• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Senam Kaki Terhadap Kadar Glukosa Darah dan Nilai ABI Penderita DM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Pengaruh Senam Kaki Terhadap Kadar Glukosa Darah dan Nilai ABI Penderita DM"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

http://ejurnal.poltekkes-tjk.ac.id/index.php/JK

439

Pengaruh Senam Kaki Terhadap Kadar Glukosa Darah

dan Nilai ABI Penderita DM

Efa Trisna1, Musiana2 1,2

Jurusan Keperawatan, Politeknik Kesehatan Tanjungkarang, Indonesia Email: evatrisna36@gmail.com

Abstract: Effect of Foot Gymnastics on Blood Glucose Levels and ABI in People with DM.

Riskesdas (2013), reported the prevalence of Diabetes Mellitus (DM) in Indonesia based on interviews showed an increase from 1.1 percent (2007) to 2.1 percent in 2013. The International Diabetes Federation (IDF) estimates that DM patients in Indonesia in 2020 amount to 178 million people above 20 years and assuming DM prevalence of 4.6% will be obtained 8.2 million DM patients. Lampung Provincial Health Office Data (2015), DM patients in Lampung Province in 2015 totaled 26,791 people. This number increased compared to 2014 totaling 24,238 people, and in 2013 which amounted to 23,783 people. One of the most common complications of diabetes mellitus is a diabetic foot (diabetic foot), which can manifest as ulcer, infection, and gangrene and Charcot arthropathy. This study was to determine the effect of foot gymnastics on blood glucose levels and ABI values of DM patients. The research design was quasy-experimental with pre and post-test group design data collection. The number of respondents was 80 respondents consisting of 40 groups intervention and 40 control groups. Data were analyzed using T-test. The results were 0.008; 0.002; 0,000; and 0,000. There was a difference between blood glucose levels before and after the intervention. Suggestion for DM sufferers to be able to do foot exercises regularly 3 times a week to prevent blood control and prevent blood circulation disorders.

Keywords: ABI, Blood glucose, Foot gymnastics

Abstrak: Pengaruh Senam Kaki terhadap Kadar Glukosa Darah dan Nilai ABI Penderita DM. Riskesdas tahun 2013 melaporkan prevalensi diabetes melitus di Indonesia berdasarkan wawancara menunjukkan peningkatan dari 1,1 persen (2007) menjadi 2,1 persen pada tahun 2013. International Diabetes Federation (IDF) memperkirakan penderita DM di Indonesia tahun 2020 berjumlah 178 juta penduduk yang berusia diatas 20 tahun dan dengan asumsi prevalensi DM sebesar 4,6% akan didapatkan 8,2 juta pasien DM. Data Dinas Kesehatan Provinsi Lampung (2015) penderita DM di Provinsi Lampung pada tahun 2015 tercatat berjumlah 26.791 orang. Jumlah ini meningkat dibandingkan tahun 2014 yang berjumlah 24.238 orang, dan tahun 2013 yang berjumlah 23.783 orang. Salah satu komplikasi penyakit diabetes melitus yang paling sering dijumpai adalah kaki diabetik (diabetic foot), yang dapat bermanifestasi sebagai ulkus, infeksi, dan gangren serta artropati charcot. Penelitian bertujuan mengetahui pengaruh dari senam kaki terhadap kadar glukosa darah dan nilai ABI penderita DM. Desain penelitian quasy experiment dengan metode pengambilan data pre and post test group design. Jumlah responden 80 responden yang terdiri dari 40 kelompok intervensi dan 40 kelompok kontrol. Analisa data menggunakan Uji T. Hasil penelitian yaitu 0,008; 0,002; 0,000; dan 0,000. Disimpulkan ada perbedaan antara kadar glukosa darah sebelum dan sesudah intervensi. Saran agar bagi penderita DM dapat melakukan senam kaki secara rutin sebanyak 3 kali dalam seminggu untuk mencegah pengendalian darah dan mencegah gangguan sirkulasi darah.

Kata kunci: ABI, Glukosa darah, Senam kaki

Insiden dan prevalensi Diabetes Melitus di berbagai penjuru dunia menunjukkan peningkatan. Pada tahun 2013 terjadi peningkatan pravalensi diabetes melitus dari 1,1 persen (2007) menjadi 2,1.

Pada tahun 2020 diperkirakan penderita DM di Indonesia berjumlah 178 juta penduduk berusia 20 tahun menurut International Diabetes

(2)

Data Dinas Kesehatan Provinsi Lampung (2015) penderita DM di Lampung setiap tahun mengalami peningkatan yaitu pada tahun 2013 yang berjumlah 23.783 orang, tahun 2014 berjumlah 24.238 hingga tahun 2015 tercatat berjumlah 26.791 orang.

Kasus baru penderita DM bertambah setiap tahunnya, pada tahun 2013 terdapat 2.844 kasus baru DM yang dirawat inap, dan 4.820 kasus baru rawat jalan, dari hasil surveilans terpadu penyakit berbasis rumah sakit di Provinsi Lampung. Seiring dengan pertambahan jumlah penduduk dan gaya hidup masyarakat terutama di daerah perkotaan Bandar Lampung yang tercatat dimana 23,8% tidak melakukan aktifitas fisik, dan 59,3% mengkonsumsi makanan/minuman

manis ≥1 kali perhari Jumlah kasus DM

meningkat 57,7% dibandingkan tahun sebelumnya dan diprediksi akan terus bertambah (Riskesdas, 2013).

Edukasi perawatan kaki dan senam kaki merupakan tindakan preventif. Perawatan kaki dan senam kaki ialah latihan yang dapat dilakukan bagi penderita DM atau bukan penderita untuk membantu melancarkan peredaran darah pada bagian kaki dan mencegah terjadinya luka. Kesadaran dan kepatuhan pasien untuk melakukan gerakan-gerakan senam kaki akan dapat memperlancar peredaran darah di kaki, memperbaiki sirkulasi darah, memperkuat otot kaki dan mempermudah gerakan sendi kaki.

Tujuan penelitian mengetahui pengaruh edukasi senam kaki dengan kadar glukosa darah dan nilai ABI (Ankle Brachial Index) penderita DM. Berdasarkan hasil survei pendahuluan di Puskesmas Kedaton dan Puskesmas Way Halim, penyakit DM termasuk dalam 10 besar penyakit

terbanyak dan menduduki urutan ke-4 setelah faringitis, hipertensi dan common cold dengan jumlah penderita yaitu 395, selain itu juga kedua puskesmas ini memiliki klub senam prolanis dimana penderita DM ikut aktif sebagai peserta.

METODE

Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah quasy experiment dengan metode pengambilan data Pre and Post Test Group design. Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus sampai dengan November 2017. Pengumpulan data di Puskesmas Kedaton dan Way Halim Bandar Lampung dilaksanakan setiap Jumat pagi mulai tanggal 29 September 2017 sampai dengan 27 Oktober 2017. Populasi dalam penelitian ini adalah semua penderita DM yang ada di Puskesmas Kedaton dan Way Halim Bandar Lampung sebanyak 395 orang. Teknik pengambilan sampel diambil dengan cara simple random sampling dari populasi terjangkau. Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi.

Pengumpulan data dilakukan

menggunakan metode pengukuran langsung kadar glukosa darah responden dengan cara mengambil darah perifer lalu memeriksa kadar glukosa darah dengan menggunakan alat glukometer. Hasilnya dihitung menggunakan skala rasio dalam satuan mg/dl. Analisa data yang digunakan adalah analisa univariat untuk melihat distribusi frekuensi dan analisa bivariat menggunakan Uji T.

HASIL

Tabel 1. Perbedaan Kadar Glukosa Darah Sebelum dan Sesudah Intervensi Senam Kaki pada Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol

Variabel Mean Med. SD Min-Max Nilai p

Kelompok Intervensi

Intervensi ke 1 31,95 13,50 72,317 -56,0

-296,0 0,008

Intervensi ke 2 37,17 31,50 72,448 -205,0

-236 0,002

Intervensi ke 3 54,40 44,00 76,154 -86,0

-273,0 0,000

Intervensi ke 4 48,32 23,50 62,682 -18,0

-268,0 0,000

Kelompok Kontrol 45,60 58,00 64,808 -98,0

(3)

Tabel 2. Perbedaan Nilai ABI Sebelum dan Sesudah Intervensi Senam Kaki pada Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol

Variabel Mean Med. SD Min-Max Nilai p

Perbedaan Kadar Glukosa Darah Sebelum dan Sesudah Intervensi

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan hasil nilai p secara berturut turut mulai dari intervensi ke-1 sampai dengan ke-4 yaitu 0,008; 0,002; 0,000; dan 0,000. Hasil uji t (t-test) nilai signifikansi (2-tailed) yang dihasilkan <0,05 (α) maka Ho ditolak, yang berarti ada perbedaan antara kadar glukosa darah sebelum dan sesudah intervensi.

Peningkatan kecepatan pemulihan glukosa otot secara langsung berhubungan dengan aktivitas fisik atau senam kaki (seberapa banyak glukosa diambil otot dari aliran darah). Saat berolahraga, otot menggunakan glukosa yang tersimpan dalam otot dan jika glukosa berkurang, otot mengisi kekosongan dengan mengambil glukosa dari darah. Ini akan mengakibatkan menurunnya glukosa darah sehingga memperbesar pengendalian glukosa darah (Barnes, 2012).

Aktivitas fisik berupa olahraga berguna sebagai kendali gula darah dan penurunan berat badan pada diabetes melitus tipe 2. Olahraga berperan dalam pengaturan kadar glukosa darah pada diabetes militus tipe 2. Kurangnya respon terhadap insulin (resistensi insulin) sehingga glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel merupakan masalah utama pada diabetes melitus tipe 2. Permeabilitas membran terhadap glukosa meningkat saat otot berkontraksi karena kontraksi otot memiliki sifat seperti insulin. Maka, pada saat beraktivitas fisik seperti berolahraga, resistensi insulin berkurang (Ilyas, 2011).

Manfaat yang didapatkan penderita diabetes melitus ketika beraktivitas fisik atau berolahraga adalah untuk menurunkan kadar glukosa darah, komplikasi, gangguan lipid darah, mencegah kegemukan, ikut berperan dalam

mengatasi terjadinya dan peningkatan tekanan darah (Ilyas, 2011).

Sesuai dengan teori, aktivitas fisik (senam kaki) sangat bermanfaat untuk meningkatkan sensitivitas darah, menurunkan berat badan dan memperbaiki sensitivitas terhadap insulin, sehingga akan memperbaiki kadar glukosa darah.

Menurut penelitian Simanjuntak dan Simamora (2017), melakukan penelitian terhadap 30 responden DM tipe II dengan melakukan terapi relaksasi otot progresif ,didapatkan hasil penelitian ada perbedaan signifikan kadar gula darah sebelum dan setelah dilakukan intervensi (pvalue 0,001).

Sejalan dengan penelitian yang dilakukan Yuwono, Khoiriyati, & Sari (2015), yang berjudul pengaruh terapi pijat refleksi kaki terhadap ankle brachial index (abi) pada pasien diabetes melitus tipe 2 diperoleh hasil berpengaruh signifikan dalam meningkatkan ankle brachial index (ABI) pada pasien diabetes melitus tipe 2 di RS PKU Muhammadiyah Gombong, terbukti dari dari hasil analisis komparasi antara ABI kontrol dan ABI intervensi sesudah penelitian (post-test) signifikan (p=0,002).

Penelitian ini jga senada dengan penelitian yang dilakukan Aprina dkk (2018), diperoleh ada perbedaan yang bermakna nilai HbA1c pengukuran pertama dan kedua setelah diberikan intervensi berjalan kaki (p=0,002).

(4)

disebabkan karena trauma misalnya kemasukan pasir, tertusuk duri, lecet akibat pemakaian sepatu, sandal yang sempit dan bahan yang keras. Awalnya hanya kecil, kemudian meluas dalam waktu yang tidak begitu lama. Luka akan menjadi borok danmenimbulkan bau yang disebut gas gangren. Jika tidak dilakukan perawatan akan sampai ke tulang yang mengakibatkan infeksi tulang (osteomylitis). Upaya yang dilakukan untuk mencegah perluasan infeksi terpaksa harus dilakukan amputasi (pemotongan tulang). Hasil Penelitian ini mungkin juga dipengaruhi oleh rata-rata umur responden pada kelompok intervensi 59,30 tahun, median 60,50 dengan standar deviasi 7,789. Umur terendah adalah 43 tahun dan umur tertua 76 tahun.

Perbedaan Nilai ABI Sebelum dan Sesudah Intervensi

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan hasil nilai p secara berturut turut mulai dari intervensi ke-1 sampai dengan ke-3 yaitu 0,139; 0,374; dan 0,777. Hasil uji t (t-test) nilai signifikansi (2-tailed) yang dihasilkan >0,05 (α) maka Ho gagal ditolak, yang berarti tidak ada perbedaan antara kadar glukosa darah sebelum dan sesudah intervensi. Sedangkan hasil intervensi ke- didapatkan hasil nilai p 0,000<0,05

(α) maka Ho ditolak, yang berarti ada perbedaan

antara kadar glukosa darah sebelum dan sesudah intervensi. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Agustianingsih (2013), ada pengaruh pemberians enam kaki diabetes terhadap sirkulasi darah kaki pada penderita diabetes mellitus tipe 2 di Desa Leyangan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang p-value 0,000<a (0,05). Dimana gambaran sirkulasi darah kaki pada kelompok intervensi sebelum dan sesudah diberikan senam kaki diabetes rata-rata sirkulasi darah kaki 0,5-0,8 menjadi 0,8-1,2. Terlihat peningkatan sirkulasi darah kaki dari terjadi insufiensi arteri ringan menjadi sirkulasi arteri normal.

Penelitian Hijriana, Suza, & Ariani (2016), tentang Pengaruh latihan pergerakan sendi ekstremitas bawah terhadap nilai ankle brachial index (ABI) Pada pasien DM tipe 2 Uji statistik Wilcoxon Signed Ranks Test menunjukkan ada perbedaan antara sebelum dan sesudah dilakukan intervensi pergerakan sendi ekstremitas bawah terhadap nilai ABI, pada ekstremitas kiri (p=0.00) dan pada ekstremitas kanan (p=0.00).

Pada penelitian menurut berdasarkan hasil penelitian bahwa latihan pergerakan sendi

ekstremitas bawah dapat meningkatkan nilai ABI jika dilakukan secara teratur dan kontinu. Latihan pergerakan sendi ekstremitas bawah dapat meningkatkan aliran darah ke arteri dan berefek positif pada metabolisme glukosa, dimana terjadinya penurunan glukosa dan hba1c.

Menurut penelitian yang dilakukan Putri & Handayani (2017), tentang hubungan kadar gula darah sewaktu dengan nilai Anklebrachial index pada pasien diabetes melitus menunjukan ada hubungan kadar gula darah dengan nilai ABI pada penderita DM, dengan nilai p=0.033; dan nilai OR=4,879.

Penelitian serupa juga dilakukan Wahyuni (2016), dengan judul efektifitas senam kaki diabetik terhadap Ankle Branchial Index pada pasien Diabetes Melitus Tipe 2 didapatkan hasil analisis statistik ada perbedaan nilai ABI yang signifikan antara sebelum dan setelah dilakukan senam kaki diabetik (p-value=0,005). Hasil tersebut mengartikan bahwa pelaksanaan senam kaki diabetik dapat meningkatkan ABI pada pasien DM tipe 2.

Latihan jasmani merupakan upaya awal dalam mencegah, mengontrol, dan mengatasi diabetes melitus dengan cara melakukan senam kaki. Senam kaki adalah kegiatan atau latihan yang dilakukan oleh pasien diabetes mellitus untuk mencegah terjadinya luka untuk melancarkan peredaran darah bagian kaki. Senam kaki dapat memperbaiki sirkulasi darah dan memperkuat otot-otot kecil kaki dan mencegah terjadinya kelainan bentuk kaki. Selain itu dapat meningkatkan kekuatan otot betis, otot paha dan juga mengatasi keterbatasan pergerakan sendi (Soegondo, 2009).

(5)

normal pada kaki seperti aliran darah di jaringan lain pada tubuh (Soegondo, 2009).

SIMPULAN

1. Rata-rata kadar glukosa darah penderita DM sebelum melakukan senam kaki 218,75 mg/dl. 2. Rata-rata kadar glukosa darah penderita DM

sesudah melakukan senam kaki adalah 170,42 mg/dl.

3. Senam kaki berpengaruh terhadap pengendalian kadar glukosa darah penderita DM.

4. Rata-rata nilai ABI penderita DM sebelum melakukan Senam Kaki 1,120.

5. Rata-rata nilai ABI penderita DM sesudah melakukan senam kaki adalah 1,0-1,2.

6. Senam kaki berpengaruh terhadap pengendalian nilai ABI pada penderita DM .

SARAN

1. Bagi institusi pelayanan

Mengintegrasikan senam kaki dalam pelayanan keperawatan penderita DM dengan mengoptimalkan sarana senam kaki berupa taman alat senam kaki yang sudah tersedia di Puskesmas Kedaton dan Puskesmas Way Halim.

2. Bagi institusi pendidikan

Menggunakan hasil penelitian sebagai salah satu referensi dalam perkuliahan mengingat bahwa dalam kurikulum KKNI terdapat mata kuliah KMB dan sebagai salah satu upaya untuk mewujudkan visi misi prodi D III

Keperawatan Tanjungkarang yang

profesional, unggul dan mandiri. 3. Bagi peneliti selanjutnya

Menggunakan hasil penelitian ini sebagai salah satu referensi dan data dasar untuk melanjutkan penelitian dengan topik yang sama dengan meningkatkan metodologi penelitian yang digunakan.

DAFTAR PUSTAKA

Agustianingsih, Nurul. 2013. Pengaruh Senam Kaki Diabetes terhadap Sirkulasi Darah Kaki pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 di Desa Leyangan Kecamatan Unguran Timur Kabupaten Semarang. [Karya Tulis

Ilmiah]. Semarang: Prodi Ilmu

Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Ngudi Waluyo Ungaran. http://perpusnwu.web.id/karyailmiah/docu ments/3437.pdf .

Aprina, Taufiq, I., Sulistianingsih, E., & Rajiani, I. 2018. Walking as an Alternative Treatment of HbA1c Levels Control among Type 2 Diabetes Mellitus Patients. Indian Journal of Public Health Research & Development, 9(9).

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depkes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). Jakarta: CV Kiat Nasa. Barnes, D.E. 2011. Program Olahraga Diabetes.

Yogyakarta: Citra Aji Parama.

Dinas Kesehatan Provinsi Lampung. 2015. Profil Kesehatan Provinsi Lampung. Lampung. Hijriana, I., Suza, D. E., & Ariani, Y. (2016).

Pengaruh latihan pergerakan sendi ekstremitas bawah terhadap nilai Ankle Brachial Index (ABI) pada Pasien DM Tipe 2. Idea Nursing Journal, 7(2), 32-39. http://www.jurnal.unsyiah.ac.id/INJ/article /view/6452.

Ilyas, E. I., 2011. Olahraga bagi Diabetesi dalam: Soegondo, S., Soewondo, P., Subekti, I., Editor. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu bagi doktermaupun edukator diabetes. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Putri, N. A., & Handayani, R. S. 2018. Hubungan Kadar Gula Darah Sewaktu dengan Nilai Ankle Brachial Index pada Pasien Diabetes Mellitus. Jurnal Ilmiah Keperawatan Sai Betik, 13(1), 90-93.

http://ejurnal.poltekkes-tjk.ac.id/index.php/jkep/article/download/8 57/684.

Simanjuntak, G. V., & Simamora, M. 2017. Pengaruh Latihan Relaksasi Otot Progresif Terhadap Kadar Gula Darah dan Ankle Brachial Index Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe II. Idea Nursing

Journal, 8(1), 45-51.

http://jurnal.unsyiah.ac.id/INJ/article/view/ 8703

Soegondo, Sidartawan. 2009. Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Terpadu. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

(6)

Wahyuni, A. 2016. Senam Kaki Diabetik Efektif Meningkatkan Ankle Brachial Index Pasien Diabetes Melitus Tipe 2. Jurnal

Ipteks Terapan, 9(2), 19-27.

http://ejournal.kopertis10.or.id/index.php/ji t/article/view/231

Gambar

Tabel 1.  Perbedaan Kadar Glukosa Darah Sebelum dan Sesudah Intervensi Senam Kaki pada Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol
Tabel 2.  Perbedaan Nilai ABI Sebelum dan Sesudah Intervensi Senam Kaki pada Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol

Referensi

Dokumen terkait

Kandang kambing/domba sering kali dibuat dalam bentuk panggung untuk memudahkan penanganan kotorannya serta menjaga kondisi kandang tetap bersih karena kotoran

Misalnya dalam perkara “Tancho” yang terkenal, kita saksikan bahwa pendaftaran yang dilakukan oleh pengusaha Indonesia, karena dianggap sebagai telah bertindak tidak dengan

a) Pemasaran memegang peranan kunci dalam perencanaan strategis perusahaan dengan menyediakan filosofi konsep-pemasaran dan masukan mengenai peluang pasar yang

Kesimpulan penelitian ini adalah model pembelajaran Think Pair Share dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar mahasiswa semester I A Program Studi Pendidikan

kehidupan bangsa, mulai dari teknologi, sosial budaya, ekonomi, hukum dan berbagai keilmuan yang digunakan untuk memajukan negara ini, melalui daya saing bangsa yang kuat dengan

dari total 38 mahasiswa. Secara umum dapat disimpulkan bahwa hasil penelitian tindakan kelas pada siklus II, untuk ketuntasan secara NODVLNDO WHUPDVXN NH GDODP NDWHJRUL

Pengertian belajar secara umum adalah perubahan pada diri orang yang belajar karena pengalaman dengan serangkai kegiatan. Misalkan dengan membaca, mengamati, mendengarkan,

Pada kegiatan keagamaan tersebut peran remaja masjid sangat di himbau oleh para takmir masjid dalam pelaksanaan kegiatan keagamaan yang berbasis pluralisme.