• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian yang Relevan - Musyawarah Mufakat Dalam Upacara Ritual Syukuran Laut Masyarakat Melayu di Desa Jaring Halus Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian yang Relevan - Musyawarah Mufakat Dalam Upacara Ritual Syukuran Laut Masyarakat Melayu di Desa Jaring Halus Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

kuesioner dan dokumentasi. Hal ini memberi gambaran bahwa dalam penelitian tidak

mengabaikan pendapat masyarakat setempat.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

(2)

Tinjauan pustaka atau sering juga disebut kajian yang relevan ialah salah satu cara

untuk mendapatkan referensi yang lebih tepat tentang informasi data yang ingin kita teliti.9 Oleh karena itu, penulis melakukan tinjauan pustaka adalah sebagai referensi, teori dan

konsep yang berkaitan dengan tulisan ini sehingga dapat memudahkan menyelesaikan

permasalahan dalam penulisan.

Penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan kajian penulis yaitu disertasi

Mantera dan Upacara Ritual Masyarakat Melayu Pesisir Timur di Sumatera Utara: kajian

tentang fungsi dan nilai-nilai budaya oleh Prof. Wan Syaifuddin. Didalamnya membahas

mengenai fungsi dan nilai dari upacara adat budaya yang ada didalam masyarakat melayu

Sumatera Timur.

Penulis juga menjadikan tesis Nurhayati Lubis: Analisis Semiotik dalam Upacara

Ritual Jamuan Laut di Jaring Halus, sebagai referensi tambahan yang didalamnya

membahas keberadaan upacara syukuran laut dan mantra dengan mengoperasikan teori

semiotika. Upacara ritual syukuran laut ini dilaksanakan oleh masyarakat Melayu di Desa

Jaring Halus, Kecamatan secanggang, Kabupaten Langkat. Fokus utama kajian ini ialah

upacara syukuran laut yang melibatkan pawang, tempat dan waktu upacara, masyarakat

pendukung, kegiatan, persiapan, pasca upacara, makan bersama, dan lainnya.

Tesis Irfan (2003), mengenai Kearifan Tradisional Masyarakat dalam Mengelola

Sumber Daya alam Laut. Menjelaskan bahwa kearifan tradisional masyarakat yang tinggal

di daerah pesisir yang menjadikan Laut sebagai sumber utama merupakan konsepsi

terpeliharanya sumber daya alam. Apabila kearifan tersebut dijaga maka akan tercapai

keharmonisan.

2.2 Kosmologi Masyarakat Melayu Langkat Secanggang

9

(3)

Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian dari kosmologi ialah ilmu

pengetahuan yang meneliti asal usul, struktur, hubungan ruang waktu dalam alam semesta.

Kosmologi masyarakat Sumatera Timur mempunyai kaitan dengan kepercayaan

tradisional, ialah mempercayai bahwa alam semesta wujud sebagai kesatuan alam nyata

dengan alam ghaib. Oleh karena itu, mereka percaya apabila terjadi perubahan di alam nyata

adalah manifestasi yang diperlihatkan oleh kuasa dari alam ghaib. Hal ini terwujud sebagai

fenomena alam seperti awan berarak, rebut petir, guruh, air pasang, gelombang besar, dan

lain-lain. Selain itu, masyarakat melayu Sumatera Timur menggunakan alam nyata bagi

memenuhi keperluan hidupnya. Namun, mereka mengambil sumber alam tersebut

secukupnya saja.10

Sifat keteraturan dan proses pergantian siang malam yang menjadi hukum alam

adalah sesuatu yang sangat mengagumkan dan menarik perhatian manusia untuk mencari

tahu lebih jauh serta mempelajarinya lebih mendalam. Hal ini dikarenakan keteraturan di

alam semesta bersifat natural dan tidak menyalahi kodrat.

Masyarakat Melayu Sumatera Timur dalam menjalani hidup mengikuti kepada

peraturan yang sudah digariskan atau ketentuan alaminya.11 Hal demikian juga dilakukan oleh masyarakat Melayu yang mendiami Desa Jaring Halus di Kecamatan Secanggang.

Masyarakat Melayu tersebut senantiasa menjaga sikap dan prilaku di kehidupannya

sehari-hari. Mereka memelihara nilai-nilai sosial dalam berinteraksi dengan sesamanya maupun

terhadap pengunjung yang datang ke pulau tersebut. Hal ini adalah wujud dari keinginan

memelihara dan menjaga keseimbangan alam dengan membina nilai-nilai didaktik dalam

kehidupan.

10

Tuanku Luckman Sinar dan Wan Syaifuddin, Kebudayaan Melayu Sumatera Timur. Medan: USUPress, 2002, hlm 209

11

(4)

Nilai-nilai sosial ini tidak hanya terdapat dalam tutur kata ketika berbicara, namun

juga diekspresikan dalam jenis ungkapan, kiasan, dan lainnya. Hal serupa juga tampak

pada penyelenggaraan acara adat tradisi, yaitu dengan ketentuan waktu yang telah

ditetapkan. Mereka aktif melaksanakan berbagai upacara ritual, seperti perkawinan,

kelahiran anak, upacara kematian, menjauhkan bala penyakit, bencana alam, serta menjamu

laut. Hal ini mennggambarkan bahwa masyarakat Pulau Jaring Halus, Kecamatan

Secanggang memiliki adat-istiadat dan kaya akan budaya yang bersumber dari nilai

keluhuran.

2.2.1 Letak Geografi dan Sejarah Singkat

Langkat adalah salah satu nama kabupaten yang berada di Sumatera Utara yang ibu

kotanya Stabat. Nama Langkat sendiri diambil dari nama kesultanan Langkat yang dahulu

pernah ada di tempat yang kini dikenal dengan nama Tanjung Pura, yaitu sekitar 20 Km.

Kabupaten Langkat terdiri dari beberapa kecamatan dan desa, Salah satunya adalah Desa

Jaring Halus.

Desa Jaring Halus adalah salah satu desa yang berada di Kecamatan Secanggang

Kabupaten Langkat. Secara geografis desa ini terletak pada 3º51’30”-3º59’45” LU dan 98º

30’- 98º42’ BT dengan ketinggian lebih kurang 1 mdpl. Desa ini merupakan desa pesisir yang

berbatasan dengan selat Malaka di sebelah utara, sebelah selatan dengan Desa Selotong

Kecamatan Secanggang, sebelah timur dengan Kuala Besar Kecamatan Secanggang, dan

sebelah Barat dengan Desa Tapak Kuda Kecamatan Tanjung Pura.12

Desa ini mempunyai luas 2.554 ha pada tahun 2014. Jumlah penduduk Desa Jaring

Halus sebanyak 3.261 orang (785 KK), yang terdiri atas 1.662 laki-laki dan 1.599 perempuan.

Masyarakat di desa ini terdiri atas berbagai suku seperti suku Melayu yang mayoritas

12

(5)

mendiami desa tersebut serta merupakan penduduk asli, juga terdapat suku pendatang, seperti

suku Banjar, Mandailing, Jawa, dan Aceh.13

Pada awalnya, Desa Jaring Halus ini hanyalah sebuah daratan di tengah laut yang

tidak berpenghuni. Desa ini pertama kali dihuni oleh keluarga Abu Bakar Bin Awang, berasal

dari Malaysia yang melarikan diri ke Indonesia pada saat terjadi peperangan dengan penjajah

Inggris. Sebelum ia membuat perkampungan ini, ia terlebih dahulu meminta izin kepada

Sultan Langkat (Sultan Musa) melalui perantara Datok Secanggang.14

Di pulau tersebut banyak ditemukan rumput yang bentuknya seperti jari. Oleh

karenanya, desa ini dinamakan Rumput Jari Halus. Namun seiring berjalannya waktu, terjadi

pergesan pengucapan sehingga desa tersebut sekarang dikenal dengan nama Desa Jaring

Halus.15

2.2.2 Adat-istiadat Masyarakat.

Masyarakat Melayu pada umumnya masih sering melaksanakan upacara-upacara adat

khususnya dalam acara-acara pernikahan, kelahiran anak, menempati rumah baru, membuka

hutan untuk dijadikan perladangan, dan lain sebagainya. Pelaksanaan upacara ritual ini pada

umumnya telah ditemukan pada masa masyarakat Melayu lama sepanjang pesisir pulau

Sumatera, yakni di daerah Langkat, Deli, Serdang, Batu Bara, Siak, dan seterusnya.16

Mayoritas masyarakat Melayu Langkat sudah beragama Islam dan ajaran-ajaran Islam

tersebut terlihat jelas dalam kebudayaan dan adat-istiadat masyarakatnya. Misalnya ketika

membicarakan suatu permasalahan dalam sebuah kampung, biasanya akan dimusyawarahkan

di masjid.

13

Daftar Isian Profil Desa, Op.cit. hlm 19

14

Julpikar, op. cit. di Desa Jaring Halus

15

Julpikar, log. Cit. di Desa Jaring Halus

16

(6)

Pengamalan ajaran Islam yang begitu kuat pada masyarakat Melayu , ternyata belum

bisa menepis kepercayaan-kepercayaan yang bersifat animisme dalam kehidupan sehari-hari.

Hal demikian dapat dibuktikan bahwa upacara-upacara yang sering dilaksanakan masih

memiliki pengaruh kepercayaan Hindu. Salah satunya adalah upacara ritual syukuran laut

agar mudah mendapatkan rezeki.

Oleh karena itu, adanya asimilasi antara kepercayaan-kepercayaan pra-Islam dengan

ajaran-ajaran Islam sendiri telah menimbulkan budaya dan adat-istiadat tersendiri bagi

mereka.

2.3 Konsep Kesusastraan Tradisi

Sastra Melayu tradisi disebut juga dengan nama sastra Melayu lama atau sastra lisan

dikenal oleh masyarakat sejak dahulu sebelum adanya tulisan, yang merupakan refleksi

bagaimana ketamadunan masyarakat tersebut. Sastra lisan atau sastra rakyat merupakan

hasil karya sastra milik bersama atau milik sekumpulan masyarakat yang diturunkan secara

turun-temurun dari satu generasi ke generasi yang lain secara lisan atau dari mulut ke mulut,

baik tradisi itu berupa susunan kata-kata lisan maupun tradisi lain yang bukan lisan sehingga

menentukan bahwa sastra tersebut adalah sastra rakyat.

Peristiwa penuturan sastra lisan itu adalah panggung sosial dengan ranah kolektivitas

di samping adanya panggung perseorangan yang monolog. Sastra lisan dahulu sangat

digemari oleh warga masyarakat dan biasanya didengarkan secara kolektif karena

(7)

dihasilkan dari sastra lisan berdampak positif terhadap menguatnya ikatan sosial diantara

anggota masyarakat.17

Kesusastraan lisan atau tradisi dapat dirujuk sebagai hasil karya yang memiliki pesan

dan pemikiran tertentu. Gagasan tersebut menjadi sebuah konsep kesusastraan tradisi yang

melahirkan aksi dan tingkah laku yang keluar secara alamiah. Kenyataan tersebut

menciptakan integritas dan kebersamaan dikalangan masyarakat yang menjalani konsep

tersebut dikehidupannya.

Berkaitan dengan lokasi penelitian yaitu di Desa Jaring Halus, Kecamatan Secanggang,

Kabupaten Langkat, Sumatera Utara yang merupakan wilayah Melayu Sumatera Timur,

penulis mencoba mengkhususkan identifikasi tradisi kesusastraan.

Kesusastraan rakyat masyarakat Melayu Sumatera Timur mempunyai beberapa ciri

tertentu. Ciri pertama, berhubungan dengan cara ia disampaikan, yaitu secara lisan. Namun,

sebagian darinya telah dituliskan kemudian dilisankan pula. Kedua, melibatkan soal

penciptaan dari kesusastraan rakyat masyarakat Melayu Sumatera Timur, yaitu lebih banyak

lahir dan berkembang dari dalam masyarakat sederhana. Ketiga, mengandung ciri-ciri budaya

asal masyarakat yang melahirkannya, hingga menggambarkan suasana masyarakat Melayu

yang alamiah. Keempat, kepunyaan bersama. Kelima, di dalam kesusastraan masyarakat

Melayu Sumatera Timur terdapat unsur-unsur pemikiran yang luas terhadap kehidupan

masyarakatnya, pengajaran atau bersifat didaktik dan unsur pensejarahan.18

Dari pengertian, ciri, wujud dan jenis pengetahuan yang diperoleh dari pembahasan

tradisi lisan, dapat disimpulkan bahwa didalam tradisi lisan terkandung norma dan nilai-nilai

keluhuran yang bersumber dari nusantara yang merupakan harta pusaka nenek moyang

17

Robert Sibarani, Kearifan Lokal (Hakikat, Peran, dan Metode Tradisi Lisan), Jakarta, Asosiasi Tradisi Lisan. 2012 Hlm. 33

18

(8)

terdahulu. Warisan leluhur bangsa ini dapat dimamfaatkan untuk mengatur tata kehidupan

masyarakat yang rukun, makmur dan penuh keberkahan.

Kultur budaya yang berkembang di Kabupaten Langkat sangat banyak hubungannya

dengan alam dikarenakan daerah ini secara georafis berada di pesisir Sumatera. Oleh sebab

itu, masyarakatnya banyak memamfaatkan lingkungan dengan hasil alamnya untuk

memenuhi kebutuhan hidup. Dikarenakan pengaruh lingkungan tersebut, masyarakat Melayu

Kabupaten Langkat melakukan proses adaptasi dalam mengembangkan sistem budaya, sistem

sosial dan material. Melalui proses tersebut lahirlah berbagai karya sastra seperti ritual

syukuran laut.

2.4 Pelaksanaan Ritual Syukuran Laut

Masyarakat Melayu di Desa Jaring Halus, Kecamatan Secanggang, Kabupaten

Langkat, Sumatera Utara masih mempercayai adanya kekuatan ghaib terhadap

kehidupannya. Hal ini terlihat dari cara mengatasi tantangan hidup yang berhubungan

dengan sistem mata pencaharian mereka sebagai nelayan, yaitu dengan rnengadakan suatu

bentuk upacara untuk menghindarkan mara bahaya dari mereka. Melalui upacara syukuran

laut rasa solidaritas terwujud dan dengan adanya aktivitas masyarakat, maka upacara

syukuran laut dapat diadakan.

Upacara ritual ini dilaksanakan empat tahun sekali, kecualai ada isyarat dari mimpi

pawang atau fenomena alam seperti terjadi wabah penyakit dan iklim yang tidak mendukung

untuk mencari nafkah, sehingga waktu pelaksanaannya ini dapat dipercepat.19

Abdullah menjelaskah bahwa Pelaksanaan upacara syukuran laut ini dilakukan oleh

pawang dan dibantu oleh masyarakat dan pemerintah yang sebelumnya sudah disepakati

dalam musyawarah. Adapun tahap pelaksaan ritual Syukuran Laut sebagai berikut:

19

(9)

 Persiapan Ritual Syukuran Laut

Persiapan ritual syukuran laut yaitu diadakan musyawarah yang didalamnya

membahas ketetapan waktu, tempat sekaligus tatacara agar terlaksana perayaan tersebut.

Musyawarah ini dilaksanakan dibalai desa dengan menghadirkan perangkat pemerintah di

Desa jaring Halus, pawang dan perwakilan masyarakat.

 Permulaan Perayaan

Awal mula dilaksanakan ritual tersebut, yaitu pawang menancapkan panji di yang

terbuat dari buluh. Panji tersebut di tancapkan di dekat muara ketika fajar mulai

menyingsing. Kemudian pawang memercikkan air kearah panji tersebut sekaligus

membacakan mantera. Hal ini menandakan perayaan ritual sudah dimulai. Adapun mantera

yang dibaca oleh pawang ialah :

Assalamu’alaikum alaikum salam Hai, saidina Alam

Marilah bersama aku

Akulah bomoh yang asal

Bomoh yang usul

Bomoh yang tidak tiru

Bomoh yag turun-temurun

Marilah mu bersama-sama aku

Aku nak buat kenduri khidmad Assalamu’laikum

Aku kirim salam pada jin tanah

Aku tahu asalmu

(10)

Bukan aku melepas bala mustaka

Sang kala Sang Lipat melepas bala mustaka

Jin taru melepas bala mustaka

 Menghantarkan persembahan

Ketika matahari sudah terbit yaitu sekitar pukul 09.00 Wib, hantaran yang akan di

berikan ke laut siap di hanyutkan oleh pawang dan di disertai beberapa anggota masyarakat.

Hantaran tersebut sudah dipersiapkan sebelumnya, yaitu berupa: kepala dan tulang dari

seekor kambing jantan, ayam, dan bahan lainnya.

Ketika menghanyutkan persembahan ke Laut, pawang membaca mantera sebagai berikut :

Assalamu’laikum alikum salam Nenek putrid hijau

Yang diam di galah jambu air

Tempat jin turun berkecimpung

Sungai pusat Tesek Pauh Jenggi

Mohon beta minta ampun minta maaf

Terimalah persembahan anak cucu

Nenek putrid hijau

Banyak tanda ada

Sedikit tanda terkenang

(11)

Setelah persembahan tersebut diihanyutkan ke tengah laut, pawang dan beberapa

anggota masyarakat yang ikut serta menghantarkan persembahan tersebut tidak boleh

melihat kebelakang. Setiba di desa seluruhnya berkumpul dan makan bersama-sama, serta

berdoa yang dipimpin oleh pawang agar ritual tersebut diberkati oleh Tuhan yang maha

kuasa.

 Pawang Membaca Pantang Larang

Selesai berdoa, pawang membaca pantang larang yang harus dipatuhi pasca pelaksanaan

ritual syukuran laut. 20

Adapun pantang larangnya adalah sebagai berikut

1. Dilarang adanya perkelahian baik secara fisik maupun dengan ucapan yang

semena-mena.

2. Tidak boleh berkegiatan selama 1 hari, yaitu mulai dari jam 6 pagi hingga jam 6 sore.

Artinya masyarakat harus istirahat dari pekerjaannya dan berdiam di dalam rumah.

Tidak boleh keluar rumah kecuali beberapa alasan yang disepakati.

3. Dilarang menagkap ikan hari jumat dan hari-hari besar islam dari pukul 06.00 sampai

dengan 18.00

4. Tidak boleh menjatuhkan benda apapun selama upacara berlangsung. Apabila hal itu

terjadi maka benda yang dijatuhkan tidak boleh diambil kembali kecuali ketika masa

pantang larang berakhir.21

20

wawawncara dengan Abdullah, di desa Jaring Halus

21

(12)

2.5 Pendekataan Sosiologi Sastra

Sosiologi sastra berasal dari kata sosiologi dan sastra. Sosiologi berasal dari akar kata

sosio (Yunani) (Socius berarti bersama-sama, bersatu, kawan, teman) dan logi (logos berarti

sabda, perkataan, perumpamaan). Perkembangan berikutnya mengalami perubahan makna,

soio/socius berarti masyarakat, logi/logos berarti ilmu. Jadi sosiologi berarti ilmu mengenai

asal usul pertumbuhan (evolusi) masyarakat,

ilmu pengetahuan yang mempelajari keseluruhan jaringan hubungan antar manusia dalam

masyarakat, sifatnya umum, rasional dan empiris. Sastra dari akar kata sas (Sansekerta)

berarti mengarahkan, mengajar, member petunjuk dan intruksi. Akhiran tra berarti alat atau

sarana. Jadi, sastra berarti kumpulan alat untuk mengajar, buku petunjuk atau buku

pengajaran yang baik. Makna kata sastra bersifat lebih spesifik sesudah berbentuk menjadi

kata jadian kesusastraan, artinya kumpulan hasil karya yang baik. Maka, sosiologi sastra

dapat diartikan pemahaman terhadap karya sastra dengan mempertimbangkan segi

kemasyarakatannya22.

Sastra adalah lembaga sosial yang mempergunakan bahasa sebagai mediumnya; dan

bahasa adalah adalah salah satu ciptaan sosial. Sastra bisa mengandung gagasan yang

22

(13)

mungkin dimanfaatkan untuk menumbuhkan sifat sosial tertentu, atau bahkan untuk

mencetuskan peristiwa sosial tertentu. Oleh Karena itu,

karya sastra dikenal sebagai cerminan atau pantulan hubungan sosial tiap individu maupun

masyarakat.23

Sastra diciptakan untuk dinikmati, dipahami, dan dimanfaatkan oleh masyarakat.

Sudah sejak dulu, karya sastra dikenal dalam beberapa tindakan sosiokultural masyarakat

seperti pada upacara keagamaan, perkawinan, kelahiran, pekerjaan sehari-hari atau

permainan. Karya sastra sering mengungkapkan perjuangan umat manusia dalam menentukan

masa depannya, berdasarkan imajinasi, perasaaan, dan intuisi. Dari pendapat ini, tampak

bahwa perjuangan panjang hidup manusia akan selalu mewarnai teks sastra.24

Dalam penelitian ini, penulis akan menggunakan pendekatan sosiologi sastra yang

dalam menganalisisnya mempertimbangkan segi-segi kemasyarakatan yang terdapat di dalam

karya sastra.

Karya sastra tidak dapat dipahami dengan selengkapnya apabila dipisahkan dari

lingkungan, kebudayaan atau peradaban yang menghasilkannya. Setiap karya sastra adalah

hasil dari pengaruh timbal balik dari faktor-faktor kultural dan sosial (masyarakat).

Sedangkan Masyarakat dapat mendekati karya sastra dari dua arah; pertama, sebagai suatu

kekuatan atau faktor material istimewa, dan kedua, sebagai tradisi. Yaitu kecendrungan

spiritual maupun kultural yang bersifat kolektif.25

23

Ratna, log. cit. hlm 3-6

24

Ratna, opcit, hlm 8-15

25

(14)

Sosiologi sastra memiliki tiga ciri dasar, yaitu :

(1) Kecendrungan manusia untuk mengadaptasikan dirinya terhadap lingkungan, dengan

demikian ia dapat berwatak rasional dan signifikan di dalam korelasinya dengan

lingkungan;

(2) Kecendrungan pada koherensi dalam proses penstrukturan yang global; dan

(3) Dengan sendirinya ia mempunyai sifat dinamik serta kecendrungan untuk merubah

struktur walaupun manusia menjadi bagian struktur tersebut.26 Dan terdapat tiga perspektif yang berkaitan dengan sosiologi sastra, yaitu :

(1) Penelitian yang memandang karya sastra sebagai dokumen sosial yang di dalamnya merupakan refleksi situasi pada masa sastra tersebut diciptakan;

(2) Penelitian yang mengungkap sastra sebagai cermin situasi sosial penulisnya;

(3) Penelitian yang mengungkapkan sastra sebagai manifestasi peristiwa sejarah dan keadaan sosial budaya.27

Berkaitan dengan objek kajian yaitu musyawarah untuk mufakat sebagai nilai-nilai tunjuk

ajar Melayu, penulis pada penelitian ini menggunakan perspektif pertama dan kedua. Yakni

menganalisis aspek sosial khususnya kemampuan masyarakat Desa Jaring Halus dalam

26 Goldmann (1981:11) dalam buku Suwardi Endraswara,

Metodologi Penelitian Sastra, Yogyakarta, Medpress, 2008, hlm 79

22

(15)

menyelesaikan permasalahan dengan bermusyawarah juga nilai dan norma yang terkandung

di dalamnya, serta penyesuaikan diri dengan lingkungan dalam bentuk melaksanakan upacara

syukuran laut.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Metodologi penelitian berasal dari kata metode yang artinya cara dan logos yaitu ilmu

atau pengetahuan. Metodologi artinya cara atau teknik melakukan sesuatu yang bersifat

ilmiah untuk mencapai tujuan tertentu. Penelitian adalah suatu kegiatan untuk mencatat,

merumuskan, mencari, dan menganalisis suatu masalah yang dilakukan secara sistematis

yang akhirnya diperoleh hasil dalam bentuk laporan. Jadi, metodelogi penelitian adalah

sekumpulan peraturan, kegiatan, dan prosedur yang digunakan oleh pelaku suatu disiplin

ilmu untuk memperoleh jawaban dari persoalan yang diteliti.

3.1 Desain Penelitian

Desain penelitian atau dapat juga disebut metode penelitian adalah suatu cara untuk

mencari kebenaran dengan mengumpulkan dan menganalisis data yang diperlukan untuk

Referensi

Dokumen terkait

Penyediaan Alat Tulis Kantor Belanja Alat Tulis Kantor 9.606.700,- Pengadaan Langsung 2. Penyediaan

Bagi Peser ta yang berkeber atan, dapat mengajukan sanggahan ditujukan kepada Panitia Pengadaan Bar ang dan Jasa Konsultansi di Lingkungan Dinas Peker jaan Umum Kota Bandar

Pejabat Pembuat Komitmen BAPPEDA Kota Bandar Lampung, melalui Panitia Pengadaan Barang/Jasa BAPPEDA mengundang calon Penyedia Jasa Konsultansi Perencana Bidang Tata

The examination showed that the properties of ricinnus oil as a dielectric material such as breakdown voltage, dielectric constant, loss factor, neutralization number, and flash

LABA (RUGI) BERSIH TAHUN BERJALAN PENGHASILAN KOMPREHENSIF LAIN Pos-pos yang tidak akan direklasifikasi ke laba rugi2. Keuntungan revaluasi aset

Nomor 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak, dipandang.. perlu mengatur tata cara penyampaian Rencana dan

instansi lingkungan hidup provinsi, atau Deputi Menteri tidak melakukan pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) atau tidak menerbitkan rekomendasi UKL-UPL atau

Ada dua cara mengolah data yang biasa dilakukan dalam sistem manajemen data saat ini, yaitu pengolahan secara Batch dan pengolahan secara Online. Pengolahan secara batch