• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tantangan Global Strategi dan Kepemimpin

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Tantangan Global Strategi dan Kepemimpin"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

1

TANTANGAN LINGKUNGAN GLOBAL TERHADAP STRATEGI PENDIDIKAN

NASIONAL DAN KEPEMIMPINAN ORGANISASI PENDIDIKAN1

Abdul Rahmad

Mahasiswa Pascasarjana MKPP UMM

rahmad.ub@gmail.com

A. Pendahuluan

Kemajuan suatu bangsa dapat dilihat dari pertumbuhan dan pengembangan pendidikan

masyarakatnya. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan merupakan kunci dasar dari suatu

negara. Pendidikan sering diibaratkan sebagai lambang kekuatan, kewibawaan dan kebesaran

dari suatu bangsa dimanapun di dunia ini. Peran pemangku kebijakan dalam hal ini pemerintah

wajib untuk mencerdaskan setiap kehidupan masyarakatnya sebagaimana yang termaktub pada

alenia 4 dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 bahwa tujuan negara ialah adalah ikut

mencerdaskan kehidupan bangsa. Kemudian dalam Pasal 31 UUD 1945 ini juga disebutkan

bahwa tiap-tiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan dan pengajaran.

Berbicara masalah yang lebih luas, ada dua persoalan besar yang dihadapi oleh bangsa

Indonesia. Pertama, secara internal, bangsa Indonesia mengahadapi krisis multidimensional, persatuan bangsa yang merenggang, demokratisasi pada semua aspek kehidupan, desentralisasi

manajemen pemerintahan, dan kualitas pendidikan belum menunjukkan kemampuan

kompetitif. Kedua, secara eksternal, bangsa Indonesia menghadapi tantangan pasar global, kemajuan teknologi yang menuntut pendidikan kompetitif dan inovatif, dan networking tanpa batas. Tanpa disadari, dua permasalahan tersebut hingga sekarang belum kunjung menunjukkan

titik terang dan akhir. Padahal ada sebuah tantangan besar dari dunia dan bangsa lain telah

berjalan secara masif dan konsisten, yaitu sebuah tantangan global yang membawa reformasi

ilmu pengetahuan, komunikasi dan informasi.

Tantangan global yang hadir membawa banyak pengaruh baik positif maupun negatif.

Sudah seharusnya bangsa ini melalukan pembenahan secara merata dan mendalam. Tantangan

global tidak akan melihat negara maju atau berkembang didalam perjalannnya. Tantangan

global hanya melihat kesiapan suatu bangsa dalam menghadapinya. Apakah mampu

(2)

2

mengendalikannya menjadi senjata utama atau menjadi bom waktu yang sewaktu – waktu bisa meledak dan menghancurkan segalanya. Itulah arus globalisasi.

Untuk menghadapi berbagai macam tantangan global tidak dapat dilihat dari salah satu

sisi saja. Ada banyak sisi yang harus ditelaah dan diperbaiki dengan segera. Pengaruh arus

globalisasi akan masuk dan memenuhi segala aspek kehidupan suatu bangsa baik ekonomi,

sosial, politik, budaya bahkan tidak terkecuali aspek pendidikan. Seperti yang kita ketahui,

peningkatan mutu pendidikan bangsa ini belum sesuai dengan harapan karena disebabkan oleh

beberapa faktor diantaranya adalah strategi pembangunan pendidikan yang lebih bersifat “ input oriented” dan bersifat “macro oriented” yang cenderung diatur oleh birokrasi ditingkat pusat.

Berikut pembahasan singkat mengenai tantangan global terhadap pendidikan nasional

serta peran kepemimpinan terhadap organisasi sekolah dalam ruang lingkup yang lebih kecil

yaitu kepala sekolah.

B. Pembahasan

1. Tantangan Lingkungan Global

Abad 21 merupakan masa munculnya berbagai kemajuan dan perkembangan ilmu

pengetahuan. Ilmu pengetahuan melahirkan perubahan dalam tatanan kehidupan manusia.

Sebuah proses perubahan yang mempengaruhi berbagai aspek kehidupan dan kemajuan

peradaban. Sosial, politik, budaya bahkan pendidikan mulai mengalami paradigma yang lebih

baru didalam konsep dan sistemnya. Setiap negara di belahan dunia mulai menyadari bahwa

siap atau tidak siap harus menyambut perubahan tersebut dengan baik dan bijak. Perubahan

tersebutlah yang kemudian disebut dengan arus globalisasi.

Arus globalisasi merupakan suatu proses tatanan masyarakat yang mendunia dan tidak

mengenal batas wilayah. Proses globalisasi tersebut berlangsung melewati dua dimensi, yaitu

dimensi waktu dan ruang. Garret (2000) menjelaskan penyebab utama terjadinya globalisasi

diabad ini terdiri dari 3 komponen utama yang saling berintegrasi yaitu perdagangan, produksi

multinasional dan keuangan internasional2. Selain itu, faktor pendukung utama dari arus

globalisasi ini adalah perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (Eijaz & Ahmad,

20113). Dua hal ini yang menyebabkan segala proses perkembangan ilmu pengetahuan semakin

pesat, mudah dan berkesinambungan.

2 Garret, G. (2000). The Causes of Globalization. Comparative Political Studies, Vol. 33 Page. 941-91

(3)

3

Indonesia merupakan negara yang tidak terlepas pula dari pengaruh dari arus

globalisasi. Dengan adanya pengaruh tersebut, secara tidak langsung bangsa ini dituntut untuk

memperbaiki dan memperbaharui sistem yang ada. Sistem tersebut salah satunya adalah

pendidikan. Tidak dipungkiri, ketika sistem pendidikan suatu negara kuat, maka ia akan

melahirkan sumber daya manusia yang tangguh dan siap berdaya saing. Kurniawan (1999)

memberikan gambaran setidaknya ada 4 tantangan yang akan dihadapi oleh bangsa ini secara

umum, yaitu (1) tantangan untuk meningkatkan nilai tambah baik dari produktivitas kerja

nasional, pemerataan ekonomi, dan pembangunan yang berkelanjutan; (2) tantangan untuk

melakukan riset terhadap perubahaan terjadinya era reformasi dan transformasi struktur

masyarakat, dari masyarakat tradisional - agraris ke masyarakat modern - industrial dan

informasi - komunikasi, serta bagaimana implikasinya bagi peningkatan dan pengembangan

kualitas kehidupan SDM; (3) tantangan dalam persaingan global seperti penguasaan ilmu

pengetahuan, teknologi dan informasi; (4) tantangan terhadap invasi dan kolonialisme di bidang

IPTEK4. Berikut gambaran tantangan global terhadap bangsa ini.

Bagan diadopsi berdasarkan Garret (2000) & Eijaz & Ahmad (2011)

4 Kurniawan, K. (1999). Arah Pendidikan Nasional Memasuki Milineum Ketiga. Jakarta : Suara Pembaharuan

Trade Multinastional

Production

International Finance

Globalization

Technology Communication

Country

(4)

4

2. Strategi Pendidikan Nasional

Setelah tantangan arus globalisasi masuk dan merambat ke seluruh sistem kenegaraan

Indonesia, maka langkah terbaik yang dilakukan adalah membuat dan merumuskan kembali

strategi kebijakan pembangunan nasional tidak terkecuali aspek pendidikan. Oleh karenanya,

dibutuhkanlah sebuah kebijakan pendidikan nasional yang strategis dan efektif. Pemerintah

selaku penanggung jawab terhadap proses penyelenggaraan pendidikan nasional berkewajiban

menyediakan layanan pendidikan yang berkualitas dalam rangka mencerdaskan kehidupan

bangsa. Menurut Undang- Undang Nomor 20 tahun 2003, pendidikan nasional merupakan

pendidikan yang berdasarkan pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 yang berakar

pada nilai - nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan

perubahan zaman.

Selain itu, dasar kebijakan pembangunan pendidikan nasional yang pernah dirumuskan

mencakup 4 hal yaitu (1) amanat UU Nomor 20 Tahun 2003 dan RPJMN 2004 – 2009; (2) visi

pendidikan nasional; (3) misi pendidikan nasional; dan (4) tata nilai Departemen Pendidikan

Nasional. Berkaitan dengan tantangan global, bahwa didalam Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2004 – 2009 poin 9 sudah tertera bahwa sistem

pendudukan nasional haruslah melahirkan anak – anak bangsa yang berdaya saing, mandiri,

bermutu, terampil, ahli dan profesional serta berkecakapan hidup yang baik demi menghadapi

perubahan dan tantangan dunia luar. Sehingga hanya dibutuhkan langkah konkret dari

pemangku kebijakan pembangunan pendidikan nasional dalam menjalankannya.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 tahun 2007, pemerintah melalui Departemen

Pendidikan Nasional telah menyusun rencana strategis pembangunan pendidikan jangka

panjang untuk periode 2005-2025 yang memuat 3 pilar pendidikan nasional. Ketiga pilar

tersebut adalah (1) pemerataan dan perluasan akses pendidikan; (2) peningkatan mutu,

relevansi, dan daya saing keluaran pendidikan; dan (3) penguatan tata kelola, akutabilitas, dan

citra publik pendidikan.

Setelah konsep strategi kebijakan nasional disusun, setidaknya ada beberapa langkah –

langkah yang harus dilakukan oleh pemegang kebijakan (pemerintah) yaitu pertama, demokratisasi pendidikan, yaitu sebuah upaya yang dilakukan untuk mengadakan perluasan

dan pemerataan kesempatan untuk memperoleh pendidikan. Kedua, meningkatkan kualitas pendidikan pada semua jenjang yang diwujudkan dengan melakukan pembaharuan kurikulum

(5)

5

kualitas proses dan evaluasi pendidikan, meningkatkan peran supervisi pendidikan, dan

meningkatkan kualitas penelitian.

Ketiga, meningkatkan relevansi pendidikan yang dapat dimanifestaskan dengan pengembangan kecakapan dasar, menata program sesuai dengan kepentingan kelanjutan studi

dan memasuki dunia kerja, menciptakan proses pendidikan yang manusiawi, dan membangun

iklim pendidikan yang inklusif. Keempat, meningkatkan efektivitas dan efisiensi pendidikan yang dapat diwujudkan dengan menjalankan konsep Manajemen Berbasis Sekolah dan

pendidikan berbasis masyarakat, penegakkan otonomi dan akuntabilitas perguruan tinggi,

penerapan dalam pendanaan pendidikan yang berbasis kinerja, dam pemantapan keberadaan

dan fungsi akreditasi lembaga pendidikan semua jenjang, dan mengupayakan debirokratisasi

pendidikan. Berikut gambaran umum dalam melakukan strategi kebijakan nasional yang dapat

dilakukan.

Bagan diadopsi dari Hunger & Wheelen (2012).

3. Kepemimpinan Pendidikan

Berbicara masalah pendidikan, hal tersebut tidak terlepas dari peran serta pemerintah

yang dalam hal ini selaku regulator kepentingan dan pengembangan pendidikan. Pemerintah

pula yang dalam hal ini diwakili oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan dapat dikatakan

sebagai pemimpin pendidikan di negeri. Sebuah kebijakan yang dikeluarkan oleh pemimpin,

maka itulah konsekuensi yang harus diterapkan oleh setiap anggota dibawahnya. Dalam hal ini

dapat dikatakan mereka adalah semua satuan pendidikan yang berada disetiap daerah. Satuan

pendidikan disetiap daerah meliputi sekolah – sekolah yang berjenjang dari sekolah dasar

Environment Analysis

(Economic, Politics, Socials, Cultures, Educations)

Strategy Formulation

Impelementation

Evaluation & Controlling

(6)

6

hingga sekolah atas. Berikut sedikit pembahasan mengenai konsep kepemimpinan pendidikan

dalam ruang lingkup pendidikan yang lebih kecil yaitu kepemimpinan kepala sekolah.

Seperti yang diketahui, bahwa kata kepemimpinan mempunyai banyak definisi dan

makna penafsiran. Setiap pakar dan ahli memandang bahwa istilah kepemimpinan tidak jauh

dari makna untuk mengarahkan dan mempengaruhi. Indrafachrudi (2006) menyimpulkan

bahwa kepemimpinan adalah suatu kegiatan dalam membimbing sebuah kelompok demi

mencapai tujuan bersama yang telah dirumuskan5. Dalam usaha untuk mencapai tujuan bersama

itu, seorang pemimpin kelompok tidak dapat melepaskan diri anggota kelompok didalamnya.

Pemimpin dan anggota kelompok merupakan suatu entitas yang saling berkerja sama dan

berkoordinasi dalam menjalankan organisasinya.

Ada dua teori yang menjadi acuan terhadap bakat kepemimpinan seseorang yaitu

personal qualities theory dan situational theory. Personal qualities theory menggangap bahwa apabila sebuah kelompok ingin menjadikan seseorang menjadi pemimpin maka ia harus

memiliki syarat – syarat tertentu yang terdapat didalam dirinya. Apabila tidak terdapat sifat dan

sikap yang dipersyaratkan, maka ia tidak dapat dijadikan seseorang pemimpin. Begitupun

sebaliknya, apabila seseorang mempunyai kelebihan dalam keterampilan dan sifat tertentu,

serta dapat memecahkan masalah pada situasi yang dibutuhkan, maka ia dapat dijadikan

seseorang pemimpin pada saat itu juga. Teori ini dikenal dengan situational theory6.

Wahjosumidjo (2011) memberikan 4 pendekatan mengenai sifat atau pengaruh seorang

pemimpin, antara lain (1) power influence approach; (2) the trait approach; (3) the behavior

approach; (4) contigency approach; dan (5) charismatic approach7.

Pertama, power influence approach atau pendekatan menurut pengaruh kewibawaan memandang bahwa seseorang pemimpin dikatakan berhasil apabila ia dapat membuat orang

lain terpengaruh dengan kewibawaan yang dimilikinya baik pada dirinya maupun pada orang

lain (bawahan). Pendekatan ini lebih menekankan pada sifat feedback atau timbal balik, proses

saling mempengaruhi dan pentingnya kerjasama antara pemimpin dan dipimpin.

Kedua, the trait approach atau pendekatan sifat. Pendekatan ini lebih menekankan pada kualitas seseorang pemimpin yang memiliki sifat penuh energi, intuisi yang tajam, pandangan

yang luas, dan kemampuan menyakinkan orang lain.

5 Indrafachrudi, S. (2006). Bagaimana Memimpin Sekolah yang Efektif. Malang : Ghalia Indonesia 6 Ibid, hal. 2

7 Wahjosumidjo. (2011). Kepemimpinan Kepala Sekolah : Tinjauan Teoritik dan Permasalahan. Jakarta : PT. Raja Grafindo

(7)

7 Ketiga, the behavior approach atau pendekatan perilaku. Seorang pemimpin wajib memiliki sebuah perilaku yang dapat dicontoh dan diteladani baik pada sifat pribadi maupun

sifat kewibawaannya. Stogdill dalam Wahjosumidjo (2011) memberikan dua belas faktor dalam

menilai keberhasilan sebuah kepemimpinan, antara lain (1) representation; (2) reconciliation;

(3) tolerence of uncertainly; (4) persuasiveness; (5) initiation of structure; (6) tolerence of

freedom; (7) role assumption; (8) consideration; (9) productive emphasis; (10) predictive

accuracy; (11) integration dan (12) superior orientation.

Keempat, contingency approach atau pendekatan kontingensi. Pendekatan ini lebih menekankan pada tindakan seorang pemimpin dalam menghadapi suatu situasi yang

membutuhkan keputusan dan pertimbangan yang mendalam. Oleh karenanya, pendekatan ini

lebih dikenal dengan pendekatan kepemimpinan yang situasional.

Kelima, charismatic approach atau pendekatan karismatik. Ada beberapa indikasi bahwa seorang dapat memiliki sifat karismatik didalam dirinya, antara lain (1) bawahan /

pengikut menaruh kepercayaan yang besar terhadapnya; (2) memiliki kesamaan keyakinan

antara pemimpin dan bawahan; (3) munculnya sifat afeksi terhadap pimpinan; (4) patuh tanpa

paksaan dan (5) menyakini pemimpinnya akan berhasil.

Dalam kehidupan sebuah organisasi, fungsi kepemimpinan merupakan bagian

terpenting dari tugas utama yang harus dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab dan sebaik – baiknya. Stoner dalam Wahjosumidjo (2011) memberikan dua fungsi pokok dari seorang pemimpin yaitu problem solving function dan social function. Problem solving function dalam hal ini seorang pemimpin dapat memberikan saran dalam setiap pemecahan masalah yang

dihadapi dan aktif dalam sumbangsih pemikiran dan informasi. Kemudian pada social function,

seorang pemimpin dituntut untuk bijak dalam memperlakukan semua anggota kelompok,

menjadi seorang penengah didalam perselisihan pendapat atau ide gagasan dan aktif menjadi

koordinator diantara semua anggota kelompok. Sebenarnya masih ada 2 fungsi lagi yang

menjadi tanggung jawab seorang pemimpin yaitu fungsi menjalankan tujuan organisasi dan

fungsi mempertahankan keutuhan sebuah organisasi8.

Berkaitan dengan fungsi kepemimpinan pendidikan, pada dasarnya dapat dibagi

menjadi dua macam yaitu (1) fungsi yang berkaitan dengan tujuan pendidikan yang hendak

dicapai; dan (2) fungsi yang berperan dalam menciptakan lingkungan kerja yang sehat dan

kondusif. Berkaitan dengan fungsi kepemimpinan pendidikan, contoh terkecil yang dapat

(8)

8

dijadikan gambaran nyata adalah konsep dan model kepemimpinan seorang kepala sekolah

didalam dunia pendidikan.

Kepala sekolah merupakan orang yang berperan penting kemajuan sekolah yang

diembannya. Bukan hanya persoalan bagaimana sekolah itu maju, namun lebih kepada jiwa

kepemimpinan yang dimilikinya. Sekolah juga merupakan sebuah organisasi yang didalamnya

terdapat unsur – unsur pendukung seperti tenaga pendidikan dan kependidikan, manajemen

administrasi, fasilitas dan lain sebagainya. Itu semua dibawah kendali kepemimpinan seorang

kepala sekolah. Kalau sekolah itu ingin maju, maka lihatlah terlebih dahulu siapa sosok

pemimpin didalamnya.

Mulyasa (2011) memberikan beberapa indikator kunci kesuksesan kepemimpinan

seorang kepala sekolah9. Pertama, seorang kepala sekolah harus memiliki visi dan misi yang utuh dan jelas. Suatu hal yang aneh apabila seorang kepala sekolah tidak memiliki visi dan misi

yang kuat. Visi dan misi sekolah harus menjadi atribut kepemimpinan seorang kepala sekolah

baik pada waktu sekarang maupun masa depan. Dampak terburuk seorang kepala sekolah yang

tidak memiliki visi dan misi adalah ia akan membawa sekolah tersebut dalam kemunduran dan

kehancuran. Setidaknya ada beberapa karakteristik kepala sekolah yang memiliki visi dan misi,

antara lain (1) meluruskan niat karena ibadah dalam menjalankan setiap tugas; (2) taat kepada

agama dan ajarannya; (3) menyadari bahwa dirinya adalah kepala sekolah; (4) adil dalam

memecahkan setiap masalah; (5) bersikap toleran; (6) rendah hati; (7) terhindar ambisi materi;

dan (8) bertanggun jawab dan amanah.

Kedua, bertanggung jawab. Seorang kepala sekolah wajib memiliki sifat tanggung jawab. Baik tanggung jawab kepada atasan maupun bawahan. Sifat ini bukanlah merupakan

sifat yang mudah. Karena hanya orang yang berprinsip dan amanah yang dapat

menjalankannya. Sebagai contoh, seorang kepala sekolah harus memikul segala beban dan

tanggung jawab atas sekolah yang dipimpinnya. Segala tindakan yang dilakukan oleh bawahan,

akan menjadi tanggung jawab seorang kepala sekolah. Oleh karena itu, dalam rangka

membangung sebuah rasa kepercayaan dan tanggung jawab, seorang kepala sekolah harus dapat

menjalankan fungsinya sebagai kepala sekolah yang komunikatif dan persuasif dalam

menggerakan roda – roda organisasi yang dipimpinnya.

Ketiga yaitu keteladanan. Dunia pendidikan sekarang ini memang mengalami krisis keteladanan. Seorang guru yang harusnya menjadi teladan, bahkan terkadang menjadi penyebab

(9)

9

utama kemunduran akhlak dan moral peserta didiknya. Tak ubahnya dengan kepemimpinan

seorang kepala sekolah. Keteladanan seorang kepala sekolah senantiasa akan menjadi perhatian

dan contoh dari bawahannya. Oleh karenanya tidak salah apabila ada yang mengatakan bahwa

kepribadian seorang guru (bawahan) bisa jadi merupakan cerminan dari kepribadian seorang

kepala sekolahnya.

Keempat, kemampuan memberdayakan staf. Roda penggerak pada sebuah organisasi tidak terlepas dari manajemen administrasi. Manajemen administrasi yang baik akan

melahirkan pergerakkan organisasi yang solid dan tertata rapi. Begitu pula dengan organisasi

sekolah, setidaknya ada 3 cara sederhana yang dapat dilakukan oleh seorang kepala sekolah

dalam memberdayakan staf yang ada dan menciptakan manajemen administrasi yang baik,

antara lain (1) appreciation; (2) approaching; dan (3) attention.

Kelima, menjadi pendengar yang baik. Menjadi pendengar yang baik merupakan salah satu syarat mutlak bagi seorang kepala sekolah apabila ingin memiliki pengaruh terhadap

bawahannya ataupun seluruh warga sekolah. Ada beberapa alasan mengapa seorang kepala

sekolah wajib menjadi pendengar yang baik, antara lain (1) membangun kepercayaan; (2)

kredibilitas; (3) dukungan; (4) menjadikan sesuatu terlaksana; (5) informasi dan (6) pertukaran.

Keenam, mengembangkan potensi. Seorang pemimpin kepala sekolah harus jeli melihat potensi yang dimiliki setiap bawahannya. Hal ini diperuntukkan untuk kemajuan sebuah

organisasi sekolah. Apabila setiap bawahan berkomitmen untuk mengembangkan kemampuan

dan potensi yang dimiliki, maka peran kepala sekolah adalah bagaimana cara mempertahankan,

menyalurkan dan melengkapi potensi yang dimiliki oleh setiap warga sekolah. Setelah

komitmen warga sekolah telah terbentuk, maka selanjutnya adalah bagaimana cara terus

menumbuhkan semangat kerja sama didalamnya. Michael (2000) memberikan prosedur untuk

menumbuhkan semangat kerja, antara lain (1) menentukan tujuan bersama dengan jelas; (2)

memperjelas keahlian dan tanggung jawab; (3) menyediakan waktu untuk bekerja sama; (4)

menghindari masalah yang bisa diprediksi; (5) menaati aturan yang telah disusun bersama; (6)

komitmen untuk bekerja sama; (7) mewujudkan gagasan menjadi kenyataan; (8) menjauhi

setiap potensi konflik; (9) saling percaya; (10) evaluasi rutin; dan (11) pantang menyerah10.

Ketujuh, menajemen praktik. Seorang kepala sekolah harus pandai dalam mempraktikkan gagasan yang dimiliki dalam sebuah tindakan nyata. Tidak hanya pandai

berteori namun juga pandai dalam memberikan contoh praktik secara langsung kepada warga

(10)

10

sekolah. Jangan sampai seorang kepala sekolah hanya mengandalkan No Action Talk Only

(NATO) atau hanya berbicara saja namun tidak ada tindakan. Setidaknya ada beberapa agar

terhindar dari sifat NATO ini antara lain (1) konstruktif; (2) delegatif; (3) integratif; (4)

pragmatis; (5) disiplin; (6) adaptabel dan (7) fleksibel. Berikut gambaran sederhana dari

kepemimpinan pendidikan yang diambil dari model dan konsep kepemimpinan kepala sekolah.

(11)

11

C.Kesimpulan

Di abad 21 ini banyak sekali melahirkan berbagai permasalahan isu global. Antara lain global warming, sensifitas bernegara dan beragama, transformasi teknologi dan informasi dan lain sebagainya. Isu tersebut mulai merambat ke dunia pendidikan. Tidak terkecuali Indonesia. Pendidikan Indonesia mulai merasakan dampaknya. Khususnya tuntutan untuk meningkatkan kemampuan sumber daya masyarakat agar dapat bersaing dengan bangsa dan negara lain. Untuk meningkatkan sumber daya manusia menjadi yang lebih baik maka salah faktor utamanya adalah dengan mereformasi kembali sistem pendidikan nasional. Melakukan terobosan dan kebijakan pendidikan yang lebih maju, unggul, berwawasan kebangsaan dan kebudayaan. Kebijakan yang dilahirkan haruslah memuat landasan filosofis, sosiologis, dan hasil kajian akademis yang mendalam sehingga menghasilkan visi dan misi pendidikan bangsa yang jelas dan berkualitas.

Pemerintah dalam hal ini selaku regulator segala kebijakan hendaknya memiliki sikap memimpin yang baik dan bertanggung jawab. Tidak serta merta melakukan dan membuat kebijakan yang terus berganti tanpa melakukan kajian secara mendalam. Terlebih lagi dipengaruhi oleh berbagai kepentingan politik praktis dan dinamis. Ketika sebuah sistem tatanan pemerintahan dikelilingi oleh kepentingan politik praktis, maka tunggulah akan kehancuran ideologis berbangsa dan bernegara. Akhirnya elemen masyarakat yang akan menjadi korbannya.

Referensi

Dokumen terkait

[r]

[r]

Tujuan penelitian ini adalah: untuk mengetahui kinerja keuangan pemerintah Kabupaten Boyolali berdasarkan analisis rasio keuangan kemandirian pada periode tahun

perhatian yang besar terhadap kegitan belajar anak dirumah, juga pada hal-hal.. yang berkaitan dengan pendidikan anak di

Pada penelitian ini verifikasi tanda tangan berbasis perceptron telah berhasil dibuat dimana ada beberapa langkah yang telah dilakukan, yaitu proses pemotongan,

mengandung resiko yang dapat memungkinkan orang lain yang terlebih dahulu menemukan cara tersebut atau memperbaikinya; dengan demikian adalah wajar memberikan

Anggaran merupakan hasil dari proses perencanaan, berarti anggaran mewakili kesepakatan negosiasi di antara partisipan yang dominan dalam suatu organisasi mengenai

Serangan ini dapat diatasi dengan memberlakukan memory limit, compile time limit dan output limit sehingga apabila sebuah source code memakan memori, waktu kompilasi, atau