• Tidak ada hasil yang ditemukan

dibalik peran dan istri nelayan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "dibalik peran dan istri nelayan"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN PEREMPUAN /ISTRI NELAYAN DALAM MENINGKATKAN PEREKONOMIAN SUAMI DALAM PENGELOLAAN SUMBER DAYA LAU

BAB I PENDAHULUAN a. Latar Belakang

Keluarga merupakan kesatuan masyarakat yang terkecil, yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anaknya (keluarga inti/batih). Pada umumnya sebuah keluarga tersusun dari orang-orang yang saling berhubungan darah dan atau perkawinan meskipun tidak selalu. Saling berbagi atap (rumah), meja makan, makanan, uang, bahkan emosi, dapat menjadi faktor untuk mendefinisikan sekelompok orang sebagai suatu keluarga (Abdullah, 1997:140). Berbicara mengenai istri nelayan, Kata istri nelayan terdiri dari dua suku kata yaitu istri dan nelayan. Kata istri berarti wanita (perempuan) yang telah menikah atau yang bersuami secara sah dimata hukum maupun agama sedangkan kata nelayan dalam kamus antropologi diartikan sebagai orang yang hidup dari usaha menangkap ikan sebagai mata pencaharian hidup pokok (Suyono, 1985:272). Sehingga kata istri nelayan dapat diartikan sebagai seorang wanita yang telah menikah atau yang telah bersuami, dimana mata pencaharian utama suaminya adalah seorang nelayan.

(2)

Oleh karenanya terdapat pembagian kerja antara ayah dan ibu, ayah memiliki areal pekerja publik karena kedudukannya sebagai pencari nafkah utama di dalam keluarga, sedangkan ibu memiliki areal pekerja domestik yang dapat diartikan oleh sebagian masyarakat yang menyatakan secara sinis bahwa seorang ibu hanya sekedar wanita yang memiliki tiga fungsi yaitu memasak, melahirkan anak, berhias, atau hanya memiliki tugas dapur, sumur, dan kasur (Notopuro, 1984 : 51).

Faktor sosial budaya yang dikemukakan di atas kadangkala menjadi penghalang ruang gerak bagi istri, akibatnya kesempatan bagi kaum ibu di dalam dunia bisnis tidak mendapat kepercayaan dari masyarakat terhadap kesempatan bagi kaum ibu di dalam dunia bisnis, pada akhirnya membuat kaum ibu sulit untuk mengaktualisasikan dirinya di dalam masyarakat terutama dalam area pekerja publik.

(3)

dimungkinkan terjadi karena penghasilan sang ayah sebagai pencari nafkah utama tidak dapat mencukupi kebutuhan keluarga.

Rumah tangga nelayan adalah salah satu contoh nyata dari keluarga pra-sejahtera yang ada di masyarakat. Rumah tangga nelayan sudah lama diketahui tergolong miskin, selain rumah tangga petani sempit, buruh tani, dan pengrajin (Sayogya, 1978: 1991). Istri nelayan ternyata memiliki peranan yang penting dalam menyiasati serta mengatasi kemiskinan yang dialaminya sebagai upaya meningkatkan kesejahteraan rumah tangganya.

Masyarakat nelayan Desa Cambayya Kabupaten Maros adalah salah satu bukti nyata yang ada di dalam masyarakat mengenai peran ganda kaum perempuan pada masyarakat nelayan sebagai salah satu desa yang di kelilingi oleh laut. Pada keluarga masyarakat pesisir Desa Cambayya justru membawa dampak terhadap peranan wanita dalam kehidupan keluarga. Di satu pihak, wanita bekerja dapat berperan membantu ekonomi keluarga dan sebagai pencari nafkah utama dalam keluarga, disisi lain peranannya dalam urusan rumah tangga (domestik) menjadi berkurang karena lamanya waktu yang digunakan untuk aktivitas di luar rumah tangga (publik).

Sebagai salah satu dari anggota keluarga, seorang ibu dituntut untuk ikut berperan aktif dalam mencapai tujuan tersebut, sehingga tidak hanya tergantung dari apa yang dilakukan dan diperoleh suami. Hal inipun berlaku juga pada keluarga nelayan yang berada di Desa Cambayya. Di kehidupan keseharian, perempuan memiliki peran yang lebih besar ketimbang kaum laki-laki, dimana di satu sisi mereka ditempatkan pada posisi domestik, pada sisi yang lain mereka memegang peranan sosial-ekonomi juga.

(4)

nelayan yang ada di Desa Cambayya memiliki semangat kerjasama yang baik dimana antara suami maupun istri turut serta atau ikut berpartisipasi langsung dalam hal mencari nafkah. Walaupun terkadang istri nelayan juga merasakan bahwa bekerja mencukupi kebutuhan rumah tangga adalah kewajiban, meskipun mereka kadang merasakan ada yang tidak adil dalam hidup ini. Namun mereka juga tidak mampu berbuat apa-apa untuk melawan. Sebab mereka telah terbiasa disosialisasi bagaimana menjadi istri nelayan yang baik, jika mujur, mereka menikah, mempunyai anak dan kaya. Sebaliknya jika mereka tidak mujur, maka hal itu merupakan nasib mereka. Proses konstruksi sosial dari lingkungan masyarakat nelayan berdasar dari status orang tua mereka sebagai nelayan juragan atau buruh nelayan diterima sebagai suatu kewajaran.

1. Kedudukan dan Peran Perempuan Dalam Keluarga

Pada umumnya kedudukan dan peranan wanita pada zaman dahulu menduduki tempat kedua dalam masyarakat. Kedudukan wanita lebih rendah bila dibandingkan dengan laki-laki. Hal seperti ini hanya ditemukan dikalangan masyarakat biasa tapi banyak juga ditemukan pada masyarakat kalangan atas. Kadang-kadang dibedakan antara pengertian-pengertian kedudukan dengan kedudukan sosial, untuk lebih jelasnya dapat dijabarkan bahwa kedudukan diartikan sebagai tempat seseorang secara umum dalam masyarakat sehubungan dengan orang-orang lain, dalam arti lingkungan pergaulannya, prestasinya dan hak-hak serta kewajiban-kewajibannya.

(5)

laut dan olahan serta beberapa yang berjualan bahan sembako seperti bahan bakar solar, dan makanan-makanan.

Peranan merupakan aspek yang dinamis dari kedudukan. Apabila seseorang melaksanakan hak-hak dan kewajiban-kewajibannya sesuai dengan kedudukannya maka dia menjalankan suatu peranan. Perbedaan antara kedudukan dengan peranan, adalah untuk kepentingan ilmu pengetahuan, keduanya tak dapat dipisah-pisahkan, oleh karena yang satu tergantung pada yang lain dan sebaliknya juga demikian, tak ada peranan tanpa kedudukan atau kedudukan tanpa peranan. Peranan yang melekat pada diri seseorang, harus dibedakan dengan posisi atau tempatnya dalam pergaulan kemasyarakatan. Posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat merupakan unsur yang statis yang menunjukkan tempat individu dalam organisasi masyarakat. Peranan lebih banyak menunjuk pada fungsi, penyesuaian diri dan sebagai suatu proses, jadi tepatnya adalah seseorang menduduki suatu posisi atau tempat dalam masyarakat serta menjalankan suatu peranan (Soekanto, 2002:243).

Kaum perempuan memiliki kodrat kehidupan yang berupa: kodrat perempuan sebagai ibu, sebagai istri, sebagai individu perempuan, dan sebagai anggota masyarakat. Setiap unsur kodrat yang dimiliki memerlukan tanggung jawab yang berbeda dengan peran dirinya sebagai anggota masyarakat, dan akan berbeda pula dengan peran dirinya sebagai individu. Meskipun demikian masing-masing unsur tersebut tidak boleh saling bertentangan (Sujarwa, 2001:91).

Adapun dalam pembahasan ini lebih mengutamakan pada potret fenomena sosial berdasarkan analisis kasus kodrat perempuan yaitu :

1. Peran dan citra perempuan sebagai ibu

(6)

ibu dalam mengasuh anak-anaknya sejak lahir hingga dewasa. Dalam kehidupan modern, banyak kaum ibu rumah tangga mengabaikan atau bahkan enggan mengasuh perkembangan dan pertumbuhan anaknya sendri, sehingga tidak jarang pertumbuhan perkembangan anak-anak di kota besar itu lebih didasarkan pada kemampuan fasilitas finansialnya dengan menyerahkan sepenuhnya pada pembantu rumah tangga atau panti-panti penitipan anak. 2. Peran dan citra perempuan sebagai istri

Dalam pandangan islam, hubungan suami istri diibaratkan sebagai pakaian antara yang satu bagi yang lain. Suami merupakan pakaian bagi istri dan istri merupakan pakaian bagi suami. Laki-laki merupakan kepala dan rumah merupakan pelabuhannya. Dalam kehidupan modern, peran suami istri dalam gambaran diatas masih dimungkinkan. Meskipun mereka memiliki mobilitas yang lebih tinggi dibanding dengan kehidupan keluarga tradisional, keluarga modern masih didasarkan pada pandangan romantis, maternal, dan domestik. Cinta romantis adalah konsep yang menunjang prinsip modernisme keteraturan, untuk tiap pria ada satu orang perempuan yang menjadi pasangannya, demikian pula yang sebaliknya. Cinta material dipandang sebagai perwujudan tugas seorang ibu dalam mencintai dan merawat anak-anaknya. Persepsi cinta, romantis, material, dan domestic dapat diartikan sebagai suatu kehidupan keluarga yang dapat berada dalam satu nilai kebersamaan.

Dalam kehidupan pasca modern, tampaknya ada perbedaan, kekhususan, dan ketidakberaturan yang mendasari kehidupan keluarga mereka. Konsep tentang keluarga inti dengan satu bapak yang bekerja mencari nafkah dan satu ibu yang yang mengayomi anak-anak dirumah sudah sulit dipertahankan sebagai realitas kehidupan. Keluarga pasca modern diwarnai dengan kehidupan kedua orang tua yang sama-sama bekerja mencari nafkah diluar rumah, akibatnya angka perceraian semakin tinggi, banyak keluarga dengan satu orang tua saja sehingga anak-anak harus bertahan dan berjuang dijalan.

(7)

Pencapaian pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dilakukan melalui upaya stabilisasi ekonomi, pemanfaatan sumber daya dalam negeri yang potensial, dan upaya promosi ekspor yang merupakan tendensi pembangunan dunia saat itu. Secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa periode ini sentrum aktivitas pembangunan masih terpusat di darat, terhadap lapisan masyarakat yang menjanjikan potensi produksi yang tinggi, dan unit aktivitas yang sanggup mendatangkan akumulasi modal dan devisa negara terbesar. Kecendrungan ini belum berjalan secara proporsional bila dikaitkan dengan luas wilayah, dan luas kelompok masyarakat yang menguntungkan nasib pada pengelolahan sumber daya laut.

Permasalahan nelayan dan kemiskinan memiliki akar yang cukup kompleks. Terdapat banyak hal yang turut mempengaruhi kehidupannya. Namun, dalam hal ini dikemukakan empat masalah dasar yang dihadapi dalam peningkatan kualitas hidup masyarakat nelayan, paling tidak dipengaruhi oleh empat hal pokok :

1) Kualitas sumber daya manusia yang dimiliki oleh masyarakat nelayan. Kualitas hidup yang dimaksud dapat dalam arti luas yang meliputi kualitas pendidikan, kesehatan, lingkungan, dan aspek sosial lainnya. Acuan yang digunakan pada kajian ini adalah kualitas SDM yang berkaitan langsung dengan tingkat produktivitas dan kualitas hasil kerja yang dipunyai. Hal yang terakhir ini berkaitan langsung dengan keterampilan yang dimiliki kelompok masyarakat nelayan tersebut.

(8)

3) Keterbatasan akses kelompok masyarakat nelayan terhadap sumber daya finasial, teknologi, dan informasi, melengkapi kedua masalah dasar sebelumnya. Kelambatan adaptasi teknologi kelompok masyarakat nelayan bukan merupakan keterbatasan melekat pada diri nelayan, melainkan terbatasnya kemudahan yang diberikan untuk beradaptasi.

4) Keterbatasan kualitas kelembagaan yang dimiliki.Keterbatasan kelembagaan bukan hanya bersumber dari sisi internal kalangan nelayan, melainkan juga berasal dari faktor eksternal, seperti perangkat hukum melindungi, pengembangan organisasi, tingkat kemajuan koperasi nelayan, dan atau lingkungan yang menempatkan kelembagaan nelayan khsusnya pada saat berhadapan dengan kekuatan kelembagaan swasta nasional dan asing, pada kondisi yang tidak berimbang.

(9)

BAB II PEMBAHASAN

a. Gambaran Umum Peran Ganda Istri Nelayan Di Desa Cambayya Kab. Maros 1. Dalam Lingkungan Keluarga (Rumah Tangga)

Pengaturan atau pengelolaan rumah tangga merupakan tugas utama para wanita nelayan, khususnya para ibu rumah tangga. Kegiatan ini seolah-olah tidak mengenal waktu dalam pelaksanaannya. Tugas ini antara lain berkaitan dengan penyiapan makan dan minum bagi segenap anggota keluarga seperti mengasuh, mendidik, menjaga, dan mengarahkan anak-anak terutama bagi yang belum dewasa mengurus, membersihkan dan membereskan rumah termasuk perabot rumah tangga dan menjaga kebersihan dan kerapian pakaian segenap anggota keluarga.

Pada saat para nelayan mendaratkan ikannya pagi hari maka si ibu mencuci pakaian pada siang hari atau sore hari, karena pada pagi hari itu si ibu sibuk mengurusi ikan hasil tangkapan suaminya. Hal ini karena pada pagi hari mereka harus membereskan ikan-ikan yang didaratkan oleh suaminya. Bila para nelayan mendaratkan ikan sore hari maka umumnya mereka mencuci pakaian pada siang hari. Anak laki-laki seolah terbebas dari pekerjaan kerumah tanggaan termasuk mencuci pakaian. Menurut penuturan ibu hayati yang merupakan salah satu dari istri nelayan

2. Dalam Lingkungan Masyarakat

(10)

masih aktif dalam kegiatan-kegaiatan sosial kemasyarakatan. Seperti arisan. Karena mereka beranggapan bahwa jika hanya mengandalkan penghasilan suami yang untuk ditabung akan tidak cukup. Sehingga, mereka berinisiatif untuk mengadakan arisan dengan jenis barang. Jika ada salah satu diantara mereka yang naik arisan, maka akan mendapatkan piring, karpet atau barang lain sesuai dengan kesepakatan mereka bersama.

Konsep yang dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantara mengenai deferensiasi antara laki-laki dan perempuan masih sangat kental terlihat pada masyarakat Desa Cambayya. Kentalnya konsep deferensiasi ini diakibatkan oleh pola berfikir yang cenderung tradisional. Masyarakat Cambayya masih mempertahankan nilai-nilai dan norma-norma dalam tradisi kebudayaan Bugis. Kebudayaan wanita sebagai pemangku turunan menempatkan kaum perempuan pada posisi dibawah kaum pria, namun dengan tanggung jawab yang lebih besar. Sebagai seorang pemangku turunan perempuan harus mengikuti dan menghormati para suami yang merupakan pangkal turunan. Konsep yang dikemukakan oleh Ki hajar Dewantara tersebut di dalam kehidupan nyata menghasilkan posisi asimetris, dimana satu pihak mendominasi pihak lainnya walaupun tidak secara absolut. Dominasi ini terlihat pada pembagian kerja yang tidak seimbang di dalam keluarga. Kaum pria seolah-olah terbebas dari seluruh kewajibannya dalam urusan yang berhubungan dengan pekerjaan domestik. Semua hal yang berbau pekerjaan domestik adalah tanggung jawab dan kewajiban kaum perempuan.

Kaum pria hanya bersifat membantu jika ia mengerjakan pekerjaan domestik sehingga tidak ada paksaan bagi kaum pria untuk mengerjakannya tetapi didasarkan pada kesadaran dari individu yang bersangkutan. Mengasuh, mendidik, menjaga dan mengarahkan anak-anak adalah tanggung jawab dari ibu karena posisinya sebagai pemangku turunan dalam hal membina kesejahteraan keluarga.

(11)

Tanggung jawab tersebut secara langsung menempatkan kaum perempuan sebagai pihak yang bertugas membina kewajiban generasi-generasi penerus dalam keluarga masing-masing yang merupakan kelompok-kelompok yang terjun dalam masyarakat. Penyiapan makan, membersihkan dan menjaga kerapihan rumah termasuk perabotan rumah tangga serta menjaga kebersihan dan kerapihan pakaian segenap anggota keluarga adalah kewajiban dari seorang ibu termasuk melayani suami. Jika kita melihat bahwa begitu beratnya beban dari seorang ibu untuk membina sebuah keluarga yang sejahtera di dalam rumah tangga nelayan, maka hal itu terkesan merupakan wujud dari pengabdian istri terhadap suami.

Kewajiban dan tanggung jawab yang begitu berat dibebankan kepada para kaum ibu ini di karenakan oleh suami jarang berada di rumah. Profesi suami sebagai seorang nelayan pada akhirnya menuntut suami untuk selalu berada di luar rumah. Hanya sedikit waktu yang dapat digunakan oleh seorang nelayan untuk berkumpul dengan keluarganya. Sejak fajar hingga menjelang magrib suami berada di laut untuk mencari ikan. Kondisi ini mendorong para istri untuk lebih aktif di dalam keluarga karena ibu harus menjalankan peran ayah dan ibu secara sekaligus.

Konsep yang dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantara, pada awalnya menempatkan suami dan istri pada kedudukan yang sama. Namun, ketika seorang suami tidak dapat melaksanakan kewajibannya karena tuntutan profesi yang dimilikinya maka ibu diharapkan dapat mengambil alih peran suami karena kedudukan mereka sama. Keadaan inilah yang pada awalnya terjadi, tetapi dalam perkembangannya terjadi pergeseran dimana seolah-olah semua kewajiban tersebut adalah kewajiban dari istri dan suami terlepas dari semua hal tersebut.

(12)

tersebut kemudian mendapatkan legitimasi dari masyarakat yang berupa nilai-nilai dan pandangan-pandangan mengenai rekonstruksi dari sosok ibu yang ideal bagi masyarakat. Pandangan ini melihat bahwa tugas pokok seorang perempuan sebagai ibu adalah pemelihara dan pengatur rumah tangga. Perempuan sebagai pemelihara dan pengatur rumah tangga harus berusaha sepenuh hati agar keluarga sebagai sendi masyarakat akan berdiri tegak, megah, aman, tentram dan sejahtera, agar dapat hidup berdampingan dengan dan di dalam masyarakat ramai. Sebagai Ibu, Ia juga menciptakan suasana persahabatan, kekeluargaan dengan keluarga-keluarga lainnya dalam lingkungan dimana ia hidup.

Rekonstruksi dari tugas pokok perempuan sebagai seorang ibu diatas pada akhirnnya membebankan kepada seorang ibu tanggung jawab dan kewajiban yang besar dalam mengelola sebuah rumah tangga. Seorang ibu harus mengerjakan semua pekerjaan yang berkaitan dengan rumah tangga sendirian tanpa dibantu oleh suami karena itu adalah tanggung jawabnya sebagai pemelihara dan pengatur rumah tangga. Inilah yang sebenarnya terjadi di desa Angkue berdasarkan pendeskripsian mengenai peran ganda perempuan dalam keluarga masyarakat pesisir . Ibu akan merasa sangat terbantu ketika ia memiliki anak perempuan karena, ia akan memiliki teman sekerja dalam membagi beban pekerjaan rumah tangganya. Anak perempuan sebagai seorang calon ibu di masa yang akan datang pada akhirnya terkena dampak dari pandangan ini. Ini disebabkan ia harus dipersiapkan menjadi seorang ibu kelak dan karena ia seorang “perempuan”.

(13)

Konsep diri wanita pada akhirnya menghasilkan Blue Print tentang sosok wanita Indonesia yang ideal di dalam masyarakat. Konsep diri wanita ini ditumbuh kembangkan berdasarkan corak kebudayaan nasional Indonesia yang ingin diwujudkan oleh Negara untuk kemajuan bersama warga negaranya. Kita tahu bahwa corak kebudayaan nasional Indonesia berakar pada kebudayaan-kebudayaan daerah masyarakat Indonesia yang sebagian besar bersifat patriarkhi. Pada akhirnya konsep ini secara tidak langsung mensubordinasikan kaum perempuan karena mereka diposisikan di bawah kaum pria. Konsep diri wanita ini tidak hanya membebankan pekerjaan-pekerjaan dalam lingkup domestik tetapi juga serangkaian peran yang harus dijalankan si perempuan sebagai seorang istri. Peran tersebut adalah sebagai pencari nafkah tambahan dan sebagai warga masyarakat. Inilah yang sebenarnya terjadi pada kaum perempuan di desa Cambayya. Para istri dalam keluarga berperan sebagai istri pendamping suami, sebagai pengelola rumah tangga, sebagai penerus keturunan dan pendidik. Sebagai konsekuensi dari peran-peran tersebut mereka harus mengerjakan setumpuk pekerjaan domestik yang tidak memiliki batas waktu kerja. Hanya pada sore dan malam hari mereka dapat bersantai dan beristirahat karena anggota keluarga lainnya juga berhenti beraktifitas. Para istri berkewajiban melakukan pekerjaan-pekerjaan seperti menyiapkan makanan bagi seluruh anggota keluarga, memasak air, menyiapkan bekal suami, membersihkan peralatan dapur serta peralatan makan yang kotor, mencuci dan menyetrika pakaian seluruh anggota keluarga, mengasuh anak, melayani suami dan menyapu lantai.

(14)

diserahkan tanggung jawab untuk mengelola pendapatan keluarga sesuai dengan perannya sebagai pengelola dan pengatur rumah tangga. Para suami hanya bertanggung jawab untuk mencari uangnya dan istrilah yang mengatur penggunaannya. Namun, dalam pengelolaannya istri tidak bisa sekehendak hatinya sendiri, ada pedoman-pedoman yang harus ia penuhi dalam mengatur pendapatan keluarga. Pedoman tersebut antara lain pengadaan uang bagi kebutuhan hidup sehari-hari, pengadaan uang untuk perbekalan selama menangkap ikan di laut, pengadaan uang bagi kepentingan kehidupan. Pedoman-pedoman ini harus dipegang oleh para istri sehingga pendapatan suami dapat mencukupi seluruh kebutuhan keluarga atau dengan kata lain istri harus pandai berhemat, hidup sederhana.

(15)

Menurut Jane (1991: 65) dalam masyarakat dimana keluarga sebagai satuan terkecil mengalami kekurangan ekonomi, menjadi alasan kuat para wanita melakukan peningkatan ekonomi dengan melakukan kegiatan ekonomi dan menambah penghasilan apa yang dikatakan Jane tersebut diatas merupakan salah satu pendorong bagi kaum ibu untuk melakukan tindakan yang berguna dalam memenuhi kebutuhan keluarganya.

Hal tersebut di desak pula oleh tidak cukupnya penghasilan suami dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Latar belakang inilah yang menjadi pendorong bagi para istri nelayan di desa Angkue untuk melaksanakan perannya sebagai pencari nafkah tambahan bagi keluarga. Para istri nelayan desa Angkue menjalankan peran ini dengan cara menjadi pengikat rumput laut. Walaupun sebagian besar dari mereka tidak bekerja pada orang lain tetapi mengolah ikan hasil tangkapan para suami, tetapi mereka telah membantu para suami meningkatkan pendapatan keluarga. Contohnya pengikat rumput laut, jika di jual mentah dijual seharga Rp.30.000, tetapi harganya akan meningkat jika rumput laut yang diperoleh cukup banyak dapat dijual seharga Rp. 50.000, sedangkan pada pengupas ikan asin biasanya memperoleh penghasilan sekitar Rp. 25.000 sampai Rp. 40.000, mereka dipekerjakan seorang juragan, dengan kata lain mereka adalah buruh.

(16)

dipahami sebagai kewajiban wanita untuk membantu suami mengolah hasil tangkapan atau menjual hasil tangkapan.

Pada akhirnya pekerjaan sampingan mereka terlihat sebagai sebuah pembagian tugas antara suami dan istri, pada posisi sebagai nelayan sehingga terkesan suami menangkap ikan di laut dan istri yang mengolah serta menjualnya. Bagi keluarga nelayan yang memiliki penghasilan yang lebih baik, para istri lebih memilih membuka warung di depan rumah. Mereka yang membuka warung berpendapat bahwa selain mendapatkan penghasilan yang cukup lumayan dari keuntungan warung, mereka juga tidak harus keluar rumah dan dapat mengerjakan pekerjaan-pekerjaan kerumahtanggaan. Sebagian besar dari istri nelayan beranggapan bahwa pekerjaan-pekerjaan rumah tangga telah banyak menyita waktu mereka sehingga mereka lebih memilih jenis-jenis pekerjaan atau usaha yang dapat dikerjakan di rumah. Peran perempuan di dalam masyarakat lebih kearah kebutuhan dari kaum perempuan itu sendiri untuk mengaktualisasikan dirinya. Peran-peran ini pada dasarnya adalah usaha dari kaum perempuan itu sendiri untuk dapat bergaul dengan lingkungan sekitarnya sehingga tidak terpenjara di dalam rumah dengan setumpuk tanggung jawab dan pekerjaan yang harus dilaksanakan.

(17)

dari kaum ibu-ibu. Penyuluhan-penyuluhan tentang kesehatan atau mengurus anak diharapkan meningkatkan tingkat kesehatan dan gizi anak.

BAB III PENUTUP Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian di desa Cambayya Kab. Maros, maka dapat disimpulkan bahwa selain istri berperan sebagai ibu rumah tangga (domestik) ia juga berperan dan ikut berpartisipasi mencari nafkah untuk pemenuhan ekonomi keluarganya, maka masing-masing aspek dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Peranan istri nelayan di Desa Cambayya Kab. Maros dalam peningkatan ekonomi banyak terkonsentrasi pada sektor informal.hal ini terlihat karena para istri juga di tuntut untuk memenuhi kebutuhan keluarga, sehingga mereka tidak hanya tinggal diam di rumah untuk menanti dan membelanjakan penghasilan suami mereka dari melaut, namun mereka juga ikut terlibat dalam kegiatan mencari nafkah.

(18)

Referensi

Dokumen terkait

Analisis sidik ragam di peroleh bahwa perlakuan FMA dan pupuk fosfat serta interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata pada parameter umur berbunga

Jalur langsung adalah jalur yang memiliki jalur khusus berupa trotoar yang menghubungkan langsung antar gedung asal dengan gedung yang menjadi tujuan pejalan

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Pendidikan Seni dan Desain. © Awit Gending Adriani 2016

a). Penyisipan vokal /a/ dalam gugus konsonan dapat diketahui dari tabel 12. Vokal yang disisipkan pada gugus konsonan tersebut di atas adalah sejenis dengan vokal sebelumnya.

Jika usulan produk pada produk list yang berstatus pembahasan ditekan dan divisi asal produk tersebut sama dengan divisi asal user maka user dapat melihat opini-opini yang

Hasil penelitian menunjukkan bahwa adsorpsi anion oleh bentonit-CTAB mengikuti adsorpsi isoterm Langmuir dengan kapasitas adsorpsi sebesar 167,66 mg/g dan energi adsorpsi

bangsa keseluruhan untuk membangun Negara, berpartisipasi aktif dalam mempelopori gerak laju pembangunan bangsa, baik dalam membina kesejahteraan lahir dan

Trigonometri sebagai suatu metode dalam perhitungan untuk menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan perbandingan- perbandingan pada bangun geometri, khususnya dalam