• Tidak ada hasil yang ditemukan

KRISMAL TISYRI TUDAI H31110008

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "KRISMAL TISYRI TUDAI H31110008"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

Diskusi Bahan Fathur_9 march 2017

Muhammad Zakir 132240177

09 Maret, 2017 pada 01:36 PM

Ok students. Welcome on board.

Silahkan Fathur, presentasi dulu kira2 15-20 menit sebelum yang lain memberikan perrtanyaan atau sanggahan.

Berikan point2 penting yang terkait dengan bahan atau jurnal tersebut.

Monggo

Muhammad Zakir 132240177

09 Maret, 2017 pada 01:38 PM

Muhammad Zakir 132240177 wrote :

Ok students. Welcome on board.

Silahkan Fathur, presentasi dulu kira2 15-20 menit sebelum yang lain memberikan perrtanyaan atau sanggahan.

Berikan point2 penting yang terkait dengan bahan atau jurnal tersebut.

Monggo

Mana moko Fathur!

KRISMAL TISYRI TUDAI H31110008

09 Maret, 2017 pada 01:43 PM

Muhammad Zakir 132240177 wrote :

Muhammad Zakir 132240177 wrote :

Ok students. Welcome on board.

Silahkan Fathur, presentasi dulu kira2 15-20 menit sebelum yang lain memberikan perrtanyaan atau sanggahan.

Berikan point2 penting yang terkait dengan bahan atau jurnal tersebut.

Monggo

Mana moko Fathur!

mohon maaf pak sebelumnya tapi fatur masih mencari cara utk mengaplot materinya katanya pak

FATHURRAHMAN H31113315

09 Maret, 2017 pada 01:48 PM

Assalamu 'Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh dan selamat siang

hari ini saya akan memaparkan materi berjudul Karakteristik Adsorpsi Malachite Green pada Karbon Aktif yang berasal dari sekam padi yang dihasilkan oleh Proses Kimia-Termal

FATHURRAHMAN H31113315

(2)

percobaan ini yaitu sekam padi karena mampu menyerap

beberapa senyawa fenolik dan herbisisda paraquat seperti yang dilaporkan dari sebuah jurnal.

material yang digunakan pada proses ini yaitu sekam padi kering dengan komposisi 16% silika, 14% lignin, 36% selulosa, 22% hemiselulosa, 3% bahan ekstraktif dan 9% kelembaban, adapun bahan kimia yang digunakan yakni NaOH (99%) dan H2SO4 (85%) sebagai activator, air suling sebagai penetralisir

FATHURRAHMAN H31113315

09 Maret, 2017 pada 02:03 PM

adapun tahap yang dilakukan yaitu:

1. proses karbonisasi di mana sekam kering direndam semalam dalam H2SO4 dengan konsentrasi 10% dan 20%. sekam disaring dan dikeringkan pada suhu sekitar 85oC dalam oven semalam dan kemudian dikarbonisasi pada suhu 400-650oC selama 30 menit.

2. proses karbonisasi juga tapi menggunakan NaOH dengan konsentrasi 10% pada suhu 30oC dan 100oC selama 1 jam dalam larutan parafin. sekam dikeringkan pada suhu 85oC dalam oven dan meninggalkan semalam. lalu dikarbonisasi pada suhu 500oC selama 30 menit.

DIAN PUTRI AYUNITA H31114511

09 Maret, 2017 pada 02:04 PM

Kenapa sampai dikatakan sekam padimampu menyerap beberapa senyawa fenolik dan herbisida seperti yg dikatakan?

AYU HARTINA H31114019

09 Maret, 2017 pada 02:05 PM

Apa yang di maksud herbisisda paraquat dan bagaimana caranya sehingga sekam padi dapat menyerap herbisisda paraquat

tersebut?

Muhammad Zakir 132240177

09 Maret, 2017 pada 02:05 PM

Bahannay fathur bisa di down load di folder Tugas Essay

KRISMAL TISYRI TUDAI H31110008

09 Maret, 2017 pada 02:08 PM

FATHURRAHMAN H31113315 wrote :

adapun tahap yang dilakukan yaitu:

1. proses karbonisasi di mana sekam kering direndam semalam dalam H2SO4 dengan konsentrasi 10% dan 20%. sekam disaring dan dikeringkan pada suhu sekitar 85oC dalam oven semalam dan kemudian dikarbonisasi pada suhu 400-650oC selama 30 menit.

(3)

500oC selama 30 menit.

apakah fungsi dari dua tahap dalam proses karbonisasi ?

Muhammad Zakir 132240177

09 Maret, 2017 pada 02:09 PM

Determination of silica

Silica and carbonaceous material content of the samplewas determined by heating at 700 C in an atmosphericfurnace to constant mass. The residue and themass losses were considered as silica and carbonaceousmaterials respectively.

Bisa ditanyakan :)

ZULFAJRI H31114005

09 Maret, 2017 pada 02:10 PM

FATHURRAHMAN H31113315 wrote :

adapun tahap yang dilakukan yaitu:

1. proses karbonisasi di mana sekam kering direndam semalam dalam H2SO4 dengan konsentrasi 10% dan 20%. sekam disaring dan dikeringkan pada suhu sekitar 85oC dalam oven semalam dan kemudian dikarbonisasi pada suhu 400-650oC selama 30 menit.

2. proses karbonisasi juga tapi menggunakan NaOH dengan konsentrasi 10% pada suhu 30oC dan 100oC selama 1 jam dalam larutan parafin. sekam dikeringkan pada suhu 85oC dalam oven dan meninggalkan semalam. lalu dikarbonisasi pada suhu 500oC selama 30 menit.

bagaimanakah hasil yang di peroleh dari 2 proses karbonisasi tersebut ?

FATHURRAHMAN H31113315

09 Maret, 2017 pada 02:14 PM

KRISMAL TISYRI TUDAI H31110008 wrote :

FATHURRAHMAN H31113315 wrote :

adapun tahap yang dilakukan yaitu:

1. proses karbonisasi di mana sekam kering direndam semalam dalam H2SO4 dengan konsentrasi 10% dan 20%. sekam disaring dan dikeringkan pada suhu sekitar 85oC dalam oven semalam dan kemudian dikarbonisasi pada suhu 400-650oC selama 30 menit.

2. proses karbonisasi juga tapi menggunakan NaOH dengan konsentrasi 10% pada suhu 30oC dan 100oC selama 1 jam dalam larutan parafin. sekam dikeringkan pada suhu 85oC dalam oven dan meninggalkan semalam. lalu dikarbonisasi pada suhu 500oC selama 30 menit.

(4)

sebagai pengaktivator

sekedar meralat, bukan H2SO4 tapi H3PO4

FATHURRAHMAN H31113315

09 Maret, 2017 pada 02:16 PM

ZULFAJRI H31114005 wrote :

FATHURRAHMAN H31113315 wrote :

adapun tahap yang dilakukan yaitu:

1. proses karbonisasi di mana sekam kering direndam semalam dalam H2SO4 dengan konsentrasi 10% dan 20%. sekam disaring dan dikeringkan pada suhu sekitar 85oC dalam oven semalam dan kemudian dikarbonisasi pada suhu 400-650oC selama 30 menit.

2. proses karbonisasi juga tapi menggunakan NaOH dengan konsentrasi 10% pada suhu 30oC dan 100oC selama 1 jam dalam larutan parafin. sekam dikeringkan pada suhu 85oC dalam oven dan meninggalkan semalam. lalu dikarbonisasi pada suhu 500oC selama 30 menit.

bagaimanakah hasil yang di peroleh dari 2 proses karbonisasi tersebut ?

ada tabel dari hasil ini, hanya saja saya tidak mengetahui cara mengupload gambar tersebut ke sini

KRISMAL TISYRI TUDAI H31110008

09 Maret, 2017 pada 02:22 PM

FATHURRAHMAN H31113315 wrote :

KRISMAL TISYRI TUDAI H31110008 wrote :

FATHURRAHMAN H31113315 wrote :

adapun tahap yang dilakukan yaitu:

1. proses karbonisasi di mana sekam kering direndam semalam dalam H2SO4 dengan konsentrasi 10% dan 20%. sekam disaring dan dikeringkan pada suhu sekitar 85oC dalam oven semalam dan kemudian dikarbonisasi pada suhu 400-650oC selama 30 menit.

2. proses karbonisasi juga tapi menggunakan NaOH dengan konsentrasi 10% pada suhu 30oC dan 100oC selama 1 jam dalam larutan parafin. sekam dikeringkan pada suhu 85oC dalam oven dan meninggalkan semalam. lalu dikarbonisasi pada suhu 500oC selama 30 menit.

(5)

sebagai pengaktivator

sekedar meralat, bukan H2SO4 tapi H3PO4

mengapa harus dua kali tahapan? mungkin bisa lebih detail jawabannya, dari fungsi perlakuan penambahan H3PO4 dan NaOH?

ABDUL GAFFAR H31114317

09 Maret, 2017 pada 02:24 PM

FATHURRAHMAN H31113315 wrote :

adapun tahap yang dilakukan yaitu:

1. proses karbonisasi di mana sekam kering direndam semalam dalam H2SO4 dengan konsentrasi 10% dan 20%. sekam disaring dan dikeringkan pada suhu sekitar 85oC dalam oven semalam dan kemudian dikarbonisasi pada suhu 400-650oC selama 30 menit.

2. proses karbonisasi juga tapi menggunakan NaOH dengan konsentrasi 10% pada suhu 30oC dan 100oC selama 1 jam dalam larutan parafin. sekam dikeringkan pada suhu 85oC dalam oven dan meninggalkan semalam. lalu dikarbonisasi pada suhu 500oC selama 30 menit.

Apakah 2 tahap karbonisasi di atas merupakan tahap yg berkesinambungan ataukah pada tahap karbonisasi dapat

digunakan salah satu dari kedua tahap tersebut? Apa perbedaan penambahan aktivator H3PO4 dan NaOH?

FATHURRAHMAN H31113315

09 Maret, 2017 pada 02:24 PM

KRISMAL TISYRI TUDAI H31110008 wrote :

FATHURRAHMAN H31113315 wrote :

KRISMAL TISYRI TUDAI H31110008 wrote :

FATHURRAHMAN H31113315 wrote :

adapun tahap yang dilakukan yaitu:

1. proses karbonisasi di mana sekam kering direndam semalam dalam H2SO4 dengan konsentrasi 10% dan 20%. sekam disaring dan dikeringkan pada suhu sekitar 85oC dalam oven semalam dan kemudian dikarbonisasi pada suhu 400-650oC selama 30 menit.

(6)

500oC selama 30 menit.

apakah fungsi dari dua tahap dalam proses karbonisasi ?

sebagai pengaktivator

sekedar meralat, bukan H2SO4 tapi H3PO4

mengapa harus dua kali tahapan? mungkin bisa lebih detail jawabannya, dari fungsi perlakuan penambahan H3PO4 dan NaOH?

maaf sebelumnya, sebenarnya ini bukan dua tahapan tapi satu tahapan. jadi ada dua perlakuan yang diberikan di sini, untuk sekam padi yang pertama diberikan H3PO4 dan dikodekan PCP 10 dan PCP 20 sedangkan untuk sekam padi yang kedua

diberikan kode NCP 30 dan NCP 100

ZULFAJRI H31114005

09 Maret, 2017 pada 02:27 PM

FATHURRAHMAN H31113315 wrote :

ZULFAJRI H31114005 wrote :

FATHURRAHMAN H31113315 wrote :

adapun tahap yang dilakukan yaitu:

1. proses karbonisasi di mana sekam kering direndam semalam dalam H2SO4 dengan konsentrasi 10% dan 20%. sekam disaring dan dikeringkan pada suhu sekitar 85oC dalam oven semalam dan kemudian dikarbonisasi pada suhu 400-650oC selama 30 menit.

2. proses karbonisasi juga tapi menggunakan NaOH dengan konsentrasi 10% pada suhu 30oC dan 100oC selama 1 jam dalam larutan parafin. sekam dikeringkan pada suhu 85oC dalam oven dan meninggalkan semalam. lalu dikarbonisasi pada suhu 500oC selama 30 menit.

bagaimanakah hasil yang di peroleh dari 2 proses karbonisasi tersebut ?

ada tabel dari hasil ini, hanya saja saya tidak mengetahui cara mengupload gambar tersebut ke sini

(7)

FATHURRAHMAN H31113315

09 Maret, 2017 pada 02:28 PM

ABDUL GAFFAR H31114317 wrote :

FATHURRAHMAN H31113315 wrote :

adapun tahap yang dilakukan yaitu:

1. proses karbonisasi di mana sekam kering direndam semalam dalam H2SO4 dengan konsentrasi 10% dan 20%. sekam disaring dan dikeringkan pada suhu sekitar 85oC dalam oven semalam dan kemudian dikarbonisasi pada suhu 400-650oC selama 30 menit.

2. proses karbonisasi juga tapi menggunakan NaOH dengan konsentrasi 10% pada suhu 30oC dan 100oC selama 1 jam dalam larutan parafin. sekam dikeringkan pada suhu 85oC dalam oven dan meninggalkan semalam. lalu dikarbonisasi pada suhu 500oC selama 30 menit.

Apakah 2 tahap karbonisasi di atas merupakan tahap yg berkesinambungan ataukah pada tahap karbonisasi dapat

digunakan salah satu dari kedua tahap tersebut? Apa perbedaan penambahan aktivator H3PO4 dan NaOH?

Sudah dijelaskan dipertanyaan kak krismal barusan, perbedaan yang dihasilkan dari penambahan activator yaitu luas permukaan sekam padi tersebut di mana, sekam padi yang dikodekan PCP 10 pada suhu 400oC itu mempunyai luas permukaan 51,5 sedangkan untuk PCP20 mempunyai luas 53,4. untuk activator NaOH pada suhu 30oC mempunyai luas permukaan sebesar 59,2%

ZULFAJRI H31114005

09 Maret, 2017 pada 02:28 PM

FATHURRAHMAN H31113315 wrote :

KRISMAL TISYRI TUDAI H31110008 wrote :

FATHURRAHMAN H31113315 wrote :

KRISMAL TISYRI TUDAI H31110008 wrote :

FATHURRAHMAN H31113315 wrote :

adapun tahap yang dilakukan yaitu:

(8)

2. proses karbonisasi juga tapi menggunakan NaOH dengan konsentrasi 10% pada suhu 30oC dan 100oC selama 1 jam dalam larutan parafin. sekam dikeringkan pada suhu 85oC dalam oven dan meninggalkan semalam. lalu dikarbonisasi pada suhu 500oC selama 30 menit.

apakah fungsi dari dua tahap dalam proses karbonisasi ?

sebagai pengaktivator

sekedar meralat, bukan H2SO4 tapi H3PO4

mengapa harus dua kali tahapan? mungkin bisa lebih detail jawabannya, dari fungsi perlakuan penambahan H3PO4 dan NaOH?

maaf sebelumnya, sebenarnya ini bukan dua tahapan tapi satu tahapan. jadi ada dua perlakuan yang diberikan di sini, untuk sekam padi yang pertama diberikan H3PO4 dan dikodekan PCP 10 dan PCP 20 sedangkan untuk sekam padi yang kedua

diberikan kode NCP 30 dan NCP 100

artinya ada 2 hasil berbeda yang di dapatkan ??

REZKY NOVRIDHA H31110271

09 Maret, 2017 pada 02:33 PM

Apa fungsi parafin pada proses karbonisasi dengan NaOH? Pada karbonisasi dengan H3PO4 tidak menggunakan parafin.

FATHURRAHMAN H31113315

09 Maret, 2017 pada 02:33 PM

ZULFAJRI H31114005 wrote :

FATHURRAHMAN H31113315 wrote :

ZULFAJRI H31114005 wrote :

FATHURRAHMAN H31113315 wrote :

adapun tahap yang dilakukan yaitu:

1. proses karbonisasi di mana sekam kering direndam semalam dalam H2SO4 dengan konsentrasi 10% dan 20%. sekam disaring dan dikeringkan pada suhu sekitar 85oC dalam oven semalam dan kemudian dikarbonisasi pada suhu 400-650oC selama 30 menit.

(9)

500oC selama 30 menit.

bagaimanakah hasil yang di peroleh dari 2 proses karbonisasi tersebut ?

ada tabel dari hasil ini, hanya saja saya tidak mengetahui cara mengupload gambar tersebut ke sini

mugkin bisa saja di simpulkan proses yang mana kah lebih baik menghasilkan karbon..?

dari jurnal yang saya upload, menjelaskan bahwa pemberian activator NaOH lebih baik daripada H3PO4 karena NaOH mampu menghilangkan silika dan meningkatkan kapasitas adsorpsi. dapat dilihat pada jurnal untuk hasil dari pemberian activator NaOH kadar silika pada sekam padi itu pada suhu 30oC tinggal 21,2% dan pada suhu 100oC tinggal 7,6%. beda halnya dengan activator H3PO4 kadar silika pada karbon aktifnya lebih dari 40%

FATHURRAHMAN H31113315

09 Maret, 2017 pada 02:34 PM

ZULFAJRI H31114005 wrote :

FATHURRAHMAN H31113315 wrote :

KRISMAL TISYRI TUDAI H31110008 wrote :

FATHURRAHMAN H31113315 wrote :

KRISMAL TISYRI TUDAI H31110008 wrote :

FATHURRAHMAN H31113315 wrote :

adapun tahap yang dilakukan yaitu:

1. proses karbonisasi di mana sekam kering direndam semalam dalam H2SO4 dengan konsentrasi 10% dan 20%. sekam disaring dan dikeringkan pada suhu sekitar 85oC dalam oven semalam dan kemudian dikarbonisasi pada suhu 400-650oC selama 30 menit.

2. proses karbonisasi juga tapi menggunakan NaOH dengan konsentrasi 10% pada suhu 30oC dan 100oC selama 1 jam dalam larutan parafin. sekam dikeringkan pada suhu 85oC dalam oven dan meninggalkan semalam. lalu dikarbonisasi pada suhu 500oC selama 30 menit.

(10)

sebagai pengaktivator

sekedar meralat, bukan H2SO4 tapi H3PO4

mengapa harus dua kali tahapan? mungkin bisa lebih detail jawabannya, dari fungsi perlakuan penambahan H3PO4 dan NaOH?

maaf sebelumnya, sebenarnya ini bukan dua tahapan tapi satu tahapan. jadi ada dua perlakuan yang diberikan di sini, untuk sekam padi yang pertama diberikan H3PO4 dan dikodekan PCP 10 dan PCP 20 sedangkan untuk sekam padi yang kedua

diberikan kode NCP 30 dan NCP 100

artinya ada 2 hasil berbeda yang di dapatkan ??

yup

DIAN PUTRI AYUNITA H31114511

09 Maret, 2017 pada 02:37 PM

Jadi diantara dua tahapan itu yg paling efektif yg mana?

AYU HARTINA H31114019

09 Maret, 2017 pada 02:37 PM

Maaf sebelumnya kk knp pertanyaan di awal forum belum d tanggapi?

FATHURRAHMAN H31113315

09 Maret, 2017 pada 02:47 PM

AYU HARTINA H31114019 wrote :

Apa yang di maksud herbisisda paraquat dan bagaimana caranya sehingga sekam padi dapat menyerap herbisisda paraquat

tersebut?

herbisida paraquat merupakan agen pengendalian gulma yang diharapkan dapat menekan pertumbuhan gulma. ketika terkena sinar matahari akab bereaksi menghasilkan hidrogen peroksida yang dapat merusak membran sel dan seluruh organ tanaman.

KRISMAL TISYRI TUDAI H31110008

09 Maret, 2017 pada 02:49 PM

FATHURRAHMAN H31113315 wrote :

ZULFAJRI H31114005 wrote :

FATHURRAHMAN H31113315 wrote :

ZULFAJRI H31114005 wrote :

(11)

adapun tahap yang dilakukan yaitu:

1. proses karbonisasi di mana sekam kering direndam semalam dalam H2SO4 dengan konsentrasi 10% dan 20%. sekam disaring dan dikeringkan pada suhu sekitar 85oC dalam oven semalam dan kemudian dikarbonisasi pada suhu 400-650oC selama 30 menit.

2. proses karbonisasi juga tapi menggunakan NaOH dengan konsentrasi 10% pada suhu 30oC dan 100oC selama 1 jam dalam larutan parafin. sekam dikeringkan pada suhu 85oC dalam oven dan meninggalkan semalam. lalu dikarbonisasi pada suhu 500oC selama 30 menit.

bagaimanakah hasil yang di peroleh dari 2 proses karbonisasi tersebut ?

ada tabel dari hasil ini, hanya saja saya tidak mengetahui cara mengupload gambar tersebut ke sini

mugkin bisa saja di simpulkan proses yang mana kah lebih baik menghasilkan karbon..?

dari jurnal yang saya upload, menjelaskan bahwa pemberian activator NaOH lebih baik daripada H3PO4 karena NaOH mampu menghilangkan silika dan meningkatkan kapasitas adsorpsi. dapat dilihat pada jurnal untuk hasil dari pemberian activator NaOH kadar silika pada sekam padi itu pada suhu 30oC tinggal 21,2% dan pada suhu 100oC tinggal 7,6%. beda halnya dengan activator H3PO4 kadar silika pada karbon aktifnya lebih dari 40%

menurut saudara mengapa NaOH (basa kuat ) lebih baik daripada H3PO4 (asam kuat) dalam hal mendeterminasi silika ?

FATHURRAHMAN H31113315

09 Maret, 2017 pada 02:51 PM

FATHURRAHMAN H31113315 wrote :

AYU HARTINA H31114019 wrote :

Apa yang di maksud herbisisda paraquat dan bagaimana caranya sehingga sekam padi dapat menyerap herbisisda paraquat

tersebut?

(12)

yang dapat merusak membran sel dan seluruh organ tanaman.

jadi cara kerja dari karbon aktif ini tergantung dari suhu

karbonisasinya seperti yang dijelaskan tadi. kalau penggunaan H3PO4 itu suhu optimum pada suhu 500oC maka akan dihasilkan karbon yang menunjukkan kapasitas adsorpsi sebanding dengan karbon aktif komersial, kalau pada penggunaan NaOH dapat menghilangkan kadar silika sehingga dapat meningkatkan kapasitas adsorbsi

AYU HARTINA H31114019

09 Maret, 2017 pada 02:51 PM

FATHURRAHMAN H31113315 wrote :

AYU HARTINA H31114019 wrote :

Apa yang di maksud herbisisda paraquat dan bagaimana caranya sehingga sekam padi dapat menyerap herbisisda paraquat

tersebut?

herbisida paraquat merupakan agen pengendalian gulma yang diharapkan dapat menekan pertumbuhan gulma. ketika terkena sinar matahari akab bereaksi menghasilkan hidrogen peroksida yang dapat merusak membran sel dan seluruh organ tanaman.

Bagaimana caranya/prosesnya sekam padi tersebut dapat menyerap herbisida paraquat

FATHURRAHMAN H31113315

09 Maret, 2017 pada 02:53 PM

AYU HARTINA H31114019 wrote :

FATHURRAHMAN H31113315 wrote :

AYU HARTINA H31114019 wrote :

Apa yang di maksud herbisisda paraquat dan bagaimana caranya sehingga sekam padi dapat menyerap herbisisda paraquat

tersebut?

herbisida paraquat merupakan agen pengendalian gulma yang diharapkan dapat menekan pertumbuhan gulma. ketika terkena sinar matahari akab bereaksi menghasilkan hidrogen peroksida yang dapat merusak membran sel dan seluruh organ tanaman.

(13)

sedikit meluruskan yang diserap disini Malchite green seperti yang saya jelaskan di awal tadi. untuk herbisida paraquat itu hasil peneliti dari Rahman et. all

AYU HARTINA H31114019

09 Maret, 2017 pada 02:54 PM

FATHURRAHMAN H31113315 wrote :

FATHURRAHMAN H31113315 wrote :

AYU HARTINA H31114019 wrote :

Apa yang di maksud herbisisda paraquat dan bagaimana caranya sehingga sekam padi dapat menyerap herbisisda paraquat

tersebut?

herbisida paraquat merupakan agen pengendalian gulma yang diharapkan dapat menekan pertumbuhan gulma. ketika terkena sinar matahari akab bereaksi menghasilkan hidrogen peroksida yang dapat merusak membran sel dan seluruh organ tanaman.

jadi cara kerja dari karbon aktif ini tergantung dari suhu

karbonisasinya seperti yang dijelaskan tadi. kalau penggunaan H3PO4 itu suhu optimum pada suhu 500oC maka akan dihasilkan karbon yang menunjukkan kapasitas adsorpsi sebanding dengan karbon aktif komersial, kalau pada penggunaan NaOH dapat menghilangkan kadar silika sehingga dapat meningkatkan kapasitas adsorbsi

Jdi cara kerja dr sekam padi untuk mnyerap tergantung pada suhunya saja? Atau berpengaruh pada aktivatornya?

KRISMAL TISYRI TUDAI H31110008

09 Maret, 2017 pada 02:54 PM

KRISMAL TISYRI TUDAI H31110008 wrote :

FATHURRAHMAN H31113315 wrote :

ZULFAJRI H31114005 wrote :

FATHURRAHMAN H31113315 wrote :

ZULFAJRI H31114005 wrote :

FATHURRAHMAN H31113315 wrote :

(14)

1. proses karbonisasi di mana sekam kering direndam semalam dalam H2SO4 dengan konsentrasi 10% dan 20%. sekam disaring dan dikeringkan pada suhu sekitar 85oC dalam oven semalam dan kemudian dikarbonisasi pada suhu 400-650oC selama 30 menit.

2. proses karbonisasi juga tapi menggunakan NaOH dengan konsentrasi 10% pada suhu 30oC dan 100oC selama 1 jam dalam larutan parafin. sekam dikeringkan pada suhu 85oC dalam oven dan meninggalkan semalam. lalu dikarbonisasi pada suhu 500oC selama 30 menit.

bagaimanakah hasil yang di peroleh dari 2 proses karbonisasi tersebut ?

ada tabel dari hasil ini, hanya saja saya tidak mengetahui cara mengupload gambar tersebut ke sini

mugkin bisa saja di simpulkan proses yang mana kah lebih baik menghasilkan karbon..?

dari jurnal yang saya upload, menjelaskan bahwa pemberian activator NaOH lebih baik daripada H3PO4 karena NaOH mampu menghilangkan silika dan meningkatkan kapasitas adsorpsi. dapat dilihat pada jurnal untuk hasil dari pemberian activator NaOH kadar silika pada sekam padi itu pada suhu 30oC tinggal 21,2% dan pada suhu 100oC tinggal 7,6%. beda halnya dengan activator H3PO4 kadar silika pada karbon aktifnya lebih dari 40%

menurut saudara mengapa NaOH (basa kuat ) lebih baik daripada H3PO4 (asam kuat) dalam hal mendeterminasi silika ?

maaf asam lemah mksd sy

FATHURRAHMAN H31113315

09 Maret, 2017 pada 02:57 PM

AYU HARTINA H31114019 wrote :

FATHURRAHMAN H31113315 wrote :

FATHURRAHMAN H31113315 wrote :

AYU HARTINA H31114019 wrote :

Apa yang di maksud herbisisda paraquat dan bagaimana caranya sehingga sekam padi dapat menyerap herbisisda paraquat

(15)

herbisida paraquat merupakan agen pengendalian gulma yang diharapkan dapat menekan pertumbuhan gulma. ketika terkena sinar matahari akab bereaksi menghasilkan hidrogen peroksida yang dapat merusak membran sel dan seluruh organ tanaman.

jadi cara kerja dari karbon aktif ini tergantung dari suhu

karbonisasinya seperti yang dijelaskan tadi. kalau penggunaan H3PO4 itu suhu optimum pada suhu 500oC maka akan dihasilkan karbon yang menunjukkan kapasitas adsorpsi sebanding dengan karbon aktif komersial, kalau pada penggunaan NaOH dapat menghilangkan kadar silika sehingga dapat meningkatkan kapasitas adsorbsi

Jdi cara kerja dr sekam padi untuk mnyerap tergantung pada suhunya saja? Atau berpengaruh pada aktivatornya?

menurut saya itu saling berkaitan.

Muhammad Zakir 132240177

09 Maret, 2017 pada 02:57 PM

Ada hal yang menarik dari phrase ini:

Phosphoric acid treated-carbonization process (PCP)

Dimana batasan antara karbonisasi dan aktivasi pada phrase tersebut!

Muhammad Zakir 132240177

09 Maret, 2017 pada 02:59 PM

menurut saudara mengapa NaOH (basa kuat ) lebih baik daripada H3PO4 (asam kuat) dalam hal mendeterminasi silika ?

BUKAN untuk menentukan silika. Coba Fathur jelaskan dengan phrase sy sebelumnya!

FATHURRAHMAN H31113315

09 Maret, 2017 pada 03:02 PM

KRISMAL TISYRI TUDAI H31110008 wrote :

KRISMAL TISYRI TUDAI H31110008 wrote :

FATHURRAHMAN H31113315 wrote :

ZULFAJRI H31114005 wrote :

FATHURRAHMAN H31113315 wrote :

ZULFAJRI H31114005 wrote :

FATHURRAHMAN H31113315 wrote :

adapun tahap yang dilakukan yaitu:

(16)

dalam H2SO4 dengan konsentrasi 10% dan 20%. sekam disaring dan dikeringkan pada suhu sekitar 85oC dalam oven semalam dan kemudian dikarbonisasi pada suhu 400-650oC selama 30 menit.

2. proses karbonisasi juga tapi menggunakan NaOH dengan konsentrasi 10% pada suhu 30oC dan 100oC selama 1 jam dalam larutan parafin. sekam dikeringkan pada suhu 85oC dalam oven dan meninggalkan semalam. lalu dikarbonisasi pada suhu 500oC selama 30 menit.

bagaimanakah hasil yang di peroleh dari 2 proses karbonisasi tersebut ?

ada tabel dari hasil ini, hanya saja saya tidak mengetahui cara mengupload gambar tersebut ke sini

mugkin bisa saja di simpulkan proses yang mana kah lebih baik menghasilkan karbon..?

dari jurnal yang saya upload, menjelaskan bahwa pemberian activator NaOH lebih baik daripada H3PO4 karena NaOH mampu menghilangkan silika dan meningkatkan kapasitas adsorpsi. dapat dilihat pada jurnal untuk hasil dari pemberian activator NaOH kadar silika pada sekam padi itu pada suhu 30oC tinggal 21,2% dan pada suhu 100oC tinggal 7,6%. beda halnya dengan activator H3PO4 kadar silika pada karbon aktifnya lebih dari 40%

menurut saudara mengapa NaOH (basa kuat ) lebih baik daripada H3PO4 (asam kuat) dalam hal mendeterminasi silika ?

maaf asam lemah mksd sy

kalau penggunaan NaOH silikanya mengendap dalam bentuk hidroksida sedangkan kalau asam dia tidak akan larut justru akan membentuk endapan

Muhammad Zakir 132240177

09 Maret, 2017 pada 03:03 PM

Manami Fathur :)

KRISMAL TISYRI TUDAI H31110008

09 Maret, 2017 pada 03:07 PM

Muhammad Zakir 132240177 wrote :

menurut saudara mengapa NaOH (basa kuat ) lebih baik daripada H3PO4 (asam kuat) dalam hal mendeterminasi silika ?

(17)

phrase sy sebelumnya!

iya pak, mohon maaf pak sebelumnya tapi sy mengutip jawaban saudara fatur yang mengatakan bahwa "dari jurnal yang saya upload, menjelaskan bahwa pemberian activator NaOH lebih baik daripada H3PO4 karena NaOH mampu menghilangkan silika dan meningkatkan kapasitas adsorpsi" sehingga saya memberikan pertanyaan tersebut, karena ada perbandingan yang dia berikan terhadap fungsi perlakuan dua senyawa tersebut dalam proses karbonisasi

Muhammad Zakir 132240177

09 Maret, 2017 pada 03:13 PM

Kita close jam 15.30 yaa

Fathur, coba buat summary diskusi!

FATHURRAHMAN H31113315

09 Maret, 2017 pada 03:13 PM

Muhammad Zakir 132240177 wrote :

Ada hal yang menarik dari phrase ini:

Phosphoric acid treated-carbonization process (PCP)

Dimana batasan antara karbonisasi dan aktivasi pada phrase tersebut!

karbonisasi adalah proses pembakaran material organik yang terkandung dalam sekam padi dan pengeluaran pengotor di mana sebagian besar unsur non carbon akan hilang pada tahap ini. yaitu pada saat pengeringan. adapun waktu activator itu ketika direndam selama waktu tertentu seperti yang dijelaskan

sebelumnya

Muhammad Zakir 132240177

09 Maret, 2017 pada 03:15 PM

KRISMAL TISYRI TUDAI H31110008 wrote :

Muhammad Zakir 132240177 wrote :

menurut saudara mengapa NaOH (basa kuat ) lebih baik daripada H3PO4 (asam kuat) dalam hal mendeterminasi silika ?

BUKAN untuk menentukan silika. Coba Fathur jelaskan dengan phrase sy sebelumnya!

(18)

2.4. Determination of silica

Silica and carbonaceous material content of the sample was determined by heating at 700 C in an atmospheric furnace to constant mass. The residue and the mass losses were considered as silica and carbonaceous materials respectively.

FATHURRAHMAN H31113315

09 Maret, 2017 pada 03:15 PM

DIAN PUTRI AYUNITA H31114511 wrote :

Kenapa sampai dikatakan sekam padimampu menyerap beberapa senyawa fenolik dan herbisida seperti yg dikatakan? sedikit dikoreksi, bukan sekam padi yang menyerap senyawa tersebut tapi karbon aktif dari sekam padi.

Muhammad Zakir 132240177

09 Maret, 2017 pada 03:18 PM

Muhammad Zakir 132240177 wrote :

KRISMAL TISYRI TUDAI H31110008 wrote :

Muhammad Zakir 132240177 wrote :

menurut saudara mengapa NaOH (basa kuat ) lebih baik daripada H3PO4 (asam kuat) dalam hal mendeterminasi silika ?

BUKAN untuk menentukan silika. Coba Fathur jelaskan dengan phrase sy sebelumnya!

iya pak, mohon maaf pak sebelumnya tapi sy mengutip jawaban saudara fatur yang mengatakan bahwa "dari jurnal yang saya upload, menjelaskan bahwa pemberian activator NaOH lebih baik daripada H3PO4 karena NaOH mampu menghilangkan silika dan meningkatkan kapasitas adsorpsi" sehingga saya memberikan pertanyaan tersebut, karena ada perbandingan yang dia berikan terhadap fungsi perlakuan dua senyawa tersebut dalam proses karbonisasi

2.4. Determination of silica

Silica and carbonaceous material content of the sample was determined by heating at 700 C in an atmospheric furnace to constant mass. The residue and the mass losses were considered as silica and carbonaceous materials respectively.

HASIL yang diperoleh (halaman 1580 jurnal):

(19)

24.8 NCP 30 C 59.2 21.2 78.8 100 C 40.0 7.6 92.4 Raw husks (no carbonization) – 18 82

Dari hasil itu, coba fikirkan dengan data konten silika yang diperoleh!

FATHURRAHMAN H31113315

09 Maret, 2017 pada 03:27 PM

Jadi kesimpulan dari diskusi ini yaitu, karbon aktif yang dihasilkan dari sekam padi memiliki kapasitas adsorpsi yang baik dan

sebanding dengan karbon aktif komersial. Yaitu ditunjukkan pada suhu karbonisasi maksimum 500oC untuk adsorpsi efektif. Hal ini diyakini bahwa malachite green yang teradsorpsi pada

permukaan karbon yang masih terdapat kehadiran silika dapat menghambat kapasitas adsorpsi. Berdasarkan

penambahan/perlakuan dan penggunaan suhu karbonisasi dapat memberikan adsorben alternatif yang menarik untuk

menghilangkan malachite green dalam air limbah yang berasal dari tekstil industry dan kegiatan budidaya.

terima kasih atas kesempatan yang diberikan dan juga partisipasi dari teman-teman

Wassalamu 'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Muhammad Zakir 132240177

09 Maret, 2017 pada 03:29 PM

TUGAS:

Sebelum diskusi:

- Setiap presenter meng up load critical review / summary dari paper yang akan didiskusikan, dengan dead line satu hari sebelum diskusi.

-Summary diupload di tugas essay. SETELAH DISKUSI:

-Setiap presenter membuat SUMMARY dari hasil diskusi yang berkembang!

-Masukkan di folder Tugas Essay --> dead line sebelum tanggal 10 APRIL 2016.

KRISMAL TISYRI TUDAI H31110008

09 Maret, 2017 pada 03:31 PM

Muhammad Zakir 132240177 wrote :

Muhammad Zakir 132240177 wrote :

KRISMAL TISYRI TUDAI H31110008 wrote :

Muhammad Zakir 132240177 wrote :

(20)

BUKAN untuk menentukan silika. Coba Fathur jelaskan dengan phrase sy sebelumnya!

iya pak, mohon maaf pak sebelumnya tapi sy mengutip jawaban saudara fatur yang mengatakan bahwa "dari jurnal yang saya upload, menjelaskan bahwa pemberian activator NaOH lebih baik daripada H3PO4 karena NaOH mampu menghilangkan silika dan meningkatkan kapasitas adsorpsi" sehingga saya memberikan pertanyaan tersebut, karena ada perbandingan yang dia berikan terhadap fungsi perlakuan dua senyawa tersebut dalam proses karbonisasi

2.4. Determination of silica

Silica and carbonaceous material content of the sample was determined by heating at 700 C in an atmospheric furnace to constant mass. The residue and the mass losses were considered as silica and carbonaceous materials respectively.

HASIL yang diperoleh (halaman 1580 jurnal):

Table 1 Yields and composition of PCP and NCP rice husks based absorbents Sample carbonized/ treated temperature Yield (%) Silica (%) Carbonaceous material (%) PCP10 400 C 51.5 40.4 59.6 500 C 46.6 47.1 52.9 650 C 42.1 68.7 31.3 PCP20 400 C 53.4 46.5 53.5 500 C 47.3 48.3 51.7 650 C 47.4 75.2 24.8 NCP 30 C 59.2 21.2 78.8 100 C 40.0 7.6 92.4 Raw husks (no carbonization) – 18 82

Dari hasil itu, coba fikirkan dengan data konten silika yang diperoleh!

pada PCP10 dan PCP20 material karbon semakin sedikit

kadarnya dan silika semakin besar kadarnya bila suhu dinaikkan, tetapi berbeda pada metode NCP.

DIAN PUTRI AYUNITA H31114511

09 Maret, 2017 pada 03:32 PM

Berarti tugasnya paling lambat dikirim malam ini pak?

KRISMAL TISYRI TUDAI H31110008

09 Maret, 2017 pada 03:33 PM

Muhammad Zakir 132240177 wrote :

TUGAS:

Sebelum diskusi:

- Setiap presenter meng up load critical review / summary dari paper yang akan didiskusikan, dengan dead line satu hari sebelum diskusi.

(21)

SETELAH DISKUSI:

-Setiap presenter membuat SUMMARY dari hasil diskusi yang berkembang!

-Masukkan di folder Tugas Essay --> dead line sebelum tanggal 10 APRIL 2016.

Referensi

Dokumen terkait

Perubahan geometri bundaran (overlay eksisting dengan rancangan) ditunjukkan pada Gambar 6. Sedangkan hasil ancangan bundaran ditunjukkan seperti Gambar 7..

Pemilik mengambil barang niaga sebanyak RM 400 untuk didermakan kepada Rumah Anak Yatim Hidayah. Pembayaran Baucar

Jika support suatu itemset lebih besar atau sama dengan minimum support, maka itemset tersebut dapat dikatakan sebagai frequent itemset, yang tidak memenuhi

Berdasarkan hasil penelitian, aksara yang digunakan dalam naskah Teks Kisah Nabi Musa As dalam Naskah Teks Cerita Nabi-nabi Versi Azhari Al-Khalidi Rahmatullah

pengawasan diri, yang mampu mengatur diri dengan kekuatan iman, keterikatan diri dengan ajaran agama, mempunyai disiplin yang tinggi, taat kepada suruhan dan perintah

Simpulan yang dapat ditarik dari serangkaian proses KKN-BBM ke-54 adalah KKN-BBM merupakan salah satu media mahasiswa untuk belajar memecahkan masalah yang ada

*elanjutnya, guru membuka wawasan siswa dengan memberitahu siswa bahwa setiap kulit memiliki  jumlah orbital yang berbedabeda sesuai dengan kemampuan maksimal kulit

dalam hal ini adalah pp No. 7/1999)' status kelangkaan atau keterancaman berdasarkan pada |UCN (20i2),status boreh tidaknya diperdagangkan sesuai dengan CITES (UNEP-WCMC,