• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah Al Islam dan Kemuhammadiyahan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Makalah Al Islam dan Kemuhammadiyahan "

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pembaharuan pemikiran dalam dunia Islam secara metodologis merupakan usaha para pemikir dan ulama untuk memahami ajaran Islam dengan mempergunakan segenap kemampuan kemanusiaannya sebagaimana dianugerahkan Allah. Usaha pemikiran tersebut kemudian dikaitkan dengan berbagai perkembangan sosial budaya yang sedang berkembang dalam usaha untuk mencari penyelesaian dan mengatasi persoalan di dalam kehidupan kemasyarakatan yang sedang dihadapi.

Hasil pemikiran yang dilakukan secara mendalam dan sungguh-sungguh tersebut, kemudian melahirkan berbagai gerakan pembaharuan yang merupakan operasionalisasi dan pelaksanaan dari hasil pemahaman dan pemikirannya terhadap ajaran Islam di Indonesia lahir beberapa organisasi atau gerakan Islam, diantaranya adalalah Muhammadiyah yang lebih dari 30 tahun sebelum merdeka, dan organisasi lainnya yang bergerak di bidang politik, sosial dan pendidikan.

Muhammadiyah adalah organisasi yang berdiri bersamaan dengan kebangkitan masyarakat Islam Indonesia pada dekade pertama yang sampai hari ini bertahan dan membesar yang sulit dicari persepadanannya. Jika dilihat dari amal usaha dan dan gerakan Muhammadiyah di bidang sosial kemasyarakatan, khususnya di bidang pendidikan dan dan kesehatan, maka Muhammadiyah merupakan organisasi sosial keagamaan yang terbesar di Indonesia, bahkan banyak kalangan menyebutkan sebagai terbesar di seluruh dunia. Demikian pula dalam berbagai hal yang menyangkut amal usaha dan konseptualisasi nilai-nilai Islam secara kontekstual.

(2)

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas yang menyebutkan bahwa Muhammadiyah sebagai organisasi sosial keagamaan yang terbesar di Indonesia bahkan banyak yang mengatakan yang terbesar di dunia, maka sangat menarik sekali jika kita lebih mendalami untuk memahami tentang bagaimana sebenarnya latar belakng berdirinya Muhammadiyah dan apa saja faktor-faktor yang melatarbelakangi pendiriannya, sehingga sampai saat ini masih bisa tetap terjaga eksistensinya sebagai organisasi sosial kemasyarakatan yang terbesar di Indonesia bahkan dunia.

1.3 Tujuan Penulisan Makalah

(3)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Muhammadiyah

Perserikatan Muhammadiyah sudah dikenal luas sejak beberapa puluh tahun yang lalu oleh masyarakat Internasioanal, khususnya oleh masyarakat alam Ialamy. Nama Muhammadiyah sudah sangat akrab di telinga masayrakat pada umumnya. Adapun arti nama Muhammadiyah dapat dilihat dari dua segi, yaitu arti bahasa atau etimologis dan arti istilah atau terminologis.

1. Arti Bahasa atau estimologis :

Muhammadiyah berasal dari kata bahasa arab "Muhammad" yaitu nama nabi atau Rasul yang terakhir. Kemudian mendapatkan "ya nisbiyah" yang artinya menjeniskan. Jadi Muhammadiyah berarti umatnya Muhammad atau pengikut Muhammad. Yaitu semua orang yang meyakini bahwa Muhammad adalah hamba dan pesuruh Allah yang terakhir. Dengan demikian siapapun yang beragama Islam maka dia adalah orang Muhammadiyah, tanpa dilihat atau dibatasi oleh perbedaan organisasi, golongan bangsa, geografis, etnis dan sebagainya.

2. Arti Istilah atau terminologis :

(4)

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Muhammadiyah Sebelum Menjadi Organisasi

KH. Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah sebagai upaya penyempurnaan pemikiran beliau dalam melaksanakan Islam dengan sebenar-benarnya dan sebaik-baiknya. Sebelum resmi menjadi organisasi, embrio Muhammadiyah merupakan gerakan atau bentuk kegiatan dalam rangka melaksanakan agama Islam secara bersama-sama. Perkumpulan ini diprakarsai oleh KH. Ahmad Dahlan dan bermula di kampung Kauman. Dengan didirikan di Kauman memberikan kesan bahwa KH. Ahmad Dahlan sangat memperhatikan lingkungannya. Mungkin dijiwai oleh ayat Alquran yang berbunyi : Quu anfusakum wa ahlikum naara, yang artinya “Jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka.” Gerakan yang digetarkan oleh motivasi seperti itulah yang nantinya barhak mempunyai landasan dan akar yang kuat.

Dalam gerakannya itu beliau dibantu oleh sahabat-sahabatnya. Ini membuktikan bahwa untuk melaksanakan Islam tidak bisa sendirian, tetapi harus bersama-sama dengan yang lain. Karenanya belakangan KH. Ahmad Dahlan memilih orang-orang yang sepaham, yang juga mempunyai pikiran jangka jauh. Sebabnya karena gerakan ini tidak cukup hanya untuk satu-dua tahun saja, melainkan untuk terus menerus. Untuk itulah diangkat beberapa orang murid (santri).

(5)

3.2 Faktor-faktor yang Melatarbelakangi Lahirnya Muhammadiyah

Terdapat cukup banyak penjelasan tentang faktor-faktor yang melatarbelakangi berdirinya Muhammadiyah, kalau penjelasan-penjelasan ini diasumsikan sebagai teori, maka Djindar Tamimi berpendapat bahwa faktor-faktor subjektif dan objektif adalah mendorong berdirinya Muhammdiyah. Faktor subjektif berkenaan dengan pribadi Ahmad KH. Ahmad Dahlan sendiri. Sedangkan faktor objektif dibedakan atas dua macam, yaitu intern dan ekstern. Teori lain yang hanya mempertimbangkan aspek realitas sosial yang mendorong lahirnya Muhammadiyah yaitu hanya ada dua faktor, internal dan eksternal. Faktor Internal berkenaan dengan kondisi keberagamaan umat Islam di Jawa, sedangkan faktor eksternalnya adalah adanya pengaruh gerakan pembaruan Islam di Timur Tengah dan politik Islam-Belanda tarhadap kaum muslimin di Indonesia. Selain itu, terdapat teori lain yang mengatakan bahwa telaah mengenai latar belakang berdirinya Muhammadiyah berhubungan dengan masalah yang saling terkait, yaitu aspirasi Islam KH. Ahmad Dahlan, realitas sosio-agama di Indonesia, realitas sosio-pendidikan di Indonesia dan relitas politik Islam Hindia-Belanda.

Dan selanjutnya adalah teori yang mengatakan ada tiga faktor yang mendorong berdirinya Muhammadiyah, yaitu gagasan pembaruan Islam di Timur Tengah, Pertentangan internal dalam masyarakat jawa dan yang paling penting adalah penetrasi misi Kristen di Indonesia. Faktor yang terakhir dianggap yang paling menentukan dilihat dari berbagai kebijakan politik pemerintah kolonial terhadap Islam dan proteksinya terhadap Nasrani, misalnya adalah ordonansi guru, pelanggaran-pelanggarannya terhadap kebudayaan lokal dan pembentukan freemasonry.

(6)

dimaksudkan sebagi media pengontrol bagi pemerintah kolonial untuk mengawasi sepak terjang para pengajar dan penganjur agama Islam di negeri ini.

Pada tahun yang sama pula yakni tahun 1925 Pemerintah kolonial mengeluarkan peraturan yang lebih ketat lagi terhadap pendidikan agama Islam yaitu bahwa tidak semua orang (kiyai) boleh memberikan pelajaran mengaji.

Freemason adalah organisasi underground orang Yahudi. Mereka melakukan gerakan secara tersembunyi untuk men-support semua maslahah para pembesar Yahudi dan merintis berdirinya negara Yahudi yang disebut sebagai the Great Israel. Organisasi ini melakukan beberapa manuver politik diantaranya :

1. Membangun sebuah masyarakat internasional yang tanpa menunjukkan tendensi agama, namun di bawah kepemimpinan kaum Yahudi agar mudah menguasai mereka ketika berdirinya negara the Great Israel. 2. Memerangi kaum Muslimin dan juga kaum Nasrani serta menyokong

negara-negara atheis. Adapun agama-agama yang lain, mereka tidak berminat mengusiknya.

3. Tujuan utama mereka adalah mendirikan negara the Great Israel serta menobatkan para raja Yahudi di Yerusalem sebagai keturunan Nabi Daud, menurut klaim mereka. Lalu para raja itu di-set untuk menguasai dunia internasional dan mereka sangat dielu-elukan. Contohnya, orang Yahudi menyebut para raja itu dengan sebutan sya’abullah al mukhtar (hamba-hamba Allah yang terpilih). Organisasi ini memiliki peranan penting terhadap banyak peristiwa-peristiwa tragis di dunia secara keseluruhan dan juga dunia Islam secara khusus. Mereka menggunakan berbagai macam cara untuk mewujudkan misi-misi mereka. Diantaranya adalah dengan merusak kaum muda dan menebarkan moral yang bobrok diantara mereka. Dan menjadikan ambisi-ambisi para pemuda berupa syahwat dan kesenangan-kesenangan, sehingga kontrol terhadap kaum muda ada di tangan orang Yahudi, dan akhirnya mereka bisa mengarahkan kaum muda sesuai keinginan mereka.

(7)

orang-orang terkaya di dunia dan para pemilik perusahaan-perusahaan raksasa itu berasal dari kaum Yahudi. Mereka telah menghancurkan perekonomian banyak negara dan menyebabkan ditutupnya banyak perusahaan dengan cara mereka yang licik dan culas, sebagaimana yang terjadi di Indonesia dan negara lainnya.

3.3 Faktor Obyektif

Faktor objektif yang pertama secara internal, yaitu terdapat ketidak murnian amalan Islam akibat tidak dijadikan Al-Qur’an dan Sunnah sebagai rujukan.

Realitas sosio agama di Indonesia

Kondisi masyarakat yang masih sangat kental dengan kebudayaan Hindu dan Budha, memunculkan kepercayaan dan praktik ibadah yang menyimpang dari Islam. Kepercayaan dan praktik ibadah tersebut dikenal dengan sitilah Bid’ah dan Khurafat. Khurafat adalah kepercayaan tanpa pedoman yang sah menurut Al-Qur’an dan Al-Hadits, hanya ikut-ikutan orang tua atau nenek moyang mereka. Sedangkan bid’ah adalah bentuk ibadah yang dilakukan tanpa dasar pedoman yang jelas, melainkan hanya ikut-ikutan orangtua atau nenek moyang saja.

Melihat realitas sosio-agama ini mendorong KH. Ahmad Dahlan untuk mendirikan Muhammadiyah. Namun, gerakan pemurniannya dalam arti pemurnian ajaran Islam dari bid’ah dan khurafat baru dilakukan pada tahun 1916. Dalam konteks sosio-agama ini, Muhammadiyah merupakan gerakan pemurnian yang menginginkan pembersihan Islam dari semua sinkretisme dan praktik ibadah yang terlebih tanpa dasar akaran Islam (Takhayul, Bid’ah, Khurafat).

Realitas sosio pendidikan di Indonesia

KH. Ahmad Dahlan mengetahui bahwa pendidikan di Indonesia terpecah menjadi dua yaitu pendidikan pesantren yang hanya mengajarkan ajaran-ajaran agama dan pendidikan barat yang sekuler. Kondisi ini menjadi jurang pemisah antara golongan yang mendapat pendidikan agama dengan golongan yang mendapatkan pendidikan sekuler. Kesenjangan ini termanifestasi dalam bentuk berbusana, berbicara, hidup dan berpikir. Ahmad KH. Ahmad Dahlan mengkaji secara mendalam dua sistem pendidikan yang sangat kontras ini.

(8)

melahirkan manusia yang berpandangan luas dan memiliki pengetahuan umum, sekaligus yang bersedia untuk kemajuan masyarakatnya. Cita-cita ini dilakukan dengan mendirikan lembaga pendidikan dengan kurikulum yang menggabungkan antara Imtak (Iman dan Takwa) dan Iptek.

Faktor objektif yang kedua secara ekternal, yaitu disebabkan politik kolonialisme dan imperialisme Belanda yang menimbulkan perpecahan di kalangan bangsa Indonesia.

1. Periode Pertama (periode sebelum Snouck Hurgronje)

 Belanda berprinsip agar penduduk Indonesia yang beragama Islam tidak memberontak.

 Menerapkan dua strategi yaitu membuat kebijakan-kebijakan yang sifatnya membendung dan melakukan kristenisasi bagi penduduk Indonesia.

 Dalam pelarangan pengalaman ajaran Islam, Belanda membatasi masalah ibadah haji dengan berbagai aturan tetapi pelarangan ini justru kontraproduktif bagi Belanda karena menjadi sumber pemicu perlawanan terhadap Belanda sebagai penjajah karena menghalangi kesempurnaan Islam seseorang.

(9)

perlawanan politik atau bersenjata menentang pemerintah kolonial Belanda.

3.4 Faktor Subyektif

Bersifat subyek, ialah pelakunya sendiri. Dan ini merupakan faktor sentral, sedangkan faktor yang lain hanya menjadi penunjang saja. Yang dimaksudkan disini ialah, kalau mau mendirikan Muhammadiyah maka harus dimulai dari orangnya sendiri. Kalau tidak, maka Muhammadiyah bisa dibawa kemana saja. Lahirnya Muhammadiyah tidak dapat dipisahkan dengan KH. Ahmad Dahlan, tokoh kontroversial pada zamannya. Ia dilahirkan tahun 1868 dan wafat tahun 1923 m, dimakamkan di pemakaman Karangkajen, Yogyakarta hayat yang dikecap selama 55 tahun, berarti meninggal dalam usia relative muda. Sudah sejak kanak-kanak beliau diberikan pelajaran dan pendidikan agama oleh orang tuanya, oleh para guru (ulama) yang ada dalam masyarakat lingkungannya. Ini menunjukkan rasa keagaman KH. Ahmad Dahlan tidak hanya berdasarkan naluri, melainkan juga melalui ilmu-ilmu yang diajarkan kepadanya.

Dikala mudanya, beliau terkenal memiliki pikiran yang cerdas dan bebas serta memiliki akal budi yang bersih dan baik. Pendidikan agama yang diterimanya dipilih secara selektif. Tidak hanya itu, tetapi sesudah dipikirkan, dibawa dalam perenungan-perenungan dan ingin dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Di sinilah yang menentukan KH. Ahmad Dahlan sebagai subjek yang nantinya mendorong berdirinya Muhammadiyah.

(10)

3.5 Profil KH. Ahmad Dahlan

KH. Ahmad Dahlan atau Muhammad Darwis (lahir di Yogyakarta, 1 Agustus 1868 – meninggal di Yogyakarta, 23 Februari1923 pada umur 54 tahun) adalah seorang Pahlawan Nasional Indonesia. Ia adalah putera keempat dari tujuh bersaudara dari keluarga K.H. Abu Bakar. KH Abu Bakar adalah seorang ulama dan khatib terkemuka di Masjid Besar Kasultanan Yogyakarta pada masa itu, dan ibu dari KH. Ahmad Dahlan adalah puteri dari H. Ibrahim yang juga menjabat penghulu Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat pada masa itu.

Latar Belakang Keluarga dan Pendidikan

Nama kecil KH. Ahmad Dahlan adalah Muhammad Darwisy. Ia merupakan anak keempat dari tujuh orang bersaudara yang keseluruhan saudaranya perempuan, kecuali adik bungsunya. Ia termasuk keturunan yang kedua belas dari Maulana Malik Ibrahim, salah seorang yang terkemuka di antara Walisongo, yaitu pelopor penyebaran agama Islam di Jawa. Silsilahnya tersebut ialah Maulana Malik Ibrahim, Maulana Ishaq, Maulana 'Ainul Yaqin, Maulana Muhammad Fadlullah (Sunan Prapen), Maulana Sulaiman Ki Ageng Gribig (Djatinom), Demang Djurung Djuru Sapisan, Demang Djurung Djuru Kapindo, Kyai Ilyas, Kyai Murtadla, KH. Muhammad Sulaiman, KH. Abu Bakar, dan Muhammad Darwisy (KH. Ahmad Dahlan).

Pada umur 15 tahun, ia pergi haji dan tinggal di Mekah selama lima tahun. Pada periode ini, KH. Ahmad Dahlan mulai berinteraksi dengan pemikiran-pemikiran pembaharu dalam Islam, seperti Muhammad Abduh, Al-Afghani, Rasyid Ridha dan Ibnu Taimiyah. Ketika pulang kembali ke kampungnya tahun 1888.

Pada tahun 1903, ia bertolak kembali ke Mekah dan menetap selama dua tahun. Pada masa ini, ia sempat berguru kepada Syeh Ahmad Khatib yang juga guru dari pendiri NU, KH. Hasyim Asyari. Pada tahun 1912, ia mendirikan Muhammadiyah di kampung Kauman, Yogyakarta.

(11)

anak yaitu Djohanah, Siradj KH. Ahmad Dahlan, Siti Busyro, Irfan KH. Ahmad Dahlan, Siti Aisyah, Siti Zaharah. Disamping itu KH. Ahmad KH. Ahmad Dahlan pernah pula menikahi Nyai Abdullah, janda H. Abdullah. la juga pernah menikahi Nyai Rum, adik Kyai Munawwir Krapyak. KH. Ahmad Dahlan juga mempunyai putera dari perkawinannya dengan Nyai Aisyah (adik Adjengan Penghulu) Cianjur yang bernama Dandanah. Ia pernah pula menikah dengan Nyai Yasin Pakualaman Yogyakarta. KH. Ahmad Dahlan dimakamkan di KarangKajen, Yogyakarta.

Pengalaman Organisasi

Disamping aktif dalam menggulirkan gagasannya tentang gerakan dakwah Muhammadiyah, ia juga dikenal sebagai seorang wirausahawan yang cukup berhasil dengan berdagang batik yang saat itu merupakan profesi wiraswasta yang cukup menggejala di masyarakat.

Sebagai seorang yang aktif dalam kegiatan bermasyarakat dan mempunyai gagasan-gagasan cemerlang, KH. Ahmad Dahlan juga dengan mudah diterima dan dihormati di tengah kalangan masyarakat, sehingga ia juga dengan cepat mendapatkan tempat di organisasi Jam'iyatul Khair, Budi Utomo, Syarikat Islam dan Comite Pembela Kanjeng Nabi Muhammad SAW.

Pada tahun 1912, KH. Ahmad Dahlan pun mendirikan organisasi Muhammadiyah untuk melaksanakan cita-cita pembaruan Islam di bumi Nusantara. KH. Ahmad Dahlan ingin mengadakan suatu pembaruan dalam cara berpikir dan beramal menurut tuntunan agama Islam. la ingin mengajak umat Islam Indonesia untuk kembali hidup menurut tuntunanal-Qur'an dan al-Hadits. Perkumpulan ini berdiri bertepatan pada tanggal 18 November 1912. Dan sejak awal KH. Ahmad Dahlan telah menetapkan bahwa Muhammadiyah bukan organisasi politik tetapi bersifat sosial dan bergerak di bidang pendidikan.

(12)

kebanyakan dari golongan priyayi, dan bermacam-macam tuduhan lain. Saat itu KH. Ahmad Dahlan sempat mengajar agama Islam di sekolah OSVIA Magelang, yang merupakan sekolah khusus Belanda untuk anak-anak priyayi. Bahkan ada pula orang yang hendak membunuhnya. Namun ia berteguh hati untuk melanjutkan cita-cita dan perjuangan pembaruan Islam di tanah air bisa mengatasi semua rintangan tersebut.

Pada tanggal 20 Desember 1912, Ahmad KH. Ahmad Dahlan mengajukan permohonan kepada Pemerintah Hindia Belanda untuk mendapatkan badan hukum. Permohonan itu baru dikabulkan pada tahun 1914, dengan Surat Ketetapan Pemerintah No. 81 tanggal 22 Agustus 1914. Izin itu hanya berlaku untuk daerah Yogyakarta dan organisasi ini hanya boleh bergerak di daerah Yogyakarta. Dari Pemerintah Hindia Belanda timbul kekhawatiran akan perkembangan organisasi ini. Maka dari itu kegiatannya dibatasi. Walaupun Muhammadiyah dibatasi, tetapi di daerah lain seperti Srandakan, Wonosari, Imogiri dan lain-Iain telah berdiri cabang Muhammadiyah.

Hal ini jelas bertentangan dengan keinginan pemerintah Hindia Belanda. Untuk mengatasinya, maka KH. Ahmad Dahlan menyiasatinya dengan menganjurkan agar cabang Muhammadiyah di luar Yogyakarta memakai nama lain. Misalnya Nurul Islam di Pekalongan, Al-Munir di Ujung Pandang, Ahmadiyah di Garut. Sedangkan di Solo berdiri perkumpulan Sidiq Amanah Tabligh Fathonah (SATF) yang mendapat pimpinan dari cabang Muhammadiyah. Bahkan dalam kota Yogyakarta sendiri ia menganjurkan adanya jama'ah dan perkumpulan untuk mengadakan pengajian dan menjalankan kepentingan Islam.

KH. Ahmad Dahlan juga bersahabat dan berdialog dengan tokoh agama lain seperti Pastur van Lith pada 1914-1918. Van Lith adalah pastur pertama yang diajak dialog oleh KH. Ahmad Dahlan. Pastur van Lith di Muntilan yang merupakan tokoh di kalangan keagamaan Katolik. Pada saat itu KH. Ahmad Dahlan tidak ragu-ragu masuk gereja dengan pakaian hajinya.

(13)

dari berbagai daerah lain berdatangan kepadanya untuk menyatakan dukungan terhadap Muhammadiyah. Muhammadiyah makin lama makin berkembang hampir di seluruh Indonesia. Oleh karena itu, pada tanggal 7 Mei 1921 KH. Ahmad Dahlan mengajukan permohonan kepada pemerintah Hindia Belanda untuk mendirikan cabang-cabang Muhammadiyah di seluruh Indonesia. Permohonan ini dikabulkan oleh pemerintah Hindia Belanda pada tanggal 2 September 1921.

Sebagai seorang yang demokratis dalam melaksanakan aktivitas gerakan dakwah Muhammadiyah, KH. Ahmad Dahlan juga memfasilitasi para anggota Muhammadiyah untuk proses evaluasi kerja dan pemilihan pemimpin dalam Muhammadiyah. Selama hidupnya dalam aktivitas gerakan dakwah Muhammadiyah, telah diselenggarakan dua belas kali pertemuan anggota (sekali dalam setahun), yang saat itu dipakai istilah AIgemeene Vergadering (persidangan umum).

3.6 Pemikiran KH. Ahmad Dahlan tentang Islam dan Umatnya

Aksi sosial Ahmad Dahlan bukan semata gerakan keagamaan dalam arti ritual, melainkan bisa disebut sebagai “revolusi kebudayaan”. Berbagai gagasan dan aksi sosial KH. Ahmad Dahlan tidak hanya mencerminkan nalar kritisnya, melainkan juga menunjukkan kepedulian pada nasib rakyat kebanyakan yang menderita, tidak berpendidikan dan miskin.

Aktualisasi Islam tidak hanya secara pribadi, manusia diwajibkan menegakkan Islam ditengah-tengah masyarakat. KH. Ahmad Dahlan tidak menginginkan masyarakat Islam yang seperti dahulu, ataupun masyarakat baru yang membentuk budaya Islam baru. Jalan yang ditempuh KH. Ahmad Dahlan adalah dengan menggembirakan umat Islam Indonesia untuk beramal dan berbakti sesuai dengan ajaran Islam. Bidang pendidikan misalnya, KH. Ahmad Dahlan mengadopsi sistem pendidikan Belanda karena diangap efektif. Bahkan membuka peluang bagi wanita Islam untuk sekolah, padahal di Arab, India dan Pakistan ini menjadi masalah.

(14)
(15)

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Muhammad Darwis atau lebih dikenal dengan K.H. Ahmad Dahlan menuntut ilmu di kota suci Makkah, dan hasil dari pendidikannya itu kemudian beliau membentuk sebuah wadah perubahan untuk kembali kepada Al-Qur’an dan As -unnah Rasullullah sesuai dengan arti Muhammadiyah yaitu pengikut Nabi Muhammad SAW. Dari terbentuknya Muhammadiyah di kampung Kauman Yogyakarta pada tanggal 8 Dzulhijah 1330 H yang bertepatan pada 18 November 1912 M dan tersebar luas hampir seluruh Indonesia sehingga menjadi organisasi besar sampai dengan sekarang tidak lepas dari buah pikiran K.H. Ahmad Dahlan.

4.2 Saran

Dari kesimpulan di atas, dapat disarankan hal-hal sebagai berikut :

1. Sebagai warga umat Islam Muhammadiyah, kita harus mempertahankan dan meneruskan perjuangan KH. Ahmad Dahlan dari segala bentuk yang dapat menghancurkan agama Islam.

2. Sebagai umat Islam yang beriman dan bertaqwa pada-Nya, kita tidak seharusnya melakukan hal-hal yang dilarang Islam seperti tahayul, bid’ah, khurofat. Kita harus menjalankan dan mengamalkan seperti apa yang diajarkan dalam Al-Qur’an dan Al-Hadist.

3. Sebagai umat Islam yang berilmu, kita harus memperdalam ilmu dalam segala bidang seperti IPTEK dan ilmu yang lainnya tanpa membedakan, dengan syarat kita tahu apa yang kita pelajari sesuai dengan ajaran Islam.

(16)

DAFTAR PUSTAKA

http://violetaindriani.blogspot.com/2013_11_01_archive.html

18 November 2014 17:32

http://id.wikipedia.org/wiki/Ahmad_Dahlan

Referensi

Dokumen terkait

Diamalkan dengan baik dan sungguh-sungguh. Karena itu penyadaran berarti memberikan pengertian yang baik dan mendalam tentang Sesuatu, kemudian memberiklan tuntunan pengalamannya

Di kalangan warga Muhammadiyah terdapat orang-orang yang dalam mengapresiasi makna ibadah dan zikir sebagai didefinisikan dalam buku Himpunan Putusan Tarjih

Gerakan pembaharuan (modernis) merupakan ajaran Islam yang mengikuti perkembangan zaman dengan tetap berpegang teguh kepada al-Qur’an dan as-Sunnah dalam menyelesaikan berbagai

pembahasan halaman 2 sampai hal 8 tentang pembaharuan kurikulum lama ke kurikulum baru dapat disimpulkan bahwa pembaharuan kurikulum Mentoring AIK didasarkan pada lima

Kemudian dianalisis dan diuraikan dalam beberapa sub bab sesuai dengan rumusan masalah tentang “Peranan Ahmad Surkati dalam Gerakan Pembaharuan Islam Melalui Perhimpunan

Gerakan pembaharuan pemikiran Islam di indonesia pada awal abad ke-20 ditandai dengan munculnya berbagai organisasi yang dikelola oleh kelompok modernis Islam antara lain :

Dan Ijtihad merupakan alat utama guna melakukan pembaharuan hukum Islam Disini dapat kita ambil sebuah kesimpulan bahwa “pembaharuan hukum Islam” itu berarti gerakan ijtihad untuk

Sebagai upaya untuk melihat proses terjalinnya pemikiran dan gerakan Wahabi di Makkah, yang berikutnya ditransformasikan dalam gerakan pembaharuan dan pemurnian Islam di Minangkabau,