RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2017 -2021 38
BAB III
ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS
INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA
3.1. Arahan Kebijakan Pembangunan Bidang Cipta Karya dan Arahan Penataan
Ruang
Berdasarkan amanat Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang,
Kabupaten wajib menyusun Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten
yang ditetapkan oleh Qanun Kabupaten Aceh Utara. Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten Aceh Utara telah ditetapkan secara hukum dalam bentuk Peraturan Daerah
atau Qanun dengan nomor Qanun Kabupaten Aceh Utara No. 7 tahun 2013.
Dalam penyusunan RPI-JM Bidang Cipta Karya, beberapa yang perlu diperhatikan
dari RTRW Kabupaten Aceh Utara adalah sebagai berikut:
a. Penetapan Kawasan Strategis Kabupaten Aceh Utara (KSK) yang didasari sudut
kepentingan:
i. Pertahanan keamanan
ii. Ekonomi
iii. Lingkungan hidup
iv. Sosial budaya
v. Pendayagunaan sumberdaya alam atau teknologi tinggi
b. Arahan pengembangan pola ruang dan struktur ruang yang mencakup:
i. Arahan pengembangan pola ruang:
a) Arahan pengembangan kawasan lindung dan budidaya
b) Arahan pengembangan pola ruang terkait bidang Cipta Karya
seperti pengembangan RTH.
ii. Arahan pengembangan struktur ruang terkait keciptakaryaan seperti
pengembangan prasarana sarana air minum, air limbah, persampahan,
RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2017 -2021 39
c. Ketentuan zonasi pembangunan prasarana sarana bidang Cipta Karya
mencakup ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan lindung,
kawasan budidaya, sistem perkotaan, dan jaringan prasarana.
d. Indikasi program sebagai operasionalisasi rencana pola ruang dan struktur ruang
khususnya untuk bidang Cipta Karya.
Kawasan Strategis Kabupaten Aceh Utara (KSK) diperlukan sebagai dasar
pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya. Pada pembangunan infrastruktur
skala kawasan, pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya diarahkan pada
lokasi KSK, dan diharapkan keterpaduan pembangunan dapat terwujud diperlihatkan
pada Tabel-Tabel berikut:
Tabel 3.1. Arahan RTRW Kabupaten Aceh Utara Bidang Cipta Karya
Arahan Pola Ruang Arahan Struktur Ruang
Rencana Pola Ruang
(1) Rencana Pola Ruang wilayah Kota, terdiri atas: a. kawasan lindung;
b. Kawasan Perlindungan Setempat meliputi: Sepadan pantai, sepada n sungai, Kawasan sekitar waduk dan ruanng terbuka hijau.
c. Kawasan Cagar Budaya meliputi: Kawasan cagar budaya pra sejarah, kawasan kesultanan kerajaan islam samudra pase dan kawasan kerajaan pirak, kerajaan keureutoe dan ulama abad XIX.
d. Kawasan Geologi meliputi: kawasang rawan letusan gunung berapi, kawasan gempa bumi, kawasan rawan longsong, kawasan rawan tsunami dan kawasan abrasi pantai.
e. Kawasan Lindung lainnya berupa kawasan konservasi gajang.
Rencana Kawasan Budidaya
Klasifikasi peruntukan Kawasan budidaya di Kabupaten Aceh Utara meliputi :
Kawasan Hutan Produksi
Kawasan Pertanian
Kawasan Perikanan
Sistem Jaringan Prasarana Wilayah
Sistem jaringan prasarana wilayah lainnya terdiri atas:
a. sistem jaringan persampahan;
b. sistem jaringan air minum; c. sistem pengolahan limbah; d. sistem pengembangan dan
peningkatan drainase.
(1) Sistem Penyediaan Air Minum
Sumber air baku untuk air minum untuk Kabupaten Aceh Utara terdiri dari sebelas unit Instalasi Pengolahan Air Minum yang sampai saat ini beroperasi di Kabupaten Aceh Utara, yaitu IPA Cot Girek dengan kapasitas terpasang 40 liter/detik, IPA lhoksukon I dengan kapasitas 60 liter/detik, IPA Lhoksukon II dengan kapasitas 150 liter/detik, IPA Geudong dengan kapasitas 20 liter/detik, IPA Krueng Pase 100 litertik, IPA Samudera 30 liter/detik, IPA Sawang I 10liter/detik, IPA Sawang II 20 liter/detik, IPA Gle Dagang 60 Liter/detik, IPA Langkahan 20 liter/detik dan DeepWell Simpang Kramat 42,5 liter/detik.
RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2017 -2021 40
Kawasan Hutan Produksi meliputi Kecamatan Langkahan, Cot Girek,Meurah Mulia, Geureudong Pase, Nisam Antara,Sawang dan Paya Bakong.
Kawasan Pertanian:
Pengembangan kawasan pertanian meliputi seluruh kecamatan, kawasan pertanian basah seluas 45.714 hektar dan kawasan pertanian kering seluas 38410 hektar.
Kawasan Perikanan
Pengembangan kawasan perikanan terletak di Kecamatan Dewantara Nisam Syamtalira bayu, Smudera, Tanah Pasir, Lapang,Baktiya,Baktiya Barat, seunuddon dan Tanah Jabmbo aye seluas 16.712 hektrar dan perikanan tangkap terletak dalam kewenangan kabupaten aceh utara seluas 37.744 hektar.
Kawasan Pertambangan
Pengembangan kawasan pertambangan meliputi mineral logam, mineral non logam, batuan, batubara, panas bumi dan gas bumi.
Kawasan Industri
Kawasan industri meliputi kawsan industri besar, industi sedan dan industri kecil.
Industri besar meliputi wilayah Kecamatan Dewantara dan Kecamatan Sawang. Indusri sedang meliputi kecamatan Cot Girek kecamatan Lhoksukon,Kecamatan Geureudong Pase, Kecamatan Simpang Kramat, Kecamatan Kuta Makmur, Kecamatan Baktiya dan Kecamatn Seunuddon. Indusri kecil / industri rumah tangga meliputi seluruh Kecamatan.
Kawasan Pariwisata
Pengembangan kawasan pariwisata di Kabupaten Aceh Utara direncanakan sebagai berikut :
Pengembangan kawasan pariwisata alam diarahkan pada kawasan Air terjun Blang Kulam di Sidomulyo kecamatan Kuta Makmur, Air Terjun Seumirah di Seumirah di Seumirah KecamatanN Nisam Antara, Pantai Krueng Sawang di Keude Sawang Kecamatan Sawang, Pusat Latihan Gajah Lhok Asan kecamatan Kuta makmur, Waduk Krueng Keureutoe, Waduk Krung Jabo Aye dan
1399,37 liter/detik pada tahun 2035. Cakupan pelayanan direncanakan telah mencapai 53,24% dari seluruh penduduk Kabupaten Aceh Utara, baik yang dipenuhi melalui sambungan rumah, hidrant umum maupun sumber air lainnya.
(2) Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem on site
Alternatif sistem septic tank yang akan diterapkan adalah : Sistem septic tank individual, yaitu pengelolaan air limbah dengan penggunaan septic tank pada rumah tipe besar di mana lahan yang tersedia cukup luas untuk pembangunan septic tank dan bidang rembesannya. a. Sistem septic tank komunal, yaitu
pengelolaan air limbah dengan penggunaan 1 septik tank untuk beberapa rumah, perumahan pedesaan dimensi septic tank disesuaikan dengan jumlah kelompok pemakai.
b.
Sistem off site
Sistem off site di Kabupaten Aceh Utara direncanakan Instalasi pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) yang dikelola Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Aceh Utara, IPLT tersebut berlokasi di Gampong Teupin Keubeu Kecamatan Lhoksukon.
(3) Sistem Pengelolaan Sampah
Pengelolaan sampah sebagian besar direncanakan merupakan kawasan permukiman mengacu pada Tata Cara Pengelolaan Sampah di Permukiman (SNI 19-3242-1994), Tata Cara Teknik Pengelolaan Sampah Perkotaan (SNI 19-2454-2002) terutama mengenai persyaratan hukum dan persyaratan teknis operasionalnya.
RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2017 -2021 41 Wadk Lhoks Gajah. Untuk wilayah pantai diarahakan
Pantai Bantaian KecamatanSeunuddon, Pantai Sawng Kecamatan sawang, Pantai Lancok Kecamatan syamtalira Bay, Pantai Krueng Geukueh Kecamatan dewantara dan Pantai Dakuta bungkah Kecamatan muara Batu.
Kawasan Permukiman
Kawasan permukiman meliputi kawasan permukiman perkotaan seluas 5.620 hektar dan kawasan permukiman gampong seluas 8.290 hektar
Kawasan lainnya
Kawasan lainya kawasan pelabuhan kawasan Pelabuhan umum Krueng Geukueh seluas 166 Ha dan Kawasan Banda Udara Malikssalaeh sesluas 83 hektar.
(4)Sistem Jaringan Drainase
Drainase Kabupaten Aceh Utara dibagi beberapa jenis yaitu: Drainase Alamiah (Natural Drainage) adalah drainase yang tebentuk secara alam dan tidak terdapat bangunan penunjang dan Darainase Buatan (Artifical Drainase) adalah drainase yang terbentuk dengan tujuan tertentu sehingga memerlukan bangunan khusus seperti selokan, gorong-gorong dll.
Tabel 3.2 Identifikasi Kawasan Strategis Kabupaten Aceh Utara (KSK)berdasarkan RTRW
Kawasan Strategis Kabupaten Aceh Utara
Sudut Kepentingan Lokasi/Batas Kawasan
1. Kawasan Pusat Kota dan Sekitarnya
Pertumbuhan Ekonomi Lhoksukon, Panton Labu, Simpang Kramat, Ulee Nye,
RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2017 -2021 42
Tabel 3.3 Identifikasi Indikasi Program RTRW Kabupaten Aceh Utara terkait Pembangunan Infrastruktur Bidang Cipta Karya
No. Usulan program utama Lokasi KSK ( ya /
Tidak ) SUMBER DANA
INSTANSI PENANGGUNG JAWAB
A. PROGRAM PERWUJUDAN RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH KOTA
1. Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Kawasan
Kota Lhoksukon Lhoksukon
Ya
APBK Dinas Cipta karya
2. Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Kawasan
Kota Panton Labu Panton Labu
Ya
APBK Dinas Cipta karya 3. Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Kawasan
Kota Krueng Geukueh Krueng Geukueh
Ya
APBK Dinas Cipta karya
4. Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Kawasan
Geudong Geudong
Ya
APBK Dinas Cipta karya
INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA Sektor Air Bersih
a. Peningkatan Pelayanan Air Bersih Kabupaten Aceh Utara
Ya APBK, APBA dan
APBN PDAM
b. Pengembangan Instalasi Pengolahan Air Minum
Kabupaten Aceh Utara
Ya APBK, APBA,dan
APBN Dinas Cipta Karya
c. Peningkatan Pelayanan Instalasi Pengolahan Air (IPA)
Kabupaten Aceh Utara
Ya APBK, APBA dan
APBN PDAM, Dinas Cipta Karya
RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2017 -2021 43
No. Usulan program utama Lokasi KSK ( ya /
Tidak ) SUMBER DANA
INSTANSI PENANGGUNG JAWAB
d. Pengembangan TPA Teupin Keubeu Kecamatan Lhoksukon
e. Rehabilitasi Jaringan Drainase Yang Telah Ada Kabupataen Aceh Utara
Ya APBK,
Dinas Cipta karya
f. Pengembangan Sistem Drainase Baru Kabupaten Aceh Utara
Ya APBK, APBA,
dan APBN Dinas Cipta karya
B. PROGRAM PERWUJUDAN RENCANA POLA RUANG WILAYAH
1. Rehabilitasi Kawasan Pesisir
a. Penyusunan Rencana Tindak Pengembangan Kawasan Pesisir
Pesisir Ya
APBK Dinas Cipta Karya
b. Penataan Kawasan Pesisir Pesisir Ya APBK, APBN Dinas Cipta Karya c. Pengembangan Kawasan Pesisir
Pesisir Ya APBK, APBN,
Donor Dinas Cipta Karya 2. Pengembangan Hutan Kota
a. Penyusunan Rencana Tindak Pengembangan Hutan Kota
b. Pengembangan Hutan Kota Kota Lhoksukon, Panton Labu,
Dewantara
Ya
APBK, Donor Dinas Cipta Karya
3. Pengembangan Kegiatan Wisata di Kawasan Konservasi
a. Penyusunan Rencana Tindak Pengembangan Kegiatan Wisata
Kec. Samudera, Paya Bakong,
Ya
RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2017 -2021 44
b. Pembangunan Kegiatan Wisata
Kec. Samudera,
4. Penataan Pedagang Kaki Lima (PKL)
a. Penyusunan Rencana Tindak Penataan Lokasi PKL
b. Penataan Lokasi PKL Panton Labu, Lhoksukon,
Dewantara
Ya APBK, APBN
Dinas Pasar, Kebersihan dan Pertamanan
5. Pengembangan dan Peningkatan Pengelolaan RTH
a. Penyusunan Rencana Pengembangan RTH Dewantara, Lhoksukon
Ya APBK Dinas Pasar, Kebersihan dan Pertamanan
b. Pengembangan dan Peningkatan RTH Dewantara, Lhoksukon
Ya APBK, APBN, Donor
Dinas Pasar, Kebersihan dan Pertamanan
c. Pemeliharaan RTH Dewantara,
Lhoksukon
Ya APBK Dinas Pasar, Kebersihan dan Pertamanan
6. Pengembangan Kawasan Wisata Alam dan Pantai, Wisata Spiritual dan Wisata Bersejarah
a. Penyusunan Rencana Induk Pengembangan
Pariwisata Aceh Utara
Ya
APBK Dispora
b. Penyusunan Rencana Tindak Pengembangan
Kawasan Wisata Alam dan Pantai Aceh Utara
Ya
APBK Dispora
RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2017 -2021 45
No. Usulan program utama Lokasi KSK ( ya /
Tidak ) SUMBER DANA
INSTANSI PENANGGUNG JAWAB
Kawasan Wisata Spiritual, Kawasan Wisata Bersejarah dan Kawasan Wisata Tsunami d. Pengembangan Kawasan Wisata Alam dan
Pantai Aceh Utara
Ya APBK, APBA,
Investor Dispora e. Pengembangan Kawasan Wisata Spiritual,
Kawasan Wisata Bersejarah dan Kawasan Wisata Tsunami
Aceh Utara
Ya APBK, APBN,
Investor Dispora
f. Promosi Kawasan Wisata Aceh Utara Ya APBK Dispora
7. Pengembangan dan Pemeliharan Kawasan Sungai
a. Penyusunan Rencana Tindak Pengembangan dan Pemeliharaan Kawasan Sungai
b. Penataan Kawasan Bantaran Sungai Jambo Aye, Krueng Keureuto,
Krueng Pase
Ya APBK Dinas Pengairan dan ESDM
c. Pemeliharaan Kawasan Bantaran Sungai Jambo Aye, Krueng Keureuto,
Krueng Pase
Ya APBK Dinas Pengairan dan ESDM
C. PERWUJUDAN KAWASAN STRATEGIS KOTA
1. Penyusunan Rencana Tata Ruang (RTR)
Kawasan Pusat Kota Lhoksukon Lhoksukon
Ya
APBK Dinas Cipta Karya
2. Penyusunan Rencana Tata Ruang (RTR)
Kawasan Pusat Kota dan sekitarnya Panton Labu,
Dewantara
Ya
APBK Dinas Cipta Karya
RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2017 -2021 46
3.1.1 Arahan Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RI- SPAM)
Berdasarkan Permen PU No. 18 Tahun 2007, Rencana Induk Pengembangan
Sistem Penyediaan Air Minum adalah suatu rencana jangka panjang (15-20
tahun) yang merupakan bagian atau tahap awal dari perencanaan air minum
jaringan perpipaan dan bukan jaringan perpipaan berdasarkan proyeksi
kebutuhan air minum pada satu periode yang dibagi dalam beberapa tahapan
dan memuat komponen utama sistem beserta dimensi-dimensinya. RI-SPAM
dapat berupa RI- SPAM dalam satu wilayah administrasi maupun lintas
kabupaten/kota/provinsi. Penyusunan rencana induk pengembangan SPAM
memperhatikan aspek keterpaduan dengan prasarana dan sarana sanitasi sejak
dari sumber air hingga unit pelayanan dalam rangka perlindungan dan
pelestarian air. Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RI-SPAM)
Kabupaten Aceh Utara.
3.1.2 Arahan Rencana Strategi Sanitasi Kabupaten Aceh Utara (SSK)
3.1.2.1 Kerangka Kerja Pembangunan Sanitasi
Strategi Sanitasi Kota adalah dokumen rencana strategis berjangka
menengah yang disusun untuk percepatan pembangunan sektor sanitasi
suatu Kota/ Kabupaten, yang berisi potret kondisi sanitasi kota saat ini, rencana
strategi dan rencana tindak pembangunan sanitasi jangka menengah. SSK
disusun oleh Pokja Sanitasi Kabupaten/Kota didukung fasilitasi dari pemerintah
pusat dan pemerintah provinsi. Dalam menyusun SSK, Pokja Sanitasi
Kabupaten/Kota berpedoman pada prinsip:
a. Berdasarkan data aktual (Buku Putih Sanitasi);
b. Berskala kota dan lintas sektor (air limbah, drainase,
persampahan);
c. Disusun sendiri oleh kota dan untuk kota; dan
RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2017 -2021 47
3.1.2.2 Tujuan dan sasaran pengembangan sanitasi
Pengembangan sanitasi Kabupaten Aceh Utara bertujuan untuk meningkatkan
kualitas lingkungan melalui peningkatan pembangunan infrastruktur serta
pelayanan sanitasi menyeluruh sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup
masyarakat. Sasaran pengembangan sanitasi adalah Kabupaten Aceh Utara
namun dengan tetap membuka peluang kajian untuk mengadakan kerjasama
pembangunan sanitasi dengan kota/kabupaten tetangga.
3.1.2.3 Kebijakan umum pengembangan sanitasi Kabupaten
Untuk mencapai tujuan dan sasaran pembangunan sanitasi tersebut,
telah disusun beberapa kebijakan umum pengembangan sanitasi
kabupaten yang tertuang dalam Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Utara
adalah:
1. Penguatan kinerja kelembagaan tim sanitasi;
2. Menguatkan lembaga leading sektor dalam sistem manajemen
dan fungsi kontrol secara efekftif;
3. Mengupayakan penggalangan sumber daya strategis (dana dan
non-dana) non-APBK;
4. Melibatkan sektor swasta dalam pengelolaan sanitasi perkotaan;
5. Merubah sistem on-site menuju off-site di wilayah prioritas dan
wilayah pusat Kabupaten Aceh Utara;
6. Pengelolaan sampah diarahkan pada usaha-usaha produktif (3R,
komposting dan pemanfaatan kembali sampah);
7. Industri kecil menengah yang menghasilkan limbah dapat
terkontrol melalui pemberian ijin usaha dan mengikuti SPM untuk
sanitasi;
8. Industri kecil dan menengah memiliki IPAL mandiri sesuai SNI;
9. Fasilitas umum, tempat pengolahan makanan dan minuman
serta permukiman penduduk memenuhi syarat hygiene dan
RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2017 -2021 48
3.1.2.4 Kebijakan S a n i t a s i saat ini
Pembangunan infrastruktur sanitasi menjadi sangat tinggi. Berkaitan
dengan hal itu, telah ditetapkan bahwa perbaikan kesehatan lingkungan
sebagai salah satu prioritas pembangunan di Kabupaten Aceh Utara pada
tahun 2010 dengan fokus pada kegiatan yang bersifat non-fisik (contohnya
adalah kegiatan perubahan perilaku) yang akan menjadi dasar bagi
kegiatan-kegiatan fisik tahun berikutnya. Program ini secara tidak langsung
menjadi salah satu pendorong perlunya upaya percepatan pembangunan
sanitasi di Kabupaten Aceh Utara.
33..11..22..55 Pengembangan Strategis Infrastruktur Sanitasi 2010 – 2025
A. Air bersih
Pengembangan infrastruktur air bersih oleh Perusahaan Daerah Air
Minum (PDAM) Tirta Mon Pase dalam jangka pendek ditujukan untuk
meningkatkan cakupan pelayanan hingga mencapai persyaratan dalam
Millenium Development Goals (MDGs) yaitu 80% cakupan layanan di
perkotaan dengan konsumsi 100 l/orang/hari. Dalam jangka panjang,
direncanakan seluruh masyarakat Banda Aceh akan mendapatkan
pelayanan PDAM Tirta Mon Pase dengan kualitas air yang diterima
adalah kualitas air minum.
B. Air limbah
Beberapa inisiatif dalam bidang pengelolaan air limbah telah dilakukan
terutama untuk mendorong pengembangan sistem sanitasi on-site yang
lebih baik. Inisiatif tersebut diantaranya adalah adanya proses legislasi
untuk memasukkan persyaratan infrastruktur sanitasi (tangki septik sesuai
SNI). Hingga saat ini, proses ini sedang berjalan antara Dinas Cipta Karya
Kabupaten Aceh Utara dan Provinsi yang difasilitasi oleh Tim Sanitasi.
Untuk pengembangan sistem off-site diprioritaskan pada wilayah pusat
kota lama dan wilayah prioritas. Berkaitan dengan hal ini, Dinas Cipta
Karya Kabupaten Aceh Utara telah merencanakan pembangunan tangki
RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2017 -2021 49
DAK. Hal ini merupakan salah satu upaya untuk secara bertahap
menerapkan sistem offsite di wilayah prioritas. Selain itu, terdapat
beberapa kriteria yang digunakan dalam penentuan prioritas pengembangan
sistem off-site berdasarkan ketentuan dari SPM.
Di dalam SSK ini, telah dilakukan penentuan wilayah prioritas
pengembangan sistem pengelolaan sistem air limbah (apakah onsite maupun
offsite) secara umum. Empat (4) kriteria digunakan dalam penentuan prioritas
tersebut, yaitu; (i) kepadatan penduduk, (ii) karakteristik tata guna
lahan, komersial atau rumah tinggal, (iii) resiko kesehatan, serta (iv) kondisi
muka air tanah.
C. Drainase
Kota Lhoksukon akan menerapkan empat (4) zona drainase. Pada saat ini
kegiatan jaringan drainase utama (main drain) di dalam keempat zona
drainase tersebut sedang diusulkan untuk pelaksanaan pembangunan.
D. Persampahan
a. Timbulan sampah
Dalam jangka menengah, timbulan sampah yang perlu diangkut akan
dikurangi sebesar 20% dari kondisi sekarang dengan mengintensifkan
kegiatan 3R (Recycle, Reuse, Reduce) yang telah dimulai. Tujuannya
adalah untuk mengurangi beban Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) sehingga
pada akhirnya dapat memperpanjang masa pakai (lifetime) dari TPA tersebut.
Untuk mencapai pengurangan itu langkah-langkah berikut akan
dijalankan hingga tahun 2014:
- Mengembangkan kegiatan percontohan industri pengolahan limbah
plastik dalam rangka pengembangan kegiatan daur ulang baik untuk
limbah plastik maupun limbah lainnya,
- Mengembangkan lebih lanjut dalam skala yang lebih luas usaha
pengkomposan skala rumah tangga.
- Mengembangkan kegiatan pemisahan sampah dari sumbernya
RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2017 -2021 50
pengurangan timbulan sampah juga akan mendukung secara langsung
usaha pengkomposan dan daur ulang limbah.
b. Pengangkutan
Dalam jangka panjang, prosentase sampah terangkut akan ditingkatkan
menjadi 100%. Peningkatan prosentase sampah terangkut dilakukan dengan
meningkatkan prosentase penduduk terlayani dari 76% (2008) ditingkatkan
100%. Selain peningkatan prosentase penduduk terlayani, intensitas
pengangkutan sampah 2 kali dalam seminggu direncanakan dapat terjadi
di semua wilayah Kabupaten Aceh Utara.
c. Tempat pemrosesan akhir (TPA)
Saat ini pemrosesan akhir sampah Kabupaten Aceh Utara dilakukan di TPA
Teupin Keubeu Kecamatan Lhoksukon. Kapasitas TPA ini adalah 750
m3/hari TPA Teupin Keubeu ini sudah disiapkan DED dan sedang dilaksanakan
pembangunannya tahap I tahun 2015 dan akan ditindak lanjuti tahun
berikutnnya.
d. Pengelolaan limbah medis
Pada saat ini masih terjadi limbah medis yang dibuang ke TPA. Untuk
mengantisipasi hal itu sedang direncanakan akan dikembangkan sebuah
tempat khusus untuk bagi pembuangan limbah medis di TPA Teupin
Keubeu Kecamatan Lhoksukon yang dilakukan oleh Dinas Pasar,
Kebersihan dan Pertamanan. Untuk mendukung hal itu, koordinasi antar
dinas (terutama Dinas Kesehatan) akan ditingkatkan untuk menghindari
pencampuran limbah medis dalam proses pengangkutan apabila telah
dilakukan pemisahan di level pengguna.
Selain pembangunan tempat pembuangan khusus di TPA Teupin Keubeu,
penggunaan insinerator di RSUD Cut Meutia untuk melakukan pengolahan
limbah medis secara thermal perlu ditingkatkan. Pemanfaatan insinerator
perlu ditingkatkan agar dapat digunakan oleh pihak lain yang juga
menghasilkan limbah medis. Dalam jangka pendek kerjasama pemanfaatan
RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2017 -2021 51
3.1.3 Arahan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)
Berdasarkan Permen PU No. 6 Tahun 2007 tentang Pedoman Umum Rencana
Tata Bangunan dan Lingkungan, RTBL didefinisikan sebagai panduan rancang
bangun suatu lingkungan/kawasan yang dimaksudkan untuk mengendalikan
pemanfaatan ruang, penataan bangunan dan lingkungan, serta memuat materi
pokok ketentuan program bangunan dan lingkungan, rencana umum dan
panduan rancangan, rencana investasi, ketentuan pengendalian rencana, dan
pedoman pengendalian pelaksanaan pengembangan lingkungan/kawasan.
Arahan rencana tata bangunan dan lingkungan (RTBL) Kota Lhoksukon sampai
dengan saat belum ada dokumennya.
3.1.3.1 Arahan Rencana Pembangunan dan Pengembangan Kawasan
Permukiman (RP2KP) Kabupaten Aceh Utara
Rencana Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Permukiman
merupakan suatu dokumen strategi operasional dalam pembangunan
permukiman dan infrastruktur perkotaan yang sinergi dengan arah
pengembangan kota, sehingga dapat menjadi acuan yang jelas bagi penerapan
program-program pembangunan infrastruktur Cipta Karya. RP2KP memuat
arahan kebijakan dan strategi pembangunan infrastruktur permukiman makro
pada skala kabupaten/kota yang berbasis pada rencana tata ruang (RTRW) dan
rencana pembangunan (RPJMD). RP2KP sampai saat ini belum ada dokumennya
3.1.3.2 Arahan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan di Kawasan
Strategis Kota (RTBL KSK)
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan di Kawasan Strategis
Kabupaten/Kota (RTBL KSK), dimana keduanya tetap mengacu pada strategi
pengembangan kota yang sudah ada. RTBL KSK merupakan rencana aksi
program strategis untuk penanganan permasalahan permukiman dan
pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya pada kawasan prioritas di
perkotaan. Dalam konteks pengembangan kota, RTBL KSK merupakan rencana
terpadu bidang permukiman dan infrastuktur bidang Cipta Karya pada lingkup
wilayah perencanaan berupa kawasan dengan kedalaman rencana teknis yang
RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2017 -2021 52
sebagai alat operasionalisasi dalam penanganan kawasan permukiman prioritas
juga berfungsi sebagai masukan dalam penyusunan RPI2-JM. Oleh karena itu,
dalam hal ini RPI2-JM perlu mengutip matriks rencana aksi program serta peta
pengembangan kawasan dalam RTBL KSK yang didetailkan pada program
tahunan.
3.1.3.3 Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan
Arahan kebijakan pengembangan permukiman mengacu pada amanat
peraturan perundangan, antara lain:
1. Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional.
Arahan RPJMN Tahap 3 (2015-2019) menyatakan bahwa
pemenuhan kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana
dan sarana pendukung bagi seluruh masyarakat terus meningkat,
sehingga kondisi tersebut mendorong terwujudnya kota tanpa
permukiman kumuh pada awal tahapan RPJMN berikutnya.
2. Undang-Undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan
Kawasan Permukiman.
Pasal 4 mengamanatkan bahwa ruang lingkup penyelenggaraan
perumahan dan kawasan permukiman juga mencakup
penyelenggaraan perumahan (butir c), penyelenggaraan kawasan
permukiman (butir d), pemeliharaan dan perbaikan (butir e), serta
pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh
dan permukiman kumuh (butir f).
3. Undang-Undang No. 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun.
Pasal 15 mengamanatkan bahwa pembangunan rumah susun
umum, rumah susun khusus, dan rumah susun negara merupakan
RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2017 -2021 53
4. Peraturan Presiden No. 15 Tahun 2010 tentang Percepatan
Penanggulangan Kemiskinan.
Peraturan ini menetapkan salah satunya terkait dengan
penanggulangan kemiskinan yang diimplementasikan dengan
penanggulangan kawasan kumuh.
5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 14/PRT/M/2010
tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum
dan Tata Ruang.
Peraturan ini menetapkan target berkurangnya luas permukiman
kumuh di kawasan perkotaan sebesar 10% pada tahun 2014.
Mengacu pada Permen PU No. 08/PRT/M/2010 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Kementerian Pekerjaan Umum maka Direktorat Pengembangan
Permukiman mempunyai tugas di bidang perumusan dan pelaksanaan
kebijakan, pembinaan teknik dan pengawasan teknik, serta standardisasi teknis
di bidang pengembangan permukiman. Adapun fungsi Direktorat
Pengembangan Permukiman adalah:
Penyusunan kebijakan teknis dan strategi pengembangan permukiman di perkotaan dan perdesaan;
Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi pengembangan kawasan permukiman baru di perkotaan dan pengembangan kawasan perdesaan
potensial;
Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi peningkatan kualitas permukiman kumuh termasuk peremajaan kawasan dan pembangunan
rumah susun sederhana;
Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi peningkatan kualitas permukiman di kawasan tertinggal, terpencil, daerah perbatasan dan
pulau-pulau kecil termasuk penanggulangan bencana alam dan kerusuhan sosial;
Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, serta pembinaan kelembagaan dan peran serta masyarakat di bidang
pengembangan permukiman;
RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2017 -2021 54
Infrastruktur permukiman memiliki fungsi strategis dalam pembangunan nasional
karena turut berperan serta dalam mendorong pertumbuhan ekonomi,
mengurangi angka kemiskinan, maupun menjaga kelestarian lingkungan. Oleh
sebab itu, Ditjen Cipta Karya berperan penting dalam implementasi amanat
kebijakan pembangunan nasional.
3.1.4 Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025
RPJPN 2005-2025 yang ditetapkan melalui UU No. 17 Tahun 2007, merupakan
dokumen perencanaan pembangunan jangka panjang sebagai arah dan prioritas
pembangunan secara menyeluruh yang akan dilakukan secara bertahap dalam
jangka waktu 2005-2025. Dalam dokumen tersebut, ditetapkan bahwa Visi
Indonesia pada tahun 2025 adalah “Indonesia yang Mandiri, Maju, Adil dan
Makmur”. Dalam penjabarannya RPJPN mengamanatkan beberapa hal sebagai
berikut dalam pembangunan bidang Cipta Karya, yaitu:
a. Dalam mewujudkan Indonesia yang berdaya saing maka
pembangunan dan penyediaan air minum dan sanitasi diarahkan untuk
mewujudkan terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat serta kebutuhan
sektor-sektor terkait lainnya, seperti industri, perdagangan, transportasi,
pariwisata, dan jasa sebagai upaya mendorong pertumbuhan ekonomi.
Pemenuhan kebutuhan tersebut dilakukan melalui pendekatan tanggap
kebutuhan (demand responsive approach) dan pendekatan terpadu
dengan sektor sumber daya alam dan lingkungan hidup, sumber daya air,
serta kesehatan.
b. Dalam mewujudkan pembangunan yang lebih merata dan
berkeadilan maka Pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat yang berupa air
minum dan sanitasi diarahkan pada (1) peningkatan kualitas pengelolaan aset
(asset management) dalam penyediaan air minum dan sanitasi,
(2) pemenuhan kebutuhan minimal air minum dan sanitasi dasar bagi
masyarakat, (3) penyelenggaraan pelayanan air minum dan sanitasi yang
kredibel dan profesional, dan (4) penyediaan sumber-sumber pembiayaan
murah dalam pelayanan air minum dan sanitasi bagi masyarakat miskin.
c. Salah satu sasaran dalam mewujudkan pembangunan yang lebih merata
dan berkeadilan adalah terpenuhinya kebutuhan hunian yang dilengkapi
RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2017 -2021 55
untuk mewujudkan kota tanpa permukiman kumuh. Peran pemerintah akan
lebih difokuskan pada perumusan kebijakan pembangunan sarana dan
prasarana, sementara peran swasta dalam penyediaan sarana dan
prasarana akan makin ditingkatkan terutama untuk proyek-proyek yang
bersifat komersial.
d. Upaya perwujudan kota tanpa permukiman kumuh dilakukan pada setiap
tahapan RPJMN, yaitu:
RPJMN ke 2 (2010-2014): Daya saing perekonomian ditingkatkan melalui percepatan pembangunan infrastruktur
dengan lebih meningkatkan kerjasama antara pemerintah dan
dunia usaha dalam pengembangan perumahan dan
permukiman.
RPJMN ke 3 (2015-2019): Pemenuhan kebutuhan hunian bagi seluruh masyarakat terus meningkat karena didukung oleh
sistem pembiayaan perumahan jangka panjang dan
berkelanjutan, efisien, dan akuntabel. Kondisi itu semakin
mendorong terwujudnya kota tanpa permukiman kumuh.
3.1.5. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2015 - 2019
RPJMN 2015-2019 memantapkan pembangunan secara menyeluruh dengan
pembangun kompetetif perekonomian keunggulan yang bebasis SDA yang
tersedia , SDM yang bekualitas serta kemampuan iptek yang salah satu
infrastruktur prioritas terwujudnya konservasi sumber daya air dan terp enuhi
penyediaan air minum untuk kebutuhan dasar pengembangan infrastruktur
pedesaan serta memberikan dukungan penyediaan prasarana dan sarana dasar
permukiman, seperti air minum, air limbah, persampahan dan drainase.
Dokumen RPJMN juga menetapkan sasaran pembangunan infrastruktur
permukiman pada periode 2015-2019, yaitu:
a) Tercapainya pengetasan pemukiman kumuh perkotaan menjadi 0 %
melalui penanganan kawasan kumuh seluas 38.431 Hektar dan
peningkatan keswadayaan masyarakat di 7.683 kelurahan.
b) Meningkatnya keamanan dan kesselamatan bangunan gedung
RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2017 -2021 56
pengawasan khususnya BGN (ii) penusunan NSPK dan penyerapan
penyelenggaraan bangunan hijau dan (III) menciptakan building codes.
c) Tercapainya akses air minum yang aman menjadi 100% melalui
penanganan tingkat regional, kabupaten/kota, kawawan dan lingkungan,
baik diperkotaand maupun diperdesaan,
d) Meningkatnya akses penduduk terhadap sanitasi layai (air limbah
domestik 100 % pada tingkat kebutuhan dasar melalui pennganan tingkat
regional, kabupaten/kota, kawasan dan lingkungan, baik di perkotaan
maupun di perdesaan.
Untuk mencapai sasaran tersebut maka kebijakan pembangunan diarahkan untuk
meningkatkan aksesibilitas masyarakat terhadap layanan air minum dan sanitasi
yang memadai, melalui:
a. Menyediakan perangkat peraturan di tingkat Pusat dan/atau Daerah,
b. Memastikan ketersediaan air baku ai minum,
c. Meningkatkan prioritas pembangunan prasarana dan sarana
permukiman,
d. Meningkatkan kinerja manajemen penyelenggaraan air minum,
penanganan air limbah, dan pengelolaan persampahan,
e. Meningkatkan sistem perencanaan pembangunan air minum dan
sanitasi,
f. Meningkatkan cakupan pelayanan prasarana permukiman,
g. Meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai pentingnya perilaku
hidup bersih dan sehat (PHBS),
h. Mengembangkan alternatif sumber pendanaan bagi pembangunan
infrastruktur,
i. Meningkatkan keterlibatan masyarakat dan swasta,
3.1.6. Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi
Indonesia (MP3EI)
Berdasarkan arahan Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun 2011 tentang
Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia
2011-2025, Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi
RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2017 -2021 57
pembangunan ekonomi Indonesia untuk periode 15 (lima belas) tahun terhitung
sejak tahun. 2011 sampai dengan tahun 2025 dalam rangka pelaksanaan
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025 dan melengkapi
dokumen perencanaan.
Pengembangan MP3EI difokuskan pada Kawasan Perhatian Investasi (KPI)
yang diidentifikasikan sebagai satu atau lebih kegiatan ekonomi atau sentra
produksi yang terikat atau terhubung dengan satu atau lebih faktor konektivitas
dan SDM IPTEK. Pendekatan KPI dilakukan untuk mempermudah identifikasi,
pemantauan, dan evaluasi atas kegiatan ekonomi atau sentra produksi yang
terikat dengan faktor konektivitas dan SDM IPTEK yang sama.
KPI dapat menjadi KPI prioritas dengan kriteria sebagai berikut:
a. Total nilai investasi pada setiap KPI yang bernilai signifikan;
b. Keterwakilan Kegiatan Ekonomi Utama yang berlokasi pada setiap
KPI;
c. Dukungan Pemerintah dan Pemerintah Daerah terhadap sentra-
sentra produksi di masing-masing KPI;
d. Kesesuaian terhadap beberapa kepentingan strategis (dampak
sosial, dampak ekonomi, dan politik) dan arahan Pemerintah.
3.1.6.1 Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)
Sesuai dengan arahan Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang
Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus, Kawasan Ekonomi Khusus atau
KEK adalah kawasan dengan batas tertentu dalam wilayah hukum Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang ditetapkan untuk menyelenggarakan fungsi
perekonomian dan memperoleh fasilitas tertentu. KEK terdiri atas satu atau
beberapa zona, antara lain pengolahan ekspor, logistik, industri, pengembangan
teknologi, pariwisata, energi, dan ekonomi lainnya. Pembentukan KEK tersebut
dapat melalui usulan dari Badan Usaha yang didirikan di Indonesia, pemerintah
kabupaten/kota, dan pemerintah provinsi, yang ditujukan kepada Dewan
Nasional. Selain itu, Pemerintah Pusat juga dapat menetapkan suatu wilayah
RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2017 -2021 58
pemerintah non kementerian. Sedangkan lokasi KEK yang diusulkan dapat
merupakan area baru maupun perluasan dari KEK yang sudah ada.
Usulan lokasi KEK harus memenuhi beberapa kriteria antara lain :
a. Sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah dan tidak berpotensi
mengganggu kawasan lindung;
b. Adanya dukungan dari pemerintah provinsi dan/atau pemerintah
kabupaten/kota yang bersangkutan;
c. Terletak pada posisi yang dekat dengan jalur perdagangan
internasional atau dekat dengan jalur pelayaran internasional di
Indonesia/terletak pada wilayah potensi sumber daya unggulan;
d. Mempunyai batas yang jelas.
3.2 Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya
3.2.1 Prioritas Kabupaten/Kota Bidang Cipta Karya
Penyelenggaraan pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya salah satunya
mengacu pada Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah dan Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian
Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan
Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota. Dengan mengacu kepada peraturan
perundangan tersebut, maka prioritas penanganan infrastruktur Bidang Cipta
Karya diarahkan pada kabupaten/kota yang berfungsi strategis secara nasional.
Pada pelaksanaannya, alokasi APBN Bidang Cipta Karya terdapat 5 (lima)
klaster penanganan Bidang Cipta Karya sebagai berikut:
a. Klaster A, merupakan kabupaten/kota prioritas strategisnasional yang
termasuk dalam Pusat Kegiatan Nasional (PKN), Pusat-Pusat Kegiatan
Strategis Nasional (PKSN) di dalam KSN dan kabupaten/kota di dalam
kawasan metropolitan, serta kawasan strategis lainnya (KEK, MP3EI) yang
telah memiliki Perda RTRW dan Perda Bangunan Gedung.
b. Klaster B, merupakan kabupaten/kota prioritas strategis nasional yang
termasuk dalam Pusat Kegiatan Nasional (PKN), Pusat-Pusat Kegiatan
Strategis Nasional (PKSN) di dalam KSN dan kabupaten/kota di dalam
kawasan metropolitan, serta kawasan strategis lainnya (KEK, MP3EI) yang
RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2017 -2021 59
c. Klaster C, terdiri dari kabupaten/kota yang menjadi prioritas pemenuhan
Standar Pelayanan Minimal (SPM), berdasarkan karakteristik antara lain
daerah yang rawan bencana alam, memiliki cakupan air minum/sanitasi
rendah, permukiman kumuh, dan daerah kritis atau miskin.
d. Klaster D ditujukan dalam rangka pengembangan kegiatan pemberdayaan
masyarakat Bidang Cipta Karya yang bertujuan penanggulangan kemiskinan
di perkotaan dan perdesaan.
e. Klaster E ditujukan untuk kabupaten/kota yang memiliki program inovasi
baru Bidang Cipta Karya yang diusulkan secara kompetitif dan selektif.
3.2.2 Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN)
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) disusun melalui Peraturan
Pemerintah No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
(RTRWN) yang dijadikan sebagai pedoman untuk:
a. Penyusunan rencana pembangunan jangka panjang nasional,
b. Penyusunan rencana pembangunan jangka menengah nasional,
c. Pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah
nasional,
d. Perwujudan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan perkembangan
antarwilayah provinsi, serta keserasian antar sektor,
e. Penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi,
f. Penataan ruang kawasan strategis nasional, dan
g. Penataan ruang wilayah provinsi dan kabupaten.Arahan yang harus
diperhatikan dari RTRWN untuk ditindaklanjuti ke dalam RPI2-JM kabupaten
adalah sebagai berikut:
1. Penetapan Pusat Kegiatan Nasional (PKN)
Kriteria:
i. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul
utama kegiatan ekspor-impor atau pintu gerbang menuju kawasan
internasional,
ii. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat
RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2017 -2021 60
provinsi, dan/atau,
iii. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul
utama transportasi skala nasional atau melayani beberapa provinsi.
2. Penetapan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW)
Kriteria:
i. Kawasan Perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul
kedua kegiatan ekspor-impor yang mendukung PKN,
ii. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat
kegiatan industri dan jasa yang melayani skala provinsi atau beberapa
kabupaten, dan/atau,
iii. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul
transportasi yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten.
3. Penetapan Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN)
Kriteria:
i. Pusat perkotaan yang berpotensi sebagai pos pemeriksaan lintas batas
dengan negara tetangga,
ii. Pusat perkotaan yang berfungsi sebagai pintu gerbang internasional
yang menghubungkan dengan negara tetangga,
iii. Pusat perkotaan yang merupakan simpul utama transportasi yang
menghubungkan wilayah sekitarnya, dan/atau,
iv. Pusat perkotaan yang merupakan pusat pertumbuhan ekonomi yang
dapat mendorong perkembangan kawasan di sekitarnya.
4. Penetapan Kawasan Strategis Nasional (KSN)
Penetapan kawasan strategis nasional dilakukan berdasarkan kepentingan:
ii. Pertahanan dan keamanan,
b) Diperuntukkan bagi kepentingan pemeliharaan keamanan dan
pertahanan negara berdasarkan geostrategi nasional,
c) Diperuntukkan bagi basis militer, daerah latihan militer, daerah
pembuangan amunisi dan peralatan pertahanan lainnya, gudang
amunisi, daerah uji coba sistem persenjataan, dan/atau kawasan
industri sistem pertahanan, atau,
d) Merupakan wilayah kedaulatan negara termasuk pulau-pulau kecil
RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2017 -2021 61
laut lepas.
iii. Pertumbuhan ekonomi,
a) Memiliki potensi ekonomi cepat tumbuh,
b) Memiliki sector unggulan yang dapat menggerakkan pertumbuhan
ekonomi nasional,
c) Memiliki potensi ekspor, didukung jaringan prasarana dan fasilitas
penunjang kegiatan ekonomi,
d) Memiliki kegiatan ekonomi yang memanfaatkan teknologi tinggi,
e) Berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi pangan
nasional dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan nasional,
f) Berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi sumber energi
dalam rangka mewujudkan ketahanan energi nasional, atau,
g) Ditetapkan untuk mempercepat pertumbuhan kawasan tertinggal.
iii. Sosial dan budaya
a) Merupakan tempat pelestarian dan pengembangan adat istiadat
atau budaya nasional,
b) Merupakan prioritas peningkatan kualitas sosial dan budaya serta
jati diri bangsa,
c) Merupakan asset nasional atau internasional yang harus
dilindungi dan dilestarikan,
d) Merupakan tempat perlindungan peninggalan budaya nasional,
e) Memberikan perlindungan terhadap keanekaragaman budaya,
atau;
f) Memiliki potensi kerawanan terhadap konflik sosial skala
nasional.
iv. Pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi
a) Diperuntukkan bagi kepentingan pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi berdasarkan lokasi sumber daya
alam strategis nasional, pengembangan antariksa, serta tenaga
atom dan nuklir;
b) Memiliki sumber daya alam strategis nasional;
c) Berfungsi sebagai pusat pengendalian dan pengembangan
antariksa;
RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2017 -2021 62
atau;
e) Berfungsi sebagai lokasi penggunaan teknologi tinggi strategis.
v. Fungsi dan daya dukung lingkungan hidup.
a) Merupakan tempat perlindungan keanekaragaman hayat
b) Merupakan aset nasional berupa kawasan lindung yang
ditetapkan bagi perlindungan ekosistem, flora dan/atau fauna
yang hampir punah atau diperkirakan akan punah yang harus
dilindungi dan/atau dilestarikan,
c) Memberikan perlindungan keseimbangan tata guna air yang
setiap tahun berpeluang menimbulkan kerugian negara,
d) Memberikan perlindungan terhadap keseimbangan iklim
makro,
e) Menuntut prioritas tinggi peningkatan kualitas lingkungan
hidup,
f) Rawan bencana alam nasional,
g) Sangat menentukan dalam perubahan rona alam dan
mempunyai dampak luas terhadap kelangsungan kehidupan.
Tabel 3.4 Penetapan Lokasi Pusat kegiatan Nasional (PKN) dan Pusat
Kegiatan Wilayah (PKW) Berdasarkan PP Nomor 26 Tahun 2008
tentang RTRWN di Provinsi Aceh
NO PKN PKW
(1) (3) (4)
1 Lhokseumawe Sabang, Banda Aceh, Takengon, Meulaboh
Tabel 3.5 Penetapan Lokasi Pusat Kegiatan Strategis Nasional(PKSN) Berdasarkan PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang RTRWN
NO
PUSAT KEGIATAN STRATEGIS
NASIONAL
STATUS PROVINSI
(1) (2) (3) (4)
1 Kota Sabang I / A / 2 : Pengembangan Baru (Tahap I)
RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2017 -2021 63
Tabel 3.6 Penetapan Kawasan Strategis Nasional (KSN) Berdasarkan PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang RTRWN
Dalam rangka transformasi ekonomi menuju negara maju dengan pertumbuhan
ekonomi 7-9 persen per tahun, Pemerintah menyusun MP3EI yang ditetapkan
melalui Perpres No. 32 Tahun 2011. Dalam dokumen tersebut pembangunan
setiap koridor ekonomi dilakukan sesuai tema pembangunan masing-masing
dengan prioritas pada kawasan perhatian investasi (KPI MP3EI). Ditjen
Cipta Karya diharapkan dapat mendukung penyediaan infrastruktur permukiman
pada KPI Prioritas untuk menunjang kegiatan ekonomi di kawasan tersebut.
Kawasan Perhatian Investasi atau KPI dalam MP3EI adalah adalah satu atau
lebih kegiatan ekonomi atau sentra produksi yang terikat atau terhubung dengan
satu atau lebih faktor konektivitas dan SDM IPTEK. Pendekatan KPI dilakukan
untuk mempermudah identifikasi, pemantauan, dan evaluasi atas kegiatan
ekonomi atau sentra produksi yang terikat dengan faktor konektivitas dan SDM
RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2017 -2021 64
3.2.3. Masterplan Percepatan dan Perluasan Pengentasan Kemiskinan Indonesia
Sesuai dengan agenda RPJMN 2010-2014, pertumbuhan ekonomi perlu
diimbangi dengan upaya pembangunan yang inklusif dan berkeadilan.
Untuk itu, telah ditetapkan MP3KI dimana semua upaya penanggulangan
kemiskinan diarahkan untuk mempercepat laju penurunan angka kemiskinan dan
memperluas jangkauan penurunan tingkat kemiskinan di semua daerah dan di
semua kelompok masyarakat. Dalam mencapai misi penanggulangan kemiskinan
pada tahun 2025, MP3KI bertumpu pada sinergi dari tiga strategi utama,
yaitu:
a. Mewujudkan system perlindungan sosial nasional yang menyeluruh,
terintegrasi,dan mampu melindungi masyarakat dari kerentanan dan
goncangan,
b. Meningkatkan pelayanan dasar bagi penduduk miskin dan rentan
sehingga dapat terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan dasar dan meningkatkan
kualitas sumberdaya manusia di masa mendatang,
c. Mengembangkan penghidupan berkelanjutan (sustainable livelihood)
masyarakat miskin dan rentan melalui berbagai kebijakan dan dukungan di
tingkat lokal dan regional dengan memperhatikan aspek.
Kementerian Pekerjaan Umum, khususnya Ditjen Cipta Karya, berperan penting
dalam pelaksanaan MP3KI, terutama terkait dengan pelaksanaan program
pemberdayaan masyarakat (PNPM- Perkotaan/P2KP, PPIP, Pamsimas, Sanimas
dsb) serta Program Pro Rakyat.
3.2.4. Kawasan Ekonomi Khusus
UU No. 39 Tahun 2009 menjelaskan bahwa Kawasan Ekonomi Khusus adalah
kawasan dengan batas tertentu dalam wilayah hukum Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang ditetapkan untuk menyelenggarakan fungsi perekonomian dan
memperoleh fasilitas tertentu. KEK dikembangkan melalui penyiapan kawasan
yang memiliki keunggulan geoekonomi dan geostrategi dan berfungsi untuk
RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2017 -2021 65
memiliki nilai ekonomi tinggi dan daya saing internasional. Di samping zona
ekonomi, KEK juga dilengkapi zona fasilitas pendukung dan perumahan bagi
pekerja. Ditjen Cipta Karya dalam hal ini diharapkan dapat mendukung
infrastruktur permukiman pada kawasan tersebut sehingga menunjang kegiatan
ekonomi di KEK.
Direktif Presiden Program Pembangunan Berkeadilan
Dalam Inpres No. 3 Tahun 2010, Presiden RI mengarahkan seluruh
Kementerian, Gubernur, Walikota/Bupati, untuk menjalankan program
pembangunan berkeadilan yang meliputi Program pro rakyat, Keadilan untuk
semua, dan Program Pencapaian MDGs. Ditjen Cipta Karya memiliki peranan
penting dalam pelaksanaan Program Pro Rakyat terutama program air bersih
untuk rakyat dan program peningkatak\n kehidupan masyarakat perkotaan.
Sedangkan dalam pencapaian MDGs, Ditjen Cipta Karya berperan
dalam peningkatan akses pelayanan air minum dan sanitasi yang layak serta
pengurangan permukiman kumuh.
Peraturam Perundangan Bidang PU/Cipta Karya
Ditjen Cipta Karya dalam melakukan tugas dan fungsinya selalu dilandasi
peraturan perundangan yang terkait dengan bidang Cipta Karya, antara lain UU
No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, UU No. 28
Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung, UU No. 7 tahun 2008 tentang Sumber
Daya Air, dan UU No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Persampahan.
UU No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan KawasanPermukiman
UU Perumahan dan Kawasan Permukiman membagi tugas dan kewenangan
Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten/Kota.
Pemerintah Kabupaten/Kota dalam penyelenggaraan permukiman mempunyai
tugas:
a. Menyusun dan melaksanakan kebijakan dan strategi pada tingkat
kabupaten/kota di bidang perumahan dan kawasan permukiman dengan
berpedoman pada kebijakan dan strategi nasional dan provinsi.
RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2017 -2021 66
kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.
c. Menyelenggarakan fungsi operasionalisasi dan koordinasi terhadap
pelaksanaan kebijakan kabupaten/kota dalam penyediaan rumah,
perumahan, permukiman, lingkungan hunian, dan kawasan permukiman.
d. Melaksanakan pengawasan dan pengendalian terhadap pelaksanaan
peraturan perundang-undangan, kebijakan, strategi, serta program di
bidang perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.
e. Melaksanakan kebijakan dan strategi pada tingkat kabupaten/kota.
f. Melaksanakan melaksanakan peraturan perundang-undangan serta
kebijakan dan strategi penyelenggaraan perumahan dan kawasan
permukiman pada tingkat kabupaten/kota.
g. Melaksanakan peningkatan kualitas perumahan dan permukiman.
h. Melaksanakan kebijakan dan strategi provinsi dalam penyelenggaraan
perumahan dan kawasan permukiman berpedoman pada kebijakan
nasional.
i. Melaksanakan pengelolaan prasarana, sarana, dan utilitas umum
perumahan dan kawasan permukiman.
i. Mengawasi pelaksanaan kebijakan dan strategi nasional dan provinsi
di bidang perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat
kabupaten/kota.
k. Menetapkan lokasi Kasiba dan Lisiba.
Adapun wewenang Pemerintah Kabupaten/Kota dalam menjalankan tugasnya
yaitu:
a. Menyusun dan menyediakan basis data perumahan dan kawasan
permukiman pada tingkat kabupaten/kota.
b. Menyusun dan menyempurnakan peraturan perundang-undangan bidang
perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.
c. Memberdayakan pemangku kepentingan dalam bidang perumahan dan
kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.
d. Melaksanakan sinkronisasi dan sosialisasi peraturan perundang-
undangan serta kebijakan dan strategi penyelenggaraan perumahan dan
kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.
RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2017 -2021 67
perumahan dan permukiman bagi MBR.
f. Menyediakan prasarana dan sarana pembangunan perumahan bagi
MBR pada tingkat kabupaten/kota.
g. Memfasilitasi kerja sama pada tingkat kabupaten/kota antara
pemerintah kabupaten/kota dan badan hukum dalam penyelenggaraan
perumahan dan kawasan permukiman.
h. Menetapkan lokasi perumahan dan permukiman sebagai
perumahan kumuh dan permukiman kumuh pada tingkat kabupaten/kota.
i. Memfasilitasi peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan
permukiman kumuh pada tingkat kabupaten/kota.
Di samping mengatur tugas dan wewenang, UU ini juga mengatur
penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman, pemeliharaan dan
perbaikan, pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh
dan permukiman kumuh, penyediaan tanah pendanaan dan pembiayaan, hak
kewajiban dan peran masyarakat.
UU ini mendefinisikan permukiman kumuh sebagai permukiman yang tidak layak
huni karena ketidakteraturan bangunan, tingkat kepadatan bangunan yang tinggi,
dan kualitas bangunan serta sarana dan prasarana yang tidak memenuhi syarat.
Untuk itu perlu dilakukan upaya pencegahan, terdiri dari pengawasan,
pengendalian, dan pemberdayaan masyarakat, serta upaya peningkatan kualitas
permukiman, yaitu pemugaran, peremajaan, dan permukiman kembali.
UU No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung
Undang-Undang Bangunan Gedung menjelaskan bahwa penyelenggaraan
bangunan gedung adalah kegiatan pembangunan yang meliputi proses
perencanaan teknis dan pelaksanaan konstruksi, serta kegiatan pemanfaatan,
pelestarian, dan pembongkaran. Setiap bangunan gedung harus memenuhi
persyaratan administratif dan persyaratan teknis sesuai dengan fungsi
bangunan gedung. Persyaratan administratif meliputi persyaratan status hak atas
tanah, status kepemilikan bangunan gedung, dan izin mendirikan bangunan.
Sedangkan persyaratan teknis meliputi persyaratan tata bangunan dan
RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2017 -2021 68
persyaratan peruntukan dan intensitas bangunan gedung, arsitektur bangunan
gedung, dan persyaratan pengendalian dampak lingkungan, yang ditetapkan
melalui Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL).
Disamping itu, peraturan tersebut juga mengatur beberapa hal sebagai berikut:
a. keseimbangan, keserasian, dan keselarasan bangunan gedung
dengan lingkungannya harus mempertimbangkan terciptanya ruang
luar bangunan gedung, ruang terbuka hijau yang seimbang, serasi, dan
selaras dengan lingkungannya. Di samping itu, sistem penghawaan,
pencahayaan, dan pengkondisian udara dilakukan dengan
mempertimbangkan prinsip-prinsip penghematan energi dalam bangunan
gedung (amanat green building).
b. Bangunan gedung dan lingkungannya yang ditetapkan sebagai cagar
budaya sesuai dengan peraturan perundang-undangan harus
dilindungi dan dilestarikan. Pelaksanaan perbaikan, pemugaran,
perlindungan, serta pemeliharaan atas bangunan gedung dan
lingkungannya hanya dapat dilakukan sepanjang tidak mengubah nilai
dan/atau karakter cagar budaya yang dikandungnya.
c. Penyediaan fasilitas dan aksesibilitas bagi penyandang cacat dan lanjut
usia merupakan keharusan bagi semua bangunan gedung
UU No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air
UU Sumber Daya Air pada dasarnya mengatur pengelolaan sumber daya air,
termasuk didalamnya pemanfaatan untuk air minum. Dalam hal ini, negara
menjamin hak setiap orang untuk mendapatkan air bagi kebutuhan pokok
minimal sehari-hari guna memenuhi kehidupannya yang sehat, bersih, dan
produktif.
Pemenuhan kebutuhan air baku untuk air minum rumah tangga dilakukan dengan
pengembangan sistem penyediaan air minum dimana Badan usaha milik negara
dan/atau badan usaha milik daerah menjadi penyelenggaranya. Air minum rumah
tangga tersebut merupakan air dengan standar dapat langsung diminum tanpa
harus dimasak terlebih dahulu dan dinyatakan sehat menurut hasil pengujian
mikrobiologi Selain itu, diamanatkan pengembangan sistem penyediaan air
minum diselenggarakan secara terpadu dengan pengembangan prasarana dan
RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2017 -2021 69
UU No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah
UU No. 18 Tahun 2008 menyebutkan bahwa pengelolaan sampah bertujuan
untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan serta
menjadikan sampah sebagai sumber daya. Pengelolaan sampah rumah tangga
dan sampah sejenis sampah rumah tangga dilakukan dengan pengurangan
sampah, dan penanganan sampah. Upaya pengurangan sampah dilakukan
dengan pembatasan timbulan sampah, pendauran ulang sampah, dan
pemanfaatan kembali sampah. Sedangkan kegiatan penanganan sampah
meliputi:
a. Pemilahan dalam bentuk pengelompokan dan pemisahan sampah
sesuai dengan jenis, jumlah, dan/atau sifat sampah,
b. Pengumpulan dalam bentuk pengambilan dan pemindahan
sampah dari sumber sampah ke tempat penampungan sementara atau
tempat pengolahan sampah terpadu,
c. Pengangkutan dalam bentuk membawa sampah dari sumber
dan/atau dari tempat penampungan sampah sementara atau dari tempat
pengolahan sampah terpadu menuju ke tempat pemrosesan
akhir,
d. Pengolahan dalam bentuk mengubah karakteristik,komposisi, dan jumlah
sampah,
e. Pemrosesan akhir sampah dalam bentuk pengembalian sampah
dan/atau residu hasil pengolahan sebelumnya ke media lingkungan
secara aman.
Undang-undang tersebut juga melarang pembuangan sampah secara terbuka di
tempat pemrosesan akhir. Oleh karena itu, Pemerintah daerah harus
menutup tempat pemrosesan akhir sampah yang menggunakan sistem
pembuangan terbuka dan mengembangkan TPA dengan sistem controlled landfill
ataupun sanitary landfill.
UU No. 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun
Dalam memenuhi kebutuhan hunian yang layak, Ditjen Cipta Karya turut serta
dalam pembangunan Rusunawa yang dilakukan berdasarkan UU No. 20 Tahun
RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2017 -2021 70
bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan yang
terbagi dalam bagian-bagian yang distrukturkan secara fungsional, baik dalam
arah horizontal maupun vertikal dan merupakan satuan-satuan yang
masing-masing dapat dimiliki dan digunakan secara terpisah, terutama untuk tempat
hunian yang dilengkapi dengan bagian bersama, benda bersama, dan tanah
bersama. Peraturan ini juga mengatur perihal pembinaan, perencanaan,
pembangunan, penguasaan, pemilikan, dan pemanfaatan, pengelolaan,
peningkatan kualitas, pengendalian, kelembagaan, tugas dan wewenang, hak
dan kewajiban, pendanaan dan sistem pembiayaan, dan peran masyarakat.
3.2.5 Amanat International
Pemerintah Indonesia secara aktif terlibat dalam dialog internasional dan
perumusan kesepakatan bersama di bidang permukiman. Beberapa
amanat internasional yang perlu diperhatikan dalam pengembangan kebijakan
dan program bidang Cipta Karya meliputi Agenda Habitat, Konferensi
Rio+20, Millenium Development Goals, serta Agenda Pembangunan Pasca
2015.
1. Agenda Habitat
Pada tahun 1996, di Kota Istanbul Turki diselenggarakan Konferensi Habitat II
sebagai kelanjutan dari Konferensi Habitat I di Vancouver tahun 1976. Konferensi
tersebut menghasilkan Agenda Habitat, yaitu dokumen kesepakatan prinsip dan
sasaran pembangunan permukiman yang menjadi panduan bagi negara-negara
dunia dalam menciptakan permukiman yang layak dan berkelanjutan.
Salah satu pesan inti yang menjadi komitmen negara-negara dunia, termasuk
Indonesia, adalah penyediaan tempat hunian yang layak bagi seluruh
masyarakat tanpa terkecuali, serta meningkatkan akses air minum, sanitasi, dan
pelayanan dasar terutama bagi masyarakat berpenghasilan rendah dan kelompok
rentan.
2. Konfrensi Rio +20
Pada Juni 2012, di Kota Rio de Janeiro, Brazil, diselenggarakan KTT
Pembangunan Berkelanjutan atau lebih dikenal dengan KTT Rio+20. Konferensi
RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2017 -2021 71
pelaksanaan pembangunan berkelanjutan di tingkat global, regional, dan
nasional. Dokumen memuat kesepahaman pandangan terhadap masa depan
yang diharapkan oleh dunia (common vision) dan penguatan komitmen untuk
menuju pembangunan berkelanjutan dengan memperkuat penerapan Rio
Declaration 1992 dan Johannesburg Plan of Implementation 2002.
Dalam dokumen The Future We Want, terdapat 3 (tiga) isu utama bagi
pelaksanaan pembangunan berkelanjutan, yaitu: (i) Ekonomi Hijau dalam konteks
pembangunan berkelanjutan dan pengentasan kemiskinan, (ii) pengembangan
kerangka kelembagaan pembangunan berkelanjutan tingkat global, serta (iii)
kerangka aksi dan instrumen pelaksanaan pembangunan berkelanjutan.
Kerangka aksi tersebut termasuk penyusunan Sustainable Development Goal’s
(SDG’s) post-2015 yang mencakup 3 pilar pembangunan berkelanjutan secara
inklusif, yang terinspirasi dari penerapan Millennium Development Goal’s (MDG’s).
Bagi Indonesia, dokumen ini akan menjadi rujukan dalam pelaksanaan rencana
pembangunan nasional secara konkrit, termasuk dalam Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional 2014-2019, dan Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional (2005-2025).
3. Milenium Development Goal’s
Pada tahun 2000, Indonesia bersama 189 negara lain menyepakati Deklarasi
Millenium sebagai bagian dari komitmen untuk memenuhi tujuan dan sasaran
pembangunan millennium (Millenium Development Goal’s). Konsisten dengan itu,
Pemerintah Indonesia telah mengarusutamakan MDG’s dalam pembangunan
sejak tahap perencanaan sampai pelaksanaannya sebagaimana dinyatakan
dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang 2005-2025, Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2010-2014 serta Rencana Kerja
Tahunan berikut dokumen penganggarannya.
Sesuai tugas dan fungsinya, Ditjen Cipta Karya memiliki kepentingan dalam
pemenuhan target 7C yaitu menurunkan hingga setengahnya proporsi rumah
tangga tanpa akses berkelanjutan terhadap sumber air minum layak dan fasilitas
sanitasi dasar layak hingga tahun 2015. Di bidang air minum, cakupan pelayan
air minum saat ini (2013) adalah 61,83%, sedangkan target cakupan
pelayanan adalah 68,87% yang perlu dicapai pada tahun 2015. Di samping