• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRSTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA 3.1 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya dan Arahan Penataan Ruang 3.1.1 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya - DOCRPIJM 38dcd85e79 BAB III05. BAB III

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB III ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRSTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA 3.1 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya dan Arahan Penataan Ruang 3.1.1 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya - DOCRPIJM 38dcd85e79 BAB III05. BAB III"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

Page 26 BAB III

ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS

INFRSTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA

3.1 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya dan Arahan Penataan Ruang

3.1.1 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya

Arah RPIJM terhadap pembangunan Cipta Karya,

1. Mewujudkan kesejahteraan rakyat yang ditandai dengan meningkatnya kualitas kehidupan yang layak dan bermartabat serta tercukupnya kebutuhan dasar yaitu pangan, sandang, papan, kesehatan, pendidikan dan lapangan kerja.

2. Pemberdayaan masyarakat dan seluruh kekuatan ekonomi daerah, baik pengusaha besar, pengusaha kecil dan menengah serta koperasi dengan mengembangkan system ekonomi kerakyatan yang bertumpu pada mekanisme pasar yang berkeadilan, berbasis pada sumber daya alam dan sumber daya manusia yang proaktif, mandiri, maju, berdaya saing, berwawasan lingkungan dan berkelanjutan.

3. Mewujudkan pembangunan yang lebih merata di daerah-daerah yang ditandai dengan semakin lancarnya transportasi yang dapat menghubungkan desa-desa yang terpencil di daerah pedalaman, sehingga pembangunan di segala bidang dapat terlaksana secara baik dan merata.

4. Meningkatkan mutu sumber daya manusia yang mampu berdaya saing global guna menghadapi tantangan baik dari dalam maupun luar negeri.

5. Mengupayakan tetap terjaganya stabilitas politik, ekonomi dan pertahanan keamanan serta tegaknya supremasi hukum dan perlindungan hak asasi manusia.

6. Mengoptimalkan peran dan fungsi aparatur pemerintah agar tertib dan berwibawa dalam kerangka NKRI.

3.1.2 Arahan Penataan Ruang

3.1.2.1 Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN)

(2)

Page 27 Wilayah Nasional (RTRWN) yang dijadikan sebagai pedoman untuk:

a. Penyusunan rencana pembangunan jangka panjang nasional. b. Penyusunan rencana pembangunan jangka menengah nasional.

c. Pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah nasional.

d. Perwujudan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan

perkembangan antarwilayah provinsi, serta keserasian antar sektor. e. Penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi.

f. Penataan ruang kawasan strategis nasional, dan.

g. Penataan ruang wilayah provinsi dan kabupaten/kota. Arahan yang harus diperhatikan dari RTRWN untuk ditindak lanjuti ke dalam RPI2-JM kabupaten/kota adalah sebagai berikut:

A. Penetapan Pusat Kegiatan Nasional (PKN).

Kriteria:

1. kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama kegiatan ekspor-impor atau pintu gerbang menuju kawasan internasional.

2. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri dan jasa skala nasional atau yang melayani beberapa provinsi,dan/atau.

3. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensisebagai simpul utama transportasi skala nasional atau melayani beberapa provinsi.

B. Penetapan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW)

Kriteria:

1. Kawasan Perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul kedua kegiatan ekspor-impor yang mendukung PKN.

2. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri dan jasa yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten, dan / atau.

(3)

Page 28 C. Penetapan Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN)

Kriteria:

1. Pusat perkotaan yang berpotensi sebagai pos pemeriksaan lintas batas dengan negara tetangga.

2. Pusat perkotaan yang berfungsi sebagai pintu gerbang internasional yang menghubungkan dengan negara tetangga.

3. Pusat perkotaan yang merupakan simpul utama transportasi yang menghubungkan wilayah sekitarnya, dan / atau.

4. Pusat perkotaan yang merupakan pusat pertumbuhan ekonomi yang dapat mendorong perkembangan kawasan di sekitarnya.

D. Penetapan Kawasan Strategis Nasional (KSN)

Penetapan kawasan strategis nasional dilakukan berdasarkan kepentingan: 1. Pertahanan dan keamanan.

a) Diperuntukkan bagi kepentingan pemeliharaan keamanan dan pertahanan negara berdasarkan geostrategi nasional.

b) Diperuntukkan bagi basis militer, daerah latihan militer, daerah pembuangan amunisi dan peralatan pertahanan lainnya, gudang amunisi, daerah uji coba sistem persenjataan, dan / atau kawasan industri sistem pertahanan, atau

c) Merupakan wilayah kedaulatan negara termasuk pulau-pulau kecil terluar yang berbatasan langsung dengan negara tetangga dan/atau laut lepas.

2. Pertumbuhan ekonomi,

a) Memiliki potensi ekonomi cepat tumbuh.

b) Memiliki sektor unggulan yang dapat menggerakkan pertumbuhan ekonomi nasional,

c) Memiliki potensi ekspor,

d) Didukung jaringan prasarana dan fasilitas penunjang kegiatan

ekonomi, e) Memiliki kegiatan ekonomi yang memanfaatkan teknologi tinggi,

(4)

Page 29 g) Berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi sumber energi

dalam rangka mewujudkan ketahanan energi nasional, atau h) Ditetapkan untuk mempercepat pertumbuhan kawasan tertinggal. 3. Sosial dan budaya.

a) Merupakan tempat pelestarian dan pengembangan adat istiadat atau budaya nasional.

b) Merupakan prioritas peningkatan kualitas sosialdan budaya serta jati diri bangsa.

c) Merupakan aset nasional atau internasionalyang harus dilindungi dan dilestarikan.

d) Merupakan tempat perlindungan peninggalan budaya nasional.

e) Memberikan perlindungan terhadap keanekaragaman budaya, atau f) memiliki potensi kerawanan terhadap konflik sosial skala nasional. 4. Pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi

tinggi

a) Diperuntukkan bagi kepentingan pengembangan ilmu.

b) Pengetahuan dan teknologi berdasarkan lokasi sumber daya alam strategis nasional, pengembangan antariksa, serta tenaga atom dan nuklir.

c) Memiliki sumber daya alam strategis nasional.

d) Berfungsi sebagai pusat pengendalian dan pengembangan antariksa. e) Berfungsi sebagai pusat pengendalian tenaga atom dan nuklir, atau f) Berfungsi sebagai lokasi penggunaan teknologi tinggi strategis. 5. Fungsi dan daya dukung lingkungan hidup.

a) Merupakan tempat perlindungan keanekaragaman hayati. b) Merupakan aset nasional berupa kawasan lindung yang.

c) Ditetapkan bagi perlindungan ekosistem, flora dan/atau fauna yang hampir punah atau diperkirakan akan punah yang harus dilindungi dan/atau dilestarikan.

d) Memberikan perlindungan keseimbangan tata guna air yang setiap tahun berpeluang menimbulkan kerugian negara.

(5)

Page 30 makro. f) Menuntut prioritas tinggi peningkatan kualitas

lingkungan hidup g) Rawan bencana alam nasional

h) Sangat menentukan dalam perubahan rona alam dan mempunyai dampak luas terhadap kelangsungan kehidupan.

3.1.2.1 Arahan Rencana Tata Ruang (RTR) Pulau

Rencana Tata Ruang (RTR) Pulau merupakan rencana rinci dan operasionalisasi dari RTRWN. Adapun arahan yang harus diperhatikan dari RTR Pulau untuk penyusunan RPI2-JM Kabupaten/Kota adalah:

a. Arahan pengembangan pola ruang dan struktur ruang antara lain mencakup arahan pengembangan kawasan lindung dan budidaya, serta arahan pengembangan pola ruang terkait bidang Cipta Karya seperti pengembangan RTH.

b. Arahan pengendalian pemanfaatan ruang yang memberikan arahan batasan wilayah mana yang dapat dikembangkan dan yang harus dikendalikan.

c. Strategi operasionalisasi rencana pola ruang dan struktur ruang khususnya untuk bidang Cipta Karya seperti pengembangan prasarana sarana air minum, air limbah, persampahan, drainase, RTH, rusunawa, agropolitan, dll.

Hingga saat ini RTRW Pulau yang telah ditetapkan adalah:

a. Perpres No. 88 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Pulau

Sulawesi.

b. Perpres No. 3 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Pulau

Kalimantan.

c. Perpres No. 13 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Pulau

Sumatera.

(6)

Page 31 3.1.2.2 Arahan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi

a. Rencana Tata Ruang W ilayah (RTRW) Provinsi ditetapkan melalui Peraturan Daerah Provinsi, dan beberapa arahan yang harus diperhatikan dari RTRW Provinsi untuk penyusunan RPI2-JM Kabupaten/Kota adalah: 1. Arahan pengembangan pola ruang dan struktur ruang yang mencakup:

- Arahan pengembangan pola ruang.

- Arahan pengembangan kawasan lindung dan budidaya

- Arahan pengembangan pola ruang terkait bidang Cipta Karya seperti pengembangan RTH.

- Arahan pengembangan struktur ruang terkait keciptakaryaan seperti pengembangan prasarana.

- sarana air minum, air limbah, persampahan, dan drainase Strategi operasionalisasi rencana pola ruang dan struktur ruang khususnya untuk bidang Cipta Karya.

Hingga saat ini, RTRW Provinsi yang telah memiliki Perda adalah sebagai berikut:

a. P e r d a No. 16 Tahun 2009 tentang Rencana Tata Ruang W ilayah Provinsi Bali.

b. P e r d a No. 2 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang W ilayah Provinsi Banten.

c. Perda No. 2 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang W ilayah Provinsi Bengkulu.

d. Perda No. 2 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang W ilayah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

e. Perda No. 1 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang W ilayah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta.

f. Perda No. 4 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang W ilayah Provinsi Gorontalo.

g. Perda 22 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang W ilayah Provinsi Jawa Barat.

h. Perda No. 6 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang W ilayah Provinsi Jawa Tengah.

(7)

Page 32 Provinsi Jawa Timur.

j. Perda No. 1 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang W ilayah Provinsi Lampung.

k. Perda No. 3 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang W ilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat.

l. Perda No. 1 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur.

m. Perda No. 9 Tahun 2009 tentang Rencana Tata RuangW ilayah Provinsi Sulawesi Selatan.

n. Perda No. 13 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Sumatera Barat.

3.1.2.3 Arahan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten/Kota

Berdasarkan konsep tata ruang wilayah, dikembangkan suatu strategi bagi penataan ruang wilayah Kabupaten Sanggau, yang mencakup:

1. Strategi pengembangan sistem pusat-pusat permukiman; 2. Strategi pengelolaan kawasan lindung;

3. Strategi pengembangan kawasan budidaya;

4. Strategi pengembangan kawasan perkotaan, kawasan perdesaan dan kawasan tertentu;

5. Strategi pengembangan sistem prasarana wilayah; 6. Strategi pengembangan kawasan prioritas;

7. Strategi penatagunaan tanah, penatagunaan air, penatagunaan udara dan penatagunaan sumber daya alam lainnya.

Dikaitkan dengan visi dan misi di atas serta potensi wilayah Kabupaten Sanggau, maka wilayah Kabupaten Sanggau diarahkan menjadi tiga Sub Wilayah Pembangunan (SWP) berikut:

(8)

Page 33 dikembangkan di SWP ini adalah kehutanan, perkebunan serta industri hasil hutan dan agroindustri.

2. Sub Wilayah Pembangunan (SWP) II, mencakup Kecamatan Entikong, Sekayam, Noyan, Kembayan dan Beduwai, dengan pusat pengembangan wilayahnya diarahkan di Kota Entikong. Kegiatan utama yang dapat dikembangkan di SWP ini adalah perdagangan, pariwisata, perkebunan, pertanian tanaman pangan serta agroindustri dan agrobisnis (di Merowi Kecamatan Kembayan).

3. Sub Wilayah Pembangunan (SWP) III, mencakup Kecamatan Tayan Hulu, Balai, Meliau, Tayan Hilir dan Toba, dengan pusat pengembangan wilayahnya diarahkan di Kota Tayan. Kegiatan utama yang dapat dikembangkan di SWP ini adalah pertambangan, perkebunan serta industri pengolahan hasil pertambangan dan agroindustri.

3.1.3 Arahan Wilayah Pengembangan Strategis

3.1.3.1Strategi Pengembangan dan Rencana Sistem Pusat-pusat Permukiman

Pengembangan sistem pusat-pusat permukiman dilakukan dengan strategi berikut :

1. Memacu perkembangan Kota Sanggau sebagai pusat pertumbuhan wilayah Kabupaten Sanggau dan pusat kegiatan wilayah (PKW) dengan fungsi sebagai pusat kegiatan pemerintahan kabupaten, simpul transportasi wilayah kabupaten, pusat kegiatan ekonomi wilayah kabupaten, pusat permukiman utama dan pusat pelayanan fasilitas sosial wilayah kabupaten.

(9)

Page 34 2. Memacu perkembangan pusat-pusat kegiatan lokal (PKL) guna mencapai keseimbangan perkembangan antar pusat pelayanan atau pusat-pusat pertumbuhan tersebut. Pusat-pusat-pusat kegiatan lokal (PKL) yang diarahkan menjadi pusat-pusat pertumbuhan wilayah di Kabupaten Sanggau adalah Kota Tayan dan Kota Entikong.

Kota Tayan dan Kota Entikong ini berfungsi sebagai simpul transportasi sub-wilayah kabupaten, pusat pelayanan sub-regional (pusat kegiatan ekonomi dan pelayanan fasilitas sosial sub-wilayah kabupaten yang melayani beberapa kecamatan), dan pusat permukiman utama kecamatan. Guna mendukung fungsinya tersebut, Kota Tayan dan Kota Entikong diharapkan dapat mengoptimalkan potensi sumber daya wilayahnya.

Dalam upaya meningkatkan fungsi dan peran kota-kota tersebut, maka perlu didukung dengan pengembangan prasarana dan sarana wilayahnya yang mempunyai skala pelayanan bagi beberapa kecamatan.

3. Memantapkan fungsi dan perkembangan setiap sub-pusat pertumbuhan di wilayah Kabupaten Sanggau, seperti: Kota Balai karangan, Kota Sosok, Kota Pusat Damai, Kota Kembayan, Kota Batang Tarang, Kota Meliau dan Kota Balai Sebut.

Sub-pusat pertumbuhan yang merupakan pusat pelayanan lokal ini berfungsi sebagai pusat kegiatan pemerintahan kecamatan, pusat pelayanan sosial kecamatan, serta pusat kegiatan ekonomi kecamatan dan kecamatan sekitar yang menjadi hinterlandnya. Pengembangan kota-kota ini perlu didukung oleh pengembangan prasarana dan sarana pelayanan berskala kecamatan.

(10)

Page 35 1. Pusat pertumbuhan orde I, merupakan pusat pelayanan dengan jangkauan pelayanan mencakup seluruh wilayah Kabupaten Sanggau. Pusat pertumbuhan/kota orde I ini adalah Kota Sanggau,

Arahan kebijakan pengembangan bagi pusat pertumbuhan/kota orde I ini, diantaranya;

 Perlunya pengembangan kawasan pusat pemerintahan dan permukiman kota.

 Perlunya pengembangan kawasan olah raga dan tempat rekreasi kota.  Perlunya pengembangan kawasan wisata dalam kota.

2. Pusat pertumbuhan orde II, merupakan pusat pelayanan serba guna dengan jangkauan pelayanan pada beberapa IKK. Pusat pertumbuhan/kota orde II ini adalah Kota Entikong dan Tayan.

Arahan kebijakan pengembangan bagi pusat pertumbuhan/kota orde II ini, diantaranya;

 Kota Entikong

 Diarahkan sebagai pusat pelayanan administrasi pelintas batas yang berfungsi sebagai outlet pemasaran bagi Kabupaten Landak, Bengkayang dan Sanggau.

 Perlu peningkatan kapasitas dan kualitas pelayanan fasilitas dan utilitas perkotaan, fasilitas perdagangan serta fasilitas pendukung sebagai pintu gerbang lintas negara, di samping untuk meningkatkan fungsi dan khirarki kotanya.

 Perlu penyiapan paduserasi pemanfaatan ruang kawasan Entikong dan sekitarnya dengan kawasan perbatasan di wilayah Sarawak.  Perlu peningkatan kemampuan kerjasama pembangunan antar

kawasan dengan wilayah negara tetangga.

 Perlu peningkatan kualitas pelayanan pemerintahan yang mendukung terjaganya minat investasi pasar modal.

 Perlu peningkatan kualitas lingkungan hidup yang menjamin kesejahteraan dan kreativitas masyarakat

(11)

Page 36 pengendalian pembangunan,

 Kota Tayan

 Diarahkan sebagai pusat kegiatan industri wilayah Kabupaten Sanggau, terutama industri pengolahan hasil pertambangan.

 Perlu peningkatan kapasitas dan kualitas pelayanan fasilitas dan utilitas perkotaan dan fasilitas pendukung perindustrian.

 Perlu penyiapan rencana pemanfaatan ruang secara detail/rinci dan terpadu bagi kawasan industri dan pertambangan Tayan dan sekitamya.

 Perlu peningkatan kualitas pelayanan pemerintahan yang mendukung terjaganya minat investasi pasar modal.

 Perlu peningkatan kualitas lingkungan hidup yang menjamin kesejahteraan dan kreativitas masyarakat.

 Perlu penyiapan perangkat zoning regulation sebagai landasan pembangunan kegiatan perkotaan ikutan, dan sebagai landasan pengendalian pembangunan.

3. Pusat pertumbuhan orde III, merupakan pusat pelayanan dengan skala pelayanan lokal yang melayani satu atau dua kecamatan. Pusat pertumbuhan/kota orde III ini adalah Kota Balai Karangan, Batang Tarang, Meliau, Sosok, Pusat Damai, Balai Sebut dan Kembayan.

4. Pusat pertumbuhan orde IV, merupakan pusat pelayanan dengan skala pelayanan lokal

yang hanya melayani wilayah kecamatannya sendiri (internal kecamatan). Pusat pertumbuhan/kota orde IV ini adalah Kota Bonti, Kedukul, Noyan, Beduwai dan Teraju.

3.1.3.2 Strategi dan Rencana Pengelolaan Kawasan Lindung

Penetapan kawasan lindung di wilayah Kabupaten Sanggau didasarkan pada kriteria-kriteria sebagaimana tertera dalam Keppres No. 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung.

(12)

Page 37 1. Strategi pemeliharaan kelestarian lingkungan

a. Mencegah dan melarang berbagai kegiatan budidaya yang berada di dalam kawasan lindung, kecuali jika terdapat ketentuan lain dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku, seperti diatur dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (pasal 17), dan Keppres Nomor 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung.

Dalam pasal 37 Keppres Nomor 32 Tahun 1990, disebutkan bahwa:

 Di dalam kawasan lindung dilarang melakukan kegiatan budidaya, kecuali kegiatan yang tidak mengganggu fungsi lindung.

 Di dalam kawasan suaka alam dan kawasan cagar budaya dilarang melakukan kegiatan budidaya apapun, kecuali untuk kegiatan yang berkaitan dengan fungsinya dan tidak merubah bentang alam, kondisi penggunaan lahan, serta ekosistem alami yang ada.

 Kegiatan yang sudah ada di kawasan lindung yang mempunyai dampak penting terhadap lingkungan hidup dikenakan ketentuan-ketentuan yang berlaku sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)  Apabila hasil dari Analisis Mengenai Dampak Lingkungan menyatakan

bahwa kegiatan budidaya tersebut mengganggu fungsi lindung dari kawasan lindung yang dimaksud, maka perkembangannya harus dicegah, dan fungsinya sebagai kawasan lindung harus dikembalikan secara bertahap

Sementara itu, dalam pasal 38 Keppres Nomor 32 Tahun 1990, disebutkan bahwa:

 Dengan tetap memperhatikan fungsi lindung yang bersangkutan, di kawasan lindung dapat dilakukan kegiatan penelitian eksplorasi mineral dan air tanah, serta kegiatan lain yang berkaitan dengan bencana alam.  Apabila ternyata di kawasan lindung sebagaimana dimaksud dalam ayat

(13)

Page 38 negara, maka kegiatan budidaya di kawasan lindung tersebut dapat diijinkan sesuai dengan ketentuan-ketentuan perundangan yang berlaku.  Pengelolaan kegiatan budidaya sebagaimana dimaksud dalam ayat (2)

dilakukan dengan tetap memelihara fungsi lindung kawasan yang bersangkutan.

 Apabila penambangan bahan galian dilakukan, maka penambangan bahan galian tersebut wajib melaksanakan upaya perlindungan terhadap lingkungan hidup dan melaksanakan rehabilitasi terhadap bekas penambangannya, sehingga kawasan lindung tersebut dapat berfungsi kembali.

b. Secara bertahap, perlu upaya segera mengembalikan fungsi kawasan lindung yang telah terganggu dan memantapkan kawasan lindung yang telah ditetapkan.

c. Mengupayakan agar kawasan lindung yang berada di wilayah Perbatasan dan sekitarnya (Kecamatan Sekayam, Entikong, Noyan dan Beduwai) dapat membentuk suatu kesatuan yang selaras.

d. Mengupayakan terealisasinya berbagai kegiatan yang bertujuan untuk mengantisipasi kerusakan lingkungan, terutama kerusakan lingkungan yang dapat menimbulkan bencana alam, seperti terjadinya kebakaran hutan, longsor dan banjir.

e. Pengalokasian lahan bagi kawasan hutan seluas minimum 30% dari luas total wilayah kabupaten.

f. Pengalokasian ruang terbuka hijau (RTH) yang berupa hutan kota, jalur hijau, taman kota, tempat rekreasi, lapangan olah raga, pemakaman umum, dan lahan pertanian pada setiap kota dengan luas minimum 30% dari luas kota yang bersangkutan.

g. Pembentukan Badan Kerjasama Regional untuk penanganan dampak lingkungan.

2. Strategi pengembangan kegiatan budidaya yang ada di kawasan lindung: a. Mengeluarkan kegiatan budidaya dari kawasan lindung secara bertahap

(14)

Page 39 maka dikenakan Ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 27 tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan.

b. Implementasi konsep-konsep pengembangan ekonomi lingkungan guna membatasi perkembangan kegiatan budidaya yang telah ada di kawasan lindung.

c. Menata-batas kawasan permukiman perdesaan yang berada dalam kawasan lindung untuk dikeluarkan (di-enclave) dari kawasan lindung, jika permukiman tersebut tidak memungkinkan untuk dipindahkan secara terpadu melalui program transmigrasi.

d. Merealisasikan upaya rehabilitasi hutan dan lahan pada kawasan hutan lindung yang dalam kondisi tidak berhutan. Dalam hal ini, di wilayah Kabupaten Sanggau terdapat hutan lindung yang sudah tidak berhutan seluas 77.480 ha atau sebesar 81,17% dari total luas hutan lindung yang ada.

3. Strategi pengembangan prasarana dasar yang berada di kawasan lindung a. Pembangunan prasarana dasar (jaringan transportasi, energi listrik, telekomunikasi, air bersih, pos keamanan, jaringan drainase maupun bangunan pengendali bencana alam) di kawasan lindung, apabila dibutuhkan, dapat dilaksanakan dengan tetap mengacu pada upaya mempertahankan fungsi lindungnya.

b. Untuk pembangunan prasarana dasar seperti tersebut di atas, perlu melalui penelitian awal maupun studi kelayakan dengan tetap mempertahankan fungsi lindungnya.

c. Bagi bangunan prasarana umum pemerintah yang telah ada di dalam kawasan lindung, dapat dipertahankan keberadaanyya, tanpa mengubah fungsi lindung dari kawasan yang bersangkutan.

(15)

Page 40 Berdasarkan tujuan, konsep dan strategi pengembangan ruang wilayah yang telah dirumuskan pada bab sebelumnya, maka kawasan lindung yang ditetapkan dalam RTRWK Sanggau ini meliputi; kawasan lindung yang memberikan perlindungan pada kawasan bawahannya (hutan lindung, kawasan bergambut, kawasan resapan air); kawasan perlindungan setempat (kawasan sempadan sungai, kawasan sekitar danau/kanal), serta kawasan suaka alam (taman nasional).

Secara keseluruhan, luas dari kawasan lindung ini adalah 160.912 ha atau 12,51 % dari luas wiiayah Kabupaten Sanggau. Untuk lebih jelasnya mengenai luas kawasan lindung ini dapat dilihat pada tabel 3.1.

Tabel 3.1

Penetapan Luas Kawasan Lindung di Kabupaten Sanggau Tahun 2014

No. Arahan Luas Kawasan Lindung 152.305,00 8,32 307.611,81 16,81 160.912,00 12,51 Luas Kawasan 1.677.895,0 91,68 1.522.588,19 83,19 1.124.868,00 87,49 Luas Kabupaten 1.830.200,0 100,00 1.830.200,09 100,00 | 100,00

Sumber: - Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sanggau Tahun 2014

Keterangan:

(%) * Prosentase terhadap luas masing-masing wilayah secara keseluruhan

 Wilayah Kabupaten Sekadau masih tercakup dalam RTRWP dan RTRWK Sanggau 2016

 Daerah resapan air pada Revlsl RTRWK Sanggau 2014 di berada dalam kawasan hutan lindung

3.1.3.3 Strategi Pengembangan dan Rencana Kawasan Budidaya

(16)

Page 41 dikembangkan pada kawasan budidaya tersebut. Penetapan strategi pengembangan kawasan budidaya ini dilakukan dengan mempertimbangkan faktor kesesuaian lahan setiap kegiatan, kondisi eksisting wilayah dan kecenderungan perkembangannya, serta berbagai kebijaksanaan yang terkait dengan kegiatan budidaya.

Strategi Pengembangan kawasan budidaya di wilayah Kabupaten Sanggau, meliputi :

1. Pengembangan kawasan budidaya dilakukan secara terpadu melalui upaya peningkatan daya dukung lingkungan dan optimalisasi pengembangan prasarana wilayah. Di samping itu, restrukturisasi, relokasi, reduksi dan/atau revisi arahan-arahan lahan yang ada, harus terkait dengan tujuan dan sasaran (program) pembangunan daerah, dalam hal ini RTRWK sebagai landasan bagi upaya menyelesaikan berbagai kasus yang berkaitan dengan masalah tumpang tindih penggunaan lahan maupun konflik pemanfaatan lahan.

2. Pengembangan kegiatan pertanian tanaman pangan dilakukan melalui optimalisasi pemanfaatan lahan, dimana arahan penggunaan lahan diprioritaskan untuk pengembangan kegiatan tanaman padi guna memenuhi kebutuhan akan beras, pengembangan palawija dan hortikultura guna menunjang swasembada pangan daerah, dilanjutkan dengan pengembangan produksi komoditas substitusi import-eksport dan penyediaan bahan baku bagi industri pengolahan hasil pertanian. Dalam hal ini, kawasan lahan sawah beririgasi teknis harus tetap dipertahankan keberadaannya.

Pengembangan kegiatan peternakan (terutama yang berskala besar) diarahkan dengan mempertimbangkan jenis ternak yang akan dibudidayakan, dikaitkan dengan kondisi eksisting ketersediaan lahan pendukungnya.

(17)

Page 42 3. Pengembangan kegiatan perkebunan disesuaikan dengan kondisi eksisting dan potensi wilayah, serta kesesuaian lahannya. Pengembangan kegiatan perkebunan ini dapat dilakukan melalui intensifikasi, ekstensifikasi, peremajaan, rehabilitasi dan optimalisasi lahan bagi lahan-lahan yang telah diarahkan. Dalam hal ini pengembangan perkebunan berskala besar, perlu diarahkan pada jenis komoditas khas daerah yang mampu berkompetisi, seperti jenis komoditas kelapa sawit.

Pengembangan kegiatan perkebunan untuk komoditas lainnya (seperti: karet, kakao, panili, cengkeh, kopi, kelapa dalam, lada dan lainnya), selain terkait dengan faktor kesesuaian lahan dan pemasaran, juga mempertimbangkan kegiatan yang telah ada dari masing-masing komoditas tersebut.

4. Pengembangan kehutanan dilakukan melalui pendekatan pemanfaatan sumber daya hutan dengan mempertimbangkan manfaat dari segi ekonomi, sosial dan ekologi secara proporsional, dengan tetap memperhatikan kelestarian fungsi dan keseimbangan lingkungan hidup, serta mengacu pada prinsip pembangunan yang berkelanjutan.

Pengembangan hutan dan lahan pada hutan produksi yang tidak berhutan dan/atau merupakan lahan kritis merupakan prioritas utama.

Berdasarkan hal tersebut, maka pengembangan kehutanan perlu memprioritaskan pada upaya rehabilitasi hutan dan lahan pada kawasan hutan produksi (hutan produksi terbatas, hutan produksi biasa dan hutan produksi konversi) yang sudah tidak berhutan di Kabupaten Sanggau. Di samping itu pengembangan kehutanan juga harus tetap memperhatikan segi perijinan (HPH) yang telah ada, seperti adanya HPH di Bukit Gunung Betung dan Gunung Jabay.

(18)

Page 43 Strategi pengembangan kawasan industri ini juga didasarkan pada faktor; jenis industri pengolahan yang telah ada dan yang potensial dikembangkan (industri pengolahan hasil pertanian, hasil perkebunan, hasil hutan, dan hasil pertambangan); lokasi dan kondisi bahan baku; lokasi dan kondisi tenaga kerja; serta lokasi dan kondisi pemasaran. 6. Pengembangan kepariwisataan dilakukan secara terpadu sehingga

terbentuk paket-paket wisata yang sesuai dengan keunggulan, keunikan dan kelengkapan jenis wisatanya, dengan prioritas pengembangan lebih diarahkan pada objek-objek wisata potensial dan objek-objek wisata yang telah ditunjang dengan keberadaan prasarana dan sarana pendukungnya, serta merupakan objek-objek wisata yang memiliki keunikan atau kekhasan wilayah Propinsi Kalimantan Barat umumnya, dan Kabupaten Sanggau khususnya. Dalam hal ini, pengembangan prasarana pendukung wisata (transportasi dan akomodasi), serta kegiatan promosi wisata menjadi prioritas utama.

Langkah awal yang perlu dilakukan adalah melakukan kajian secara spesifik tentang keberadaan kawasan/objek wisata potensial, untuk selanjutnya dilakukan upaya pengembangannya, guna meningkatkan pendapatan daerah, yang pada akhirnya diharapkan dapat mendukung percepatan pembangunan wilayah.

Pengembangan kepariwisataan ini, secara spasial diarahkan berdasarkan pendekatan sistem zonasi wilayah pengembangan kawasan wisata, serta jenis dan potensi wisatanya (wisata alam, wisata dan sejarah, serta wisata minat khusus).

7. Pengembangan kegiatan pertambangan dilakukan melalui eksplorasi dan eksploitasi sumber daya mineral untuk memacu pertumbuhan industri yang berorientasi ekspor dan substitusi impor, dengan tetap memperhatikan aspek kelestarian lingkungan.

(19)

Page 44 Pengembangan kegiatan pertambangan ini diharapkan dapat memacu perkembangan wilayah Kecamatan Tayan Hilir dan hinterlandnya (SWP III) dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi.

8. Strategi pengembangan pusat-pusat permukiman, memprioritaskan pada pengembangan pusat-pusat permukiman yang berada pada jalur/ lintasan antar-sentra produksi dan antar-pusat perukiman utama (PKW) serta pada pusat-pusat kegiatan lokal (PKL) dalam rangka peningkatan produksi dan produktifitas wilayah, serta guna memperlancar aspek pemasaran .

Dikaitkan dengan upaya pengembangan wilayah secara seimbang, menyeluruh dan merata, maka pengembangan kota Tayan dan kota Entikong perlu mendapat perhatian khusus, mengingat besarnya potensi wilayah yang dimiliki kedua kota tersebut.

Rencana pengembangan kawasan budidaya pada dasarnya bertujuan untuk memberi arahan penggunaan lahan pada lahan yang sesuai dengan daya dukung fisik lahannya, potensi wilayah yang teridentifikasi melalui kuantitas produksi, serta kelayakan ekonomi pengembangan budidayanya.

Kawasan budidaya dalam RTRWK Sanggau ini mencakup luasan 1.124.868 ha atau 87,49 % dari total luas wilayah Kabupaten Sanggau). Penetapan luas kawasan budidaya ini didasarkan pada selisih antara luas wilayah Kabupaten Sanggau dengan luas kawasan lindung.

Tabel 3.2.

Rencana Pemanfaatan Lahan Kabupaten Sanggau Tahun 2014

No. Arahan Pemanfataan Ruang

Wilayah

RTRWK Sanggau, 2014

Luas (Ha) %

1. Kawasan Lindung 160.912,00 12,51 2. Hutan Produksi Terbatas 73.200,00 5,69 3. Hutan Produksi Konversi 27.810,00 2,16 4. Hutan Produksi Biasa 392.230,00 30,51 5. Perkebunan/Tanaman Tahunan 464.368,00 36,12 6. Pertambangan 36.400,00 2,83 7. Pertanian Lahan Kering/Basah, 130.860,00 10,18 Jumlah 1.285.780,00 100,00 Sumber: Revisi RTRWK Sanggau Tahun 2014

(20)

Page 45 3.1.3.4 Strategi Pengembangan dan Rencana Kawasan Perkotaan, Kawasan

Perdesaan dan Kawasan Tertentu

Pengembangan kawasan perkotaan, kawasan perdesaan dan kawasan tertentu dilakukan melalui strategi pengembangan berikut:

1. Kawasan perkotaan yang dikembangkan adalah pusat-pusat permukiman yang telah memiliki prasarana dan sarana sosial ekonomi, dengan dominasi kegiatan dan permanfaatan lahan pada sektor non pertanian. Strategi pengembangan kawasan perkotaan ini memperioritaskan pada

pengembangan Kota Sanggau sebagai pusat Kabupaten Sanggau dan pada semua Ibukota kecamatan.

2. Strategi pengembangan kawasan perdesaan memprioritaskan pada pengembangan penduduk, berupa pengisisian penduduk (salah satunya melalui program transmigrasi), yang penempatannya diprioritaskan pada kawasan sekitas pusat desa merupakan pusat dari wilayah kota yang berperan sebagai PKL yang belum memenuhi kriteria sebagai kawasan perkotaan.

Guna menunjang terpeliharaannya kelestarian lingkungan, khususnya di kawasan lindung, maka permukiman-permukiman di kawasan lindung mutlak dihambat atau dicegah perkembangannya. Dengan demikian, permukiman pedesaaan yang akan dikembangkan, diprioritaskan pada permukiman di kawasan yang bukan (di luar) kawasan hutan produksi dan terletak jauh dari kawasan hutan lindung.

3. Kawasan tertentu, strategi pengembangannya memprioritaskan pada:  Pengembangan kawasan tertinggal dan/atau terpencil, terutama pada

kawasan yang berada di wilayah Perbatasan, dalam rangka penguatan pertahanan dan keamanan negara atau wilayah.

 Peningkatan kualitas kawasan lindung yang memiliki lingkungan kritis dan kawasan rawan bencana (longsor dan banjir).

(21)

Page 46 strategis, melalui optimalisas pemanfaatan sumber dananya, yang berorientasi substitusi impor dan/atau peningkatan ekspor.

 Pengembangan yang potensial untuk dikembangkan sebagai pendorong pemerataan pembangunan agar dapat memacu pertumbuhan kawasan yang tertinggal dan/atau terpencil di sekitarnya. Pengembangan dilakukan secara terpadu dengan kegiatan pengisian penduduk melalui pengembangan kegiatan ekonomi berskala besar dan pembangunan prasarana wilayah.

3.1.4 Arahan Rencana Pembangunan Daerah

Program Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Sanggau merupakan program

prioritas RPJMD yang sesuai dengan tugas dan fungsi Dinas Pekerjaan Umum

Kabupaten Sanggau. Rencana program prioritas beserta indikator keluaran

program dan pagu perkegiatan sebagaimana tercantum dalam rancangan awal

RPJMD, selanjutnya dijabarkan Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Sanggau

kedalam rencana kegiatan untuk setiap program prioritas tersebut. Pemilihan

kegiatan untuk masing-masing program prioritas ini didasarkan atas strategi dan

kebijakan jangka menengah Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Sanggau.

Untuk mengimplementasikan kebijakan prioritas pembangunan infrastruktur

Pekerjaan umum di atas, maka dalam tahun 2014-2019 Dinas Pekerjaan Umum

Kabupaten Sanggau akan melaksanakan 23 pogram pada urusan Pekerjaan

Umum, 3 Program pada urusan Perumahan, 3 Program pada urusan Tata

Ruang.

Adapun rencana program dan kegiatan, indikator kinerja, kelompok sasaran, dan

(22)

Page 47 3.2 Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya

Program Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Sanggau merupakan program

prioritas RPJMD yang sesuai dengan tugas dan fungsi Dinas Pekerjaan Umum

Kabupaten Sanggau. Rencana program prioritas beserta indikator keluaran

program dan pagu perkegiatan sebagaimana tercantum dalam rancangan awal

RPJMD, selanjutnya dijabarkan Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Sanggau

kedalam rencana kegiatan untuk setiap program prioritas tersebut. Pemilihan

kegiatan untuk masing-masing program prioritas ini didasarkan atas strategi dan

kebijakan jangka menengah Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Sanggau.

Untuk mengimplementasikan kebijakan prioritas pembangunan infrastruktur

Pekerjaan umum di atas, maka dalam tahun 2014-2019 Dinas Pekerjaan Umum

Kabupaten Sanggau akan melaksanakan 23 pogram pada urusan Pekerjaan

Umum, 3 Program pada urusan Perumahan, 3 Program pada urusan Tata

Ruang.

Adapun rencana program dan kegiatan, indikator kinerja, kelompok sasaran, dan

(23)

Gambar

Tabel 3.1
Tabel 3.2.

Referensi

Dokumen terkait

Apabila dilihat dari lima kontruk kualitas belanja daerah, hampir semua kontruk belanja daerah Kabupaten Serang masuk dalam kategori tinggi dan sangat tinggi setiap

Simpulan : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan terhadap kadar kortisol pada kedua kelompok yang diberi obat analgetik ketorolak ataupun kelompok yang diberi

Euthanasia agresif, disebut juga eutanasia aktif, adalah suatu tindakan secara sengaja yang dilakukan oleh dokter atau tenaga kesehatan lainnya untuk mempersingkat

Mazhab Syafi’i, Hambali, dan para Ulama mazhab lainnya sepakat dengan pendapat Imam Abu Hanifah, yang mana mengatakan bahwa batas wasiat seseorang yang

Dari tabel diatas dapat dilihat dalam memanfaatkan lahan pekarangan melalui tanaman TOGA (Tanaman Obat Keluarga) terdapat 3 kegiatan yaitu Pendidikan dan Kampanye

Observasi yang dilakukan meliputi mengamati tingkah laku anak dalam membeli buku yang mereka sukai sehingga dari situ bisa diketahui jenis ilustrasi serta interaktif seperti

Limbah cair industri kelapa sawit berasal dari unit proses pengukusan (sterilisasi), proses klarifikasi dan buangan dari hidrosiklon. Limbah cair industri minyak kelapa

besi cor yang mana membuat kualitas produk rendah karena adanya bagian permukaan dari molten metal yang meleleh menempel pada permukaan pipa.. rendah dan umur