• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Motivasi dan Hasil Belajar IPA Melalui Pendekatan Discovery Learning Semester 2 Tahun Pelajaran 2017/2018

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Motivasi dan Hasil Belajar IPA Melalui Pendekatan Discovery Learning Semester 2 Tahun Pelajaran 2017/2018"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

8

yang sudah ditentukan penulis sebelumnya. Adapun teori yang akan dibahas antara lain: teori variabel X yaitu Pendekatan Discovery Learning, teori variabel Y yaitu Motivasi Belajar dan Hasil Belajar. Dalam penulisannya, penulis menggunakan beberapa literatur ilmiah sebagai sumber referensi

2.1.1 Pengertian Hasil Belajar 2.1.1.1 Pengertian Belajar

Belajar merupakan proses pada perkembangan hidup manusia. Dengan belajar manusia melakukan perubahan-perubahan kualitatif individu sehingga tingkah lakunya berkembang. Belajar adalah suatu proses, dan bukan suatu hasil. Oleh karena itu belajar berlangsung secara aktif dan integratif dengan menggunakan berbagai bentuk perbuatan untuk mencapai suatu tujuan.

Belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku dari yang belum tahu menjadi tahu, yang belum paham menjadi paham. Belajar merupakan proses ke ahar yang lebih baik. Pengertian belajar dapat didefinisikan sebagai berikut: “belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya” (Slameto, 2010:2).

Ciri-ciri perubahan tingkah laku dalam pengertian belajar adalah sebagai berikut:

1) Perubahan terjadi secara sadar

2) Perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional 3) Perbahan dalam belajar bersifat positif dan aktif

(2)

6) Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku. Slameto (2010:3-6)

Belajar adalah syarat mutlak untuk menjadi pandai dalam segala hal, baik dalam bidang ilmu pengetahuan maupun keterampilan atau kecakapan. Belajar dilakukan dengan sengaja atau tidak, dengan dibantu atau tanpa bantuan orang lain. Belajar dilakukan oleh setiap orang, baik anak-anak, remaja, orang dewasa maupun orang tua, dan akan berlangsung seumur hidup, selagi hayat di kandung badan. Dari uraian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa belajar merupakan kegiatan penting yang harus dilakukan setiap orang secara maksimal untuk dapat menguasai atau memperoleh sesuatu.

2.1.1.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar

Dalam kegiatan belajar, tentu ada berbagai faktor yang mempengaruhinya sehingga setiap individu memiliki intensitas belajar yang berbeda-beda. Menurut Slameto (2010: 54-72) ada beberapa faktor yang mempengaruhi belajar anak antara lain:

1) Faktor-faktor Intern

a) Faktor jasmaniah meliputi faktor Kesehatan, faktor Cacat tubuh.

b) Faktor psikologis meliputi faktor Intelegensi, Perhatian, Minat, Bakat, Motif, Kematangan, Kesiapan.

c) Faktor Kelelahan meliputi, Kelelahan jasmani, kelelahan rohani (bersifat psikis).

2) Faktor-faktor Ekstern

a) Faktor keluarga, meliputi: cara orang tua mendidik, Relasi antar anggota keluarga, Suasana rumah, Keadaan ekonomi keluarga, Pengertian orang tua, dan latar belakang kebudayaan.

b) Faktor sekolah, meliputi: metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode belajar, dan tugas rumah.

(3)

Faktor yang mempengaruhi dalam belajar diklasifikasikan faktor intern dan ektern. Faktor intern ini sebenarnya menyangkut faktor-faktor fisiologis dan faktor psikologis. Tetapi relevan dengan persoalan reinforcement, maka tinjauan mengenai faktor-faktor intern ini akan dikhususkan pada faktor-faktor psikologis. Kehadiran faktor psikologis dalam belajar akan memberikan andil yang cukup penting. Faktor psikologis akan senantiasa memberikan landasan dan kemudahan dalam upaya belajar secara optimal. Jika faktor psikologis tidak berjalan dengan baik maka akan memperlambat proses belajar, bahkan dapat pula menambah kesulitan dalam mengajar. Faktor-faktor psikologis dalam belajar itu adalah sebagai berikut:

1. Perhatian, maksudnya adalah pemusatan energi psikis yang tertuju kepada suatu objek pelajaran atau dapat dikatakan sebagai banyak sedikitnya yang menyertai aktivitas belajar.

2. Pengamatan, adalah cara mengenal dunia riil, baik dirinya sendiri maupun lingkungan dengan segenap panca indera.

3. Tanggapan, yang dimaksudkan adalah gambaran/bekas yang tinggal dalam ingatan setelah orang melakukan pengamatan.

4. Fantasi, adalah sebagai kemampuan untuk membentuk tanggapan-tanggapan baru berdasarkan atas tanggapan-tanggapan yang ada.

5. Ingatan, secara teoritis ingatan akan berfungsi : mencamkan atau menerima kesan dari luar, menyimpan dan memproduksi kesan.

6. Berfikir, adalah aktifitas mental untuk dapat merumuskan pengertian, menyintesis dan menarik kesimpulan.

7. Bakat, adalah salah satu kemampuan manusia untuk melakukan suatu kegiatan dan sudah ada sejak manusia itu ada.

8. Motif dan motivasi. Sardiman (2011: 45-46)

(4)

2.1.1.3 Pengertian Hasil Belajar

Pendidikan merupakan suatu proses di mana pengalaman dan informasi diperoleh sebagai hasil belajar, yang mencakup pengertian dan penyesuaian diri dari pihak peserta didik terhadap rangsangan yang diberikan kepadanya menuju ke arah pertumbuhan dan perkembangan Yamin (2016:2). Menurut Rosita (2010:244) mengemukakan bahwa “hasil belajar merupakan perubahan perilaku peserta didik yang diperoleh setelah mengikuti pembelajaran selama kurun waktu tertentu yang relatif menetap”.

Dari pengertian di atas, hasil belajar adalah perubahan tingkah laku siswa secara nyata setelah dilakukan proses belajar mengajar yang sesuai dengan tujuan pengajaran. Di sekolah hasil belajar ini dapat dilihat dari penguasaan siswa akan mata pelajaran yang ditempuhnya. Proses pengajaran yang optimal memungkinkan hasil belajar yang optimal pula. Semakin besar usaha untuk menciptakan kondisi proses pengajaran, semakin tinggi pula hasil dari pengajaran tersebut.

2.1.1.4 Pengukuran Hasil Belajar

Untuk mengukur hasil belajar siswa teknik yang digunakan dalam asesmen yaitu teknik tes dan non tes:

1. Teknik Tes

Menurut Wardani Naniek Sulistya dkk, (2012:142), Tes adalah alat ukur indikator atau kompetensi tertentu untuk pemberian angka yang jelas dan spesifik, sehingga hasilnya relatif ajeg bila dilakukan dalam kondisi yang relatif sama. Ada beberapa jenis tes yaitu:

a. Tes berdasarkan cara mengerjakannya yaitu:

1) Tes tertulis, jenis tes ini dilakukan secara tertulis dalam hal soal maupun jawaban.

2) Tes lisan, jenis tes ini dilakukan secara lisan atau tanya jawab antara guru dan siswa untuk mengetahui pemahaman siswa

(5)

b. Tes berdasarkan jawabanya yaitu:

1) Tes esei, tes ini berupa uraian sehingga menuntut siswa untuk menuliskan gagasan yang telah dipelajarai.

2) Tes Jawaban Pendek, jenis tes ini siswa diminta untuk memberikan jawaban pendek yaitu melalui rangkaian kata-kata pendek. Maupun angka angka.

3) Tes Objektif, tes yang keseluruhan informasinya diperlukan untuk menjawab tes yang teleh tersedia.

c. Jenis tes berdasarkan waktu penyelenggaraan menurut Wardani Naniek Sulistya dkk, (2012:143) yaitu:

1) Tes formatif : tes ini dilakukan saat kegiatan pembelajaran berlangsung 2) Tes sumatif: tes yang diselenggarakan untuk mengetahui hasil

pengajaran secara keseluruhan (total)

3) Pra tes dan post test, hasil pra tes digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa pada awal program pengajaran dan digunakan untuk menentukan sejauh mana kemajuan siswa, sedangkan post test, tes yang membandingkan hasil pra tes dengan hasil tes yang diselenggarakan di akhir program pengajaran.

2. Non Tes

Menurut Wardani Naniek Sulistya dkk, (2012:73), teknik non tes berisi pertanyaan atau pernyataan yang tidak memiliki jawaban benar atau salah. Teknin non tes digunakan untuk menilai ranah afektif dan psikomotorik. Macam-macam teknik Non Tes adalah sebagai berikut:

1) Unjuk Kerja adalah suatu penilaian atau pengukuran yang dilakukan melalui pengamatan aktivitas siswa dalam melakukan sesuatu berupa tingkah laku.

2) Penugasan adalah penilaian yang berbentuk pemberian tugas yang harus selesai dalam waktu tertentu.

(6)

4) Tugas Kelompok , tugas ini diberikan untuk menilai kompetensi kerja kelompok

5) Laporan adalh suatu penilaian yang berbentuk laporan atau tugas pekerjaan yang diberikan seperti laporan diskusi, laporan kerja praktik, laporan praktikum dan Laporan Pemantapan Praktik Kerja Lapangan (PPL).

6) Responsasi atau ujian praktik adalah suatu penilaian yang dipakai untuk mata pelajaran yang ada kegiatan praktikumnya. Uji responsi dapat dilakukan pada awal praktik ataupun pada akhir praktik.

7) Portofolio adalah penilaian berkelanjutan berdasarkan pada kumpulan informasi yang menunjukan perkembangan kemampuan siswa dalam suatu periode tertentu.

Jadi hasil belajar adalah besarnya skor yang diperoleh siswa dari pengukuran tes dan non tes. Teknik tes yang digunakan untuk mengukur aspek kognitif (intelektual) dan teknik non tes digunakan untuk mengukur aspek afektif (sikap) dan psikomotorik (keterampilan).

Salah satu prinsip penilaian pada kurikulum 2013 adalah menggunakan acuan kriteria, yakni menggunakan kriteria tertentu dalam menentukan kelulusan siswa. Penetapan kriteria minimal ketuntasan belajar merupakan tahapan awal pelaksanaan penilaian hasil belajar sebagai bagian dari langkah pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. KKM berfungsi untuk acuan bagi pendidik dalam menilai kompetensi siswa sesuai kompetensi dasar mata pelajaran yang diikuti.

1) Sebagai acuan bagi siswa dalam menyampaikan diri mengikuti penilaian mata pelajaran

2) Dapat digunakan sebagai bagian dari komponen dalam melakukan evaluasi program pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah.

3) Sebagai kontrak pedagogik antara pendidik dengan siswa dan antara satuan pendidikan dengan masyarakat.

(7)

Jadi hasil belajar adalah besarnya skor yang diperoleh melalui pengukuran dalam aspek kognitif, aspek afektif dan psikomotor yang dilakukan melalui teknik tes dan teknik non tes dan diukur menggunakan KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yang telah ditetapkan sebelumnya.

2.1.1.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Dalam proses belajar mengajar, keberhasilan dan kegagalan tidak dapat dilihat dari satu faktor saja tetapi perlu memandang dari berbagai segi atau faktor yang mempengaruhi.

Menurut Purwanto (2007:112) faktor yang mempengaruhi hasil belajar dibeakan menjadi 2 golongan:

1. Faktor internal terdiri dari faktor fisiologis dan psikologis. Dalam Faktor fisiologis meliputi kondisi fisik, kondisi panca indera. Sedangkan faktor psikologis meliputi bakat, minat, kecerdasan, motivasi, kemampuan kognitif.

2. Faktor eksternal meliputi faktor lingkungan dan instrumental. Faktor lingkungan meliputi alam dan sosial sedangkan faktor instrumental yaitu kurikulum/bahan ajaran, guru, sarana dan fasilitas, dan administrasi. 2.1.1.5 Ciri-Ciri Belajar yang Baik

Menurut Sardiman (2009:49-51) pembelajaran dikatakan berhasil dengan baik didasarkan pada pengakuan bahwa belajar secara esensial merupakan proses yang bermakna, bukan sesuatu yang berlangsung secara mekanik belaka, tidak sekedar rutinisme. Adapun hasil pengajaran itu dikatakan betul-betul baik apabila memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Hasil itu tahan lama dan dapat digunakan dalam kehidupan oleh siswa. Kalau hasil belajar itu tidak tahan lama dan lekas menghilang, berarti hasil pengajaran itu tidak efektif.

(8)

rutinitas yang dilakukan siswa akan tetapi belajar yang baik dan efisien adalah hasilnya bertahan lama dan bermanfaat bagi kehidupannya.

2.1.2 Pengertian Motivasi Belajar

(9)

2.1.2.1 Pentingnya Motivasi Belajar Motivasi belajar berfungsi sebagai berikut:

a) Motivasi sebagai pendorong perbuatan

Motivasi muncul karena adanya suatu harapan atau keinginan. Jika siswa mempunyai keinginan untuk mencapai hasil belajar yang baik, maka siswa akan terdorong minatnya untuk belajar

b) Motivasi sebagai penggerak perbuatan

Motivasi dapat melahirkan sikap terhadap siswa berupa suatu kekuatan yang terbendung dan diwujudkan dalam bentuk gerakan psikofisik

c) Motivasi sebagai pengarah perbuatan

Seseorang yang memiliki motivasi dapat menyelesaikan mana perbuatan yang harus dilakukan dan mana berbuatan yang harus diabaikan, Menurut Djamarah (2011:156-158)

2.1.2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar

Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar diantaranya yaitu (1) Cita-cita siswa, cita-cita muncul karena adanya suatu keinginan untuk mencapai keberhasilan siswa. (2) Kemampuan siswa, kemampuan siswa dalam belajar akan memperkuat motivasi sisa dalam mencapai tujuan belajar. (3) Kondisi siswa, kondisi jasmani dan rohani mempengaruhi motivasi belajar. (4) Kondisi lingkungan siswa, lingkungan siswa dalam kondisi yang baik akan memperkuat motivasi belajar siswa. (5) Unsur-unsur dinamis dalam pembelajaran, lingkungan siswa banyak mengalami perubahan, lingkungan tersebut dapat mendinamiskan motivasi belajar siswa. dan yang (6) Upaya guru dalam membelajarkan siswa, guru adalah pendidik yag profesional berbagai upaya dilakukan guru untuk membangkitkan motivasi belajar siswa.

2.1.2.3 Pengukuran Motivasi Belajar

(10)

dikemukakan oleh Hanifah dan Suhana (2010:28). Berdasarkan indikator tersebut untuk mengukur tinggi rendahnya motivasi belajar siswa dapat dilakukan dengan banyak cara salah satu penilaian motivasi belajar da[at dilakukan dengan teknik non tes misalnya observasi da wawancara.

2.1.3 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam

Pembelajarn IPA sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja, dan bersikap ilmiah untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja, dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikan sebagai aspek penting kecakapan hidup. IIPA merupakan suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang alam Palupi (2017:116). IPA sangat berperan penting dalam proses pendidikan Maimunah (2013:1). Sains atau IPA pada dasarnya merupakan ilmu yang mempelajari tentang alam, gelaja alam, dan sebab akibat terjadinya gejala alam tersebut Wilujeng (2016:149). IPA tidak hanya bermuatan isi (content) yang memuat fakta, hukum, prinsip, dan teori tetapi juga proses (process) keilmuan, Karyatin (2016:43).

2.1.3.1 Tujuan pembelajaran IPA di sekolah dasar

Beberapa tujuan dilakukan dalam pembelajaran IPA di sekolah yaitu untuk memperoleh keyakinan terhadap Tuhan YME karena telah menciptakan keindahan dan keteraturaan dalam ciptaam-Nya, kemudian untuk mengembangkan pengetahuan, rasa ingin tahu dan keterampilan dalam pembelajaran IPA, dan untuk meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

2.2 Pembelajaran Tematik

(11)

kreatif dengan menggunakan tema. Pembelajaran tematik diuayakan untuk memperbaiki kualitas pendidikan siswa dengan melibatkan siswa dalam kegiatan belajar berdasarkan tema”. Sutirjo dan Istuti Mamik mengemukakan bahwa dalam menerapkan dan melaksanakan pembelajaran tematik, ada beberapa prinsip dasar yang perlu diperhatikan yaitu: (1) bersifat kontekstual atau terintegrasi dengan lingkungan, (2) bentuk belajar dirancang agar siswa menemukan tema, dan(3) efisiensi.

Tabel 2.1

Pembelajaran Tematik Kelas 4 semester 2 Tema 7

Indahnya Keragaman di Negeriku

Tema Subtema

Tema 7 Indahnya Keragaman di Negeriku

Subtema 1 Keragaman Suku Bangsa dan Agama di Negeriku

Sumber: Buku Guru Kelas IV Tema 7 Indahnya Keragaman di Negeriku Tabel 2.2

Pemetaan Kompetensi Inti dan Kompetensi dasar Tema 7 Indahnya

Keragaman di NegerikuSubtema 1 Keragaman Suku Bangsa

dan Agama di Negeriku Pembelajaran 1 kelas IV Semester 2

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar

Bahasa Indonesia IPA

3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan

benda-benda yang dijumpainya di

rumah, di sekolah dan tempat bermain.

3.7 Menggali

4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas, sistematis dan logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan perilaku anak bermain dan berakhlak mulia

(12)

2.3 Pendekatan Discovery Learning 2.3.1 Pengertian Discovery Learning

(13)

pengetahuan yang sebelumnya belum diketahui, sebagian atau seluruhnya ditemukan sendiri, Azhari (2015:15).

Berdasarkan pendapat diatas pendekatan Discovery Learning adalah suatu proses pembelajaran yang penyampaian materinya disajikan secara tidak lengkap atau belum dalam bentuk final dari situ siswa dituntut untuk terlibat secara aktif dalam menemukan sendiri suatu konsep ataupun prinsip yang belum diketahuinya, dan ketika siswa menyelidiki dan menemukan sendiri suatu konsep atau prinsip maka hasil yang diperoleh akan bertahan lama dalam ingatannya, dalam pendekatan Discovery Learning guru hanya berperan sebagai pembimbing dan pemberi arahan kepada siswa agar kegiatan pembelajaran sesuai dengan tujuan pembelajaran.

2.3.2 Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan Discovery Learning 1. Kelebihan Pendekatan Discovery Learning

Pemilihan pendekatan pembelajaran yang akan digunakan dalam pembelajaran harus diiringi dengan suatu pertimbangan untuk mendapatkan suatu kebaikan ataupun kelebihan..

Kurniasih & Sani (2014: 66-67), mengemukakan beberapa kelebihan dari model Discovery Learning, yaitu sebagai berikut:

a) Menimbulkan rasa senang pada siswa, karena tumbuhnya rasa menyelidiki dan berhasil.

b) Memunculkan konsep awal dan menumbuhkan ide-ide bagi siswa c) Mendorong siswa berpikir dan bekerja atas inisiatif sendiri.

d) Siswa belajar dengan memanfaatkan berbagai jenis sumber belajar. 2. Kekurangan Pendekatan Discovery Learning

Hosnan (2014 : 288-289) mengemukakan beberapa kekurangan dari model discovery learning yaitu:

a. menyita banyak waktu karena guru dituntut mengubah kebiasaan mengajar yang umumnya sebagai pemberi informasi menjadi fasilitator, motivator, dan pembimbing,

(14)

c. tidak semua siswa dapat mengikuti pelajaran dengan cara ini. Setiap model pembelajaran pasti memiliki kekurangan, namun kekurangan tersebut dapat diminimalisir agar berjalan secara optimal.

Pendekatan Discovery Learning dapat dikatakan pendekatan yang dapat melatih siswa belajar secara mandiri, melatih kemampuan bernalar siswa, serta melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan pembelajaran untuk menemukan sendiri dan memecahkan masalah tanpa bantuan orang lain. Pendekatan Discovery Learning juga memiliki kelemahan seperti membutuhkan banyak waktu, namun dari kelemahan tersebut dapat diminimalisir dengan merencanakan kegiatan pembelajaran secara terstruktur, memfasilitasi siswa dalam kegiatan penemuan, serta mengonstruksi pengetahuan awal siswa agar pembelajaran dapat berjalan optimal.

2.3.3 Langkah-langkah Pembelajaran Pendekatan Discovery Learning

Tabel 2.3 : membaca, mengamati foto, gambar, video

2 Problem Statmen penafsiran dan hasil diskusi untuk memperolah jawaban yang tepat dan benar tehadap hipotesis

6 Generalization (menarik

kesimpulan) Menyimpulkan dan mengkomuinkasikan

2.4. Hasil Penelitian yang Relevan

(15)

pada Kelas IV SD Negeri 02 Tulung Balak Kabupaten Lampung Timur”. Dari hasil penelitiannya diperoleh kesimpulan bahwa penerapan model Discovery Learning dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar tematik pada ranah afektif, psikomotor, dan kognitif.

Penelitian yang dilakukan dengan judul “Upaya Peningkatan hail belajar IPA dengan Pendekatan Pembelajaran Penemuan (Discovery) bagi siswa kelas VI SDN Tambahmulyo 02 Kecamatan Gabus Kabupaten Pati semester 1 Tahun Pelajaran 2011/2012” oleh Siti Ariyani (2010) hasilnya adalah pada pembelajaran sebelum siklus ketuntasan belajar 67.57%. Pada siklus I meningkat menjadi 78, 38%. Sedangkan pada akhir siklus II meningkat menjadi 89,19%. Kelebihan dari penelitian ini adalah peningkatan yang signifikan pada peningkatan hasil belajar siswa menjadi 89,19%.

Penelitian yang dilakukan dengan judul “Penggunaan Media gambar Dalam Penerapan Pendekatan Discovery Untuk meningkatkan Hasil Belajar IPA Pada Siswa kelas III SD Negeri 3 Purwodadi Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobokan Semester I Tahun Pelajaran 2011/2012” oleh Dwijaya Putry Iriany (2010) hasilnya adalah pada pembelajaran sebelum siklus ketuntasan belajar 52%. Pada siklus I meningkat menjadi 74%. Sedangkan pada akhir siklus II meningkat menjadi 89%. Kelebihan dari penelitian ini adalah peningkatan yang signifikan pada peningkatan hasil belajar siswa menjadi 81% pada akhir siklus II, sedangkan kekurangannya adalah pada siklus I guru tidak membantu siswa dalam melakukan penemuan dan juga masih banyak siswa yang ramai sendiri dalam mengikuti kegiatan belajar menganjar.

(16)

adalah pada proses pembelajaran guru masih belum sepenuhnya mengelola kelas dengan baik.

(17)

2.5 Kerangka Pikir

Kegiatan pembelajaran dapat berhasil jika dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain pendekatan pembelajaran. Pada kenyataanya dalam kegiatan pembelajaran masih banyak guru yang mengajar dengan cara konvensional (ceramah). Pembelajaran yang berlangsung di kelas adalah pembelajaran yang berpusat pada guru. Guru belum mendesain pembelajaran dengan baik dan siswa merasa bosan dan tidak ada ketertarikan untuk belajar. Guru tidak memberi kesempatan siswa untuk menunjukan kemampuan siswa. Keadaan ini akan diperbaiki dengan melibatkan siswa dalam pembelajaran agar hasil belajar siswa meningkat dengan memperbaiki pembelajaran menggunakan pendekatan Discovery Learning. Pendekatan Discovery Learning merupakan suatu proses pembelajaran yang penyampaian materinya disajikan secara tidak lengkap dan menuntut siswa terlibat secara aktif untuk menemukan sendiri suatu konsep ataupun prinsip yang belum diketahuinya. Pendektan Discovery Learning mempunyai langkah-langkah antara lain menerima stimulus, menyimak tujuan pembelajaran dan tugas kelompok, membentuk kelompok yang terdiri dari 3 orang, setiap kelompok mendapat tugas tentang gaya, merumuskan masalah tentang gaya, melakukan investigasi terhadap gaya, mengolah data dari hasil pengumpulan data, membutikan dari hasil pengolahan data yang diperoleh, menarik kesimpulan, menyampaikan laporan akhir dari hasil sidkusi yang diperoleh, mempresentasikan laporan, kelompok lain memberi tanggapan terhadap hasil pembahasannya, membuat kesimpulan, mengerjakan evaluasi. Dalam kegiatan pemebelajaran siswa lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran dan guru hanya berperan sebagai fasilitator dalam membimbing siswa untuk melakukan percobaan. Pengukuran hasil belajar menggunakan pendekatan Discovery Learning meliputi penilaian skor proses dan skor hasil belajar. Pada

(18)

2.6 Hipotesis Tindakan

Menurut Toha Anggoro (2007:127), hipotesis dapat diartikan sebagai rumusan jawaban sementara atau dugaan sehingga untuk membuktikan benar tidaknya dugaan tersebut perlu diuji terlebih dahulu.

Berdasarkan latar belakan masalah, maka penulis dapat merumuskan hipotesis tindakan kelas ini sebagai berikut:

1) Pendekatan Discovery Learning diduga dapat meningkatkan motivasi belajar IPA tema 7 subtema 1 siswa kelas 4 SDN 2 Getas

Gambar

Tabel 2.1 Pembelajaran Tematik Kelas 4 semester 2 Tema 7
Tabel 2.3 Langkah-langkah Discovery Learning

Referensi

Dokumen terkait

Responden yang paling sedikit adalah responden yang memiliki tingkat pengetahuan baik tentang metode kontrasepsi pria dan mempunyai sikap yang cukup terhadap keikutsertaan menjadi

 Set the Channel mode as AUTO, adjust the (Horizontal) time calibration and (Vertical) voltage calibration, make sure the signal displays clearly.  Adjust

Ø Set the Channel mode as AUTO, adjust the (Horizontal) time calibration and (Vertical) voltage calibration, make sure the signal displays clearly. Ø Adjust

Pada pohon penghasil gaharu menggunakan inokulasi padat dan cair, teknik penyulingan dengan menggunakan gaharu mutu rendah untuk menghasilkan minyak gaharu, habitat tempat tumbuh

Berdasarkan hasil penelitian maka kesimpulan yang didapat adalah sebagai berikut: 1) Hasil penelitian menunjukkan pada kelompok kontrol dan perlakuan tidak mempunyai

Petugas kesehatan baik dokter maupun perawat juga memegang peranan untuk memberi gambaran pada responden tentang kondisi kesehatan pasien kanker serviks sehingga

Pada hasil penelitian, setelah pemberian teknik relaksasi nafas dalam secara signifikan menurunkan intensitas nyeri sesuai dengan teori Priharjo (2003, dalam Jayanthi,

PENGARUH KEPERCAYAAN TERHADAP LOYALITAS NASABAH BNI SYARIAH SURAKARTA DENGAN KOMITMEN SEBAGAI VARIABEL