• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA PEMERINTAH DESA DALAM RANGKA MEMAJ

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "UPAYA PEMERINTAH DESA DALAM RANGKA MEMAJ"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

e-Journal Lentera Hukum, Vol. , No. (2017), h.

© University of Jember, 2017

UPAYA PEMERINTAH DESA DALAM RANGKA

MEMAJUKAN PEREKONOMIAN MASYARAKAT DESA

MELALUI BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDes)

M. Ibrahim Zuhri, Antikowati, Iwan Rachmad Soetijono Fakultas Hukum Universitas Jember

ibrahimzuhri@yahoo.com

Abstrak. Desa merupakan lingkup organisasi atau susunan pemerintahan terkecil dan lebih dekat dengan masyarakat mempunyai peran penting dalam menjalankan otonomi yang diamanatkan oleh konstitusi sebagai jalan menuju rakyat yang sejahtera. Dari sinilah dapat ditentukan keberhasilan pemerintah dalam pembangunan baik itu dari tingkat Daerah maupun Pusat. melalui tugas pembantuan yang diberikan kepada Pemerintah Desa, kemudian menyalurkan program pembangunan tersebut kepada masyarakat. Dalam Undang-Undang Desa telah disebutkan bahwa: Desa merupakan desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut desa adalah kesatuan hukum memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal-usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.1

Untuk mewujudkan tujuan dari kewenangan pemerintahan desa dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakatnya, desa perlu melakukan berbagai strategi. Strategi ini penting agar alokasi, potensi dan sumber daya yang ada di desa dapat diefektifkan untuk mendukung perwujudan pembangunan desa. Dimana pembangunan desa diupayakan untuk dapat meningkatkan kualitas hidup dan kehidupan untuk sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat desa.2 Salah satu

strategi pemerintah desa dalam upaya mewujudkan kesejahteraan masyarakat di bidang perekonomian adalah dengan mendirikan BUMDes Dimana lembaga ini disesuaikan dengan kebutuhan dan potensi desa. Definisi dari BUMDes adalah lembaga usaha desa yang dikelola oleh masyarakat dan pemerintahan desa dalam upaya memperkuat perekonomian desa dan membangun kerekatan sosial masyarakat yang dibentuk berdasarkan kebutuhan dan potensi desa. BUMDes adalah suatu lembaga usaha yang artinya memiliki fungsi untuk melakukan usaha dalam rangka mendapatkan suatu hasil seperti keuntungan atau laba.3

Unit usaha yang dibentuk oleh BUMDes akan lebih langgeng (berkelanjutan) apabila didasarkan atas potensi dan kebutuhan masyarakat. Banyak contoh yang dapat dipelajari terkait dengan unit usaha yang mampu mempertemukan potensi dan kebutuhan, seperti misalnya Unit Usaha Pengelolaan Air Bersih pada BUMDes di Desa Bleberan dan Karangrejek di Kabupaten Gunungkidul, D.I. Yogyakarta. Unit usaha ini mampu berkembang dengan baik bahkan mampu membukukan keuntungan yang cukup signifikan walaupun tarif langganan lebih murah dibandingkan dengan tarif langganan pada PDAM setempat, serta mampu memberikan pelayanan air bersih kepada warga desa. 4

1Pasal 1 angka 1 Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 Tentang Desa 2Pasal 4 Undang-Undang No 6 Tahun 2014 tentang Desa.

3Maryunani.2008. Pembangunan Bumdes dan Pemerdayaan Pemerintah Desa. Bandung: CV

Pustaka Setia. Hlm 38

4 Suharyanto hastowiyono 2014. Pelembagaan BUMDesa, yogyakarta forum pengembangan

(2)

usaha sangat keras sekali, disamping itu badan usaha milik desa ini hanya bermodal tak seberapa jika dibandingkan dengan swasta bermodal besar maka posisi badan usaha milik desa ini tak dapat dibandingkan. Dengan sumber daya alam yang dimiliki oleh desa, hal ini sangat rawan sekali terjadi intervensi modal dan pasar di pedesaan. Kehadiran BUMDes ini sendiri akan menjadi penangkal bagi kekuatan korporasi asing dan nasional. Diharapkan badan usaha milik desa ini mampu menggerakkan dinamika ekonomi desa, dan sebagai perusahaan desa. Maka dari itu pemerintah desa juga harus turut hadir dalam mengawal kegiatan Badan usaha Miliki desa.5

Pemerintah Desa juga mempunyai peran utama dalam menghadapi MEA dan AFTA. Pembangunan desa yang meningkat dan perekonomian desa yang semakin baik memberikan implikasi terhadap kemandirian desa.

Kata Kunci: Upaya Pemerintah Desa, Memajukan Perekonomian Masyarakat Desa, Badan Usaha Milik Desa (BUMDes)

Abstract. The village is the scope of the organization or the smallest government structure and closer to the community has an important role in carrying out the autonomy mandated by the constitution as a road to prosperous people. From this can be determined the success of the government in development either from the level of the Region and Central. through the assistance task given to the Village Government, then distributed the development program to the community. In the Village Act it has been mentioned that: The village is a village and an adat village or called by another name, hereinafter referred to as the village is a legal entity having the boundaries of the territory authorized to regulate and administer government affairs, the interests of local people based on community initiatives, proposal, and / or traditional rights recognized and respected within the system of the Unitary State of the Republic of Indonesia.

To realize the objectives of the authority of the village administration in organizing and managing the interests of its people, the village needs to undertake various strategies. This strategy is important so that the allocations, potentials and resources available in the village can be streamlined to support the realization of village development. Where village development is strived to improve the quality of life and life for the welfare of the village community. One of the strategies of village government in the effort to realize the welfare of the society in the economic field is to establish BUMDes where the institution is adapted to the needs and potential of the village. The definition of BUMDes is a village business entity managed by the community and village government in an effort to strengthen the village economy and build social cohesion based on village needs and potentials. BUMDes is a business entity which means having the function to do business in order to get a result like profit or profit.

Business units established by BUMDes will be more sustainable if they are based on community potential and needs. Many examples can be learned related to business units that are able to meet potentials and needs, such as the Clean Water Management Unit at BUMDes in Bleberan and Karangrejek Villages in Gunungkidul Regency, D.I. Yogyakarta. This business unit is able to grow well even able to book a significant profit even though subsidized tariff is cheaper compared to subscription tariff at local PDAM, and able to provide clean water service to the villagers.

Seeing this position BUMDes in facing the reality of the current flow of domestic and foreign capital intervention that now makes the village as a target of business development is very hard, in addition, the business entities belonging to this village only capital is not much when compared with large private capital then the position of business entities belonging to this village incommensurable. With the natural resources owned by the village, it is very vulnerable to rural and capital market intervention. The

5 Coristya Berlian Ramadana, Heru Ribawanto, Suwondo. Keberadaan Badan Usaha Milik Desa

(3)

presence of BUMDes itself will be an antidote to the strength of foreign and national corporations. It is hoped that the village-owned enterprise can drive the dynamics of the village economy, and as a village company. Therefore, the village government must also be present in guarding the activities of business entities Have villages.

The village government also has a major role in dealing with MEA and AFTA. Improved rural development and improved village economics have implications for village self-reliance.

(4)

I. Upaya Pemerintah Desa Dalam Meningkatkan Perekonomian Masyarakat Desa

Hubungan Pemerintah Daerah Dengan Pemerintah Desa

Di dalam otonomi, hubungan kewenangan antara pemerintah pusat dan daerah, antara lain bertalian dengan cara pembagian urusan penyelenggaraan pemerintahan atau cara menentukan urusan rumah tangga daerah. Cara penentuan ini akan mencerminkan suatu bentuk otonomi terbatas atau otonomi luas. Dapat digolongkan sebagai otonomi terbatas apabila : pertama, urusan-urusan rumah tangga daerah ditentukan secara kategoris dan pengembangannya di atur dengan cara tertentu pula. Kedua, apabila sistem supervisi dan pengawasan dilakukan sedemikian rupa, sehingga daerah otonom kehilangan kemandirian untuk menentukan secara bebas cara-cara mengatur dan mengurus rumah tangga daerahnya. Ketiga, sistem hubungan keuangan antara pusat dan daerah yang menimbulkan hal-hal seperti keterbatasan kemampuan keuangan asli daerah yang akan membatasi ruang gerak ekonomi daerah.6

Dalam pengertian otonomi menurut tradisi hukum tata negara asing itu, maka desa diindonesia sebagai daerah hukum yang paling tua menjalankan otonomi yang sangat luas. Adapun hak otonomi atau hak untuk mengatur dan mengurus rumah tangga desa sebagai daerah hukum yang diatur dalam hukum adat adalah kewenangan dan kewajiban tidak hanya yang bersangkutan dengan kepentingan keduniawian, akan tetapi juga yang bersangkutan dengan kepentingan kerohanian.7

Pandangan ateng syafrudin dan suprin Na a, koneskuensi dan konsep atau gagasan hukum NKRI bukan saja hanya desentralisasi kewenagan kepada otonom yang melahirkan otonomi daerah, melainkan lebih dari itu yakni pengakuan ataupun perlindungan terhadap adanya otonomi desa sebagai otonomi asli bangsa indonesia.

Dengan demikian jelas, bahwa desentralisasi merupakan hubungan partisipasi dinamis antara berbagai stakeholders dalam proses pemilihan dan pengambilan keputusan. Suatu hubungan dinamis yang mungkin terjadi karena ukuran daerah yang semakin kecil, dimana interaksi berbagai pemangku kepentingan menjadi semakin intensif. Sebagaimana dikatakan oleh stoker, bahwa relasi sebagai kepentingan tersebut tidak hanya sebatas antara negara dengan masyarakat, tetapi juga berbagai kelembagaan pemerintahan yang bersifat formal dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah.8

Penerapan desentralisasi tersebut, bila ditarik dalam tata hubungan desa dengan pemerintahan supradesa (pemerintahan diatasnya), maka akan tercermin dalam beberapa hal. Pertama, berbeda dengan undang-undang sebelumnya yang meletakkan sentralisasi pengaturan desa ditangan pemerintahan pusat, namun saat ini pelimpahan wewenang mengenai pengaturan pemerintahan desa dari pemerintahan pusat kepada pemerintahan kabupaten dan kota. pengaturan desa ditetapkan dalam peraturan daerah kabupaten dengan memperhatikan pengakuan dan penghormatan terhadap hak asal-usul dan adat istiadat desa. pengaturan ini merubah konstelasi dalam keseluruhan arena politik, karena akan terjadi pergeseran arena pergulatan politik dari tingkat nasional ke daerah kabupaten. Perpindahan arena politik ini tentu saja menimbulkan berbagai bentuk ketegangan antara kabupaten dengan desa di berbagai daerah di Indonesia.9

Pengawasan atas penyelenggaraan pemerintah daerah dilaksanakan oleh pemerintah yang meliputi Pengawasan atas pelaksanaan urusan pemerintahan daerah, agar pelaksanaan berbagai urusan pemerintahan didaerah tetap dapat berjalan sesuai dengan standar dan kebijakan pemerintah berdasarkan peraturan

6 Nimatul Huda, Op.Cit, Hlm 47 7Ibid, Hlm. 49

(5)

5 | e-Journal Lentera Hukum

perundang-undangan. Sedangkan Pengawasan terhadap peraturan daerah dan peraturan kepala daerah meliputi perda provinsi dan peraturan gubernur, perda kabupaten/kota dan peraturan bupati/walikota dan peraturan desa dan peraturan kepala desa. Pengawasan dilaksanakan oleh aparat pengawasan intern pemerintah sesuai dengan peraturan perundang-undangan.10

Terkait dengan pembinaan dan pengawasan ini, pemerintah, pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah daerah kabupaten/kota mempunyai kewajiban untuk membina dan mengawasi penyelenggaraan desa.

Pembinaan dan pengawasan oleh pemerintah daerah kabupaten/kota, meliputi: a. Memberikan pedoman pelaksanaan penugasan urusan kabupaten/kota yang

dilaksanakan oleh desa;

b. Memberikan pedoman penyusunan peraturan desa dan kepala desa;

c. Memberikan pedoman penyusunan perencanaan pembangunan partisipatif; d. Melakukan fasilitasi penyelenggaraan pemerintahan desa;

e. Melakukan evaluasi dan pengawasan peraturan desa;

f. Menetapkan pembiyaan alokasi dana perimbangan untuk desa;

g. Mengawasi pengelolaan keuangan desa dan pendaya gunaan aset desa;

h. Melakukan pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pemerintahan desa; i. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan bagi pemerintah desa, badan

permusyawaratan desa; lembaga kemasyarakat, dan lembaga adat;

j. Memberikan penghargaan atas prestasi yang dilaksanakan dalam penyelenggaraan pemerintahan desa, badan permusyawaratan desa, lembaga kemasyarakatan, dan lembaga adat;

k. Melaksanakan upaya percepatan pembangunan desa melalui bantuan keuangan, bantuan pendampingan, dan bantuan teknis;

l. Melakukan sanksi atas penyimpangan yang dilakukan oleh kepala desa sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-perundangan.11

Konsep pemberdayaan masyarakat

Prinsip utama dalam mengembangkan konsep pemberdayaan masyarakat menurut Drijver dan Sajise (dalam Sutrisno, 2005, h.18) ada lima macam, yaitu:

1. Pendekatan dari bawah (buttom up approach): pada kondisi ini pengelolaan dan para stakeholder setuju pada tujuan yang ingin dicapai untuk kemudian mengembangkan gagasan dan beberapa kegiatan setahap demi setahap untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan sebelumnya.

2. Partisipasi (participation) dimana setiap aktor yang terlibat memiliki kekuasaan dalam setiap fase perencanaan dan pengelolaan

3. Konsep keberlanjutan: merupakan pengembangan kemitraan dengan seluruh lapisan masyarakat sehingga program pembangunan berkelanjutan dapat diterima secara sosial dan ekonomi.

4. Keterpaduan: yaitu kebijakan dan strategi pada tingkat lokal, regional dan nasional.

5. Keuntungan sosial dan ekonomi: merupakan bagian dari program pengelolaan.12

Pemberdayaan masyarakat Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan:

a. mendorong partisipasi masyarakat dalam perencanaan dan pembangunan Desa yang dilaksanakan secara swakelola oleh Desa

b. mengembangkan program dan kegiatan pembangunan Desa secara berkelanjutan dengan mendayagunakan sumberdaya manusia dan sumber daya alam yang ada di Desa;

10 Meri Yani, Op.Cit. Hlm 4

11 Moch. Solekhan, Op.Cit, Hlm 79-82

(6)

c. menyusun perencanaan pembangunan Desa sesuai dengan prioritas, potensi, dan nilai kearifan lokal;

d. menyusun perencanaan dan penganggaran yang berpihak kepada kepentingan warga miskin, warga disabilitas, perempuan, anak, dan kelompok marginal; e. mengembangkan sistem transparansi dan akuntabilitas dalam

penyelenggaraan Pemerintahan Desa dan pembangunan Desa; f. mendayagunakan lembaga kemasyarakatan Desa dan lembaga adat;

g. mendorong partisipasi masyarakat dalam penyusunan kebijakan Desa yang dilakukan melalui musyawarah Desa

h. menyelenggarakan peningkatan kualitas dan kapasitas sumber daya manusia masyarakat Desa;

i. melakukan pendampingan masyarakat Desa yang berkelanjutan; dan

j. melakukan melakukan pengawasan dan pemantauan penyelenggaraan Pemerintahan Desa dan pembangunan Desa yang dilakukan secara partisipatif oleh masyarakat Desa.13

Dalam penyelenggaraan pemberdayaan masyarakat desa maka Pemerintah dan pemerintah daerah menyelenggarakan pemberdayaan masyarakat Desa dengan pendampingan secara berjenjang sesuai dengan kebutuhan,14 dan pendampingan

tersebut dilakukan oleh satuan kerja perangkat daerah atau kabupaten/kota dan di bantu oleh tenaga pendamping yang profesioanl.15 Tenaga pendamping profesional

adalah sebagai berikut:

1. pendamping Desa yang bertugas mendampingi Desa dalam penyelenggaraan Pemerintahan Desa, kerjasama Desa, pengembangan BUM Desa,dan pembangunan yang berskala lokal Desa;

2. pendamping teknis yang bertugas mendampingi Desa dalam pelaksanaan program dan kegiatan sektoral ; dan

3. tenaga ahli pemberdayaan masyarakat yang bertugas meningkatkan kapasitas tenaga pendamping dalam rangka penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan masyarakat Desa.16

Pemberdayaan masyarakat dalam kegiatan BUMDes sangatlah diperlukan demi keberlanjutan kegiatan tersebut, Sehingga keberadaan desa baik sebagai lembaga pemerintahan maupun sebagai entitas kesatuan masyarakat hukum adat menjadi sangat penting dan strategis. Sebagai lembaga pemerintahan, desa merupakan ujung tombak pemberian layanan kepada masyarakat. Sedangkan sebagai entitas kesatuan masyarakat hukum, desa merupakan basis system kemasyarakatan bangsa Indonesia yang sangat kokoh sehingga dapat menjadi landasan yang kuat bagi pengembangan sistem politik, ekonomi, sosial, budaya, dan hukum yang stabil dan dinamis. Sehingga desa merupakan miniature dan sample yang sangat baik untuk mengamati secara seksama interaksi antara pemerintah dengan masyarakatnya. Dan melalui desa inilah BUMDes dapat diselenggarakan dengan mengacu pada peraturan desa yang didasarkan pada peraturan daerah.17

Konsep Pemerintah Desa dalam Mengembangkan Ekonomi Masyarakat Desa Pemerintah desa dalam mengupayakan peningkatan perekonomian melalui BUMDes yaitu dengan cara:

A. Memberi hibah atau pemodalan

13 Pasal 127 Ayat 2 PP No 43 Tahun 2014 Tentang Peraturan Pelaksana Undang-Undang

Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa

14 Pasal 128 Ayat 1 PP No 43 Tahun 2014 Tentang Peraturan Pelaksana Undang-Undang Nomor

6 Tahun 2014 Tentang Desa

15 Pasal 128 Ayat 2 PP No 43 Tahun 2014 Tentang Peraturan Pelaksana Undang-Undang

Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa

16 Pasal 129 Ayat 1 PP No 43 Tahun 2014 Tentang Peraturan Pelaksana Undang-Undang Nomor

6 Tahun 2014 Tentang Desa

(7)

7 | e-Journal Lentera Hukum

B. Melakukan pendampingan atau akses ke pasar

C. Memperioritaskan BUMdes dalam pengelolaan sumber daya di Desa

Artinya pemerintah desa perlu memberikan dukungan tidak hanya dengan dukungan moral akan tetapi dengan permodalan yang diberikan kepada masyarakat karena kita ketahui bersama salah satu langkah untuk kelembagaan di bidang perekonomian yaitu dengan modal, selain itu pemerintah desa juga perlu mendampingi masyarakat dalam menjalankan kegiatan BUMDes tersebut seperti yang telah di paparkan di atas yaitu dengan adanya sosialisasi serta pendampingan lebih lanjut yaitu memberikan akses ke pasar agar usaha tersebut berjalan dengan lancar, serta melindungi kegiatan tersebut dan memperioritaskan sumber daya yang ada di desa seperti sumber daya manusia khususnya para kaum perempuan yang memiliki bakat dan perlu di kembangkan melalui BUMDes.18

Oleh karena itu, pemerintah dan masyarakat desa memiliki peran strategis dalam pengembangan BUMDes demi kepentingan pemberdayaan ekonomi rakyat, sebagai suatu usaha ekonomi kerakyatan, BUMDes tidak serta merta menjelma menjadi sebuah badan usaha ekonomis yang menguntungkan, justru bila tidak dikelola secara baik, malah dapat merugikan atau setidaknya memberikan masalah baru bagi masyarakat. Disinilah terletak point penting yang perlu dilakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pengelolaan BUMDes oleh pemerintah desa, sebab tidak semua elemen jajaran pemerintahan dan masyarakat desa mengenal dan memiliki jiwa kewirausahaan yang baik dan benar. Lebih luas perlu dipikirkan dan dirumuskan pola pembinaan dan pengawasan BUMDes yang efektif, disisi lain BUMDes juga tidak mungkin berkembang tanpa dukungan semua pihak termasuk semua stakeholder. Biasanya pada tahap awal pendirian badan usaha merupakan tahap yang penuh tantangan. Pada tahap ini, sebuah badan usaha akan membutuhkan modal yang cukup besar untuk dapat menjalankan aktivitas usahanya. Khusus untuk pendirian BUMDes, hal ini telah diatur dalam peraturan perundang-undangan. Modal awal BUMDes bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa.19

Kendala Dalam Kegiatan Badan Usaha Milik Desa

BUMDes menjadi hak desa untuk memanfaatkan aturan Undang-Undang Desa yang memberikan kewenangan kepada pemerintah desa untuk melakukan inovasi dalam pembangunan desa, terutama dalam hal peningkatan perekonomian desa dan kesejahteraan bagi masyarakat desa BUMDes diharapkan menjadi motor penggerak ekonomi desa masyarakat yang dikelola secara baik dan professional. Keberadaan BUMDes menjadi harapan masyarakat desa untuk meningkatkan ekonomi desa melalui pengelolaan keuangan desa yang di dasarkan pada APBDes.20

Pengembangan BUMDes sebagai basis ekonomi warga desa sampai saat ini masih menghadapi banyak kendala antara lain ketidakpahaman warga akan BUMDes, pemilihan unit usaha yang tidak tepat, pembentukan kepengurusan, kelembagaan, pengelolaan, keterlibatan para pemangku kepentingan (stakeholders), regulasi, dukungan desa dan supra desa, dan sebagainya.21

Melihat kondisi desa yang selama ini sangat minim anggaran maka sulit untuk merealisasikan produk produk rencana desa sekaligus juga makin meningkatkan apatisme masyarakat. Seperti yang dialami oleh Desa Landungsari, BUMDes ini awalnya dapat meminjamkan biaya kepada masyarakat desanya yang ingin mempunyai usaha. Karena memang awal berdirinya BUMDes ini mendapatkan sumbangan dari pemerintah daerah yaitu Kabupaten Malang Seiring berjalannya waktu, modal yang dimiliki semakin merosot, bahkan partisipasi masyarakat untuk meminjam dana usaha ke BUMDes ini juga semakin berkurang. Akan tetapi, masih

18 Pasal 90 Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 Tentang Desa

19Pasal 135 ayat 1 PP No 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksana Undang-Undang No. 6

Tahun 2014 tentang Desa

20Ibid, hlm 2

(8)

beberapa orang saja yang mempercayakan kepada BUMDes ini. Seperti yang telah diketahui memang desa sangatlah minim anggaran.22 Kendala tersebut menghambat

cita-cita menjadikan BUMDes sebagai penggerak roda perekonomian di tingkat desa yang diharapkan dapat meningkatkan pendapatan desa, memenuhi kebutuhan warga desa dengan harga murah, mendukung pengembangan usaha warga dengan bantuan permodalan, pengadaan bahan baku, perbaikan proses produksi dan pemasaran, mengurangi peran tengkulak dan renternir, serta mengurangi pengangguran dan kemiskinan. Cita-cita besar ini dapat diwujudkan dengan kerja keras berbagai pihak secara bersama-sama.23

II.Upaya Pemerintah Desa dalam mengontrol kegiatan Badan Usaha Milik Desa Dasar Pembentukan Dan Pendirian Badan Usaha Milik Desa

Syarat pembentukan BUMDes menurut peraturan menteri dalam negeri No. 39 tahun 2010 tentang Badan Usaha Milik Desa adalah:

a) atas inisiatif pemerintah desa dan atau masyarakat berdasarkan musyawarah warga desa;

b) adanya potensi usaha ekonomi masyarakat;

c) sesuai dengan kebutuhan masyarakat, terutama dalam pemenuhan kebutuhan pokok;

d) tersedianya sumber daya desa yang belum dimanfaatkan secara optimal, terutama kekayaan desa;

e) tersedianya sumber daya manusia yang mampu mengelol badan usaha sebagai aset penggerak perekonomian masyarakat desa;

f) adanya unit-unit usaha masyarakat yang merupakan kegiatan ekonomi warga masyarakat yang dikelola secara parsial dan kurang terakomodasi; dan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat dan pendapatan asli desa.24

Mekanisme pembentukan BUMDes yaitu sebagai berikut:

a) rembug desa/musyawarah untuk menghasilkan kesepakatan;

b) kesepakatan dituangkan dalam AD/ART yang sekurang-kurangnya berisi: organisasi dan tata kerja, penetapan personil, sistem pertanggung jawaban dan pelaporan, bagi hasil dan kepailitan;

c) pengusulan materi kesepakatan sebagai draft peraturan desa; dan d) peneribitan peraturan desa.25

Menurut Purnomo,maksud dan tujuan pembentukan BUMDes adalah sebagai berikut: Maksud pembentukan BUMDes antara lain:

1. Menumbuhkembangkan perekonomian desa. 2. Meningkatkan Sumber Pendapatan Asli Desa.

3. Menyelenggarakan kemanfaatan umum berupa penyediaan jasa bagi peruntukan hajat hidup masyarakat desa.

4. Sebagai perintis bagi kegiatan usaha di desa. Adapaun Tujuan pembentukan BUMDes antara lain:

1. Meningkatkan peranan masyarakat desa dalam mengelola Sumber-sumber pendapatan lain yang sah;

2. Menumbuhkembangkan kegiatan ekonomi masyarakat desa, dalam unit-unit usaha desa;

3. Menumbuhkembangkan usaha sektor informal untuk dapat menyerap tenaga kerja masyarakat di desa;

4. Meningkatkan kreatifitas berwira usaha Desa masyarakat desa yang berpenghasilan rendah.26

22 Coristya Berlian Ramadana, Heru Ribawanto, Suwondo Op.Cit Hlm 3

23 Suharyanto Hastowiyono. Op.Cit. Hlm 3

24 Pasal 5 Ayat 1 Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 39 Tahun 2010 Tentang Badan Usaha Milik

Desa

25 Pasal 5 Ayat 12 Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 39 Tahun 2010 Tentang Badan Usaha

(9)

9 | e-Journal Lentera Hukum

Karakteristik dari BUMDes adalah: Berbentuk Badan Hukum, Berusaha di bidang perekonomian (jasa, manufaktur, dan perdagangan) Modal terdiri dari penyertaan Pemdes dan penyertaan masyarakat dengan perbandingan 51% dan 49%, Menjadi pusat kegiatan ekonomi masyarakat desa Menjadi salah satu sumber pendapatan Desa,Memberikan layanan pada masyarakat. Usaha yang dapat dijalankan melaui BUMDes antara lain: Pasar desa, Simpan pinjam, Waserda, Sumber air ,Transportasi, Obyek wisata desa, Home industri, Kerajinan rakyat, Perikanan darat, Peternakan,Pertanian, Agroindustri.27

Alokasi Hasil Usaha Badan Usaha Milik Desa

Kontribusi BUMDes ini ialah sebagai salah satu pembangunan desa mandiri yag dapat berjalan dengan percaya diri bahwa desa memang sudah berhasil mengatur rumah tangganya sendiri dan menciptakan desa yang mandiri yang tidak hanya bergantung kepada anggaran dana desa yang telah diberikan oleh pemerintah. Dalam rangka meningkatkan pendapatan masyarakat dan pendapatan asli desa maka BUMDes ini mempunyai beberapa kontribusi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, salah satunya dlam kebutuhanpokok di desa. Mengingat BUMDes ini adalah suatu lembaga ekonomi modal usaha.28 Lembaga ini dapat menjalankan usaha

dibidang ekonomi dan pelayanan umum sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Maka dari itu, BUMDes ini bisa menjadi alternatif yang dapat dikembangkan untuk mendorong perekonomian desa dengan harapan dapat menciptakan sumber daya ekonomi baru untuk mengatasi keterbatasan-keterbatasan sumber daya alam desa.29 dan hasil dari usaha BUMDes di manfaatkan untuk

pengembangan usaha dan pembangunan desa, pemberdayaan masyarakat desa, dan pemberian bantuan untuk masyarakat miskin melalui hibah, bantuan sosial, dan kegiatan dana bergulir yang ditetapkan dalam anggaran pendapatan dan belanja desa.30

Peran Pemerintah Desa dalam Pengawasan Badan Usaha Milik Desa

Pemerintah desa juga sebagai Penasihat atau komisaris dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat 1 pasal 9 Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 39 Tahun 2010 Tentang Badan Usaha Milik Desa mempunyai kewenangan meminta penjelasan kepada pelaksana operasional atau direksi mengenai pengelolaan usaha desa sehingga pada tahap kegiatan ini saling mendukung utamanya pemerintah desa sebagai penasihat sekaligus membina masyarakat desa guna BUMDes tersebut tepat sasaran dengan apa yang diinginkan bersama.31

Fungsi controlling itu sendiri dalam bahasa Indonesia mempunyai dua perbedaan, yaitu : Pengawasan dan pengendalian; pengawasan disini adalah pengawasan dalam arti sempit, yang diberi definisi sebagai segala usaha atau kegiatan untuk mengetahui dan menilai kenyataan yang sebenarnya tentang pelaksanaan tugas atau pekerjaan, apakah sesuai dengan yang semestinya atau tidak; sedangkan pengendalian pengertiannya lebih “forceful” daripada pengawasan, yaitu sebagai segala usaha atau kegiatan untuk menjamin dan mengarahkan agar pelaksanaan tugas atau pekerjaan berjalan sesuai dengan yang semestinya.32 Berikut

tugas dan wewenang komisaris/penasihat : a)Tugas

Komisaris atau penasehat BUMDes mempunyai tugas dan berkewajiban:

26 Samadi, Arrafiqur, rahman, Afrizal. Peranan Badan Usaha Milik Desa ( Bumdes ) Dalam

Peningkatan Ekonomi Masyarakat (StudiPada Bumdes Desa Pekan Tebih Kecamatan Kepe Nuhan Hulu Kabupaten Rokan Hulu). Hlm 7

27Ibid, Hlm 27

28 Coristya Berlian Ramadana, Heru Ribawanto, Suwondo. Op.Cit. Hlm 7 29 Moch. Solekhan, Op.Cit. Hlm 72

30 Pasal 89 Undang-Undang No 6 Tahun 2014 Tentang Desa

31 Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 39 Tahun 2010 Tentang Badan Usaha Milik Desa

32 Meri Yarni. Pengawasan Peraturan Daerah Berdasarkan Perundang-Undangan (Kajian Politik

(10)

1) Memberi nasehat kepada Pelaksana Operasional atau Direksi dalam melaksanakan pengelolaan BUMDes;

2) Memberi saran/pendapat mengenai masalah yang dianggap penting bagi pengelola BUMDes;

3) Mengawasi dan mengevaluasi pelaksanaan kegiatan usaha apabila terjadi gejala menurunnya kinerja kepengurusan;

4) Melakukan pengawasan umum terhadap kegiatan BUMDes meliputi : Proses, alur dan mekanisme pelaksanaan.

5) Menyampaikan laporan pertaggung jawaban dan perkembangan BUMDes kepada Badan Permusyawaratan Desa (BPD) minimal satu kali dalam satu tahun dalam forum musyawarah desa, bagi BUMDes.

6) Melaksanakan musyawarah pemberhentian pengurus BUMDes apabila telah mendapat rekomendasi dari Dewan Pembina Kabupaten melalui fasilitator yang telah melakukan audit atau evaluasi yang terdapat temuan diantara pengurus BUMDes telah melakukan penyelewengan dana atau penyalahan kekuasaan yang mengakibatkan kerugian BUMDes dan diputuskan dengan keputusan kepala desa.

b)Wewenang

Untuk melaksanakan kewajibannya, komisaris mempunyai kewenagan :

1) Melakukan pengawasan dan Memberi nasehat kepada pelaksanaan operasional

2) Meminta penjelasan dari pengurus dari segala persoalan yang menyangkut pengelolaan BUMDes;

3) Melindungi BUMDes terhadap hal-hal yang dapat merusak kelangsungan dan citra BUMDes.33

Pengawasan dalam kegiatan BUMDes seharusnya masyarakat juga dilibatkan karena secara teori BUMDes di peruntukkan guna meningkatkan perekonomian desa dengan melihat potensi-potensi yang ada di desa atau kerajinan-kerajinan yang dimiliki oleh masyarakat desa dan pelaksana dari kegiatan BUMDes yaitu anggotanya juga terdapat dari masyarakat desa yang dipilih oleh kepala desa sebagaimana yang terdapat dalam peraturan pelaksana nomor 43 tahun 2014 tentang desa, Maka dari itu masyarakat desa tidak bisa hanya menjadi obyek program, akan tetapi harus diperkuat kapasitasnya untuk turut mengawasi jalannya usaha dari BUMDes, dari sini akan timbul rasa memiliki dan terjadi keharmonisan antara pemerintah desa dengan masyarakat desa sehingga dalam menuju cita-cita dalam meningkatkan perekonomian desa lebih mudah dan tepat.34

(11)

70 | e-Journal Lentera Hukum

III. PENUTUP

Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Pemerintah desa dalam meningkatkan perekonomian masyarakat desa dengan melalui BUMDes Merupakan langkah tepat demi terwujudnya kesejahteraan masyarakat desa, upaya yang dilakukan pemerintah desa dengan cara pertama, melakukan pemberdayaan masyarakat desa terlebih dahulu mengingat kurangnya sumber daya manusia yang memadai, kedua, dengan melakukan mengenalan terhadap kegiatan BUMDes tersebut, serta melakukan pendampingan terhadap masyarakat selaku pelaksana operasional BUMDes, dan yang Ketiga, upaya pemerintah desa dengan memberi akses kepasar dengan fasilitas yang sudah ada, dan yang terakhir pemerintah desa memberikan arahan terkait pemilihan unit yang tepat dan sesuai dengan kondisi desa dan masyarakat desa, tidak hanya itu pemerintah desa juga berkewajiban dalam meberi fasilitas sebagaimana dalam Pasal 90 Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 Tentang Desa

2. BUMDes merupakan lembaga ekonomi yang didirikan berdasarkan musyawarah antara pemerintah desa dengan masyarakat desa, BUMDes didirikan sesusi sumber daya yang ada didesa serta melihat dari beberapa potensi desa, kegiatan BUMDes ini dikelola oleh masyarakat desa sebagai pelaksana operasional dan di kontrol oleh pemerintah desa yaitu kepala desa sebagai penasehat dari kegiatan BUMDes tersebut. Sisi kontrol dari pemerintah desa yaitu dengan melakukan pengawasan dan evaluasi sekurang-kurangnya 1 tahun sekali demi terwujudnya kegiatan BUMDes. Dan apabila terdapat penyelewengan dalam BUMDes tersebut, maka akan dilakukan musyawarah pemberhentian pengurus BUMDes dan apabila telah mendapatkan rekomendasi dari Dewan Pembina Kabupaten melaui fasilitator yang telah melakukan audit dan evaluasi yang terdapat temuan diantara pengurus BUMDes telah melakukan penyelewengan dana atau penyalahan kekuasaan yang mengakibatkan kerugian BUMDes dan diputuskan dengan Keputusan Kepala Desa.

Saran

Bertitik tolak kepada permasalahan yang ada dan dikaitkan dengan kesimpulan yang telah dikemukakan di atas, maka dapat diberikan saran sebagai berikut :

1. Hendaknya pemerintah desa, lebih bijaksana dalam menentukan unit usaha yaitu dengan proses pemilihan dan penentuan unit usaha harus di dasarkan pada pertimbangan dan kajian yang detail dan cermat. Untuk ini forum

musdes dapat membentuk Tim Survey Unit Usaha atau Tim Pengkaji Unit Usaha atau bisa juga disebut dengan nama lain. Apabila kegiatan tersebut

tidak tepat dalam pemilihan unit usaha yang akan dijalankan maka BUMDes tersebut akan terhambat dalam pelaksanaannya.

(12)

IV. DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

Maryunani, 2008, Pembangunan Bumdes dan Pemerdayaan Pemerintah Desa,

Bandung, CV Pustaka Persada

Moch. Solekhan, MAP, 2014, Penyelenggaraan Pemerintah Desa Berbasis Partisipasi Masyarakat, Malang, Cita Intans Selaras

Nikmatul Huda, 2015, Hukum Pemerintahan Desa dalam Konstitusi Indonesia Sejak Kemerdekaan Hingga Reformasi, Malang, Citra Intrans Selaras

Suharyanto Hastowiyono, 2014, Pelembagaan BUMDesa, Yogyakarta, Forum Pengembangan Pembaharuan Desa

B. Peraturan Perundang-Undangan

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2014 Tentang Peraturan Pelaksana Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa

Peraturan Pemerintah Negara Kesatuan Republik Indonesia (PPRI No. 72 Tahun 2005 Tentang Desa

Peraturan Menteri dalam Negeri Republik IndonesiaNomor 39 Tahun 2010 Tentang Badan Usaha Milik Desa

Peraturan Menteri dalam Negeri No. 35 Tahun 2007 Tentang Pedoman Umum Tata Cara pelaporan dan Pertangungjawaban Penyelenggaraan Pemerintah Desa

C. Jurnal

Coristya Berlian Ramadana, Heru Ribawanto, Suwondo, Keberadaan Badan Usaha Milik Desa Sebagai Penguatan Ekonomi, Jurnal Administrasi Publik, (JAP), Volume 1, No. 6, Hal. 1068-1076

Ita Ulumiyah, Abdul Juli Andi Gani, Lely Indah Mindarti, Peran Pemerintah Desa dalam Memperdayakan Masyarakat Desa (Studi Pada Desa Sumberpasir Kecamatan Pakis Kabupaten Malang), Jurnal Administrasi Publik (JAP), Volume 1, No. 5, hal. 890-899

Meri Yarni, Pengawasan Peraturan Daerah Berdasarkan Perundang-Undangan, (Kajian Politik Hukum), Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Humaniora, Volume 15 No. 2

Samadi, Arrafiqur Rahman, dan Afrizal, Peranan Badan UsahA Milik Desa dalam Peningkatan Ekonomi Masyarakat (Studi Pada BUMDesa), di Desa Pekan Lebih Kecamatan Kepenuhan Hulu Kabupaten Rokan Hulu

Referensi

Dokumen terkait

1 Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) merupakan lembaga usaha desa yang dikelola masyarakat dan pemerintah desa dalam upaya memperkuat perekonomian desa dan dibentuk

Pendirian Badan Usaha Milik Desa Pendawa Jaya adalah sebagai upaya untuk meningkatkan pendapatan asli desa dan meningkatkan perekonomian desa. Selain itu BUMDes

Badan Usaha Milik Desa (BUMDES) adalah lembaga usaha desa yang dikelola oleh masyarakat dan pemerintah desa dalam upaya memperkuat perekonomian desa dan dibentuk

Bahan tambahan pangan adalah bahan yang biasanya tidak digunakan sebagai makanan dan biasanya bukan merupakan komposisi khas makanan, mempunyai atau tidak mempunyai

Dalam hal pembelian Unit Penyertaan KISI EQUITY FUND dilakukan oleh Pemegang Unit Penyertaan secara berkala sesuai dengan ketentuan butir 13.3 Prospektus, maka Formulir

Berdasarkan pengamatan peneliti metode yang dipakai dalam kegiatan pembelajaran rampak kendang ini adalah metode yang umum dipakai, seperti metode ceramah, tanya

Munkittrick dan Moccia dalam Gusrina (2008) menyatakan bahwa terdapat hubungan antara volume semen dengan motilitas spermatozoa, yaitu semakin encer semen ikan

bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 8 ayat (2) Peraturan Bupati Belitung Nomor 12 Tahun 2020 tentang Pemberian Bantuan Kepada Masyarakat Terdampak Bencana Non