• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENANGANAN TINITUS DENGAN AKUPUNKTUR PAD

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENANGANAN TINITUS DENGAN AKUPUNKTUR PAD"

Copied!
85
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS AKHIR

PENANGANAN TINITUS DENGAN AKUPUNKTUR PADA TITIK

TINGGONG (SI19), SHENSHU (BL23), TAIXI (KI3), DAN GUANYUAN (CV4), SERTA PEMBERIAN KULIT JERUK MANIS (CITRUS SINENSIS)

VARIETAS PACITAN

ANISA HUSNUL GHOIDA

NIM. 011310413035

PROGRAM STUDI D3 PENGOBAT TRADISIONAL

FAKULTAS VOKASI

(2)

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

TUGAS AKHIR

PENANGANAN TINITUS DENGAN AKUPUNKTUR PADA TITIK

TINGGONG (SI19), SHENSHU (BL23), TAIXI (KI3), DAN GUANYUAN (CV4), SERTA PEMBERIAN KULIT JERUK MANIS (CITRUS SINENSIS)

VARIETAS PACITAN

Karya Ilmiah Tugas Akhir sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya Pengobat Tradisional

ANISA HUSNUL GHOIDA

NIM. 011310413035

PROGRAM STUDI D3 PENGOBAT TRADISIONAL

FAKULTAS VOKASI

UNIVERSITAS AIRLANGGA

SURABAYA

(3)
(4)
(5)

Tugas Akhir ini telah diujikan dan dinilai

Oleh panitia penguji pada Program Studi D3 Pengobat Tradisional

Fakultas Vokasi

Universitas Airlangga

Pada Tanggal 06 Juni 2016

Panitia Penguji Tugas Akhir

Ketua : Tjitra Wardani, dr., MS

Anggota : 1. Dr. Ira Arundina, drg., M.Si

2. Maya Septriana, S.Si., Apt., M.Si

(6)

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang atas segala rahmat, taufik serta hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul “PENANGANAN TINITUS DENGAN AKUPUNKTUR PADA TITIK TINGGONG (SI19), SHENSHU (BL23), TAIXI (KI3), DAN GUANYUAN (CV4), SERTA PEMBERIAN KULIT JERUK MANIS (CITRUS SINENSIS) VARIETAS PACITAN.”

Tugas Akhir ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan Program Studi D3 Pengobat Tradisional Fakultas Vokasi Universitas Airlangga Surabaya.

Dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini, saya mendapat banyak bimbingan, bantuan, serta dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini perkenankan saya menyampaikan ucapan terimakasih yang tulus kepada yang terhormat:

1. Maya Septriana, S.Si., Apt., M.Si selaku dosen pembimbing I yang dengan sabar membimbing dan memberikan kritik serta saran dalam penyusunan Tugas Akhir ini.

2. Prof. Sri Agus Sudjarwo, drh., Ph.D selaku dosen pembimbing II yang telah turut membimbing dan memberikan kritik serta saran dalam penyelesaiaan Tugas Akhir ini.

(7)

telah memberikan kesempatan yang besar untuk mendapatkan pendidikan Program Studi D3 Pengobat Tradisional Fakultas Vokasi Universitas Airlangga.

4. Prof. Dr. Suhariningsih, Ir., selaku Koordinator Program Studi D3 Pengobat Tradisional Fakultas Vokasi Universitas Airlangga dan Arijanto Jonosewojo, dr., Sp.PD., FINASIM, selaku mantan Koordinator Program Studi D3 Pengobat Tradisional Fakultas Vokasi Universitas Airlangga yang telah memberikan kesempatan untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Studi D3 Pengobat Tradisional Fakultas Vokasi Universitas Airlangga.

5. Tjitra Wardani, dr., MS dan Dr. Ira Arundina, drg., M.Si selaku dosen penguji yang telah memberikan kritik serta saran yang bermanfaat.

6. Kedua orang tua, Ahmad Jatmiko dan Indriyati yang selalu memberikan dukungan dalam pendidikan, memotivasi, tiada henti mendoakan, serta memberikan cinta dan kasih sayangnya.

7. Kakak Latief Muhammad Tulus Sejati serta adik-adik Faiz Nur Ahmad, Muhammad Faiq Hibban (alm), Rahmainisa Bilqistina, dan Rahmianisa Bilqistina yang telah memberikan doa dan dukungan dalam mengerjakan Tugas Akhir ini.

(8)

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

9. Seluruh pengajar program studi D3 Pengobat Tradisional Fakultas Vokasi Universitas Airlangga yang telah memberikan berbagai ilmu yang bermanfaat.

10. Seluruh staff pendidikan dan tata usaha program studi D3 Pengobat Tradisional Fakultas Vokasi Universitas Airlangga.

11. Semua pihak yang telah mendukung dan mendoakan terselesaikannya Tugas Akhir ini dengan baik.

Akhir kata semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Surabaya, 6 Juni 2016

(9)

RINGKASAN

Tinitus adalah suatu gangguan pendengaran dengan keluhan mendengar bunyi yang berasal dari dalam telinga, biasanya disebut juga telinga berdenging. Penyebab tersering tinitus adalah pajanan bising. Mendengarkan musik menggunakan ear phones dengan volume yang keras juga dapat menyebabkan tinitus. Pajanan bising dapat menyebabkan kerusakan pada sel-sel rambut kokhlea sehingga mengakibatkan gangguan pendengaran salah satunya yaitu tinitus.

Berdasarkan anamnesa yang telah dilakukan, pasien mengalami tinitus disebabkan sindrom defisiensi Qi ginjal. Penanganan kasus tinitus dengan terapi akupunktur dan terapi herbal. Terapi akupunktur dilakukan pada titik Tinggong (SI19), Shenshu (BL23), Taixi (KI3), dan Guanyuan (CV4). Terapi herbal yang digunakan adalah sediaan teh kulit jeruk manis (Citrus sinensis) varietas Pacitan.

Dalam menangani kasus tinitus, terapi akupunktur dilakukan sebanyak 12 kali dalam 4 tahap terapi. Untuk terapi herbal sediaan teh kulit jeruk manis (Citrus sinensis) varietas Pacitan dengan dosis 10 gram diseduh dengan 100 ml air diminum setiap hari. Terapi akupunktur dan herbal yang telah dilakukan selama 24 hari menunjukkan hasil yang baik. Terapi ini dapat mengurangi intensitas tinitus dan keluhan penyertanya. Terapi akupunktur dan herbal dapat dilanjutkan agar pasien tidak mengalami tinitus lagi.

(10)

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG... xv

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan ... 5

1.4 Manfaat ... 5

BAB 2 RIWAYAT PENYAKIT ... 6

2.1 Identitas Penderita... 6

2.2 Pengamatan... 6

2.3 Penciuman/Pendengaran ... 7

2.4 Wawancara/Anamnesa... 7

2.4.1 Riwayat Penyakit... 7

2.4.2 Hal-hal Khusus... 7

2.5 Perabaan... 8

BAB 3 DASAR TEORI... 12

3.1 Dasar Teori Konvensional ... 12

3.1.1 Anatomi Telinga... 12

3.1.2 Deskripsi Tinitus... 13

3.1.3 Klasifikasi Tinitus... 13

(11)

3.2 Dasar Teori Tradisional ... 15

3.2.1 Teori YinYang... 15

3.2.2 Teori Lima Unsur (Wu Xing)... 16

3.2.3 Teori Fenomena Organ ... 19

3.2.4 Delapan Dasar Diagnosa... 23

3.2.5 Deskripsi Tinitus... 23

3.2.6 Diferensiasi Sindrom... 24

3.2.7 Titik Akupunktur... 26

3.3 Terapi Akupunktur ... 30

3.4 Terapi Herbal... 30

3.4.1 Jeruk Manis (Citrus sinensis) ... 31

3.5 Usulan Terapi Tradisional... 34

3.5.1 Terapi Nutrisi untuk Kasus Tinitus... 34

3.5.2 Terapi Pijat untuk Kasus Tinitus ... 35

BAB 4 ANALISIS KASUS... 36

4.1 Analisis Kasus secara Konvensional ... 36

4.2 Analisis Kasus secara Tradisional... 36

BAB 5 PERAWATAN... 40

5.1 Bentuk Kegiatan... 40

5.2 Waktu dan Tempat Perawatan... 40

5.3 Perawatan dengan Terapi Akupunktur... 40

5.3.1 Peralatan Terapi Akupunktur... 40

5.3.2 Prosedur Persiapan Terapi Akupunktur... 41

5.3.3 Prosedur Perlakuan Terapi Akupunktur... 42

5.4 Perawatan dengan Terapi Herbal ... 44

5.4.1 Alat dan Bahan ... 44

5.4.2 Pembuatan Teh Kulit Jeruk... 45

5.4.3 Penyajian Teh Kulit Jeruk... 45

(12)

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

6.1 Hasil... 47

6.2 Pembahasan... 51

6.2.1 Pembahasan Terapi Akupunktur... 51

6.2.2 Pembahasan Terapi Herbal... 57

BAB 7 PENUTUP... 59

7.1 Kesimpulan... 59

7.2 Saran... 59

(13)

DAFTAR TABEL

2.1 Hasil perabaan titik Shu dan Mu 9

2.2 Hasil perabaan nadi 10

6.1 Hasil perawatan 48

6.2 Perkembangan lidah pasien 51

(14)

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

3.2 Hubungan paparan bising dengan gangguan pendengaran 14

3.3 Yin Yang 16

3.4 Wu Xing 17

3.5 Titik (SI19) Tinggong 27

3.6 Titik (BL23) Shenshu 28

3.7 Titik (KI3) Taixi 29

3.8 Titik (CV4) Guanyuan 29

3.9 Jeruk Manis (Citrus sinensis) 31

5.1 Peralatan terapi akupunktur 41

5.2 Simplisia kulit jeruk manis varietas Pacitan 45

6.1 Penusukan titik Tinggong (SI19) 53

6.2 Penusukan titik Guanyuan (CV4) 54

6.3 Penusukan titik Taixi (KI3) 54

6.4 Penusukan titik Shenshu (BL23) 55

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Inform consent... 63

Lampiran 2 Jadwal terapi akupunktur dan terapi herbal... 64

Lampiran 3 Dokumentasi perawatan akupunktur... 67

(15)

DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG

ANOVA : Analysis of Variance BAB : Buang Air Besar BAK : Buang Air Kecil

BL : Bladder/Kandung Kemih

BPOM : Badan Pengawas Obat dan Makanan cm : Sentimeter

CV : Conception Vessel

(16)

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

KI : Kidney/Ginjal mg : Miligram ml : Mililiter mm : Milimeter

mmHg : Milimeter Hydrargyrum SI : Small Intestine/Usus Kecil SP : Spleen/Limpa

TCM : Traditional Chinese Medicine WHO : World Health Organisation

WIB : Wilayah Indonesia Barat

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tinitus adalah suatu gangguan pendengaran dengan keluhan mendengar bunyi yang berasal dari dalam kepala atau telinga, biasanya disebut juga telinga berdenging. Keluhannya bisa berupa bunyi mendenging, menderu, mendesis, atau berbagai macam bunyi yang lain. Tinitus berasal dari kata latin yaitu tinnire, yang berarti mendenging (Amalia, 2006).

(17)

umur 20-30 tahun (Martines, et al., 2010). Menurut World Health Organization (WHO), saat ini diperkirakan ada 360 juta (5.3%) orang di dunia mengalami gangguan pendengaran, 328 juta (91%) diantaranya adalah orang dewasa (183 juta laki-laki, 145 juta perempuan) dan 32 juta (9%) adalah anak-anak. Prevalensi gangguan pendengaran pada orang di atas usia 65 tahun bervariasi dari 18 sampai hampir 50% di seluruh dunia (Kemenkes, 2013).

Tinitus disebabkan oleh beragam penyebab. Namun penyebab tersering tinitus adalah pajanan bising (Axelsson and Deepak, 2000). Mendengarkan musik menggunakan ear phones dengan volume yang keras juga dapat menyebabkan tinitus serta gangguan pendengaran (Sunny, et al., 2012).

Menurut TCM (Traditional Chinese Medicine), yang dimaksud dengan tinitus adalah telinga berdenging pada kepala. Tinitus biasanya disertai dengan menurunnya kemampuan mendengar. Dalam TCM, tinitus disebut sebagai Er Ming (telinga berdenging). Sindrom tinitus secara garis besar dibagi menjadi tiga, yaitu hiperaktivitas Yang hati, dahak keruh naik ke atas, dan defisiensi Qi ginjal (Yin and Liu, 2000).

(18)

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Penelitian berupa uji klinis juga telah dilakukan oleh Rogha, et al (2011) di rumah sakit Alzahra dan Kashani di Ishafan, Iran tahun 2010-2011. Pengambilan contoh sederhana digunakan untuk memilih pasien yang kemudian dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok akupunktur asli dan kelompok plasebo. Jumlah pasien pada masing-masing kelompok adalah 27. Skala kecemasan dan depresi, kuesioner indeks keparahan tinitus, dan skala kenyaringan tinitus diselesaikan oleh pasien. Dua kuesioner yang terakhir diselesaikan lagi setelah sesi 5 dan 10 terapi akupunktur. Kelompok kasus diobati dengan akupunktur efektif dengan jarum akupunktur asli sedangkan kelompok kontrol diperlakukan tidak efektif, yaitu mirip dengan metode akupunktur biasa tetapi dengan jarum palsu (ujung jarum tumpul). Hasil tes individu digunakan untuk membandingkan rata-rata dari nilai indeks tinitus keparahan dan kenyaringan antara kedua kelompok. Penelitian juga menggunakan tindakan berulang uji ANOVA untuk membandingkan rata-rata dari indeks keparahan dan kenyaringan tinitus untuk penilaian yang berbeda pada kedua kelompok. Setelah sesi 5 dan 10 terapi, rata-rata indeks keparahan tinitus berkurang secara signifikan pada kelompok kasus (p = 0,002, dan p = 0,001, masing-masing). Kualitas hidup pada kelompok kasus juga meningkat setelah terapi. Selain itu, rata-rata kenyaringan tinitus juga berkurang secara signifikan pada kelompok kasus setelah sesi 5 dan 10 terapi (p = 0,001, dan p < 0,001, masing-masing).

(19)

telinga serta meningkatkan kemampuan mendengar, Shenshu (BL23) untuk tonifikasi Yang ginjal dan mempermudah aliran Qi, Taixi (KI3) mentonifikasi ginjal untuk meningkatkan kemampuan mendengar, dan Guanyuan (CV4) menguatkan jiao tengah dan tonifikasi Qi (Yin and Liu, 2000).

(20)

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Jember dengan jeruk manis Pacitan per 100 gram jeruk yaitu 41,02 mg dan 49,08 mg. Berdasarkan perbandingan tersebut, maka vitamin C terbanyak terdapat pada jeruk manis Pacitan.

Dalam Traditional Chinese Medicine (TCM), kulit jeruk yang berwarna kuning dan berasal dari buah jeruk yang matang pohon disebut sebagai Chen Pi (Butler, 2008). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Omoba, et al (2015), kulit jeruk manis yang sudah matang memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi jika dibandingkan dengan kulit jeruk manis yang belum matang.

Berdasarkan latar belakang tersebut, metode terapi yang akan digunakan dalam penanganan tinitus pada tugas akhir ini adalah dengan terapi akupunktur pada titik Tinggong (SI19), Shenshu (BL23), Taixi (KI3), dan Guanyuan (CV4) serta pemberian kulit jeruk manis (Citrus sinensis) varietas Pacitan.

1.2 Rumusan Masalah

Apakah terapi akupunktur pada titik Tinggong (SI19), Shenshu (BL23), Taixi (KI3), dan Guanyuan (CV4) serta pemberian kulit jeruk manis (Citrus sinensis) varietas Pacitan dapat menangani tinitus?

1.3 Tujuan

Untuk membuktikan terapi akupunktur pada titik Tinggong (SI19), Shenshu (BL23), Taixi (KI3), dan Guanyuan (CV4) serta pemberian kulit jeruk manis (Citrus sinensis) varietas Pacitan dapat menangani tinitus.

1.4 Manfaat

1.4.1 Bagi Penulis

Terapi akupunktur pada titik Tinggong (SI19), Shenshu (BL23), Taixi (KI3), dan Guanyuan (CV4) serta pemberian kulit jeruk manis (Citrus sinensis) varietas Pacitan dapat menangani tinitus.

(21)

Menambah informasi bagi masyarakat bahwa dalam menangani tinitus dapat menggunakan terapi akupunktur dan kulit jeruk manis (Citrus sinensis) varietas Pacitan.

BAB 2

RIWAYAT PENYAKIT

2.1 Indentitas Penderita

Pasien adalah seorang mahasiswi salah satu Perguruan Tinggi Negeri di Surabaya. Berusia 20 tahun dengan tinggi badan 155 cm dan berat badan 40 kg. Beragama Islam, status belum menikah, serta berasal dari suku Jawa. 2.2 Pengamatan

Pasien dalam keadaan sadar, ekspresi wajah lesu, warna wajah cenderung gelap, bentuk tubuh cenderung kurus, gerak-gerik kalem, kulit pasien kering, rambut pasien hitam kurang berkilau, tipis dan kering. Mata pasien simetris tetapi memakai kaca mata, telinga simetris tanpa alat bantu pendengaran, mulut pasien cenderung kering.

(22)

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Gambar 2.1 Lidah pasien sebelum terapi (2 Maret 2016)

2.3 Penciuman/Pendengaran

Berdasarkan pemeriksaan dengan penciuman/pendengaran, keringat pasien tidak berbau, suara pelan, dan tidak dilakukan pemeriksaan pada feses. 2.4 Wawancara/Anamnesa

Pasien memiliki keluhan utama telinga berdenging (tinitus) sejak 2 tahun yang lalu sampai sekarang. Pasien mengalami telinga berdenging setiap hari dengan intensitas yang berbeda. Namun, rata-rata telinga pasien berdenging lima kali dalam sehari.

(23)

senang mengonsumsi makanan asin dan pedas serta minuman yang dingin. Apabila merasa kehausan pasien tidak langsung ingin minum.

2.4.1 Riwayat Penyakit

Pasien memiliki riwayat penyakit gastritis. 2.4.2 Hal-hal Khusus

Berdasarkan pemeriksaan hal-hal khusus, didapatkan keluhan pada organ limpa yaitu mudah lelah. Pada organ paru, pasien sering bernapas pendek. Pada organ ginjal, pasien sering merasa pegal pada bagian pinggang hingga lutut, rambut mudah rontok, pelupa, dan telinga berdenging. Pengukuran tekanan darah pasien menunjukkan angka 110/60 mmHg. Siklus menstruasi teratur, namun waktu haid pasien lebih panjang dengan haid berwarna merah kehitaman dan ada gumpalan.

2.5 Perabaan

(24)

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Tabel 2.1 Perabaan Titik Shu dan Mu

Organ Shu Mu

Paru ± ±

Usus besar ± ±

Limpa ± ±

Lambung ± ±

Jantung ± ±

Usus kecil ± ±

Kandung kemih ± ±

Ginjal + +

Perikardium ± ±

Sanjiao ± ±

Kandung empedu ± ±

Hati ± ±

(25)

Pada pemeriksaan nadi didapatkan data sebagai berikut. Nadi umum : dalam, lemah, dan lambat.

Tabel 2.2 perabaan nadi

Nadi

Nadi kanan Nadi kiri

Dangkal Dalam Dangkal Dalam

Chun Normal Normal Normal Normal

Guan Normal Normal Normal Normal

Che Normal Normal Normal Lemah, lambat

Keterangan:

1. Nadi dangkal : nadi terasa pada permukaan, menunjukkan letak penyakit belum terkena organ (Jie, 1997).

2. Nadi dalam : ketika dilakukan perabaan nadi terasa denyutnya bila dilakukan dengan tekanan jari dengan dalam, menunjukkan penyakit pada organ (Jie, 1997). 3. Nadi normal : kecepatan nadi normal umumnya antara 60-80 kali

per menit atau sama dengan empat kali per sekali respirasi (Jie, 1997).

4. Nadi kuat : denyut nadi terasa kuat, menunjukkan kekuatan Qi dan cukup darah (Jie, 1997).

5. Nadi lemah : denyut nadi terasa lemah, menunjukkan kelemahan Qi dan kekurangan darah (Jie, 1997).

6. Nadi cepat : denyutan nadi lebih dari 90 kali per menit atau bersamaan dengan lebih dari lima kali per sekali respirasi (Jie, 1997).

(26)

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

BAB 3

DASAR TEORI

3.1 Dasar Teori Konvensional

(27)

Gambar 3.1 Struktur anatomi telinga (Sumber: undip.ac.id, 13 Maret 2016) Telinga terdiri dari 3 bagian utama yaitu (Markian, 2011): 1. Telinga Bagian Luar

Terdiri dari daun telinga dan liang telinga (audiotory canal), dibatasi oleh membran timpani. Telinga bagian luar berfungsi sebagai mikrofon yaitu menampung gelombang suara dan menyebabkan membran timpani bergetar. Semakin tinggi frekuensi getaran semakin cepat pula membran tersebut bergetar begitu pula sebaliknya.

2. Telinga Bagian Tengah

(28)

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

getaran yang telah diperbesar ke oval window yang bersifat fleksibel. Oval window ini terdapat pada ujung dari cochlea. 3. Telinga Bagian Dalam

Yang juga disebut cochlea dan berbentuk rumah siput. Cochlea mengandung cairan, di dalamnya terdapat membran basiler dan organ corti yang terdiri dari sel-sel rambut yang merupakan reseptor pendengaran. Getaran dari oval window akan diteruskan oleh cairan dalam cochlea, menggetarkan membran basiler. Getaran ini merupakan implus bagi organ corti yang selanjutnya diteruskan ke otak melalui syaraf pendengar.

3.1.2 Deskripsi Tinitus

Tinitus adalah merupakan persepsi suara yang berasal dari kepala atau telinga tanpa adanya sumber suara dari luar dan dapat mengganggu kegiatan sehari-hari, dalam pekerjaan dan tidur (Xu, et al., 2011).

3.1.3 Klasifikasi Tinitus

Tinitus dapat dibagi atas 2, yaitu (Markian, 2011):

a. Tinitus objektif, bila suara tersebut dapat juga didengar oleh pemeriksa atau dengan auskultasi di sekitar telinga. Tinitus objektif bersifat vibritorik, berasal dari transmisi vibrasi sistem vaskuler di sekitar telinga.

(29)

degeneratif traktus auditorius mulai dari sel-sel rambut getar koklea sampai pusat saraf pendengar.

3.1.4 Penyebab Tinitus

Tinitus merupakan gangguan pendengaran dengan keluhan mendengar bunyi yang berasal dari dalam kepala atau telinga (Amalia, 2006). Tinitus disebabkan oleh beragam penyebab (Hiller and Goebel, 2007). Penyebab tersering tinitus adalah pajanan bising (Axelsson and Deepak, 2000). Mendengarkan musik menggunakan ear phones dengan volume yang keras juga dapat menyebabkan tinitus serta gangguan pendengaran (Sunny, et al., 2012).

Berikut merupakan hubungan antara paparan bising dengan gangguan pendengaran:

Gambar 3.2 Hubungan paparan bising dengan gangguan pendengaran (Markian, 2011).

3.1.5 Patofisiologi Tinitus

(30)

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

2010). Implus abnormal itu dapat ditimbulkan oleh berbagai kelainan telinga. Tinitus dapat terjadi dalam berbagai intensitas. Tinitus dengan nada rendah, seperti bergemuruh atau nada tinggi, seperti berdengung. Tinitus dapat terus menerus atau hilang timbul terdengar (Utami, 2010). 3.2 Dasar Teori Tradisional

3.2.1 Teori Yin Yang

Dalam teori Yin Yang, segala sesuatu di alam semesta merupakan perwujudan dari pertentangan antara Yin dan Yang. Selain saling berlawanan, antara Yin dan Yang terdapat juga hubungan saling mengandalkan, saling membutuhkan, dan saling membatasi. Lagi pula dalam situasi dan kondisi tertentu, Yin atau Yang dapat berubah ke pihak lawannya. Teori Yin Yang digunakan untuk menginterpretai fungsi fisiologis dan juga keadaan patologis dari organ-organ dan jaringan-jaringan tubuh. Dengan demikian, teori Yin Yang digunakan dalam menegakkan diagnosis dan pengobatan (Jie, 1997).

(31)

menurun, gelap, degeneratif, hipoaktif, dan penyakit yang bersifat organik, semuanya berhubungan dengan Yin (Iwan, 2006).

Gambar 3.3 Yin Yang

(Sumber: Wikipedia, 12 Maret 2016)

Teori Yin Yang mencakup Yin Yang saling bertentangan, Yin Yang saling mengandalkan, Yin Yang saling membutuhkan, Yin Yang saling menarik, dan Yin Yang dapat berubah dari satu pihak ke pihak lawannya (Jie, 1997).

3.2.2 Teori Lima Unsur (Wu Xing)

(32)

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Gambar 3.4 Wu Xing

(Sumber: Wikipedia, 12 Maret 2016) a. Hubungan Menghidupkan

Di dalam hubungan menghidupkan ini, setiap unsur mempunyai dua aspek, yaitu aspek menghidupkan satu unsur dan aspek dihidupkan satu unsur. Karena itu, setiap unsur bagaikan mempunyai satu ibu dan satu anak. Sebagai contoh, kayu menghidupkan api dan api menghidupkan tanah. Kayu disebut ibu dari api, sedang tanah disebut anak dari api. Urutan dalam hubungan menghidupkan adalah kayu menghidupkan api, api menghidupkan tanah, tanah menghidupkan logam, logam menghidupkan air, dan air menghidupkan kayu (Jie, 1997).

b. Hubungan Mengekang

(33)

mengekang, kedua jenis hubungan itu tidak dapat dipisahkan. Apabila tidak ada hubungan menghidupkan, maka segala sesuatu tidak lahir dan tumbuh, dan alam semesta ini akan mati. Sebaliknya, apabila tidak ada hubungan mengekang, maka segala sesuatu berkembang dengan tidak terkendalikan. Karna itu, dengan adanya hubungan dapat menghidupkan dan mengekang segala sesuatu menjadi hidup dan bergerak secara dinamis dan berkembang secara seimbang (Jie, 1997).

c. Hubungan Menindas

Menindas mempunyai pengertian apabila salah satu unsur dalam keadaan lemah, maka unsur yang dalam keadaan normal mengekangnya, pada saat itu akan mengekang terlalu kuat, yang berarti menindasnya. Demikian pula apabila salah satu unsur terlalu kuat, unsur ini menindas unsur yang dalam keadaan normal dikekang. Pada dua keadaan ini penindasan disebabkan oleh pengekangan yang melampaui batas. Hal ini menandakan hubungan anatara yang mengekang dan yang dikekang tidak harmonis lagi. Sebagai contoh, dalam hubungan normal, kayu mengekang tanah. Apabila kayu terlalu kuat, maka kayu menindas tanah sehingga tanah menjadi semakin lemah (Jie, 1997).

d. Hubungan Menghina

(34)

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

normal mengekang akan balik menjadi dikekang. Demikian juga apabila terdapat satu unsur dalam keadaan lemah, maka unsur yang dalam keadaan normal dikekang akan balik mengekang unsur itu. Misalnya hubungan yang normal antara logam dan kayu: logam mengekang kayu, namun apabila logam terlalu lemah atau kayu terlalu kuat, maka kayu akan balik mengekang logam (Jie, 1997). 3.2.3 Teori Fenomena Organ

Teori fenomena organ adalah teori yang berisi tentang fungsi fisiologis dan perubahan patologis. Inti dari teori fenomena organ ialah mempelajari fenomena dari organ Zang dan organ Fu. Teori Zang-Fu merupakan istilah yang umum untuk organ dalam tubuh yang dibagi menjadi dua kategori yakni lima organ Zang dan enam organ Fu. Organ Zang meliputi hati, jantung, limpa, paru, dan ginjal. Serta organ Fu meliputi kandung empedu, usus kecil, lambung, usus besar, kandung kemih, dan sanjiao (tripemanas). Dibawah ini organ Zang-Fu yang berhubungan dengan kasus yang diangkat adalah sebagai berikut: Ginjal (Shen)

(35)

keseluruhan menguasai pertumbuhan, perkembangan dan reproduksi, maka Shen-ginjal disebut sebagai “pangkal dari congenital” (Jie, 1997).

1. Menyimpan Jing, menguasai pertumbuhan dan regenerasi Jing adalah partikel dasar yang membentuk tubuh manusia, juga sebagai materi dasar dalam menunjang segala aktivitas fungsional tubuh manusia, Jing terdiri atas Jing bawaan atau kongenital dan Jing yang diperoleh setelah lahir (Jie, 1997).

Jing bawaan merupakan dasar dari pembentukan tubuh yang bernyawa, didalamnya tersimpan Cen Qi bawaan atau Ming Men. Jing bawaan juga merupakan materi yang berfungsi dalam reproduksi. Jing bawaan diperoleh dari ayah dan ibu yang kemudian diperkuat oleh Jing makanan dan minuman (Jie, 1997).

Jing yang diperoleh setelah lahir dibentuk dari Jing makanan dan minuman yang dicerna dan diolah oleh Wei-lambung kemudian ditransportasi dan di transformasi oleh Pi-limpa selanjutnya Jing ini dipadukan dengan Qi dari Fei-paru menjadi Jing baru dan disimpan di dalam Shen-ginjal. Jing bawaan mempersiapkan materi dasar untuk Jing yang diperoleh setelah lahir, sedangkan Jing yang diperoleh setelah lahir terus-menerus memasok Jing bawaan (Jie, 1997).

2. Mengendalikan Jin Ye-cairan tubuh

(36)

Ye-ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Xiao Chang-usus halus, Fei-paru San Jiao-tripemanas dan organ lain, namun semuanya harus mendapat dorongan dan pemanasan dari Shen-ginjal. Oleh karena itu dalm pengaturan Jin Ye-cairan tubuh, Shen-ginjal memegang peranan kunci. Prosesnya, Jin Ye-cairan dari makanan dan minuman diserap oleh Wei-lambung, yang kemudian diangkut dan dikirimkan ke seluruh tubuh oleh Pi-limpa selanjutnya oleh Fei-paru diatur dan diturunkan ke shen-ginjal (Jie, 1997).

3. Menampung Qi

Dalam menjalankan fungsinya Fei-paru membutuhkan bantuan dari Shen-ginjal yang berfungsi sebagai penampung Qi. Dalam keadaan Shen Qi cukup maka pernafasan teratur dan panjang sebaliknya apabila Shen Qi lemah sehingga tidak dapat menampung Qi maka orang tersebut hanya mampu menghirup sedikit udara tetapi banyak mengeluarkan (Jie, 1997).

4. Menguasai tulang belulang, menumbuhkan sumsum tulang belakang, berhubungan dengan otak, dan kesuburannya tampak pada rambut

(37)

belulang sehingga pertumbuhan gigi juga mengandalkan pemeliharaan dari Shen Jing. Di samping itu Shen-ginjal dengan otak juga memiliki hubungan yang erat, sehingga Shen Jing banyak menunjang kecerdasan, kelincahan dan stamina seseorang. Kesuburan Shen-ginjal juga nampak pada penampilan rambut sebab pertumbuhan dan kecemerlangan rambut mengandalkan pemeliharaan dari Shen Jing (Jie, 1997).

5. Berpintu pada telinga, lubang dubur dan alat kelamin

Yang dimaksud dengan pintu ialah alat-alat yang digunakan oleh organ Zhang Fu untuk berhubungan dengan dunia luar. Fungsi pendengaran dan pembuangan ditunjang oleh Shen Qi, maka baik telinga maupun alat kelamin dikuasai oleh Shen ginjal (Jie, 1997).

3.2.4 Delapan Dasar Diagnosa

(38)

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

3.2.5 Deskripsi Tinitus

Menurut TCM (Traditional Chinese Medicine), yang dimaksud dengan tinitus adalah telinga berdenging pada kepala dan yang dimaksud ketulian adalah disaudia atau ketidakmampuan untuk mendengar. Tinitus biasanya disertai dengan menurunnya kemampuan mendengar dan ketulian biasanya disebabkan dari tinitus. Oleh karena itu, tinitus dan ketulian dibahas secara bersama. Keduanya merupakan manifestasi dari beberapa penyakit. menurut TCM, tinitus dan ketulian dibagi menjadi dua, yaitu Er Ming (telinga berdenging) dan Er Long (ketulian). Keduanya disebabkan karena stagnasi Qi hati atau karena aktivitas yang berlebih dari hati, yang mengubah api menjadi lubang tempat terakumulasi dahak berlebih di dalamnya (Yin and Liu, 2000). 3.2.6 Diferensiasi Sindrom

Menurut Yin dan Liu (2000), tinitus dan ketulian secara garis besar dibagi menjadi tiga, yaitu hiperaktivitas Yang hati, dahak keruh naik ke atas, dan defisiensi Qi ginjal. Titik pada area lokal dan kandung kemih, meridian hati, dan kandung empedu adalah yang sering digunakan dalam terapi.

1. Hiperaktivitas Yang Hati

Manifestasi : serangan mendadak tinitus bahkan ketulian yang diperparah oleh stimulasi yang buruk, sakit kepala, pusing, wajah merah, mata merah, lidah pahit, tenggorokan kering, iritasi, mudah marah.

(39)

Prinsip terapi: menenangkan hati dan mengendalikan aktifitas berlebih Yang hati.

Titik terapi : (LR-3) Taichong [-], (PC-6) Neiguan [-], (GB-20) Fengchi [-], (GB-2) Tinghui [-], (SJ-3) Zhongzhu [-], (GB-43) Xiaxi [-].

Penjelasan : (LR-3) Taichong, (PC-6) Neiguan, (SJ-3) Zhongzhu, dan (GB-43) Xiaxi menenangkan hati dan mengendalikan aktifitas berlebih Yang hati. (GB-20) Fengchi dan (GB-2) Tinghui membersihkan meridian kandung empedu dan membuka telinga. 2. Dahak Keruh Naik ke Atas

Manifestasi : suara berdenging di kepala, pendengaran menurun disertai sensasi kaku di daerah telinga, perasaan sakit pada dada dan epigastrium.

Lidah : otot lidah basah dengan selaput tipis Nadi : lemah atau licin

Prinsip terapi : menghilangkan lembab dan dahak

Titik terapi : (SJ-21) Ermen [-], (SJ-17) Yifeng [-], (SJ-5) Waiguan [-], (ST-40) Fenglong [-], (RN-12) Zhongwan [-], (SP-9) Yinlingquan [+].

(40)

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Manifestasi : suara berdenging di kepala ringan tetapi berkepanjangan, apabila diberi tekanan keluhan berkurang, kemampuan mendengar berkurang, pusing, penglihatan kabur, kelemahan pada pinggang dan lutut, impotensi.

Lidah : otot lidah merah atau pucat Nadi : seperti benang dan cepat Prinsip terapi : menutrisi Qi ginjal

Titik terapi : (SI-19) Tinggong [+], (BL-18) Ganshu [+], (BL-23) Shenshu [+], (KI-3) Taixi [+], (RN-4) Guanyuan [+], (ST-36) Zusanli [+].

Penjelasan : (SI-19) Tinggong [+] meningkatkan sirkulasi Qi dan darah pada daerah telinga, dan meningkatkan kemampuan mendengar. 18) Ganshu [+], (BL-23) Shenshu [+], (KI-3) Taixi [+] mentonifikasi hati dan ginjal untuk meningkatkan kemampuan mendengar. (RN-4) Guanyuan [+], (ST-36) Zusanli [+] menguatkan jiao tengah dan tonifikasi Qi.

3.2.7 Titik Akupunktur

Titik akupunktur yang digunakan adalah (Yin and Liu, 2000; Saputra, 2005):

1. Tinggong (SI19)

Letak : di ventral dari tragus telinga, pada dorsal prosesus kondiloideus os mandibula, terjadi lekuk pada gerak membuka mulut.

(41)

Cara kerja : meningkatkan sirkulasi Qi dan darah pada daerah telinga, dan meningkatkan kemampuan mendengar.

Indikasi : ketulian, tinitus, otitis media, sakit gigi, gangguan motorik articulatio mandibulae.

Gambar 3.5 Titik (SI19) Tinggong (Focks, 2008) 2. Shenshu (BL23)

Letak : antara L II-III, 2 jari lateral dari meridian Du.

Cara penusukan : tegak lurus 0,5-1 cun.

Cara kerja : tonifikasi Yang ginjal dan mempermudah aliran Qi.

(42)

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Gambar 3.6 Titik (BL23) Shenshu (Focks, 2008) 3. Taixi (KI-3)

Letak : diantara tendon akhiles dan maleolus internus, setinggi bagian prominens dari maleolus internus.

Cara penusukan : tegak lurus 0,3-1 cun.

Cara kerja : mentonifikasi ginjal untuk meningkatkan kemampuan mendengar.

Indikasi : sakit tenggorokan, sakit gigi, tuli, tinitus, pusing, asma, menstruasi tidak teratur, insomnia, emissi nokturnal, impotensi.

Gambar 3.7 Titik (KI3) Taixi (Focks, 2008) 4. Guanyuan (CV4)

Letak : pada garis sagitalis medialis, 3 cun di bawah umbilikus.

Cara penusukan : tegak lurus 0,5-1 cun. Cara kerja : tonifikasi Qi.

(43)

menstruasi tidak teratur, lekore, kolik sekitar usus, gastroptosis.

Gambar 3.8 Titik (CV4) Guanyuan (Focks, 2008)

3.3 Terapi Akupunktur

Akupunktur merupakan suatu cara pengobatan yang memanfaatkan rangsangan pada titik akupunktur untuk mempengaruhi aliran bioenergi tubuh berdasar pada filosofi keseimbangan hubungan antara permukaan tubuh dan organ melalui sistem meridian spesifik. Sedangkan sistem meridian adalah jalur hubungan antara permukaan tubuh dengan organ dalam tubuh. Dalam satu meridian terdapat beberapa titik akupunktur yang dimanfaatkan sebagai pintu masuk ke dalam meridian (Saputra, 2005).

(44)

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

3.4 Terapi Herbal

Terapi herbal adalah pengobatan yang menggunakan bahan yang berasal dari tanaman. Terapi herbal merupakan bagian dari pengobatan komplementer dan alternatif (Complementary and Alternative Medicine). Menurut National Center for Complementary and Alternative Medicine (NCCAM) mendefinisikan CAM sebagai cara pengobatan yang tidak dikategorikan sebagai pengobatan konvensional (Seeff Lb, et al., 2002; Sulaiman, 2007).

Terdapat perbedaan antara pengobatan komplementer dan pengobatan alternatif, dimana pengobatan komplementer digunakan bersama pengobatan konvensional, sedangkan pengobatan alternatif digunakan sebagai pengganti pengobatan konvensional (Edzard, 2006). Oleh karena itu untuk memperoleh hasil yang diinginkan, dalam penggunaan terapi herbal ini perlu diketahui dosis efektif yang akan diberikan serta efek dan khasiat dari tanaman yang akan digunakan. Tanaman herbal yang akan digunakan untuk menangani kasus ini adalah kulit buah jeruk manis (Citrus sinensis).

(45)

Gambar 3.9 Jeruk Manis (Citrus sinensis) (Sumber: Wikipedia, 22 Maret 2016) a. Klasifikasi Tanaman

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta Kelas : Dicotyledone Sub Kelas : Sapindales Bangsa : Rosidae Famili : Rutaceae Sub Famili : Aurantoideae Marga : Citrus

Sub Marga : Papeda Jenis : Sinensis (Milind and Dev, 2012). a. Nama Lain

Sinonim dari Citrus sinensis adalah Citrus dulcis. Nama umum dari Citrus sinensis adalah Jeruk Manis (Sweet Orange) (Gruenwald, et al., 2000).

b. Deskripsi Tanaman

Jeruk manis (Citrus sinensis), yang mempunyai ciri tanaman perdu dengan ketinggian 3 – 10 meter, ranting berduri; duri pendek berbentuk paku. Tangkai daun panjang 0,5 – 3,5 cm. Helaian daun bulat telur, elliptis atau memanjang, dengan ujung tumpul atau meruncing tumpul. Mahkota bunga putih atau putih kekuningan. Buah bentuk bola, atau bentuk bola tertekan berwarna kuning, oranye atau hijau dengan kuning. Daging buah kuning muda, oranye kuning atau kemerah-merahan dengan gelembung yang bersatu dengan yang lain (Milind and Dev, 2012).

(46)

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

flavonoid (Gruenwald, et al., 2000). Kulit buah jeruk manis kaya akan kandungan kumarin, karoten, terpen, dan linalool (Kamal, et

al., 2011). Banyak kandungan vitamin C pada kulitnya

(Omodamiro and Umekwe, 2013). e. Bagian yang Digunakan

Bagian yang digunakan adalah kulit buah (Gruenwald, et al., 2000).

f. Efek farmakologi

Menurut penelitian yang telah dilakukan oleh Omodamiro dan Umekwe (2013), kulit jeruk manis (Citrus sinensis) memiliki efek antiinflamasi, antibakteri, dan antioksidan. Selain itu, menurut Hussain, et al (2015) dan Arora (2013), kulit jeruk manis memiliki efek antimikrobial.

Kulit jeruk mengandung alkaloid synephrine, yang mengurangi produksi kolesterol di hati. Unsur-unsur antioksidan dalam jeruk melawan oxidative stress yang mengoksidasi LDL (low-density lipoprotein) dalam darah (Etebu, et al., 2014). Menurut Molan, et al (2016), kulit jeruk manis memiliki aktivitas antioksidan yang berfungsi untuk menangkal radikal bebas. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Choi, et al (2013), kandungan vitamin C yang berfungsi sebagai antioksidan dapat mengurangi risiko gangguan pendengaran. Kulit jeruk dapat digunakan sebagai formula herbal untuk meredakan tinitus (Goldstein, et al., 2007).

g. Dosis

(47)

h. Kontraindikasi

Tidak dianjurkan untuk ibu hamil dan menyusui (Blumenthal, et al., 2000).

3.5 Usulan Terapi Tradisional

Penggunaan terapi tradisional lain bertujuan sebagai terapi alternatif yang dapat dilakukan selain terapi yang telah ditentukan yakni akupunktur dan herbal. Selain itu, usulan terapi ini juga dapat meningkatkan keberhasilan dalam penanganan tinitus. Usulan terapi tradisional lain yang dapat dilakukan, yaitu:

3.5.1 Terapi Nutrisi untuk Kasus Tinitus

Nutrisi adalah proses dimana tubuh manusia menggunakan makanan untuk membentuk energi, mempertahankan kesehatan, pertumbuhan dan untuk berlangsungnya fungsi normal setiap organ dan jaringan tubuh (Rock, 2004). Nutrisi juga merupakan suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorbsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme, dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan (Supariasa, 2002).

(48)

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Akupresur sering dikatakan pijat akupunktur, karena teori dasar akupresur berpedoman pada ilmu akupunktur (Kemenkes, 2011). Teknik akupresur menggunakan tekanan jari tangan pada titik akupunktur untuk memanipulasi keseimbangan energi.

Pijat pada otot-otot leher dan rahang menghasilkan perbaikan yang berarti pada pasien tinitus. Menangani gangguan rahang dan leher memiliki efek yang baik pada tinitus (Han, et al., 2009).

BAB 4

ANALISIS KASUS

4.1 Analisis Kasus secara Konvensional

(49)

mengalami telinga berdenging setiap hari dengan intensitas yang berbeda. Rata-rata setiap harinya telinga pasien berdenging hingga 5 kali. Bunyi yang dirasakan pasien yaitu bunyi denging hingga disertai dengan bunyi menderu.

Sejak kelas dua SMA ketika berumur 18 tahun, pasien sering menggunakan earphone atau headset untuk mendengarkan musik saat mengendarai sepeda motor. Menurut Sunny, et al (2012), mendengarkan musik menggunakan ear phones dengan volume yang keras dapat menyebabkan tinitus. Menurut Markian (2011), paparan bising dapat menyebabkan kerusakan pada sel-sel rambut kokhlea sehingga mengakibatkan gangguan pendengaran salah satunya yaitu tinitus.

4.2 Analisis Kasus secara Tradisional

Analisis kasus secara tradisional diperoleh dari hasil anamnesa terhadap pasien. Analisis kasus dimulai dari pengamatan, penciuman dan pendengaran, serta keluhan-keluhan pasien. Berdasarkan pengamatan ekspresi wajah, pasien menunjukkan ekspresi lesu yang menandakan kekurangan Qi. Warna wajah pasien cenderung gelap. Warna gelap atau hitam merupakan manifestasi dari unsur Air yaitu organ ginjal. Pasien memiliki gerak-gerik kalem yang menandakan defisiensi Qi. Pasien berambut hitam kurang

berkilau, tipis dan kering yang menunjukkan adanya gangguan Qi pada organ ginjal.

(50)

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

adanya retensi cairan pada lidah pasien. Pangkal lidah berwarna merah yang menandakan ada gangguan pada organ ginjal.

Berdasarkan pemeriksaan penciuman dan pendengaran, didapatkan hasil pasien tidak memiliki masalah untuk penciuman. Namun berdasarkan pendengaran, pasien memiliki suara yang pelan. Hal tersebut merupakan ciri dari defisiensi Qi.

Keluhan utama pasien adalah telinga berdenging (tinitus) dan keluhan tambahan pasien rambut mudah rontok serta pelupa merupakan ciri organ ginjal yang lemah. Pasien sering merasa pegal pada bagian pinggang hingga lutut yang menunjukkan defisiensi Qi ginjal.

(51)

terpakai. Jika hal tersebut terjadi dalam jangka waktu yang lama maka akan menyebabkan ginjal kekurangan Qi.

Berdasarkan teori Zang-Fu, hubungan organ ginjal dan limpa dalam menjalankan fungsi Qi limpa harus mendapatkan pemanasan dari Yang ginjal dan sebaliknya. Dalam kasus ini, keadaan Jing dari limpa dan Yang dari ginjal tidak mencukupi untuk saling memengaruhi satu sama lain. Qi dapat digolongkan dalam Yang sehingga kekurangan Yang pada organ ginjal termasuk kurangnya Qi pada ginjal. Kurangnya Jing dari makanan dan minuman yang diolah limpa dapat memengaruhi keadaan Qi ginjal sehingga menyebabkan defisiensi Qi ginjal. Hal ini termanifestasikan pada telinga pasien yang setiap hari berdenging dan beberapa gejala yang mengikutinya seperti daya tahan tubuh melemah, mudah lelah, sering bernapas pendek, pegal pada bagian pinggang hingga lutut, rambut mudah rontok, dan pelupa.

Pada penekanan titik Shu-belakang dan Mu ginjal pasien merasakan enak saat ditekan yang menandakan defisiensi. Sedangkan perabaan nadi, didapatkan nadi secara umum adalah dalam, lemah, dan lambat yang mengindikasikan bahwa penyakit sudah masuk ke dalam organ dan bersifat defisiensi. Berdasarkan pemeriksaan nadi lokasi Ce pada tangan kiri didapatkan nadi dalam, lemah, dan lambat yang menandakan defisiensi pada organ ginjal.

(52)

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

BAB 5

PERAWATAN

5.1 Bentuk Kegiatan

(53)

Tinggong (SI19), Shenshu (BL23), Taixi (KI3), dan Guanyuan (CV4) serta terapi herbal yaitu pemberian kulit jeruk manis (Citrus sinensis) varietas Pacitan.

5.2 Waktu dan Tempat Perawatan

Prosedur sebelum dilakukan terapi ialah penandatanganan informed consent oleh pasien dan terapis di poli OTI RSUD Dr. Soetomo Surabaya pada tanggal 24 Februari 2016. Terapi yang diberikan meliputi terapi akupunktur dan terapi herbal yang dilaksanakan mulai tanggal 25 April 2016 hingga tanggal 18 Mei 2016 (24 hari). Tempat dilaksanakannya terapi yaitu di Klinik Battra Fakultas Vokasi Universitas Airlangga yang bertempat di Gedung Faal lantai 1 Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga dan rumah terapis di Jalan Kedung Sroko. Jadwal terapi akupunktur dan herbal terlampir. 5.3 Perawatan dengan Terapi Akupunktur

5.3.1 Peralatan Terapi Akupunktur

a. Jarum akupunktur 1 cun (dengan spesifikasi 0,25 x 25 mm) b. Alkohol 70%

c. Kapas steril

d. Sarung tangan lateks e. Tensimeter dan stetoskop f. Klem penjepit

(54)

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Gambar 5.1 Peralatan terapi akupunktur 5.3.2 Prosedur Persiapan Terapi Akupunktur

A. Prosedur Terapis

a. Menyiapkan jarum akupunktur 1 cun (dengan spesifikasi 0,25 x 25 mm).

b. Menyiapkan alkohol 70% untuk mensterilisasi tangan terapis. c. Menyiapkan dua macam kapas, yaitu kapas yang telah dibasahi

dengan alkohol 70% digunakan untuk mensterilkan titik akupunktur, dan kapas kering digunakan saat menyabut jarum atau membersihkan titik akupunktur bila terjadi pendarahan setelah penusukan.

d. Menyiapkan tempat pembuangan jarum dan kapas bekas pakai. e. Menyiapkan klem atau penjepit yang akan digunakan untuk

menjepit kapas.

f. Menyiapkan peralatan lainnya untuk pemeriksaan pasien seperti tensimeter dan stetoskop.

(55)

B. Prosedur Pasien

a. Pasien dalam kondisi tenang.

b. Pasien tidak terlalu kenyang atau terlalu lapar. c. Pasien tidak alergi dengan jarum akupunktur. d. Pasien tidak ingin BAK.

e. Pasien tidak menolak dilakukan penusukan. 5.3.3 Prosedur Perlakuan Terapi Akupunktur

Terapi akupunktur untuk tinitus dilakukan sebanyak 12 kali dengan jeda terapi 1 hari, setiap penusukan dilakukan selama 15 menit. Titik yang digunakan dalam menangani tinitus adalah Tinggong (SI19), Shenshu (BL23), Taixi (KI3), dan Guanyuan (CV4). Terapi akupunktur dilakukan dalam 2 posisi penusukan pada pasien. Posisi badan pertama (terlentang) untuk menusuk titik Tinggong (SI19), Taixi (KI3), dan Guanyuan (CV4). Posisi badan kedua (telungkup) untuk menusuk titik Shenshu (BL23).

Berikut merupakan prosedur perlakuan terapi akupunktur pada pasien: a. Mempersilahkan pasien masuk dan duduk di ruangan terapi.

b. Melakukan pemeriksaan terhadap pasien (pengamatan, penciuman atau pendengaran, anamnesa, dan perabaan).

c. Menentukan diagnosa, titik terapi, dan teknik terapi yang digunakan. d. Mempersilahkan pasien mengganti baju untuk mempermudah

(56)

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

e. Mensterilkan alat dan bahan yang akan digunakan dengan alkohol 70%.

f. Mendisinfeksi kulit pada lokasi titik-titik akupunktur yang akan diterapi dengan menggunakan alkohol 70%.

g. Melakukan penusukkan jarum akupunktur pada titik Tinggong (SI19), Taixi (KI3), dan Guanyuan (CV4) dengan teknik tonifikasi. h. Melakukan manipulasi pembenaman dan penyabutan jarum pada

titik Tinggong (SI19), Taixi (KI3), dan Guanyuan (CV4) dengan manipulasi pelengkap scrapping dan pressing. Terapi dilakukan selama 15 menit.

i. Menyabut seluruh jarum akupunktur dari badan pasien serta membuangnya di tempat yang telah disediakan.

j. Mempersilahkan pasien berbaring dengan posisi telungkup.

k. Mendisinfeksi kulit pada lokasi titik akupunktur yang akan diterapi dengan menggunakan alkohol 70%.

l. Melakukan penusukkan jarum akupunktur pada titik Shenshu (BL23) dengan teknik tonifikasi.

m. Melakukan manipulasi pembenaman dan penyabutan jarum pada titik Shenshu (BL23) dengan manipulasi pelengkap scrapping dan pressing. Terapi dilakukan selama 15 menit.

n. Menyabut seluruh jarum akupunktur dari badan pasien serta membuangnya di tempat yang telah disediakan.

(57)

p. Memberikan informasi, nasehat, dan saran demi kesehatan pasien serta hasil terapi yang optimal.

5.4 Perawatan dengan Terapi Herbal

Herbal yang digunakan dalam terapi penanganan tinitus (telinga berdenging) ini adalah kulit jeruk manis (Citrus sinensis). Dalam terapi kali ini, jeruk manis yang digunakan adalah jeruk manis varietas Pacitan.

5.4.1 Alat dan Bahan

a. Pisau b. Talenan c. Timbangan d. Wadah

e. Kertas perkamen f. Panci stainless steel g. Gelas ukur stainless steel h. Sendok

i. Saringan j. Gelas k. Air

l. Jeruk manis varietas Pacitan 5.4.2 Pembuatan Teh Kulit Jeruk

(58)

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

c. Kulit jeruk dipotong kecil-kecil kurang lebih 2,5 mm lalu ditaruh pada wadah.

d. Kulit jeruk dikeringkan dengan cara diangin-anginkan, tidak boleh terkena sinar matahari secara langsung.

e. Proses pengeringan kulit jeruk kurang lebih 2-3 hari.

f. Setelah kering lalu ditimbang tiap 10 gram dan dibungkus dengan kertas perkamen (Gruenwald, et al., 2000).

Gambar 5.2 Simplisia kulit jeruk manis varietas Pacitan

5.4.3 Penyajian Teh Kulit Jeruk

Satu bungkus kertas perkamen teh kulit jeruk diseduh dengan 100 ml air mendidih dan didiamkan selama 10 menit. Seduhan disaring dan siap diminum (BPOM, 2012).

5.4.4 Aturan Pakai

Teh kulit jeruk diminum satu kali dalam sehari sebanyak 100 ml sebelum makan pada pagi hari (Gruenwald, et al., 2000).

5.5 Komunikasi, Informasi, dan Edukasi

(59)

b. Mengonsumsi buah dan sayur terutama yang mengandung vitamin B kompleks dan vitamin C.

c. Menjaga pola hidup sehat dengan istirahat yang cukup dan olahraga secara teratur.

BAB 6

HASIL DAN PEMBAHASAN

6.1 Hasil

(60)

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Shenshu (BL23), Taixi (KI3), dan Guanyuan (CV4) sebanyak 12 kali dengan jeda 1 hari. Serta terapi herbal dengan pemberian sediaan teh kulit jeruk manis varietas Pacitan (Citrus sinensis) selama 24 hari yaitu mulai tanggal 25 April 2016 hingga tanggal 18 Mei 2016. Kulit jeruk kering 10 gram diseduh dengan 100 ml air mendidih, diminum sebelum makan pada pagi hari.

(61)
(62)

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Tahap I

Tanggal : 25 April 2016, 27 April 2016, dan 29 April 2016 Waktu : 11.00 WIB

Tempat : Klinik Battra Fakultas Vokasi Universitas Airlangga Hasil Perawatan:

Pada tahap I, jumlah intensitas telinga berdenging pasien mulai berkurang. Ketika sebelum terapi telinga pasien berdenging rata-rata 5 kali dalam sehari, pada tahap I ini telinga pasien berdenging 4 kali dalam sehari. Pegal pada bagian pinggang hingga lutut yang awalnya berat menjadi sedang. Keluhan rambut rontok dan pelupa menjadi ringan. Keluhan bernapas pendek dan mudah lelah dirasakan pasien pada tingkat sedang.

Tahap II

Tanggal : 1 Mei 2016, 3 Mei 2016, dan 5 Mei 2016 Waktu : 11.30 WIB

Tempat : Jalan Kedung Sroko (rumah terapis) Hasil Perawatan:

Pada tahap II jumlah intensitas tinitus, telinga pasien berdenging 3 kali dalam sehari. Pegal pada bagian pinggang hingga lutut pada tingkat ringan. Keluhan rambut rontok dan pelupa menjadi lebih ringan. Keluhan bernapas pendek dan mudah lelah dirasakan pasien pada tingkat ringan.

Tahap III

(63)

Tempat : Jalan Kedung Sroko (rumah terapis) Hasil Perawatan:

Pada tahap III jumlah intensitas tinitus, telinga pasien berdenging 2 kali dalam sehari. Pegal pada bagian pinggang hingga lutut keluhannya pada tingkat lebih ringan. Pada terapi tahap III, sudah tidak ada keluhan rambut rontok dan pelupa. Keluhan bernapas pendek dan mudah lelah dalam tingkat yang lebih ringan.

Tahap IV

Tanggal : 13 Mei 2016, 15 Mei 2016, dan 17 Mei 2016 Waktu : 11.30 WIB

Tempat : Jalan Kedung Sroko (rumah terapis) Hasil Perawatan:

Pada tahap IV jumlah intensitas tinitus, telinga pasien berdenging 1 kali dalam sehari. Sudah tidak merasakan pegal pada bagian pinggang hingga lutut. Pada terapi tahap ini sudah tidak ada lagi keluhan untuk rambut rontok, pelupa, bernapas pendek, dan mudah lelah.

(64)

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Tabel 6.2 Perkembangan lidah pasien

Tahap Gambar Keterangan

Sebelum terapi

Otot lidah berwarna merah muda cenderung pucat, tebal, lembab, terdapat tapal gigi,

Otot lidah berwarna merah muda cenderung pucat, agak tebal, lembab, terdapat tapal gigi, warna merah pada pangkal lidah sudah

Otot lidah berwarna merah muda cenderung pucat, agak tebal, lembab, terdapat tapal gigi, warna merah pada pangkal lidah sudah

Otot lidah berwarna merah muda, agak tebal, tidak terdapat tapal gigi, warna merah pada

Otot lidah berwarna merah muda, tipis, tidak terdapat tapal gigi, warna merah pada pangkal lidah sudah tidak ada.

Selaput lidah berwarna putih tipis dan mengkilap.

6.2 Pembahasan

6.2.1 Pembahasan Terapi Akupunktur

(65)

bagian pinggang hingga lutut, rambut mudah rontok, pelupa, sering bernapas pendek, dan mudah lelah.

Shen-ginjal “berpintu” pada telinga (Jie, 1997). Jika telinga mengalami gangguan, maka menunjukkan bahwa Qi ginjal juga terganggu. Selain itu pola makan pasien yang tidak teratur, makanan dan minuman tidak dapat diolah dengan baik oleh Wei-lambung mengakibatkan Pi-limpa juga tidak dapat mentransportasi dan mentransformasi Jing dengan baik. Jing yang seharusnya dipadukan dengan Qi dari Fei-paru menjadi Jing baru akibatnya tidak dapat disimpan di dalam Shen-ginjal (Jie, 1997). Sedangkan tubuh terus membutuhkan Qi untuk beraktivitas, sehingga Jing bawaan atau yang didapat sejak lahir harus terpakai. Jika hal tersebut terjadi dalam jangka waktu yang lama maka akan menyebabkan ginjal kekurangan Qi.

(66)

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Fungsi ginjal yang lainnya yaitu menampung Qi yang bekerjasama dengan Fei-paru. Dalam keadaan Shen Qi cukup maka pernafasan teratur dan panjang sebaliknya apabila Shen Qi lemah sehingga tidak dapat menampung Qi maka orang tersebut hanya mampu menghirup sedikit udara tetapi banyak mengeluarkan (Jie, 1997). Pada pasien menunjukkan bahwa Shen Qi lemah sehingga pasien sering bernapas pendek.

Terapi yang dilakukan adalah menutrisi Qi ginjal. Terapi akupunktur pada titik Shenshu (BL23) dan Taixi (KI3) bertujuan mentonifikasi ginjal untuk meningkatkan kemampuan mendengar. Titik Tinggong (SI19) untuk meningkatkan sirkulasi Qi dan darah pada daerah telinga, serta meningkatkan kemampuan mendengar. Serta titik Guanyuan (CV4) bertujuan menguatkan jiao tengah dan tonifikasi Qi (Yin and Liu, 2000).

Titik yang digunakan untuk menangani pasien tinitus dengan sindrom defisiensi Qi ginjal adalah:

a. Tinggong (SI19)

(67)

Merupakan titik yang digunakan untuk meningkatkan sirkulasi Qi dan darah pada daerah telinga, serta meningkatkan kemampuan mendengar.

b. Guanyuan (CV4)

Gambar 6.2 penusukan titik Guanyuan (CV4)

Merupakan titik yang bertujuan untuk menguatkan jiao tengah dan tonifikasi Qi.

c. Taixi (KI-3)

Gambar 6.3 Penusukan titik Taixi (KI3)

(68)

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

d. Shenshu (BL23)

Gambar 6.4 Penusukan titik Shenshu (BL23)

Merupakan titik Shu-belakang organ ginjal. Bertujuan untuk mentonifikasi ginjal untuk meningkatkan kemampuan mendengar.

(69)

sudah tidak ada keluhan rambut rontok dan pelupa. Keluhan bernapas pendek dan mudah lelah dalam tingkat yang lebih ringan. Serta pada terapi tahap IV telinga pasien berdenging 1 kali dalam sehari. Pada tahap IV pasien sudah tidak merasakan lagi keluhan tambahan seperti pegal pinggang hingga lutut, rambut rontok, pelupa, bernapas pendek, dan mudah lelah.

Selain keluhan yang dirasakan pasien, perubahan lidah pasien juga menunjukkan ke arah yang lebih baik. Lidah pasien sebelum terapi memiliki otot yang berwarna merah muda cenderung pucat, tebal, lembab, terdapat tapal gigi, pangkal lidah berwarna merah, selaput lidah berwarna putih tipis dan mengkilap. Pangkal lidah yang berwarna merah menunjukkan bahwa pasien memiliki gangguan pada organ ginjal. Pada terapi tahap I dan II lidah pasien masih terdapat tapal gigi, tetapi warna merah pada pangkal lidah dan ketebalan lidah sudah berkurang. Pada terapi tahap III otot lidah sudah berwarna merah muda dan tidak ada tapal gigi pada lidah pasien. Pada tahap IV pangkal lidah pasien sudah tidak berwarna merah.

(70)

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

pendek, dan mudah lelah. Setelah terapi tahap IV lidah pasien berwarna merah muda, tipis, tidak terdapat tapal gigi, dan pangkal lidah tidak berwarna merah.

6.2.2 Pembahasan Terapi Herbal

Terapi herbal yang diberikan selama perawatan ialah seduhan simplisia kulit jeruk manis varietas Pacitan (Citrus sinensis). Terapi herbal diberikan selama 24 hari, seduhan diminum 1 kali dalam sehari sebelum makan pada pagi hari.

Kulit buah jeruk manis (Citrus sinensis) mengandung limonen, citronellal, sinesal, linalil asetat, geranil asetat, dan flavonoid (Gruenwald, et al., 2000). Kulit buah jeruk manis kaya akan kandungan kumarin, karoten, terpen, dan linalool (Kamal, et al., 2011). Banyak

kandungan vitamin C pada kulitnya (Omodamiro dan Umekwe, 2013).

Menurut Butler (2008), kandungan vitamin C pada kulit jeruk lebih

tinggi dibandingkan pada buahnya.

(71)

Dalam studi kasus ini, kulit jeruk manis yang digunakan berasal dari buah jeruk yang sudah matang. Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Omoba, et al (2015), bahwa aktivitas antioksidan pada kulit buah jeruk manis yang sudah matang lebih tinggi jika dibandingkan dengan kulit buah jeruk manis yang belum matang.

Dalam Traditional Chinese Medicine (TCM), kulit jeruk yang berwarna kuning dan berasal dari buah jeruk yang matang pohon disebut sebagai Chen Pi. Menurut Butler (2008), Chen Pi memiliki sifat yang hangat. Hal ini sesuai dengan sindrom pasien yaitu defisiensi Qi ginjal. Tubuh pasien kekurangan Qi atau energi dan Qi bersifat hangat (Yang).

Berdasarkan hasil perawatan dengan terapi herbal yang telah dilakukan selama 24 hari, pasien menunjukkan perubahan yang lebih baik. Jika sebelum terapi telinga pasien berdenging 5 kali dalam sehari, setelah pemberian herbal selama 24 hari telinga pasien berdenging 1 kali dalam sehari.

(72)

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

7.1 Kesimpulan

Dari studi kasus yang telah dilakukan pada penanganan tinitus dapat disimpulkan bahwa perawatan dengan menggunakan terapi akupunktur pada titik Tinggong (SI19), Shenshu (BL23), Taixi (KI3), dan Guanyuan (CV4) serta terapi herbal dengan pemberian sediaan teh kulit jeruk manis varietas Pacitan (Citrus sinensis) dapat mengurangi intensitas telinga berdenging (tinitus) dengan sindrom defisiensi Qi ginjal.

7.2 Saran

Terapi akupunktur pada titik Tinggong (SI19), Shenshu (BL23), Taixi (KI3), dan Guanyuan (CV4) serta terapi herbal dengan pemberian sediaan teh kulit jeruk manis varietas Pacitan (Citrus sinensis) dapat diteruskan untuk menangani tinitus agar pasien tidak mengalami tinitus lagi.

DAFTAR PUSTAKA

(73)

Arora, M., Parminder K. 2013. Antimicrobial and Antioxidant Activity of Orange Pulp and Peel. International Journal of Science and Research, 2 (11): 412-415.

Ashari, H. 2014. Potensi Jeruk Manis Pacitan untuk Jus Murni yang Disukai Semua Umur. Jakarta: Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika.

Axelsson, A., Prasher, D. 2000. Tinnitus Induced by Occupational and Leisure Noise. Noise & Health 2 (8): 47-54.

Blumenthal, M. 2000. Orange Peel. Herbal Medicine. United State of America: American Botanical Council.

Butler, L. 2008. Chen Pi. Register of Chinese Herbal Medicine Journal, 5 (5): 16-19.

Choi, Y. H., Josef M. M., Katherine L. T., Howard H., and Sung K. P. 2013. Antioxidant Vitamins and Magnesium and the Risk of Hearing Loss in the US General Population. American Journal of Clinical Nutrition: 1-8. Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak. 2011. Pedoman

Pembinaan Pengobatan Tradisional Akupresur. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Direktorat Obat Asli Indonesia. 2012. Acuan Sediaan Herbal. Jakarta: Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia.

Edzard, E. 2006. Complementary and Alternative Medicine: Examining the Evidence Community Pract. 79: 333-336.

Etebu, E., A. B. Nwauzoma. 2014. A Review on Sweet Orange (Citrus Sinensis L Osbeck): Health, Diseases and Management. American Journal of Research Communication, 2 (2): 33-70.

Febrianti, N., Irfan Y., Risanti D. 2016. Kandungan Antioksidan Asam Askorbat pada Buah-buahan Tropis. Jurnal Ilmiah Ilmu Biologi, 2 (1): 1-5.

Focks, Claudia (Ed). 2008. Atlas of Acupuncture. British: Elsevier Limited.

Goldstein, B., Abraham S., and Matthew J. A. 2007. Clear Tinnitus, Middle-Ear Pressure, and Tinnitus Relief: A Prospective Trial. International Tinnitus Journal, 13 (1): 29–39.

Gruenwald, J., Thomas B., Christof J. 2000. Sweet Orange (Citrus sinensis). PDR for Herbal Medicines Fourth Edition: 747-748.

(74)

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Hiller, W., Goebel, G. 2007. When Tinnitus Loudness and Annoyance are Discrepant: Audiological Characteristics and Psychological Profile. Audiol Neurotol 12: 391-400.

Hussain, K. A., Bassel T., Binu P. P. K., Jacob J., Jacob M., Vandana R., and Dharsan D. D. 2015. Antimicrobial Effects of Citrus sinensis Peel Extracts Against Periodontopathic Bacteria: an In Vitro Study. Annals of the National Institute of Hygiene, 66 (2): 173-178.

Iwan, S. A. 2006. Seluk Beluk Pengobatan Alternatif dan Komplementer. Jakarta: PT. Bhuana Ilmu Populer.

Jie, S. K. 1997. Dasar Teori Ilmu Akupunktur Identifikasi dan Klasifikasi Penyakit. Jakarta: Grasindo.

Molan, A. L., Massar H. I., and Riyadh H. N. Phenolic Contents and Antioxidant Activity of Peels and Seeds of Orange (Citrus sinensis) Cultivated in Iraq. World Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences, 5 (4): 473-482. Pusat Data dan Informasi. 2013. Pendengaran Sehat untuk Hidup Bahagia.

Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Kamal, G. M., Anwar F., Hussain A. I., Sarri N., and Ashraf M. Y. 2011. Yield and Chemical Composition of Citrus essential Oils as Affected by Drying Pretreatment of Peels. International Food Research Journal, 18 (4): 1275-1282.

Markian, R. 2011. Skrining Pendengaran Prajurit Batalyon Infantri 100 Raider Kodam I Bukit Barisan. Medan: Universitas Sumatera Utara.

Martines, F., Daniela B., Fabiola D. P., Enrico M., Vincenzo S., and Gioacchino M. 2010. Investigation of Tinnitus Patients in Italy: Clinical and Audiological Characteristics. International Journal of Otolaryngology: 1-8.

Milind, P. and Chaturvedi Dev. 2012. Orange: Range of Benefits. International Research Journal of Pharmacy, 3 (7): 59-63.

Omoba, O. S., Rebeccah O. O., Sule O. S., Aline A. B., and Margareth L. A. HPLC-DAD Phenolic Characterization and Antioxidant Activities of Ripe and Unripe Sweet Orange Peels. Antioxidant, 4: 498-512.

Omodamiro and Umekwe. 2013. Evaluation of Anti-inflammatory, Antibacterial and Antioxidant Properties of Ethanolic Extracts of Citrus sinensis Peel and Leaves. Journal of Chemical and Pharmaceutical Research, 5 (5): 56-66.

Park, J., Adrian R. W., and Edzard E. 2000. Efficacy of Acupuncture as a Treatment for Tinnitus. Arch Otolaryngol Head Neck Surg, 126 (4): 489-492.

(75)

Rogha, M., Mehran R., Ali R. K. 2011. The Effects of Acupuncture on the Inner Ear Originated Tinnitus. Journal of Research in Medical Sciences, 16 (9): 1217-1223.

Sadlier, M., Stephens, S.D.G., Kennedy, V. 2008. Tinnitus Rehabilitation: A Mindfulness Meditation Cognitive Behavioural Therapy Approach. The Journal of Laryngology & Otology 122: 31–37.

Saputra, K. (Eds). 2005. Akupunktur Dasar. Surabaya: Airlangga University Press.

Seeff, L. B., Lindsay K. L., Bacon B. R., Kresina T. F., Hoofnagle J.H. 2002. Complementary and Alternative Medicine in Chronic Liver Disease. Hepatology, 102-109.

Seidman, M. and Seilesh B. 2003. Alternative Medications and other Treatments for Tinnitus: Facts from Fiction. Otolaryngol Clin N Am, 36: 359–381. Sulaiman. 2007. Obat Herbal pada Penyakit Hati. Buku Ajar Ilmu Penyakit Hati.

627-636.

Sunny, O. D., Chinyere N. A., and Somefun O. A. 2012. Subjective Tinnitus and its Association with use of Ear Phones Among Students of the College of Medicine, University of Lagos, Nigeria. International Tinnitus Journal, 17 (2): 169-72.

Supriasa, I. D. N. 2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta: Penerbit Kedokteran EGC. Utami, I. W. 2010. Hubungan Tingkat Kebisingan dengan Gangguan

Pendengaran pada Pengemudi Becak Mesin di Kota Pematang Siantar. Medan: Universitas Sumatera Utara.

World Health Organization Western Pacific Region, WHO Standard Acupuncture Point Locations in the Western Pacific Region, 2009.

Xu, X., Bu X., Zhou L., Xing G., Liu C., Wang D. 2011. An Epidemiologic Study of Tinnitus in a Population in Jiangsu Province, China. Journal Am Acad Audiol, 22: 578-585.

Yin, G. and Xheng L. 2000. Advanced Modern Chinese Acupunture Therapy. Beijing, China : New World Press.

(76)

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Lampiran 2

(77)

Tahap

Terapi Hari/Tanggal AkupunkturTerapi Terapi Herbal Waktu TerapiTempat dan

(78)
(79)

sebelum makan. Senin, 16 Mei

2016 -

-Selasa, 17 Mei 2016

Tinggong (SI19), Shenshu

(BL23), Taixi (KI3), dan Guanyuan (CV4).

Jalan Kedung Sroko (rumah terapis), pada pukul 11.30 WIB. Rabu, 18 Mei

(80)

-ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Lampiran 3

(81)

Lampiran 4

KARTU STATUS PASIEN

Nama : GNBI

Usia/Tanggal Lahir : 20 tahun/9 Desember 1995 Alamat : Bojonegoro

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Suku : Jawa

Pekerjaan : Mahasiswi Tinggi Badan : 155 cm Berat Badan : 40 kg

Tanggal/Jam : 2 Maret 2016/09.00 WIB I. PENGAMATAN

 Kesadaran : sadar  Ekspresi Wajah : lesu

 Warna : cenderung gelap

 Sing Tay :

o Bentuk Tubuh : cenderung kurus

o Gerak-gerik : kalem

o Kulit : kering

o Rambut : hitam kurang berkilau

o Mata : memakai kaca mata

o Telinga: simetris tanpa alat bantu

o Mulut : kering  Lidah

o Otot : merah muda cenderung pucat, tebal, lembab, terdapat tapal gigi, pangkal lidah berwarna merah.

Gambar

Gambar 2.1 Lidah pasien sebelum terapi (2 Maret 2016)
Tabel 2.1 Perabaan Titik Shu dan Mu
Tabel 2.2 perabaan nadi
Gambar 3.1 Struktur anatomi telinga
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penurunan kadar gula darah terjadi karena perangsangan titik akupunktur dapat mempengaruhi organ dalam dari segmen pada persarafan yang sama melalui pola lengkung refleks

PENERAPAN PERAWATAN LUKA MENGGUNAKAN TERAPI MADU DAN GAMAT PADA KLIEN COMBUSTIO DENGAN KERUSAKAN INTEGRITAS KULIT. JADWAL

Mempergunakan Alat akupunktur yang akan digunakan untuk diagnosis dan terapi pasien dengan baik untuk digunakan sesuai dengan gangguan pada pasien mengikuti Prosedur Operasional

Pada akhir terapi akupunktur yaitu setelah 12 sesi terapi didapatkan penurunan skor HAM-D 17 menjadi 8 (depresi ringan) dan diikuti dengan berkurangnya gejala-gejala depresi

Mampu menerapkan pendekatan teknis akupunktur sesuai pedoman anatomi alur Meridian, titik akupunktur (acupoint) pada berbagai masalah dan kebutuhan Pelayanan Akupunktur.

Tujuan ahli akupunktur adalah untuk mengoreksi aliran Qi dengan menusukkan jarum tipis ke dalam titik tertentu pada saluran tersebut sehingga menimbulkan perubahan pada

Warna akupunktur menggunakan cahaya dengan warna pada titik akupunktur, meridian, dan Warna akupunktur menggunakan cahaya dengan warna pada titik akupunktur, meridian, dan tempat

Metode melingkari jarum mengacu pada Metode melingkari jarum mengacu pada cara dimana setelah insersi jarum ke titik cara dimana setelah insersi jarum ke titik akupunktur