• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS AUDIO VISUAL TERHADAP PENINGKATAN MOTIVASI DAN KOMPETENSI DASAR MATEMATIKA KELAS V DI SD NEGERI 1 CIMARAGAS Syiva Fauzyah1 , Nizar Alam Hamdani2 , Maskur3 , Achmad Margana4

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS AUDIO VISUAL TERHADAP PENINGKATAN MOTIVASI DAN KOMPETENSI DASAR MATEMATIKA KELAS V DI SD NEGERI 1 CIMARAGAS Syiva Fauzyah1 , Nizar Alam Hamdani2 , Maskur3 , Achmad Margana4"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

799

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS AUDIO VISUAL TERHADAP PENINGKATAN MOTIVASI DAN KOMPETENSI DASAR

MATEMATIKA KELAS V DI SD NEGERI 1 CIMARAGAS

Syiva Fauzyah1, Nizar Alam Hamdani2, Maskur3, Achmad Margana4

1Prodi Teknologi Pembelajaran Sekolah Pascasarjana IPI Garut syiva_fauzyah@yahoo.co.id

2Program Studi Teknologi Pendidikan Konsentrasi Teknologi Pembelajaran, SPs IPI email : nizar@institutpendidikan.ac.id

3Program Studi Teknologi Pendidikan Konsentrasi Teknologi Pembelajaran, SPs IPI email : maskur@institutpendidikan.ac.id

3Program Studi Teknologi Pendidikan Konsentrasi Teknologi Pembelajaran, SPs IPI email : akhmadmargana@institutpendidikan.ac.id

Abstrak

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya permasalahan yang terjadi di SD Negeri 1 Cimaragas, diantaranya adalah permasalahan minat belajar peserta didik atau motivasi belajar peserta didik, terlihat dari kurangnya daya tangkap pada suatu pembelajaran. Kurangnya minat belajar peserta didik dan perhatian peserta didik pada pembelajaran, sehingga mempengaruhi kompetensi dasar peserta didik pada pelajaran Matematika. Tujuan dari penelitian ini adalah: 1) untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan motivasi belajar peserta didik pada pembelajaran matematika di kelas V SDN 1 Cimaragas setelah belajar menggunakan pembelajaran berbasis audio visual. 2) untuk mengetahui apakah terdapat peningkatan motivasi belajar peserta didik pada pembelajaran matematika di kelas V SDN 1 Cimaragas setelah belajar menggunakan pembelajaran berbasis audio visual. 3) untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan kompetensi dasar peserta didik pada pembelajaran matematika di kelas V SDN 1 Cimaragas setelah belajar menggunakan pembelajaran berbasis audio visual. 4) untuk mengetahui apakah terdapat peningkatan kompetensi dasar peserta didik pada pembelajaran matematika di kelas V SDN 1 Cimaragas antara sebelum dan sesudah belajar menggunakan pembelajaran berbasis audio visual. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen, dengan desain penelitian menggunakan One Group Pretest-Postest Design. Hasil penelitian diperoleh: 1) Terdapat perbedaan motivasi belajar peserta didik sebelum dan sesudah menggunakan pembelajaran berbasis audio visual pada pelajaran Matematika 2) Pembelajaran berbasis audio visual dapat meningkatkan motivasi belajar peserta didik pada pelajaran Matematika 3) Terdapat perbedaan kompetensi dasar peserta didik sebelum dan sesudah menggunakan pembelajaran berbasis audio visual pada pelajaran Matematika 4) Pembelajaran berbasis audio visual dapat meningkatkan kompetensi dasar peserta didik pada pelajaran Matematika.

Kata kunci: pembelajaran berbasis audio visual, motivasi belajar, kompetensi dasar

ABSTRACT

This research was motivated by the issues raised in the SD Negeri 1 Cimaragas, incluiding the problem of student’s interest or motivation of student’s learning is less visible and a lack of comprehension on a study. Lack of student’s interest and attention of students towards learning, so that it affects students’ basic competencies in mathematics. The purpose of this study was: 1) to find out whether there are differences in students’ learning motivation in mathematics learning in grade 5th of SD Negeri 1 Cimaragas after learning to use audio visual based learning. 2) to find whether there is an increase in students’ learning motivation in mathematics learning in grade 5th of SD Negeri 1 Cimaragas after learning to use audio visual based learning. 3) to find out whether there are differences in students’ basic competencies in mathematics learning in grade 5th of SD Negeri 1 Cimaragas after learning to use audio visual based learning. 4) to find out whether there is an increase in students’ basic competencies in mathematics learning in grade 5th of SD Negeri 1 Cimaragas after learning to use audio visual based learning. The research method used in this study is an experimental method, with a research design using One Group Pretes-Postest Design. The results were obtained: 1) there are differences in student motivation before and after using audio visual based learning in mathematics. 2) audio visual based learning can increase student learning motivation in mathematics lessons. 3) there are differences in students’ basic competencies before and after using audio visual based learning in mathematics. 4) audio visual based learning can improve students’ basic competencies in mathematics.

(2)

800

A. PENDAHULUAN

Masalah proses belajar mengajar secara umum terjadi di kelas. Kelas dalam arti sempit yaitu segala kegiatan yang dilakukan guru dan anak didiknya disuatu ruangan dalam melaksanakan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM). Kelas dalam arti luas mencakup interaksi guru dan siswa, siswa dan siswa, dan siswa dan guru, secara tidak langsung menyangkut berbagai komponen lain yang saling terkait menjadi suatu sistem yang utuh. Perolehan kompetensi dasar peserta didik sangat ditentukan oleh baik tidaknya kegiatan dan pembelajaran selama program pendidikan dilaksanakan di kelas yang pada kenyataanya yang tidak pernah lepas dari masalah. Proses pendidikan dan pembelajaran yang dilakukan oleh para guru tidak hanya berlangsung di dalam kelas di suatu lembaga pendidikan formal saja, melainkan proses pendidikan dapat berlangsung di lembaga pendidikan informal (di lingkungan keluarga), dan di lembaga pendidikan non formal (di masyarakat) atau di mana saja tanpa dibatasi oleh ruang, waktu dan tempat.

Banyak faktor penyebab lemahnya kemampuan daya tangkap peserta didik, salah satu diantaranya adalah cara belajar peserta didik. Peserta didik dalam belajar kurang memperhatikan penjelasan yang disampaikan oleh guru. Akibatnya siswa sulit untuk mengembangkan kemampuanya. Oleh karena itu untuk mencapai tujuan proses pembelajaran yang diharapkan khususnya pada pembelajaran Matematika diperlukan sosok guru yang memiliki kompetensi yang memadai dalam pembelajaran. Adapun peran dari kajian teknologi pendidikan sangatlah penting dalam penelitian ini, sebagaimana dirumuskan oleh Darmawan, D. (2013). Dalam bukunya yang berjudul Teknologi Pendidikan.

Guru sebagai tenaga professional harus terus melakukan perubahan- perubahan atau setidaknya penyesuian dalam paradigma strategi, pendekatan, dan

teknologi pembelajaran. Guru harus dapat menciptakan kondisi pembelajaran yang berpotensi menciptakan suasana belajar mandiri, serta membawa kelas bagaikan magnet yang mampu mengikat dan menarik peserta didik untuk belajar dalam suasana yang menyenangkan. Guru dalam hal ini adalah seorang presentator sebagai informasi pengetahuan yang penting, baik dan benar, serta bermanfaat bagi kehidupan dan masa depan para peserta didiknya.

Selanjutnya, kedudukan media audio visual dalam proses belajar mengajar tidak terlepas dari fungsinya sebagai alat untuk membangkitkan motivasi belajar peserta didik serta kegairahan belajar peserta didik. Media audio visual dapat memungkinkan interaksi langsung antara pembelajar dengan lingkungannya, dan memunginkan pembelajar dapat belajar secara mandiri.

Kemudian, motivasi merupakan tanggung jawab guru, belajar tidak akan bermakna tanpa adanya motivasi pada diri peserta didik, motivasi akan mendorong timbulnya minat peserta didik dalam belajar secara kreatif dan imajinatif, guru menciptakan situasi dan kondisi yang memungkinkan peserta didik memenuhi kebutuhan belajarnya. Motivasi memiliki fungsi pisikologis untuk mendorong timbulnya kelakuan atau perbuatan. Tanpa adanya motivasi dalam diri peserta didik tidak akan timbul suatu perbuatan belajar, motivasi sebagai pengarah dan motivasi sebagai penggerak dalam diri seorang peserta didik. Agar tujuan pembelajaran tercapai secara optimal, keberhasilan tergantung pada bagaimana guru mengemas, merencanakan, serta membangkitkan motivasi belajar peserta didik. Motivasi akan menentukan tingkat keberhasilan belajar peserta didik, karena tanpa adanya motivasi belajar akan menjadi sis-sia. Dari uraian tersebut maka kedudukan motivasi dalam kegiatan belajar mengajar merupakan bagian yang sangat penting dalam proses belajar mengajar.

(3)

801

motivasi akan menentukan tingkat ketercapaian belajar peserta didik apabila guru dapat mengemas proses pembelajaran menjadi kegiatan yang bermakna. Dengan memilih media yang tepat maka kegiatan belajar peserta didik akan termotivasi untuk melakukan kegiatan dan tergerak secara aktif untuk belajar, serta meningkatkan kualitas peserta didik dalam memahami materi pembelajaran.

Misalkan pada pelajaran Matematika, ini disebabkan dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak lepas dengan kegiatan hitung berhitung, baik itu akan dipergunakan dimasa sekarang maupun dimasa yang akan datang. Melihat kenyatan seperti itu, matematika merupakan salah satu bidang studi yang dipelajari disemua jenjang pendidikan, mulai dari sekolah dasar, menengah, hingga perguruan tinggi. Alasan mengapa matematika perlu diberikan kepada peserta didik adalah untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengolah, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif.

Namun kenyataan yang terjadi selama ini pembelajaran Matematika, kurang bisa menggambarkan materi seutuhnya terutama materi-materi yang terbilang sukar bagi peserta didik. Berdasarkan pengamatan peneliti, model pembelajaran Matematika yang dilaksanakan selama ini di SDN 1 Cimaragas masih menggunakan model konvensional, sehingga peneliti khawatir peserta didik menjadi jenuh. Hal ini terbukti dari kompetensi peserta didik berupa nilai kognitif masih banyak yang perlu diremedial. Begitu pula dorongan atau motivasi pun sangat rendah. Berdasarkan pengamatan dan sharing dengan guru-guru yang mengajar di kelas lima, tidak sedikit peserta didik dalam menerima materi ajar khususnya mata

pelajaran Matematika kurang respon, kurang memperhatikan, menyimak apalagi melakukan suatu hal yang berhubungan dengan materi tersebut.

Seiring dengan perkembangan zaman dan teknologi, media pembelajaran kini mulai bergeser ke arah pemanfaatan media teknologi. Pemanfaatan ICT (Information and Comunication Technologi) atau teknologi informasi dan komunikasi dalam pembelajaran tampaknya kini menjadi suatu tuntutan bagi guru. Salah satu wujud pemanfaatan ICT ini adalah pemanfaatan Komputer sebagai media pembelajaran, memiliki nilai fleksibilitas yang tinggi jika dibandingkan dengan alat elektronik lainnya. Kemampuan analisis sitesis dapat terjadi karena media audiovisual yang ditampilkan guru di kelas, sebagaimana di jelaskan oleh Darmawan, D., Ruyadi, Y., Abdu, W.J., Hufad, A., (2017) dengan kajiannya tentang Efforts to Know the Rate at which Students Analyze and Synthesize Information in Science and Social Science Disciplines. Komputer dapat digunakan sebagai media dalam wujud visual yang hanya menampilkan sesuatu tanpa suara apapun, komputer juga dapat digunakan sebagai media audio yang hanya menyajikan suara saja, dan komputer dapat pula digunakan sebagai media audio visual yaitu menampilkan dan memperdengarkan penjelasan tentang sesuatu.

(4)

802

Penerapan teknologi merupakan suatu inovasi dalam pembelajaran. Oleh karena itu, dalam merancang pembelajaran berbasis audio visual, guru membuat model pembelajaran yang dapat diterapkan dan disesuiakan dengan kondisi sekolah dengan bantuan komputer yang merupakan salah satu media yang telah diaplikasikan dalam dunia pendidikan. Peran komputer sebagai media sangat penting dalam memperingan pekerjaan dan sangat membantu dalam hal proses pengajaran di sekolah-sekolah, salah satunya penggunaan metode pembelajaran berbasis audio visual. Menurut beberapa penelitian tentang penggunaan media audio visual dalam proses pembelajaran menunjukan adanya perbedaan yang berarti antara pembelajaran dengan menggunakan media dengan yang tidak menggunakan media. Oleh sebab itu, penggunaan media pembelajaran dalam proses pembelajaran sangatlah dianjurkan untuk mempertinggi kualitas pembelajaran. “Media audio visual merupakan media visual gerak (motion pictures) yang dapat diatur percepatan geraknya (gerak dipercepat atau diperlambat). Media audio visual merupakan cara memproduksi dan menyampaikan bahan dengan menggunakan peralatan dan elektronik untuk menyajikan pesan-pesan audio dan visual” Sells & Richey dalam Warsita (2008:29)

Demikian pula yang terjadi di Sekolah Dasar Negeri 1 Cimaragas, Kecamatan Pangatikan kabupaten Garut. secara umum ditemukan berbagai masalah, antara lain: belum tersedianya laboratorium komputer, ruang kelas yang tidak sesuai dengan jumlah rombongan belajar, dan lemahnya kompetensi guru terhadap pemanfaatan teknologi komputer dan pembelajaran. Secara khusus yang menjadi permasalahan adalah guru mengalami kesulitan dalam menciptakan pengalaman belajar melalui pemanfaatan teknologi pembelajaran dan pada akhirnya mengalami kesulitan dalam memanipulasi dan menyajikan materi pembelajaran yang sulit dibawa ke dalam kelas seperti objek

pembelajaran yang membahayakan, terlalu kecil dan terlalu besar. Kondisi ini berdampak negatif terhadap kualitas proses dan kompetensi dasar peserta didik. Hal ini terlihat dari salah satu satu tes formatif yang telah dilaksanakan tentang materi Pecahan pada mata pelajaran Matematika kelas V yang memperlihatkan bahwa rata-rata tingkat penguasaan peserta didik (RTP) di bawah 65, Kriteria Ketuntasan (KKM) yang dicapai siswa di bawah 50%, keberhasilan pembelajaran dicapai melalui pembelajaran remedial, untuk itu peneliti memutuskan untuk memecahkan masalah tersebut melalui penelitian dengan cara memperbaiki proses pembelajaran dengan menggunakan media pembelajaran yang tidak dilakukan sebelumnya, untuk mewujudkan rencana penelitian tersebut peneliti bermaksud untuk melakukan penelitian dalam upaya memecahkan masalah pembelajaran tersebut dengan menggunakan pembelajaran berbasis audio visual, dengan harapan adanya peningkatan motivasi dan kompetensi dasar peserta didik yang berbeda dibandingkan dengan kondisi sebelumnya.

Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, maka rumusan masalah dari usulan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah terdapat perbedaan motivasi belajar peserta didik pada pembelajaran matematika di kelas V SDN 1 Cimaragas sebelum dan sesudah belajar menggunakan pembelajaran berbasis audio visual? 2. Bagaimana kriteria peningkatan

motivasi belajar peserta didik pada pembelajaran matematika di kelas V SDN 1 Cimaragas sesudah belajar menggunakan pembelajaran berbasis audio visual?

3. Apakah terdapat perbedaan kompetensi dasar peserta didik pada pembelajaran matematika di kelas V SDN 1 Cimaragas sebelum dan sesudah belajar menggunakan pembelajaran berbasis audio visual? 4. Bagaimana kriteria peningkatan

(5)

803

pembelajaran matematika di kelas V SDN 1 Cimaragas sesudah belajar menggunakan pembelajaran berbasis audio visual?

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang peningkatan motivasi dan kompetensi dasar matematik siswa SD Negeri 1 Cimaragas kelas V melalui penerapan pembelajaran berbasis audio visual.

B. KAJIAN LITERATUR

1. Media Audio Visual

Teknologi audio visual merupakan cara memproduksi dan menyampaikan bahan dengan menggunakan peralatan dan elektronik untuk menyajikan pesan-pesan audio visual. AECT (Association for Education Communication Technology) dalam Arsyad (2002:11) mendefinisikan

bahwa “media adalah segala bentuk yang

dipergunakan untuk menyalurkan pesan informasi.” Pengertian lain menurut Rohani (1997:97-98) bahwa “Audio visual adalah media instruksional modern yang sesuai dengan perkembangan zaman (kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi), meliputi media yang dapat dilihat dan didengar”.

Media audio visual atau sering disebut juga video mempunyai potensi tinggi dalam penyampaian pesan maupun kemampuannya dalam menarik minat dan perhatian peserta didik. Dengan demikian salah satu media pembelajaran yang efektif dan efesien dalam pencapaian kompetensi atau tujuan pembelajaran adalah video pembelajaran. Media ini dapat menampilkan unsur gambar (visual) dan suara (audio) secara bersamaan pada saat mengkomunikasikan pesan atau informasi. Media video dapat diklasifikasikan sebagai media audio-visual. Dengan kata lain media video pembelajaran adalah program video yang dirancang, dikembangkan, dan digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Media audio visual adalah media visual gerak (motion pictures) yang dapat diatur percepatan geraknya (gerak dipercepat atau diperlambat). Hal ini

memungkinkan media video efektif bila digunakan untuk membelajarkan pengetahuan yang berhubungan dengan unsur gerak (motion). Video pembelajaran merupakan aplikasi dari berbagai metode dan teknologi audio visual yang dimanfaatkan untuk kepentingan pembelajaran, sebagaimana dijelaskan Darmawan, D. (2012) dalam kajian Pendidikan Teknologi Informasi dan Komunikasi.

Media audio visual adalah media perantara atau penggunaan materi dan penyerapannya melalui pandangan dan pendengaran sehingga membangun kondisi yang dapat membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Berbicara mengenai bentuk media, disini media memiliki bentuk yang bervariasi sebagaimana dikemukakan oleh tokoh pendidikan, baik dari segi penggunaan, sifat bendanya, pengalaman belajar siswa, dan daya jangkauannya, maupun dilihat dari segi bentuk dan jenisnya. Dalam pembahasan ini akan dipaparkan sebagian dari bentuk media audio visual yang dapat diklasifikasikan menjadi delapan kelas yaitu:

a. Media audio visual gerak, contoh: televisi, video, tape, film, dan media audio pada umumnya seperti kaset program, piringan, dan sebagainya b. Media audio visual diam, contoh:

film bersuara, slide bersuara, komik dengan suara

c. Media audio semi gerak, contoh: telewriter, mose, dan media board d. Media visual gerak, contoh film bisu e. Media visual diam, contoh: microfon,

gambar, dan grafis, peta globe, bagan, dan sebagainya

f. Media semi gerak

g. Media audio, contoh: radio, telepon, tape, disk, dan sebagainya

h. Media cetak, contoh: televisi (Soedjarwono, 1997:175)

(6)

804

dengan karakteristik peserta didik. Media sebagai alat bantu mengajar diakui sebagai alat bantu auditif, visual dan audio visual. Ketiga jenis sumber belajar ini tidak sembarangan, tetapi harus disesuaikan dengan rumusan tujuan instruksional dan tentu saja dengan guru itu sendiri. Akerel dan Afolabi menyatakan keefektifan media audio visual dinyatakan dalam jurnal penelitiannya bahwa:

However, for video to be effective, it must be available, easy to use, well maintained, adequately funded and experts must be available. It is alarming to note that virtually all lecturers or teacher do not make use of instructional materials to deliver lectures. It is in light of this, that this study investigated the effect of (2012).

Terdapat faktor-faktor yang dapat mempengaruhi penggunaan media audio visual. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam kriteria pemilihan

media pengajaran antara lain “tujuan

pengajaran yang ingin dicapai, ketepatgunaan, kondisi siswa, ketersediaan perangkat keras dan perangkat lunak, mutu teknis, dan biaya” (Basyiruddin, 2002:15). Oleh sebab itu, beberapa pertimbangan yang harus diperhatikan sesuai dengan pendapat lain yang mengemukakan bahwa pertimbangan pemilihan media pengajaran sebagai berikut.

Media dipilih berdasarkan tujuan instruksional yang telah ditetapkan yang secara umum mengacu kepada salah satu atau gabungan dari dua atau tiga ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Tujuan ini dapat digambarkan dalam bentuk tugas yang harus dikerjakan atau dipertunjukkan oleh peserta didik seperti menghafal, melakukan kegiatan yang melibatkan kegiatan fisik dan pemikiran prinsip-prinsip seperti sebab akibat, melakukan tugas yang melibatkan pemahaman konsep-konsep atau hubungan-hubungan perubahan dan mengerjakan tugas-tugas yang melibatkan pemikiran tingkat yang lebih tinggi.

Tepat untuk mendukung isi pelajaran yang sifatnya fakta, konsep, prinsip yang generalisasi agar dapat membantu proses pengajaran secara efektif, media harus selaras dan menunjang tujuan pengajaran yang telah ditetapkan serta sesuai dengan kebutuhan tugas pengajaran dan kemampuan mental siswa. Aspek materi yang menjadi pertimbangan diaanggap penting dalam memilih media sesuai atau tidaknya antara materi dengan media yang digunakan atau berdampak pada hasil pengajaran siswa. Ketersediaan media di sekolah atau memungkinkan bagi guru mendesain sendiri media yang akan digunakan merupakan hasil yang perlu menjadi pertimbangan seorang guru.

Pengelompokan sasaran, media yang efektif untuk kelompok besar belum tentu sama efektifnya jika digunakan pada kelompok kecil atau perorangan. Ada media yang tepat untuk kelompok besar, kelompok sedang, kelompok kecil, dan perorangan. Mutu teknis pengembangan visual, baik gambar maupun fotograf harus memenuhi persyaratan teknis tertentu misalnya visual pada slide harus jelas dan informasi pesan yang ditonjolkan dan ingin disampaikan tidak boleh terganggu oleh elemen yang berupa latar belakang (Arsyad, 2002:72).

Dengan adanya gambaran di atas, kriteria pemilihan media audio visual memiliki kriteria yang merupakan sifat-sifat yang harus dipraktikkan oleh pemakai media, kriteria tersebut antara lain:

a. Ketersediaan sumber setempat. Artinya bila media yang bersangkutan tidak terdapat pada sumber-sumber yang ada, maka harus dibeli atau dibuat sendiri.

b. Efektifitas biaya, tujuan serta suatu teknis media pengajaran

(7)

805

dijinjing dan dipindahkan (Sadiman, 2002:84).

Dengan berbagai dasar pemilihan tersebut di atas, maka dapat dipahami bahwa pemilihan media harus sesuai dengan kemampuan karakteristik anak didik, pemilihan media audio visual dapat membantu siswa dalam menyerap isi pelajaran, media yang dipilih harus mampu memberikan motivasi dan minat peserta didik untuk lebih berprestasi dan termotivasi lebih giat belajar. Alasannya, sistem pendidikan yang baru menuntut faktor dan kondisi yang baru pula baik yang berkenaan dengan sarana fisik maupun non fisik. Untuk itu, diperlukan tenaga pengajar yang memiliki kemampuan dan kecakapan yang memadai, kinerja, dan sikap yang baru serta memiliki peralatan yang lebih lengkap.

Adapun pengembangan media video pembelajaran ini dapat menggunakan prinsip-prinsip pengembangan desain instruksional. Menurut Suparman (2001:33) pengembangan instruksional melalui proses desain, produksi, dan evaluasi formatif. Sedangkan menurut Reigeluth (dalam Suparman, 2001:30) melalui tahap desain, produksi dan validasi. Dengan demikian, produk yang dihasilkan diharapkan akan terjamin kualitasnya dan dapat memenuhi fungsinya untuk mencapai kompetensi atau tujuan pembelajaran yang ditetapkan.

Media audio visual merupakan cara memproduksi dan menyampaikan bahan dengan menggunakan peralatan dan elektronik untuk menyajikan pesan-pesan audio dan visual Sells & Richey dalam Warsita (2008:29). Media audio-visual dirancang untuk menghasilkan suatu gambaran yang realistis dunia sekitar kita. Kadangkala banyak materi yang tidak bisa hanya diterangkan secara verbal dan tentunya kita memerlukan media yang sesuai dalam penyampaian meteri tersebut. Sebagaimana pendapat Asyhar (2011:74):

Media vidio memungkinkan untuk memanipulasi waktu (meningkatkan atau mengurangi waktu) yang

diperlukan untuk mengamati suatu peristiwa atau objek dan dapat juga memanipulasi ruang. Melalui media audio-visual, foto-foto, gambar-gambar dapat diperbesar atau diperkecil.

Media audio visual telah banyak digunakan untuk berbagai keperluan mulai dari hiburan, sampai bidang pendidikan dan pembelajaran. Media ini dapat mengungkapkan objek dan peristiwa seperti keadaan yang sesungguhnya. Perencanaan yang baik dalam menggunakan media ini akan membuat proses komunikasi (pembelajaran) akan lebih efektif. Sehingga pesan dan informasi yang akan dibawa oleh media baik berupa pesan sederdana ataupun pesan yang kompleks sekalipun akan mampu memenuhi kebutuhan belajar peserta didik, sehingga peserta didik aktif berpartisipasi dalam proses pembelajaran.

Penggunaan media audio visual dalam kegiatan pembelajaran yaitu untuk menjembatani keterbatasan pengalaman peserta didik terhadap objek yang langkahnya terlalu cepat atau lambat memberikan pengalaman nyata kepada peserta didik, memicu keterlibatan peserta didik secara aktif dalam pembelajaran. Jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik, karena meliputi kedua jenis media auditif (mendengar) dan visual (melihat). Media audio visual merupakan sebuah alat bantu audio visual yang berarti bahan atau alat yang dipergunakan dalam situasi belajar untuk membantu tulisan atau kata yang diucapkan dalam menulaikan pengetahuan, sikap dan ide. Ketika sudah banyak produk media audio visual maka dibutuhan suatu manajemen penyimpanan sumber belajar, dalam kajian ini Darmawan, D. (2017) menjelaskan tentang Architecture Fedena Open Source ERP” For Educational Communication. Pendekatan ini dpaat dipakai oleh guru yang terus mampu memproduksi media pembelajaran dalam jumlah yang banyak.

(8)

806

sebagai media pembelajaran yang memungkinkan peserta didik akan dapat mengamati secara langsung tentang wujud benda yang sesungguhnya (aslinya), mengamati proses dari suatu kejadian atau suatu perubahan, mengamati perbedaan warna, dan mengamati suatu gerakan dan lain-lain ynag diiringi dengan suara.

Berdasarkan berbagai studi yang dilaksanakan diberbagai negara, dampak/pengaruh positif media audio visual yang signifikan dikalangan peserta didik adalah bahwa program audio visual dapat (a) meningkatkan pengetahuan; (b) menumbuhkan keinginan atau motivasi untuk memperoleh informasi dan pengetahuan lebih lanjut; c) meningkatkan pembendaharaan kosakata, istilah/jargon, dan kemampuan berbahasa secara verbal dan non verbal; (d) meningkatkan daya imajinasi dan kreativitas peserta didik; (e) meningkatkan kekritisan daya pikir peserta didik karena dihadapkan pada dua realitas gambar dunia; dan (f) memicu minat baca dan motivasi belajar peserta didik (Sandjaja, 1999). Jadi, media audio visual adalah merupakan media perantara atau penggunaan materi dan penyerapannya melalui pandangan dan pendengaran sehingga membangun kondisi yang dapat membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap.

2. Motivasi

Menurut Woodwort dalam Sanjaya, (2008:250) mengatakan : “A motive is a set predisposes the individual of ceratain activities and for seeking certain goals”. Motive adalah suatu set yang dapat membuat individu melakukan kegiatan-kegiatan tertentu untuk mencapai tujuan. Dengan demikian, motivasi adalah dorongan yang dapat menimbulkan perilaku tertentu yang terarah kepada pencapaian suatu tujuan tertentu. Perilaku atau tindakan yang ditujukan seseorang dalam upaya untuk mencapai tujuan tertentu sangat tergantung kepada motive yang dimilikinya. Hal ini seperti diungkapkan Ardean (dalam Sanjaya,

2008:250) “motives is internal condition arouse sustain, directand determain the intensity of learning effort, and also define the set satisfying or unsatisfying consequences of goal”.

Menurut Suyono dan Haryanto (2015:183) mengemukakan bahwa : “Motivasi yaitu sebagai faktor-faktor internal dan eksternal yang mendorong keinginan dan energi manusia untuk secara kontinyu menaruh minat dan perhatian terhadap pekerjaan, peranannya atau kepada suatu subyek tertentu, serta memberikan upaya yang sungguh-sungguh dan persistem dalam mencapai tujuan-tujuan tersebut”.

Kemudian Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002:756) dalam Suyono dan Hariyanto (2015:183) mendefinisikan “motivasi sebagai dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan satu tindakan dengan tujuan tertentu” dan Bremen mendefinisikan “motivasi sebagai derajat kemampuan seseorang individu dalam berupaya mencapai prestasi tertentu dari suatu tujuan yang ingin diraihnya”.

Pengertian motivasi menurut Mc. Donald dalam Sardiman (2003:73) adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Dari pengertian yang dikemukakan Mc. Donald ini mengandung tiga elemen penting, antara lain:

a. Bahwa motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi akan membawa beberapa perubahan energi di dalam sistem “neurophysiological” yang ada pada organisme manusia. Karena menyangkut perubahan energi manusia (walaupun motivasi ini muncul dari dalam diri manusia), namun penampakannya akan menyangkut fisik manusia.

(9)

807

yang dapat menentukan tingkah laku manusia.

c. Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. Jadi motivasi dalam hal ini sebenarnya merupakan respons dari suatu aksi, yakni tujuan. Motivasi memang muncul dari dalam diri manusia, namun kemunculannya karena terangsang/terdorong oleh adanya unsur lain, dalam hal ini adalah tujuan. Motivasi juga dapat dikatakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang mau, dan ingin melakukan sesuatu, dan bila dia tidak suka, maka akan berusaha meniadakan atau mengelakan rasa tidaksukanya itu. Dari pemaparan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa motivasi datang dari dalam diri seseorang namun tetap dapat dirangsang oleh faktor dari luar. Kondiis motivasi sangat penting khususnya keitka akan berhadapan dengan proses evaluasi yang berbasis komputer dalam hal ini Darmawan, D., Harahap, E. (2016), menjelaskan dalam bentuk Computer Based Test, dimana anak memerlukan motivasi tinggi untuk dapat melakukand an meneyelesaikan soal-soal berbasis komputer yang tentunya pasti ada unsur audio dan visualnya.

Motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak psikis di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar itu demi mencapai suatu tujuan. Peranannya yang khas adalah sebagai penumbuh gairah, merasa senang dan bersemangat untuk belajar. Dalam hal ini siswa yang memiliki motivasi belajar yang sangat kuat akan memiliki banyak energi dalam belajar, sehingga akan berpengaruh pada prestasi yang akan dicapai.

Keberhasil siswa dalam pembelajaran tidak hanya ditentukan oleh faktor internal siswa. Faktor eksternal sangat membantu dalam menumbuhkan motivasi belajar sehingga dapat membangkitkan semangat dan usaha siswa untuk belajar, salah satu upaya guru dalam

membangkitkan motivasi siswa adalah dengan cara melakukan interaksi dengan melibatkan komponen komunikator, komunikan, pesan dan media yang dapat berinteraksi satu sama lain. Media pembelajaran merupakan faktor eksternal yang dapat menimbulkan daya dorong bagi siswa untuk melakukan usaha belajar, salah satu media yang dapat dimanipulasi untuk merangsang siswa melakukan usaha belajar adalah pembelajaran berbasis audio visual.

3. Kompetensi Dasar

Yamin (2010:126) ”...berpendapat secara definisi kompetensi adalah kemampuan dasar yang dapat dilakukan oleh para siswa pada tahap pengetahuan, keterampilan, dan sikap.” lebih lanjut

Yamin (2010:131) ”...mengatakan

Kompetensi Dasar adalah tujuan pembelajaran dari materi yang akan diberikan kepada siswa sesuai dengan taksonomi B.S. Bloom, menggunakan kata operasional yang bersifat umum yang disesuaikan dengan tingkat kemampuan dasar pengetahuan tingkat rendah, menengah, dan tinggi, yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. Sedangkan Sukmadinata (2012:18) mengatakan ”Dalam maknanya yang lebih luas kompetensi mencakup semua kecakapan, ”kebiasaan” (ableness), keterampilan yang diperlukan seseorang dalam kehidupannya, baik sebagai pribadi, warga masyarakat, siswa, dan karyawan (termasuk di dalamnya pimpinan). Kecakapan-kecakapan, keterampilan untuk menyatakan, memelihara, menjada dan mengembangkan diri. Kecakapan dan keterampilan-keterampilan tersebut, tidak sekedar berkenaan aspek fisik-biologis, tetapi juga aspek-aspek intelektual, sosial, dan afektif (perasaan, sikap, nilai).

(10)

808

penguasaan kecakapan dan keterampilan untuk menjaga, memelihara, mempertahankan dan mengembangkan diri, baik secara fisik, sosial, intelektual maupun moral.

Secara garis besar dibedakan dua model kompetensi, yaitu: model masukan atau input model, dan model hasil atau output model (outcome model). Model input merumuskan kompetensi berdasarkan atribut atau kemampuan yang dimiliki individu peserta didik, yaitu: pengetahuan, keterampilan dan sikap. Model output merumuskan Kompetensi berdasarkan aspek-aspek peranan dalam pekerjaan. Perbedaan lain antara model input dengan output adalah: model input melihat formasi dalam unsur-unsur terpisah/terlepas (keterampilan, tugas, dll), dan mengarah kepada isi performansi, sedangkan model output menggambarkan keseluruhan peran dalam pekerjaan, keseluruhan unsur-unsur peran atau mengarah kepada hasil performansi secara standar.

Kompetensi sama halnya dengan hasil belajar yang dicapai oleh siswa. Menurut Arifin (2011:12) “Hasil belajar meliputi pembentukan watak peserta didik” yaitu sikap (spiritual dan sosial), pengetahuan dan keterampilan. Hasil belajar adalah kemampuan yang dapat diistilahkan dengan kata kompetensi yang berasal dari bahasa Inggris.

Pencapaian kompetensi dasar oleh peserta didik dalam pembelajaran merupakan hal yang penting, namun demikian penguian juga merupakan hal yang penting, namun demikian juga merupakan hal yang penting dalam pembelajaran. Yamin (2012:143) “…Ujian ini dapat dilakukan di awal pelajaran untuk mengetahui sejauhmana tingkat pengetahuan awal siswa, dan uji akhir dari proses pembelajaran, yaitu untuk mendapat gambaran kecakapan, penyerapan dari suatu penyajian yang telah dilaksanakan pada akhir pelajaran”.

C. METODE PENELITIAN

1. Metode Penelitian

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan penelitian kuantitatif, didasari oleh keinginan peneliti untuk menguji hipotesis dari suatu teori yang telah ada. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan desain penelitian yang disebut penelitian Pre Experimental Design (nondesigns) (Darmawan, 2014:67). Bentuk metode eksperimen yang digunakan adalah One-Group Pretest-Posttest Design, yaitu suatu metode penelitian untuk melihat suatu kompetensi, dalam hal ini kompetensi dasar matematika dengan pokok bahasan Bangun Datar dan Bangun Ruang. Menurut Sugiyono (2016:74) Dikatakan pre-experimental designs, karena desain ini belum merupakan eksperimen sungguh-sunguh, karena masih terdapat variabel luar yang ikut berpengaruh terhadap terbentuknya variabel dependen.

Bentuk one-group pretest-posttest design merujuk pada pola “pre experimental designs”, di mana hal ini terjadi karena tidak adanya variabel control, dan sampel tidak dipilih secara acak. Karena peneliti tidak mungkin mengubah setting kelas yang sudah ada sebelumnya, maka peneliti dapat menentukan subyek penelitian di mana saja selama masuk ke dalam kelompok-kelompok eksperimen sehingga setiap kelas dapat dilakukan pretest dan posttest.

2. Populasi dan Sampel

Suatu penelitian tentunya memiliki keterbatasan dalam menghadirkan sumber informasi atau subjek penelitian. Selain itu, penelitian yang hasilnya dapat digeneralisir tentunya memiliki perjalanan proses pengambilan sampel yang proporsional sehingga kesimpulannya dapat digeneralisirkan. Siapa saja yang akan diteliti dan berapa banyak (populasi), dan siapa saja yang menjadi sasaran langsung pengumpulan data (sampel atau responden). Maka populasi

adalah “keseluruhan data mengenai

sekelompok objek yang lengkap dan jelas yang mempunyai karakteristik tertentu”. (Sundayana, 2015:22). Dalam penelitian ini populasinya adalah seluruh siswa/siswi kelas V di SD Negeri 1 Cimaragas Kabupaten Garut tahun pelajaran 2018-2019 yang terdiri dari 6 kelas.

(11)

809

yang dimiliki oleh populasi tersebut.” Dengan kata lain sampel adalah bagian dari populasi. Oleh karena itu sampel yang digunakan dalam penelitian ini sampel total atau sampling jenuh seperti yang di ungkapkan oleh Sugiono (2016:85) bahwa “Sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel.” Sampel dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas V SDN 1 Cimaragas tahun pelajaran 2018-2019. Pengambilan sampel tersebut didasarkan kepada pendapat Arikunto (2006:107) yang mengatakan bahwa: "Apabila subjeknya kurang dari 100 lebih baik diambil semuanya, sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Jika jumlah subjeknya lebih besar dari 100 dapat diambil antara 10 - 15% atau 20 - 25% atau lebih dari itu".

D. HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Perbedaan Motivasi Peserta Didik Sebelum dan Sesudah Menggunakan Pembelajaran Berbasis Audio Visual

Dari sampel penelitian sebanyak 21 siswa, rata-rata pretest motivasi sebelum menggunakan pembelajaran berbasis audio visual di SD Negeri 1 Cimaragas sebesar 47,43 dengan nilai terkecilnya 34 dan nilai terbesarnya 64, simpangan baku sebesar 7,852. Pretest motivasi belajarpeserta didik

sebelum menggunakan pembelajaran

berbasis audio visual pada pelajaran Matematika, diperoleh nilai terendah sebesar 34 didapatkan oleh satu orang

dengan presentase sebesar 4,8%.

Sedangkan nilai terbesar, yaitu 64 diperoleh oleh satu orang dengan presentase 4,8%, serta nilai yang banyak muncul (modus), yaitu nilai 46 diperoleh oleh tiga orang dengan presentase 14,3%. Dari data tersebut menunjukkan bahwa motivasi belajar yang dicapai masih rendah.

Selanjutnya, dari sampel penelitian

sebanyak 21 siswa, sesudah menggunakan pembelajaran berbasis audio visual peneliti melakukan tes akhir motivasi belajar (posttest), diketahui bahwa rata-rata/mean posttest sesudah menggunakan pembelajaran berbasis audio visual adalah sebesar 88,14 dengan nilai terkecilnya

sebesar 76 dan nilai terbesarnya sebesar 98, serta simpangan baku sebesar 7,199.

Posttest motivasi peserta didik

sesudah menggunakan pembelajaran

berbasis audio visual pada pelajaran Matematika, diperoleh nilai terendah sebesar 76 didapatkan oleh dua orang

dengan presentase sebesar 9,5%.

Sedangkan nilai terbesar, yaitu 98 diperoleh oleh dua orang dengan presentase 9,5%,

serta nilai yang banyak muncul (modus),

yaitu nilai 84, 90 dan 96 diperoleh oleh

masing-masing tiga orang dengan

presentase 14,3%. Dari data tersebut menunjukkan bahwa motivasi belajar yang dicapai terjadi peningkatan.

Hasil uji perbedaan, diperoleh nilai Sig. (2 tailed) lebih kecil dari nilai  (0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan motivasi belajar antara siswa yang menggunakan dengan yang tidak menggunakan pembelajaran berbasis audio visual di kelas V SD Negeri 1 Cimaragas. Lebih lanjut, dari deskripsi hasil penelitian sebelumnya diketahui rata-rata motivasi sebelum menggunakan pembelajaran berbasis audio visual dan yang sesudah menggunakan berturut-turut 47,43 dan 88,14; sehingga dapat disimpulkan bahwa: terdapat perbedaan motivasi belajar siswa sebelum dan sesudah menggunakan pembelajaran berbasis audio visual.

2. Kriteria Peningkatan Motivasi Belajar

Peserta Didik pada Pembelajaran Matematika di Kelas V SDN 1

Cimaragas Sesudah Belajar

Menggunakan Pembelajaran Berbasis Audio Visual

(12)

810

motivasi belajar siswa setelah menggunakan pembelajaran berbasis audio visual sebesar 0,78 yang termasuk pada kategori tinggi. Adapun rinciannya adalah yang kategori sedang diraih oleh 7 siswa dengan persentase 33,33% dan kategori tinggi diraih oleh 14 siswa dengan persentase 66,67%. Berdasarkan hasil analisis tersebut, tampak di atas 50% terjadi peningkatan motivasi belajar yang tinggi, hal ini berarti penggunaan pembelajaran berbasis audio visual berpengaruh dalam meningkatkan motivasi belajar siswa kelas V pada pelajaran Matematika di SD Negeri 1 Cimaragas, Garut. Hal ini sesuai dengan pendapat Sanjaya (2013:69) yang

menyatakan bahwa “Penggunaan media

pembelajaran menjadikan proses pembelajarannya menjadi lebih menarik serta waktu pelaksanaannya dapat diperpendek, dan kualitasnya dapat ditingkatkan.”

Terjadinya peningkatan motivasi belajar selain karena penggunaan media presentasi yang membuat peserta didik menarik perhatian, juga dapat mengkomodir berbagai macam gaya belajar siswa. Media presentasi yang diterapkan menggunakan berbagai macam media, seperti tulisan, gambar, animasi, musik, dan video pembelajaran yang dikemas dalam bentuk multimedia interaktif yang memberi suasana yang menarik, dinamis dan siswa tampak menikmati pembelajaran sehingga siswa terlihat antusias dalam kegiatan pembelajaran.

Hal ini selaras dengan pendapat Islam dkk (2014) dalam jurnal penelitiannya yang berjudul Child Education Through Animation: An Experimental Study menyatakan bahwa guru dalam mengajar siswa mereka dengan memanfaatkan buku teks bersama dengan instruksi lisan, metode pengajaran dan pembelajaran ini dapat diubah dengan mengembangkan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Pendapat tersebut sesuaikan temuan dari Darmawan, D.,(2012). Biological Communication Behavior through Information Technology Implementation in Learning Accelerated,

dimanakekuatan animasi sebagai produk TIK mampu menjadi stimulus dalam mempercepat proses belajar siswa. Oleh karena itu, menurut peneliti sudah waktunya peserta didik untuk berpartisipasi dengan pembelajaran yang berkualitas tinggi dan realistis bagi siswa. Integrasi materi pembelajaran secara visual dapat meningkatkan respon dan persepsi peserta didik terhadap pendekatan pembelajaran ini. Pendekatan pembelajaran yang dikemas secara interaktif ini mungkin metode yang tepat terutama untuk anak-anak sekolah.

Sementara itu, Leow dan Neo (2014) dalam jurnal penelitian yang berjudul : Interactive Multimedia Learning: Innovating Classroom Education in A Malaysian University menyatakan bahwa siswa menunjukkan perubahan sikap positif menjadi lebih aktif dan termotivasi dalam proses pembelajaran yang menggunakan multimedia interaktif.

(13)

811

pengakuan, dan lain-lain (Middleton Midgley, 1997; Pintrich, 2000, Deemer, 2004; Muirbead, 2006; Bell dan Akroyd, 2006 dalam Sherazi dan Jabeen, 2016).

Terjadinya peningkatan motivasi pada peserta didik setelah menggunakan pembelajaran berbasis audio visual merupakan modal bagi siswa tersebut untuk lebih maju, hal ini sesuai dengan pendapat Sardiman (2014:85) yang menyatakan:

Motivasi dalam belajar memiliki fungsi diantaranya: 1) mendorong manusia untuk berbuat, artinya merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan; 2) menentukan arah perbuatan, artinya dapat memberikan arah yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuan yang telah ditetapkan; 3) menyeleksi perbuatan, yakni memilih kegiatan atau perbuatan-perbuatan yang tidak sesuai dengan tujuan; dan 4) mendorong usaha dalam mencapai prestasi, seorang siswa yang memiliki motivasi yang kuat akan lebih rajin belajarnya sehingga hasil belajarnya pun akan lebih baik.

Di dalam kegiatan belajar mengajar peranan motivasi sangat diperlukan, dengan motivasi yang baik, siswa dapat mengembang aktivitas dan inisiatif serta dapat mengarahkan dan memelihara ketekunan dalam melakukan kegiatan belajar. Motivasi berfungsi mengaktifkan atau meningkatkan kegiatan. Suatu perbuatan atau kegiatan yang tidak bermotif atau motifnya lemah, akan dilakukan dengan tidak sungguh-sungguh, tidak terarah dan kemungkinan besar tidak akan membawa hasil. Sebaliknya apabila motivasinya besar atau kuat, maka akan dilakukan dengan sungguh-sungguh, terarah, dan penuh semangat, sehingga kemungkinan berhasil akan lebih besar. Untuk menerapkan multimedia pembelajaran pada lembaga pendidikan, khususnya di sekolah-sekolah, tentunya ada standar minimal khusus yang harus dipenuhi paling tida dari sarana dan prasarana atau fasilitas. Komputer atau laptop adalah sarana yang wajib tersedia agar dapat menerapkan pembelajaran

berbasis multimedia pembelajaran. Komputer atau laptop juga harus dilengkapi dengan program-program yang mendukung dalam pembelajaran multimedia ini, agar bisa diproyeksikan dalam laptop tersebut. Kemudian tak kalah pentingnya juga adalah Sumber Daya Manusia, dalam hal ini guru yang akan menjadi fasilitator pembelajaran, juga harus menguasi dan mngoprasikan program-program yang berkaitan dengan penggunaan multimedia pembelajaran. Dalam kajian ini sesuai dengan pendapat dari Darmawan, D. .(2014). Pengembangan E-Learning, bahwa unsur e-learning adalah multimedia.

3. Perbedaan Kompetensi Dasar Peserta Didik Sebelum dan Sesudah Menggunakan Pembelajaran Berbasis Audio Visual

Dari sampel penelitian sebanyak 21 siswa, peneliti melakukan tes awal kompetensi dasar sebelum menggunakan pembelajaran berbasis audio visual (pretest) diketahui bahwa rata-rata pretest sebelum menggunakan pembelajaran berbasis audio visual di SD Negeri 1 Cimaragas sebesar 41,67 dengan nilai terkecilnya 30 dan nilai terbesarnya 55, serta simpangan baku sebesar 7,317. Pretest

kompetensi dasar peserta didik sebelum

menggunakan pembelajaran berbasis audio

visual pada pelajaran Matematika,

diperoleh nilai terendah sebesar 30 didapatkan oleh dua orang dengan presentase sebesar 9,5%. Sedangkan nilai terbesar, yaitu 55 diperoleh oleh satu orang dengan presentase 4,8%, serta nilai yang

banyak muncul (modus), yaitu nilai 35 dan

45 yang masing-masing diperoleh oleh empat orang dengan presentase 19,0%. Dari data tersebut menunjukkan bahwa kompetensi dasar yang dicapai masih

rendah. Jika diekspektasi maka

pembelajaran diharapkan lebih individual dan mandiri secara online. Adapaun desain dan pengembangannya telah dijelaskan

oleh Darmawan, D., Kartawinata, H.,

(14)

812

at Vocational High School. Dimana dalam kajian nya bahwa peran siswa selama pembelajaran akan lebih mandiri.

Selanjutnya, dari sampel penelitian

sebanyak 21 siswa, sesudah menggunakan pembelajaran berbasis audio visual peneliti melakukan tes akhir kompetensi dasar (posttest), diketahui bahwa rata-rata posttest sesudah menggunakan pembelajaran berbasis audio visual adalah sebesar 85,48 dengan nilai terkecilnya sebesar 75 dan nilai terbesarnya sebesar 95, serta simpangan baku sebesar 6,385.

Posttest kompetensi dasar peserta didik

sesudah menggunakan pembelajaran

berbasis audio visual pada pelajaran Matematika, diperoleh nilai terendah sebesar 75 didapatkan oleh tiga orang

dengan presentase sebesar 14,3%.

Sedangkan nilai terbesar, yaitu 95 diperoleh oleh tiga orang dengan presentase 14,3%, serta nilai yang banyak muncul (modus), yaitu nilai 88 diperoleh oleh lima orang dengan presentase 23,8%. Dari data tersebut menunjukkan bahwa kompetensi dasar yang dicapai mengalami perbedaan. Kemampuan yang berbeda ini akan mengakibatkan bervariasinya kemampuan belajar secara digital bahwan online sebagaimana yang dijelaskan dalam buku

Darmawan, D. .(2013) mengenai Desain dan Pemograman Website.

4. Kriteria Peningkatan Kompetensi

Dasar Peserta Didik pada

Pembelajaran Matematika di Kelas V SDN 1 Cimaragas Sesudah Belajar Menggunakan Pembelajaran Berbasis Audio Visual

Untuk mengetahui peningkatkan kompetensi dasar siswa menggunakan pembelajaran berbasis audio visual pada pelajaran Matematika di kelas V SD Negeri 1 Cimaragas Garut dapat dilihat dari perhitungan gain. Dari peserta didik yang berjumlah 21 siswa, rata-rata peningkatan kompetensi dasar peserta didik setelah menggunakan pembelajaran berbasis audio visual sebesar 0,76 yang termasuk pada kategori tinggi. Adapun rinciannya adalah yang kategori sedang diraih oleh 7 siswa

dengan persentase 33,33% dan kategori tinggi diraih oleh 14 siswa dengan persentase 66,67%. Berdasarkan hasil analisis tersebut, tampak di atas 50% terjadi peningkatan kompetensi dasar yang tinggi, hal ini berarti penggunaan pembelajaran berbasis audio visual berpengaruh dalam meningkatkan kompetensi dasar siswa kelas V pada pelajaran Matematika di SD Negeri 1 Cimaragas, Garut.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh penggunaan pembelajaran berbasis audio visual dalam meningkatkan kompetensi dasar siswa pada pada pelajaran Matematika di kelas V SD Negeri 1 Cimaragas Garut. Pengaruh pembelajaran, yaitu dapat dilihat dari peningkatan kompetensi dasar sebelum dengan sesudah menggunakan pembelajaran berbasis audio visual. Berdasarkan perhitungan gain di atas dapat diketahui bahwa dari peserta didik yang berjumlah 21 siswa, rata-rata peningkatan kompetensi dasar siswa setelah menggunakan pembelajaran berbasis audio visual sebesar 0,76 yang termasuk pada kategori tinggi. Adapun rinciannya adalah yang kategori sedang diraih oleh 7 siswa dengan persentase 33,33% dan kategori tinggi diraih oleh 14 siswa dengan persentase 66,67%. Berdasarkan perhitungan di atas dapat diketahui persentase ketuntasan belajar (KB), yaitu sebesar 100%. Lebih lanjut, berdasarkan hasil posttest, setelah dilakukan pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran berbasis audio visual diketahui bahwa dari peserta didik yang berjumlah 21 siswa, nilai rata-rata kompetensi dasar adalah sebesar 85,48 dan angka atau nilai tersebut telah memenuhi nilai KKM, yaitu 75. Berdasarkan hasil analisis tersebut, hipotesis 4 yang diajukan peneliti, yaitu: Penggunaan pembelajaran berbasis audio visual berpengaruh dalam meningkatkan kompetensi dasar siswa kelas V pada pelajaran Matematika di SD Negeri 1 Cimaragas, Garut.

(15)

jenis-813

jenis kemampuan (kompetensi) yang dapat menyebutkan dan menjelaskan; fakta-fakta, istilah, konsep dan prinsip, metode dan prosedur, bahan tertulis, grafik, angka, dan situasi bermasalah. Peningkatan tersebut dapat tercermin dari kemampuan siswa menjawab soal yang diberikan kepada mereka. Temuan ini menjadi novasi dalam proses pendidikan, sebagaimana dijelaskan oleh Darmawan, D. (2014) dalam kajian Inovasi Pendidikan: Pendekatan offline dan online learning. Demikian juga dalma penegasan pembelajaran elektronik ini ditegaskan pula dalam Darmawan, D. .(2014) mengenai strategi Pengembangan E-Learning Teori dan Desain

E. SIMPULAN DAN

REKOMENDASI 1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian dengan judul “Pengaruh Penggunaan Pembelajaran Berbasis Audio Visual terhadap Peningkatan Motivasi dan Kompetensi Dasar Matematika Kelas V di SD Negeri 1 Cimaragas” yang telah dilakukan, peneliti dapat mengambil empat kesimpulan di bawah ini:

a. Terdapat perbedaan motivasi belajara peserta didik sebelum dan sesudah menggunakan pembelajaran berbasis audio visual pada pelajaran Matematika dengan materi penjumlahan dan pengurangan pecahan. Temuan ini berarti ketika sesudah diberikan perlakuan dapat merubah motivasi sebelum menggunakan pembelajaran berbasis audio visual.

b. Pembelajaran berbasis audio visual dapat meningkatkan motivasi belajar peserta didik pada pelajaran Matematika dengan materi penjumlahan dan pengurangan pecahan. Temuan ini didasarkan pada meningkatnya skor motivasi belajar peserta didik setelah menggunakan pembelajaran berbasis audio visual. c. Terdapat perbedaan kompetensi dasar

peserta didik sebelum dan sesudah

menggunakan pembelajaran berbasis audio visual pada pelajaran matematika dengan materi penjumlahan dan pengurangan pecahan. Temuan ini terbukti bahwa menggunakan pembelajaran berbasis audio visual dapat memberikan perubahan skor yang positif dari kompetensi dasar sebelum diberikannya pembelajaran.

d. Pembelajaran berbasis audio visual dapat meningkatkan kompetensi dasar peserta didik pada pelajaran Matematika dengan materi penjumlahan dan pengurangan pecahan. Temuan ini didasarkan pada meningkatnya skor kompetensi dasar peserta didik setelah diberikan pembelajaran berbasis audio visual dan peningkatan kompetensi dasarnya ada pada kategori tinggi.

2. Rekomendasi

Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh, semoga hasil dari penelitian ini berupa penggunaan pembelajaran berbasis audio visual menjadi salah satu alternative diantara sekian banyak metode pembelajaran, maka penelitit mengajukan beberapa rekomendasi dengan harapan hasil penelitian ini berguna bagi dunia pendidikan adapun rekomendasinya sebagai berikut:

(16)

814

meningkatkan motivasi dan kompetensi dasar peserta didik pada mata pelajaran Matematika pada pokok bahasan penjumlahan dan pengurangan pecahan yang telah dilakukan oleh peneliti. Walau demikian pembelajaran berbasis audio visual ini dalam penggunaaanya dapat disesuaikan dengan kebutuhan. b. Selain itu kita sebagai seorang guru

yang menjadi agen pendidikan yang berada di garis terdepan tentunya telah dibekali berbagai macam metoda pembelajaran yang telah teruji dan dapat dipertanggungjawabkan, selain banyak metode pembelajaran tersebut, sebagai salah satu alternative dapat memilih pembelajaran berbasis audio visual pada peserta didik, kiranya hasil penelitian ini dapat lebih efektif terhadap peningkatan motivasi dan kompetensi dasar peserta didik. Begitu pula untuk menerapkan pendekatan dan metode pembelajaran dengan baik kita senatiasa melakukan persiapan yang matang, diantaranya adalah kesiapan kita sebagai guru untuk terus memotivasi peserta didik untuk kreatif dan aktif dalam pembelajaran. Selain itu dengan sekuat tenaga kita sebagai guru senantiasa berkeinginan untuk terus meningkatkan kemampuan diantaranya penggunaan komputer dan kompetensinya sebagai pengajar yang baik.

c. Dalam upaya meningkatkan kualitas proses pembelajaran alangkah baiknya didukungan sarana dan prasarana yang memadai untuk menciptakan situasi pembelajaran di kelas sesuai dengan yang diharapkan. Itupun disesuaikan dengan keadaan dan kemapuan masing-masing sekolah. Adapun idealnya sarana dan prasarana penting yang dituntut untuk dapat melaksanakan pembelajaran berbasis audio visual adalah sebagai berikut: jaringan listrik yang memadai di setiap kelas, perangkat komputer (laptop), LCD Proyektor dan speaker. d. Sebagai salah satu alternatif metode

pembelajaran, penggunaan pembelajaran berbasis audio visual

dapat dilakukan penelitian lebih lanjut dengan mengembangkan topik dan metode yang sama atau berbeda dengan melibatkan sampel yang lebih luas, seperti yang telah dilakukan oleh peneliti. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan hasil lebih kongkret serta dapat memberikan informasi lebih luas bagi guru, sehingga pembelajaran berbasis audio visual dapat lebih bermanfaat sebagai salah satu upaya meningkatkan motivasi dan kompetensi dasar peserta didik.

F. REFERENSI

Arifin, Zainal. (2011). Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Arsyad. Azhar. 2002. Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Asyhar. Rayandra. (2011). Kreatif

Mengembangkan Media

Pembelajaran.Jakarta: Gaung Persada.

Basyirudin Usman, dan Asnawir. (2002). Media Pembelajaran. Jakarta: Ciputat Press.

Darmawan, D. (2017). Architecture Fedena Open Source ERP” For Educational Communication. Germany: Lambert Academic Publishing Germany. Darmawan, D. (2014). Inovasi Pendidikan:

Pendkatan offline dan online learning. Bandung: Rosdakarya.

Darmawan, D.(2014). Metode Penelitian Kuantitatif. Bandung : Remaja Rosdakarya

Darmawan, D. (2012). Pendidikan Teknologi Informasi dan Komunikasi. Bandung. PT Remaja Rosdakarya. Darmawan, D. (2013). Teknologi

Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

(17)

815 Sciences, Volume 17, Number 3

(2017) pp 226-231.

Darmawan, D., Harahap, E. (2016). Communication Strategy For Enhancing Quality of Graduates Nonformal Education Through Computer Based Test (CBT) in West Java Indonesia, International Journal of Applied Engineering Research, Volume 11, Number 15 (2016) pp 8641-8645.

Darmawan, D., Kartawinata, H., Astorina, W. (2017). Development of Web-Based Electronic Learning System (WELS) in Improving the Effectiveness of the Study at Vocational High School “Dharma Nusantara. Journal of Computer Science 2018, 14 (4): 562.573. DOI: 10.3844/jcssp.2018. 562.573.

Darmawan, D.,(2012). Biological Communication Behavior through

Information Technology

Implementation in Learning Accelerated. Int. J. Communications, Network and SystemSciences, 2012, 5, 454-462http://dx.doi.org/10.4236/ ijcns.2012.58056.

Darmawan, D. (2012). Biological

Communication Through ICT

Implementation: New Paradigm in Communication and Information Techn ology for Accelerated Learning. Germany: Lambert Academic Publishing Germany

Darmawan, D. (2011). Teknologi Pembelajaran. Bandung : PT Remaja Rosdakarya

Darmawan, D. .(2013). Desain dan Pemograman Website. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Darmawan, D. .(2014). Pengembangan E-Learning Teori dan Desain. Bandung : PT Remaja Rosdakarya

Komalasari, K. (2010). Pembelajaran Kontekstual; Konsep & Aplikasi. Bandung: Refika Aditama.

Rohani, Ahmad. (1997). Media Instruksional Edukatif. Jakarta: Rineka Cipta.

Sadiman, S. Arief. (2009). Media Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers. Sanjaya, W. (2009). Strategi Pembelajaran

Beorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sukmadinata, Nana Syaodih. (2012). Kurikulum dan Pembelajaran Kompetensi. Bandung: Refika Aditama.

Suparman. (2001). Media Pembelajaran. Jakarta : Raja Grapindo Persada. Suyono dan Hariyanto. (2015).

Implementasi Belajar dan

Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Warsita, B.(2008). Teknologi Pembelajaran Landasan Dan Aplikasinya. Jakarta: Rineka Cipta. Yamin, Martinis. (2012). Strategi

Pembelajaran Berbasis

Referensi

Dokumen terkait

Laporan Akuntabilitas Kinerja Biro Hukum Sekretariat Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakata Tahun 2007 disusun berdasarkan amanat Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006

[r]

This study concerned with developing instructional listening materials for the eighth grade students of SMP N 3 Sleman using animated movies to offer variation of listening lesson

Berdasarkan observasi awal yang dilakukan di SMP Muhammadiyah 3 Yogyakarta Kelas IXC maka dapat disampaikan beberapa hasil, antara lain: partisipasi dan motivasi siswa

Puji syukur kehadirat Tuhan Yesus Kristus, karena berkat penyertaan dan kekuatan-Nya penulis dapat menyelesaikan Tesis yang berjudul “Analisis Reservoir Karbonat: Diagenesa

PENERAPAN MODEL ACTIVE LEARNING TIPE ACTIVE DEBATE UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI, PARTISIPASI DAN PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN EKONOMI SISWA KELAS X-5 SMA KOLESE DE

Di samping itu, semua peserta perkhemahan perlu sentiasa menjunjung nilai permuafakatan dalam melaksanakan setiap aktiviti yang dijalankan bagi mencapai kejayaan yang cemerlang,

Tri Resta Yo gias mengatakan bahwa gerakan dakwah PC IMM selalu menggunakan pola dakwah dakwah Pimpinan Cabang Ikatan mahasiswa Muhammadiyah Universitas Muhammadiyah Palembang