i BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Anak dilahirkan ke dunia masih dalam keadaan lemah baik fisik maupun psikis. Walaupun dalam keadaan yang demikian, anak telah memiliki kemampuan bahwa sejak dalam kandungan dan dalam keadaan suci dan yang menjadikan yahudi, nasrani dan majusi adalah orang tua.seperti Hadits yang diriwayatkan Muslim dari Abu Hurairah:
ع ه يضر رير يبأ ع :
ي ع ي ا س ي ع ه ي ص ه سر
ت سج ي رص ي ي ب ف رط Artinya: “ Dari Abu Hurairah Rosulullah SAW Bersabda: Tidak ada anak
kecuali dilahirkan atas fitrah, maka kedua orang tuanyalah menyahudikannya atau menasranikannya atau memajusikannya (H.R.Muslim)
Karena keluarga juga merupakan lingkungan terdekat dan pendidikan pertama kali bagi anak sebelum ia berada dalam suatu lembaga atau sekolah. Anak akan mengenal sesuatu sehingga mereka tahu juga mulai dari keluarga dulu, karena apabila dalam sebuah keluarga itu baik maka akan berpengaruh positif pada jiwa perkembangan anak, begitu juga sebaliknya apabila dalam sebuah keluarga tersebut tidak baik atau bermasalah maka akan berpengaruh negatif pada perkembangan jiwa anak.
i
mana yang baik dan mana yang buruk, serta tidak mudah terjerumus dalam perbuatan-perbuatan yang dapat merugikan dirinya sendiri. Hal ini akan berjalan dengan baik ketika peranan orang tua sangat maksimal (Gunarsa, 1995:60).
Maka dari itu peran orang tua dalam keluarga sangatlah penting untuk memotivasi pendidikan anak dalam akhlak yang mulia serta menjauhkan mereka dari segala akhlak yang buruk dan perbuatan yang tidak terpuji. Jika kedua orang tua memberikan teladan dalam kebaikan, dan selalu memperhatikan akhlak anak. Maka hal itu akan memberi pengaruh yang sangat besar dalam jiwa anak-anak. Karena anak-anak cenderung merindukan kepada kepahlawanan, menyukai hal-hal yang mulia, menyenangi akhlak yang terpuji, dan membenci akhlak yang tercela.
Keluarga memiliki peran penting dalam upaya mengembangkan pribadi anak. Perawatan dan perhatian orang tua yang penuh dengan kasih sayang dan penanaman nilai akhlak dalam kehidupan sehari-hari, baik agama maupun sosial budaya yang diberikan merupakan faktor yang kondusif untuk mempersiapkan anak menjadi pribadi dan anggota masyarakat yang sehat.
i
kebutuhan-kebutuhan dasarnya, maka dia cenderung berkembang menjadi seorang pribadi yang sehat (Yusuf, 2007: 27).
Suasana keluarga juga sangat penting bagi perkembangan kepribadian anak. Seorang yang dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang harmonis dan agamis, yaitu suasana yang memberikan curahan kasih sayang, perhatian, dan bimbingan dalam bidang agama, maka perkembangan kepribadian anak tersebut cenderung positif, sehat, sedangkan anak yang dikembangkan dalam lingkungan keluarga yang broken home , kurang harmonis, orang tua bersikap keras, atau tidak dapat memperhatikan nilai-nilai agama, maka perkembangan kepribadiannya cenderung mengalami kelainan dalam penyesuaian dirinya (Yusuf, 2007: 27-28).
i
bertemu setiap hari. Dan hasilnya juga akan berbeda dengan anak yang mempunyai perhatian dan asuhan langsung dari kedua orang tuanya yang utuh.
i
Akhlak adalah sifat-sifat yang dibawa manusia sejak lahir yang tertanam dalam jiwanya dan selalu ada padanya. Sifat ini dapat lahir berupa perbuatan baik, disebut akhlak yang mulia, atau perbuatan buruk, disebut akhlak yang tercela sesuai dengan pembinaannya (Asmaran, 1992: 1), akhlak atau perilaku yang ada dalam suatu masyarakat merupakan suatu unsur pokok yang membentuk baik buruknnya masyarakat tersebut, akan tetapi dalam penanaman nilai akhlak juga tidak akan optimal jika tidak menggunakan metode penanaman karena akhlak juga tidak mudah akan terbentuk begitu saja. Harus menggunakan tekhnik dan cara-cara yang jitu agar penanaman nilai akhlak itu dapat terwujud dengan baik.
Dalam kaitannya dengan akhlak anak dilingkungannya masyarakat, lingkungan keluarga yang merupakan lingkungan pendidikan pertama bagi anak, karena dalam keluarga inilah anak pertama kali mendapatkan didikan dan bimbingan juga dapat dikatakan sebagaian besar kehidupan anak adalah didalam lingkungan keluarga. Sehingga pendidikan yang paling banyak diterima anak adalah dalam keluarga/orang tua. Tugas orang tua bagi pendidikan anaknnya adalah sebagai peletak dasar bagi pendidikan akhlak dan pandangan hidup beragama, karena sifat dan tabiat anak sebagaian besar diambil dari kedua orang tua.
i
bisa berperan ganda menggantikan salah satu peran yang hilang. Misalnya seorang istri yang ditinggal suaminya merantau / bekerja menjadi TKI dan meninggalkan satu anak membuat seorang istri tersebut mendidik anak itu sendirian tanpa suami disampingnya. Begitu juga sebaliknya, misalnya istri yang pergi meninggalkan suaminya untuk bekerja menjadi TKI dan meninggalkan anak membuat si ayah tersebut mendidik anak itu sendiri serta harus berperan ganda untuk menggantikan istrinya sebagai seorang ibu bagi si anak. Meskipun sebenarnya sangat sulit untuk dijalaninya.
Dalam keluarga TKI memiliki serangkaian kendala yang tidak sama dengan keluarga yang utuh. Hal ini kita kembalikan pada fungsi keluarga yaitu memaksimalkan peran orang tua dalam pembentukan dan penanaman akhlak anak. Karena anak sesungguhnya dilahirkan dalam keadaan yang fitroh dan membawa potensi masing-masing, tugas orang tua adalah memberikan kebaikan pada anak sehingga anak juga akan terbentuk menjadi anak yang baik.
i
Masa keemasan anak terdapat pada tahun-tahun pertama, yang pada umumnya anak menghabiskan bersama dengan orang tua maka dapat langsung ditanamkan nilai akhlak anak sebelum anak itu menjadi sempurna dan optimal.
Kebiasaan yang baik maupun positif yang telah tertanan kuat pada jiwa anak tidak akan hilang begitu saja pada masa depannya. Pengalaman akhlak pada masa kanak-kanak akan tergores kuat pada hati seseorang seperti ukiran diatas batu. Jiwa yang polos apabila diisi dengan penanaman akhlak, maka yang diterimanya itu akan melekat kuat. Anak akan melakukan apa yang telah diterimanya disinilah letak pentingnya orang tua dalam membina anak.
Akhlak dalam kehidupan sekarang juga sangat dibutuhkan sekali, karena manusia diciptakan juga mempunyai naluri akhlak untuk hidup dimasyarakat. Karena itu merupakan sebuah alat yang harus ditanamkan dalam kehidupan sehari-hari. Manusia yang hidupnya tanpa akhlak merupakan manusia yang dianggap tidak bernorma dan bisa hidup seenaknya saja dalam kehidupannya, dan apabila kalau ini memang ada suatu kelompok atau organisasi yang kurang baik akan menjadikan penyakit dan nembuat kecemasan bagi para orang tua yang menpunyai anak masih dalam masa pendidikan dan belum memiliki jati dirinya. Anak akan mudah terpengaruh dan gampang meningikutinya tanpa memikirkan itu baik bagi dirinya dan keluarganya atau tidak, karena yang ia pikirkan hanya kesenangannya ia saja.
i
seperti anak-anak yang lain. Kondisi semacam ini bisa membuat anak tersebut kurang percaya pada orang tua dan selalu mencari jalan keluar sendiri untuk setiap permasalahan yang ia hadapi, misalnya dengan cara minum-minuman keras Karena sudah tidak menemukan jalan lagi, ini terjadi disebabkan proses perkembangan akhlak pada anak dalam keluarga yang ditinggal orang tuanya. Perilaku menyimpang yang dilaukan oleh anak disebabkan karena kurangnya perhatian dari orang tua atau salah satu orang tua yang tidak ikut mendidik anaknya secara langsung, anak akan merasa kehilangan figur dari sang ayah atau sang ibu yang seharusnya mereka dapatkan dan menjadi contoh bagi si anak. Dalam keluarga TKI orang tua dituntut untuk berperan ganda dari orang tua tunggal menjadi orang tua yang seutuhnya bagi perkembangan akhlak anak. Tidak sedikit pula dalam keluarga TKI anak dapat menjadi dewasa dan cepat dalam perkembangannya, karena anak dituntut untuk mengetahui kondisi keluarganya.
Dalam pembinaan akhlak, terutama bagi remaja, agama sangat penting, pembinaan itu terjadi melalui kebiasaan dan pengalaman hidup yang ditanamkan sejak kecil oleh orang tua dengan jalan memberi contoh. Dan pembinaan akhlak itu tidak mungkin dengan jalan pengertian saja, karena kebiasaan jauh lebih berpengaruh dari pengertian dan pengetahuan tentang akhlak. (Darajat, 1975: 15-16)
i
diberbagai Negara. Berangkat dari masalah tersebut diatas, maka penulis ingin melakukan penelitian tentang hal tersebut yang hasilnya akan dituangkan dalam skripsi yang berjudul:
“METODE PENANAMAN NILAI AKHLAK ANAK PADA KELUARGA
TKI DI DESA PUCAKWANGI KECAMATAN PAGERUYUNG
KABUPATEN KENDAL TAHUN 2011”
B. FOKUS PENELITIAN
Bertolak dari latar belakang masalah diatas, maka penulis dapat mengambil suatu pokok masalah yang penulis rumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana isi materi penanaman akhlak anak pada keluarga TKI di Desa Pucakwangi Kecamatan Pageruyung Kabupaten Kendal Tahun 2011?
2. Bagaimana metode penanaman nilai akhlak anak pada keluarga TKI di Desa Pucakwangi Kecamatan Pageruyung Kabupaten Kendal Tahun 2011?
3. Apa kendala dan bagaiman pemecahannya dalam penanaman akhlak anak pada keluarga TKI di Desa Pucakwangi Kecamatan Pageruyung Kabupaten Kendal Tahun 2011?
C. TUJUAN PENELITIAN
Dengan melihat fokus masalah diatas yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah:
i
2. Untuk mengetahui metode penanaman nilai akhlak anak pada keluarga TKI di Desa Pucakwangi Kecamatan Pageruyung Kabupaten Kendal Tahun 2011. 3. Untuk menetahui kendala dan bagaimana pemecahannya dalam penanaman
akhlak anak pada keluarga TKI di Desa Pucakwangi Kecamatan Pageruyung Kabupaten Kendal Tahun 2011.
D. MANFAAT PENELITIAN
Adapun kegunaaan dari penelitian ini adalah:
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuhan bagi para pembaca atau masyarakat Desa Pucakwangi pada khususnya agar dalam menanamkan akhlak pada anak tidak dikesampingkan.
2. Bagi penulis sendiri, sebagai aplikasi dari sebagian ilmu-ilmu yang telah penulis terima dan sebagai bahan masukan untuk mengembangkan wawasan dan bahan dokumentasi untuk penelitian lebih lanjut.
3. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi orang tua tunggal sementara agar dapat meningkatkan perhatian dalam penanaman akhlak anak.
E. PENEGASAN ISTILAH
Fokus dalam penelitian ini adalah, penanaman nilai akhlak anak pada keluarga TKI. Sebelum membahas lebih dalam maka akan diberikan penjelasan dan batasan pada istilah-istilah dalam judul penelitian tersebut:
i
a. Metode penanaman adalah suatu kerangka konseptual penerapan pendekatan, metode, dan langkah-langkah tekniknya dalam bentuk disain sebagai acuan kegiatan penanaman.
b. Nilai Akhlak
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Nilai adalah sifat-sifat (hal-hal) yang penting atau berguna bagi kemanusiaan. Menurut Daroeso (1986: 26) Nilai adalah ukuran atau pedoman perbuatan manusia.
Kata akhlak berasal dari bahasa arab, jamak dari khuluqun yang menurut bahasa adalah budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat (IAIN Walisongo, 1999: 109).
Jadi nilai akhlak adalah sifat-sifat yang dibawa manusia sejak lahir yang tertanam dalam jiwanya dan selalu ada padanya. Sifat ini dapat lahir berupa perbuatan baik, disebut akhlak yang mulia, atau perbuatan buruk, disebut akhlak yang tercela sesuai dengan pembinaannya (Asmaran, 1992: 1).
Jadi metode penanaman nilai akhlak adalah kerangka yang merupakan sebagai acuan kegiatan penanaman nilai akhlak anak, sehingga dapat bersikap baik dan dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk.
i
Perkembangan anak menurut Zakiah Daradjat dapat diklarifikasikan menjadi berikut:
a.Usia Kanak-kanak 0-6 b. Usia anak-anak 6-12 c.Usia remaja pertama 13-16 d. Usia remaja terakhir 17-21
Anak yang dimaksud peneliti disini adalah anak pada usia 6-12 tahun atau yang disebut dengan anak masa sekolah, karena ketika anak masuk ke sekolah dasar, dalam jiwanya ia telah membawa bekal rasa agama yang terdapat dalam kepribadian dari orang tuanya dan dari gurunya semasa di taman kanak-kanak dulu (Daradjat, 1959: 111)
Pada usia anak-anak 6-12 tahun,pendidikan yang diterima anak merupakan otoritas orang lain. Anak belum bisa mencegah atau menyaring pendidikan yang mereka terima secara formal maupun non formal. Pada masa ini jika tidak dimanfaatkan oleh orang tuannya dengan menanamkan nilai akhlak pada diri anak maka anak akan kehilangan masa keemasan mereka. Hal ini akan berimbas pada akhlak mereka kedepannya nanti.
2. Kelurga TKI (Tenaga Kerja Indonesia)
i
berat sama dipikul, selalu rukun dan damai dengan suatu tekad dan cita-cita untuk membentuk keluarga bahagia dan sejahtera lahir dan batin.
Pada dasarnya keluarga itu adalah sebuah komunitas dalam”satu atap”.
Kesadaran untuk hidup bersama dalam satu atap sebagai suami istri dan salling interaksi dan berpotensi punya anak akhirnya membentuk komunitas baru yang disebut keluarga. Karenanya kelurganyapun dapat diberi batasan sebagai sebuah group yang terbentuk dari hubungan laki-laki dan wanita, perhubungan mana sedikit banyak berlangsung lama untuk menciptakan dan membesarkan anak-anak. (Djamrah, 2004: 16-17)
TKI atau tenaga kerja Indonesia adalah sebutan bagi warga negara Indonesia yang bekerja di luar negeri (seperti Malaysia, Singapura, Korea, Arab Saudi, Jepang, dll) dalam hubungan kerja untuk jangka waktu tertentu dengan menerima upah. Namun demikian, istilah TKI seringkali dikonotasikan dengan pekerja kasar. TKI perempuan seringkali disebut Tenaga Kerja Wanita (TKW).
menurut Rancangan Undang-undang Tenaga Kerja Luar Negeri (Versi Badan Legislatif) adalah setiap orang Indonesia dewasa yang sedang dan pasca bekerja di luar Negeri di dalam suatu hubungan kerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain. (Tim PSGK, 2007:11)
i
Jadi yang dimaksud Keluarga TKI adalah sebuah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, anak dan bisa juga ketambahan oleh nenek atau kakek atau saudara yang lain yang mana dalam keluarga itu salah satu dari ayah atau ibu yang bekerja ke Negara lain atau menjadi TKI(Tenaga Kerja Indonesia) untuk mencari nafkah demi keluarga mereka sehingga anak hanya memperoleh kasih sayang dan perhatian dari orang tua tunggal saja, bisa dari si ayah atau si ibu.
Dalam penelitian ini, maka yang dimaksud penulis tentang METODE PENANAMAN NILAI AKHLAK ANAK PADA KELUARGA TKI ( TENAGA
KERJA INDONESIA) DI DESA PUCAKWANGI KECAMATAN
PAGERUYUNG KABUPATEN KENDAL TAHUN 2011 adalah suatu penelitian ilmiah tentang metode penanaman nilai akhlak anak. Dimana keluarga yang diteliti mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : (1). Seseorang yang sudah menikah kemudian ditinggal salah satu pasangannya karena bekerja diluar negara. Yang berada di Desa Pucakwangi Kecamatan Pageruyung Kabupaten Kendal 2011.(2). Memiliki anak yang berumur 6-12 tahun, dan penelitiannya di Desa Pucakwangi Kecamatan Pageruyung Kabupaten Kendal tahun 2011.
F. METODE PENELITIAN
i
krosseksional yaitu untuk meneliti subyek penelitian dari tingkatan usia yang berbeda dalam waktu yang sama (Harditono, 2002: 3).
Pengambilan metode ini adalah untuk mengetahui bagaimana metode penanaman nilai akhlak anak ketika dalam keluarga hanya ada satu orangtua/orangtua tunggal. Karena tidak mudah untuk mendidik akhlak anak hanya dengan peran salah satu dari orangtua tunggal sementara.
1. Pendekatan dan jenis penelitian
Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan sosiologi karena metode tersebut digunakan untuk menjelaskan posisi dan peranan subyek-subyek yang terlibat dalam proses penanaman nilai akhlak, a). orang tua tunggal sementara ( TKI) sebagai pendidik b). anak sebagai peserta didik.
Penelitian ini digunakan untuk mendiskripsikan metode penanaman nilai akhlak yang digunakan dalam keluarga TKI. Penelitian ini dimaksud dengan field research yang artinya penelitian langsung ke obyek yang diteliti untuk mendapatkan data yang berhubungan dengan permasalahan-permasalahan yang dibahas yaitu ditinggalnya anak sehingga dalam asuhan orangn tua tunggal sementara.
Penelitian ini bersifat deskriptif analitik kualitatif yaitu penelitian yang menjelaskan realitas yang ada dilapangan kemudian menganalisisnya dengan cara memaparkan atau mendiskripsikan dengan kata-kata atau kalimat.
i
Dalam penelitan ini, kehadiran peneliti sangatlah penting sekali, peneliti bertindak sebagai instrument langsung sekaligus pengumpul data. Peneliti dalam penelitian ini bertindak secara langsung ke lapangan sehingga mendapatkan data yang riil didalam keluarga tersebut sehingga bisa mendapatkan data yang akurat.
3. Lokasi penelitian
Lokasi penelitian Metode Penanaman Nilai Akhlak anak Pada Keluarga TKI di Desa Pucakwangi Kecamatan Pageruyung Kabupaten Kendal. Untuk lokasi penelitian peneliti memilih keluarga yang memiliki beberpa cirri-ciri, yakni: (1). Seseorang yang sudah menikah kemudian ditinggal salah satu pasangannya karena bekerja diluar negara. Yang berada di Desa Pucakwangi Kecamatan Pageruyung Kabupaten Kendal 2011.(2). Memiliki anak yang berumur 6-12 tahun.
4. Sumber data
Dalam penelitian ini penulis dapat memperoleh informasi data dari beberapa literatur buku maupun jurnal sebagai bahan teoritik dan memperoleh sumber informasi riil dari proses data observasi dan wawancara yang peneliti lakukan secara langsung yang kemudian dianalisis. Dengan kata lain sumber data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah:
i
Yaitu sumber data yang berkaitan langsung berkaitan dengan obyek riset (Arikunto, 1989:10). Data primer dalam penelitian ini adalah data-data di lapangan yang dapat menyempurnakan penelitian ini.
2. Sumber Data Sekunder
Yaitu sumber data yang mendukung dan melengkapi sumber-sumber data primer. Data sekunder dalam penelitian ini adalah buku-buku yang berkaitan dengan pendidikan atau penanaman akhlak.
5. Prosedur pengumpulan data
Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa metode diantaranya:
a. Observasi
Tehnik yang digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian ini adalah observasi Yaitu pengamatan dan pencatatan secara sistematis fenomena-fenomena yang diselidiki (Hadi, 1992: 132).
Metode ini penulis gunakan untuk memperoleh data secara lanngsung tentang Metode Penanaman Nilai Akhlak anak Pada Keluarga TKI (Tenaga Kerja Indonesia) di Desa Pucakwangi Kecamatan Pageruyung Kabupaten Kendal 2011.
i
akhlak anak yang hanya mendapatkan peran dari satah satu orang tuanya dengan sebab pasangannya bekerja menjadi TKI.
b. Wawancara atau interview
Yaitu mendapatkan informasi dengan cara Tanya jawab sepihak yang dilakukan penulis. Subyek penelitian dalam penelitian ini adalah: (1). Seseorang yang sudah menikah kemudian ditinggal salah satu pasangannya karena bekerja diluar negeri. Yang berada di Desa Pucakwangi Kecamatan Pageruyung Kabupaten Kendal 2011. (2). Memiliki anak yang berumur 6-12 tahun. Dan penelitiannya berada di Desa Pucakwangi Kecamatan Pageruyung Kabupaten Kendal tahun 2011. c. Analisis data
Dalam penelitian ini digunakan metode analisis Induktif, yaitu mentransformasi fakta-fakta khusus sebagai bahan untuk membangun teori. Metode ini digunakan untuk menganalisis realitas yang ada dalam sebuah keluarga yang khususnya mengenai metode penanaman nilai akhlak anak pada keluarga TKI.
d. Pengecekan Keabsahan Temuan
i
penelitian, sehingga penulis benar-benar mendapat data yang langsung dari keluarga tersebut. Kemudian data tersebut tentu akan penulis simpulkan yang akan penulis cocokkan dengan perilaku anak tersebut. G. SISTEMATIKA PENULISAN
Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyusun sistematikanya sebagai berikut:
BAB I, Pendahuluan yang berisi tentang Latar belakang masalah, Fokus penelitian, Tujuan penelitian, Manfaat hasil penelitian, Penegasan istilah, Metode penelitian, Sistematika penulisan.
BAB II, Kajian teoritik tentang Metode Penanaman nilai akhlak anak pada keluarga TKI di Desa Pucakwangi Kecamatan Pageruyung Kabupaten Kendal 2011
BAB III, membahas tentang gambaran umum, diskripsi Penanaman Nilai Khlak Anak Pada Keluarga TKI di Desa Pucakwangi Kecamatan Pageruyung Kabupaten Kendal 2011
BAB IV, Analisis tentang metode Penanaman nilai akhlak anak pada keluarga TKI di Desa Pucakwangi Kecamatan Pageruyung Kabupaten Kendal 2011
i BAB II
KAJIAN TEORITIK
A. Metode Penanaman Nilai Akhlak Anak
1. Pengertian Metode Penanaman Nilai Akhlak Anak
Dalam ajaran islam, anak merupakan amanah yang harus dipertanggungjawabkan. Dalam lingkup keluarga, orang tua lah yang sepenuhnya memiliki tugas untuk memberi pendidikan terhadap anaknya, pembentukan karakter, perkembangan, dan kesempurnaan anak untuk menjadi diri yang matang. Salah satunya yaitu pembentukan akhlak, karena dalam kehidupan sehari-hari orang juga tidak akan terlepas dari akhlak yang merupakan sebagai alat dalam kehidupan. Akhlak sangat penting bagi manusia karena akhlak merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan manusia. Kepentingan akhlak ini tidak saja dirasakan oleh manusia itu sendiri dalam kehidupan berkeluarga dan bermasyarakat bahkan dalam kehidupan bernegara.
i
Secara umum, dunia sudah mengetahui pendidikan sedini mungkin sangat penting bagi anak. Karena dalam islam juga sangat dikenal dengan ajarannya yaitu belajar sepanjang hayat. sebagaimana sabda Rasulullah saw :
أ
ﻁ
ي ي ي
ع
)
س ير ﺤب ر
(
Artinya “Tuntutlah ilmu dari buaian hingga liang lahad”.(HR.Bukhori dan Muslim)
Berbicara masalah nilai akhlak, sebenarnya nilai itu sendiri adalah melihat sesuatu dari segi kegunaan atau manfaatnya dalam kehidupan yang menyangkut masalah yang bersifat jasmaniyah dan rokhaniyah. Nilai yang bersifat rokhaniyah itu meliputi rasa keindahan, kebenaran, etika (akhlak), dan agama.(IKIP, 2003:158)
Untuk menanamkan nilai akhlak anak juga diperlukan metode tertentu agar mencapai tujuan, apalagi bagi mereka yang mendidik anak sendirian tanpa pasangan disisinya karena bekerja menjadi TKI, yang dimaksud dengan metode adalah cara yang digunakan untuk mencapai tujuan tertentu. Orang tua juga harus sekreatif mungkin dalam menjalankan metode itu agar tujuan itu bisa didapat.
i
Dalam islam akhlak sangat penting bagi manusia, bahkan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan manusia. Karena akhlak merupakan mutiara hidup yang membedakan makhluk manusia dengan mahluk lainnya, sebab seandainya manusia tanpa akhlak, maka akan hilang derajat kemanusiaannya.
Kebiasaan yang baik maupun positif yang telah tertanam kuat pada jiwa anak tidak akan hilang begitu saja pada masa depannya. Penanaman akhlak pada masa anak-anak akan teringat kuat pada hati seseorang seperti ukiran di atas batu. Jiwa yang polos apabila di isi dengan penanaman akhlak, maka yang diterimanya itu akan melekat kuat. Anak akan melakukan apa yang telah diterimanya dari pembiasaan orang tua yang telah diajarkan selama masa anak-anak, disinilah letak pentingnya orang tua dalam membina akhlak anak.
Dalam pembahasan penanaman akhlak ini supaya tidak meluas maka peneliti fokuskan pada penanaman akhlak pada keluarga TKI. Pada keluarga TKI tentu orang tua tunggal sementara ini sangat dituntut untuk lebih ekstra dalam mendidik anak seorang diri yang idealnya dilakukan oleh dua orang tua. Sebelum membahas lebih jauh harus dijelaskan pengertian penanaman akhlak itu sendiri.
i
Akhlak mempunyai berbagai macam arti, dari berbagai sumber dapat diperoleh arti akhlak yaitu:
a. Menurut IAIN Walisongo (1999: 109) Kata akhlak berasal dari bahasa arab, jamak dari khuluqun yang menurut bahasa adalah budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat.
b. Menurut Asmaran (1992: 1) akhlak adalah sifat-sifat yang dibawa manusia sejak lahir yang tertanam dalam jiwanya dan selalu ada padanya. Sifat ini dapat lahir berupa perbuatan baik, disebut akhlak yang mulia, atau perbuatan buruk, disebut akhlak yang tercela sesuai dengan pembinaannya.
c. Menurut Imam Al-Ghozali
ج حريغ رسي سب عفأ ر صت س ر يس يف ي ع ر ع
ف
ي ر ر ف ي أ
Artinya : Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa menimbulkanperbuatan-perbuatan denga n gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.”
i
memilih melakukan atau meninggalkannya”. (Yunahar, 2007:1-2)
Dari berbagai macam pendapat diatas mengenai akhlak dapat ditarik kesimpulan bahwa akhlak atau khuluq itu adalah sifat yang tertanam dalam diri manusia sejak lahir , sehingga dia akan muncul secara sepontan tanpa memerlukan pemikiran atau pertimbangan lebih dahulu.
Akhlak disini lebih difokuskan sikap anak usia 6-12 tahun dimana pada usia ini anak telah menerima pendidikan akhlak dari formal maupun non formal, penanaman akhlak dalam usia ini berdasarkan otoritas orang lain karena anak hanya akan menangkap nilai-nilai akhlak dari orang yang dekat dengan anak baik itu orang tuanya, teman. Guru, serta lingkungan sekitar.
Jadi penanaman nilai akhlak adalah pembiasaan orang tua yang telah di berikan kepada anak-anaknnya agar terbentuk pribadi yang baik dan sesuai dengan norma-norma dan ajaran agama.
i
dikendalikan oleh nilai-nilai agama. Di sinilah letak urgensi pembinaan pendidikan agama terhadap anak di dalam keluarga, khususnya pada masa-masa perkembangan dan pertumbuhan anak tersebut. Oleh sebab itu keterlibatan orang tua dalam penanaman pendidikan anak di keluarga sangat diperlukan.
Akhlak merupakan tugas penting untuk kedua orang tua yaitu ibu dan bapak tetapi akan nampak berbeda pada cara, isi, dan peran penanaman nilai akhlak pada anak jika dalam keluarga hanya ada satu figur orang tua tunggal sementara atau pada keluarga TKI(Tenaga Kerja Indonesia).
2. Metode penanaman nilai akhlak
Dalam penanaman nilai akhlak pada anak harus menggunakan metode-metode khusus. Apalagi bagi mereka orang tua tunggal yang harus berperan ganda untuk mendidik anaknya karena ditinggal oleh pasangannya bekerja menjadi TKI. Beberapa Metode yang digunakan untuk penanaman akhlak menurut Abdurrahman an Nahlawi yaitu:
a. Metode Hiwar (Percakapan)
i
Contohnya, ayah/ibu melakukan percakapan dalam ruang dan waktu yang sama, kemudian ayah/ibu yang menjadi orang tua tunggal sementara mengajak anaknnya untuk duduk bersama dalam satu ruang dan waktu. Orang tua dan anak melakukan percakapan baik ada suatu permasalahan atau tidak yang kemudian baik ayah/ibu dan anak akan mendapatkan suatu maksud dari percakapan yang telah berjalan itu. b. Metode Kisah
Metode Kisah mempunyai fungsi edukatif yang tidak dapat diganti dengan bentuk penyampaian lain selain bahasa.(IAIN Walisongo, 2004: 123). Disamping itu kisah edukatif itu melahirkan kehangatan perasaan dan vitalitas serta aktivitas didalam jiwa, yang selanjutnya memotivasi manusia untuk mengubah prilakunya dan memperbaharui tekadnya sesuai dengan tuntunan.
Penanaman melalui kisah-kisah tersebut dapat mengiringi anak pada kehangatan perasaan, kehidupan, dan kedinamisan jiwa yang mendorong manusia untuk mengubah prilaku dan memperbaharui tekadnya selaras dengan tuntutan, pengarahan, penyimpulan, dan pelajaran yang dapat diambil dari kisah tersebut.(An-nahlawi,1995: 239)
i
tersebut sehingga pembaca terpengaruh oleh tokoh dan topik kisah tersebut.
Contohnya, anak diberi cerita-cerita yang bisa dijadikan mereka teladan dalam kehidupan sehari-hari. Bisa mengenai kisah para Nabi dan para Rosul atau kisah-kisah para pahlawan yang di anggap mereka sebagai sosok yang tangguh.
c. Metode Amtsal (Perumpamaan)
Perumpamaan-perumpamaan yang terdapat dalam al-qur’an
mempunyai beberapa makna antara lain :
1) Merupakan sesuatu sifat manusia dengan perumpamaan yang lain. 2) Mengungkapkan sesuatu keadaan dengan keadaan yang lain yang
memiliki kesamaan untuk menandakan peristiwa.
3) Menjelaskan kemustahilan adanya kesurupaan antara dua perkara yang oleh kaum musryrikin dipandang serupa.( IAIN Walisongo, 2004: 123-124).
i
yang sejalan dengan konsep yang diumpamakan dan untuk mengembangkan aneka perasaan ketuhanan. Ketiga, membina akal untuk terbiasa berfikir secara valid dan analogis. Keempat, mampu menciptakan motivasi yang menggerakkan aspek emosi dan mental manusia. Mental akan menggerakkan dan mendorong hati untuk berbuat kebaikan dan menjauhi berbagai kemungkaran.
d. Metode Teladan
Pada dasarnya manusia cenderung memerlukan sosok teladan dan anutan yang mampu mengarahkan manusia pada jalan kebenaran dan sekaligus menjadi perumpamaan dinamis.
Di antara tipe-tipe peneladanan yang terpenting adalah: 1) Pengaruh langsung yang tidak disengaja (sepontan)
Pengaruh yang tersirat dari sebuah keteladanan akan menentukan sejauh mana seseorang memiliki sifat yang mampu mendorong orang lain untuk meniru dirinya, baik dalam keunggulan ilmu pengetahuan, kepemimpinan, atau ketulusan. Dalam kondisi yang demikian, pengaruh keteladanan itu terjadi secara spontan dan tidak disengaja. Ini berarti bahwa setiap orang yang ingin dijadikan panutan oleh orang lain harus senantiasa mengontrol perilakunya. Semakin dia waspada dan tulus, semakin bertambahlah kekaguman orang kepadanya.
i
Kadang kata peneladanan diupayakan secara sengaja. Misalnya, seorang pendidik menyampaikan model bacaan yang diikuti oleh anak. Seorang imam membaguskan sholatnya untuk mengajarkan sholat yang sempurna. (An-nahlawi, 1995: 266-267)
Orang tua hendaknya menjadi contoh yang baik dalam segala aspek kehidupan bagi si anak. (Daradjat, 1970: 42) karena pada dasarnya manusia sangat cenderung memerlukan sosok teladan dan anutan yang mampu mengarahkan manusia pada jalan kebenaran dan sekaligus menjadi perumpamaan dinamis yang menjelaskan cara mengamalkan syariat Allah, dan itu akan terjadi pada anak yang akan meniru kebiasaan dari orang tuanya.
e. Metode Pembiasaan diri dan Pengalaman
Metode pembiasaan diri dan pengalaman ini dapat membentuk akhlak anak dan rohani serta pembinaan sosial seseoranng tidak cukup nyata dan pembiasaan diri sejak usia dini. Untuk biasa hidup teratur, disiplin, tolong menolong sesame manusia dalam kehidupan sosial memerlukan latihan yang kontinyu setiap hari. (IAIN Walisongo, 2004: 125)
f. Metode Pengambilan pengajaran dan peringatan
i
dan anak yang melakukan kejelekan pasti akan merasa sedih, kecewa dan putus asa.( IAIN Walisongo, 2004: 125)
g. Metode targhib dan tarhib
Targhib adalah janji yang disertai bujukan dan rayuan untuk menunda kemaslahatan, kelezatan, dan kenikmatan. Namun penundaan itu bersifat pasti , baik dan murni, serta dilakukan melalui amal saleh atau pencegahan diri dari kelezatan yang membahayakan (pekerjaan buruk). Tarhib adalah ancaman atau intimidasi melalui hukuman yang disebabkan oleh terlaksananya sebuah dosa, kesalahan, atau perbuatan yang telah dilarang Allah. Selain itu juga karena menyepelekan pelaksanaa kewajiban yang telah diperintahkan Allah. Tarhib pun dapat diartikan sebagai ancaman dari Allah untuk menakut-nakuti hamba-hamba-Nya melalui penonjolan kesalahan atau penonjolan salah satu sifat keagungan dan kekuatan ilahiah agar mereka teringatkan untuk tidak melakukan kesalahan dan kemaksiatan. (An-nahlawi, 1995: 296)
Metode targhib dan tarhib adalah metode yang dapat membuat senang dan takut. Dengan metode ini kebaikan dan keburukan yang disampaikan kepada seseorang dapat mempengaruhi dirinya agar terdorong untuk berbuat baik.
Sedangkan menurut muhammad Quthb metodenya ditambah sebagai berikut:
i
Metode nasihat adalah memberikan masukan kepada anak mana yang baik dan mana yang buruk. Jika anak membuat kesalahan orang tua akan memberikan peringatan agar anak tidak salah menentukan sikap. i. Metode hukuman
Metode hukuman adalah pemberian hukuman pada anak apabila anak melakukan kesalahan dengan tujuan anak tidak melakukan kesalahan lagi (IAIN Walisongo, 2004:126).
Dalam penelitian ini memang sangat disorotkan kepada penanaman nilai akhlak anak pada keluarga TKI(Tenaga Kerja Indonesia) walaupun hanya orang tua tunggal yang mendidik anak-anaknya karena di tinggal oleh pasangannya menjadi TKI(Tenaga Kerja Indonesia) seorang ayah/ibu harus bekerja ekstra untuk menjadi panutan dan memberi teladan bagi anaknya. Sehingga anak akan menyerap prilaku akhlak orang tuannya baik melalui prilaku dan tingkah laku sehari-hari ketika bersama anaknya. Beberapa metode diatas dapat membantu para orang tua tunggal sementara untuk menanamkan akhlak sehari-hari pada anaknya. Karena metode yang sesuai pada anak akan lebih membantu penanaman pada anak yang akan terimplementasi dalam kehidupan sehari-hari.
3. Conten materi penanaman nilai akhlak
i a. Berbuat baik
Orang tua juga harus mengusahakan dan memberikan pengertian kepada anak dalam berperilakunya. Ini semua dilakukan agar anak tidak terjerumus dan ikut-ikutan dalam perbuatan yang negatif. Sesuai firman-Nya QS. Luqman (31) : 17.
Artinya: “Hai anakku! Dirikanlah sembahyang, suruhlah orang berbuat baik dan larang berbuat salah dan sabarlah menghadapi peristiwa yang terjadi terhadap engkau. Sesungguhnya hal yang demikian memerlukan kesungguhan hati.” (Lukman 17)
Menyuruh berbuat baik dan melarang mengerjakan perbuatan jahat, apabila dilihat sepintas lalu, tampaknya suatu pekerjaan yang ringan, sedang pada hakikatnya bukan demikian. (Facrudin, 1985: 163) Maka dari itu untuk mendapatkan anak menjadi anak yang berprilaku baik tidak semudah yang kita bayangkan, akan tetapi harus bekerja ekstra agar tidak salah dalam mendidiknya.
b. Jujur (shidiq)
i Sabda beliau:
صي جر زي ج ي ـ ي ي ر ر ي أ ي ي ص ف ص ب ي ع ي ص ه ع بت ي يت ص رﺤتي Artinya:”Wajib kepadamu berlaku benar, karena sesungguhnya
kebenaran itu membawa kepada kebaikan membawa kesurga. Seseorang tidak henti-hentinya berkata dan berlaku benar dan mengusahakan sungguh-sungnguh akan kebenaran, sehingga dicatat ia disisi Allah sebagai seorang siddiq(orang yang selalu benar) (Riwayat Bukhori)
Kejujuran adalah sendi yang terpenting bagi berdiri tegaknya masyarakat. Tanpa kebenaran akan hancurlah masyarakat, sebab hanya dengan kebenaran maka dapat tercipta adanya saling pengertian satu sama lain dalam masyarakat, dan tanpa adanya saling pengertian tidak mungkin terjadi tolong menolong, sedang bahasa itu diciptakan juga untuk kepentingan saling pengertian ini, yang tanpa itu tidak mungkin terjadi kehidupan masyarakat.(Humaidi, 1991: 149-150)
Tanpa kejujuran kita sebagai manusia tidak dapat maju selangkahpun karena kita belum berani menjadi diri kita sendiri. Tidak jujur berarti tidak seia sekata dan itu berarti bahwa kita belum sanggup untuk mengambil sikap yang lurus. Kejujuran merupakan nilai akhlak yang utama. Bersikap baik terhadap orang lain, tetapi tanpa kejujuran adalah kemunafikan dan sering beracun.
i
Terbuka disini bukan dimaksud bahwa segala pertanyaan orang lain harus kita jawab dengan selengkapnya, atau bahwa orang lain berhak untuk mengetahui segala perasaan dan fikiran kita. Kita berhak atas batin kita. Melainkan yang dimaksud ialah bahwa kita selalu muncul sebagai diri kita sendiri. Kita tidak menyembunyikan wajah kita yang sebenarnya. Dalam segala sikap dan tindakan kita memang hendaknya tanggap terhadap kebutuhan, kepentingan, dan hak orang-orang yang berhadapan dengan kita. Kita tidak bersikap egois belaka. Kita seperlunya bersedia mengorbankan suatu kepentingan kita demi orang lain.
Contohnya, ketika anak mempunyai mainan yang baru kemudian anak itu mau berbagi mainannya itu dengan teman yang lainnya karena dia benar-benar ingin membagi kebahagiaannya itu bersama-sama. Bukan karena pasang kedok dan kalau perlu kita menolak permintaan orang lain dengan tenang.
2) Sikap wajar (fair)
i
keyakinannya. Keselarasa yang berdasarkan kepalsuan, ketidak adilan dan kebohongan akan disobeknya.
Contohnya, anak selalu menepati janjinya ketika dia memang sudah berjanji sama orang lain, meskipun tidak ada tuntutan dari orang lain. Dia memang benar-benar mengikuti apa kata hatinya.
Orang yang tidak jujur senantiasa berada dalam pelarian. Dia lari dari orang lain yang ditakuti sebagai ancaman, dan dia lari dari dirinya sendiri karena tidak berani mengahadapi kenyataan yang sebenarnya. Hanya rasa bersalahlah yang bakal menyelimuti setiap harinya. Maka kejujuran membutuhkan keberaniyan. Keberanian untuk berhenti melarikan diri dan menjadi diri sendiri. (Suseno, 1987: 142-143)
Bersikiap jujur merupakan suatu keberanian yang sangat penting, karena itu merupakan tameng kekuatan kita. Kita tidak akan pernah dihantui rasa bersalah tetapi justru sebaliknya kita akan selalu merasa aman.
c. Ikhlas
i
Jadi sesuatu pekerjaan dapat dikatakan ikhlas, kalau pekerjaan itu dilakukan semata-mata karena Allah saja, menghadap ridho-Nya dan pahala-Nya.
Ada orang yang membantu fakir miskin karena Allah semata-mata, dan ada pula orang yang membantu fakir miskin juga tetapi semata-mata karena ingin dipuji dan di katakana sebagaidermawan. Lahir dari amal kedua orang itu sama saja tidak ada perbedaan apa-apa, yaitu sama-sama memberikan bantuan kepada fakir miskin, tetapi nilai amal orang yang pertama lebih tinggi dari pada orang yang kedua.
Sabda Rasulullah SAW :
ج ب يغتب ص ف ك اأ ع ه ي يا Artinya:” Allah tidak menerima amal. Kecuali amal yang dikerjakan
dengan ikhlas karena dia semata-mata dan dimaksudkan untuk mencari keridhaa-Nya. (H.R Ibnu Majah). (Humaidi, 1991: 151-152)
Contohnya, ketika ada temannya yang kurang mampu dan ia kemudian menolong dengan memberikan sedikit dari uang sakunya itu karena ia memang benar-benar karena niat ia membantu dan jauh dari niat ia yang semata-mata karena ingin dipuji oleh teman yang lain. d. Qana’ah
Qana’ah adalah menerima dengan rela apa yang ada atau
i
Qana’ah dalam pengertiannya yang luas sebenarnya
mengandung 5 perkara yaitu:
1) Menerima dengan rela apa yang ada.
2) Memohon kepada tuhan tambahan yang pantas, disertai dengan usaha atau ikhtiar.
3) Menerima dengan sabar ketentuan Tuhan. 4) Bertawakal kepada Tuhan.
5) Tidak tertarik oleh tipu daya dunia.
Kita tidak lupa daratan kalau sedang beruntung, dan jauh pula dari sifat-sifat tamak dan rakus terhadap duniawi. Sebaliknya kita juga tidak begitu kacau balau, susah dan gelisah kalau sedang merugi, apalagi sampai menjadi gila, dan kemudian bunuh diri karena putus asa. (Humaidi, 1991: 153-154)
Contoh, Anak diberi nasihat oleh bapak/ibunya mengenai pekerjaan ayah/ibu yang menjadi TKI sehingga dia bisa menerima keadaan keluarganya itu.
Menurut Suseno masih ada lagi yang harus ditanamkan pada diri anak tersebut yaitu
e. Kesediaan untuk bertanggung jawab
i
1) Kesediaan untuk melakukan apa yang harus dilakukan dengan sebaik mungkin. Bertanggung jawab berarti suatu sikap terhadap tugas yang membebani kita. Kita merasa tertarik untuk menyelesaikannya, demi tugas itu sendiri. Kita akan melaksanakan dengan sebaik mungkin, meskipun dituntut pengorbanan atau kurang menguntungkan atau ditentang oleh orang lain. Tugas itu bukan merupakan masalah di mana kita berusaha untuk menyelamatkan diri tanpa menimbulkan kesan yang buruk, melainkan tugas itu kita rasakan sebagai sesuatu yang mulia.
2) Kesediaan sikap bertanggung jawab mengatasi segala etika peraturan. Etika peraturan hanya mempertanyakan apakah sesuatu itu boleh atau tidak. Sedangkan sikap bertanggung jawab merasa terikat pada hal yang dinilai perlu. Seperti para siswa yang istirahat pada jam sekolah, karena memang saat itu jam untuk istirahat.
i
4) Kesediaan sikap bertanggung jawab adalah kesediaan untuk diminta, dan untuk memberikan pertanggung jawaban atas tindakan-tindakannya, atas pelaksanaan tugas dan kewajibannya.
Contohnya, ketika ada PR (Pekerjaan Rumah) si anak mampu mengerjakan tugas-tugas itu dengan baik dan selalu dikerjakan. Tidak minta bantuan dari orang lain yang di suruh mengerjakannya karena dalam diri anak itu sudah bebar-benar tertanam rasa tanggung jawab.
f. Kerendahan hati
Yang dimaksud dengan kerendahan hati disini adalah kita merendahkan diri, melainkan kita melihat diri kita seadanya. Kekuatan batin untuk melihat diri kita sesuai dengan kenyataannya. Dengan rendah hati kita betul-betul bersedia untuk memperhatikan dan menanggapi setiap pendapat orang lain, bahkan untuk seperlunya mengubah pendapat kita sendiri. (Suseno, 1987:145-149).
Contohnya, anak bisa menerima pendapat dari temannya ketika ia sedang berdiskusi di sekolah dengan teman-temannya meskipun ia harus mengorbankan pendapat dirinya sendiri.
i B. Keluarga TKI (Tenaga Kerja Indonesia)
1. Pengertian Keluarga TKI(Tenaga Kerja Indonesia)
Pengertian keluarga dapat disimpulkan dari berbagai pendapat paea ahli dibawah ini:
a. Menurut Syaiful Bahri Djamarah (2004: 16) Keluarga adalah Sebagai sebuah institusi yang terbentuk karena ikatan perkawinan. Didalamnya hidup bersama pasangan suami istri secara sah karena pernikahan. Mereka hidup bersama sehidup semati, ringan sama dijinjing, berat sama dipikul, selalu rukun dan damai dengan suatu tekad dan cita-cita untuk membentuk keluarga bahagia dan sejahtera lahir dan batin.
b. Menurut Soelaeman secara psikologi, keluarga adalah sekumpulan orang yang hidup bersama dalam tempat tinggal bersama dan masing-masing anggota merasakan adanya pertautan batin sehingga terjadi saling mempengaruhi, saling memperhatikan, dan saling menyerahkan diri. c. F.J. Brown berpendapat bahwa ditinjau dari sudut pandang sosiologis.
Keluarga dapat diartikan dua macam yaitu (a) dalam arti luas keluarga meliputi semua pihak yang ada hubungan darah atau keturunan maupun yang ada hubungan dengan “clan” atau marga, dan (b) dapat arti sempit
keluarga meliputi orang tua dan anak.
Pengertian TKI(Tenaga Kerja Indonesia)
i
pasca bekerja di luar Negeri di dalam suatu hubungan kerja dengan menerima upah atau imbala dalam bentuk lain. (Tim PSGK, 2007:11) b. Menurut Mughni(2004) adalah setiap orang yang akan, sedang, dan pasca
bekerja di luar negeri di dalam suatu hubungan kerja dengan menerima upah dan imbalan dalam bentuk lain (Tim PSGK, 2007:11-12)
c. Tenaga Kerja Indonesia (TKI) adalah sebutan bagi warga negara Indonesia yang bekerja di luar negeri (seperti Malaysia, Timor-Leste, Papua Nugini, Australia dan Filipina) dalam hubungan kerja untuk jangka waktu tertentu dengan menerima upah. Namun demikian, istilah TKI seringkali dikonotasikan dengan pekerja kasar (http://sosbud.kompasiana.com/2010/11/30/tki-adalah-komoditi/ TKI itu _Pahlawan Devisa_)
Jadi Keluarga TKI adalah sebuah institusi yang di dalamnya hidup bersama-sama yang terdiri dari ayah, ibu, anak, dan ada pula yang ketambahan dengan saudaranya yang mana ayah atau ibu sedang bekerja di luar negeri.
i
dilahirkan dalam keadaan fitrah dan membawa potensi masing-masing, tugas orang tua adalah memberikan kebaikan pada anak sehingga anak juga akan terbentuk menjadi anak yang baik.
2. Faktor penyebab menjadi TKI (Tenaga Kerja Indonesia)
Menjadi keluarga TKI yidak begitu saja semata-mata karena keinginan saja, akan tetapi karena adanya beberapa faktor yang memaksa bapak/ibu kerja menjadi TKI.
Adapun faktor-faktor itu adalah: a. Faktor tekanan Ekonomi
Salah satu sumber tekanan sosial menurut mantra (1985: 182) adalah faktor ekonomi. Tekanan ekonomi muncul ketika tanah produktif tidak lagi mampu memberikan surplus bagi pemiliknya, kegagalan masyarakat memasuki ruang formal untuk bekerja, dan tingginya beban finansial yang harus ditanggung. (Tim PSGK, 2007: 31)
b. Faktor tekanan Psikologis
Sumber tekanan sosial yang kedua menurur Mantra (1985:182) adalah faktor tekanan psikologis. Sekalipun tekanan psikologis ini tidak terlepas dari persoalan sosial-ekonomi yang ada namun sifatnya berbeda dengan tekanan ekonomi real. Pada tekanan psikologi keutuhan ekonomi yang muncul lebih disebabkan karena faktor image. Orang membayangkan “hidup miskin”bukan karena benar-benar tidak mampu memenuhi
i
miliki orang .perbedaan status sosial-ekonomi melahirkan tekanan psikologis karena kecemburuan sosial. Kecemburuan sosial masyarakat muncul ketika menyaksikan kehidupan pendatang dan para TKI yang sukses. (Tim PSGK, 2007: 34)
c. Faktor kemudahan prosedur menjadi TKI (Tenaga Kerja Indonesia)
Faktor ketiga yang mempengaruhu minat masyarakat untuk menjadi TKI adalah kemudahan dalam hal prosedur pendaftaran. Calon TKI dapat mendaftar langsung ke kantor PJTKI (Penyaluran Jasa Tenaga Kerja Indonesia) yang terdekat.
Mendaftar langsung ke kantor PJTKI bukan satu-satunnya jalan untuk mendaftar menjadi TKW. Beberapa orang yang kerap disebut masyarakat sebagai sponsor aktif mencari calon-calon TKI. Mereka menggunakan system jemput bola dengan masuk kekampung-kampung untuk mencari calon-calon TKI.
i
Dari berbagai macam faktor yang di alami oleh para keluarga TKI salah satunya adalah faktor ekonomi. Dengan semakin bertambahnya kebutuhan hidup seseorang dan semakin minimnya pemasukan karena sempitnya lapangan pekerjaan di tanah air, ini memaksakan para WNI(Warga Negara Indonesia) untuk mengadu nasib mereka untuk menjadi TKI ke berbagai Negara.
3. Kendala dan pemecahan yang dihadapi dalam keluarga TKI(Tenaga
Kerja Indonesia)
a. Aspek pendidikan formal
1)Kurangnya motivasi belajar anak
Kurangnya motivasi atau dukungan keluarga terhadap pendidikan anak. Oranng tua anak-anak yang umumnya memiliki pendidikan rendah. Kurangnya pengalaman mendidik anak inilah yang membuat mereka kurang memotivasi anak dalam belajar.( Tim PSGK,2007: 64)
i
dapat yaitu nilai yang jelek dan kadang tidak naik kelas lebih parahnya lagi anak itu males belajar yang akhirnya putus sekolah. 2)Kurangnya kepedulian orang tua dalam pendidikan anak.
Kurangnya kepedulian orang tua terhadap pendidikan anak hal ini ditunjukkan dalam pandangan orang tua yang menganggap bahwa sekolah tinggi tidak menjamin masa depan anak. Orang tua menganggap bahwa pendidikan itu tidak penting karena ukuran keberhasilan dalam masyarakat umumnya bersifat material. Kaum terdidik akan bersikap positif pada pendidikan sebab memandang pendidikan sebagai investasi tanpa menyempitkan maknanya sebagi investasi yang mendatangkan keuntungan materi. Sebaliknya mereka yang berpandangan matrealistis cenderung mengaitkan pendidikan dengan pemenuhan kebutuhan materi.(Muna, 2007: 86)
i 3)Putus sekolah
Ada banyak faktor yang menyebabkan anak putus sekolah, diantaranya adalah karena kesulitan biaya kesulitan biaya ini bermakna dua yakni tidak ada biaya atau ada biaya akan tetapi tidak dialokasikan pada pendidikan anak. Karena para TKI atau mantan TKI umumnya menyatakan bahwa penghasilan sebagai TKI digunakan untuk hal yang mereka pandang paling penting seperti membangun rumah. Tidak ada para TKI yang menyatakan bahwa uang kiriman digunakan untuk biaya sekolah anak.(Muna, 2007: 84-85)
Anak-anak TKI yang memiliki motivasi kurang serta kurangnya kepeduliaan dari orang tua mereka membuat anak tidak memiliki semangat untuk sekolah dan akhirnya putus sekolah yang disertai orang tua yang masa bodoh terhadap sekolahnya dan kadang justru malah senang karena biaya yang seharusnya untuk pendidikan anaknya di alokasikan ke hal yang lain yang dianggap mereka lebih penting.
b. Pengasuhan anak selama ditinggal bapak/ibu menjadi TKI(Tenaga Kerja Indonesia)
i
Ada beberapa pengganti yang berperan menjadi pengasuh anak-anak TKI yaitu nenek, bapak/ibu(bapak kalau yang menjadi TKI adalah Ibu, dan sebaliknya). Sebagian anak TKI diasuh oleh neneknya terutama bila mereka masih balita(bawah tiga tahun) ketika ditinggal ibu yang menjadi TKI. Biasanya juga melibatkan anak yang lebih tua untuk membantu. Suami yang menjadi pengasuh anak juga mengerjakan pekerjaan domestic lainnya dalam rumah serta bekerja mencari nafkah.anak-anak yang umumnya berusia minimal dua setengah tahun saat ditinggal ibunya. Pertimbangannya adalah si A sudah berjalan, berbicara, dan disapih dari menyusui ibu.
2)Apa saja problem pengasuhan anak yang dirasakan oleh figure pengganti bapak/ibu
Beberapa problem pengasuhan yang dialami anak dan keluarga TKI adalah pertama, persoalan kualitas pengasuhan dimana pengasuh mengalami kesulitan mengendalikan perilaku anak, anak tidak memperoleh pengasuhan secara optimal, anak tidak mengali bapak/ibunya ketika pulang, dan kehilangan figure seorang bapak/ibu. Kedua, masalah tanggung jawab dan peran pengasuhan di mana bapak/ibu kurang memiliki tanggung jawab dan peran dalam pengasuhan anak.(Muna, 2007: 87)
i
yang memiliki peran orang tua lengkap dalam mengasuh anak-anaknya dapat di tarik kesimpulannya bahwa sesungguhnya akan sangat berat resiko yang di hadapi oleh keluarga TKI dalam mendidik anak-anaknya apalagi kalau masih masa sekolah atau masa anak-anak.
Maka dari itu melalui permasalahan-permasalahan itu dapat diambil pemecahannya yaitu:
 Orang tua tidak lagi memberikan kebebasan terhadap anak, sehingga dalam
bertingkah laku sehari-hari tidak menyimpang terhadap norma
 Anak lebih didorong untuk lebih memenuhi kebutuhan spiritualnya dengan
cara orang tua memondokkan anaknya ke Pondok Pesantren atau mengaji ditempat-tempat tertentu (Masjid. Mushola, rumah pak ustad, dll)
 Orang tua lebih selektif dalam menuruti keinginan anak, sehingga anak
tidak menjadi manja.
 Orang tua banyak mendampingi anak, memberi nasehat, teguran, apabila
anak sedang melakukan penyimpangan.
 Melibatkan anak kedalam keluarga, sehingga peran anak ada dan anak tidak
merasa diremehkan.
(
http://digilib.umm.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jiptummpp-gdls12004soehartini1379&PHPSESSID=42d6ee65b827a38f44956092d28ba
985)
i
Perilaku anak akan tergantung pada orang tuannya bagaimana cara dia menanamkan nilai-nilai akhlak. Anak dilahirkan dalam keadaan kosong dan tidak tau apa-apa, tidak tau mana yang baik dan juga mana yang buruk. Oleh karena itu, pembentukan akhlak itu merupakan tugas utama bagi orang tuannya. Akan dijadikan anak yang berakhlak baik atau malah justru sebaliknya yaitu akhlak yang buruk.
i
anak itu akan menjadi anak yang berprilaku baik. begitu juga sebaliknya apabila yang ditiru itu memiliki perilaku yang baik memiliki jiwa penyayang, jiwa yang bertanggung jawab, teladan yang baik, serta tercipta keluarga yang religious maka anak akan menjadi pribadi yang baik pula. Memiliki sifat-sifat yang tidak jauh dari objeknya.
Tanamkanlah pada diri mereka untuk selalu berakhlakul karimah, berikanlah contoh-contoh yang baik, anak akan melihat perilaku orang tuannya mulai dia membuka mata sampai menutup mata lagi, mulai bangun tidur sampai mau tidur lagi. Karena itu mau tidak mau memang sudah menjadi tugas kodrati orang tua terhadap anaknya yang harus bertanggung jawab seutuhnya atas perkembangan anaknya.
Dari uraian diatas jelaslah bahwa peran orang tua dalam pendidikan anak di keluarga sangatlah besar. Tidak berlebihan apabila dikatakan bahwa orang tua adalah central teacher dalam keluarga. Hal ini disebabkan setiap anak mendapatkan pendidikan pertama kali dan biasanya yang paling membekas dari orang tuanya. Orang tua dapat menanamkan pembiyasaan dan member teladan yang baik agar dapat mempengaruhi anak untuk melakukan nilai-nilai akhlak dan mengembangkan potensinya.
Ada peribahasa yang mengatakan bahwa (“Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya”), artinya seorang anak tidak akan jauh watak, prilaku, tabiat, dan
i Seperti Sabda Rosulullah SAW
ب ريﺧ كي
ك ا ٰ ع
Artinya:“Ajarkanlah kebaikan kepada anak-anak kamu dan keluarga kamudan didiklah mereka. (H.R. Abdur Razaq dan said bin Mansur).
Maka jika para orang tua pada keluarga TKI ingin memiliki anak yang berperilaku yang baik hendaknya tanamkanlah nilai-nilai akhlak pada diri anak itu dengan sebaik mungkin sesuai dengan ajaran-ajaran agama dan norma dalam masyarakat. Memang sangat sulit sekali untuk menjadi orang tua tunggal yang dituntut untuk berperan ganda mendidik anaknya, harus bekerja ekstra dalam mendidik anaknya. Akan tetapi hal itu tidak akan menjadi sulit jika keduanya mau saling pengertian.
C. Karakteristik anak dalam setiap fase perkembangan
Menurut Zakiyah Daradjat dalam bukunya ilmu jiwa agama, perkembangan anak sebagai berikut:
1. Usia Kanak-kanak 0 - 6 tahun 2. Usia Anak-anak 6 – 12 tahun 3. Usia Remaja 13 – 16 tahun 4. Usia Dewasa 17 – 21 tahun
i
tersendiri, ciri-ciri tersebut bisa dilihat pada setiap fase perkembangan di bawah ini:
a. Usia Kanak-kanak 0 - 6 tahun
Pendidikan keagamaan dan kepribadian sudah mulai sejak anak dalam kandungan, apa yang dilakukan oleh ibu ketika mengandung dapat mempengaruhi perkembangan jiwa anak yang akan lahir. Perkembangan akhlak anak sebelum sekolah terjadi secara tidak formil dalam keluarga, setiap perbuatan yang ada di depannya sebagai bahan ajar anak. Perbuatan yang ada di lingkungan anak secara terus-menerus itu akan menjadikan anak semakin dapat meniru perbuatan yang diciptakan oleh ayah maupun ibu, sehingga anak tidak akan jauh dari perbuatan sehari-hari yang dilakukan orang tua dalam lingkungan keluarga. Orang tua harus hati-hati dalam bersikap di depan anak karena ke mana arah sikap akhlak anak ditentukan pada sikap akhlak lingkungan keluarga.
b. Usia Anak-anak 6 – 12 tahun
i
bertambah fungsi agama bagi anak seperti ketika anak berumur 10 tahun ke atas maka agama memiliki fungsi akhlak dan sosial bagi anak.
c. Usia Remaja 13 – 16 tahun
Setelah si anak melalui umur 12 tahun, berpindah dari masa kanak-kanak yang terkenal tenang dan tidak suka debat. Pertumbuhan jasmani yang cepat menimbulkan kecemasan pada remaja sehingga menimbulkan kegoncangan emosi pada anak remaja. Nilai-nilai agama dan akhlak bisa juga mengalami kegoncangan pada masa ini.
d. Usia Dewasa 17 – 21 tahun
Batas perkembangan akhlak anak dalam tahapan sebenarnya tidak tajam, masa remaja akhir ini dapat dikatakan anak pada masa ini dikatakan sempurna dari segi jasmani dan kecerdasan termasuk akhlak pada anak sudah terbentuk menjadi karakter yang kuat (Daradjat, 1993:109).
i
Pada fase ini anak diajarkan adab, sopan santun, akhlak, juga merupakan masa pelatihan kewajiban seorang muslim seperti shalat dan puasa.
Pada fase ini orang tua di tuntut untuk melakukan berbagai macam hal yaitu: a Orang tua harus bisa lebih mengembanngkan rasa iman dalam diri
anak-anak
b Orang tua harus membiyasakan anak-anak melakukan amalan-amalan sebagai permulaan hidup menurut agama islam yang diridhoi oleh Allah SWT
c Orang tua harus memberikan bimbingan dalam menegakkan sifat-sifat kemasyarakatan anak.
d Orang tua harus memupuk kecerdasan, kecekatan dan keterampilan melalui latihan-latihan panca indra.
e Orang tua harus Membantu anak mencapai kematangan fisik dan mental untuk belajar di sekolah.
i BAB III
PAPARAN DATA DAN PENEMUAN PENELITIAN
A. Gambaran Umum Daerah Penelitian
1. Letak Dan Keadaan Geografis
Kelurahan Pucakwangi memiliki Luas Wilayah 190, 024 Ha, daerah yang sangat cocok untuk profesi pertanian ini dipadati dengan jumlah penduduk sebanyak 2.784 jiwa, dengan rincian jumlah penduduk laki-laki sebanyak 1.380 jiwa, dan jumlah penduduk perempuan sebanyak 1.404 jiwa yang menetap di 3 dusun yaitu dusun Pucung, dusun kemlokolegi, dan dusun Dawuhan dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 829 terbagi dalam 21 RT, 5 RW. Untuk batas wilayah Desa Pucakwangi Kecamatan Pageruyung Kabupaten Kendal adalah sebagai berikut:
a Sebelah utara : Desa Pageruyung b Sebelah selatan : Desa Petung c Sebelah barat : Desa Bangunsari d Sebelah timur : Desa krikil 2. Keadaan Penduduk
i TABEL I
JUMLAH PENDUDUK MENURUT USIA
NO KELOMPOK UMUR (TAHUN)
LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH
1 0<1 47 34 81
2 1>5 112 93 205
3 6-10 103 117 220
4 11-15 97 102 199
5 16-20 109 112 221
6 21-25 238 233 471
7 26-30 132 146 278
8 31-40 201 211 412
9 41-50 124 125 249
10 51-60 114 118 232
11 60 keatas 103 113 216
JUMLAH 1.380 1.404 2.784
(dokumentasi arsip kantor kelurahan Pucakwangi, dikutip tgl 3-juni-2011 )
i
gagap teknologi karena penduduk yang berpendidikan di atas SLTA juga masih banyak. Untuk lebih jelasnya dapat di lihat di tabel di bawah ini :
TABEL II
JUMLAH PENDUDUK MENURUT PENDIDIKAN
NO JENIS PENDIDIKAN LAKI-LAKI
PEREMPUAN JUMLAH
1 Tidak Sekolah 92 122 214
2 TK/Play Group 25 24 49
3 Belum Tamat SD 223 245 468
4 Tidak Tamat SD 117 106 223
5 Tamat SD 208 231 439
6 Tamat SLTP 409 418 827
7 Tamat SLTA 231 263 494
8 Tamat
akademik/Diploma
19 21 40
9 Sarjana keatas 14 16 30
JUMLAH 1.338 1.446 2.784
(dokumentasi kantor kelurahan Desa Pucakwangi, dikutip tanggal 3-juni 2011)
i
keberagaman profesi yang di anggap mereka paling tepat sebagai mata pencaharian. Hal ini lebih bisa di pahami melalui tabel di bawah ini :
TABEL III
JUMLAH PENDUDUK MENURUT MATA PENCAHARIAN
NO JENIS PEKERJAAN LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH
1 PNS 13 7 20
2 TNI - - -
3 Polri - - -
4 Pegawai Swasta 46 39 85
5 Pensiunan 5 - 5
6 Pengusaha 5 3 8
7 Buruh Bangunan 9 4 13
8 Buruh Industri 2 2 4
9 Buruh Tani 206 198 404
10 Petani 512 309 821
11 Peternak 10 3 13
12 Nelayan - - -
13 Pedagang 217 23 240
14 Lain-Lain 24 52 76
i
(dokumentasi arsip kantor kelurahan Pucakwangi, dikutip tgl 3-juni-2011 )
Tabel di bawah ini menjelaskan tentang jumlah keluarga secara lebih rinci di bidang administratif :
TABEL IV
JUMLAH KEPALA KELUARGA
NO URAIAN LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH
1 Jumlah Kepala Keluarga 737 92 829
2 Keluarga yang sudah mempunyai KK
729 85 814
3 Keluarga yang belum Mempunyai KK
12 7 19
(Arsip kantor kelurahan desa Pucakwangi tanggal 3-juni-2011 )
Masyarakat Desa Pucakwangi Kecamatan Pageruyung Kabupaten Kendal bisa dibilang sangat religious karena masyarakat desa Pucakwangi mayoritas memeluk agama islam. Untuk lebih jelasnya lagi perhatikan table dibawah ini:
TABEL V
JUMLAH PENDUDUK MENURUT AGAMA
i
AGAMA LAKI
1 Islam 1.380 1.404 2.784
2 Kristen - - -
3 Katolik - - -
4 Hindu - - -
5 Budha - - -
6 Khonghucu - - -
JUMLAH 1.380 1.404 2.784
(dokumentasi arsip kantor kelurahan Pucakwangi, dikutip tgl 3-juni-2011 )
Semua masyarakat Desa Pucakwangi Kecamatan Pageruyung Kabupaten Kendal memeluk agama Islam jadi tidak terdapat sarana tempat ibadah yang lain. Untuk mengetahui sarana tempat ibadah yang ada bisa dilihat table dibawah ini:
TABEL VI
TEMPAT IBADAH
No NAMA TEMPAT JUMLAH
1 Masjid 2
2 Mushola 13
JUMLAH 15
i
Jumlah Keluarga TKI di Desa Pucakwangi Kecamatan Pageruyung Kabupaten Kendal saat ini mencapai 120 orang dengan tujuan Negara yang berbeda-beda.
Untuk lebih jelasnya dapat di lihat di tabel berikut ini : TABEL VII
JUMLAH TKI
NO NAMA DUSUN JUMLAH TKI
1 PUCUNG 52
2 KEMLOKOLEGI 50
3 DAWUHAN 28
JUMLAH 120
(Arsip kantor kelurahan desa Pucakwangi periode juli-2011 )
3. Struktur Pemerintahan
Struktur pemerintahan Kelurahan Pucakwangi Kecamatan Pageruyung Kabupaten Kendal adalah sebagai berikut:
Kepala Desa : Teguh Santosa Sekretaris Desa : Masrur
Kasi Keuangan : H. Yono Mahrus Kasi Umum : Maskuroh Kaur Pembangunan : Sumadi Istamar Kaur Kemasyarakatan : Khosi’in
i Kadus Kemlokolegi : Amin Sutrisno Kadus Dawuhan : Nur yasin B. Diskripsi Penanaman Nilai Akhlak anak
Responden yang diteliti adalah:
a. Seorang yang sudah menikah kemudian ditinggal salah satu pasangannya karena pasangannya bekerja menjadi TKI.
b. Memiliki anak yang berumur 6-12 tahun, dan penelitiannya di Kelurahan Pucakwangi Kecamatan Pageruyung Kabupaten Kendal tahun 2010.
Dari berbagai keluarga TKI di Desa Pucakwangi kecamatan Pageruyung Kabupaten Kendal bulan Juli 2011 adalah 120 TKI yang kebanyakan dari seorang istri yang menjadi TKI yang biasanya di sebut dengan sebutan TKW(Tenaga Kerja Wanita) dan yang memiliki ciri-ciri sesuai dengan kriteria yang diteliti adalah keluarga TKI maka peneliti mengambil 12 keluarga TKI untuk diteliti Jadi daftar responden yang berhasil untuk diteliti adalah sebagai berikut dengan nama asli. Adapun daftar responden yang memenuhi untuk di teliti adalah :
TABEL VIII
Daftar Responden dan Para TKI
NO NAMA SUAMI / RESPONDEN
UMUR NAMA ISTRI / TKI
UMUR NEGARA
TUJUAN
1 USMAN 32 tahun SUMINI 29 tahun SINGAPURA
i
3 MAHROJI 31 tahun TARYATI A 29 tahun ARAB SAUDI
4 MAARIF 29 tahun WARSI 25 tahun MALAYSIA
5 JUNAEDI 30 tahun FARKHATUN 28 tahun MALAYSIA 6 ROKHIMAN 40 tahun JUWARIYAH 33 tahun MALAYSIA
7 SEMAN 34 tahun SUTRIAH 31 tahun MALAYSIA
8 JUDHI 44 tahun TARYATI B 34 tahun MALAYSIA
9 SENO 41 tahun SALPIYAH 35 tahun MALAYSIA
10 RUSTAM 33 tahun JI’ATI 29 tahun MALAYSIA
11 SILO 29 tahun PURWATI 25 tahun SINGAPURA
12 PAIZUN 28 tahun PUJI ASTUTIK
22 tahun MALAYSIA
(Arsip kantor kelurahan desa Pucakwangi periode juli-2011 )
Hasil dari proses wawancara dan observasi yang dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut :
1. Bapak Usman (32 tahun)
i
karena faktor ekonomi, minimnya gaji suami yang bekerja menjadi kernet Angkutan Umum, meningkatnya kebutuhan hidup mulai dari biaya sekolah anaknya yang bernama Wahyu Nafiudin 11 tahun yang sekarang masih duduk di bangku SD kelas 4, dan adiknya yang bernama Rimaya Yanafisa 3 tahun, serta mahalnya kebutuhan sehari-hari yang sudah menjadi kebutuhan pokok manusia.
Ibu Sumini bekerja menjadi TKI sudah 3X berangkat yang pertama, menjadi TKI di Malaysia selama 2 tahun, yang kedua, masih di tempat semula di Malaysia selama 2 tahun, dan yang ketiga, menjadi TKI di Singapura dan sudah berjalan selama 1 tahun nanti bulan Oktober.
Kesibukan bapak Usman menjadi seorang kernet sekaligus menjadi orang tua sepenuhnya yang berperan menggantikan seorang ibu untuk anak-anaknya tidak lantas lupa akan mendidik anak-anaknya. Karena bapak Usman sadar betul akan anaknya yang merupakan titipan dari yang maha kuasa yang harus dijaga dan dibina agar menjadi anak yang sholih dan solikhah.
Bapak dua orang anak ini selalu mengajarkan anak-anaknya untuk berbuat baik dan ikhlas dalam menjalankan hidup seperti yang telah diutarakan sebagai berikut:
i
agar anak-anak saya menjadi anak yang berpendidikan dengan begitu
kan kami sebagai orang tuanya bangga” (Usman, 07-07-2011)
Dalam pendidikan akhlak untuk kedua anaknya bapak usman meminta bantuan kepada pihak sekolahan untuk memonitoring tingkah laku anaknya. Selain memberikan penanaman akhlak dirumah bapak Usman memperayakan pendidikan akhlak anaknya ke TPA(taman pendidikan al-Qur’an) /MDA(Madrasah Diniah Awaliah), serta ngaji sore
di tempat pak ustad. 2. Bapak Ationo (33 tahun)
Bapak Ationo adalah seorang bapak yang bekerja menjadi serabutan. Bapak yang satu ini mau menerima pekerjaan apa saja yang penting halal dan menghasilkan uang. Pekerjaan yang biasanya ia terima yaitu menjadi buruh metik cengkeh, kopi, mlinjo, dll. Bapak dari 2 orang anak ini harus mendidik anaknya sendirian tanpa istri disampingnya. Anak yang pertama bernama Ahmad Irham 12 tahun dan anak kedua yang bernama Widi Yulaikhah 10 tahun yang sekarang duduk di bangku SD kelas 4.
i
ditegur dan di nasehati. Seperti yang diungkapkan bapak Ationo berikut ini:
”Kulo niku pengen anak-anak kulo gadah akhlak seng sae, saget jujur lan mboten ngapusi, mergo niku kulo awasi terus kapan mawon, misale nek salah langsung kulo nasihati amargo to mbk salah sekedik mawon kulo ngajari niku bakal dados masalah ageng ” (Ationo, 07-07-2011)
Bapak Ationo selalu mengawasi anaknya agar tidak terjadi perilaku yang menyimpang, maka dari itu bapak Ationo juga meminta sang Nenek dari Widi dan Irham untuk ikut mengawasi anak-anaknya ketika bapak Ationo sedang bekerja. Bapak Ationo memang sangat mempedulikan anak-anaknya, terutama dengan pendidikannya. Ia menyempatkan datang apabila ada undangan untuk wali murid serta tidak pernah menyuruh saudaranya untuk menggantikannya, karena itu merupakan kesempatan yang paling bagus yaitu selain ia bisa menghadiri undangan sekolah ia juga bisa menanyakan keadaan anaknya di sekolah. Terutama tingkah laku anaknya, serta perkembangan akhlak anak selama disekolah.
3. Bapak Mahroji (31 tahun)