• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH SENAM KAKI TERHADAP SIRKULASI DARAH PERIFER DILIHAT DARI NILAI ANKLE BRACHIAL INDEX

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENGARUH SENAM KAKI TERHADAP SIRKULASI DARAH PERIFER DILIHAT DARI NILAI ANKLE BRACHIAL INDEX"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

(ABI) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RUANG MELATI SATU

RSUD Dr. MOEWARDI

ARTIKEL PUBLIIKASI

Disusun oleh:

ATIK SRI SUBEKTI NIM. ST 151048

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA

2017

(2)

1

Pengaruh Senam Kaki Terhadap Sirkulasi Darah Perifer Dilihat dari Nilai Ankle Brachial Index (ABI) pada Pasien Diabetes Mellitus

Di Ruang Melati Satu RSUD Dr. Moewardi

Atik Sri Subekti1), Atiek Murharyati2), Yunita Wulandari3)

1) Mahasiswa Program Studi Sarjana Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta

2,3) Dosen Program Studi Sarjana Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta

Abstrak

Komplikasi yang paling sering dari diabetes mellitus adalah terjadinya perubahan patologis pada anggota gerak bawah yang disebut kaki diabetik. Data rekam medik RSUD Dr. Moewardi tahun 2014 terdapat 186 pasien kaki diabetik dan meningkat menjadi 204 pasien pada tahun 2015, sehingga perlu diberi latihan senam kaki diabetik yang bertujuan untuk memperbaiki sirkulasi darah perifer sehingga nutrisi ke jaringan lebih lancar, memperkuat otot-otot kecil, otot betis, dan otot paha, serta mengatasi keterbatasan gerak sendi.

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh senam kaki terhadap sirkulasi darah perifer dilihat dari nilai Ankle Brachial Index (ABI) pada pasien diabetes mellitus di ruang Melati Satu RSUD Dr. Moewardi.

Rancangan penelitian ini menggunakan quasi experiment, dengan Desain penelitian pre test- post test with one group design, pengambilan sampel secara purposive sampling dengan sampel sebanyak 30 orang. Senam kaki dilakukan selama 2 minggu dengan frekuensi 3 kali seminggu. Analsis data menggunakan uji analisis Wilcoxon Test.

Hasil penelitian menunjukkan pada saat pre test 17 responden mengalami obstruksi ringan (56,7%) dan 13 responden mengalami obstruksi sedang (43,3%). Responden setelah diberi latihan senam kaki diabetic diketahui 9 responden dengan sirkulasi darah perifer kategori normal (30%), 19 responden dengan obstruksi sedang (63,3%), dan 2 responden dengan obstruksi ringan (6,7%). Hasil uji Wilcoxon Test diperoleh nilai p= 0.001 (p<0,05)

Kesimpulan : ada pengaruh senam kaki terhadap sirkulasi darah perifer dilihat dari nilai ankle brachial index (ABI) pada pasien diabetes mellitus di Ruang Melati Satu RSUD Dr. Moewardi.

Kata kunci : Senam Kaki, Sirkulasi Darah Perifer, Ankle Brachial Index, Diabetes Mellitus

(3)

The Effect of Foot Gymnastics Against Periferal Blood Circulation on Ankle Brachial Index (ABI) in Patients with Diabetes Mellitus

at Melati I Ward of Dr. Moewardi Hospital

Abstract

The most frequent complication of Diabetes Mellitus is the occurrence of pathological changes in the lower limbs called diabetic foot. Medic record of Dr. Moewardi in 2014, there were 186 foot diabetic patients and increase 204 patients in 2015, so they needs to be given foot gymnastic to improve the periferal blood circulation to more nutrients to the current network, strengthen small muscles, calf muscles and thigh muscles, as well as overcome the limitations of motion. The research aim to know the effect of foot gymnastics against periferal blood circulation on Ankle Brachial Index (ABI) in patients with Diabetes Mellitus at Melati I Ward Dr. Moewardi Hospital.

This research was quasi- experimental with pre test and post test one group design, and the sample taken by purposive sampling with a sample of 30 people. Foot gymnastics did as long as 2 weeks with 3 time frequency exercise. Analysis data used Wilcoxon test. The results showed, at prê test, 17 respondents with light obstructs (56,7%) and 13 respondents with moderate obstructs (43,3%). Respondents after given by foot gymnastics, 9 respondents with normal periferal blood circulation (30%), 19 respondents with moderate obstructs (63,3%), and 2 respondents with light obstructs. The result by Wilcoxon test got p- value = 0,001,

Conclusion there was an effect of foot gymnastics against periferal Blood Circulation on Ankle Brachial Index (ABI) in patients with Diabetes Mellitus at Melati I Ward Dr. Moewardi Hospital.

Key word: foot gymnastics, periferal blood circulation, Ankle Brachial Index, Diabetes Mellitus

(4)

PENDAHULUAN

Hasil Riset Kesehatan Dasar yang dilaporkan oleh Departemen Kesehatan pada tahun 2013, menunjukkan prevalensi DM di Indonesia saat itu sebesar 5,7%.

Menurut WHO pasien diabetes mellitus di Indonesia akan mengalami kenaikan dari 8,4 juta jiwa pada tahun 2000 dan menjadi sekitar 21,3 juta jiwa pada tahun 2030.

Sekitar 15% pasien DM mengalami komplikasi kaki. Komplikasi kaki yang sering terjadi pada penderita DM adalah Penyakit Arteri Perifer (PAP) yang merupakan manifestasi paling sering adanya aterosklerosis, yang mempunyai karakteristik terdapat oklusi aterosklerosis pada tungkai bawah. Gejala PAP paling sering yaitu kladikasio intermiten, yang dikeluhkan sebagai: rasa nyeri, kram otot atau sakit pada telapak kaki, betis atau bokong. Gangguan pada kaki diabetes dapat berupa aterosklerosis yang disebabkan karena penebalan membran basal pembuluh darah besar maupun kecil.

Sekitar 50% hingga 75% dari komplikasi yang terjadi akan mengalami amputasi dan sebanyak 50% kasus amputasi tersebut diperkirakan dapat dihindari melalui tindakan preventif (Brunner & Suddarth, 2004). Berdasarkan hasil rekam medik RSUD Dr. Moewardi tahun 2014 terdapat 186 pasien kaki diabetik dan meningkat pada tahun 2015 menjadi 204 pasien kaki diabetik.

Latihan jasmani merupakan upaya awal dalam mencegah, mengontrol, dan mengatasi diabetes mellitus. Senam kaki dapat memperbaiki sirkulasi darah dan memperkuat otot-otot kecil kaki dan mencegah terjadinya kelainan bentuk kaki.

Selain itu dapat meningkatkan kekuatan otot betis, otot paha dan juga mengatasi keterbatasan pergerakan sendi (Soegondo, 2009).

Gangguan aliran darah pada kaki dapat dideteksi dengan mengukur ABI yaitu mengukur rasio dari tekanan sistolik di lengan dengan tekanan sistolik kaki bagian bawah (Nussbaumerová et al., 2011;

Sato et al., 2011). ABI dihitung dengan membagi tekanan sistolik di pergelangan kaki dengan tekanan darah sistolik di lengan. Pemeriksaan ABI sangat berguna untuk mengetahui adanya penyakit arteri perifer (PAP).

Tujuan penelitian adalah mengetahui pengaruh senam kaki terhadap sirkulasi darah perifer dilihat dari nilai Ankle Brachial Index (ABI) pada pasien diabetes mellitus di Ruang Melati Satu RSUD Dr. Moewardi.

METODE PENELITIAN

Rancangan penelitian ini menggunakan quasi experiment (eksperimen semu). Desain penelitian yang digunakan adalah pre test- post test with one group design. populasi penelitian

(5)

adalah seluruh pasien DM yang berada di RSUD Dr. Moewardi sebanyak 204 orang.

Pengambilan sampel menggunakan purposive sampling, sebanyak 30 orang pasien DM.

Kriteria inklusi penelitian

1. Pasien DM dengan kadar glukosa darah puasa >126 mg/dl

2. Tidak memiliki infeksi pada daerah kaki.

3. Mandiri

4. Bersedia mengikuti jalannya penelitian sampai selesai

Kriteria eksklusi penelitian

1. Menolak menjadi responden

2. Pasien DM dengan komplikasi seperti dispnea atau nyeri dada penyakit jantung koroner, stroke, Deep Vein Thrombosis (DVT)

Instrumen dalam penelitian ini menggunakan alat ukur spigmomanometer.

Instrumen senam kaki diabetik dengan pelaksanaan latihan senam kaki diabetik selama 2 minggu dengan frekuensi 3 kali seminggu dengan durasi waktu 30 menit untuk tiap kali latihan. Uji hipotesis menggunakan uji Wilcoxon.

HASIL PENELITIAN Umur responden

Tabel 1. Distribusi Karakteristik responden berdasarkan umur

Rata-rata SD min maks Umur

(tahun) 50,43 7,36 40 64

Tabel 1 menunjukkan rata-rata umur respoden adalah 50.43± 7.36 tahun, dengan umur termuda 40 tahun dan tertua 64 tahun. Penilaian rata-rata pada umur responden berdasarkan hasil analisis uji normalitas data umur yang diketahui data umur berdistribusi normal (p>0,05).

Jenis kelamin

Tabel 2 Distribusi karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin

Karakteristik Jumlah (%) Jenis kelamin

Laki-laki 9 30,0

Perempuan 21 70,0

Pendidikan

SMP 5 16.7

SMA 21 70.0

PT 4 13.3

Status pekerjaan

IRT 5 16,7

PNS 1 3,3

Swasta 4 13,3

Tani 8 26,7

Tidak bekerja 3 10,0

Wiraswasta 9 30,0

Berdasarkan tabel 2 diketahui responden perempuan lebih banyak dari pada responden laki-laki sebesar 70%.

sebagian besar responden berpendidikan SMA sebesar 70%. Responden paling sedikit dengan pendidikan PT sebesar 13,1%.besar responden bekerja sebagai wiraswasta (30%) dan responden paling sedikit bekerja sebagai pegawai negeri sipil / PNS sebesar 3,3%.

(6)

4

Sirkulasi darah perifer dilihat dari nilai ABI sebelum terapi senam kaki diabetes Tabel 3. Distribusi responden berdasarkan

Sirkulasi darah perifer sebelum terapi senam kaki diabetes

Pre test Jumlah (%)

Normal 0 0

Obstruksi ringan 17 56,7

Obstruksi sedang 13 43,3

Obstruksi berat 0 0

Total 30 100,0

Tabel 3 memperlihatkan sebagian besar responden mempunyai Sirkulasi darah perifer dilihat dari nilai ABI sebelum diberi terapi senam diabetes dalam kategori ringan (56.7%).

Sirkulasi darah perifer dilihat dari nilai ABI sesudah terapi senam kaki diabetes Tabel 4. Distribusi responden berdasarkan

Sirkulasi darah perifer dilihat dari nilai ABI sesudah terapi senam kaki diabetes

Post test Jumlah (%)

Normal 9 30,0

obstruksi ringan 19 63,3

obstruksi sedang 2 6,7

Total 30 100,0

Tabel 4 memperlihatkan sebagian besar responden mempunyai Sirkulasi darah perifer dilihat dari nilai ABI sesudah diberi terapi senam diabetes mengalami perubahan, dengan 30% dalam kategori normal dan obstruksi ringan menjadi 63,3%.

Pengaruh Senam Kaki Terhadap Sirkulasi Darah Perifer Dilihat Dari Nilai Ankle Brachial Index (ABI) Pada Pasien Diabetes Mellitus

Tabel 5 Pengaruh Senam Kaki Terhadap Sirkulasi Darah Perifer dari nilai ABI

Pre test

post test

Total p Nor

mal Obs truksi ringan

Obs truksi sedang Obstruksi

ringan

9 8 0 17

0,001 Obstruksi

sedang

0 11 2 13

Jumlah 9 19 2 30

Berdasarkan tabel 5 diketahui pada pre test 17 responden mempunyai sirkulasi darah perifer ringan dan 13 responden mempunyai sirkulasi darah perifer sedang.

Responden yang telah mengikuti terapi senam diabetes selama 2 minggu terlihat perubahan sirkulasi darah perifer dimana dari 17 responden pada pre test dengan sirkulasi darah perifer ringan terdapat 9 responden dengan sirkulasi darah perifer normal, sementara 8 responden masih tetap dalam kategori ringan.

Sebanyak 13 responden pada saat pre test dengan sirkulasi darah perifer sedang, setelah melakukan terapi senam diabetes diketahui 11 responden dengan sirkulasi darah perifer kategori ringan sementara 2 responden tetap dalam kegori sedang. Hasuk uji data sirkulasi darah perifer dengan uji Wilcoxon diperoleh nilai p= 0.001 (p<0,05) sehingga disimpulkan ada pengaruh senam kaki terhadap sirkulasi darah perifer dilihat dari nilai ankle brachial index (ABI) pada pasien diabetes mellitus di Ruang Melati Satu RSUD Dr.

Moewardi. Berdasarkan hasil penelitian

(7)

besarnya pengaruh senam senam kaki terhadap sirkulasi darah perifer pada pada pasien diabetes mellitus sebesar 13,61%

dilihat dari kenaikan nilai rata-rata sirkulasi darah perifer antara pre test dan post test.

PEMBAHASAN Umur

Berdasarkan hasil penelitian diketahui rata-rata umur responden 50.43 tahun. Hasil penelitian Yendi (2014) disebutkan usia responden penelitian yang mengalami DM tipe 2 di puskesmas Rasimah Ahmad Kota Bukit Tinggi 62,5%

berumur antara 45-64 tahun. Menurut Pangemanan (2014) seseorang yang berumur diatas 45 tahun memiliki peningkatan resiko terhadap terjadinya DM dan intoleransi glukosa yang di sebabkan oleh faktor degeneratif yaitu menurunya fungsi tubuh, khususnya kemampuan dari sel β dalam memproduksi insulin, untuk memetabolisme glukosa.

Berdasarkan hasil penelitian ini, menurut peneliti bahwa rata-rata umur responden adalah 50.43 tahun di ruang melati satu adalah pasien yang pernah dirawat di RSUD Dr. Moewardi serta adanya pasien DM baru yang merupakan rujukan dari instansi kesehatan seperti puskesmas di sekitar kota Surakarta dalam perawatan diabetes mellitus.

Jenis kelamin

Hasil penelitian karakteristik jenis kelamin diketahui 70% adalah responden perempuan. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Trisnawati (2013) menyebutkan dari 50 responden pasien DM Tipe II di Puskesmas Kecamatan Cengkareng Jakarta Barat 62,1% adalah perempuan. Menurut Irawan (2010) kejadian diabetes mellitus pada perempuan karena adanya sindrom siklus bulanan (premenstrual syndrome), pascamenopause membuat distribusi lemak di tubuh menjadi mudah terakumulasiakibat proses hormonal tersebut sehingga perempuan lebih beresiko menderita mengalam diabetes mellitus. Risiko kejadian diabetes mellitus pada laki-laki yang lebih banyak karena risiko dari adanya distribusi lemak tubuh, penumpukan lemak terkonsentrasi di sekitar perut sehingga memicu obesitas sentral yang lebih berisiko memicu gangguan metabolisme (Pramudiarja, 2011).

Menurut peneliti jumlah responden perempuan lebih banyak dapat disebabkan faktor lain seperti keturunan dari keluarga pasien yang juga menderita diabetes mellitus ataupun kurangnya olah raga secara teratur sehingga responden perempuan lebih banyak dari pada responden laki-laki.

Tingkat pendidikan

(8)

6

Berdasarkan hasil penelitian Tingkat pendidikan responden diketahui 70%

berpendidikan SMA. Penelitian Agus (2014) menjelaskan sebanyak 58.7%

responden berpendidikan SMA dalam upaya perawatan kaki diabetik. Menurut Perry and Potter (2006) menyatakan tingkat pendidikan dapat meningkatkan pengetahuan seseorang tentang kesehatan.

Semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak pula pengetahuan yang didapat tentang kesehatan.

Menurut peneliti tingkat pendidikan responden berhubungan dengan kemampuan menerima informasi-informasi kesehatan termasuk menerima pendidikan kesehatan tentang senam kaki diabetik selama 2 minggu yang dapat meningkatkan sirkulasi darah perifer.

Pekerjaan

Berdasarkan hasil penelitian diketahui 30% responden adalah bekerja sebagai wiraswasta/ pedangan. Penelitian yang berbeda dilakukan oleh Nuryati (2009) yang terhadap 5702 sampel penelitian, 3048 sampel (57%) adalah ibu rumah tangga mengalami diabetes mellitus di DKI Jakarta. Menurut Irawan (2010) Faktor status kerja berhubungan dengan kejadian diabetes mellitus.

Pekerjaan seseorang mempengaruhi tingkat aktivitas fisiknya. orang tidak bekerja memiliki aktivitas fisik yang kurang

sehingga meningkatkan risiko untuk obesitas.

Menurut peneliti bahwa banyaknya responden dengan status pekerjaan wiraswasta tidak terlepas dari kebutuhan hidup reponden maupun keluarganya, hal ini sesuai pendapat dari Simamora (2008) bahwa bekerja sebagai wiraswata menuntut pekerjaan yang tidak mengenal waktu jika dibandingkan dengan pekerjaan lain seperti PNS yang lebih terjadwal, oleh karena pola waktu pekerjaan yang tidak selalu sama dapat berpengaruh pada pola makan yang tidak teratur, kurangnya menjaga akaivitas olah raga sehingga responden menderita diabetes mellitus.

Sirkulasi Darah Perifer Dilihat dari Nilai ABI Sebelum Pemberian Senam kaki

Berdasarkan hasil penelitian diketahui rata-rata kadar gula darah responden sebesar 0,72 ±,094 dan masuk dalam kateogori obstruksi sedang. Hasil penelitian yang berbeda dilakukan oleh Yunita (2011) menjelaskan responden penelitian sebelum diberikan latihan senam kaki diabetik, 60% responden mempunyai penyakit arteri ringan.

Bustan (2010) menjelaskan DM sebagai sindrom dengan terganggunya metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang disebabkan oleh berkurangnya sekresi insulin atau penurunan sensitivitas jaringan terhadap insulin. Menurut Akhtyo

(9)

(2009), komplikasi yang paling sering dialami pengidap diabetes adalah komplikasi pada kaki. Adanya masalah kaki pada pasien Diabetes Mellitus karena pasien DM kurang mengontrol kadar glukosa darahnya, sehingga glukosa banyak menumpuk di pembuluh darah, hal tersebut yang menyebabkan sirkulasi darah di jaringan kurang termasuk di kaki, tanda dan gejala lainnya mencakup berkurangnya denyut nadi perifer dan neuropati perifer (pasien merasakan kebas atau kesemutan pada kaki).

Menurut peneliti nilai rata-rata sirkulasi darah perifer responden sebelum diberikan terapi senam diabetik menunjukkan bahwa responden selama menderita komplikaasi pada kaki jarang bahkan tidak pernah melakukan aktivitas yang bertujuan untuk meningkatkan sirkulasi darah perifer. Rasa takut pada kondisi kaki sehingga tidak mau berlatih untuk berjalan yang pada akhirnya sirkulasi darah perifer menjadi rendah dibawah nilai normal.

Sirkulasi Darah Perifer Dilihat dari Nilai ABI Sesudah Pemberian Senam kaki

Berdasarkan hasil penelitian diketahui rata-rata sirkulasi darah perifer dilihat dari nilai ABI meningkat menjadi 0,821±0,08 dan masuk dalam kategori obstruksi ringan. Penelitian Flora (2009) menjelaskan dengan pemberian pelatihan

senam kaki pada penderita diabetes mellitus banyak pasien DM yang tidak sampai mengalami komplikasi pada kaki.

Menurut Soewondo (2007) sirkulasi arteri normal ini disebabkan karena mekanisme sirkulasi arteri normal akibat dilakukan senam kaki karena rangsangan dari aktifitas gerakan otot-otot yang aktif pada saat melakukan gerakan senam kaki ataupun aktifitas dalam sehari- hari, sehingga rangsangan dapat menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah sehingga dapat melancarkansirkulasi darah di dalam jaringan atau sel di tubuh terutama di bagian kaki. Pasien DM dengan melakukan senam kaki pada yangmelibatkan kelompok otot-otot utamanya (otot kaki), sehingga otot kaki berkontraksi secara teratur maka akan terjadi peningkatanlaju metabolik pada otot yang aktif dan terjadi dilatasi pada arteriol maupun kapiler, menyebabkan lebih banyak jala-jala kapiler terbuka sehingga akan terjadipeningkatan sirkulasi darah kaki dan penarikan glukosa ke dalam sel dan terjadi aliran darah normal pada kaki seperti aliran darah di jaringan lain pada tubuh.

Menurut peneliti responden yang melakukan senam kaki diabetik dan dapat melakukan latihan mandiri di luar jadwal pemberian terapi menunujukkan peningkatan sirkulasi darah perifer dari 0,72 ±0,094 menjadi 0,821±0,08. Data ini

(10)

8

menunjukkan bahwa responden secara sadar bahwa ada manfaat yang dirasakan setelah melakukan senam kaki diabetik.

Pengaruh Pemberian Terapi Senam Kaki terhadap Sirkulasi Darah Perifer Dilihat dari Nilai ABI

Berdasarkan hasil penelitian sebelum pemberian terapi senam diabetik, banyak responden mempunyai Sirkulasi darah perifer dalam kategori sedang dan setelah pemberian terapi senam diabetik terdapat responden dengan sirkulasi darah perifer kategori normal, sementara kategori sedang sudah tidak ditemukan. Hasil ini menggambarkan bahwa dengan latihan senam kaki diabetik salama 2 minggu ternyata mampu meningkatan sirkulasi darah perifer dilihat dari nilai ABI. Hasil ini diperkuat dengan uji statistic yang menunjukkan nilai signifikansi p< 0,005.

Hasil penelitian ini memperkuat penelitian Wahyuni (2013) yang menyebutkan ada perbedaan nilai ABI yang signifikan antara sebelum dan setelah dilakukan senam kaki diabetik di puskesmas di Kota Payakumbuh Sumatera barat.

Mansjur (2007) menyatakan kekurangan gerak tubuh akan berdampak pada penurunan gerakan otot skelet. Otot skelet yang tidak bergerak akan membuat lemak tidak dapat diubah menjadi energi sehingga timbunan lemak semakin tinggi

di dinding pembuluh darah dan otot skelet.

Penimbunan lemak dapat mengaktifasi sekresi mediator kimia yaitu leptin. Leptin ini bersifat merusak fungsi reseptor insulin dan menurunkan jumlah reseptor insulin, selain itu leptin juga akan mengurangi daya ikat reseptor insulin dengan hormon insulin itu sendiri.

Senam kaki yang melibatkan otot- otot terutama pada kaki yang bertujuan memperbaiki sirkulasi darah kaki, maka apabila sirkulasi darah kaki normal maka denyut nadi akan berdenyutnormal juga karena nadi merupakan indikator dari status sirkulasi darah dalam pembuluh darah.

Frekuensi nadi ditentukan oleh peningkatan dan penurunan sistol dan diastole setiap denyut jantung. Sehingga apabila keadaan sistol dan diastol terjadi penurunan atau peningkatan, maka denyut nadi juga akan terjadi penurunan atau peningkatan juga. Dalam penelitian ini untuk menentukan peningkatan sirkulasi darah kaki selain dengan menilai ABI juga ditentukan dari frekuensi nadi. Dapat disimpulkan bahwa sirkulasi darah kaki ditentukan oleh nilai ABPI dan frekuensi nadi (Nussbaumerová, 2011).

Senam kaki diabettik merupakan cara yang tepat untuk melancarkan sirkulasi terutama ke daerah kaki. Senam kaki merupakan salah satu senam aerobic yang variasi gerakan-gerakannya pada daerah kaki memenuhi kriteria continous,

(11)

rhythmical, interval, progresif dan endurance sehingga setiap tahapan gerakan harus dilakukan. Senam yang dianjurkan pada pasien DM yang bersifat aerobik artinya membutuhkan oksigen dan dapat membantu sirkulasi darah, memperkuat otot-otot kecil kaki, mencegah terjadinya kelainan bentuk kaki yang dapat meningkatkan potensi luka diabetik di kaki, meningkatkan produksi insulin yang dipakai dalam transport glukosa ke sel sehingga membantu menurunkan glukosa dalam darah (Dewi, 2012).

Widianah (2006) menjelaskan gerakan-gerakan kaki yang dilakukan selama senam kaki diabetik sama halnya dengan pijat kaki yaitu memberikan tekanan dan gerakan pada kaki mempengaruhi hormon yaitu meningkatkan sekresi endorphin yang berfungsi sebagai menurunkan sakit, vasodilatasi pembuluh darah sehingga terjadi penurunan tekanan darah terutama sistolik brachialis yang berhubungan langsung dengan nilai ABI (Senam kaki menjadikan tubuh menjadi rileks dan melancarkan peredaran darah.

Peredaran darah yang lancer akibat digerakkan, menstimulasi darah mengantar oksigen dan gizi lebih banyak ke sel-sel tubuh, selain itu membantu membawa racun lebih banyak untuk dikeluarkan.

Natalia (2012) menjelaskan gerakan kaki yang diberikan dengan metode active lower ROM efektif

meningkatkan nilai ABI pada pasien DM karena diyakini bahwa active lower ROM dimulai dari adanya kontraksi otot yang mempengaruhi kerja jantung, vasodilatasi, dan terjadi vasokonstriksi pada pembuluh vena sehingga meningkatkan aliran balik vena. Hasil dalam penelitian ini semua responden menunjukkan kenaikan nilai ABI setelah melakukan senam kaki selama 30 menit. Dalam gerakan senam kaki juga terdapat peregangan kaki (stretching).

Stretching kaki dianggap efektif melancarkan sirkulasi darah ke daerah kaki, meningkatkan kerja insulin dan melebarkan pembuluh darah yang diakui berperan serta meningkatkan tekanan sistolik pada kaki.

Berdasarkan hasil penelitian ini yang menunjukkan adanya peningkatan sirkulasi darah perifer pada responden setelah mengikuti terapi senam diabetik selama 2 minggu, menurut peneliti bahwa latihan senam diabteik secara rutin cukup efektif meningkatkan sirkulasi darah perifer. Peningakatan tekanan darah perifer tersebut dapat mempengaruhi kesehatan responden seperti berkurangnya rasa nyeri pada kaki, rasa kaku sehingga responden dapat lebih beraktivitas dengan baik.

Kesimpulan

1. Rata-rata umur respoden adalah 50.43tahun, sebagian besar responden adalah perempuan, berpendidikan SMA

(12)

10

dan status pekerjaan sebagai wiraswasta.

2. Rata-rata sirkulasi darah perifer sebelum diberi latihan senam kaki pada pasien diabetes mellitus di Ruang Melati Satu RSUD Dr. Moewardi sebesar 0.72±0.094.

3. Rata-rata sirkulasi darah perifer setelah diberi latihan senam kaki pada pasien diabetes mellitus di Ruang Melati Satu RSUD Dr. Moewardi sebesar .821±0.08.

4. Ada pengaruh senam kaki terhadap sirkulasi darah perifer dilihat dari nilai Ankle Brachial Index (ABI) pada pasien diabetes mellitus di Ruang Melati Satu RSUD Dr. Moewardi dengan p< 0,05.

Saran

1. Bagi pasien diabetes mellitus

Diharapkan pasien diabetes mellitus untuk tetap mau melakukan latihan terapi senam kaki diabetik sehingga dapat mendapatkan sirkulasi darah perifer yang lebih stabil yang dilakukan secara rutin.

2. Bagi keluarga

Anggota keluarga diharapkan memberikan dukungan keluarga secara penuh kepada pasien diabetes mellitus dalam melakukan senam kaki diabetik sehingga pasien mempunyai semangat untuk sembuh.

3. Bagi pelayanan kesehatan

Pemberian pendampingan pasien diabetes mellitus dalam melalukan latihan senam kaki diabetik.

Membantu meningkatkan motivasi dan rasa percaya diri pasien diabete mellitus agar tidak semakin baik sirkulasi darah perifernya.

4. Bagi peneliti selanjutnya

Penelitian selanjutnya dapat mengembangkan penelitian tetang kadar factor-faktor terjadinya sirkulasi darah perifer dengan metode berbeda sehingga kedalaman hasil penelitian dapat dinilai lebih nyata.

DAFTAR PUSTAKA

Agus, S. (2014) Hubungan Tingkat Pengetahuan Keluarga tentang Diabetes Mellitus dengan Kepatuhan Perawatan Kaki Diabetik, Naskah publikasi. FIK. Universitas Sahid Surakarta.

Akhtyo. A. (2009) Gambaran klinis hipoglikemia pada pasien diabetes mellitus Rawat Inap di Unit penyakit dalam RSUP. Dr. Sardjito Yogyakarta. Yogyakarta: Acta Medica Indonesia

Bustan. (2010). Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Dewi, P., Sumarni, T., & Sundari, R. I.

(2012). Pengaruh Senam Diabetes Mellitus dengan Nilai ABI ( Ankle Brachial Index ) pada Pasien Diabetes Mellitus di Puskesmas

(13)

Padamara Purbalingga. Jurnal STikes Harapan Bunda, 5, 1–6. Retrieved from jurnal.shb.ac.id

Irawan, D. (2010). Prevalensi dan Factor Risiko Kejadian Diabetes mellitus tipe 2 di Daerah Urban Indonesia.

Thesis, FK UI Jakarta.

Mansjur, A. (2007) Kapita Selekta Kedokteran, Edisi II Jilid 3. Jakarta:

Media Aesulapius

Natalia, N., Hasneli, Y., & Novayelinda, R.

(2012). Efektifitas Senam Kaki Diabetik dengan Tempurung Kelapa Terhadap Tingkat Sensitivitas Kaki pada Pasien Diabetes Melitus 2. Jom Unri, 1–9.

Nuryati (2009) Gaya Hidup Dan Status Gizi Serta Hubungannya dengan Hipertensi dan Diabetes Mellitus pada Pria dan Wanita Dewasa di DKI Jakarta.Thesis. Sekolah Pasca Sarjana IPB Bogor.

Nussbaumerová, B., Rosolová, H., Ferda, J., Sifalda, P., Sípová, I., & Sefrna, F. (2011). [The ankle brachial index in type 2 diabetes]. Vnitrní Lékarství, Nussbaumerová, B., Rosolová, H., Ferda,

J.,Sifalda, P., Sípová, I., & Sefrna, F.(2011). [The ankle brachial index

in type2 diabetes]. Vnitrní Lékarství,57(3),299-305.

Pangemanan D. (2014) Analisis Factor Risiko Penyebab Terjadinya Diabetes Mellitus Tipe 2 pada Wanita Usia Produktif di Puskesmas Wawonsa. Jurnal e- biomedik

Sato, S., Masami, K., Otsuki, S., Tanaka, S.,Nakayama, N., Makita, S.,Nohara,R. (2011). Post-exercise ankle-brachia lpressure index demonstrates alteredendothelial function in the elderly.Japanese Clinical Medicine, 2, 21-24.doi:

10.4137/jcm.s7173

Simamora, H. (2008). Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi Ke-3. STIE YKPN. Yogyakarta.

Soegondo S, dan Sukardji K. (2009) . Hidup Secara Mandiri dengan Diabetes Melitus. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Wahyuni T, D (2013) Ankle Brachial Index

(ABI) Sesudah Senam Kaki Diabetes Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 Jurnal Keperawatan, ISSN 2086-3071. Poltekkes Kemenkes Malang

Gambar

Tabel 1.   Distribusi  Karakteristik  responden  berdasarkan umur
Tabel 5  Pengaruh  Senam  Kaki  Terhadap  Sirkulasi Darah Perifer dari nilai ABI      Pre   test   post  test   Total  p Nor mal Obs truksi ringan Obs truksi sedang  Obstruksi  ringan  9  8  0  17  0,001 Obstruksi  sedang  0  11  2  13   Jumlah  9  19  2

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian mengenai Hubungan Beban Kerja Fisik Dan Mental Perawat Dengan Penerapan Pasien Safety Pada Masa Pandemi Covid 19 Di UPT Puskesmas

SIDOARJO Disusun Oleh: Maharani Inas M...

Sebagai biofilter, purun tikus dapat memperbaiki kualitas air pada musim kemarau dengan menyerap senyawa toksik terlarut, seperti besi (Fe) dan sulfat (SO 4 ) dalam saluran air

Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Erlangga Putra, (2012) menyatakan bahwa keunggulan yang diperoleh dari model pembelajaran

Pengertian belajar secara umum adalah perubahan pada diri orang yang belajar karena pengalaman dengan serangkai kegiatan. Misalkan dengan membaca, mengamati, mendengarkan,

Kesimpulan penelitian ini adalah model pembelajaran Think Pair Share dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar mahasiswa semester I A Program Studi Pendidikan

Misalnya dalam perkara “Tancho” yang terkenal, kita saksikan bahwa pendaftaran yang dilakukan oleh pengusaha Indonesia, karena dianggap sebagai telah bertindak tidak dengan

Pemberian air imbibisi pada proses penggilingan bertujuan untuk mencegah kehilangan gula di dalam ampas, sehingga dengan adanya pembasahan air imbibisi menyebabnya