wordpress.com/2013/02/24 /12-juta-anak-indonesia-putus-sekolah/ pada tanggal 12 Maret 2013 pukul 12.00 WIB

2

Anonymous. 2011.Buku Kependudukan. Malang: Badan Pusat Statistika. Dalam Company Profile Yayasan Harapan Ummat. 2012.

3

Anonymous. 2013. Anak Jalanan, Anak Bangsa.

Online. Available at:

http://austinsfoundation.wordpress.com/2013/02/24 /35/ diakses pada tanggal 12 Maret pukul 12.30 WIB.

merupakan suatu pemandangan yang tak asing bagi masyarakat luas di kota-kota besar, termasuk Kota Malang.

Kota Malang terdapat beberapa lembaga swadaya masyarakat yang menangani masalah-masalah kompleks yang membelit masyarakat, khususnya masyarakat marginal. Dari sekian banyak Lembaga Swadaya Masyarakat yang ada di Kota Malang, Lembaga Pendayagunaan dan Pemberdayaan Zakat, Infaq-Shodaqoh dan Waqaf (LPP-ZISWAF) Harapan Ummat atau yang biasa disebut Yayasan Harapan Ummat adalah salah satu yayasan yang peduli dengan kemiskinan masyarakat dan perkembangan anak jalanan potensi yang ada di Kota Malang khususnya di daerah Lowokwaru, Muharto dan Gadang. Disebut anak jalanan potensi yaitu anak-anak yang belum benar-benar menjadi anak jalanan tetapi lingkungan dan keadaan mereka pada saat ini akan memungkinkan mereka menjadi anak jalanan di masa mendatang karena tidak adanya bantuan dari sekarang4.

Yasasan Harapan Ummat berusaha merubah habitus masyarakat marginal bahwa pendidikan itu dianggap tidak penting menjadi penting dengan berbagai modal yang dimiliki oleh Yayasan Harapan Ummat. Yayasan Harapan Ummat senantiasa memberikan pendidikan pada anak-anak marginal yang ada di Kota Malang agar tidak sampai mengalami keadaan yang serupa dan agar dapat mencapai hak-hak anak yang seharusnya mereka dapatkan. Seorang anak merupakan seseorang yang berusia dibawah 18 tahun5.

Kota Malang sepertiga penduduknya adalah anak-anak dan hingga saat ini terhitung lebih dari 700 anak jalanan

4

Company Profile Yayasan Harapan Ummat dengan perubahan penulis

5

(5)

tinggal di Kota Malang dan dari jumlah tersebut diperkirakan akan terus bertambah6. Yayasan Harapan Ummat berusaha untuk mencegah dan memberdayakan agar anak-anak tersebut tidak menjadi anak jalanan dengan menggunakan berbagai macam program yang dijalankan oleh Yayasan Harapan Ummat. Salah satu program yang dijalankan oleh Yayasan Harapan Ummat saat ini adalahChild Sponsorship Program (CSP). Child Sponsorship Program (CSP)

tersebut tidak hanya menyentuh anak-anaknya saja, akan tetapi juga menyentuh keluarga dan komunitas yang ada di lingkungan tempat tinggal anak dengan harapan anak-anak tersebut bisa mendapatkan perlindungan dari segala bentuk kekerasan yang dilakukan oleh orang-orang dewasa yang ada di sekitar mereka.

Yayasan Harapan Ummat dalam melaksanakan tugasnya, mempunyai modal yang sesuai dengan pemikiran Bourdieu. Di dalam pemikirannya, Bourdieu merintis kerangka investigatif dan terminologi seperti modal ekonomi, modal budaya, modal sosial, modal simbolik, serta konsep habitus, ranah (field) atau lokasi dan kekerasan simbolik untuk mengungkapkan dinamika relasi kuasa dalam kehidupan sosial yang sesuai pada kenyataan praktik Yayasan Harapan Ummat. Bourdieu menekankan pada praktik dalam lingkungannya yang dirumuskan dalam bentuk (Habitus x Modal) + Ranah = Praktik.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana praktik sosial berbasis anak melalui Child Sponsorship Program

(CSP) yang dilakukan oleh Yayasan

6

Anonymous. 2008. Jaringan Kemanusiaan Jawa Timur. Online. Available at: http://jarkemjatim.blogspot.com. diakses pada tanggal 09 Maret 2012 pukul 08.00 WIB.

Harapan Ummat di Sanggar Flamboyan Muharto Kota Malang?

1.3 Tujuan Penelitian

Menganalisis dan mendeskripsikan praktik sosial berbasis anak melalui Child Sponsorship Program (CSP) yang dilakukan Yayasan Harapan Ummat di Sanggar Flamboyan Muharto Kota Malang.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih pemikiran dalam pengembangan ilmu pengetahuan khususnya terhadap persoalan anak marginal dan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi Yayasan Harapan Ummat dalam melaksanakan Child Sponsorship Program (CSP) yang terfokus pada anak dan bunda pada Sanggar Flamboyan Muharto Kota Malang.

2. KAJIAN PUSTAKA 2.1 Masyarakat Marjinal

Secara faktual, yang dimaksud dengan masyarakat marginal sebetulnya hampir sama dengan masyarakat miskin. Akan tetapi, lebih dari sekedar fenomena ekonomi dalam arti rendahnya penghasilan atau tidak dimilikinya mata pencaharian yang cukup mapan untuk tempat bergantung hidup. Esensi dari masyarakat marginal adalah menyangkut kemungkinan atau probabilitas orang atau keluarga miskin itu untuk melangsungkan dan mengembangkan usaha serta taraf kehidupannya7.

Di kota besar, golongan masyarakat yang mengalami proses marginalisasi umumnya adalah kaum migran. Seperti

7

(6)

pedagang kaki lima, penghuni pemukiman kumuh dan pedagang asongan yang umumnya tidak terpelajar dan tidak terlatih. Golongan masyarakat marginal ini meliputi juga para pengusaha tanpa modal dan tanpa fasilitas dari pemerintah yang sekarang dapat dinamakan dengan golongan ekonomi yang sangat lemah8.

Ciri utama yang menandai masyarakat marginal biasanya mobilitas sosial vertikal yang terjadi sangat lamban. Mereka yang miskin akan tetap hidup dengan kemiskinannya, sedangkan yang kaya akan tetap menikmati kekayaannya. Faktor penyebab tersebut terletak pada kungkungan struktural sosial yang menyebabkan mereka kekurangan hasrat untuk meningkatkan taraf hidup mereka. Struktur sosial yang berlaku telah melahirkan berbagai corak rintangan yang menghalangi mereka untuk maju. Kelemahan ekonomi tidak memungkinkan mereka untuk memperoleh pendidikan yang berarti agar bisa melepaskan diri dari kemiskinan dan keterpinggiran.

2.2 Pemberdayaan Anak Marginal

Konsep anak didefinisikan dan dipahami berbeda sesuai dengan sudut pandang dan kepentingan yang beragam. Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, anak adalah seorang yang belum berusia di atas 18 (delapan belas) tahun dan termasuk anak yang masih dalam kandungan. Sedangkan, menurut Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak, anak adalah seseorang yang berusia di bawah 21 (dua puluh satu) tahun dan belum menikah.

Pendekatan yang diambil dalam proses pemberdayaan adalah pendekatan yang

8

Soetandyo Wignyosoebroto. 2005. Dakwah Pemberdayaan Masyarakat-Paradigma Aksi Metodologi. Yogyakarta: Pustaka Pesantren. Hlm 167

lebih bersifat top-down seperti pada umumnya kegiatan pendampingan yang banyak dilakukan. Ciri top-down paling tidak mewujud dalam perumusan kegiatan yang disusun sendiri oleh pendamping dengan pertimbangan-pertimbangan yang dipandang penting dan bermanfaat bagi kelompok sasaran dari sisi pandang pendamping.

Secara umum tujuan dibentuknya rumah singgah adalah membantu anak marginal mengatasi masalah-masalahnya dan menemukan alternatif untuk pemenuhan kebutuhan hidupnya. Sedang secara khusus tujuan rumah singgah adalah9:

a. Membentuk kembali sikap dan prilaku anak yang sesuai dengan nilai-nilai dan norma yang berlaku di masyarakat. b. Mengupayakan anak-anak kembali ke

rumah jika memungkinkan atau ke panti dan lembaga pengganti lainnya jika diperlukan.

c. Memberikan berbagai alternatif pelayanan untuk pemenuhan kebutuhan anak dan menyiapkan masa depannya sehingga menjadi masyarakat yang produktif.

Dalam memberdayakan anak

marginal, rumah singgah merupakan alternatif pemberdayaan yang efektif karena dengan adanya rumah singgah bagi anak marginal, mereka akan terpenuhi hak-haknya sebagai anak. Selain itu, mereka juga diberi pembinaan oleh para pendamping di rumah singgah baik dari segi kesehatan, pendidikan, agama dan keterampilan yang berguna bagi kelangsungan hidupnya di kemudian hari.

9

DR. Armai Arif, MA. 2004. Upaya

(7)

2.3 Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)

Menurut Mansour Fakih, Non-Government Organizations (NGOs) dianggap sebagai satu bentuk organisasi gerakan sosial yang secara umum dikenal dengan istilah Lembaga Pembangunan Swadaya Masyarakat (LPSM) atau Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Istilah LSM yang dimaksud di sini menunjuk pada pelbagai organisasi yang bukan bagian dari organisasi pemerintah (Ornop) serta didirikan bukan hasil dari persetujuan antar pemerintah10.

Menurut instruksi Mendagri Nomor 8 Tahun 1990, pengertian LSM adalah organisasi atau lembaga yang dibentuk masyarakat Warga Negara Republik Indonesia secara sukarela atau kehendak sendiri dan berminat serta bergerak di bidang kegiatan-kegiatan yang ditetapkan oleh organisasi atau lembaga sebagai wujud partisipasi masyarakat dalam upaya meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat yang menitikberatkan kepada pengabdian masyarakat.

Jadi, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) merupakan lembaga non pemerintahan yang menaungi masalah-masalah dalam bidang sosial, politik, kesehatan maupun pendidikan yang pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat yang menitikberatkan kepada pengabdian secara swadaya.

2.4 The Logic of Practice (Habitus x Modal) + Ranah = Praktik

Pandangan Pierre Bourdieu mengenai teori praktik pada dasarnya merupakan suatu produk dari relasi antara habitus sebagai produk sejarah dan ranah yang

10

Mansour Fakih. 1996. Masyarakat Sipil untuk Transformasi Sosial. Jakarta: Pustaka Pelajar. Hlm 6

juga merupakan produk sejarah11. Di saat yang bersamaan, habitus dan ranah merupakan produk utama dari daya-daya yang ada di masyarakat. Dalam suatu ranah ada pertaruhan, kekuatan-kekuatan serta seseorang yang memiliki banyak modal dan seseorang yang tidak memiliki modal. Modal merupakan sebuah konsentrasi kekuatan dan suatu kekuatan spesifik yang beroperasi di dalam ranah. Setiap ranah menuntut individu untuk memiliki modal-modal khusus agar dapat mempertahankan hidupnya secara lebih baik. Atas dasar itu, Bourdieu membuat rumus tentang praktik sosial dalam: (H x M) + R = Praktik. H adalah Habitus, M adalah Modal dan R adalah Ranah. Habitus merefleksikan peran struktur yang bersifat objektif. Modal merefleksikan peran agen yang bersifat subjektif. Sedangkan ranah merefleksikan ruang dan waktu di mana perkalian antara habitus dan modal dijalankan.

Menurut Bourdieu ada empat modal yang sangat berperan menentukan kekuasaan sosial dan ketidaksetaraan sosial yaitu modal ekonomi, modal sosial, modal simbolik dan modal budaya12. Dari masalah yang diteliti oleh penulis terdapat kaitan antara keempat modal tersebut antara Yayasan Harapan Ummat dengan anak-anak marginal yang sampai saat ini masih sulit mendapatkan hak pendidikannya di Kota Malang. Pertama, modal ekonomi yang menunjukkan status dan sumber ekonomi seseorang. Kedua, modal sosial yang berupa hubungan-hubungan sosial yang memungkinkan seseorang bermobilisasi demi kepentingannya. Ketiga, modal simbolik yang berasal dari kehormatan dan prestise

11

Richard Harker et al., 2009.(Habitus x Modal) + Ranah = Praktik: Pengantar Paling Komprehensif kepada Pemikiran Pierre Bourdieu. (Diterjemahkan: Pipit Maizer). Yogyakarta: Jalasutra. Hlm xx

12

(8)

seseorang. Keempat yaitu modal budaya meliputi keseluruhan kualifikasi intelektual yang bisa diproduksi melalui pendidikan normal maupun warisan keluarga13.

Hubungan habitus, ranah dan modal bertaut secara langsung dan bertujuan menerangkan praktik sosial. Karakteristik modal dihubungkan dengan skemahabitus

sebagai pedoman tindakan dan klasifikasi dan ranah selaku tempat beroperasinya modal. Sedangkan ranah senantiasa dikitari oleh relasi kekuasaan obyektif berdasarkan pada jenis-jenis modal yang digabungkan denganhabitus.

2.5 Habitus dan Field (Ranah)

Dalam melaksanakan praktiknya, Yayasan Harapan Ummat berupaya merubah habitus masyarakat marginal Komunitas Muharto Kota Malang dalam ranah pendidikan. Sebelum Yayasan Harapan Ummat menaungi Komunitas Muharto, masyarakat Muharto masih menganggap bahwa suatu pendidikan yang tentunya penting bagi kelangsungan dan kesejahteraan hidup manusia dianggap tidak penting bagi masyarakat naungan Yayasan Harapan Ummat tersebut.

Menurut Bourdieu, habitus dapat dirumuskan sebagai sebuah sistem disposisi-disposisi (skema-skema persepsi, pikiran dan tindakan yang diperoleh dan bertahan lama). Bourdieu menegaskan bahwa habitus bukanlah penciptaan asli dari individu, juga bukan individu yang bebas dari kondisi-kondisi struktur sosialnya. Melainkan, habitus adalah produk dari kondisi-kondisi struktural sosial dari individu dan oleh karena itu

habitus menstrukturkan praktik-praktik sosialnya melalui suatu cara yang mereproduksi kondisi-kondisi obyektif

13

Fashir Fauzi.Ibid. Hlm 99

agen dari keberadaan sosialnya14. Dapat dikatakan bahwa habitus tersusun dari kebiasaan dan semesta keadaan lingkungan sosial yang dihadapi, begitu pula sebaliknya.

Ranah (field) dapat diartikan sebagai lingkungan atau arena (champ) yang melekat pada lingkup tertentu. Ranah lebih bersifat relasional daripada struktural karena di dalamnya berisi jaringan antar-posisi obyektif. Bourdieu menjelaskan bahwa ranah adalah ruang sosial yang terstruktur (tertata), ranah kekuasaan, kekuasaan ranah. Ranah tersebut berisi orang yang mendominasi dan orang yang didominasi. Hubungan ketidaksetaraan yang permanen dan konstan beroperasi dalam ruang ini. Pada saat yang sama menjadi berbagai macam aktor yang berjuang mentransformasikan dan melestarikan ranah ini. Semua individu di dunia ini membawa menuju kompetisi seluruh kekuasaan (relatif) bagi pembagian pasar mereka. Kekuasaan ini menentukan posisinya dalam ranah dan sebagian hasilnya adalah strategi mereka15.

Bourdieu memandang bahwa

berdasarkan pengertian habitus dan ranah, pemahaman terhadap interaksi struktur objektif dan struktur subjektif serta mekanisme kerja pada diri manusia dan kehidupan sosial tersebut membuat Bourdieu mengajukan penjelasan tentang

doxa16. Doxa adalah sejenis tatanan sosial dalam diri individu yang stabil dan terikat pada tradisi serta terdapat kekuasaan yang sepenuhnya ternaturalisasi dan tidak dipertanyakan. Dalam praktik konkritnya,

doxa tampil melalui pengetahuan-pengetahuan yang begitu saja diterima sesuai dengan habitus dan ranah individu

14

Fashir Fauzi. 2007. Penyingkapan Kuasa Simbolik. Yogyakarta: Juxtapose. Hlm viii

15

Fauzi Fashri.Ibid. Hlm101-102 16

(9)

tanpa dipikir atau ditmbang terlebih dahulu. Doxa bisa berupa kebiasaan-kebiasaan sederhana seperti cara duduk, cara makan, sampai cara lain yang lebih luas yaitu kepercayaan atau idiologi17.

3. METODE PENELITIAN

3.1 Metode dan Pendekatan Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya prilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain18.

Strategi kualitatif yang akan digunakan adalah pendekatan studi kasus (case study). Menurut Yin, pendekatan penelitian studi kasus adalah pengamatan yang mendalam terhadap suatu fenomena mengapa seseorang, kelompok, lembaga dan/atau masyarakat bertindak dengan suatu cara tertentu dan bagaimana dia bertindak di masa mendatang19.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan intrinsic case study karena peneliti ingin mengetahui secara intrinsik fenomena, keteraturan, dan kekhususan dari fenomena yang terjadi pada Sanggar Flamboyan Muharto Yayasan Harapan Ummat Malang tentang bagaimana praktik sosial pemberdayaan berbasis anak melalui

Child Sponsorship Program (CSP) dan konstruksi elemen modal Yayasan Harapan

Ummat dalam merubah habitus

masyarakat marginal dalam hal pendidikan.

17

Fauzi Fashri.Op cit. Hlm 126 18

Lexy J. Moleong. 2006. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosdakarya. Hlm 6

19

Robert K. Yin. 2011. Case Study Research: Design and Methods. California: Sage Publications. Hlm 5

3.2 Fokus Penelitian

Penetapan fokus penelitian dalam pendekatan kualitatif memiliki dua tujuan utama yaitu: penetapan fokus penelitian dapat membatasi studi dan penetapan fokus berfungsi untuk memenuhi kriteria inklusif/eksklusif suatu informasi yang baru diperoleh di lapangan.

Untuk melacak masalah sekaligus membatasi studi dalam penelitian ini, maka fokus penelitiannya adalah menganalisa praktik pemberdayaan berbasis anak pada Yayasan Harapan Ummat untuk merubah

habitus masyarakat marginal dalam ranah pendidikan melalui Child Sponsorship Program (CSP) di Sanggar Flamboyan

Muharto Kota Malang dengan

menggunakan analisis Bourdieu tentang praktik sosial Yayasan Harapan Ummat.

3.3 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini bertempat disalah satu komunitas dampingan Yayasan Harapan Ummat yaitu di Sanggar Flamboyan Muharto, Jalan Muharto Gang VB, Kota Malang. Dipilihnya lokasi ini sebagai lokasi penelitian tentunya didasari oleh: pertama, Yayasan Harapan Ummat melalui Child Sponsorship Program (CSP)

memiliki manfaat yang berlipat untuk komunitas khususnya anak-anak dalam rangka mencapai dan memenuhi kebutuhan

pendidikannya dengan tujuan

(10)

Program (CSP) yang dilakukan oleh Yayasan Harapan Ummat di Sanggar Flamboyan Muharto Kota Malang, serta bagaimana konstruksi elemen modal Yayasan Harapan Ummat dalam merubah

habitus masyarakat miskin dalam hal pendidikan.

3.3 Teknik Penentuan Informan

Penentuan informan dalam penelitian ini dilakukan dengan cara purposive, yaitu informan yang diambil lebih selektif atau sesuai dengan kriteria yang dianggap paling mengetahui mengenai situasi sosial yang akan diteliti dan selaras dengan tujuan penelitian. Ada tiga kriteria dalam menentukan informan dengan metode

purposive, yaitu: Pertama, seorang peneliti menggunakannya untuk memilih kasus unik yang sangat informatif. Kedua, seorang peneliti dapat menggunakan

purposiveuntuk memilih anggota populasi yang sulit dijangkau. Ketiga, situasi lain untuk purposive terjadi ketika seorang peneliti ingin mengidentifikasi jenis tertentu dari kasus untuk investigasi mendalam20.

Informan kunci dalam penelitian ini adalah Bapak Sugianto selaku Kasi Trantib Kelurahan Kotalama. Informan utama yaitu Bapak Rully (Ketua Pengurus Harapan Ummat), Bu Abyz (Fasilitator Harapan Ummat), Bu Yuyun (Sekretaris Harapan Ummat) dan Mbak Ririn (Pendamping Sanggar Flamboyan Muharto). Informan tambahan yaitu Bapak Fauzan (Lurah Kelurahan Kotalama), Bu Soleha (orangtua dampingan), Bu Suprapti (orangtua dampingan), Bu Ifa Rosida (orangtua dampingan), Anjas (anak dampingan) dan Nurika (anak dampingan).

20

W. Laurence Newman. 2007. Basic of Social Research: Qualitative and Quantitative Approaches, Second Edition. Boston: Pearson Education. Hlm 143-144

3.4 Jenis dan Sumber Data

Teknik pengambilan data yang dilakukan pada penelitian ini diperoleh dari dua sumber, yaitu:

a. Data Primer

Data primer merupakan data yang langsung dikumpulkan oleh peneliti dari sumber pertama atau utamanya. Dalam penelitian ini, data primer didapatkan dari observasi dan wawancara langsung dengan pendamping dan anak dampingan Yayasan Harapan Ummat Kota Malang.

b. Data Sekunder

Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari pihak lain, bukan secara langsung yang diusahakan sendiri. Sumber data sekunder ini diambil dari dokumen-dokumen, catatan-catatan, laporan serta arsip yang berhubungan dengan fokus penelitian dan tentunya mempunyai relevansi dengan masalah yang diteliti.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Adapun pengumpulan data yang dimaksud adalah sebagai berikut:

a. Wawancara

Wawancara yang dilaksanakan dengan pertanyaan-pertanyaan yang secara umum tidak terstruktur (unstructured) dan bersifat terbuka (opended) yang dirancang untuk memunculkan pandangan dan opini dari para partisipan.

b. Dokumentasi

(11)

dokumen privat (seperti: buku harian,

diary, surat,e-mail). c. Observasi

Dalam kegiatan observasi ini, peneliti menggunakan jenis observasi kualitatif. Observasi kualitatif menurut

Creswell merupakan observasi yang di dalamnya peneliti langsung turun ke lapangan untuk mengamati perilaku-perilaku dan aktivitas individu-individu di lokasi penelitian.

3.6 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dalam penelitian studi kasus adalah penjodohan pola, pembuatan eksplanasi, dan analisis deret waktu. Dalam penelitian ini digunakan teknis analisis data dengan penjodohan pola21. Penjodohan pola dilakukan karena penelitian ini menggunakan studi kasus eksplorasi dari penelitian mengenai praktik sosial pemberdayaan berbasis anak dan konstruksi elemen modal Yayasan Harapan Ummat untuk merubahhabitusmasyarakat marginal melalui pendidikan tentang pelaksanaan Child Sponsorship Program

(CSP) di Sanggar Flamboyan Muharto Kota Malang.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Praktik Sosial Berbasis Anak melalui Child Sponsorship Program (CSP) Yayasan Harapan Ummat

Praktik sosial adalah produk yang secara sederhana bekerjanya sebuah

habitus, modal dan dalam suatu ranah tertentu. Berkaitan dengan penelitian ini yaitu Praktik Pemberdayaan Berbasis Anak di Sanggar Flamboyan Muharto Kota Malang berpedoman pada teori Bourdieu di dalam fenomena tersebut.

Fenomena kemiskinan tersebut tampak jelas pada kehidupan yang harus dihadapi

21

Robert K. Yin. 2006. Case Study Research: Design and Methods. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Hlm 140

oleh anak-anak dan keluarga yang khususnya bertempat tinggal di daerah komunitas naungan Yayasan Harapan Ummat. Tidak hanya pada sektor pendidikan semata, bahkan untuk pemenuhan kebutuhan dasar, mata pencaharian, kualitas air dan lingkungan tempat tinggal, akses keuangan hingga aktualisasi diri dirasa sulit didapatkan guna menikmati penghidupan yang wajar dan layak.

Persoalan dan situasi yang dihadapi kaum marginal di Kota Malang yang khususnya di daerah naungan Yayasan Harapan Ummat tersebut ternyata cukup kompleks. Kesulitan ekonomi yang dihadapi telah berjalan seiring dengan

habitus orangtua bahwa sangat minim pengetahuan dan kesadaran orangtua akan pentingnya ketuntasan tumbuh kembang anak pada usia dini. Dari adanya permasalahan habitus masyarakat yang belum mengerti arti pentingnya pendidikan tersebut, Yayasan Harapan Ummat melalui segala macam modal yang dipunyai melakukan praktiknya dengan merangkul anak dan orangtua khususnya ibundanya untuk ikut serta bersama-sama berusaha untuk dapat merubah orientasi pentingnya pendidikan melalui segala program yang dijalankan Yayasan Harapan Ummat salah satunya yaitu Chlid Sponsorship Program

(CSP).

Child Sponsorship Program (CSP)

merupakan salah satu program yang dijalankan oleh Yayasan Harapan Ummat dalam upaya memberdayakan masyarakat marginal yang bertujuan memberikan kesempatan pada anak-anak untuk berpendidikan dan keluarganya yang dinilai tidak memiliki modal sama sekali yang menempati hierarki terendah seperti buruh, petani, pengemis dan lainnya22

22

(12)

supaya bisa mendapatkan standar hidup yang layak. Yayasan Harapan Ummat melaluiChild Sponsorship Program (CSP)

berusaha untuk memberikan perubahan pada sebuah komunitas untuk dapat mejalankan kehidupannya dengan layak dan dapat mengakses pendidikan dengan mudah.

Di Sanggar Flamboyan Muharto, juga diberikan program dana bergulir untuk meningkatkan perekonomian mereka. Masyarakat diberikan modal untuk usaha dan kemudian dikembangkan oleh mereka hingga saat ini terdapat seseorang yang sudah tidak membutuhkan pinjaman dari dana bergulir tersebut untuk menjalankan usahannya. Mereka sudah dapat mengatur perekonomian dan siklus perputaran uang usahanya dengan baik. Sebelum mencairkan dana bergulir, komunitas ini diberikan berbagai macam pelatihan untuk menguatkan skill mereka dan memastikan jika dana yang akan diberikan dapat digunakan dengan baik sesuai tujuan utamannya.

Berbagai macam pelatihan yang diberikan pada komunitas ini adalah pelatihan menejemen ekonomi rumah tangga, pelatihan wirausaha, pelatihan dinamika kelompok, pelatihan manajemen, analisa usaha mikro dan beberapa pelatihan lain yang ditujukan untuk memperkuat dana yang akan digulirkan benar-benar akan berjalan dengan baik.

Dalam praktik kerjanya, seorang pendamping diwajibkan untuk melakukan

home visit di setiap anak didiknya dengan cara setiap satu bulan sekali datang ke rumah anak didiknya secara bergantian. Adanya home visit tersebut dirasa sangat

perlu untuk dapat memantau

perkembangan anak dan keluarganya. Tidak hanya itu saja,home visitmerupakan salah satu alat supaya Yayasan Harapan Ummat dapat diterima dan menjadi bagian dalam komunitas tersebut.

4.2 (Habitus x Modal) + Ranah = Praktik Yayasan Harapan Ummat di Sanggar Flamboyan Muharto

Banyaknya anak-anak marginal kurang beruntung yang tidak dapat mengakses pendidikan dengan mudah menimbulkan kepedulian Yayasan Harapan Ummat untuk dapat memberikan pendidikan alternatif kepada komunitas marginal yang ada di Kota Malang khususnya komunitas yang berada di bawah naungan Yayasan Harapan Ummat yaitu Komunitas Lowokwaru, Komunitas Muharto dan Komunitas Gadang.

Yayasan Harapan Ummat lebih menekankan pendidikan yang berbasis komunitas untuk dapat lebih dekat dengan komunitas yang dinaungi. Selain itu, pendidikan yang berbasis komunitas juga ditujukan agar semua yang berhubungan dengan sang anak juga dapat dijangkau oleh Yayasan Harapan Ummat. Selain kepada anak, Yayasan Harapan Ummat juga merangkul keluarga anak untuk mendapatkan pemahaman tentang pemberian pendidikan untuk anaknya. Yayasan Harapan Ummat mempunyai pandangan bahwa pendidikan yang didapatkan oleh seorang anak tidak bersumber dari satu pihak saja yaitu guru, akan tetapi pendidikan yang didapatkan oleh seorang anak juga didapatkan dari lingkungan keluarga dan lingkungan sekitarnya.

Dalam praktiknya menurut Bourdieu,

selain terdapat habitus masyarakat Muharto yang belum menyadari arti pentingnya diranahpendidikan, ada empat

(13)

4.2.1 Habitus dan Field (Ranah)

Anak dan orangtua dampingan Yayasan Harapan Ummat dapat dikatakan memilikihabitusyang sama, karena berada di lingkungan sosial yang sama. Menurut Bourdieu, dalam hal ini habitus berperan sebagai struktur-struktur yang dibentuk (structured structure) dan struktur-struktur yang membentuk (structuring structure)23. Yayasan Harapan Ummat dengan Child Sponsorship Program (CSP) berusaha membantu merubah pandangan masyarakat Muharto tentang arti pentingnya suatu pendidikan yang awalnya dianggap tidak penting oleh sebagian masyarakat Muharto menjadi sangat penting untuk mereka. Sehingga diharapkan dapat lebih meningkatkan status sosial dan keadaan sosial untuk diri dan keluarganya.

Sanggar Flamboyan Yayasan Harapan Ummat berusaha memberikan bujukan-bujukan kepada para orangtua dan anak bidikan agar mau mengikuti segala program kegiatan yang dijalankan Sanggar Flamboyan. Untuk ibundanya, bujukan tersebut berupa pengajian bersama, berdemo masak makanan sehat untuk keluarganya dan kegiatan kajian parenting. Serta untuk sang anak, dibujuk dengan cara bermain bersama, bermain game pintar dan mengerjakan Pekerjaan Rumah (PR) sekolah bersama-sama di sanggar. Dari bujukan awal tersebut, masyarakat bidikan dampingan Sanggar Flamboyan lama-kelamaan mau untuk mengikuti semua kegiatan sanggar melalui Child Sponsorship Program (CSP) Yayasan Harapan Ummat memberikan pelajaran kepada anak dan ibundanya tentang pendidikan agama, akademis dan life skill

yang secara tidak langsung adalah usaha untuk membantu merubah habitus

masyarakat dampingan Sanggar

23

Fashri Fauzi. 2007.Penyingkapan Kuasa Simbol. Yogyakarta: Juxtapose. Hlm 90

Flamboyan Muharto akan pentingnya bersekolah.

Hal yang menarik, masyarakat Muharto yang sebagian besar penduduknya beretnis Madura tersebut membuat keadaan masyarakat dan lingkungan Muharto dikenal keras dan terbelakang oleh sebagian besar masyarakat Kota Malang. Modal yang dimiliki oleh anak dan orangtua dampingan Sanggar Flamboyan Muharto yang sebagian besar beretnis Madura cenderung pada modal budaya yang mereka miliki berupa pengetahuan agama yang kuat untuk kehidupannya. Sehingga dapat dikatakan bahwa masyarakat dampingan Sanggar Flamboyan Muharto mempunyai habitus

yang merupakan perpaduan hasil dari modal budaya yang dibawa dari Madura ke Pulau Jawa. Logika Bourdieu menyatakan bahwa habitus, produk sejarah, menghasilkan praktik individu atau kolektif dan sejarah. Sejalan dengan skema yang digambarkan oleh sejarah. Peneliti juga melihat modal sosial yang dimiliki oleh masyarakat Muharto Yayasan Harapan Ummat terlihat pada relasi-relasi sosial yang sama dengan kelas sosialnya yaitu masyarakat kelas menengah ke bawah saat mengikuti segala program kegiatan Yayasan Harapan Ummat dan acara kegiatan RW setempat seperti pengajian, yasinan, tahlilan, dan lain-lain.

Pada penelitian ini, ranah yang dimaksud adalah lingkungan Muharto. Masyarakat Muharto yang mempunyai

(14)

mementingkan pendidikan umum melainkan lebih mementingkan bekerja mencari uang dan mengenyam pendidikan agama atau religiusnya.

Pada penelitian ini, masyarakat Muharto dikatakan memiliki suatu habitus

yang sama karena berada di lingkungan sosial yang sama. Melalui Child Sponsorship Program (CSP), Yayasan Harapan Ummat yang merangkul anak serta ibundanya berupaya membantu masyarakat Muharto untuk lebih mengerti arti pentingnya pendidikan yang dapat menghasilkan sebuah habitus baru yang saat ini sudah mulai tertanam di lingkungan sosial masyarakat Muharto bahwa anak-anak mereka harus bersekolah.

4.2.2 Modal

Menurut Bourdieu, modal

digolongkan ke dalam empat jenis yaitu modal ekonomi, modal sosial, modal budaya dan modal simbolik24. Modal ekonomi yang diberikan Yayasan Harapan Ummat untuk masyarakat Muharto berupa pemberian pendidikan gratis untuk anak dan ibundanya. Pendidikan gratis untuk anak yaitu Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Taman Kanak-Kanak (TK) dan Sanggar Bimbingan Belajar Flamboyan. Sedangkan untuk ibundanya berupa pendidikan pelatihan keterampilan, kajian

parenting, keaksaraan latin, membaca Al-Quran (mengaji), dana bergulir dan bina gizi keluarga berupa pelatihan masakan makanan sehat.

Modal sosial yang dimiliki Yayasan Harapan Ummat yaitu dengan mitra kerjasama instansi atau perusahaan diantaranya, kerjasama dengan Departemen Pendidikan Nasional, Koalisi Perempuan Indonesia (KPI) Jawa Timur, Paguyuban Mitra Usaha Rakyat, Bank

24

Fashri Fauzi. 2007.Penyingkapan Kuasa Simbol. Yogyakarta: Juxtapose. Hlm 98

Mu amalat Indonesia, Klinik Higina, Mc. Donald, RSKIA Ummi Khasanan Bantul DIY, Wijaya Photo Copy, Bubur Abah Odil, Malang Pos, Radar Malang, Mitra FM, Kencana FM, dan Radio Citra Malang. Selain modal sosial dengan mitra kerjasama instansi atau perusahaan tersebut, tentunya Yayasan Harapan Ummat juga memiliki modal sosial dengan lapisan masyarakat Muharto dan lapisan Pemerintah Kota Malang.

Melalui hubungan-hubungan sosial yang dimiliki Yayasan Harapan Ummat dengan beberapa instansi dan lapisan masyarakat yang dapat memberikan bantuan berupa jasa dan materi kepada Yayasan Harapan Ummat tersebut tentunya dapat membantu kelancaran jalannya Child Sponsorship Program

(CSP) yang memberikan pendidikan gratis untuk para anak dan ibunda sanggar naungan Yayasan Harapan Ummat.

Selanjutnya, pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki oleh Ibu Abyz dan Bapak Rully yang bertahun-tahun bekerja dibeberapa Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) merupakan modal budaya yang dimiliki oleh Yayasan Harapan Ummat untuk menjalankan kegitan dan programnya dalam upaya mengembangkan dan memberdayakan masyarakat. Modal budaya yang dimiliki oleh Yayasan Harapan Ummat tersebut digunakan untuk merubah habitus

masyarakat marginal yang menganggap suatu pendidikan itu tidak penting menjadi sangat penting karena adanya praktik pemberdayaan, motivasi-motivasi dan dorongan yang diberikan Yayasan Harapan Ummat. Modal budaya meliputi kualifikasi intelektual yang bisa diproduksi melalui pendidikan formal maupun warisan keluarga25.

25

(15)

Ibu Abyz yang memiliki modal simbolik tersebut menjadikan semua lapisan pengurus dan dampingan Yayasan Harapan Ummat merasa takut dan segan kepadanya. Modal inilah yang membuat proses belajar mengajar di Sanggar Flamboyan Muharto berjalan dengan baik karena ada sosok yang ditakuti dan disegani oleh semua lapisan yang ada di bawah naungan Yayasan Harapan Ummat. Ketika modal simbolik berhasil dikuasai oleh Ibu Abyz dalam suatu ranah simbolik (Yayasan Harapan Ummat), maka secara otomatis Ibu Abyz memiliki otoritas mutlak untuk menentukan jalannya segala program kegiatan Yayasan Harapan Ummat.

Melalui modal, individu dan masyarakat dapat dimediasi secara teoritik26. Di satu sisi, masyarakat dibentuk oleh perbedaan distribusi dan penguasaan modal. Di sisi lain, para individu juga berjuang memperbesar modal mereka. Hasil dari pembagian dan akumulasi modal inilah yang nantinya menentukan posisi dan status mereka di dalam masyarakat.

4.3 Proposisi Penelitian

Proposisi adalah sebuah pernyataan atau statement yang dapat diakui atau diingkari27. Dapat dikatakan bahwa, proposisi bersifat mengakui atau meneguhkan hubungan antar gagasan dan juga dapat mengingkari atau menolak hubungan antar gagasan tersebut.

Proposisi awal dalam penelitian ini adalah praktik sosial Yayasan Harapan Ummat melalui Child Sponsorship Program (CSP) yang memberikan pengertian dan pendidikan untuk masyarakat Muharto akan pentingnya

26

Fashir Fauzi. 2007.Penyingkapan Kuasa Simbol. Yogyakarta: Juxtapose. Hlm 98

27

E. Sumaryono. 1999. Dasar-dasar Logika. Yogyakarta: Kanisius. Hlm 56

pendidikan karena kurang sadarnya masyarakat marginal di Sanggar Flamboyan Muharto Kota Malang yang menganggap suatu pendidikan tidak penting.

Dalam kaitannya dengan teori praktik Bourdieu, penelitian yang dilakukan oleh peneliti ini bersifat mendukung teori sekaligus berupaya menyempurnakan konstruksi teori Bourdieu. Temuan di lapang yang mendukung teori Bourdieu adalah bahwa mulai muncul kesadaran atas pendidikan masyarakat yang terbentuk melalui doxa Ibu Abyz yang memiliki modal simbolik sehingga memiliki dominasi mutlak di Yayasan Harapan Ummat. Melalui empat modal yang dimiliki oleh Yayasan Harapan Ummat yaitu modal ekonomi, modal sosial, modal budaya dan modal simbolik tersebut akhirnya melahirkan suatu praktik yang hadir melalui kekerasan simbolik.

Berdasarkan proposisi awal, maka menghasilkan proposisi akhir berupa praktik sosial yang dilakukan Yayasan

Harapan Ummat melalui Child

Sponsorship Program (CSP) menghasilkan kesadaran masyarakat Muharto untuk bersekolah dan menyekolahkan anak-anaknya .

5. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

1. Yayasan Harapan Ummat melakukan praktik merubah habitus masyarakat dampingan Sanggar Muharto melalui

Child Sponsorship Program (CSP.)

Yayasan Harapan Ummat berupaya meningkatkan kualitas pengasuhan dan akses pendidikan kecakapan hidup untuk anak yatim atau dhu afa yang berbasis anak dan keluarga. Melalui pendampingan dan pelatihan yang berkesinambungan dan memberikan bekal kecakapan hidup dan life skill

(16)

potensi-potensi anak, serta memberikan mereka

tantangan dan kesempatan

berkompetensi dan berekspresi, disertai perhatian dan kasih sayang yang penuh ketulusan bukan sekedar usapan dikepala.

2. Yayasan Harapan Ummat juga mengorganisir ibu-ibu komunitas Sanggar Muharto untuk bergabung pula dalam komunitas belajar yang diberi nama Kajian Bunda. Dimulai dari belajar tentang tumbuh kembang, kajian ke-Islaman hingga ketrampilan ekonomi produktif.

3. dibahas dalam penelitian ini. Dalam praktik pemberdayaan yang dijalankan, Yayasan Harapan Ummat memiliki modal dalam usahanya merubah pemahaman arti pentingnya pendidikan melalui Child Sponsorship Program (CSP) kepada masyarakat marginal yang dinaunginya untuk merubah

habitusmasyarakat Muharto tentang arti pentingnya pendidikan.

4. Yayasan Harapan Ummat melaluiChlid Sponsorship Program (CSP) tersebut dalam tingkatan progresnya dirasa cukup meningkat lebih baik karena di Sanggar Muharto dari tahun ke tahun sudah mencetak banyak anak dan ibunda yang sudah mengerti arti pentingnya pendidikan dan menciptakan kesadaran masyarakat Muharto akan

pentingnya bersekolah dan

menyekolahkan anak-anaknya.

5.2 Saran

1. Yayasan Harapan Ummat seharusnya mempunyai staf khusus yang bertugas pada jabatannya masing-masing karena selama ini penulis menilai para staf Yayasan Harapan Ummat mempunyai tugas ganda. Misalnya pada staf administrasi dan staf keuangan yang seharusnya fokus pada tugas utamanya

juga harus bertugas mengajar di sanggar bimbingan belajar.

(17)

DAFTAR PUSTAKA

Anonymous. 2013. Anak Jalanan, Anak Bangsa. Online. Available at: http://austinsfoundation.wordpress.co m/2013/02/24/35/ diakses pada tanggal 12 Maret pukul 12.30 WIB.

. 2011. Buku Kependudukan. Malang: Badan Pusat Statistika. Dalam Company Profile Yayasan Harapan Ummat. 2012.

. 2012. Company Profile. Malang: Yayasan Harapan Ummat Company Profile Yayasan Harapan Ummat dengan perubahan penulis

. 2008.Jaringan Kemanusiaan Jawa Timur. Online. Available at: http://jarkemjatim.blogspot.com. diakses pada tanggal 09 Maret 2012 pukul 08.00 WIB.

. 2013. Pengertian Marjinal dalam Pendidikan. Online. Available at:

http://www.referensimakalah.com/201 3/01/pengertian-marjinal-dalam-pendidikan.html diakses pada tanggal 17 April 2013 pukul 17.00 WIB

. 2004. Ringkasan dan Konvensi PBB tentang Hak-Hak Anak. Kanada, Ottawa: Komite UNICEF.

Arif, Armai. 2004. Upaya Pemberdayaan Anak Jalanan. Online. Available at: http://anjal.blogdrive.com/archive/11.h tml diakses pada tanggal 28 November 2012 pukul 14.00 WIB.

Fashri, Fauzi. 2007. Penyingkapan Kuasa Simbol. Yogyakarta: Juxtapose.

Harker, Richard; Mahar, Cheelen dan Wilkes, Chris. 2009. (Habitus x Modal) + Ranah = Praktik: Pengantar Paling Komprehensif kepada Pemikiran Pierre Bourdieu. (Diterjemahkan: Pipit Maizer). Yogyakarta: Jalasutra.

Mansour, Fakih. 1996. Masyarakat Sipil untuk Transformasi Sosial. Jakarta: Pustaka Pelajar.

Manurung, Robert. 2013. 12 Juta Anak Indonesia Putus Sekolah. Online.

Available at:

http://austinsfoundation.wordpress.co m/2013/02/24/12-juta-anak-indonesia-putus-sekolah/ pada tanggal 12 Maret 2013 pukul 12.00 WIB.

Moleong, Lexy J. 2006. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Newman, W. Laurence. 2007. Basic of Social Research: Qualitative and Quantitative Approaches, Second Edition. Boston: Pearson Education.

Sumaryono, E. 1999. Dasar-dasar Logika. Yogyakarta: Kanisius.

Wignyosoebroto, Soetandyo. 2005.

Dakwah Pemberdayaan Masyarakat-Paradigma Aksi Metodologi.

Yogyakarta: Pustaka Pesantren.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil analisa regresi untuk pergerakan pegawai yaitu variabel Y (jumlah perjalanan seminggu) dengan X3 (biaya yang digunakan untuk menuju tempat tujuan) dan X5 (jarak yang

2) Karya ilmiah dosen UIN Jakarta yang dipublikasikan di jurnal terindeks Scopus sebagian besar ditulis oleh pengarang/ penulis ganda (antara 2-6 penulis) yang berjumlah 371

This study aims to identify species of birds as well as calculate species diversity, evenness type, and bird species dominance based on vertical strata of vegetation in

Setelah nasabah menerima dana pembiayaan dari pihak bank dan telah melakukan pembelian atas suatu barang untuk keperluan modal kerja, maka nasabah mempunyai kewajiban untuk

a. Adanya pengaruh mind map terhadap kemampuan kognitif siswa SMP N 1 Banguntapan Bantul dalam pembelajaran sains meaningfully. Adanya pengaruh mind map terhadap

Perkembangan Diri Anju dan Sudha dalam Kebudayaan India dan Amerika Untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan tempat ia tinggal, ada dua hal yang tidak dapat dipisahkan dari

Pasien baru rawat inap yang masuk melalui IGD (Instalasi Gawat Darurat) diukur berat badan dan tinggi badannya atau bila tidak bisa ditimbang dilakukan pengukuran LLA ( Lingkar

VERIFIKASI DATA D3 - CALON DYS TAHUN 2016 GELOMBANG I PT Pengusul (PTU): KOPERTIS WILAYAH