• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH BELAJAR dan PEMBELAJARAN TEORI B (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MAKALAH BELAJAR dan PEMBELAJARAN TEORI B (1)"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH BELAJAR dan PEMBELAJARAN

TEORI BELAJAR KONSTRUKTIVISTIK

TIM PENYUSUN:

1. NINA DWI MARDIANI 201710070311083 2. MUHAMMAD NASRUDDIN LUTFI 201710070311093

3. FAJRIMA RIZKI AWALIYAH R. 201710070311103

4. UMMY KALSUM 201710070311112

PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

MALANG, 21 MARET 2018

(2)

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, dengan ini kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang kami beri judul "Teori Belajar Kognitivistik".

Adapun makalah belajar dan pembelajar tentang " Teori Belajar Kognitivistik " ini telah kami usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan dari banyak pihak, sehingga dapat memperlancar proses pembuatan makalah ini. Oleh sebab itu, kami juga ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam pembuatan makalah belajar dan pembelajaran ini.

Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari makalah belajar dan pembelajaran tentang " Teori Belajar Kognitivistik " ini dapat diambil manfaatnya sehingga dapat memberikan inpirasi terhadap pembaca. Selain itu, kritik dan saran dari Anda kami tunggu untuk perbaikan makalah ini nantinya.

Malang, 21 Maret 2018

(3)

DAFTAR ISI

Daftar isi

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan Penulisan Makalah BAB II PEMBAHASAN

A. Teori belajar konstruktivistik

B. Konstruktivistik psiklogi/kognitif piaget C. Teori konstruktivistik sosial Vigotsky D. Pandangan-pandangan tokoh lain BAB III PENUTUP

(4)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Constructivistic atau constructivism berasal dari kata kerja Inggris “to construct”. Kata ini merupakan serapan dari bahasa latin “con struere” yang berarti menyusun atau membuat struktur. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta, konsep atau kaidah yang siap untuk diambil dan diangkat tetapi manusia harus mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata.

Konsep inti konstruktivistik adalah proses penstrukturan atau pengorganisasian. Secara istilah, konstruktivistik merupakan suatu aliran filsafat ilmu, psikologi dan teori belajar mengajar yang menekankan bahwa pengetahuan kita adalah konstruksi (bentukan) kita sendiri (Sukiman, 2008). Konstruktivistik sebenarnya bertitik tolak dari pandangan kognitivistik, dimana pengetahuan dibina secara aktif oleh individu yang berfikir. Teori belajar konstruktivistik merupakan teori belajar yang menekankan pada pengalaman belajar, tidak semata pengalaman kognitif.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1.Apa itu teori belajar konstruktivistik?

2.Bagaimana konstriktivistik psikologi/kognitif piaget? 3.Bagaimana teori konstruktivistik social meurut Vigotsky?

4.Bagaimana teori konstruktivistik menurut pandangan-pandangan tokoh lain? 1.3 TUJUAN PENULISAN MAKALAH

1. Menjelaskan teori belajar konstruktivistik

2. Menjelaskan konstriktivistik psikologi/kognitif piaget? 3. Menjelaskan teori konstruktivistik social meurut Vigotsky?

(5)

BAB II fakta, konsep atau kaidah yang siap untuk diambil dan diangkat tetapi manusia harus mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata.

Konsep inti konstruktivistik adalah proses penstrukturan atau pengorganisasian. Secara istilah, konstruktivistik merupakan suatu aliran filsafat ilmu, psikologi dan teori belajar mengajar yang menekankan bahwa pengetahuan kita adalah konstruksi (bentukan) kita sendiri (Sukiman, 2008). Konstruktivistik sebenarnya bertitik tolak dari pandangan kognitivistik, dimana pengetahuan dibina secara aktif oleh individu yang berfikir. Teori belajar konstruktivistik merupakan teori belajar yang menekankan pada pengalaman belajar, tidak semata pengalaman kognitif.

1. Pandangan tentang Belajar

Konsep belajar menurut teori belajar konstruktivistik, yaitu pengetahuan baru dikonstruksi sendiri oleh siswa secara aktif berdasarkan pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya. Pendekatan konstruktivistik dalam proses pembelajaran didasari oleh kenyataan bahwa tiap individu memiliki kemampuan untuk mengonstruksi kembali pengalaman atau pengetahuan yang telah dimilikinya.

Tekanan utama konstruktivistik adalah lebih memberikan tempat kepada siswa dalam proses pembelajaran dari para guru. Teori ini berpandangan bahwa siswa yang berinteraksi dengan berbagai obyek dan peristiwa sehingga mereka memperoleh dan memahami pola-pola penanganan terhadap obyek dan peristiwa tersebut.

Berkenaan dengan proses pembelajaran, aliran konstruktivistik memberikan keleluasaan kepada siswa untuk aktif membangun kebermaknaan sesuai dengan pemahaman yang telah dimiliki, mmerlukan serangkaian kesadaran akan makna bahwa pengetahuan tidak bersifat stabil atau obyektif.

2. Ciri dan Prinsip Belajar menurut Konstuktivistik

Menurut Suparno (2012) proses belajar menurut konstruktivistik antara lain bercirikan sebagai berikut :

a. Belajar berarti membentuk makna. Makna diciptakan oleh siswa dari apa yang mereka lihat, dengar, rasakan, dan alami.

b. Konstruksi arti itu adalah proses yang terus menerus.

c. Belajar bukanlah kegiatan mengumpulkan fakta, melainkan lebih suatu pengembangan pemikiran dengan membuat pengertian yang baru.

(6)

e. Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman pelajar dengan dunia fisik dan lingkungannya

f. Hasil belajar seseorang tergantung pada apa yang telah diketahui pelajar. Siswa harus punya pengalaman dengan membuat hipotesis, menguji hipotesis, memanipulasi objek, memecahkan persoalan, mencari jawaban, menggambarkan, meniliti, berdialog, mengadakan refleksi, mengungkapkan pertanyaan, mengekspresikan gagasan, dan lain-lain untuk membentuk konstruksi yang baru. Aunurrahman (2009) memberikan penekanan tentang 3 hal mendasar berkaitan dengan pemahaman terhadap gagasan konstruktivistik, yaitu :

a. Pengetahuan bukanlah merupakan gambaran dunia kenyataan belaka, tetapi selalu meupakan konstruksi kenyataan melalui kegiatan subjek.

b. Subjek membentuk kognitif, kategori, konsep, dan struktur yang perlu untuk pengetahuan.

c. Pengetahuan dibentuk dalam struktur konsepsi seseorang yang membentuk pengetahuan, dan konsepsi itu berlaku bila berhadapan dengan pengalaman-pengalaman seseorang.

Dapat disimpulkan bahwa guru hanya bertindak sebagai motivator dan fasilitator, sedangkan siswa beperan aktif dalam pembelajaran dan dapat mengkonstruksi pengetahuan yang didapat dari pembelajaran sebelumnya. B. Konstruktif Psikologi/Kognitif Piaget

Salah satu teori ini adalah teori perkembangan mental Piaget yang disebut juga teori perkembangan intelektual.teori ini berkenaan dengan kesiapan anak untuk belajar, yang dikemas dalam tahap perkebangan intelektual dari lahir hinga

3. Gerak melalui tahap-tahap yang dilalui oleh keseimbangan (equilibration), proses perkembangan yang menguraikan tentang interaksi antara pengalaman dan stuktur kognitif yang timbul.

Prespektif Intelegasi Piaget:

 Struktur (scheme, schemata/schemas)

Merupakan metal framework yang dibangun seseorang dengan mengambil informasi dari lingkungan dan mengiterpretasi, mereorgaisasi, serta menginformasikan.

(7)

terinterlisasi, 2.bersifat revesibel, 3. Selalu tetap, 4. Operasi selau berhubungan dengan struktur.

 Isi (content)

Pola perilaku anak yang khas, tercemin pada respon yang diberikan terhadap berbagai masalah atau situasi yang dihadapinya.

 Fungsi (fungtion)

Merupakan struktur kognitifyang dibangun. Seua oranisme hidup yang berinterksi denga lingkungan mepunyai fungsi melalui proses organisasi/adaptasi. Adaptasi tejadi dalam 3 cara:

a. Memanipulasi dunia luar menjai sama dengan dirinya.

b. Seseorang memodifikasi dirinya sehingga menjadi lebih menyukai lingkungannya.

c. Keseinbangan antara asimilasi dan akomodasisehinggah seseorang dapat menyatukan peamata luar denga struktur didalamnya(equilibrasi)

Konflik kognitif erjadi saat ineteraksi anara konsepsi awal yang telah dimiliki siswa dengan fenimena baru yang dapat diintergrasikan begitu saja, sehinggah diperlukan perubahan struktur kognitif untuk mencapai keseimbangan.

Terjadinya proses modifikasi tersebut telah diuraikan dalam skema dibawah ini

Konsep Proses Belajar Piaget

(8)

 Asimilasi adalah proses penyatuhan asimilasi baru kestruktur kognitif yang sudah ada dibenak siswa.

 Akomodasi adalah proses penyesuaian strutur kognitf dalam situasi baru.  Ekulibrasi adalah proses penyesuaian berkesinambungan antara asimilasi

dan akomodatif.

Implikasi teori perkembangan kognitif Piaget dalam pembelajaran adalah:

 Bahasa dan cara berfikir anak berbeda degan orang dewasa, sehingga guru mengajar dengan menggunakan bahasa yang sesuai degan cara berfikir anak.

 Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan yang baik. Guru harus membantu anak agar dapat berinteraksi dengan lingkunan sebaik-baiknya.

 Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing.

 Berikan peluang agar anak belajar sesuai tahap perkembangan.

 Anak hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara dan diskusi dengan teman-temanya didalam kelas.

C. Teory konstruktivistik sosial Vigotsky

Aliran ini lebih bersifat social artinya lebih menekankan kepada hubungan atau interaksi social dengan orang lain yang memiliki pengetahuan lebih baik. Teori ini disebut pendekatan Co-Konstruktivisme, artinya perkembangan kognitif seseorang di samping ditentukan oleh individu sendiri secara aktif, juga ditentukan oleh lingkungan social yang aktif pula.

1. Pandangan-pandangan vigostsky tentang belajar

Menurut Budiningsih (2012) terdapat 3 konsep penting dalam teori Vigotsky: a. Hukum genetic tentang perkembangan (genetic law of development)

kemampuan seseorang akan tumbuh dan berkembang melalui dua tataran,  pertama interpsikologis/ intermental (lingkungan sosial) artinya lingkungan

social merupakan factor primer dalam pembentukan pengetahuan dan perkembangan kognitif seseorang.

 Kedua intrapsikologis/ intramental artinya derivasi atau keturunan yang tumbuh atau terbentuk melalui penguasaan dan internalisasi terhadap proses-proses social tersebut.

b. Zona perkembangan proksimal (zone of proximal development) Vigotsky membaginya ke dua tingkatan:

 pertama tingkat perkembangan actual yang tampak dari kemampuan seseorang dalam menyelesaikan tugas-tugas atau memecahkan berbagai masalah secara mandiri (intramental).

(9)

Zona perkembangan proksimal merupakan jarak antara tingakat perkembangan actual dan tingkat perkembangan potensial artinya fungsi-fungsi atau kemampuan-kemampuan belum matang yang masih berada dalam proses pematangan, siswa akan dihadapkan pada sejumlah tugas yang memiliki tingkat kesulitan tertentu dan menantang anak untuk mengkontruksi pengetahuan.

c. Mediasi

Artinya semua perbuatan dimediasikan dengan alat-alat psikologis seperti bahasa, tanda dan lambing, atau semiotika.

Mediasi dibagi menjadi dua jenis, yaitu:

 mediasi metakognitif adalah penggunaan media semiotic untuk melakukan self-regulation(self-planing, self-monitoring,self-checking, self-evaluating)

 mediasi kognitif adalah penggunaan alat-alat kognitif untuk meemcahkan masalah yang berkaitan dengan pengetahuan tertentu (subject-domain problem)

vigotsky menekankan pentingnya hubungan antara individu dan lingkungan social merupakan factor terpenting yang dapat memicu perkembangan kognitif seseorang.

2. Prinsip pembelajaran vigotsky

a. Pembelajaran social (social learning)

Artinya pembelajaran melalui interaksi bersama orang dewasa atau teman yang lebih cakap

b. ZPD (zone of proximal development)

Proses belajar dimana siswa tidak bias mengerjakan masalah sendiri sehingga mendapat bantuan dari orang dewasa atau temannya, dengan tujuan supaya anak mampu mengerjakan tugas/soal yang lebih tinggi tingkat kerumitannya daripada tingkat perkembangan kognitif anak.

c. Masa magang kognitif (cognitive apprenticeship)

Suatu proses dimana anak sedikit demi sedikit mendapat kecakapan intelektual melalui interaksi dengan orang yang lebih ahli, orang dewasa, dan teman yang lebih pandai.

d. Pembelajaran termediasi (mediated learning)

Proses pembelajaran dimana siswa diberi masalah kompleks, sulit, dan realistic, dan kemudian diberi bantuan secukupnya dalam memecahkan masalah sehingga anak dapat mengerjakan soal sendiri.

(10)

secukupnya dalam memecahkan masalah sehingga anak dapat mengerjakan soal sendiri. Kedua kooperatif artinya proses belajar memungkinkan siswa dapat berinteraksi dengan yang lain, bertukar pengalaman dan membantu mengecek pemahaman yang telah dimiliki sebelumnya.

D. Pandangan-Pandangan Tokoh Lain 1. Von Glasersfeld

Menurut Von Glasersfeld, pengetahuan bukanlah suatu barang yang dapat dipindahkan dari pikiran seseorang yang memiliki pengetahuan (guru) ke pikiran orang yang belum memiliki pengetahuan (siswa), bahkan apabila guru bermaksud menstranfer konsep, ide, atau Pengertiannya kepada siswa, pemindahan tersebut harus diinterpretasikan dan dikonstruksikan oleh siswa sendiri dengan pengalaman mereka.

Von Claserfeld juga menyebutkan beberapa kemampuan yang diperlukan untuk proses pembentukan pengetahuan, yaitu:

a. Kemampuan mengingat dan mengemukakan kembali pengalaman.

b. Kemampuan membandingkan dan mengambil keputusan akan kesamaan dan perbedaan.

c. Kemampuan untuk lebih menyukai suatu pengalaman yang satu dari pada yang lain.

Von Glasersfeld membedakan tiga level konstruktivisme dalam kaitan hubungan pengetahuan dan kenyataan, yaitu:

a. Konstmktivisme Radikal, yaitu konstruktivisme yang mengesampingkan hubungan antara pengetahuan dan kenyataan sebagai kriteria kebenaran. Menurut kaum radikal pengetahuan adalah suatu pengaturan atau organisasi dari suatu obyek yang dibentuk oleh seseorang dan kita hanya tahu apa yang djkonstruksi oleh pikiran kita.

b. Realisme Hipotesis, memandang bahwa pengetahuan sebagai suatu hipotesis dari suatu struktur kenyataan dan sedang berkembang menuju pengetahuan sejati yang dekat dengan realitas.

c. Konstruktivisme Biasa, memandang pengetahuan sebagai suatu gambaran yang dibentuk dari kenyataan suatu objek.

2. Tasker

Menurut Anggraini (2011) dan Karyawansyah (2011) Tasker Inengemukakan 3 penekanan dalam teori belajar konstmktivisme Sebagai berikut.

a. Peran aktif siswa dalam mengkonstruksi pengetahuan secara bermakna. b. Pentingnya membuat kaitan antara gagasan dalam pengkonstmksian secara

bermakna.

c. Mengaitkan antara gagasan dengan informasi baru yang diterima.

(11)

Menurut Anggraini (2011) dan Karyawansyah (2011) Wheatley mendukung pendapat Tasker dengan mengajukan dua prinsip utama dalam pembelajaran dengan teori belajar konstrukltivisme; sebagai berikut.

a. Pengetahuan tidak dapat diperoleh secara pasif, tetapi secara aktif oleh struktur kognitif siswa.

b. Fungsi kognisi bersifat adaptif dan membantu Pengorganisasian melalui pengalaman nyata yang dimiliki anak.

4. Hanbury

Menurut Anggraini (2011) dan Karyawansyah (2011) selain penekanan dan tahap-tahap tertentu yang perlu diperhatikan dalam teori belajar konstruktivisme, Hanbury mengemukakan sejumlah asPek dalam kaitannya dengan pembelajaran, yaitu:

a. Siswa mengkonstruksi pengetahuan dengan cara mengintegrasikan ide yang mereka miliki.

b. Pembelajaran menjadi lebih bermakna karena siswa mengerti. c. Strategi siswa lebih benilai.

d. Siswa mempunyai kesempatan untuk berdiskusi dan saling bertukar pengalaman dan ilmu pengetahuan dengan temannya.

5. Penerapan Teori Konstruktivistik

Menurut prinsip konstruktivis, seorang guru berperan sebagai mediator dan fasilitator yang membantu agar proses belajar siswa berjalan dengan baik Tekanan ada pada siswa yang belajar, bukan pada guru yang mengajar. Menurut Supamo (2012) fungsi mediator dan fasilitator dapat dijabarkan dalam beberapa tugas sebagai berikut.

a. Menyediakan pengalaman belajar yang memungkinkan siswa bertanggung jawab dalam membuat rancangan, proses, dan penelitian. Karena itu, memberi kuliah atau ceramah bukanlah tugas utama seorang guru.

b. Menyediakan atau memberikan kegiatan-kegiatan yang memungkinkan keingmtahuan siswa dan membantu mereka untuk mengekspresikan gagasan-gagasannya dan mengkomunikasikan ide ilmiah mereka.

c. Menyediakan sarana yang merangsang siswa berpikir secara produktif.

d. Menyediakan kesempatan dan pengalaman yang paling mendukung proses belajar siswa. Guru harus menyemangati siswa. Guru perlu menyediakan pengalaman konflik.

e. Memonitor, mengevaluasi, dan menunjukkan apakah pemikiran si siswa jalan atau tidak. Guru menunjukkan dan mempertanyakan apakah pengetahuan siswa itu berlaku untuk menghadapi persoalan baru yang berkaitan. Guru membantu mengevaluasi hipotesis dan kesimpulan siswa.

Menurut Pannen (2001) agar peran guru berjalan dengan optimal, maka:

a. Guru perlu banyak berinteraksi dengan siswa untuk lebih mengerti apa yang sudah mereka ketahui dan pikirkan.

(12)

c. Guru perlu mengerti pengalaman belajar mana yang lebih sesuai dengan kebutuhan siswa. Ini dapat dilakukan dengan berpartisipasi sebagai pelajar di tengah pelajar.

d. Guru perlu meningkatkan keterlibatan dengan siswa yang sedang berjuang dan kepercayaan terhadap siswa bahwa mereka dapat belajar.

e. Guru perlu mempunyai pemikiran yang fleksibel untuk dapat mengerti dan menghargai pemikiran siswa, karena kadang siswa berpikir berdasarkan pengandaian yang tidak diterima guru.

John Dewey menguatkan teori konstruktivistik ini dengan mengatakan bahwa pendidik yang cakap harus melaksanakan pengajaran dan pembelajaran sebagai proses menyusun atau membina pengalaman secara berkesinambungan. Beliau juga menekankan kepentingan keikutsertaan siswa di dalam setiap aktivitas pengajaran dan pembelajaran.Menurut Novitasari (2014) pada penerapannya, pendekatan konstruktivistik memiliki kelebihan dan kekurangan, yaitu:

a. Kelebihan

1) Pembelajaran berdasarkan konstruktivistik memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan gagasan secara eksplisit dengan menggunakan bahasa siswa sendiri, berbagi gagasan dengan temannya, dan mendorong siswa memberikan penjelasan tentang gagasannya.

2) Pembelajaran berdasarkan konstruktivistik memberi pengalaman yang berhubungan dengan gagasan yang telah dimiliki siswa atau rancangan kegiatan disesuaikan dengan gagasan awal siswa agar siswa memperluas pengetahuan mereka tentang fenomena dan memiliki kesempatan untuk merangkai fenomena, sehingga siswa terdorong untuk membedakan dan memadukan gagasan tentang fenomena yang menantang siswa.

3) Pembelajaran konstruktivistik memberi siswa kesempatan untuk berpikir tentang pengalamannya. Ini dapat mendorong siswa berpikir kreatif, imajinatif, mendorong refleksi tentang model dan teori, mengenalkan gagasan-gagasan pada saat yang tepat.

4) Pembelajaran berdasarkan konstruktivistik memberi kesempatarl kepada siswa untuk mencoba gagasan baru agar siswa terdorong untuk memperoleh kepercayaan diri dengan menggunakan berbagai konteks, baik yang telah dikenal maupun yang baru dan akhirnya memotivasi siswa untuk menggunakan berbagai strategi belajar.

5) Pembelajaran konstruktivistik mendorong siswa untuk memikirkan perubahan gagasan setelah menyadari kemajuan mereka serta memberi kesempatan siswa untuk mengidentifikasi Perubahan gagasan mereka.

6) Pembelajaran konstruktivistik memberikan lingkungan belajar yang kondusif yang mendukung siswa mengungkapkan gagasan, saling menyimak, dan menghindari kesan selalu ada satu jawaban yang benar.

(13)

1) Siswa mengkonstruksi pengetahuannya sendiri, tidak jarang bahwa basil konstruksi siswa tidak cocok dengan hasil konstruksi para ilmuan sehingga menyebabkan miskonsepsi.

2) Konstruktivistik menanamkan agar siswa membangun mengetahuannya sendiri, hal ini pasti membutuhkan waktu yang lama dan setiap siswa memerlukan penanganan yang berbeda.

3) Situasi dan kondisi tiap sekolah tidak sama, karena tidak semua sekolah memiliki sarana prasarana yang dapat membantu keaktifan dan kreatifitas siswa.

Dalam upaya mengimplementasikan teori belajar konstruktivistik, beberapa saran yang berkaitan dengan rancangan pembelajaran, sebagai berikut:

a. Memberi kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan gagasannya dengan bahasa sendiri.

b. Memberi kesempatan kepada siswa untuk berpikir tentang pengalamannya sehingga menjadi lebih kreatif dan imajinatif.

c. Memberi kesempatan kepada siswa untuk mencoba gagasan baru.

d. Memberi pengalaman yang berhubungan dengan gagasan yang telah dimiliki siswa.

e. Mendorong siswa untuk memikirkan perubahan gagasan mereka. f. Menciptakan lingkungan belajar yang kondusif.

Guru konstruktivistik memiliki ciri-ciri sebagai berikut: a. Menghargai otonomi dan inisiatif siswa.

b. Menggunakan data primer dan bahan manipulatif dengan penekanan pada ketrampilan berpikir.

c. Mengutamakan kinerja siswa berupa mengklasifikasi, menganalisis, memprediksi, dan mengkreasi dalam mengerjakan tugas.

d. Menyertakan respon siswa dalam pembelajaran dan mengubah model/ strategi pembelajaran sesuai dengan karakteristik materi pelajaran.

e. Menggali pemahaman siswa tentang konsep-konsep yang akandibelajarkan sebelum sharing pemahamannya tentang konsep-konsep tersebut.

f. Menyediakan peluang kepada siswa untuk berdiskusi baik dengan dirinya maupun dengan siswa yang lain.

g. Mendorong sikap inquiry siswa dengan pertanyaan terbuka yang menuntut mereka untuk berpikir kritis dan berdiskusi antar temannya.

h. Mengelaborasi respons awal siswa.

i. Menyertakan siswa dalam pengalaman-pengalaman yang dapat menimbulkan kontradiksi terhadap hipotesis awal mereka dan kemudian mendorong diskusi. j. Menyediakan kesempatan yang cukup kepada siswa dalam memikirkan dan

mengerjakan tugas-tugas.

k. Menumbuhkan sikap ingin tahu siswa melalui penggunaan model pembelajaran yang beragam.

(14)

benar. Pembelajaran lebih dicirikan oleh aktivitas eksperimentasi, pertanyaan-pertanyaan nvestigasi, hipotetis, dan model yang dibangkitkan oleh siswa sendiri.Secara umum, terdapat 5 prinsip dasar yang melandasi kelas konstruktivistik, yaitu:

a. Meletakkan permasalahan yang relevan dengan kebutuhan siswa. b. Menyusun pembelajaran di sekitar konsep~konsep utama.

b. Menghargai pandangan siswa.

c. Materi pembelajaran menyesuaikan terhadap kebutuhan siswa. d. Menilai pembelajaran secara kontekstual.

Terkait dengan penerapan konstruktivistik di kelas Abimanyu (2009 mengemukakan secara garis besar langkah-langkah penerapan pendekatan konstruktivistik di dalam kelas adalah sebagai berikut.

a. Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajat lebih bermakna dengan cara becara sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksikan sendiri pengalaman dan keterampilan barunya.

b. melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiri untuk semua topik. c. Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.

d. Citpakan "Masyarakat Belajar" (belajar dalam kelompok-kelompok). e. Hadirkan "Model” sebagai contoh pembelajaran.

f. Lakukan refleksi diakhir pertemuan.

g. Lakukan penilaian yang sebenamya dengan berbagai cara.

Dewasa ini, muncul kecenderungan penerapan teori konstruktivistik dalam pendidikan/pembelajaran secara luas, terutama yang dikenal dengan nama student-centered learning (Wahyu et al., 2007). Tujuannya adalah untuk mengembangkan kemampuan berfikir siswa berdasarkan kemampuan yang dimilikinya. Mengapa teori ini sedang trend diterapkan dalam proses pembelajaran, karena selama ini proses pembelajaran cenderung bersifat pasif sehingga kemampuan berfikir kritis cenderung diabaikan. Menurut Moehadjir (2004) konstruktivistik adalah tradisi berpikir para genius seperti Al-Kindi, Al-Farabi, Einstein dan banyak tokoh lainnya.

(15)

BAB III PENUTUP Kesimpulan

(16)

DAFTAR PUSTAKA

Referensi

Dokumen terkait

Sebuah silinder tembaga panjangnya 6cm dan mempunyai

kebidanan yang meliputi pengkajian data, merumuskan diagnosa/masalah kebidanan, perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, evaluasi terhadap asuhan kebidanan pada ibu

Sesuai dengan rumusan masalah maka tujuan penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh modal sosial, pendidikan pelatihan, kompetensi dan pengalaman kerja terhadap kinerja

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI.#. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN

ekstrapolasi ke kekuatan ion sama dengan nol, maka y± pada berbagai konsentrasi akan dapat dihitung (γ± = so/s).. Nilai I terendah yang dapat digunakan untuk mengukur

(9) 1(satu) lembar Kesepakatan Harga antara Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Simalungun dengan UD. POLTAK SIMANULLANG selaku anggota Verifikasi,

Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui tentang bagaimana Persepsi Masyarakat Terhadap pengelolaan wisata Kucur di Desa Biting Kecamatan Badegan

Hubungan antara kelimpahan ikan kepe-kepe dengan Persentase Penutupan Karang pada kedalaman 3 meter adalah kuat dan positif, sedangkan pada kedalaman 10 meter adalah