• Tidak ada hasil yang ditemukan

Maluku Sebagai Potensi Kekayaan Laut Ind (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Maluku Sebagai Potensi Kekayaan Laut Ind (1)"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Wawasan Sosial Budaya Maritim

A. Pengantar

Sumberdaya alam mempunyai peranan cukup penting bagi kehidupan manusia. Sumberdaya alam bagi berbagai komunitas di Indonesia bukan hanya memiliki nilai ekonomi tetapi juga makna sosial, budaya dan politik. Sumberdaya alam berperan penting dalam pembentukan peradaban pada kehidupan manusia, sehingga setiap budaya dan etnis memiliki konsepsi dan pandangan dunia tersendiri tentang penguasaan dan pengelolaan dari sumberdaya alam. Konsepsi kosmologi dan pandangan dunia tentang sumberdaya alam terutama tanah pada beberapa etnis di Indonesia memiliki persamaan, yakni tanah sebagai entitats yang integral atau sebagai suatu ekosistem. Secara umum tata kelola sumberdaya alam yang dilakukan oleh suatu komunitas adat mengenal adanya beragam status penguasaan dan pemanfaatannya. 1

Keberadaan manusia dan lingkungan diluar manusia diletakan dalam kerangka relasi, keterkaitan dan konteks. Semua sistem kehidupanorganisme hidup, ekosistem dan sistem sosial dipandang sebagai keseluruhan yang terkait satu sama lain dan tidak bisa direduksi kepada bagian-bagian yang lebih kecil. Cara pandang sistematik tentang sumberdaya alam ditemukan pada kelembagaan yang hidup dalam suatu komunitas yang biasanya berbentuk kelembagaan lokal. 2

Kelembagaan lokal tentang pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya alam pada berbagai komunitas bersifat sistematik dan holistik, di mana keberadaan manusia dipandang tidak terpisah dan berada di atas alam, tetapi sebagai bagian integral yang tidak bisa dipisahkan dan menyatu dengan alam. Dalam hubungannya dengan

1 Hidayat. 2011. Pengelolaan Sumber Daya Alam Berbasis Kelembagaan Lokak. Vol XI. Edisi 1 Februari 2011. (19-23). Medan: Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan.

2 Ibid, hal 1

Nama : Andi Sitti Ru’yah Qalbiah Fafas NIM : H031171501

Topik : Sumberdaya Alam

(2)

sumberdaya alam, pendekatan ekologi lebih multidimensi, tidak hanya memperhitungkan aspek dan manfaat ekonomi, tetapi juga berbagai aspek dan dimensi lain dipertimbangkan. 3

Sebagai negara kepulauan, Indonesia telah diakui dunia secara internasional (UNCLOS 1982) yang kemudian diratifikasi oleh Indonesia dengan UndangUndang No.17 Tahun 1985. Berdasarkan UNCLOS 1982, total luas wilayah laut Indonesia seluas 5,9 juta km2 , terdiri atas 3,2 juta km2 perairan teritorial dan 2,7 km2 perairan Zona Ekonomi Eksklusif, luas tersebut belum termasuk landas kontinen. Hal ini menjadikan Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia. Namun demikian, pembangunan bidang kelautan dan perikanan hingga saat ini masih jauh dari harapan. Padahal wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil dan lautan kepulauan Indonesia disimpan potensi sumber daya alam dan jasa lingkungan yang sangat besar dan belum dimanfaatkan secara optimal. 4

Secara geografis Indonesia membentang dari 60 LU sampai 110 LS dan 920 sampai 1420 BT, terdiri dari pulau-pulau besar dan kecil yang jumlahnya kurang lebih 17.504 pulau. Tiga perempat wilayahnya adalah laut (5,9 juta km2 ), dengan panjang garis pantai 95.161 km, terpanjang kedua setelah Kanada. 5

Dalam artikel ini, kita akan membahas tentang Kekayaan Laut Indonesia khususnya di daerah Maluku. Pernahkah anda bertanya “benarkah Laut Maluku kaya ?” atau “sekaya apakah Laut Maluku ?” Menurut BKPMD Provinsi Maluku memiliki wilayah laut dengan total luasnya adalah 658.294,69 Km2, dengan panjang garis pantainya 8.287 Km. Sedangkan luas wilayah kelola laut (12 mil) adalah sebesar 152.570 Km2, dengan kondisi dominan wilayahnya adalah perairan (92,4 %). Kondisi demikian sangat berpeluang untuk pengembangan usaha perikanan tangkap yang cukup besar dan potensi budidaya laut yang cukup berarti. Provinsi Maluku memiliki potensi sumberdaya perikanan sebesar 1.627.500 ton/tahun dengan jumlah tangkapan yang diperbolehkan sebesar 1.301.800 ton/tahun, sesuai dengan SK Mentan No:995/KPTS/Ik.210/9/99, tanggal 27 September 1999. 6

(3)

Tujuan dari penulisan artikel ini yaitu untuk memberi informasi tentang salah satu kekayaan laut yang ada di Indonesia yaitu Maluku Sebagai Potensi Kekayaan Laut Indonesia. Kita akan membahas tentang potensi wilayah dan sumberdaya hayati, potensi sumberdaya perikanan dan tingkat pemaanfaatan sumberdaya ikan diperaiaan umum. B. Metode Penulisan

Metode yang saya gunakan dalam membuat artikel ini yaitu mencari, membaca dan menggabungkan. Saya mencari sumber melalui internet, kemudian membaca serta menggabungkan materi yang akan saya masukkan dalam artikel yang akan saya buat. Tidak semua materi yang terdapat dalam internet saya ambil, saya memilih dan meringkas materi yang sesuai dengan topik yang saya bahas.

C. Pembahasan Potensi wilayah

Posisi geografis kepulauan Indonesia sangat strategis karena merupakan pusat lalu lintas maritim antar benua. Indonesia juga memiliki kedaulatan terhadap laut wilayahnya meliputi; perairan pedalaman, perairan nusantara, dan laut teritorial (sepanjang 12 mil dari garis dasar). Disamping itu ada juga zona tambahan Indonesia, yang memiliki hak-hak berdaulat dan kewenangan tertentu. Selain itu, ada juga Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEEI) sejauh 200 mil dari garis pangkal, dimana Indonesia mempunyai hak-hak berdaulat atas kekayaan alam (perikanan), kewenangan untuk memelihara lingkungan laut, mengatur dan mengizinkan penelitian ilmiah kelautan, pemberian ijin pembangunan pulaupulau buatan, instalasi dan bangunan2 lainnya. 7

Potensi sumberdaya hayati

Indonesia sebagai negara tropis, kaya akan sumberdaya hayati, yang dinyatakan dengan tingkat keanekaragaman hayati yang tinggi. Dari 7000 spesies ikan di dunia, 2000 jenis diantaranya terdapat di Indonesia. Potensi lestari sumberdaya perikanan laut Indonesia kurang lebih 6,4 juta ton per tahun, terdiri dari : ikan pelagis besar (1,16 juta ton), pelagis kecil (3,6 juta ton), demersal (1,36 juta ton), udang penaeid (0,094 juta

(4)

ton), lobster (0,004 juta ton) , cumi-cumi (0,028 juta ton), dan ikan-ikan karang konsumsi (0,14 juta ton). Dari potensi tersebut jumlah tangkapan yang dibolehkan. 8

Potensi budidaya laut, terdiri dari potensi budidaya ikan (kakap, kerapu, gobia); udang, moluska (kerangkerangan, mutiara, teripang); dan rumput laut, potensi luasan budidayanya sebesar 2 juta ha (20% dari total potensi lahan perairan pesisir dan laut berjarak 5 km dari garis pantai) dengan volume 46,73 juta ton per tahun. Sedangkan potensi budidaya payau (tambak) mencapai 913.000 ha. Untuk potensi bioteknologi kelautan masih besar peluangnya untuk dikembangkan, seperti industri bahan baku untuk makanan, industri bahan pakan alami, dan benih ikan dan udang. 9

Potensi sumberdaya perikanan di daerah Maluku sendiri terdiri dari Ikan Pelagis, Demersal dan Biota laut lainnya yang bernilai ekonomi tinggi. Selain potensi komoditas perikanan yang diuraikan tersebut, di wilayah Maluku terdapat 969 jenis kerang-kerangan yaitu 665 jenis siput dengan 13 jenis yang bernilai ekonomis dan 274 jenis kerang dengan 21 jenis yang bernilai ekonomis. Dari potensi sumber daya Perikanan Tangkap tadi baru dimanfaatkan sebesar 322.448,4 ton atau 19,81 % dari potensi yang ada dengan kata lain perairan laut Maluku memiliki peluang untuk dikembangkan dimasa yang akan datang. Potensi perairan umum untuk kegiatan penangkapan maupun budidaya sebesar 1.900 Ha (Limmon, 2017).

Tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan di perairan umum baru mencapai 13,4 ton sehingga peluang yang tersedia masih cukup besar. Perkembangan produksi perikanan di Provinsi Maluku tahun 2002, volume produksi perikanan sebesar 247.987,4 ton dan tahun 2003 meningkat menjadi 250.859,8 ton atau naik sebesar 1,15 %. Selanjutnya tahun 2004 terus meningkat menjadi 377.508,3 ton atau naik sebesar 33,55 %. Sedangkan untuk nilai produksinya mengalami peningkatan yaitu dari Rp 633.474.933 pada tahun 2002 menjadi Rp 1.204.512.559 tahun 2004 atau naik sebesar 47,41 %. Dengan demikian produksi perikanan di Maluku sampai dengan tahun 2004 baru mencapai ± 28,94 % dari potensi lestari yang tersedia. 10

8 Ibid, hal 3 9 Ibid, hal 3

10 Limmon, Gino, V. 2017. Menggali Harta Karun Terpendam Laut Maluku. https://

(5)

Di wilayah Kei Besar Maluku Tenggara, Laut yang menjadi hak ulayat milik suku Evav, sebutan suku asli Pulau Kei di Maluku Tenggara, telah disewakan oleh pemerintah Republik Indonesia kepada perusahaan dari luar. Sejak itulah suku Evav, sebutan orang asli Kei, sulit memungut hasil lautnya. Perusahaan penangkap ikan modern telah menguras hasil laut di perairan itu, hingga ikan menjadi barang langka bagi pribumi Evav. Akibatnya, mereka harus mengarungi lautan sejauh 23 kilometer, hanya dengan perahu dan peralatan sederhana. Padahal, dahulu, ikan tuna seberat 15 kg dapat diperoleh hanya dalam jarak satu kilometer dari pantai. Dalam pada itu, kehadiran PT Mina Sinega, milik Pusat Koperasi Angkatan Darat, tidak pula membawa kebaikan bagi penduduk asli. Tak seorang pun dari pribumi Kei Besar yang bekerja di situ. Sebaliknya, hanya bau busuk dari timbunan bangkai ikanlah yang kini dijejalkan kepada mereka. 11

Karena besarnya sumberdaya perikanan di Maluku, maka Maluku diusulkan menjadi Daerah Lumbung Ikan Nasional (LIN). Namun, salah satu potensi laut Maluku yang merupakan harta karun terpendam dan belum tersentuh selama ini adalah potensi bahan obat yang berasal dari biota laut. Sebagai salah satu provinsi yang terletak di jantung terumbu karang dunia, laut Maluku memiliki keragaman jenis biota laut yang sangat tinggi. Laut Maluku diestimasi memiliki ribuan jenis ikan, karang, spons, dll. yang masing-masing berpotensi menyimpan bahan bioaktif yang dapat dipergunakan sebagai bahan obat untuk berbagai penyakit. Sayangnya, potensi yang luar biasa ini masih terlupakan atau terabaikan dalam setiap pembahasan tentang potensi perikanan laut Maluku atau laut Indonesia secara keseluruhan. Memang dibutuhkan waktu untuk menemukan dan memproduksi bahan obat hingga sampai menjadi obat baru dibutuhkan teknologi canggih, waktu yang sangat lama dan biaya yang sangat besar. 12

Pada tahun 2014 Tufts Center for the Study of Drug Development (CSDD) merilis temuan mereka yang sangat mencengangkan, bahwa dibutuhkan lebih dari 10 tahun dengan biaya sekitar 2.6 miliar dollar atau setara dengan 34,9 triliun rupiah untuk memproduksi obat mulai dari penelitian awal sampai obat tersebut bisa dijual. Lalu mengapa perusahan farmasi raksasa masih mau membuang uang sebanyak itu untuk menemukan obat yang baru? Karena menurut berita yang dirilis BB C pada tahun 2014,

(6)

Perusahan-perusahan tersebut mendapat keuntungan sekitar 42% dari penjualan obat-obat baru mereka. Sebagai contoh, rata-rata obat-obat kanker memiliki nilai sekitar 3 miliar dollar atau sekitar 40 triliun rupiah setahun yang berarti bahwa hanya dalam kurun waktu 1 tahun mereka sudah mendapat keuntungan besar walaupun mereka telah mengeluarkan 2.6 miliar dollar atau sekitar 34,9 triliun rupiah selama lebih dari sepuluh tahun. Bukan hanya obat kanker tetapi obat lain juga memiliki keuntungan yang luar biasa. Sebagai contoh perusahan obat Gilead meraup keuntungan sebesar 3.5 miliar dollar atau sekitar 46,7 triliun rupiah hanya dalam waktu 3 bulan akibat penjualan obat hepatitis C yang bernama Sovaldi. Keuntungan sebesar ini hanya bisa ditandingi oleh bank-bank besar. 13

Lalu seberapa besar potensi bahan obat yang ada di laut Maluku? Laut kita memiliki ratusan ribu jenis biota laut, jadi kalau dari sekian banyak biota laut, kita bisa mendapatkan ratusan jenis bahan obat saja, maka bisa dibayangkan berapa pemasukan bagi Provinsi Maluku dan Indonesia secara keseluruhan, apabila setiap obat bernilai sekitar 3 miliar dollar atau 40 triliun rupiah. Apalagi bila kita bisa menghasilkan ribuan bahan obat. Belum lagi potensi laut dalam kita yang banyak memiliki biota-biota dengan ensim-ensim dan bahan bioaktif yang tidak lazim ditemukan pada biota laut umumnya. Perlu dicatat adalah bahwa sumberdaya laut yang kita gunakan sebagai bahan obat adalah sumberdaya yang dapat diperbaharui, tidak seperti sumberdaya mineral, gas dan minyak yang akan habis seiring waktu. 14

D. Penutup 1. Kesimpulan

Provinsi Maluku memiliki laut yang sangat kaya. Kekayaan laut Maluku jelas terlihat dari potensi perikanan yang diestimasi sebesar 1.72 juta ton per tahun, dan merupakan 26,4 persen potensi perikanan nasional. Keindahan pantai dan alam bawah laut Maluku juga memiliki potensi pariwisata bahari yang sangat besar. Selain itu, laut Maluku juga menyimpan berbagai macam mineral, minyak dan gas dalam jumlah yang sangat besar. Salah satu sumber gas alam yang sangat besar adalah blok Migas Abadi Masela. Kekayaan laut sebesar ini apabila dikelola dengan baik barangkali akan

(7)

membuat Provinsi Maluku menjadi salah satu Provinsi terkaya di Indonesia, atau paling tidak mengangkat Maluku keluar dari kelompok propinsi termiskin di Indonesia.

2. Pemecahan Masalah

Belajar dari pengalaman masa lalu, kita sudah harus mempersiapkan sumberdaya manusia, peralatan dan dana riset yang memadai untuk mengeksplorasi, meneliti, dan mengelola sumberdaya laut kita untuk menghasilkan bahan obat dan obat dari ratusan ribu organisme laut yang kita miliki. Mari bersama kerja keras untuk mempersiapkan generasi berikut agar bisa bersaing di tingkat internasional.

E. Daftar Pustaka

Hidayat. 2011. Pengelolaan Sumber Daya Alam Berbasis Kelembagaan Lokak. Vol XI. Edisi 1 Februari 2011. (19-23). Medan: Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan.

Lasabuda, Ridwan. 2013. Pembangunan Wilayah Pesisir dan Lautan dalam Perspektif Negara Kepulauan Republik Indonesia. Vol 1-2. Edisi Januari 2013. ISSN 2302-3589. (92-101). Manado: FPIK UNSRAT.

Limmon, Gino, V. 2017. Menggali Harta Karun Terpendam Laut Maluku.

https://unpatti.ac.id/berita/menggali-harta-karun-terpendam-laut-maluku/ (diakses

Referensi

Dokumen terkait

dari perbuatan hukum oleh anak yang bersangkutan. Kenakalan Anak dan Anak Yang Berhadapan Dengan Hukum.. 1.

Sementara untuk menghitung hipotesis kedua yaitu diduga variabel luas lahan, tenaga kerja, biaya produksi, hasil produksi, pengalaman berpengaruh terhadap pendapatan

Selain adanya perbedaan fungsional pada berbagai aspek memory, adalagi faktor kualitatif pada proses belajar pada manusia yang mempengaruhi apakah informasi tersebut disimpan

Seorang wanita datang dengan keluhan sakit rahang setiap membuka mulut hal ini dirasakan nya sejak 4 jam yang lalu si pasien sempat jatuh dari tangga pada pemeriksaan

kondisi sekolah, cara mengajar guru, dan metode pembelajaran yang digunakan. Observasi pembelajaran di kelas dilaksanakan oleh mahasiswa sesuai dengan jam.. mengajar guru

Santri melakukan karantina mandiri selama 10 (sepuluh) hari di rumah masing-masing sebelum jadwal kedatangan ke Pondok Pesantren Al Hasanah dan dibuktikan dengan surat

Pada saat pengembangan pertanian bertujuan memperbaiki kesejahteraan penduduk melalui perbaikan yang dapat dipertahankan sector produktivitas pertanian, pengembangan desa

Tujuannya untuk meneliti kemungkinan potensi endapan lapisan batubara pada formasi pembawa batubara, dalam hal ini Formasi Tebidah yang berumur Oligosen Awal untuk daerah Sungai