• Tidak ada hasil yang ditemukan

GEOMILITER DAN APLIKASINYA PADA OPERASI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "GEOMILITER DAN APLIKASINYA PADA OPERASI"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

GEOMILITER DAN APLIKASINYA PADA OPERASI MILITER: PERBANDINGAN DI DAERAH SUNGAI SOČA, KROASIA DENGAN DAERAH ZAWAR KILI DAN

SHAH-I-KHOT, AFGHANISTAN

REFERAT

Oleh:

Ichsan Afriansyah

(12014077)

Makalah ini adalah makalah referat yang bersumber dari Zečević, Marko dan Jungwirth, Enio.

The

Influence of Geology on Battlefield Terrain and it’s Affects on Military Operations in Mountains and Karst Regions: Examples from WW1 and Afghanistan. 2007. Rudarsko-geološko-naftni zbornik. 19, 57-66. dan Häusler, Hermann. 2015. Military Geology and Comprehensive Security Geology – Applied Geologic Contributions to New Austrian Security Strategy. Austrian Journal of Earth Sciences. 108/2, 302-316.

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI

FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

(2)

SARI

Selama Perang Dunia I, konflik antara tentara Austria dan Italia terjadi, dimana unit insinyur Austria membangun lorong-lorong di kawasan karst Sungai Soča. Fenomena karst (gua-gua) dan benteng lainnya, memberikan tentara Austria keunggulan taktis. Pembangunan gua-gua ini adalah konsekuensi dari kondisi dan struktur geologi dari daerah tersebut. Sementara itu, konflik militer lain terjadi di Afghanistan. Di daerah dimana morfologi medannya mendukung untuk taktik gerilya dan dimana fungsi teknologi militer yang modern dibatasi oleh konfigurasi medan perang, penulis mengilustrasikan kemungkinan pandangan medan perang masa depan. Anggota Al-Qa’ida di daerah timur Afghanistan memanfaatkan kesempatan struktur geologi dari daerah tersebut dan mengembangkan jaringan terowongan dari gua-gua alami. Meskipun jaringan terowongan di Afghanistan dibangun terutama di batupasir dan batuan metamorf, kita dapat membandingkannya dengan sistem lorong-lorong Austria. Dalam arti bahwa makalah ini menunjukkan pengaruh kondisi geologi pada medan tempur dalam kaitannya dengan operasi militer di pegunungan dan daerah karst, dan analogi antara operasi militer di Sungai Soča dan operasi militer di daerah Zawar Kili dan Shah-i-Khot, Afghanistan.

Kata kunci: Geologi militer, peperangan gunung, daerah karst, analisis medan, “kecerdasan geologi”

ABSTRACT

During World War I, a conflict between Austrian and Italian soldiers occurred, where Austrian engineer units built hallways in the karst region Soča river. Karst phenomena (caverns) and other fortifications, giving the Austrian army tactical advantage. Construction of these caverns were a consequence of the conditions and the geological structure of the area. Meanwhile, another military conflict occurs in Afghanistan. In areas where the terrain morphology supports guerrilla tactics and where the functions of modern military technology is limited by the configuration of the battlefield, the author depicts the possible views of the future battlefield. Al-Qa'ida members in eastern Afghanistan took advantage of the geological structure of the area and develop a network of tunnels of natural caves. Although the network of tunnels in Afghanistan built mainly of sandstone and metamorphic rocks, we can compare it with a system of hallways Austria. In the sense that this paper shows the influence of geological conditions on the battlefield in relation to military operations in the mountains and karst regions, and the analogy between military operations on the Soča river and military operations in the area of Zawar Kili and Shah-i-Khot, Afghanistan.

(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah berjudul “Geomiliter dan Aplikasinya pada Operasi Militer: Perbandingan di Daerah Sungai Soča, Kroasia dengan Daerah Zawar Kili dan Shah-i-Khot, Afghanistan” dengan baik. Melalui makalah ini, penulis mencoba untuk memaparkan aspek geologi dan kaitannya dengan operasi militer pada kedua daerah tersebut.

Penulis menyadari bahwa makalah ini dapat terselesaikan melalui bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Ir. Budi Brahmantyo M. Sc, selaku dosen pengampu mata kuliah referat

2. Orangtua yang mendukung proses belajar penulis, baik secara material maupun spiritual

3. Mahasiswa Teknik Geologi ITB khususnya angkatan 2014 atas kerjasama serta sarannya.

Harapan penulis, ada pihak yang mendapatkan manfaat dari penulisan makalah ini. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna dan mengharapkan kritik serta saran terhadap makalah ini sehingga dapat menjadi lebih baik kedepannya. Terima kasih.

Bandung, 21 Oktober 2016

(4)

DAFTAR ISI

BAB III TINJAUAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 Aspek Geologi Daerah Sungai Soča, Kroasia ... 10

3.2 Aspek Geologi Daerah Zawar Kili dan Shah-i-Khot, Afghanistan ... 13

BAB IV ANALISIS 4.1 Kondisi Geologi ... 14

4.2 Kerentanan Geologi dari Fasilitas Militer Bawah Tanah ... 18

4.3 Peranan Ilmu Geologi dalam Perencanaan dan Pengambilan Keputusan Militer ... 18

BAB V KESIMPULAN ... 21

DAFTAR PUSTAKA ... 23

(5)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1a. Peta politik di perbatasan antara Italia dengan Kekaisaran Austro-Hungaria tahun 1894 (Hoić, 1894 dalam Zečević & Jungwirth, 2007) ... 11

Gambar 1b. Peta geologi daerah sekitar Sungai Soča dan Gunung San Michele, Kroasia (Jelić & Kalogijera, 2001 dalam Zečević & Jungwirth, 2007). ... 11

Gambar 1c. Peta situasi pertempuran antara tentara Austro-Hongaria dengan Italia. Garis merah menunjukkan garis medan pertempuran pada 1915/1916 ... 12

Gambar 2. Penggambaran struktur geologi dari medan di sekitar Gunung San Michele (Tentor, dkk., 1994 dalam Zečević & Jungwirth, 2007)... 12 Gambar 3. Peta geologi daerah timur Afghanistan (Wahl & Doebrich, 2006) ... 13

Gambar 4a. Gua-gua pertahanan Austro-Hungaria beserta kelengkapan artilerinya (Gariboldi, 1926 dalam Zečević & Jungwirth, 2007) ... 15 Gambar 4b. Posisi artileri yang dibentengi oleh sistem gua-gua didalam Gunung San Michele (Gariboldi, 1926 dalam Zečević & Jungwirth, 2007). ... 15 Gambar 5. Rekonstruksi ideal – profil posisi artileri pasukan Austro-Hungaria yang diperkuat pertahanannya didalam gua-gua batugamping (Modifikasi dari Tavagnutti, 2002 dalam Zečević & Jungwirth, 2007) ... 16 Gambar 6. Rekonstruksi ideal – profil markas bertingkat-banyak pasukan Al-Qa’ida yang pertahanannya diperkuat oleh gua-gua dan sistem terowongan batupasir di timur Afghanistan dan rekonstruksi penyerangan markas bawah tanah bertingkat-banyak pasukan Al-Qa'ida dengan proyektil “pintar” GBU-29 "bunker buster" yang dapat menembus kedalam permukaan tanah (Modifikasi dari Zečević, 2004 dalam Zečević & Jungwirth, 2007) ... 17

(6)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Secara umum, geologi berperan dalam aspek yang berhubungan dengan sumber daya mineral, sumber daya energi, sumber daya kewilayahan, dan kebencanaan. Banyak sekali cabang dari geologi yang berhubungan dengan empat aspek di atas, sehingga geologi semakin berkembang dan dapat dimanfaatkan di berbagai bidang, seperti tambang, minyak & gas bumi, pariwisata, teknik sipil & perencanaan, farmasi & kedokteran, hukum & militer.

Cabang geologi yang berhubungan dengan militer disebut sebagai geologi militer.Geologi militer di seluruh dunia sangat bermanfaat bagi kepentingan militer, baik pada saat perang maupun pada saat tidak terjadi perang. Geologi sebagai ilmu kebumian sangat mendukung berbagai kepentingan militer, namun penelitian geologi untuk kebutuhan militer di Indonesia masih belum banyak dilakukan, walaupun di Indonesia terdapat banyak instansi yang berhubungan dengan geologi maupun perguruan tinggi penyelenggara pendidikan geologi.

Dalam makalah ini, penulis meninjau pengaruh geologi yang mendasari medan pertempuran dan efeknya pada operasi militer di daerah pegunungan dan karst. Contoh pertama yang diberikan adalah operasi militer di Sungai Soča, Kroasia (1915-1917) dan operasi militer Amerika Serikat dan sekutunya yang kedua di Afghanistan (2001-2006).

1.2. Rumusan Masalah

(7)

1.3. Tujuan

a. Mengetahui perbandingan dan pengaruh kondisi geologi terhadap operasi militer. b. Mengetahui faktor kerentanan geologi dari fasilitas militer bawah tanah.

c. Mengetahui metode geosains untuk mendeteksi keberadaan fasilitas militer bawah tanah. d. Mengetahui peranan ilmu geologi dalam perencanaan dan pengambilan keputusan militer.

1.4. Metode Penulisan

Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah studi literatur melalui berbagai sumber informasi yang dibutuhkan yaitu dari berbagai buku, jurnal ilmiah, makalah, situs akademik dan literatur lain yang dikumpulkan atas dasar adanya kebutuhan dalam pembahasan makalah ini. Literatur utama dalam penyusunan makalah ini berupa dua makalah ilmiah berjudul The Influence of Geology on Battlefield Terrain and it’s Affects on Military Operations in Mountains and Karst Regions: Examples from WW1 and

Afghanistan yang disusun oleh Marko Zečević dan Enio Jungwirth pada tahun 2007 dan makalah ilmiah berjudul Military Geology and Comprehensive Security Geology – Applied Geologic Contributions to New Austrian Security Strategy yang disusun oleh Hermann Häusler pada tahun 2015. Selanjutnya, dari kedua makalah tersebut dilakukan analisis sehingga diperoleh kesimpulan yang menjawab tujuan penulisan makalah ini.

1.5. Sistematika Penulisan

Penulisan makalah ini dibagi atas sistematika dengan rincian sebagai berikut. Bab I berisi tentang pendahuluan, yang terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan, dan sistematika penulisan.

Bab II berisi tentang dasar teori mengenai geologi militer secara umum, “kecerdasan geologi”, dan analisis medan.

Bab III berisi tentang tinjauan dan aspek geologi dari daerah Sungai Soča, Kroasia serta daerah Zawar Kili dan Shah-i-Khot, Afghanistan.

(8)

BAB II

DASAR TEORI

2.1. Geologi Militer

Di banyak negara istilah "geologi militer" (Militärgeologie) atau "geologi peperangan" (Kriegsgeologie) umum digunakan sebagai aplikasi geologi permukaan dan bawah permukaan untuk aplikasi geologi untuk mendukung operasi militer, baik selama masa damai maupun masa perang. (Schramm, 2006 dalam Häusler, 2015).

Dalam buku "Glossary of Geology" (Jackson, 1997 dalam Häusler, 2015) "geologi militer" didefinisikan sebagai:

a) Cabang-cabang dari ilmu bumi, terutama geomorfologi, ilmu tanah, dan klimatologi, yang diterapkan untuk kepentingan militer seperti analisis medan, persediaan air, gerakan lintas alam, lokasi bahan konstruksi, pembangunan jalan dan lapangan udara.

b) Penerapan ilmu geologi untuk proses pengambilan keputusan yang diperlukan oleh komando militer.

Meskipun beberapa masalah telah berubah, kebanyakan fungsi dasar geologi militer tetap sama. "Evaluasi medan akan selalu menjadi titik fokus dari geologi militer. (Betz, 1984 dan Parry, 1984 dalam Häusler, 2015).

(9)

kemampuan melintas dari bentang alam, persediaan air minum, dan analisis medan untuk kedua tujuan - bertahan maupun menyerang (Zečević, 2003 dalam Zečević & Jungwirth, 2007).

Para ahli geologi, merupakan penasihat - baik dalam rekayasa geologi maupun hidrogeologi - juga sebagai perwira staf dalam komando militer yang lebih tinggi, sehingga dapat memberikan pemanfaatan geologi yang terbaik untuk operasi militer. Pendidikan dari universitas dan pengetahuan teoritis sangatlah berguna, namun pengalaman yang diperoleh dari proyek-proyek diterapkan (pembuatan terowongan, skema tenaga air, pasokan air, dan konstruksi jalan raya, dsb) adalah potensi yang lebih besar dalam kaitannya untuk aplikasi militer.

2.2. “Kecerdasan Geologi”

Dalam kaitannya dengan pelaksanaan operasi militer, “kecerdasan geologi” (disebut juga “geologic intelligence”) merupakan perpaduan dari berbagai informasi geologi yang digunakan dalam analisa struktur geologi dari medan, stabilitas lereng, karakteristik kekompakan batuan, lokasi dan karakteristik gua, hidrologi air tanah, serta pembuatan evaluasi dari efektivitas penggunaan senjata. Pemanfaatan dari “kecerdasan geologi” ini diharapkan dapat memberikan informasi-informasi penting yang dibutuhkan dalam pembuatan keputusan yang dapat memenangkan pertempuran, dan juga menyelamatkan nyawa para prajurit maupun peralatan tempur (Zečević, 2004 dalam Zečević & Jungwirth, 2007).

2.3. Analisis Medan

(10)

BAB III

TINJAUAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

3.1. Aspek Geologi Daerah Sungai Soča, Kroasia

Peta Italia dan Kekaisaran Austria-Hungaria yang ditunjukkan pada Gambar 1a menunjukkan morfologi medan yang relatif beragam dan telah berkembang, termasuk rangkaian pegunungan, bukit, danau, lembah dan sungai berliku-liku (Hoić, 1894). Batugamping berumur Mesozoikum merupakan penyusun sebagian besar dari wilayah karst Adriatik, yang ditunjukkan pada Gambar 1b (Jelić & Kalogijera, 2001 dalam Zečević & Jungwirth, 2007). Pegunungan Alpen terbentuk pada kala Oligosen dan Miosen sebagai akibat dari tekanan yang mendesak geosinklin Tethyan, ketika lapisan Mesozoikum dan Kenozoikum dihimpit oleh daratan Eurasia yang stabil dengan daratan Afrika yang bergerak kearah utara. Sejarah geologi yang kompleks dicerminkan oleh medan yang terbentuk pada wilayah ini.

(11)

Gambar 1a. Peta politik di perbatasan antara Italia dengan Kekaisaran Austro-Hungaria tahun 1894 (Hoić, 1894 dalam Zečević & Jungwirth, 2007).

(12)

Gambar 1c. Peta situasi pertempuran antara tentara Austro-Hongaria dengan Italia. Garis merah menunjukkan garis medan pertempuran pada 1915/1916 (Zečević & Jungwirth, 2007).

(13)

3.2. Aspek Geologi Daerah Zawar Kili dan Shah-i-Khot, Afghanistan

Peta geologi daerah timur Afghanistan yang ditunjukkan pada Gambar 3 menunjukkan litologi yang dominan berupa batupasir berumur Tersier, serta batuan metamorf gneiss dan sekis yang berumur Mesozoikum hingga Paleozoikum (Wahl & Doebrich, 2006). Morfologi medan daerah ini sangat mendukung taktik gerilya, dikarenakan kesulitan medan perang yang membatasi penggunaan taktik modern.

Sistem terowongan dan gua-gua terletak di wilayah Zawar Kili di Provinsi Paktia di timur Afghanistan dan Lembah Shah-i-Khot di tenggara, yang hampir keseluruhannya dibangun dalam litologi batupasir dan batuan metamorf. "Benteng Tora Bora" adalah sistem terowongan dan ruang untuk meningkatkan sistem gua yang ada di White Mountains, disebelah baratdaya dari Jalalabad, di Timur Afghanistan, dekat perbatasan dengan Pakistan. Nama "Tora Bora" diterjemahkan sebagai "debu hitam". Sistem gua dan tebing yang dalam membuat tempat ini hampir mustahil ditembus oleh pemboman dari permukaan.

(14)

BAB IV

ANALISIS

4.1. Kondisi Geologi

Meskipun jaringan terowongan Afghanistan di daerah Zawar Kili dan Shah-i-Khot sebagian besar dibangun pada batupasir dan batuan metamorf, hal ini dapat dibandingkan dengan sistem lorong-lorong Austro-Hungaria di wilayah karst Sungai Soča. Perbedaan dari pandangan taktis adalah posisi sistem lorong-lorong Austro-Hungaria yang berada tidak jauh di bawah permukaan, sedangkan jaringan terowongan Afghanistan bisa jauh lebih dalam (hingga 350 meter dari permukaan). Kedalaman struktur militer tersebut bergantung kepada keadaan geologi yang mendasari daerah, pengetahuan teknik, dan potensi efektivitas senjata yang digunakan. Teknologi militer sekarang memiliki proyektil "pintar" yang dapat menembus hingga 30 meter di bawah tanah, melewati 6 meter batuan padat dan memiliki mekanisme time-delay untuk meledakkan 300 kg bahan peledak berkekuatan tinggi yang dikemas dalam bagian belakang selubungnya (dikenal sebagai proyektil GBU-28 "bunker buster"). Namun - perkecualian pada sistem terowongan yang relatif dangkal - posisi gerilya dan infrastruktur mereka akan tetap utuh.

(15)

(Gariboldi, 1926 dalam Zečević & Jungwirth, 2007). Contoh rekonstruksi ideal posisi artileri Austro-Hungaria yang dibentengi batugamping dengan baik di Gunung St. Michele ditunjukkan pada Gambar 5 (Tavagnutti, 2002 dalam Zečević & Jungwirth, 2007).

Gambar 4a. Gua-gua pertahanan Austro-Hungaria beserta kelengkapan artilerinya (Gariboldi, 1926).

(16)

Gambar 5. Rekonstruksi ideal – profil posisi artileri pasukan Austro-Hungaria yang diperkuat pertahanannya didalam gua-gua batugamping (Modifikasi dari Tavagnutti, 2002 dalam Zečević & Jungwirth, 2007).

(17)

Gambar 6. Rekonstruksi ideal – profil markas bertingkat-banyak pasukan Al-Qa’ida yang pertahanannya diperkuat oleh gua-gua dan sistem terowongan batupasir di timur Afghanistan (atas) – dan rekonstruksi penyerangan markas

(18)

4.2. Kerentanan Geologi dari Fasilitas Militer Bawah Tanah

Kerentanan geologi dari fasilitas militer bawah tanah merupakan fungsi dari tiga variabel: kedalaman di bawah permukaan tanah, kekuatan massa-batuan dan penetrabilitas permukaan-lapisan (Eastler, dkk., 1998 dalam Zečević & Jungwirth, 2007). Namun, batupasir harus dievaluasi secara terpisah karena memiliki sifat fisik yang sangat bervariasi. Misalnya, batupasir kuarsa dan batulanau memiliki kekuatan geser (shear strength) yang tinggi. Contoh perbentengan dari material tersebut dapat bertahan berbulan-bulan, baik dari pengeboman darat maupun sungai oleh beberapa senjata terbesar Angkatan Darat Union pada Perang Saudara Amerika selama pengepungan Vicksburg pada tahun 1863 (Coleman, 2004 dalam Zečević & Jungwirth, 2007).

Penetrasi proyektil serta daya ledak bom dan proyektil bergantung kepada jenis tanah dan jenis batuan dasar. Efek penetrasi dari proyektil bergantung kepada jenis medan: apakah medan tersebut alami atau telah dibangun. Faktor lain adalah potensi penguatan sebagai struktur bawah permukaan yang dapat meningkatkan kemungkinan bertahan dari pengeboman. Akan tetapi, pintu masuk terowongan sangat rentan terhadap bom konvensional maupun yang dapat menembus, meskipun biasanya ada lebih dari 1 jalan keluar dari sistem terowongan. Peledakan pintu masuk utama mungkin dilakukan, meskipun tidak memiliki efek 'menjebak' yang diinginkan. Untuk sistem terowongan dan gua modern yang kompleks, terdapat sistem ventilasi yang efektif untuk dijadikan sasaran, karena merupakan bagian yang paling rentan terhadap pemboman. Gambar 6 menunjukkan rekonstruksi penyerangan markas bawah tanah bertingkat-banyak pasukan Al-Qa'ida dengan proyektil “pintar” GBU-29 "bunker buster", yang dapat menembus kedalam permukaan tanah hingga 30 meter (Zečević, 2004 dalam Zečević & Jungwirth, 2007).

4.3. Peranan Ilmu Geologi dalam Perencanaan dan Pengambilan Keputusan Militer

(19)

digital terpadu medan perang memungkinkan untuk memprediksi parameter geologi militer yang penting dari kombinasi data militer, geologi, topografi dan tanah. Prediksi ini kemudian dapat digunakan untuk analisis geologi lebih lanjut, visualisasi komputer 3-D, atau sebagai masukan ke simulasi instalasi militer permukaan dan bawah tanah. Metodologi integrasi data-data diatas dapat diimplementasikan kedalam Proses Pembuatan Keputusan Militer (Military Decision Making Processes/MDMP) di mana informasi digambarkan dan teknik pemodelan medan yang tersedia dapat meningkatkan visualisasi pemimpin militer dari medan perang melalui integrasi berbagai dimensi (Doyle, 2003 dalam Zečević & Jungwirth, 2007). Penting untuk disadari, bahwa telah terjadi kemajuan pesat dalam pengelolaan medan perang selama beberapa tahun terakhir (Jungwirth & Zečević, 2005 dalam Zečević & Jungwirth, 2007). Dalam konflik di masa depan, keunggulan informasi akan menjadi sangat penting untuk mencapai kemenangan. Teknologi informasi dapat membantu para perencana militer dan komandan militer untuk lebih memahami faktor-faktor geologi dan pengaruh kondisi geologi dari medan pada situasi perang. Analisis data-data yang ada akan menjadi faktor penting untuk memberikan keunggulan militer dalam pertempuran.

Dalam geosains, ada dua jenis metode utama untuk mendeteksi dan menemukan adanya ruang di bawah tanah: secara remote-sensing (penginderaan jauh) atau secara langsung (berbasis darat). Metode penginderaan jarak jauh menggunakan satelit (biasanya data multi atau hiper-spektral) untuk secara akurat mengkarakterisasi topografi permukaan maupun kemungkinan geologi dekat-permukaan. Metode berbasis darat meliputi metode geofisika dangkal (misalnya radar penembus-tanah/ground-penetrating radar atau survei elektromagnetik) dan pengukuran langsung oleh sensor inframerah genggam untuk menemukan dan mengkarakterisasi fasilitas bawah tanah musuh (Llopis et al., 2003 dalam Zečević & Jungwirth, 2007). Pada dasarnya, metode berbasis darat lebih efektif tetapi pelaksanaannya sulit untuk dilakukan di wilayah pegunungan seperti di Afghanistan, terlebih lagi daerah ini merupakan daerah konflik yang rentan terhadap serangan.

(20)

juga menyelamatkan nyawa para prajurit maupun peralatan tempur. Sistem Informasi Geografis (SIG) dan teknologi Global Positioning System (GPS) yang berkaitan dapat meningkatkan kecepatan dan kualitas keputusan, dalam pandangan penuh dari segala kegiatan yang berhubungan dengan medan. Sistem Informasi Geografis (SIG) juga dapat digunakan secara akurat untuk menemukan dan mengintegrasikan fitur taktis, tanah, data geologi dan topografi, sumber daya alam, dan jenis-jenis fitur medan lainnya, seperti ditunjukkan pada Gambar 7 (Zečević, 2004 dalam Zečević & Jungwirth, 2007). Penekanan dalam geologi militer, baik untuk mendeteksi instalasi militer bawah tanah maupun menilai potensi efektivitas senjata dan kerentanan sasaran sangatlah penting. Pemodelan matematika dari interaksi terminal antara mekanisme senjata untuk menyerang dan ukuran pelindung dari target juga bisa dilakukan. Teknologi penginderaan jauh, dari satelit ataupun berbasis-pesawat, dapat memberikan citra satelit multispektral, yang digunakan untuk mengidentifikasi fitur-fitur khusus pada data, seperti mineral dan batuan. Informasi tentang keadaan geologi dari fasilitas militer musuh dapat digunakan untuk menentukan senjata paling tepat yang digunakan dan metode serangan yang paling efektif, yang akan menghasilkan keunggulan militer di pihak yang bersangkutan.

Gambar 7. Integrasi dari data peta geologi, tanah, topografi, dan taktis sebagai bagian dari “kecerdasan geologi” dalam perencanaan dan pengambilan keputusan militer. (Modifikasi dari Zečević, 2004 dalam Zečević & Jungwirth,

(21)

BAB V

KESIMPULAN

1. Perbandingan kondisi geologi terhadap operasi militer di daerah Sungai Soča, Kroasia dengan daerah Zawar Kili dan Shah-i-Khot, Afghanistan dan pengaruh kondisi geologi terhadap operasi militer adalah sebagai berikut:

Sistem terowongan dan gua-gua di wilayah karst Sungai Soča, Kroasia terdapat pada litologi batugamping berumur Mesozoikum, dimana posisinya berada tidak jauh di bawah permukaan. Sedangkan sistem terowongan dan gua-gua di daerah Zawar Kili dan Shah-i-Khot, Afghanistan terdapat pada litologi yang didominasi oleh batupasir berumur Tersier serta batuan metamorf gneiss dan sekis yang berumur Mesozoikum hingga Paleozoikum, dimana posisinya bisa jauh lebih dalam (hingga 350 meter dari permukaan), sehingga dapat membentuk banyak tingkatan pada sistem tersebut.

Litologi dan medan dapat memberikan keunggulan maupun kelemahan bagi kedua belah pihak yang saling berperang. Kondisi geologi juga berpengaruh terhadap operasi militer dalam menentukan kedalaman struktur militer, yang bergantung kepada keadaan geologi yang mendasari daerah, pengetahuan teknik, dan potensi efektivitas senjata yang digunakan.

2. Faktor kerentanan geologi dari fasilitas militer bawah tanah merupakan fungsi dari variabel berikut:

Kedalaman di bawah permukaan tanah

Kekuatan massa-batuan.

Penetrabilitas permukaan-lapisan.

3. Metode geosains untuk mendeteksi keberadaan fasilitas militer bawah tanah, meliputi:

Metode penginderaan jarak jauh menggunakan satelit (biasanya data multi atau

hiper-spektral) untuk secara akurat mengkarakterisasi topografi permukaan maupun kemungkinan geologi dekat-permukaan.

(22)

langsung oleh sensor inframerah genggam untuk menemukan dan mengkarakterisasi fasilitas bawah tanah musuh.

4. Berikut merupakan peranan ilmu geologi dalam perencanaan dan pengambilan keputusan militer:

Integrasi dari data peta geologi, tanah, topografi, dan taktis penting sebagai bagian dari “kecerdasan geologi” dalam perencanaan dan pengambilan keputusan militer.

Peta topografi dan peta geologi yang akurat serta pengetahuan medan merupakan bagian integral dan penting dari semua proses perencanaan militer.

Hasil analisis dari integrasi data-data militer, geologi, topografi dan tanah dapat diimplementasikan kedalam Proses Pembuatan Keputusan Militer (Military Decision Making Processes/MDMP), yang dapat dikembangkan menjadi faktor penting untuk memberikan keunggulan militer dalam pertempuran.

(23)

DAFTAR PUSTAKA

Häusler, Hermann. 2015. Military Geology and Comprehensive Security Geology – Applied Geologic Contributions to New Austrian Security Strategy. Austrian Journal of Earth Sciences. 108/2, hlm. 302-316.

Knowles, Robert B. dan Wedge, William K. 1998. Military Geology and the Gulf War. GSA – Reviews in Engineering Geology. XIII, hlm. 117-124.

Whitmore, Frank C. Jr. 1960. Terrain Intelligence and Current Military Concepts. American Journal of Science. 258-A, hlm. 375-387.

Zakaria, Zufialdi. 2005. Peran Geologi Teknik dan Analisis Kewilayahan dalam Geologi Militer di Indonesia. Bulletin of Scientific Contribution. 3, hlm. 103-110.

(24)

Gambar

Gambar 1a. Peta politik di perbatasan antara Italia dengan Kekaisaran Austro-Hungaria tahun 1894 (Hoić, 1894dalam Zečević & Jungwirth, 2007)
Gambar 1c. Peta situasi pertempuran antara tentara Austro-Hongaria dengan Italia. Garis merah menunjukkan garis medan pertempuran pada 1915/1916 (Zečević & Jungwirth, 2007)
Gambar 3. Peta geologi daerah timur Afghanistan (Wahl & Doebrich, 2006)
Gambar 4a. Gua-gua pertahanan Austro-Hungaria beserta kelengkapan artilerinya (Gariboldi, 1926)
+4

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur dipanjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/ Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat-Nya, skripsi yang berjudul “Pengaruh Ukuran Perusahaan,

2 Kadek Ayu Yogamurti Setiadewi dan Ida Bgs.Anom Purbawangsa Pengaruh Ukuran Perusahaan dan Leverage terhadap Profitabilitas dan Nilai Perusahaan Variabel Dependen: