• Tidak ada hasil yang ditemukan

CHEMICAL BIOSENSOR GLUCOSE SENSOR: A WEARABLE NONINVASIVE GLUCOSE MONITOR USING NIR ABSOPTION

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "CHEMICAL BIOSENSOR GLUCOSE SENSOR: A WEARABLE NONINVASIVE GLUCOSE MONITOR USING NIR ABSOPTION"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

MATA KULIAH ELEKTRONIKA BIOMEDIK

CHEMICAL BIOSENSOR

GLUCOSE SENSOR: A WEARABLE NONINVASIVE

GLUCOSE MONITOR USING NIR ABSOPTION

Filbert

0403030446

DEPARTEMEN ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS INDONESIA

DEPOK

(2)

ABSTRAK

Penyakit diabetes sangat berbahaya karena dapat menimbulkan resiko seperti

kebutaan, amputasi, dan bahkan kematian. Karena itu para penderita penyakit diabetes memerlukan suatu kontrol terhadap kadar gula darah dalam tubuhnya.

Oleh sebab itu kadar gula darah dalam tubuh mereka harus diketahui untuk diagnosa dan perawatan diabetes tersebut. Dalam perkembangannya, ada banyak sensor

glukosa yang telah dikembangkan, mulai dari yang pertama kali yaitu elektroda enzim glukosa oleh Clark dan Lyons pada tahun 1962, in vivo glucose monitoring, ferrocene mediators, personal glucose meter, electrical wiring of enzymes, in vivo glucose sensor,

dan wearable noninvasive glucose monitor yang diluncurkan oleh Cygnus Inc. Dan yang akan dibahas adalah mengenai wearable noninvasive glucose monitor.

Kata kunci: diabetes, kadar gula darah, sensor glukosa, elektroda enzim glukosa, in vivo glucose monitoring, ferrocene mediators, personal glucose meter, electrical wiring of

(3)

ABSTRACT

Diabetes is very dangerous because it can cause many risks such as blindness, amputation, and even death. Thus, the victims of the Diabetes should need a control about their blood glucose.

Their blood glucose needs to know in order to diagnosis and treatment of this disease. In the progress, there are many glucose sensor developed, starting from glucose enzyme electrode by Clark and Lyons in 1962, in vivo glucose monitoring, ferrocene mediators, personal glucose meter, electrical wiring of enzymes, in vivo glucose sensor,

and wearable noninvasive glucose monitor manufactured by Cygnus Inc. And it will be discussed about wearable noninvasive glucose monitor.

(4)

BAB I DIABETES

Glukosa adalah karbohidrat utama yang bersirkulasi di dalam tubuh. Glukosa adalah salah satu tipe dari gula. Ketika seseorang berbicara mengenai glukosa darah, berarti mengacu kepada jumlah (kadar) glukosa di dalam darah.

Diabetes atau sering juga disebut sebagai Diabetes Mellitus, menggambarkan kadar glukosa yang lebih banyak daripada normal di dalam darah. Ada banyak sebab dan tipe dari diabetes, namun semuanya mengacu pada kadar glukosa yang berlebih di dalam darah.

Darah membawa glukosa ke setiap sel dalam tubuh. Sel-sel tersebut menggunakan

glukosa sebagai sumber bahan bakar (tenaga). Glukosa masuk ke sel dan terjadilah proses metabolisme (pembakaran), dan memberikan energi ke sel. Untuk semua sel, glukosa adalah sumber energi utama. Untuk beberapa sel, seperti sel-sel otak, glukosa hanyalah satu-satunya sumber energi yang dapat digunakan, mereka tidak dapat melakukan tugasnya tanpa glukosa.

Jika glukosa tidak dapat mencapai sel dengan tepat, glukosa tersebut akan bertumpuk di darah, tidak ada yang dituju. Ini menghasilkan jumlah glukosa yang lebih tinggi di darah. Peristiwa tersebut disebut juga hyperglycemia (hyper artinya lebih tinggi daripada normal, glyc artinya glukosa, dan emia artinya di dalam darah). Ketika kadar glukosa di darah tersebut mencapai tingkat tertentu, maka kita mengklasifikasikan sebagai Diabetes.

Dalam kondisi puasa (tidak makan atau minum selama 8 jam), tingkat normal glukosa dalam darah adalah kurang dari 6,1 mmol/L (atau antara 80 dan 90 mg/100 mL). Ketika kadar glukosa dalam darah lebih besar dari 6,9 mmol/L, dalam kondisi puasa, maka hal ini dapat didiagnosis sebagai diabetes.

Glukosa dapat berasal dari:

1. Makanan. Setelah kita makan, maka makanan dihancurkan oleh usus atas dan diserap, sebagian dalam bentuk glukosa. Kemudian langsung masuk ke darah dan

(5)

2. Hati. Tubuh harus dapat memproduksi glukosa sendiri. Bila tidak demikian, maka setiap kali kita kelaparan, maka sel akan mengambil dari glukosa darah sehingga glukosa darah kita akan turun, lama kelamaan akan habis, dan dengan sendirinya tidak ada energi yang disuplai.

Istilah lain yang sangat berkaitan dengan diabetes adalah insulin. Insulin adalah suatu hormon (suatu zat kimia yang bersirkulasi di darah dan mempengaruhi banyak sel di berbagai bagian dari tubuh). Insulin dibuat oleh sel khusus di pankreas yang disebut sel beta, yang berlokasi di sekumpulan sel yang disebut islets. Setelah pembentukan dan pelepasan oleh sel beta, insulin bersirkulasi di dalam darah, menuju ke seluruh sel.

Insulin bertindak dengan mekanisme seperti gembok dan kunci. Pada setiap sel ada

“pintu” dimana glukosa dapat masuk. Tetapi pintu itu tetap terkunci sampai insulin datang. Insulin adalah kunci yang membuka pintu. Ketika insulin tersedia dan “pintu

telah terbuka” maka glukosa dapat masuk. Ketika glukosa meninggalkan darah untuk

masuk ke sel, glukosa darah yang tersisa akan turun konsentrasinya. Karena itu, efek utama dari insulin adalah menurunkan glukosa darah.

Diabetes dapat digolongkan menjadi 2 tipe, yaitu:

1. Diabetes tipe I, dimana penderita jenis diabetes ini mengandalkan penyuntikan insulin untuk bertahan hidup (paling tidak satu kali satu hari). Sangat penting untuk memeriksa kadar gula darahnya sesering mungkin.

2. Diabetes tipe II, dimana penderita penyakit ini tidak tergantung dari penyuntikan insulin. Untuk itu maka diperlukan diet, olahraga, dan obat-obatan untuk mengatur jenis diabetes ini.

(6)

BAB II

NON-INVASIVE GLUCOSE MONITOR

Salah satu media untuk mengukur konsentrasi glukosa darah adalah non-invasive glucose monitor. Alat ini mengukur glukosa darah melalui kulit, tidak dari darah

(mengambil darah dari jari (finger-prick)), karena itu dinamakan noninvasive. Gambar 1 adalah gambar dari salah satu contoh non-invasive glucose monitor, yang dibuat oleh SugarTrac™:

Tingkat glukosa diukur dan ditampilkan secara otomatis setiap 20 menit selama 12 jam. Selain itu, The GlucoWatch Biographer juga menciptakan suatu electronic diary

yang merekam 4000 nilai untuk menentukan perkembangan dari glukosa darah.

Ada bermacam-macam teknologi untuk noninvasive glucose monitoring ini. Salah satunya adalah dengan menggunakan teknik optikal yang berbasiskan spektroskopik. Teknik tersebut meliputi near-infrared absorbtion/diffuse reflectance, Raman scattering, dan polarimetry technique serta near-infrared scattering technique. Namun yang akan dibahas hanya yang pertama saja, yaitu near-infrared absorption/diffuse reflectance.

Near-Infrared Absorption/Diffuse Reflectance: Pengantar

Teknik ini adalah yang paling tua dan yang paling sering dikembangkan. Teknik ini menggunakan gelombang dekat-inframerah (near-infrared – untuk selanjutnya akan disingkat NIR), yaitu gelombang dengan panjang gelombang antara 700 sampai 2.500 nm.

(7)

Ketika suatu jaringan diradiasikan dengan radiasi NIR maka jaringan tersebut dapat saja menyerap, mengirimkan, atau memencarkan sinar tersebut. Peristiwa demikian digambarkan dalam gambar 2.

Penyerapan foton hasil radiasi tersebut disebabkan karena adanya kelebihan gerakan dan kombinasi dari getaran molekul, dan pemencaran disebabkan karena ketidak-kontinuan pada indeks refraksi dari jaringan pada tingkat mikroskopik. Koefisien penyerapan dan pemencaran yang dilambangkan dengan µa dan µs berurut-turut, dengan satuan mm-1 adalah tingkat dari energi radiasi yang hilang –d dz φ karena penyerapan dan pemencaran tiap pertambahan panjang unit photon di suatu jaringan. Dalam pemantulan difusi, sinar yang dipencarkan kembali ke permukaan setelah “pencuplikan” volume jaringan yang dikehendaki akan dianalisis (gambar 2).

Secara umum/garis besar proses dari teknik NIR absorption digambarkan dalam gambar 3. Tiap molekul dapat menyerap sinar dengan frekuensi yang tertentu yang bersesuaian dengan getarannya dan osilasi perputarannya. Lebih lanjut, konsentrasi dari suatu molekul tertentu mempunyai hubungan yang linear dengan intensitas dari puncak

Gambar 2. Kemungkinan jalannya foton pada kulit dan jaringan

(8)

penyerapan (Hukum Beer), yang dapat digunakan untuk memprediksi konsentrasi molekul tertentu dalam zat. Intensitas pada puncak penyerapan diberikan oleh:

A = µaλlc

dimana µa adalah koefisien penyerapan, l adalah panjang jalan, dan c adalah konsentrasi.

Pertimbangan Panjang Gelombang

Karena tiap molekul dapat menyerap sinar pada frekuensi tertentu saja, maka tugas pertama adalah untuk menentukan panjang gelombang berapa yang cocok. Glukosa dapat menyerap banyak sinar mulai dari NIR sampai dengan mid-infrared (selanjutnya disebut MIR), yaitu mulai dari 800 nm sampai 10 µ m, meskipun tidak semuanya baik. Puncak pada daerah MIR bersesuaian dengan getaran fundamental, dimana di NIR, mereka bersesuaian dengan getaran kombinasi dan overtone. Daerah panjang gelombang NIR mempunyai beberapa kelebihan untuk diagnosis in vivo dibandingkan MIR.

Dalam rentang ini, air, komponen yang paling dominan pada darah dan jaringan menyerap banyak sinar MIR, sehingga kurang baik. Sebaliknya NIR dapat penetrasi ke kulit sampai 1 cm. Sehingga dapat disimpulkan vahwa gelombang yang baik adalah mulai dari 700 nm sampai 1900 nm (NIR).

Jenis Spektrometer

Untuk menghasilkan spektrum sinarnya ada beberapa cara yaitu teknik dispersi dan teknik transformasi Fourier. Spektrometer dispersi menggunakan prisma untuk mendispersikan sinar menjadi spektrum yang terdiri dari beberapa panjang gelombang. Sebuah celah digunakan untuk memilih yang mana yang akan memasuki detektor. Diagram optiknya ditunjukkan pada gambar 4.

(9)

Cara lain yang dapat digunakan untuk memecah sinat menjadi spektrum-spektrumnya adalah dengan menggunakan teknik interferometrik. Skema dari spektrometer ini yang menggunakan interferometer Michelson ditunjukkan gambar 5.

Suatu sinar yang ditembakkan dari sumber memasuki interferometer dan kemudian ke beam-splitter, dimana sebagian dipantulkan dan sebagian lagi dikirimkan. Sinar yang dipantulkan menuju ke cermin yang bergerak dan yang diam dan kemudian akan direkombinasi di beam-splitter, dan dicerminkan ke sample dan akhirnya ke detektor. Begitu salah satu cermin bergerak, dua sinar yang direkombinasi mengalami interferensi amplitude karena perbedaan jalan. Hal ini menghasilkan interferogram, yang dapat dilihat oleh detektor dan direkam oleh komputer. Interferogram ini kemudian dilakukan transformasi Fourier untuk menghasilkan spectrum dari sinar yang ditransmisikan dari

(10)

sampel. Interferometer yang kedua dengan laser dan detektor laser digunakan sebagai pengatur posisi dan kecepatan dari cermin yang bergerak.

Sistem dispersi yang menggabungkan prisma dan celah keluar, hanya elemen spektrum yang disampel oleh detektor pada suatu waktu. Sebaliknya, pada spektroskopi transformasi Fourier, akan mengevaluasi semua panjang gelombang yang datang pada detektor secara bersamaan, yang menghasilkan keluaran yang tinggi. Keuntungan lainnya dari teknik interferometri adalah superioritas pada perbandingan sinyal terhadap derau (signal-to-noise ratio – selanjutnya disebut SNR). Secara teori, semua spektrometer dapat menampilkan suatu SNR yang meningkat jika spektra dirata-ratakan. Tetapi, hal ini tergantung pada fakta bahwa spektra bisa dilapis. Segala perpindahan kesalahan antara spektra dapat menyebabkan bentuk pita terdistorsi, dan sebagai hasilnya, SNR akan gagal

meningkat. Sistem interferometer yang menggunakan laser He-Ne untuk trigger akuisisi data dan pengendalian gerak adalah sangat stabil. Ini adalah alasan mengapa kita menggunakan spectrometer transformasi Fourier.

Desain Spektrometer Transformasi Fourier untuk NIR

Disini akan diberikan perhitungan bagaimana meningkatkan SNR dari spektrometer. Secara umum diagram blok untuk spektrometer transformasi Fourier adalah digambarkan pada gambar 6.

Rumus untuk SNR diberikan oleh:

Dimana Uv(T)adalah kepadatan spectral pada bilangan gelombang v dari suatu sumber

benda hitam pada temperature T (W / sr.cm2.cm-1), Θ adalah keluaran (throughput) dari system (cm2.sr), Δv adalah resolusi dari spectrum (cm-1), t adalah waktu dalam sekon, ζ

(11)

adalah efisiensi karena loss yang disebabkan oleh komponen-komponen optik, dan NEP adalah kepanjangan dari noise equivalent power, yaitu sensitivitas figure-of-merit dari detektor (W.Hz-1/2).

Untuk memulai analisis desain, kita akan memulai dengan melihat dua batasan atau parameter yang tetap, yaitu kebutuhan resolusi dan rentang bilangan gelombang untuk bekerja. Untuk penyerapan NIR, resolusi 32 cm-1 biasanya cukup. Untuk desain ini, resolusi terbaik yang dapat dicapai diputuskan 10 cm-1, dan rentang bilangan gelombang antara 14300 cm-1 dan 5000 cm-1, yang bersesuaian dengan rentang panjang gelombang1 antara 700 dan 2000 nm.

Pertimbangan Detektor

Derau pada detektor adalah yang paling mendasar dan tidak dapat dihindarkan. Sensitivitas dari detektor inframerah biasanya dinyatakan dalam NEP. Ia menyatakan energi yang dibutuhkan untuk membangkitkan suatu response yang sama dengan tingkat derau pada system detektor (atau untuk menghasilkan SNR = 1) seperti yang diukur pada amplifier keluaran pada frekuensi yang diberikan. NEP didefinisikan sebagai arus derau (A.Hz-1/2) dibagi dengan responsivitas (WA-1). Semakin baik detektornya maka NEPnya semakin kecil karena hal ini berarti memberikan SNR yang semakin besar. Hal lain yang perlu dipertimbangkan adalah luasnya. Semakin luas maka semakin banyak sinar yang dapat diterima. NEP semakin naik.

Pertimbangan interferometer dan optik

Setelah diberikan resolusinya, maka dapat dihitung selisih jalan l, yang pada interferometer bersisi-dua, sama dengan jarak total dari cermin yang berjalan. Resolusi berbanding terbalik dengan jarak.

Karena adanya ketidaksempurnaan sinar mencapai beam splitter dan cermin, interferensi wavefront-splitting (pemisahan muka-gelombang) terjadi, yang menghasilkan

lingkaran pinggir (circular fringes) ketika cermin dan beam splitter diluruskan. Untuk

(12)

menghindari ini, kita menggunakan filter spasial. Dimana diameter celahnya diberikan oleh persamaan:

---(*)

Dimana f adalah panjang focus dari lensa yang mengumpulkan sinar memandu sinar memasuki interferometer.

Sebelum kita memutuskan panjangnya focus, kita mempertimbngkan keluarannya (throughput) terlebih dahulu. Keluaran didefinisikan sebagai:

---(**)

Dimana ΩD adalah sudut dari sinat yang akan difokuskan pada detektor (Sr). Untuk lensa focus dengan diameter d dan panjang focus f, maka

Desain selanjutnya dari spectrometer adalah bagaimana keluaran dibatasi oleh

keluaran detektor. Keluaran spectrometer didefinisikan sebagai:

---(***)

Dimana AB adalah area dari xinar yang bertubrukan masuk ke interferometer, dan

max

v adalah frekuensi gelombang sinar tertinggi pada spectrum. Menyamakan persamaan

(**) dan (***) memberikan hubungan antara α dan AB. α harus dipilih untuk memaksimalkan energi dengan batasan penyimpangan optik. Dengan kembali ke persamaan (*) kita dapat menghitung diameter celah.

Percobaan

Suatu Nicolet Magna-IR 860 yang dilengkapi dengan detektor DTGS dan beamsplitter CaF2 digunakan untuk menentukan efek dari glukosa pada air dan darah manusia. Spektra didapatkan pada mode transmisi, dengan resultan spektra transmisi diubah ke plot

(13)

penyerapan. Sampel ditempatkan pada suatu 10 mm pathlength quartz cuvette. Untuk setiap larutan, spektra dari larutan murninya direkam. Lalu suatu komposisi bubuk D-glucose ditambahkan.

.

Gambar 8 dan 9 menunjukkan suatu spektrum dengan-air dan glukosa-dengan-serum berturut-turut. Dalam setiap grafik, spektra dari setiap pelarut dikurangi.

Gambar 8. Gambar spektra dari larutan air karena penambahan glukosa

(14)

Menggunakan spektrometer ini, perubahan spektra karena glukosa dapat direkam pada 7 mmol/L pada larutan air dan 10 mmol/L pada serum darah, yang bersesuaian dengan rentang psikologi yang lebih tinggi.

Dapat dilihat bahwa kehadiran glukosa mempengaruhi penterapan pada bilangan gelombang sekitar 7150 cm-1 (1400 nm). Juga tampaknya ada beberapa pengaruh pada sekitar 5400 cm-1 (1850 nm), yang seharusnya diinvestigasi lebih lanjut. Hasil ini membuktikan spektroskopi NIR adalah suatu teknik yang dapat dikerjakan dengan mudah untuk pengukuran glukosa.

Beberapa masalah

1. Akurasi rendah karena SNR. Untuk konsentrasi psikologi, glukosa memproduksi sedikit perubahan ang dapat dihitung pada keluaran spektral di daerah NIR, karena fakta bahwa konsentrasi glukosa di dalam darah sangat kecil, sekitar 0.1% untuk yang normal.

2. Kesalahan pembacaan karena variasi jaringan. Hasil telah menunjukkan bahwa variasi jaringan telah menyebabkan perubahan pada spektra keluaran, yang menghasilkan data tidak dapat diproduksi kembali dan butuh untuk kalibrasi yang sering. Perubahan ini mungkin disebabkan karena adanya perubahan temperatur kulit, konsentrasi hemoglobin, dan berbagai yang lainnya.

Pembacaan Glukosa

Pada dasarnya, spektrum penyerapan glukosa adalah unik, namun ia bertindihan dengan spektra-spektra yang lainnya, seperti pada gambar 10. Untuk menguraikan spektra tersebut, dapat digunakan berbagai macam teknik seperti partial least-squares regression.

Setelah spektrum glukosa tersebut didapatkan, maka didapatkan puncak intensitas penyerapannya. Semula kita telah memilih berapa panjang gelombang yang akan digunakan. Oleh karena itu, menurut hukum Beer yang telah diuraikan diatas, yaitu

(15)

Dengan A, µa, λ, dan l yang telah diketahui dari hasil pengukuran, maka nilai konsentrasi

c dapat diketahui. Setelah itu dapat dilihat, jika kadar glukosanya melebihi 6,9 mmol/L, maka orang tersebut telah mengalami diabetes.

(16)

BAB III KESIMPULAN

Untuk mengukur konsentrasi glukosa dalam darah dapat dipakai metode noninvasive, yaitu suatu metode yang tidak menggunakan darah. Metode noninvasive

tersebut banyak jenisnya, salah satunya yang menggunakan penyerapan NIR.

Peralatan yang digunakan untuk metode tersebut meliputi beberapa pertimbangan, seperti pertimbangan panjang gelombang yang akan digunakan, spectrometer, detektor, interferometer, dan optik.

(17)

DAFTAR PUSTAKA

[1] J Wang. Glucose Biosensors: 40 Years of Advances and Challenges. Department of Chemistry and Biochemistry, New Mexico State University.

[2] Prof. Kamal Youcef-Toumi and Vidi A. Saptari. Noninvasive Blood Glucose Using Near Infrared Spectroscopy.

[3] Jonathon T. Olesberg. Noninvasive Blood Glucose Monitoring in the 2.0 – 2.5 µm Wavelength Range. Department of Chemistry and the Optical Science and Technology Center The University of Iowa.

[4] Prof. Kamal Youcef-Toumi and Vidi A. Saptari. Noninvasive Blood Glucose Quantitation using Spectroscopic-based Optical Technique.

Gambar

Gambar 1. Non-invasive glucose monitoring
Gambar 2. Kemungkinan jalannya foton pada kulit dan jaringan
Gambar 4. Spektrometer dispersi
Gambar 5. Spektrometer transformasi Fourier
+4

Referensi

Dokumen terkait

- Masih kurangnya dukungan peraturan perundangan-undangan dalam pengelolaan Potensi KPHP Model Mukomuko. Analisis Lingkungan Internal. Tingginya produktivitas lahan

Oleh sebab itu para ibu diharapkan dapat beradaptasi dengan tekanan agar ibu tetap dapat menjalankan kewajibannya dalam mendampingi anak tunanetra, menjalankan

Kebijakan puritanisme oleh sultan Aurangzeb dan pengislaman orang-orang Hindu secara paksa demi menjadikan tanah India sebagai negara Islam, dengan menyerang berbagai praktek

Tanggal Pencatatan 1 AALI Astra Agro Lestari Tbk 09-Des-97 2 DSFI Dharma Samudera Fishing Ind...

Meskipun jawaban ini kuat, namun tidak sekuat jawaban (B). Jawaban ini bagus, karena memberitahukan kepada sang pewawancara bahwa Anda memiliki kemampuan yang kuat untuk

E-PURCHASING PPK 18 Pada halaman Detail Paket - tab Riwayat Paket, PPK dapat melihat proses ePurchasing produk Barang/Jasa Pemerintah yang telah dilaksanakan mulai dari paket

Berikut adalah rincian penerimaan Dana Bagi Hasil yang berasal dari pajak dan sumber Z daya X alam M sesuai dengan UU No.33 M tahun 2004 tentang M Dana Perimbangan

percaya, ketika melakukan ritual-ritual tertentu, arwah nenek moyang masuk ke dalam wayang sehingga mereka bisa berkomunikasi dengan arwah-arwah nenek moyang mereka.