• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH TINGKAT PEMAHAMAN MATERI SOSIAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGARUH TINGKAT PEMAHAMAN MATERI SOSIAL"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH TINGKAT PEMAHAMAN MATERI

SOSIALISASI PEMILIHAN UMUM WALIKOTA YOGYA 2017

OLEH KPU KOTA YOGYAKARTA TERHADAP TINGKAT

PARTISIPASI POLITIK PADA WARGA GONDOKUSUMAN DI

YOGYAKARTA

Disusun Sebagai Tugas Mata Kuliah

Metode Penelitian Komunikasi Kuantitatif dan Statistika

Dosen Pengampu : Dr. Suciati, S.Sos., M.Si.

Disusun Oleh :

Muhammad Afnan Banu Aji

20140530306

Kelas A

(2)

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Pemilihan umum memegang peranan penting dalam demokrasi yang menentukan kebijakan pemerintah ke depannya. Oleh karena itu pemilu harus diperhatikan lebih lanjut, agar masyarkat tidak mengalami disinformasi yang mengakibatkan tidak menggunakan hak suara dalam memilih dalam artian Golput (Golongan Putih).

Selama ini tingkat partisipasi masyarakat dalam memilih memang sangat kurang, seperti halnya di Kota Yogyakarta misalnya. Merujuk pada data KPU Kota Yogyakarta dalam Pemilihan Umum Walikota (Pilwali) Yogya, dimana tingkat partisipasi pemilih di Pilwali 2006 hanya 53% dan Pilwali 2011 hanya naik sedikit menjadi 54%. Melihat itu semua "Kami membidik partisipasi masyarakat dalam Pilwali tahun 2017 mendatang dapat meningkat menjadi 67,5%," ujar Wawan Budianto selaku Kepala KPU Kota Yogyakarta. ( http://jogja.tribunnews.com/2016/02/12/tingkat-partisipasi-pemilih-di-kota-yogya-masih-rendah-dalam-pilkada, 2016).

Tahun 2017 ini tepatnya pada tangga 15 Februari 2017 merupakan jadwal dilaksanakannya Pemilihan Umum Walikota Yogyakarta. Setidaknya ada 14 Kecamatan yang akan ikut berpartisipasi dalam memilih Walikota dan Wakil Walikota Yogyakarta tersebut.

(3)

seperti pembuatan “Gubug Informasi” di berbagai titik di Kecamatan Kota Yogyakarta. Ini bukan sembarang gubuk, melainkan pusat informasi mengenai seluk-beluk pemilihan wali kota Yogyakarta 2016. Gubuk informasi ini juga menjadi tempat berkumpul, berdialog, dan bertanya warga mengenai pilwali 2017. (http://www.kpu-jogjakota.go.id/main.php?h=QmVyaXRhSXNp &i=MjI2#sthash.B3osr7QN.dpuf, 2016). “Gubuk Informasi” yang berada di setiap Kecamatan Kota Yogyakarta itu sendiri juga merupakan praktik perdana sosialisasi dalam sejarah pemilu di Indonesia. Inilah yang menjadi alasan penulis memilih Kota Yogyakarta sebagai objek penelitian terkait sosialisasi Pilwali 2017.

Selain itu sosialisasi pemilu Walikota Yogya tahun 2017 juga sangat terbaharukan, pasalnya sosialisasi pemilu Walikota Yogya tahun 2017 tersebut juga lebih dikemas secara fresh dan kreatif, salah satunya dengan mengadakan acara Car Free Day (CFD) di sepanjang Jalan Jendral Sudirman, Gondokusuman, Yogyakarta pada Ahad, 17 Juli 2016 beberapa saat lalu. Sosialisasi yang dilakukan di CFD tersebut juga bukan karena sebab, mengingat banyak dari warga ataupun masyarakat Kecamatan Gondokusuman tersebut tidak menggunakan hak pilihnya di Pilwali 2011 lalu. Itu semua sesuai dengan data dari KPU Kota Yogyakarta yang menunjukan bahwa 41,6% dari jumlah Daftar Pemilih Tetap (DPT) di Kecamatan Gondokusuman tidak datang ke Tempat Pemungutan Suara (TPS) untuk melakukan pencoblosan. “Gondokusuman memang tercatat partisipasi pemilihnya rendah dibanding wilayah lain” ujar Ketua Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK) Gondokusuman Ratri Andaru Respati di Pilwali 2011 tersebut. ( http://tribunjateng.comseparuh-pemilih-di-gondokusumo-tidak-gunakan-haknya.html, 2016). Pada dasarnya sosialisasi kreatif semacam ini dilakukan agar tingkat partisipasi masyarakat dalam memilih semakin tinggi, sehingga demokrasi di Kota Yogyakarta ini juga semakin ideal, dalam artian jauh dari golput.

(4)

informasi serta mengalami kesulitan dalam memahami materi sosialisasi terkait pemilihan umum untuk Walikota Yogyakarta tersebut. Hal inilah yang menjadi menarik untuk diteliti lebih lanjut.

Penelitian ini dilakukan guna menunjukkan bagaimana pengaruh tingkat pemahaman terhadap materi sosialisasi Pemilu Walikota Yogyakarta 2017 yang dilakukan oleh KPU Kota Yogyakarta terhadap tingkat partisipasi politik masyarakat dalam memilih Walikota Yogyakarta pada Tahun 2017 mendatang. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi gambaran untuk KPU Kota Yogyakarta pada khususnya, dalam hal membuat prosedur sosialisasi Pemilu ke depannya dan Masyarakat Kota Yogyakarta pada umumnya untuk lebih sadar akan pentingnya memahami materi terkait Pemilu Walikota Yogyakarta, atau pemilu-pemilu yang diselenggarakan lainnya.

B. RUMUSAN MASALAH

Seberapa besar pengaruh tingkat pemahaman masyarakat terkait materi sosialisasi pemilu terhadap tingkat partisipasi politik pada Pemilihan Umum Walikota Yogyakarta tahun 2017 ?

C. KERANGKA TEORI

1. Teori Matematikal Komunikasi

(5)

yang ditimbulkan tidak sesuai dengan apa yang diharapkan, maka mazhab ini cenderung berbicara tentang kegagalan komunikasi. Ia melihat ke tahap-tahap dalam komunikasi tersebut untuk mengetahui di mana letak kegagalannya. Selain itu, mazhab proses juga cenderung mempergunakan ilmu-ilmu sosial, terutama psikologi dan sosiologi, dan cenderung memusatkan dirinya pada tindakan komunikasi. (Lingga, 2016).

Model Matematikal itu menggambarkan komunikasi sebagai proses linier :

(Gambar 1. Model Matematikal Shannon dan Weaver)

Gambar 1 tersebut menunjukan bahwa sumber informasi memproduksi sebuah (message) untuk dikomunikasikan. Pesan tersebut dapat terdiri dari kata-kata lisan atau tulisan, musik, gambar dan lain-lain. Pemancar (transmitter) mengubah pesan menjadi isyarat (signal) yang sesuai bagi saluran yang akan dipergunakan. Saluran (channel) adalah media yang menyalurkan isyarat dari pemancar kepada penerima (receiver). Dalam percakapan sumber informasi adalah benak (brain) pemancar adalah mekanisme suara yang menghasilkan isyarat, saluran (channel) adalah udara. Penerima (receiver) melakukan kebaikan operasi yang dilaksanakan pemancar, yakni merekonstruksi pesan dan isyarat. Tujuan (destination) adalah orang atau benda kepada siapa atau kepada apa pesan ditujukan. (Effendi, 1993: 257-258)

(6)

Salah satu penggiat teori ini adalah Jean Peaget. Piaget menyatakan bahwa perkembangan kognitif bukan hanya hasil kematangan organisme, bukan pula pengaruh lingkungan semata, melainkan hasil interaksi diantara keduanya. Jean Peaget mengatakan bahwa seseorang dapat membangun secara aktif dunia kognitif mereka sendiri. Dalam pandangan Piaget, terdapat dua proses yang mendasari perkembangan dunia individu, yaitu pengorganisasian dan penyesuaian. (Rini, 2016)

Jean Piaget menyebut bahwa struktur kognitif sebagai skemata (Schemas), yaitu kumpulan dari skema-skema. Seseorang individu dapat mengikat, memahami dan memberikan respons terhadap stimulus disebabkan karena bekerjanya skemata ini. Skemata ini berkembang secara kronologis, sebagai hasil interaksi antara individu dengan lingkungannya. Piaget memakai istilah scheme dengan istilah struktur. Scheme adalah pola tingkah laku yang dapat diulang dan scheme berhubungan dengan:

1. Refleks-refleks pembawaan, seperti bernapas, makan, minum.

2. Scheme mental, seperti scheme of classification (pola tingkah laku yang masih sukar diamati seperti sikap), scheme of operation (pola tingkah laku yang dapat diamati).

Selain itu ada beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan kognitif (Dahar, 2011: 141) :

1. Fisik

Interaksi antara individu dan dunia luar merupakan sumber pengetahuan baru, tetapi kontak dengan dunia fisik itu tidak cukup untuk mengembangkan pengetahuan kecuali jika intelegensi individu dapat memanfaatkan pengalaman tersebut.

2. Kematangan

(7)

kalau kurang hal itu akan membatasi secara luas prestasi secara kognitif. Perkembangan berlangsung dengan kecepatan yang berlainan tergantung pada sifat kontak dengan lingkungan dan kegiatan belajar sendiri.

3. Pengaruh sosial

Lingkungan sosial termasuk peran bahasa dan pendidikan, pengalaman fisik dapat memacu atau menghambat perkembangan struktur kognitif.

4. Proses pengaturan diri yang disebut ekuilibrasi

Proses pengaturan diri dan pengoreksi diri, mengatur interaksi spesifik dari individu dengan lingkungan maupun pengalaman fisik, pengalaman sosial dan perkembangan jasmani yang menyebabkan perkembangan kognitif berjalan secara terpadu dan tersusun baik.

3. Teori Pilihan Rasional

Teori pilihan rasional (Rational Choice Theory) sering pula disebut sebagai teori tindakan rasional (Rational Action Theory), memiliki kaitan awal dengan sosiologi Max Weber dan teori ekonomi. Teori ini pada awalnya berpengaruh kuat pada analisis-analisis ekonomi, tetapi kemudian diadopsi pula oleh sosiologi, psikologi, ilmu politik. Perannya sebagai perekat teoritis dalam ilmu-ilmu sosial, humaniora, filsafat, etnik dan hukum.

Teori ini berkembang di dalam sosiologi populer tahun 1990-an, mulai masuk ke dalam Asosiasi Sosiologi Amerika setelah munculnya penerbitan Jurnal Rationality and Society tahun 1989 dan berdirinya Seksi Pilihan Rational (Rational Choice Section) tahun 1994 di negara tersebut.

(8)

Tokoh terkenal yang konsen dalam teori tersebut adalah James S. Coleman. Ada dua unsur utama dalam teori Coleman tersebut, yakni aktor dan sumber daya. Berikut adalah penjelasan terkait yang dipaparkan oleh (Coleman dalam Ritzer, 2007: 394) :

“Basis minimal untuk sistem sosial tindakan adalah dua orang aktor, masing-masing mengendalikan sumber daya yang menarik perhatian pihak yang lain. Perhatian satu orang terhadap sumber daya yang dikendalikan orang lain itulah yang menyebabkan keduanya terlibat dalam tindakan saling membutuhkan. Terlibat dalam sistem tindakan, selaku aktor yang mempunyai tujuan, masing-masing bertujuan untuk memaksimakan perwujudan kepentingan yang memberikan ciri saling tergantung atau ciri sistemik terhadap tindakan mereka.”

Menurut Friedman dan Hechter ada tiga kelebihan yang dimiliki oleh teori pilihan rasional, yaitu : (Muhammad Rifai, 2015)

a. Memiliki kontribusi pada area pengukuran

b. Sebagai pendekatan pertikaian dalam institusi sosial dan

c. Memberikan kemungkinan tentang cara untuk menjawab pilihan tujuan individu.

Itulah penjelasan singkat teori terkait Pengaruh Tingkat Pemahaman Materi Sosialisasi Pemilihan Umum Walikota Yogya 2017 Terhadap Tingkat Partisipasi Politik Pada Warga Gondokusuman di Yogyakarta.

D. HIPOTESIS

(9)

lebih rendah atau bisa jadi apatis dalam hal partisipasi politik di Pilwali Yogya 2017.

Ha : Ada pengaruh antar tingkat pemahaman materi sosialisasi Pemilu Walikota Yogya 2017 dengan tingkat partisipasi politik warga Kecamatan Gondokusuman, Yogyakarta.

Ho : Tidak ada pengaruh antar tingkat pemahaman materi sosialisasi Pemilu Walikota Yogya 2017 dengan tingkat partisipasi politik warga Kecamatan Gondokusuman, Yogyakarta.

Itulah Ha dan Ho dari judul proposal dalam penelitian terkait pengaruh tingkat pemahaman materi sosialisasi pemilihan umum Walikota Yogya 2017 oleh KPU Kota Yogyakarta terhadap tingkat partisipasi politik pada Warga Gondokusuman di Yogyakarta.

E. KERANGKA PIKIR

Membahas mengenai tingkat pemahaman, dalam hal ini terkait dengan materi sosialisasi pemilih Walikota Yogyakarta yang akan dilaksanakan pada tahun 2017 mendatang dan pengaruhnya pada tingkat partisipasi politik dalam pemilu Pilwali Kota Yogyakarta 2017 itu memang saling berkaitan satu sama lain. Itu semua bisa dilihat dari definisi beserta pendapat ahli terkait hubungan antar kedua variabel tersebut.

Pengertian pemahaman menurut psikologi umum yang disitir Evana (1997) merupakan suatu proses pengertian logis dengan aktifitas fikir dalam menerima informasi yang dilakukan secara sadar, sengaja dan teliti melalui indera, setelah terjadi pengubahan informasi menjadi simbol informasi atau gelombang listrik dalam otak selanjutnya simbol tersebut akan disimpan di dalam memori (sistem pengolahan informasi dalam otak) dalam jangka yang panjang atau permanen sewaktu-waktu siap untuk dipanggil kembali.

(10)

aspek kognitif, aspek afektif ataupun psikomotorik yang secara langsung ataupun tidak langsung melakukan respon terhadap pemahaman yang di dapat.

Aspek psikhomotorik itu sendiri merupakan respon berupa tindakan dan pernyataan mengenai perilaku. Perilaku merupakan salah satu aspek dari sikap seseorang yang berkaitan dengan proses interaksi sosial antara dirinya dengan sesamanya, sehingga perilaku tersebut cenderung mengarah dan berhubungan dengan individu lainnya. Respon yang dilakukan bisa dalam bermacam-macam bentuk. Salah satunya dalam bentuk perilaku praktik partisipasi politik.

Herbert McClosky berpendapat bahwa partisipasi politik adalah kegiatan-kegiatan sukarela dari warga masyarakat melalui mana mereka mengambil bagian dalam proses pemilihan penguasa, dan secara langsung atau tidak langsung, dalam proses pembentukan kebijakan umum. Untuk lebih jelasnya, berikut adalah ilustrasi hubungan antara tingkat pemahaman terkait sosialisasi materi dan tingkat partisipasi politik dalam Pilwali Yogya 2017 mendatang.

(Gambar 2. Hubungan antar Variabel)

Itulah singat hubungan antara variabel tingkat pemahaman sosialisasi materi Pilwali Yogya 2017 dan tingkat partisipasi politik pada Pilwali Yogya 2017.

F. DEFINISI KONSEPTUAL DAN OPERASIONAL Definisi Konseptual

(11)

- Tingkat : Menyatakan Kualitas atau keadaan yang sangat, dipandang dari titik tertentu (KBBI, 2012)

- Pemahaman :

Kemampuan untuk menerjemahkan, menginterpretasikan (menafsirkan), mengekstrapolasi (mengungkapkan makna dibalik suatu kalimat) dan menghubungkan diatas fakta atau konsep. (Syafrudin, 2002)

Melihat pengertian di atas, jadi bisa dijelaskan bahwa Tingkat Pemahaman adalah kualitas atau keadaan yang sangat, dipandang dari titik kemampuan untuk menerjemahkan, menginterpretasikan (menafsirkan), mengekstrapolasi (mengungkapkan makna dibalik suatu kalimat) dan menghubungkan diatas fakta atau konsep

b. Variabel Y : Tingkat Partisipasi Politik

- Tingkat : Menyatakan Kualitas atau keadaan yang sangat, dipandang dari titik tertentu (KBBI, 2012)

- Partisipasi Politik :

Kegiatan-kegiatan sukarela dari warga masyarakat melalui mana mereka mengambil bagian dalam proses pemilihan penguasa, secara langsung, maupun tidak langsung dan dalam proses pembentukan kebijakan umum. (Herbert Mc.Klosky).

Melihat pengertian di atas, jadi bisa dijelaskan bahwa Tingkat Partisipasi Politik adalah kualitas atau keadaan yang sangat, dipandang dari kegiatan-kegiatan sukarela dari warga masyarakat melalui mana mereka mengambil bagian dalam proses pemilihan penguasa, secara langsung, maupun tidak langsung dan dalam proses pembentukan kebijakan umum.

Definisi Operasional

a. Variabel X : Tingkat Pemahaman

Tingkat kemampuan untuk menerjemahkan, menginterpretasi dan mengekstrapolasi pesan sosialisasi materi pemilihan umum Walikota Yogya tahun 2017 oleh Warga Gondokusuman, Yogyakarta.

(12)

1. Seberapa paham Warga Gondokusuman, Yogyakarta dalam menerjemahkan pesan sosialisasi ?

2. Seberapa paham Warga Gondokusuman, Yogyakarta dalam menginterpretasikan pesan sosialisasi ?

3. Seberapa paham Warga Gondokusuman, Yogyakarta dalam mengekstrapolasikan pesan sosialisasi ?

b. Variabel Y : Tingkat Partisipasi Politik

Tingkat kegiatan-kegiatan sukarela dari warga masyarakat melalui mana mereka mengambil bagian dalam proses pemilihan penguasa, secara langsung, maupun tidak langsung dan dalam proses pembentukan kebijakan umum di Pemilihan Walikota Yogya tahun 2017 oleh Warga Gondokusuman, Yogyakarta.

Hal ini diukur dengan :

1. Seberapa besar Warga Gondokusuman, Yogyakarta mengambil bagian dalam proses pemilihan di Pilwali Yogya 2017 ?

2. Seberapa besar Warga Gondokusuman, Yogyakarta berkontribusi dalam pembentukan kebijakan di Pilwali Yogya 2017 ?

G. METODOLOGI PENELITIAN

Metode penelitian merupakan cara teknis tentang metode yang digunakan dalam penelitian. (Sulistyo-basuki, 2006:93). Adapun Metodologi yang dipakai oleh penulis dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif untuk mengukur seberapa besar pengaruh tingkat pemahaman materi sosialisasi terhadap tingkat partisipasi politik di Pilwali Yogya 2017.

1. Jenis Penelitian

(13)

menggunakan jenis penelitian sensus. Penelitian sensus itu sendiri merupakan penelitian yang mengambil satu kelompok populasi sebagai sampel secara keseluruhan dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data untuk mendapatkan infromasi spesifik (Usman, 2008).

2. Sumber Data

Dalam penelitian ini penulis menggunakan dan mengandalkan data dari peristiwa atau aktivitas terkait sosialisasi pemilu Walikota Yogya tahun 2017 dan gambaran terkait tingkat partisipasi politik dalam memilih Walikota Yogyakarta di periode sebelumnya.

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data primer dan sekunder. Dimana dalam penelitian primer penulis menggunakan kuisioner, wawancara dan observasi untuk memperoleh data terkait penelitian. Sedangkan data sekunder diperoleh dari melakukan studi perpustakaan melalui literatur, surat kabar, jurnal, serta situs internet yang dapat memberikan informasi yang sesuai dengan penelitian terkait.

4. Teknik Sampling

Penelitian ini akan dilakukan di Kecamatan Gondokusuman Yogyakarta. Adapun teknik pengambilan sampelnya menggunakan Cluster Sampling. Teknik ini digunakan apabila populasi terbesar dalam beberapa daerah, provinsi, kabupaten, kecamatan dan seterusnya. Pada peta daerah diberi petak dan setiap petak diberi nomor. Nomor-nomor itu kemudian ditarik secara acak untuk dijadikan anggota sampelnya. (Rakhmat, 2012: 44).

5. Uji Validitas dan Reliabilitas

(14)

(Gambar 3. Rumus Uji Korelasi)

Keterangan

rxy : Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y

Σx y : Jumlah perkalian antara variabel x dan Y ∑ x2 : Jumlah dari kuadrat nilai X

∑ y2 : Jumlah dari kuadrat nilai Y

x ¿

¿ ¿

: Jumlah nilai X kemudian dikuadratkan

y ¿

¿ ¿

: Jumlah nilai Y kemudian dikuadratkan

Cara tersebut dimungkinkan karena setiap item test memiliki hanya satu jawaban yang paling benar. Selain itu validitas data juga didukung dengan pengumpulan data lainnya, seperti observasi, interview dan kuesioner.

(15)

Pengukuran tingkat reliabilitas alat pengumpul data hanya dapat dilakukan dengan pehitungan statistika korelasi. Data tersebut dapat diperoleh dari hasil uji coba (try out) pada sejumlah individu di luar sampel tetapi berasal dari populasi yang sama. Adapun dalam penelitian ini hasil uji coba yang penulis sasar adalah warga Gondokusuman mengingat beberapa saat yang lalu di Kecamatan tersebut juga pernah mendapatkan sosialisasi Pilwali 2017 oleh KPU Kota Yogyakarta.

6. Teknik Analisis Data

Semua data yang telah didapatkan akan dianalisis menggunakan Software Statistic Product and Service Solution (SPSS) dan selanjutnya akan dilakukan uji regresi linier. Berikut adalah gambaran singkat terkait rumus uji regresi linier :

Y=a+bx

(Gambar 4. Rumus Uji Regresi Linier)

Keterangan

Y : Variabel tak bebas X : Variable bebas

a : Intersep (titik potong kurva terhadap sumbu y) b : Kemiringan (slope) kurva linear x = variabel bebas

Untuk menganalisis tingkat pemahaman dan partisipasi masyarakat dalam Pilwali Kota Yogya tahun 2017. Dalam hal ini, pengukuran tingkat persetujuan menggunakan skala yang dikembangkan dari skala likert yang merupakan skala interval (Sekaran, 2006). Skala dalam penelitian ini menggunakan 5 poin skala yang diberikan bobot nilai, berikut adalah gambaran skala Likert :

(16)

Sangat Setuju 5

Paham 4

Netral 3

Tidak Setuju 2

Sangat Tidak Setuju 1

(Gambar 5. Skala Likert)

Itulah sedikit enjelasan terkait metode penelitian yang akan penulis aplikasikan.

H. DAFTAR PUSTAKA

Budiardjo, Miriam. 2008. Dasar-Dasar Ilmu Politik, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Dahar, R.W. 2011. Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Erlangga.

Effendi, Onong Uchjana. 1993. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung: Citra Aditya Bakti.

Nawawi, Hadari. 1998. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Rakhmat, Jalaluddin. 2012. Metode Penelitian Komunikasi (Dilengkapi Contoh dan Analisis Statistik). Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset.

Ritzer, George & Douglas J. Goodman. 2007. Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Kencana.

(17)

Singarimbun, M. Dan S. Effendi, 1981. Metode Penelitian Survey. Jakarta: LP3S.

Surbakti, Ramlan. 2007. Memahami Ilmu Politik, Jakarta: PT. Gramedia Widisarana Indonesia.

Sulistyo-Basuki. 2006. Metode Penelitian. Jakarta: Wedatama Widya Sastra dan Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia

Syafruddin, Nurdin. 2002. Guru Profesinal dan Implementasi Kurikulum. Jakarta: Ciputat Pers.

Usman, Husaini. Purnomo Setiady Akbar. 2008. Metodologi Penelitian Sosial (Edisi Kedua). Jakarta: Bumi Aksara.

Daftar Website

Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2012, Definisi Teknik. (http://kbbi.web.id/teknik, diakses pada 22 Oktober 2016, Pukul 09.26 WIB)

Rendika Ferri, 2016, Tingkat Partisipasi Pemilih di Kota Yogya Masih Rendah dalam Pilkada. (http://jogja.tribunnews.com/2016/02/12/tingkat-partisipasi-pemilih-di-kota-yogya-masih-rendah-dalam-pilkada, diakses pada 02 November 2016, Pukul 16.01 WIB)

Rina Eviana, 2011, Separuh Pemilih di Gondokusumo Tidak Gunakan Haknya.

(18)

KPU Kota Yogyakarta, 2016, KPU Kota Yogyakarta Sosialisasikan Tahapan Pilwali Jogja di Car Free Day Sudirman Yogyakarta. (http://kpu-jogjakota.go.id/main.php?h=QmVyaXRhSXNp&i=MjEw, diakses pada 03 November 2016, Pukul 06.21 WIB)

Eprints Undip, 2016, Bab III Metode Penelitian. (eprints.undip.ac.id/40765/3/BAB_III.docx, diakses pada 03 November 2016, Pukul 07.03 WIB)

KPU Kota Mojokerto, 2016, Survey Tingkat Pengetahuan Masyarakat Kota Mojokerto Tentang Pelaksanaan Pemilihan Umum. (http://www.kpu.go.id/koleksigambar/Survei_Tingkat_Pengetahuan_Masyar akat_Kota_Mojokerto.pdf, diakses pada 03 November 2016, Pukul 11.25 WIB)

Muhammad Rifai, 2015, Teori Pilihan Rasional. (http://ensiklo.com/2015/09/teori-pilihan-rasional/, diakses pada 06 November 2016, Pukul 20.16 WIB)

Rini Andriani, 2016, Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget. (http://www.membumikanpendidikan.com/2015/02/teori-perkembangan-kognitif-jean-piaget.html, diakses pada 11 November 2016, Pukul 23.20 WIB)

Gambar

Gambar 1 tersebut menunjukan bahwa sumber informasi memproduksi

Referensi

Dokumen terkait

Variasi kadar campuran yang digunakan adalah 6%, 8%, dan 10% se- men dan 5% pasir pada setiap variasi campuran semen dengan variasi waktu pemeraman 7 hari, 14 hari, dan 28 hari

Simpanan Karbon Serta Peran Masyarakat Dalam Konservasi Hutan Mangrove Karanggandu Kecamatan Watulimo Kabupaten Trenggalek.. Tesis : Program Studi Ilmu Lingkungan,

Senyawa ini merupakan bahan pengawet yang baik dan alami, selain digunakan dalam penambah rasa masam pada makanan dan minuman ringan, dalam biokimia asam

Dari pernyataan mufassir diatas bahwa peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa, objek yang diperintahkan kepada nabi Muhammad itu adalah Alquran, ini menunjukkan

Prinsip keseimbangan mengharuskan bahwa pusat gaya gravitasi tubuh yang berdiri berada pada garis vertikal yang melewati suatu tempat di sebelah dalam daerah penyangga yang

Mengetahui korelasi antara status gizi berdasarkan MNA dengan kekuatan genggam tangan pada lansia di Griya Usia Lanjut Santo Yosef Surabaya. sehingga dapat digunakan sebagai

Sehingga dapat disimpulkan bahwa CD Pembelajaran Matematika Berbantuan Software Geogebra Dengan Pendekatan Konstruktivisme Berbasis Teori Jean Piaget Pada Materi

Berdasarkan studi terhadap pengertian dan karakteristik arsitektur Green Building, serta studi terhadap bangunan dengan pengaplikasian Green Building, maka hal-hal yang