PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN
BBL
(
BRAIN BASED
LEARNING)
BERMUATAN KARAKTER TERHADAP
HASIL BELAJAR IPA
I Gusti Agus Made Mustiada1, A.A. Gede Agung2, Ni Nengah Madri Antari3
1,
Jurusan PGSD, 2,Jurusan Teknologi Pendidikan,
3,
Bimbingan dan Konseling, FIP Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia
e-mail: {[email protected], [email protected], [email protected]}
@undiksha.ac.id
Abstrak
Penelitian ini bertujuan (1) Untuk mengetahui deskripsi hasil belajar IPA siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran konvensional, (2) Untuk mengetahui deskripsi hasil belajar IPA siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran BBL bermuatan karakter, (3) Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran BBL bermuatan karakter dan siswa yang di belajarkan menggunakan model pembelajaran konvensional pada siswa kelas V Semester I SD di Desa Bontihing pada Tahun Pelajaran 2013/2014. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas V SD di Desa Bontihing. Sampel ditentukan dengan teknik simple random sampling, diperoleh SD N 4 Bontihing sebagai kelompok eksperimen yang berjumlah 27 orang siswa dan SD N 1 Bontihing sebagai kelompok kontrol yang berjumlah 23 orang siswa. Data hasil belajar IPA siswa dikumpulkan dengan metode tes. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan teknik analisis statistik deskriptif dan inferensial uji-t. Berdasarkan hasil analisis (1) Hasil belajar siswa pada kelompok eksperimen dengan menggunakan pembelajaran BBL bermuatan karakter lebih tinggi dibanding dengan pembelajaan konvensional, dengan mean = 22,67. (2) Hasil belajar siswa pada kelompok kontrol dengan menggunakan pembelajaran konvensional lebih rendah dibanding dengan pembelajaan BBL bermuatan karakter, dengan mean = 17,61 (3) Terdapat perbedaan hasil belajar IPA antara siswa yang diajarkan dengan menggunakan pembelajaran BBL bermuatan karakter dan siswa yang diajarkan dengan menggunakan pembelajaran konvensional. Hasil analisisnya menunjukan thitung = 6,25 dan t tabel = 1,67722 untuk db = n1+ n2 – 2 = 48 dengan taraf
signifikansi 5%. Berdasarkan kreteria pengujian, karena thitung > ttable maka H0 ditolak dan
Ha diterima.
Kata-kata kunci:Pembelajaran BBL, hasil belajar IPA
Abstract
The aimed of this research are: (1) To determine the description of science learning achievement students that have studied by using conventional learning model, (2)
To
know the
description of science learning achievement students that have studied by using BBL learning model contains character, (3) To know the difference in science learning achievement between student groups that have studied using BBL learning model contains character and conventional learning model at fifth grade of Semester I of Bontihing’s Elementary School in academic year 2013 / 2014. The population of this research is all ofanalysis technique and uji-t inferential. The analysis result indicate: (1) The students result in experiment group by using BBL learning model contains character is higher than conventional learning model, by mean score = 22,67. (2) The students result in control group by using conventional learning model is lower than BBL learning model contains character, by mean score = 17,61. (3) There are the difference of science learning achievement between students that have been taught by using BBL learning model contains character and conventional learning model. The analysis result indicates tcount = 6,25 and ttable of = 1,67722 for the db = n1+ n2 - 2 = 48 with 5% of significant level. Based on test criteria, because tcount> ttable so that Ho is refused and Ha is accepted.
Key words : learning outcomes sience, BBL learning
PENDAHULUAN
Masalah peendidikan di Indonesia, salah satunya masih berpusat pada persoalan mutu. Indonesia, sampai saat ini masih ketinggalan jauh mutu pendidikanya dibandingkan Negara-negara lain di dunia. Rendahnya mutu pendidikan berimplikasi pada rendahnya pula Sumber Daya Manusia (SDM). Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah dalam hal ini jajaran Departemen Pendidikan Nasional dalam
mengatasi segala permasalahan
pendidikan tersebut, terutama yang
berkaitan dengan mutu pendidikan yang mencangkup semua komponen pendidikan seperti: proses pembelajaran, peningkatan kualitas guru, mengadakan buku pelajaran dan sarana maupun prasarana lainya serta penyempurnaan sistem pendidikan yang berkenaan dengan kualitas pendidikan. Pembelajaran dikelas tidak lepas dari aktivitas belajar siswa. Melalui aktivitas
belajar tersebut diharapkan dapat
meningkatkan pengalaman belajar
sehingga proses pembelajaran akan
menjadi lebih bermakna bagi siswa.
Begitu juga dalam pembelajaran IPA pemerintah telah melakukan berbagai
upaya untuk meningkatkanya seperti
pengembangan model-model pembelajaran IPA, pengembangan media pembelajaran IPA, penataran guru-guru IPA, penyediaan
sarana-prasarana yang menunjang
pembelajran IPA, dan pelatihan-pelatihan bagi siswa dan guru IPA sehingga guru dapat menciptakan suasana pembelajaran IPA yang menarik dan menyenangkan (Depdiknas, 2005).
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di SD Desa Bontihing, terdapat 4 SD yang terdapat di Desa Bontihing yaitu SD No.1, No.2, No.3, dan No.4 Bontihing Dari hasil observasi yang telah dilakukan
khususnya di kelas V ternyata masih ad
a
hasil belajar yang belum tuntas. Dari seluruh siswa yang ada di kelas V di Desa Bontihing, siswa yang tergolong kategori tuntas sebanyak 69% dengan persentase di SD No.1 Bontihing sebanyak 88%, SD No.2 Bontihing sebanyak 29%, SD No.3 Bontihing sebanyak 74%, SD No.4 Bontihing sebayak 100% dan yang kategori
tidak tuntas sebanyak 31% dengan
persentase di SD No.1 Bontihing sebanyak 12%, SD No.2 Bontihing sebanyak 71%, SD No.3 sebanyak 26%, SD No. 4 bontihing sebanyak 0%. Hasil belajar dikatakan berhasil atau tuntas apabila memenuhi KKM yaitu 60. Berdasarkan syarat ketuntasan minimal yaitu 75%, ternyata dari 103 jumlah siswa yang memenuhi syarat ketuntasan hanya 71 siswa. Dengan menganalisis data hasil belajar secara keseluruhan dapat dilihat hasil belajar masih tergolong rendah dan kurang, karena belum memenuhi standar
Kreteria Ketuntasan Minimal (KKM)
sekolah.
Jika dibiarkan, maka akan berdampak
negatif pada hasil belajar IPA.
Pembelajaran IPA hendaknya menyediakan peluang kepada siswa untuk belajar
tentang fakta-fakta dan teori-teori,
mengembangkan sikap ilmiah, dan
keterampilan melakukan metode ilmiah. Berkaitan dengan hal itu, para guru
hendaknya memfasilitasi tercapainya
tujuantersebut dengan berbagai cara,
seperti menciptakan pembelajaran yang inovatif di kelas.
Namun kenyataanya, pembelajaran IPA di sekolah hasil yang tercapai masih rendah dan jauh dari yang diharapkan. Hal
ini diseabkan pada saat proses
(teacher centered), sedangkan siswa hanya bersifat pasif sehingga pembelajaran kurang menyenangkan, kurangnya antusias siswa kelas V SD di Desa Bontihing dalam belajar IPA. Hal ini disebabkan oleh strategi pembelajaran
yang diterapkan oleh guru kurang
merangsang aktivitas siswa, Evaluasi
pembelajaran belum dilakukan secara holistik. Keberhasilan siswa dalam belajar IPA cenderung hanya dinilai dari satu sisi yang menekankan aspek kognitif siswa. Hal ini menyebabkan hasil belajar siswa menjadi rendah.
Upaya yang dapat dilakukan untuk memperbaiki hasil belajar IPA siswa
tersebut adalah dengan melakukan
pebaikan proses pembelajaran, yaitu
dengan menerapkan model pembelajaran yang mampu menanamkan rasa percaya diri siswa, yang dapat lebih mengaktifkan siswa, dan dapat memberikan pengetahuan kepada siswa tentang keuntungan yang diperoleh dari apa yang sudah dipelajari.
Sebagai alternatifnya di sini adalah
dengan model pembelajaran berbasis
otak (Brain Based Learning).
Pembelajaran BBL (Brain Based
Learning). adalah model pengajaran yang
mempertimbangkan bagaimana otak bekerja saat mengambil, mengolah dan menginterpretasikan informasi yang telah diserap. Ada tiga langkah dalam pembelajaran IPA dengan penerapan
BBL (Brain Based Learning), yaitu 1)
menciptakan lingkungan belajar yang
menantang kemampuan berfikir siswa
(orchestrated immersion); 2) menciptakan
lingkungan pembelajaran yang
menyenangkan (relaxed allertness); 3)
menciptakan situasi pembelajaran yang
aktif dan bermakna bagi siswa (active
processing).
Model BBL (Brain Based Learning).
bertujuan untuk mengembangkan lima system pembelajaran alamiah otak yang
dapat mengembangkan potensi otak
dengan maksimal. Kelima system
pembelajran tersebut adalah sistem
pembelajaran emosional, social, kognetif, fisik, dan reflektif. Kelima pembelajaran tersebut saling mempengaruhi dan tidak dapat berdiri sendiri (Given, 2007). Dengan
penerapan BBL (Brain Based Learning).
dalam pembelajaran IPA, siswa dilatih untuk mengembangkan kelima sistem
pembelajaran alamiah otak, sehingga
mampu memaksimalkan perkembangan otaknya selama pembelajaran, sehingga dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar
Hal ini dibuktikan oleh beberapa peneliti salah satunya NI Ketut Heri Kusumaningsih. Judul penelitianya yaitu
implementasi Brain Based Learning (BBL)
dalam pembelajaran IPA untuk
meningkatkan pemahaman konsep dan kinerja ilmiah siswa kelas VIII2 SMP Laboraterium Singaraja tahun 2008/2009. Hasil penelitianya menunjukkan bahwa: 1) implementasi brain based learning dapat meningkatkan pemahaman konsep IPA siswa kelas VIII2 SMP Lab undiksha. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata kelas nilai pemahaman konsep IPA siswa pada siklus I 69,12 dengan ketuntasan klasikal 74% dan pada siklus II 73,56 dengan ketuntasan klasikal menjadi 100%. 2) implementasi
brain based learning dapat meningkatkan
kinerja ilmiah siswa kelas VIII2 SMP Lab undiksha. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata kelas nilai pemahaman konsep IPA siswa siklus I 73,28 dengan ketuntasan klasikal
85% pada siklus II 78,16 dengan
ketuntasan klasikal menjadi 100%.
Berdasarkan paparan tersebut, diyakini
bahwa BBL (Brain Based Learning).
mampu meningkatkan aktivitas dan hasil prestasi belajar siswa. Untuk itu, perlu dirancang model pembelajaran berbasis otak (BBL). Pada kesempatan ini penulis
mencoba mengungkapkan
masalah-masalah tersebut dalam suatu penelitian.
Adapun judul yang diangkat, yaitu
Pengaruh Pembelajaran Berbasis Otak
BBL (Brain Based Learning) bermuatan
karakter terhadap hasil belajar IPA pada siswa kelas V semester I SD di Desa Bontihing pada tahun pelajaran 2013/2014.
METODE
Penelitian ini merupakan jenis
penelitian eksperimen semu (quasi
experiment) karena tidak semua variabel
siswa Kelas V SD di Desa Bontihing Kecamatan Kubutambahan yang berjumlah
103 siswa.
Tabel 1. Daftar Jumlah Siswa per Kelas SD No Kelas Jumlah siswa
1 V 23
4 V 27
Jumlah 50
Sampel dalam penelitian ini adalah keseluruhan dari populasi yaitu siswa SD No.1 dan siswa SD No.4 Bontihing Untuk mendapatkan sampel yang setara, maka dilakukan uji kesetaraan berdasarkan nilai raport siswa kelas IV semester II dari populasi yang ada dengan menggunakan rumus uji t.
Berdasarkan hasil perhitungan uji kesetaraan, diperoleh thitung= 6,25 dan
ttabel=1,67722. Ini berarti thitung lebih kecil dari
ttabel, sehingga sampel penelitian setara. SD
No.1 dan SD No. 2 kemudian dirandom untuk menetapkan satu kelas sebagai kelompok eksperimen (kelas yang akan belajar menggunakan model pembelajaran
BBL (Brain Based Learning) dan satu kelas
sebagai kelompok kontrol (kelas yang akan
belajar dengan menggunakan model
pembelajaran konvensional). Berdasarkan
teknik tersebut, SD No.4 mendapat
perlakuan model pembelajaran BBL (Brain
Based Learning) dan SD No.1 mendapat
perlakuan model pembelajaran
konvensional.
Desain yang digunakan dalam
penelitian ini disebut post test only with
non equivalent control group design.
bertujuan untuk menguji pengaruh suatu
model pembelajaran dengan cara
menerapkan treatment pada kelas
eksperimen dan membandingkan hasilnya dengan kelas kontrol.
Tabel 2. Rancangan Penelitian
Kelas Perlakuan Post-test
E X O1
K - O2
Menurut Sumadi Suryabarata (dalam Agung, 2011:39), variabel adalah segala
sesuatu yang akan menjadi objek
pengamatan penelitian. Sering pula
dikatakan variabel penelitian sebagai
faktor-faktor yang berperan dalam
peristiwa atau gejala yang akan diteliti. Dalam penelitian ini diselidiki dua variabel
bebas (independent) terhadap satu variabel
terikat (dependent). Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu model pembelajaran BBL
(Brain Based Learning) dan model
pembelajaran konvensional. Sedangkan untuk variabel terikat adalah Hasil belajar IPA siswa.
Data yang dikumpulkan dalam
penelitian ini adalah hasil belajar IPA siswa. Data hasil belajar siswa diukur dengan
metode tes. Menurut Agung (2011:60) “
metode tes kaitannya dengan penelitian
ialah cara memperoleh data yang
berbentuk suatu tugas yang dilakukan atau dikerjakan oleh seorang atau sekelompok yang dites (testee), dan dari tes tersebut dapat menghasilkan suatu data berupa skor
(data interval)”. Setelah menentukan kelas
yang akan diperlakukan baik sebagai kelas kontrol dan kelas eksperimen, maka proses
pembelajaran dengan model BBL (Brain
Based Learning) mulai diterapkan. Kedua
kelas ini diberikan materi yang sama tetapi dengan model pembelajaran yang berbeda. Untuk kelas kontrol diberikan materi dengan model konvensional, sedangkan
kelas eksperimen diberikan model
pembelajaran BBL (Brain Based Learning)
kemudian dijumlahkan dan jumlah tersebut merupakan skor prestasi belajar siswa.
Metode analisis data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis statistik deskriptif dan
statistik inferensial. Analisis deskriptif
digunakan untuk mengetahui deskripsi prestasi belajar IPA dengan mencari nilai
mean (M), median (Md), modus (Mo),
varian, dan standar deviasi. Selanjutnya,
statistik inferensial digunakan untuk
melakukan uji hipotesis. Sebelum uji hipotesis, dilakukan beberapa uji prasyarat berupa uji normalitas dan uji homogenitas, sedangkan metode analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah analisis statistik uji-t dengan rumus polled varians.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Data dalam penelitian ini adalah skor hasil belajar IPA siswa sebagai akibat dari
penerapan model pembelajaran BBL (Brain
Based Learning) pada kelompok
eksperimen dan model pembelajaran
konvensional pada kelompok kontrol. Data diperoleh dari populasi penelitian yang berjumlah 50 orang siswa yang terdiri dari 27 orang siswa SD No.4 Bntihing sebagai kelas eksperimen dan 23 orang siswa Sd No.1 Bontihing sebagai kelas kontrol. Variabel hasil belajar siswa diukur dengan post-test pada mata pelajaran IPA dengan jumlah soal 30 butir, dengan skor minimum ideal = 0, dan skor maksimum ideal = 30. Adapun hasil analisis data statistik deskriptif disajikan pada tabel 3 berikut ini.
Tabel 3. Deskripsi Data Hasil Belajar Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
Statistik Deskriptif Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol
Skor Maksimal 29 25
Skor Minimal 12 11
Mean 22,67 17,61
Median 23,26 16,8
Modus 25 15,39
Standar Deviasi 0,74 3,76
Varians 0,55 14,20
Berdasarkan tabel di atas, dapat dideskripsikan mean (M), median (Md), modus (Mo), varians, dan standar deviasi (s) dari data hasil belajar kelompok eksperimen, yaitu: mean (M) =22,67, median (Md) = 23,67, modus (Mo) = 25 varians (S2) = 0,55, dan standar deviasi (S)
= 0,74. Data hasil post-test kelompok
eksperimen, dapat disajikan ke dalam bentuk kurva poligon seperti pada gambar
1 berikut ini. 0
1 2 3 4 5 6 7 8
13 16 19 22 25 28
F
rek
u
en
si
Titik Tengah
Gambar 1. Kurva Poligon Data Hasil
Post-test Kelompok Eksperimen
M=22,67
Pada kurva poligon di atas, dapat diketahui bahwa modus lebih besar dari median dan median lebih besar dari mean (Mo>Md>M). Dengan demikian, kurva di atas adalah kurva juling negatif yang berarti sebagian besar skor cenderung tinggi.
Kecenderungan skor ini dapat
dibuktikan dengan melihat frekuensi relatif pada tabel distribusi frekuensi. Frekuensi relatif skor yang berada di atas rata-rata lebih besar dibandingkan frekuensi relatif skor yang berada di bawah rata-rata.
Untuk mengetahui kualitas dari
variabel hasil belajar siswa pada kelas eksperimen, skor rata-rata prestasi belajar siswa dikonversikan dengan menggunakan kriteria rata-rata ideal (Xi) dan standar
deviasi ideal (SDi). Berdasarkan hasil
konversi, diperoleh bahwa skor rata-rata
prestasi belajar siswa kelompok
eksperimen dengan M = 75,57 tergolong kriteria cukup.
Sedangkan pada kelompok kontrol dapat dideskripsikan mean (M), median (Md), modus (Mo), varians, dan standar deviasi (s) dari data hasil belajar kelompok kontrol, yaitu: mean (M) =17,61, median (Md) =16,8, modus (Mo) =15,39, varians (s2) =14,20 dan standar deviasi (s) = 3,76. Data hasil post-test kelompok kontrol, dapat disajikan ke dalam bentuk kurva poligon seperti pada gambar 2 berikut ini.
0
Gambar 2. Kurva Poligon Data Hasil
Post-test Kelompok Kontrol
Pada kurva poligon tersebut , dapat diketahui bahwa mean lebih besar dari
median dan median lebih besar dari modus (M>Md>Mo). Dengan demikian, kurva di atas adalah kurva juling positif yang berarti sebagian besar skor cenderung rendah. Kecenderungan skor ini dapat dibuktikan dengan melihat frekuensi relatif pada tabel distribusi frekuensi. Frekuensi relatif skor yang berada di atas rata-rata lebih kecil dibandingkan frekuensi relatif skor yang berada di bawah rata-rata.
Untuk mengetahui kualitas dari
variabel prestasi belajar siswa pada kelas kontrol, skor rata-rata prestasi belajar siswa
dikonversikan dengan menggunakan
kriteria rata-rata ideal (Xi) dan standar
deviasi ideal (SDi). Berdasarkan hasil
konversi, diperoleh bahwa skor rata-rata prestasi belajar siswa kelompok kontrol dengan M = 58,7 tergolong kriteria kurang. Sebelum uji hipotesis, terlebih dahulu dilakukan pengujian prasyarat terhadap sebaran data yang meliputi uji normalitas terhadap kelompok data tes hasil belajar
IPA yang dibelajarkan dengan model BBL
(Brain Based Learning) dengan kelompok
yang dibelajarkan dengan model
konvensional, sehingga terdapat dua buah kelompok data yang diuji. Uji normalitas
sebaran data dimaksudkan untuk
meyakinkan bahwa sampel benar-benar berasal dari populasi yang berdistribusi normal sehingga uji hipotesis dapat dilakukan. Uji normalitas data prestasi belajar digunakan analisis Chi Square Adapun hasil perhitungan dari uji normalitas dapat di sajikan pada tabel 4 berikut ini.
Mo=15,39
Me=16,8
Tabel 4. Rekapitulasi Hasil Uji Normalitas Distribusi Data
No Kelompok Data
χ
2hitNilai Kritis dengan Taraf
Signifikansi 5% Status
1 Skor Post-test pada Kelompok
Eksperimen 2,16 7,815 Normal
2 Skor Post-test pada Kelompok
Kontrol -4,1 5,591 Normal
Kriteria pengujian, jika
tabel
hitung 2
2
dengan taraf signifikasi 5%(dk = jumlah kelas dikurangi parameter, dikurangi 1), maka data berdistribusi
normal. Sedangkan, jika hitung tabel
2
2
,maka data tidak berdistribusi normal. Berdasarkan hasil perhitungan dengan
menggunakan rumus chi-kuadrat, diperoleh
seluruh
2hitung lebih kecil dari tabelkelompok data berdistribusi normal.
Setelah melakukan uji prasyarat yang pertama yaitu uji normalitas, selanjutnya
dilakuka uji prasyarat yang ke dua yaitu uji homogenitas. Dalam penelitian ini uji homogenitas dilakukan terhadap varians pasangan antar kelompok eksperimen dan kontrol. Uji homogenitas varian digunakan untuk meyakinkan bahwa perbedaan yang terjadi pada uji hipotesis benar-benar terjadi akibat adanya perbedaan perlakuan dalam kelompok. Uji yang digunakan adalah uji-F dengan kriteria data homogen jika Fhitung<
Ftabel. Hasil uji homogenitas varians data
skor prestasi belajar IPA dapat dilihat pada tabel 5 berikut ini.
Tabel 5. Rekapitulasi Hasil Uji Homogenitas Varians antar Kelompok Eksperimen dan control
Sumber Data Fhitung Ftabel Status
Hasil
Berdasarkan tabel di atas, diketahui Fhitung hasil post-test kelompok eksperimen
dan kontrol adalah 0,68. Sedangkan Ftabel
dengan dbpembilang = 26, dbpenyebut = 22, dan taraf signifikansi 5% adalah 2,07. Hal ini berarti, varians data hasil post-test kelompok eksperimen dan kontrol adalah homogen.
Uji hipotesis dilakukan untuk
mengetahui pengaruh model BBL (Brain
Based Learning) terhadap hasil belajar IPA,
pengujian dilakukan terhadap hipotesis nol (H0). Berdasarkan uji prasyarat analisis
data, diperoleh bahwa data hasil belajar kelompok eksperimen dan kontrol adalah normal dan homogen. Setelah diperoleh hasil dari uji prasyarat analisis data,
dilanjutkan dengan pengujian hipotesis penelitian (H1) dan hipotesis nol (H0). Untuk
menguji hipotesis penelitian digunakan independent sample t-test dengan polled varians. Polled varians digunakan dalam uji hipotesis penelitian ini karena jumlah
anggota sampel pada kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol tidak
sama. Pengujian hipotesis tersebut
dilakukan dengan menggunakan rumus polled varians dengan kriteria tolak H0 jika
thitung > ttabel dan terima H0 jika thitung < ttabel.
Tabel 6. Rangkuman Hasil Perhitungan Uji-t Hasil Belajar IPA
Berdasarkan tabel hasil perhitungan uji-t di auji-tas, diperoleh uji-thitung sebesar 6,25.
dapat disimpulkan bahwa terdapat
perbedaan hasil belajar IPA antara siswa
yang dibelajarkan mengunakan model
pembelajaran BBL (Brain Based Learning)
dengan siswa yang dibelajarkan mengikuti model pembelajaran konvensional.
Hasil analisis data post-test
menunjukkan terdapat perbedaan hasil
belajar IPA kelompok siswa yang
dibelajarakan dengan model BBL (Brain
Based Learning) dan kelompok siswa yang
dibelajarkan menggunakan model
konvensional. Hasil ini didasarkan pada rata-rata skor post-test siswa. Rata-rata skor
post-test yang dibelajarkan dengan model BBL
(Brain Based Learning) adalah 22,67 dan
rata-rata skor post-test siswa yang
dibelajarkan dengan model konvensional adalah 17,61. Hal ini menunjukkan bahwa kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model BBL (Brain Based Learning) memiliki
hasil belajar yang lebih tinggi jika
dibandingkan dengan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model konvensional.
Selanjutnya berdasarkan analisis data menggunakan uji-t, diketahui thitung = 6,25 dan
ttabel dengan taraf signifikansi 5% = 1,67722.
Hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa thitung lebih besar dari ttabel (thitung> ttabel),
sehingga hasil penelitian adalah signifikan. Hal ini berarti, terdapat perbedaan hasil belajar IPA antara siswa yang dibelajarkan
mengunakan model pembelajaran BBL (Brain
Based Learning) memiliki hasil belajar yang lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang
dibelajarkan mengunakan model
pembelajaran konvensional.
Perbedaan yang signifikan antara
siswa yang mengunakan pembelajaran
dengan model pembelajaran BBL (Brain
Based Learning) dan siswa yang
mengunakan pembelajaran dengan model
pembelajaran konvensional disebabkan
karena perbedaan perlakuan pada
langkah-langkah pembelajaran dan proses
penyampaian materi. Ada 3 langkah dalam
proses pembelajaran BBL (Brain Based
Learning) dengan langkah-langkah sebagai
berikut. 1) menciptakan lingkungan belajar yang menantang kemampuan berpikir siswa, 2) menciptakan lingkungan belajar yang
menyenangkan, 3) menciptakan situasi
pembelajaran aktif dan bermakna bagi siswa.
Pada model BBL (Brain Based
Learning) menuntut peserta didik untuk lebih
aktif dalam pembelajaran karena siswa
diberikan kendali untuk mengelola
pembelajrannya secara mandiri. Siswa
dituntut untuk mampu mengidentifikasi
berbagai masalah yang perlu dipelajari lebih jauh (investigation), tahu di mana harus
mencari sumber-sumber belajar yang
berkaitan dengan masalah tadi, mampu
menentukan prioritas dan merancang
penelusuran sumber belajar, mampu
mempelajari materi yang ada di dalam
sumber belajar tadi, dan kemudian
menghubungkan informasi yang telah
terkumpul dengan topik bahasan yang
sedang dipelajarinya. Selain itu,
pembelajaran dengan model pembelajaran
BBL (Brain Based Learning) sebagai
pembelajaran yang berpusat pada peserta didik..
Berbeda halnya dalam pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional yang bercirikan pembelajaran berpusat pada guru (teacher centered). Model pembelajaran ini berlandaskan pandangan behavioristik. Di dalam pembelajaran konvensional siswa
mendengarkan ceramah yang diberikan oleh guru. Siswa menunggu sampai guru selesai menjelaskan kemudian mencatat apa yang diberikan oleh guru tanpa memaknai konsep-konsep yang diberikan. Melalui model pembelajaran konvensional siswa cenderung menjadi objek belajar, sedangkan yang
menjadi subjek belajar adalah guru.
Kemudian guru berusaha memindahkan pengetahuan yang ia miliki kepada siswa. Keadaan ini cenderung membuat siswa pasif dalam menerima peajaran dari guru sehingga siswa tidak akan mampu membangkitkan semua potensi yang dimilikinya secara optimal dan berdampak pada prestasi belajar yang dicapai kurang maksimal.
Hasil uji hipotesis menunjukkan
bahwa hasil belajar IPA siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran
BBL (Brain Based Learning) lebih baik
daripada siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional. Hasil belajar siswa yang dibelajarkan dengan
model BBL (Brain Based Learning) berada
pada kategori cukup sedangkan hasil belajar siswa yang dibelajarkan dengan model konvensional berada pada kategori kurang.
Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian yang telah dilakukan oleh
Kusumaningsih (2009). Hasil penelitian
menunjukkan model BBL (Brain Based
Learning) dapat meningkatkan aktivitas
belajar dan hasil belajar siswa setelah dilakukan dua siklus. Aktivitas belajar meningkat dari skor rata-rata 69,12 menjadi 73,56 dan hasil belajar siswa meningkat dari skor rata-rata 73,28 menjadi 78,28.
Penelitian ini menunjukkan bahwa
model pembelajaran BBL (Brain Based
Learning) sangat efektif untuk meningkatkan
hasil prestasi belajar IPA. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa dengan
menggunakan model pembelajaran BBL
(Brain Based Learning) dapat mempengaruhi
hasil belajar IPA siswa kelas V semester I tahun pelajaran 2013/2014 di SD Desa Bontihing.
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan pembahasan hasil
penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa, 1) Hasil belajar siswa pada kelompok eksperimen dengan menggunakan model
pembelajaran BBL (Brain Based Learning)
bermuatan karakter lebih tinggi dibanding dengan pembelajaan konvensional, dimana mean = 22,67 standar deviasi 0,74 dengan normalitas thitung = 2,16 ttabel = 7,815
2) Hasil belajar siswa pada kelompok kontrol dengan menggunakan model pembelajaran konvensional lebih rendah dibanding dengan
pembelajaan BBL (Brain Based Learning)
bermuatan karakter, dimana mean = 17,61 standar deviasi 3,76 dengan normalitas thitung
= -4,1 ttabel = 5,591 3) Terdapat perbedaan
hasil belajar IPA anaa siswa yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran
BBL (Brain Based Learning) bermuatan
karakter dan siswa yang diajarkan dengan menggunakan pembelajaran konvensional. Hasil analisisnya menunjukan thitung = 6,25
dan t tabel = 1,67722 untuk db = n1+ n2 – 2 =
48 dengan taraf signifikansi 5%.
Berdasarkan kreteria pengujian, karena thitung
> ttable maka H0 ditolak dan Ha diterima.
Berarti ada pengaruh model pembelajaran
BBL (Brain Based Learning) bermuatan
karakter terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V.
Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disampaikan beberapa saran sebagai berikut.
1) Kepada siswa, agar dalam
pembelajaran khususnya IPA menggunakan
model pembelajaran BBL (Brain Based
Learning) bermuatan karakter karena dapat
meninggkatkan hasil belajar IPA mewujudkan kemandirian. 2) Kepada guru, khususnya
yang mengajar IPA dalam proses
pembelajaran agar menggunakan model
pembelajaran BBL (Brain Based Learning)
bermuatan karakter sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan hasil belajar
siswa. 3) Kepada Kepala Sekolah,
diharapkan memotivasi guru-guru untuk
menerapkan model pembelajaran (Brain
Based Learning) bermuatan karakter, karena
yang lebih baik, khususnya dalam mata pelajaran IPAserta mata pelajaran yang lainpada umumnya
DAFTAR RUJUKAN
Agung, A.A. Gede. 2011. Metodologi
Penelitian Pendidikan Suatu
Pengantar. Singaraja: Undiksha.
Depdiknas. 2005. Rencana Strategis
Departemen pendidikan nasional
tahun. Jakarta. Depdiknas.
Given, B. K. 2007. Brain Based Learning
(merancang kegiatan
belajar-mengajar yang melibatkan otak
emosional, social, kognitif, kinestesis, dan reflektif). Bandung: Kaifa.
Jensen, Eric. 2011. Pemelajaran
Berbasis-Otak. Terjemahan Molan Benyamin.
Brain Based Learning. 2008. Edisi Kedua. Jakarta: PT Indeks.
Pratama, Putra I Putu Gede Darma. 2012.
Pengaruh Model Pembelajaran
Berbasis Otak (Brain Based
Learning) Terhadap Aktivitas dan
Hasil Belajar IPA Siswa Kelas III SD 2 Tibubeneng Tahun Pelajaran
2012/2012. Skripsi (tidak
diterbitkan). Jurusan PGSD, FIP UNDIKSHA.
Kusumaningsih, Heri. 2009. Implementasi
Brain Based Learning (BBL) Dalam Pelajaran IPA untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Kinerja
Ilmiah Siswa Kelas VIII2 SMP
Laboraterium Singaraja Tahun Ajaran
2008/2009. Skipsi. Jurusan S1
FISIKA. Fakultas Matematika Dan IPA.