• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA - DOCRPIJM 70d225a172 BAB III3.BAB III Arahan Kebijakan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB III ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA - DOCRPIJM 70d225a172 BAB III3.BAB III Arahan Kebijakan"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2017 -2021 38

BAB III

ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS

INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA

3.1. Arahan Kebijakan Pembangunan Bidang Cipta Karya dan Arahan Penataan

Ruang

Berdasarkan amanat Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang,

Kabupaten wajib menyusun Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten

yang ditetapkan oleh Qanun Kabupaten Aceh Utara. Rencana Tata Ruang Wilayah

Kabupaten Aceh Utara telah ditetapkan secara hukum dalam bentuk Peraturan Daerah

atau Qanun dengan nomor Qanun Kabupaten Aceh Utara No. 7 tahun 2013.

Dalam penyusunan RPI-JM Bidang Cipta Karya, beberapa yang perlu diperhatikan

dari RTRW Kabupaten Aceh Utara adalah sebagai berikut:

a. Penetapan Kawasan Strategis Kabupaten Aceh Utara (KSK) yang didasari sudut

kepentingan:

i. Pertahanan keamanan

ii. Ekonomi

iii. Lingkungan hidup

iv. Sosial budaya

v. Pendayagunaan sumberdaya alam atau teknologi tinggi

b. Arahan pengembangan pola ruang dan struktur ruang yang mencakup:

i. Arahan pengembangan pola ruang:

a) Arahan pengembangan kawasan lindung dan budidaya

b) Arahan pengembangan pola ruang terkait bidang Cipta Karya

seperti pengembangan RTH.

ii. Arahan pengembangan struktur ruang terkait keciptakaryaan seperti

pengembangan prasarana sarana air minum, air limbah, persampahan,

(2)

RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2017 -2021 39

c. Ketentuan zonasi pembangunan prasarana sarana bidang Cipta Karya

mencakup ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan lindung,

kawasan budidaya, sistem perkotaan, dan jaringan prasarana.

d. Indikasi program sebagai operasionalisasi rencana pola ruang dan struktur ruang

khususnya untuk bidang Cipta Karya.

Kawasan Strategis Kabupaten Aceh Utara (KSK) diperlukan sebagai dasar

pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya. Pada pembangunan infrastruktur

skala kawasan, pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya diarahkan pada

lokasi KSK, dan diharapkan keterpaduan pembangunan dapat terwujud diperlihatkan

pada Tabel-Tabel berikut:

Tabel 3.1. Arahan RTRW Kabupaten Aceh Utara Bidang Cipta Karya

Arahan Pola Ruang Arahan Struktur Ruang

Rencana Pola Ruang

(1) Rencana Pola Ruang wilayah Kota, terdiri atas: a. kawasan lindung;

b. Kawasan Perlindungan Setempat meliputi: Sepadan pantai, sepada n sungai, Kawasan sekitar waduk dan ruanng terbuka hijau.

c. Kawasan Cagar Budaya meliputi: Kawasan cagar budaya pra sejarah, kawasan kesultanan kerajaan islam samudra pase dan kawasan kerajaan pirak, kerajaan keureutoe dan ulama abad XIX.

d. Kawasan Geologi meliputi: kawasang rawan letusan gunung berapi, kawasan gempa bumi, kawasan rawan longsong, kawasan rawan tsunami dan kawasan abrasi pantai.

e. Kawasan Lindung lainnya berupa kawasan konservasi gajang.

Rencana Kawasan Budidaya

Klasifikasi peruntukan Kawasan budidaya di Kabupaten Aceh Utara meliputi :

 Kawasan Hutan Produksi

 Kawasan Pertanian

 Kawasan Perikanan

Sistem Jaringan Prasarana Wilayah

Sistem jaringan prasarana wilayah lainnya terdiri atas:

a. sistem jaringan persampahan;

b. sistem jaringan air minum; c. sistem pengolahan limbah; d. sistem pengembangan dan

peningkatan drainase.

(1) Sistem Penyediaan Air Minum

Sumber air baku untuk air minum untuk Kabupaten Aceh Utara terdiri dari sebelas unit Instalasi Pengolahan Air Minum yang sampai saat ini beroperasi di Kabupaten Aceh Utara, yaitu IPA Cot Girek dengan kapasitas terpasang 40 liter/detik, IPA lhoksukon I dengan kapasitas 60 liter/detik, IPA Lhoksukon II dengan kapasitas 150 liter/detik, IPA Geudong dengan kapasitas 20 liter/detik, IPA Krueng Pase 100 litertik, IPA Samudera 30 liter/detik, IPA Sawang I 10liter/detik, IPA Sawang II 20 liter/detik, IPA Gle Dagang 60 Liter/detik, IPA Langkahan 20 liter/detik dan DeepWell Simpang Kramat 42,5 liter/detik.

(3)

RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2017 -2021 40

Kawasan Hutan Produksi meliputi Kecamatan Langkahan, Cot Girek,Meurah Mulia, Geureudong Pase, Nisam Antara,Sawang dan Paya Bakong.

Kawasan Pertanian:

Pengembangan kawasan pertanian meliputi seluruh kecamatan, kawasan pertanian basah seluas 45.714 hektar dan kawasan pertanian kering seluas 38410 hektar.

Kawasan Perikanan

Pengembangan kawasan perikanan terletak di Kecamatan Dewantara Nisam Syamtalira bayu, Smudera, Tanah Pasir, Lapang,Baktiya,Baktiya Barat, seunuddon dan Tanah Jabmbo aye seluas 16.712 hektrar dan perikanan tangkap terletak dalam kewenangan kabupaten aceh utara seluas 37.744 hektar.

Kawasan Pertambangan

Pengembangan kawasan pertambangan meliputi mineral logam, mineral non logam, batuan, batubara, panas bumi dan gas bumi.

Kawasan Industri

Kawasan industri meliputi kawsan industri besar, industi sedan dan industri kecil.

Industri besar meliputi wilayah Kecamatan Dewantara dan Kecamatan Sawang. Indusri sedang meliputi kecamatan Cot Girek kecamatan Lhoksukon,Kecamatan Geureudong Pase, Kecamatan Simpang Kramat, Kecamatan Kuta Makmur, Kecamatan Baktiya dan Kecamatn Seunuddon. Indusri kecil / industri rumah tangga meliputi seluruh Kecamatan.

Kawasan Pariwisata

Pengembangan kawasan pariwisata di Kabupaten Aceh Utara direncanakan sebagai berikut :

Pengembangan kawasan pariwisata alam diarahkan pada kawasan Air terjun Blang Kulam di Sidomulyo kecamatan Kuta Makmur, Air Terjun Seumirah di Seumirah di Seumirah KecamatanN Nisam Antara, Pantai Krueng Sawang di Keude Sawang Kecamatan Sawang, Pusat Latihan Gajah Lhok Asan kecamatan Kuta makmur, Waduk Krueng Keureutoe, Waduk Krung Jabo Aye dan

1399,37 liter/detik pada tahun 2035. Cakupan pelayanan direncanakan telah mencapai 53,24% dari seluruh penduduk Kabupaten Aceh Utara, baik yang dipenuhi melalui sambungan rumah, hidrant umum maupun sumber air lainnya.

(2) Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem on site

Alternatif sistem septic tank yang akan diterapkan adalah : Sistem septic tank individual, yaitu pengelolaan air limbah dengan penggunaan septic tank pada rumah tipe besar di mana lahan yang tersedia cukup luas untuk pembangunan septic tank dan bidang rembesannya. a. Sistem septic tank komunal, yaitu

pengelolaan air limbah dengan penggunaan 1 septik tank untuk beberapa rumah, perumahan pedesaan dimensi septic tank disesuaikan dengan jumlah kelompok pemakai.

b.

Sistem off site

Sistem off site di Kabupaten Aceh Utara direncanakan Instalasi pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) yang dikelola Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Aceh Utara, IPLT tersebut berlokasi di Gampong Teupin Keubeu Kecamatan Lhoksukon.

(3) Sistem Pengelolaan Sampah

Pengelolaan sampah sebagian besar direncanakan merupakan kawasan permukiman mengacu pada Tata Cara Pengelolaan Sampah di Permukiman (SNI 19-3242-1994), Tata Cara Teknik Pengelolaan Sampah Perkotaan (SNI 19-2454-2002) terutama mengenai persyaratan hukum dan persyaratan teknis operasionalnya.

(4)

RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2017 -2021 41 Wadk Lhoks Gajah. Untuk wilayah pantai diarahakan

Pantai Bantaian KecamatanSeunuddon, Pantai Sawng Kecamatan sawang, Pantai Lancok Kecamatan syamtalira Bay, Pantai Krueng Geukueh Kecamatan dewantara dan Pantai Dakuta bungkah Kecamatan muara Batu.

Kawasan Permukiman

Kawasan permukiman meliputi kawasan permukiman perkotaan seluas 5.620 hektar dan kawasan permukiman gampong seluas 8.290 hektar

Kawasan lainnya

Kawasan lainya kawasan pelabuhan kawasan Pelabuhan umum Krueng Geukueh seluas 166 Ha dan Kawasan Banda Udara Malikssalaeh sesluas 83 hektar.

(4)Sistem Jaringan Drainase

Drainase Kabupaten Aceh Utara dibagi beberapa jenis yaitu: Drainase Alamiah (Natural Drainage) adalah drainase yang tebentuk secara alam dan tidak terdapat bangunan penunjang dan Darainase Buatan (Artifical Drainase) adalah drainase yang terbentuk dengan tujuan tertentu sehingga memerlukan bangunan khusus seperti selokan, gorong-gorong dll.

Tabel 3.2 Identifikasi Kawasan Strategis Kabupaten Aceh Utara (KSK)berdasarkan RTRW

Kawasan Strategis Kabupaten Aceh Utara

Sudut Kepentingan Lokasi/Batas Kawasan

1. Kawasan Pusat Kota dan Sekitarnya

Pertumbuhan Ekonomi Lhoksukon, Panton Labu, Simpang Kramat, Ulee Nye,

(5)

RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2017 -2021 42

Tabel 3.3 Identifikasi Indikasi Program RTRW Kabupaten Aceh Utara terkait Pembangunan Infrastruktur Bidang Cipta Karya

No. Usulan program utama Lokasi KSK ( ya /

Tidak ) SUMBER DANA

INSTANSI PENANGGUNG JAWAB

A. PROGRAM PERWUJUDAN RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH KOTA

1. Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Kawasan

Kota Lhoksukon Lhoksukon

Ya

APBK Dinas Cipta karya

2. Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Kawasan

Kota Panton Labu Panton Labu

Ya

APBK Dinas Cipta karya 3. Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Kawasan

Kota Krueng Geukueh Krueng Geukueh

Ya

APBK Dinas Cipta karya

4. Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Kawasan

Geudong Geudong

Ya

APBK Dinas Cipta karya

INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA Sektor Air Bersih

a. Peningkatan Pelayanan Air Bersih Kabupaten Aceh Utara

Ya APBK, APBA dan

APBN PDAM

b. Pengembangan Instalasi Pengolahan Air Minum

Kabupaten Aceh Utara

Ya APBK, APBA,dan

APBN Dinas Cipta Karya

c. Peningkatan Pelayanan Instalasi Pengolahan Air (IPA)

Kabupaten Aceh Utara

Ya APBK, APBA dan

APBN PDAM, Dinas Cipta Karya

(6)

RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2017 -2021 43

No. Usulan program utama Lokasi KSK ( ya /

Tidak ) SUMBER DANA

INSTANSI PENANGGUNG JAWAB

d. Pengembangan TPA Teupin Keubeu Kecamatan Lhoksukon

e. Rehabilitasi Jaringan Drainase Yang Telah Ada Kabupataen Aceh Utara

Ya APBK,

Dinas Cipta karya

f. Pengembangan Sistem Drainase Baru Kabupaten Aceh Utara

Ya APBK, APBA,

dan APBN Dinas Cipta karya

B. PROGRAM PERWUJUDAN RENCANA POLA RUANG WILAYAH

1. Rehabilitasi Kawasan Pesisir

a. Penyusunan Rencana Tindak Pengembangan Kawasan Pesisir

Pesisir Ya

APBK  Dinas Cipta Karya

b. Penataan Kawasan Pesisir Pesisir Ya APBK, APBN  Dinas Cipta Karya c. Pengembangan Kawasan Pesisir

Pesisir Ya APBK, APBN,

Donor  Dinas Cipta Karya 2. Pengembangan Hutan Kota

a. Penyusunan Rencana Tindak Pengembangan Hutan Kota

b. Pengembangan Hutan Kota Kota Lhoksukon, Panton Labu,

Dewantara

Ya

APBK, Donor  Dinas Cipta Karya

3. Pengembangan Kegiatan Wisata di Kawasan Konservasi

a. Penyusunan Rencana Tindak Pengembangan Kegiatan Wisata

Kec. Samudera, Paya Bakong,

Ya

(7)

RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2017 -2021 44

b. Pembangunan Kegiatan Wisata

Kec. Samudera,

4. Penataan Pedagang Kaki Lima (PKL)

a. Penyusunan Rencana Tindak Penataan Lokasi PKL

b. Penataan Lokasi PKL Panton Labu, Lhoksukon,

Dewantara

Ya APBK, APBN

Dinas Pasar, Kebersihan dan Pertamanan

5. Pengembangan dan Peningkatan Pengelolaan RTH

a. Penyusunan Rencana Pengembangan RTH Dewantara, Lhoksukon

Ya APBK  Dinas Pasar, Kebersihan dan Pertamanan

b. Pengembangan dan Peningkatan RTH Dewantara, Lhoksukon

Ya APBK, APBN, Donor

 Dinas Pasar, Kebersihan dan Pertamanan

c. Pemeliharaan RTH Dewantara,

Lhoksukon

Ya APBK  Dinas Pasar, Kebersihan dan Pertamanan

6. Pengembangan Kawasan Wisata Alam dan Pantai, Wisata Spiritual dan Wisata Bersejarah

a. Penyusunan Rencana Induk Pengembangan

Pariwisata Aceh Utara

Ya

APBK  Dispora

b. Penyusunan Rencana Tindak Pengembangan

Kawasan Wisata Alam dan Pantai Aceh Utara

Ya

APBK  Dispora

(8)

RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2017 -2021 45

No. Usulan program utama Lokasi KSK ( ya /

Tidak ) SUMBER DANA

INSTANSI PENANGGUNG JAWAB

Kawasan Wisata Spiritual, Kawasan Wisata Bersejarah dan Kawasan Wisata Tsunami d. Pengembangan Kawasan Wisata Alam dan

Pantai Aceh Utara

Ya APBK, APBA,

Investor  Dispora e. Pengembangan Kawasan Wisata Spiritual,

Kawasan Wisata Bersejarah dan Kawasan Wisata Tsunami

Aceh Utara

Ya APBK, APBN,

Investor  Dispora

f. Promosi Kawasan Wisata Aceh Utara Ya APBK  Dispora

7. Pengembangan dan Pemeliharan Kawasan Sungai

a. Penyusunan Rencana Tindak Pengembangan dan Pemeliharaan Kawasan Sungai

b. Penataan Kawasan Bantaran Sungai Jambo Aye, Krueng Keureuto,

Krueng Pase

Ya APBK  Dinas Pengairan dan ESDM

c. Pemeliharaan Kawasan Bantaran Sungai Jambo Aye, Krueng Keureuto,

Krueng Pase

Ya APBK  Dinas Pengairan dan ESDM

C. PERWUJUDAN KAWASAN STRATEGIS KOTA

1. Penyusunan Rencana Tata Ruang (RTR)

Kawasan Pusat Kota Lhoksukon Lhoksukon

Ya

APBK  Dinas Cipta Karya

2. Penyusunan Rencana Tata Ruang (RTR)

Kawasan Pusat Kota dan sekitarnya Panton Labu,

Dewantara

Ya

APBK Dinas Cipta Karya

(9)

RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2017 -2021 46

3.1.1 Arahan Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RI- SPAM)

Berdasarkan Permen PU No. 18 Tahun 2007, Rencana Induk Pengembangan

Sistem Penyediaan Air Minum adalah suatu rencana jangka panjang (15-20

tahun) yang merupakan bagian atau tahap awal dari perencanaan air minum

jaringan perpipaan dan bukan jaringan perpipaan berdasarkan proyeksi

kebutuhan air minum pada satu periode yang dibagi dalam beberapa tahapan

dan memuat komponen utama sistem beserta dimensi-dimensinya. RI-SPAM

dapat berupa RI- SPAM dalam satu wilayah administrasi maupun lintas

kabupaten/kota/provinsi. Penyusunan rencana induk pengembangan SPAM

memperhatikan aspek keterpaduan dengan prasarana dan sarana sanitasi sejak

dari sumber air hingga unit pelayanan dalam rangka perlindungan dan

pelestarian air. Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RI-SPAM)

Kabupaten Aceh Utara.

3.1.2 Arahan Rencana Strategi Sanitasi Kabupaten Aceh Utara (SSK)

3.1.2.1 Kerangka Kerja Pembangunan Sanitasi

Strategi Sanitasi Kota adalah dokumen rencana strategis berjangka

menengah yang disusun untuk percepatan pembangunan sektor sanitasi

suatu Kota/ Kabupaten, yang berisi potret kondisi sanitasi kota saat ini, rencana

strategi dan rencana tindak pembangunan sanitasi jangka menengah. SSK

disusun oleh Pokja Sanitasi Kabupaten/Kota didukung fasilitasi dari pemerintah

pusat dan pemerintah provinsi. Dalam menyusun SSK, Pokja Sanitasi

Kabupaten/Kota berpedoman pada prinsip:

a. Berdasarkan data aktual (Buku Putih Sanitasi);

b. Berskala kota dan lintas sektor (air limbah, drainase,

persampahan);

c. Disusun sendiri oleh kota dan untuk kota; dan

(10)

RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2017 -2021 47

3.1.2.2 Tujuan dan sasaran pengembangan sanitasi

Pengembangan sanitasi Kabupaten Aceh Utara bertujuan untuk meningkatkan

kualitas lingkungan melalui peningkatan pembangunan infrastruktur serta

pelayanan sanitasi menyeluruh sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup

masyarakat. Sasaran pengembangan sanitasi adalah Kabupaten Aceh Utara

namun dengan tetap membuka peluang kajian untuk mengadakan kerjasama

pembangunan sanitasi dengan kota/kabupaten tetangga.

3.1.2.3 Kebijakan umum pengembangan sanitasi Kabupaten

Untuk mencapai tujuan dan sasaran pembangunan sanitasi tersebut,

telah disusun beberapa kebijakan umum pengembangan sanitasi

kabupaten yang tertuang dalam Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Utara

adalah:

1. Penguatan kinerja kelembagaan tim sanitasi;

2. Menguatkan lembaga leading sektor dalam sistem manajemen

dan fungsi kontrol secara efekftif;

3. Mengupayakan penggalangan sumber daya strategis (dana dan

non-dana) non-APBK;

4. Melibatkan sektor swasta dalam pengelolaan sanitasi perkotaan;

5. Merubah sistem on-site menuju off-site di wilayah prioritas dan

wilayah pusat Kabupaten Aceh Utara;

6. Pengelolaan sampah diarahkan pada usaha-usaha produktif (3R,

komposting dan pemanfaatan kembali sampah);

7. Industri kecil menengah yang menghasilkan limbah dapat

terkontrol melalui pemberian ijin usaha dan mengikuti SPM untuk

sanitasi;

8. Industri kecil dan menengah memiliki IPAL mandiri sesuai SNI;

9. Fasilitas umum, tempat pengolahan makanan dan minuman

serta permukiman penduduk memenuhi syarat hygiene dan

(11)

RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2017 -2021 48

3.1.2.4 Kebijakan S a n i t a s i saat ini

Pembangunan infrastruktur sanitasi menjadi sangat tinggi. Berkaitan

dengan hal itu, telah ditetapkan bahwa perbaikan kesehatan lingkungan

sebagai salah satu prioritas pembangunan di Kabupaten Aceh Utara pada

tahun 2010 dengan fokus pada kegiatan yang bersifat non-fisik (contohnya

adalah kegiatan perubahan perilaku) yang akan menjadi dasar bagi

kegiatan-kegiatan fisik tahun berikutnya. Program ini secara tidak langsung

menjadi salah satu pendorong perlunya upaya percepatan pembangunan

sanitasi di Kabupaten Aceh Utara.

33..11..22..55 Pengembangan Strategis Infrastruktur Sanitasi 2010 – 2025

A. Air bersih

Pengembangan infrastruktur air bersih oleh Perusahaan Daerah Air

Minum (PDAM) Tirta Mon Pase dalam jangka pendek ditujukan untuk

meningkatkan cakupan pelayanan hingga mencapai persyaratan dalam

Millenium Development Goals (MDGs) yaitu 80% cakupan layanan di

perkotaan dengan konsumsi 100 l/orang/hari. Dalam jangka panjang,

direncanakan seluruh masyarakat Banda Aceh akan mendapatkan

pelayanan PDAM Tirta Mon Pase dengan kualitas air yang diterima

adalah kualitas air minum.

B. Air limbah

Beberapa inisiatif dalam bidang pengelolaan air limbah telah dilakukan

terutama untuk mendorong pengembangan sistem sanitasi on-site yang

lebih baik. Inisiatif tersebut diantaranya adalah adanya proses legislasi

untuk memasukkan persyaratan infrastruktur sanitasi (tangki septik sesuai

SNI). Hingga saat ini, proses ini sedang berjalan antara Dinas Cipta Karya

Kabupaten Aceh Utara dan Provinsi yang difasilitasi oleh Tim Sanitasi.

Untuk pengembangan sistem off-site diprioritaskan pada wilayah pusat

kota lama dan wilayah prioritas. Berkaitan dengan hal ini, Dinas Cipta

Karya Kabupaten Aceh Utara telah merencanakan pembangunan tangki

(12)

RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2017 -2021 49

DAK. Hal ini merupakan salah satu upaya untuk secara bertahap

menerapkan sistem offsite di wilayah prioritas. Selain itu, terdapat

beberapa kriteria yang digunakan dalam penentuan prioritas pengembangan

sistem off-site berdasarkan ketentuan dari SPM.

Di dalam SSK ini, telah dilakukan penentuan wilayah prioritas

pengembangan sistem pengelolaan sistem air limbah (apakah onsite maupun

offsite) secara umum. Empat (4) kriteria digunakan dalam penentuan prioritas

tersebut, yaitu; (i) kepadatan penduduk, (ii) karakteristik tata guna

lahan, komersial atau rumah tinggal, (iii) resiko kesehatan, serta (iv) kondisi

muka air tanah.

C. Drainase

Kota Lhoksukon akan menerapkan empat (4) zona drainase. Pada saat ini

kegiatan jaringan drainase utama (main drain) di dalam keempat zona

drainase tersebut sedang diusulkan untuk pelaksanaan pembangunan.

D. Persampahan

a. Timbulan sampah

Dalam jangka menengah, timbulan sampah yang perlu diangkut akan

dikurangi sebesar 20% dari kondisi sekarang dengan mengintensifkan

kegiatan 3R (Recycle, Reuse, Reduce) yang telah dimulai. Tujuannya

adalah untuk mengurangi beban Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) sehingga

pada akhirnya dapat memperpanjang masa pakai (lifetime) dari TPA tersebut.

Untuk mencapai pengurangan itu langkah-langkah berikut akan

dijalankan hingga tahun 2014:

- Mengembangkan kegiatan percontohan industri pengolahan limbah

plastik dalam rangka pengembangan kegiatan daur ulang baik untuk

limbah plastik maupun limbah lainnya,

- Mengembangkan lebih lanjut dalam skala yang lebih luas usaha

pengkomposan skala rumah tangga.

- Mengembangkan kegiatan pemisahan sampah dari sumbernya

(13)

RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2017 -2021 50

pengurangan timbulan sampah juga akan mendukung secara langsung

usaha pengkomposan dan daur ulang limbah.

b. Pengangkutan

Dalam jangka panjang, prosentase sampah terangkut akan ditingkatkan

menjadi 100%. Peningkatan prosentase sampah terangkut dilakukan dengan

meningkatkan prosentase penduduk terlayani dari 76% (2008) ditingkatkan

100%. Selain peningkatan prosentase penduduk terlayani, intensitas

pengangkutan sampah 2 kali dalam seminggu direncanakan dapat terjadi

di semua wilayah Kabupaten Aceh Utara.

c. Tempat pemrosesan akhir (TPA)

Saat ini pemrosesan akhir sampah Kabupaten Aceh Utara dilakukan di TPA

Teupin Keubeu Kecamatan Lhoksukon. Kapasitas TPA ini adalah 750

m3/hari TPA Teupin Keubeu ini sudah disiapkan DED dan sedang dilaksanakan

pembangunannya tahap I tahun 2015 dan akan ditindak lanjuti tahun

berikutnnya.

d. Pengelolaan limbah medis

Pada saat ini masih terjadi limbah medis yang dibuang ke TPA. Untuk

mengantisipasi hal itu sedang direncanakan akan dikembangkan sebuah

tempat khusus untuk bagi pembuangan limbah medis di TPA Teupin

Keubeu Kecamatan Lhoksukon yang dilakukan oleh Dinas Pasar,

Kebersihan dan Pertamanan. Untuk mendukung hal itu, koordinasi antar

dinas (terutama Dinas Kesehatan) akan ditingkatkan untuk menghindari

pencampuran limbah medis dalam proses pengangkutan apabila telah

dilakukan pemisahan di level pengguna.

Selain pembangunan tempat pembuangan khusus di TPA Teupin Keubeu,

penggunaan insinerator di RSUD Cut Meutia untuk melakukan pengolahan

limbah medis secara thermal perlu ditingkatkan. Pemanfaatan insinerator

perlu ditingkatkan agar dapat digunakan oleh pihak lain yang juga

menghasilkan limbah medis. Dalam jangka pendek kerjasama pemanfaatan

(14)

RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2017 -2021 51

3.1.3 Arahan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)

Berdasarkan Permen PU No. 6 Tahun 2007 tentang Pedoman Umum Rencana

Tata Bangunan dan Lingkungan, RTBL didefinisikan sebagai panduan rancang

bangun suatu lingkungan/kawasan yang dimaksudkan untuk mengendalikan

pemanfaatan ruang, penataan bangunan dan lingkungan, serta memuat materi

pokok ketentuan program bangunan dan lingkungan, rencana umum dan

panduan rancangan, rencana investasi, ketentuan pengendalian rencana, dan

pedoman pengendalian pelaksanaan pengembangan lingkungan/kawasan.

Arahan rencana tata bangunan dan lingkungan (RTBL) Kota Lhoksukon sampai

dengan saat belum ada dokumennya.

3.1.3.1 Arahan Rencana Pembangunan dan Pengembangan Kawasan

Permukiman (RP2KP) Kabupaten Aceh Utara

Rencana Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Permukiman

merupakan suatu dokumen strategi operasional dalam pembangunan

permukiman dan infrastruktur perkotaan yang sinergi dengan arah

pengembangan kota, sehingga dapat menjadi acuan yang jelas bagi penerapan

program-program pembangunan infrastruktur Cipta Karya. RP2KP memuat

arahan kebijakan dan strategi pembangunan infrastruktur permukiman makro

pada skala kabupaten/kota yang berbasis pada rencana tata ruang (RTRW) dan

rencana pembangunan (RPJMD). RP2KP sampai saat ini belum ada dokumennya

3.1.3.2 Arahan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan di Kawasan

Strategis Kota (RTBL KSK)

Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan di Kawasan Strategis

Kabupaten/Kota (RTBL KSK), dimana keduanya tetap mengacu pada strategi

pengembangan kota yang sudah ada. RTBL KSK merupakan rencana aksi

program strategis untuk penanganan permasalahan permukiman dan

pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya pada kawasan prioritas di

perkotaan. Dalam konteks pengembangan kota, RTBL KSK merupakan rencana

terpadu bidang permukiman dan infrastuktur bidang Cipta Karya pada lingkup

wilayah perencanaan berupa kawasan dengan kedalaman rencana teknis yang

(15)

RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2017 -2021 52

sebagai alat operasionalisasi dalam penanganan kawasan permukiman prioritas

juga berfungsi sebagai masukan dalam penyusunan RPI2-JM. Oleh karena itu,

dalam hal ini RPI2-JM perlu mengutip matriks rencana aksi program serta peta

pengembangan kawasan dalam RTBL KSK yang didetailkan pada program

tahunan.

3.1.3.3 Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan

Arahan kebijakan pengembangan permukiman mengacu pada amanat

peraturan perundangan, antara lain:

1. Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana

Pembangunan Jangka Panjang Nasional.

Arahan RPJMN Tahap 3 (2015-2019) menyatakan bahwa

pemenuhan kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana

dan sarana pendukung bagi seluruh masyarakat terus meningkat,

sehingga kondisi tersebut mendorong terwujudnya kota tanpa

permukiman kumuh pada awal tahapan RPJMN berikutnya.

2. Undang-Undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan

Kawasan Permukiman.

Pasal 4 mengamanatkan bahwa ruang lingkup penyelenggaraan

perumahan dan kawasan permukiman juga mencakup

penyelenggaraan perumahan (butir c), penyelenggaraan kawasan

permukiman (butir d), pemeliharaan dan perbaikan (butir e), serta

pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh

dan permukiman kumuh (butir f).

3. Undang-Undang No. 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun.

Pasal 15 mengamanatkan bahwa pembangunan rumah susun

umum, rumah susun khusus, dan rumah susun negara merupakan

(16)

RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2017 -2021 53

4. Peraturan Presiden No. 15 Tahun 2010 tentang Percepatan

Penanggulangan Kemiskinan.

Peraturan ini menetapkan salah satunya terkait dengan

penanggulangan kemiskinan yang diimplementasikan dengan

penanggulangan kawasan kumuh.

5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 14/PRT/M/2010

tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum

dan Tata Ruang.

Peraturan ini menetapkan target berkurangnya luas permukiman

kumuh di kawasan perkotaan sebesar 10% pada tahun 2014.

Mengacu pada Permen PU No. 08/PRT/M/2010 tentang Organisasi dan Tata

Kerja Kementerian Pekerjaan Umum maka Direktorat Pengembangan

Permukiman mempunyai tugas di bidang perumusan dan pelaksanaan

kebijakan, pembinaan teknik dan pengawasan teknik, serta standardisasi teknis

di bidang pengembangan permukiman. Adapun fungsi Direktorat

Pengembangan Permukiman adalah:

 Penyusunan kebijakan teknis dan strategi pengembangan permukiman di perkotaan dan perdesaan;

 Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi pengembangan kawasan permukiman baru di perkotaan dan pengembangan kawasan perdesaan

potensial;

 Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi peningkatan kualitas permukiman kumuh termasuk peremajaan kawasan dan pembangunan

rumah susun sederhana;

 Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi peningkatan kualitas permukiman di kawasan tertinggal, terpencil, daerah perbatasan dan

pulau-pulau kecil termasuk penanggulangan bencana alam dan kerusuhan sosial;

 Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, serta pembinaan kelembagaan dan peran serta masyarakat di bidang

pengembangan permukiman;

(17)

RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2017 -2021 54

Infrastruktur permukiman memiliki fungsi strategis dalam pembangunan nasional

karena turut berperan serta dalam mendorong pertumbuhan ekonomi,

mengurangi angka kemiskinan, maupun menjaga kelestarian lingkungan. Oleh

sebab itu, Ditjen Cipta Karya berperan penting dalam implementasi amanat

kebijakan pembangunan nasional.

3.1.4 Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025

RPJPN 2005-2025 yang ditetapkan melalui UU No. 17 Tahun 2007, merupakan

dokumen perencanaan pembangunan jangka panjang sebagai arah dan prioritas

pembangunan secara menyeluruh yang akan dilakukan secara bertahap dalam

jangka waktu 2005-2025. Dalam dokumen tersebut, ditetapkan bahwa Visi

Indonesia pada tahun 2025 adalah “Indonesia yang Mandiri, Maju, Adil dan

Makmur”. Dalam penjabarannya RPJPN mengamanatkan beberapa hal sebagai

berikut dalam pembangunan bidang Cipta Karya, yaitu:

a. Dalam mewujudkan Indonesia yang berdaya saing maka

pembangunan dan penyediaan air minum dan sanitasi diarahkan untuk

mewujudkan terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat serta kebutuhan

sektor-sektor terkait lainnya, seperti industri, perdagangan, transportasi,

pariwisata, dan jasa sebagai upaya mendorong pertumbuhan ekonomi.

Pemenuhan kebutuhan tersebut dilakukan melalui pendekatan tanggap

kebutuhan (demand responsive approach) dan pendekatan terpadu

dengan sektor sumber daya alam dan lingkungan hidup, sumber daya air,

serta kesehatan.

b. Dalam mewujudkan pembangunan yang lebih merata dan

berkeadilan maka Pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat yang berupa air

minum dan sanitasi diarahkan pada (1) peningkatan kualitas pengelolaan aset

(asset management) dalam penyediaan air minum dan sanitasi,

(2) pemenuhan kebutuhan minimal air minum dan sanitasi dasar bagi

masyarakat, (3) penyelenggaraan pelayanan air minum dan sanitasi yang

kredibel dan profesional, dan (4) penyediaan sumber-sumber pembiayaan

murah dalam pelayanan air minum dan sanitasi bagi masyarakat miskin.

c. Salah satu sasaran dalam mewujudkan pembangunan yang lebih merata

dan berkeadilan adalah terpenuhinya kebutuhan hunian yang dilengkapi

(18)

RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2017 -2021 55

untuk mewujudkan kota tanpa permukiman kumuh. Peran pemerintah akan

lebih difokuskan pada perumusan kebijakan pembangunan sarana dan

prasarana, sementara peran swasta dalam penyediaan sarana dan

prasarana akan makin ditingkatkan terutama untuk proyek-proyek yang

bersifat komersial.

d. Upaya perwujudan kota tanpa permukiman kumuh dilakukan pada setiap

tahapan RPJMN, yaitu:

RPJMN ke 2 (2010-2014): Daya saing perekonomian ditingkatkan melalui percepatan pembangunan infrastruktur

dengan lebih meningkatkan kerjasama antara pemerintah dan

dunia usaha dalam pengembangan perumahan dan

permukiman.

RPJMN ke 3 (2015-2019): Pemenuhan kebutuhan hunian bagi seluruh masyarakat terus meningkat karena didukung oleh

sistem pembiayaan perumahan jangka panjang dan

berkelanjutan, efisien, dan akuntabel. Kondisi itu semakin

mendorong terwujudnya kota tanpa permukiman kumuh.

3.1.5. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2015 - 2019

RPJMN 2015-2019 memantapkan pembangunan secara menyeluruh dengan

pembangun kompetetif perekonomian keunggulan yang bebasis SDA yang

tersedia , SDM yang bekualitas serta kemampuan iptek yang salah satu

infrastruktur prioritas terwujudnya konservasi sumber daya air dan terp enuhi

penyediaan air minum untuk kebutuhan dasar pengembangan infrastruktur

pedesaan serta memberikan dukungan penyediaan prasarana dan sarana dasar

permukiman, seperti air minum, air limbah, persampahan dan drainase.

Dokumen RPJMN juga menetapkan sasaran pembangunan infrastruktur

permukiman pada periode 2015-2019, yaitu:

a) Tercapainya pengetasan pemukiman kumuh perkotaan menjadi 0 %

melalui penanganan kawasan kumuh seluas 38.431 Hektar dan

peningkatan keswadayaan masyarakat di 7.683 kelurahan.

b) Meningkatnya keamanan dan kesselamatan bangunan gedung

(19)

RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2017 -2021 56

pengawasan khususnya BGN (ii) penusunan NSPK dan penyerapan

penyelenggaraan bangunan hijau dan (III) menciptakan building codes.

c) Tercapainya akses air minum yang aman menjadi 100% melalui

penanganan tingkat regional, kabupaten/kota, kawawan dan lingkungan,

baik diperkotaand maupun diperdesaan,

d) Meningkatnya akses penduduk terhadap sanitasi layai (air limbah

domestik 100 % pada tingkat kebutuhan dasar melalui pennganan tingkat

regional, kabupaten/kota, kawasan dan lingkungan, baik di perkotaan

maupun di perdesaan.

Untuk mencapai sasaran tersebut maka kebijakan pembangunan diarahkan untuk

meningkatkan aksesibilitas masyarakat terhadap layanan air minum dan sanitasi

yang memadai, melalui:

a. Menyediakan perangkat peraturan di tingkat Pusat dan/atau Daerah,

b. Memastikan ketersediaan air baku ai minum,

c. Meningkatkan prioritas pembangunan prasarana dan sarana

permukiman,

d. Meningkatkan kinerja manajemen penyelenggaraan air minum,

penanganan air limbah, dan pengelolaan persampahan,

e. Meningkatkan sistem perencanaan pembangunan air minum dan

sanitasi,

f. Meningkatkan cakupan pelayanan prasarana permukiman,

g. Meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai pentingnya perilaku

hidup bersih dan sehat (PHBS),

h. Mengembangkan alternatif sumber pendanaan bagi pembangunan

infrastruktur,

i. Meningkatkan keterlibatan masyarakat dan swasta,

3.1.6. Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi

Indonesia (MP3EI)

Berdasarkan arahan Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun 2011 tentang

Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia

2011-2025, Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi

(20)

RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2017 -2021 57

pembangunan ekonomi Indonesia untuk periode 15 (lima belas) tahun terhitung

sejak tahun. 2011 sampai dengan tahun 2025 dalam rangka pelaksanaan

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025 dan melengkapi

dokumen perencanaan.

Pengembangan MP3EI difokuskan pada Kawasan Perhatian Investasi (KPI)

yang diidentifikasikan sebagai satu atau lebih kegiatan ekonomi atau sentra

produksi yang terikat atau terhubung dengan satu atau lebih faktor konektivitas

dan SDM IPTEK. Pendekatan KPI dilakukan untuk mempermudah identifikasi,

pemantauan, dan evaluasi atas kegiatan ekonomi atau sentra produksi yang

terikat dengan faktor konektivitas dan SDM IPTEK yang sama.

KPI dapat menjadi KPI prioritas dengan kriteria sebagai berikut:

a. Total nilai investasi pada setiap KPI yang bernilai signifikan;

b. Keterwakilan Kegiatan Ekonomi Utama yang berlokasi pada setiap

KPI;

c. Dukungan Pemerintah dan Pemerintah Daerah terhadap sentra-

sentra produksi di masing-masing KPI;

d. Kesesuaian terhadap beberapa kepentingan strategis (dampak

sosial, dampak ekonomi, dan politik) dan arahan Pemerintah.

3.1.6.1 Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)

Sesuai dengan arahan Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang

Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus, Kawasan Ekonomi Khusus atau

KEK adalah kawasan dengan batas tertentu dalam wilayah hukum Negara

Kesatuan Republik Indonesia yang ditetapkan untuk menyelenggarakan fungsi

perekonomian dan memperoleh fasilitas tertentu. KEK terdiri atas satu atau

beberapa zona, antara lain pengolahan ekspor, logistik, industri, pengembangan

teknologi, pariwisata, energi, dan ekonomi lainnya. Pembentukan KEK tersebut

dapat melalui usulan dari Badan Usaha yang didirikan di Indonesia, pemerintah

kabupaten/kota, dan pemerintah provinsi, yang ditujukan kepada Dewan

Nasional. Selain itu, Pemerintah Pusat juga dapat menetapkan suatu wilayah

(21)

RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2017 -2021 58

pemerintah non kementerian. Sedangkan lokasi KEK yang diusulkan dapat

merupakan area baru maupun perluasan dari KEK yang sudah ada.

Usulan lokasi KEK harus memenuhi beberapa kriteria antara lain :

a. Sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah dan tidak berpotensi

mengganggu kawasan lindung;

b. Adanya dukungan dari pemerintah provinsi dan/atau pemerintah

kabupaten/kota yang bersangkutan;

c. Terletak pada posisi yang dekat dengan jalur perdagangan

internasional atau dekat dengan jalur pelayaran internasional di

Indonesia/terletak pada wilayah potensi sumber daya unggulan;

d. Mempunyai batas yang jelas.

3.2 Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya

3.2.1 Prioritas Kabupaten/Kota Bidang Cipta Karya

Penyelenggaraan pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya salah satunya

mengacu pada Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

Daerah dan Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian

Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan

Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota. Dengan mengacu kepada peraturan

perundangan tersebut, maka prioritas penanganan infrastruktur Bidang Cipta

Karya diarahkan pada kabupaten/kota yang berfungsi strategis secara nasional.

Pada pelaksanaannya, alokasi APBN Bidang Cipta Karya terdapat 5 (lima)

klaster penanganan Bidang Cipta Karya sebagai berikut:

a. Klaster A, merupakan kabupaten/kota prioritas strategisnasional yang

termasuk dalam Pusat Kegiatan Nasional (PKN), Pusat-Pusat Kegiatan

Strategis Nasional (PKSN) di dalam KSN dan kabupaten/kota di dalam

kawasan metropolitan, serta kawasan strategis lainnya (KEK, MP3EI) yang

telah memiliki Perda RTRW dan Perda Bangunan Gedung.

b. Klaster B, merupakan kabupaten/kota prioritas strategis nasional yang

termasuk dalam Pusat Kegiatan Nasional (PKN), Pusat-Pusat Kegiatan

Strategis Nasional (PKSN) di dalam KSN dan kabupaten/kota di dalam

kawasan metropolitan, serta kawasan strategis lainnya (KEK, MP3EI) yang

(22)

RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2017 -2021 59

c. Klaster C, terdiri dari kabupaten/kota yang menjadi prioritas pemenuhan

Standar Pelayanan Minimal (SPM), berdasarkan karakteristik antara lain

daerah yang rawan bencana alam, memiliki cakupan air minum/sanitasi

rendah, permukiman kumuh, dan daerah kritis atau miskin.

d. Klaster D ditujukan dalam rangka pengembangan kegiatan pemberdayaan

masyarakat Bidang Cipta Karya yang bertujuan penanggulangan kemiskinan

di perkotaan dan perdesaan.

e. Klaster E ditujukan untuk kabupaten/kota yang memiliki program inovasi

baru Bidang Cipta Karya yang diusulkan secara kompetitif dan selektif.

3.2.2 Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN)

Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) disusun melalui Peraturan

Pemerintah No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional

(RTRWN) yang dijadikan sebagai pedoman untuk:

a. Penyusunan rencana pembangunan jangka panjang nasional,

b. Penyusunan rencana pembangunan jangka menengah nasional,

c. Pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah

nasional,

d. Perwujudan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan perkembangan

antarwilayah provinsi, serta keserasian antar sektor,

e. Penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi,

f. Penataan ruang kawasan strategis nasional, dan

g. Penataan ruang wilayah provinsi dan kabupaten.Arahan yang harus

diperhatikan dari RTRWN untuk ditindaklanjuti ke dalam RPI2-JM kabupaten

adalah sebagai berikut:

1. Penetapan Pusat Kegiatan Nasional (PKN)

Kriteria:

i. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul

utama kegiatan ekspor-impor atau pintu gerbang menuju kawasan

internasional,

ii. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat

(23)

RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2017 -2021 60

provinsi, dan/atau,

iii. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul

utama transportasi skala nasional atau melayani beberapa provinsi.

2. Penetapan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW)

Kriteria:

i. Kawasan Perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul

kedua kegiatan ekspor-impor yang mendukung PKN,

ii. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat

kegiatan industri dan jasa yang melayani skala provinsi atau beberapa

kabupaten, dan/atau,

iii. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul

transportasi yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten.

3. Penetapan Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN)

Kriteria:

i. Pusat perkotaan yang berpotensi sebagai pos pemeriksaan lintas batas

dengan negara tetangga,

ii. Pusat perkotaan yang berfungsi sebagai pintu gerbang internasional

yang menghubungkan dengan negara tetangga,

iii. Pusat perkotaan yang merupakan simpul utama transportasi yang

menghubungkan wilayah sekitarnya, dan/atau,

iv. Pusat perkotaan yang merupakan pusat pertumbuhan ekonomi yang

dapat mendorong perkembangan kawasan di sekitarnya.

4. Penetapan Kawasan Strategis Nasional (KSN)

Penetapan kawasan strategis nasional dilakukan berdasarkan kepentingan:

ii. Pertahanan dan keamanan,

b) Diperuntukkan bagi kepentingan pemeliharaan keamanan dan

pertahanan negara berdasarkan geostrategi nasional,

c) Diperuntukkan bagi basis militer, daerah latihan militer, daerah

pembuangan amunisi dan peralatan pertahanan lainnya, gudang

amunisi, daerah uji coba sistem persenjataan, dan/atau kawasan

industri sistem pertahanan, atau,

d) Merupakan wilayah kedaulatan negara termasuk pulau-pulau kecil

(24)

RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2017 -2021 61

laut lepas.

iii. Pertumbuhan ekonomi,

a) Memiliki potensi ekonomi cepat tumbuh,

b) Memiliki sector unggulan yang dapat menggerakkan pertumbuhan

ekonomi nasional,

c) Memiliki potensi ekspor, didukung jaringan prasarana dan fasilitas

penunjang kegiatan ekonomi,

d) Memiliki kegiatan ekonomi yang memanfaatkan teknologi tinggi,

e) Berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi pangan

nasional dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan nasional,

f) Berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi sumber energi

dalam rangka mewujudkan ketahanan energi nasional, atau,

g) Ditetapkan untuk mempercepat pertumbuhan kawasan tertinggal.

iii. Sosial dan budaya

a) Merupakan tempat pelestarian dan pengembangan adat istiadat

atau budaya nasional,

b) Merupakan prioritas peningkatan kualitas sosial dan budaya serta

jati diri bangsa,

c) Merupakan asset nasional atau internasional yang harus

dilindungi dan dilestarikan,

d) Merupakan tempat perlindungan peninggalan budaya nasional,

e) Memberikan perlindungan terhadap keanekaragaman budaya,

atau;

f) Memiliki potensi kerawanan terhadap konflik sosial skala

nasional.

iv. Pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi

a) Diperuntukkan bagi kepentingan pengembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi berdasarkan lokasi sumber daya

alam strategis nasional, pengembangan antariksa, serta tenaga

atom dan nuklir;

b) Memiliki sumber daya alam strategis nasional;

c) Berfungsi sebagai pusat pengendalian dan pengembangan

antariksa;

(25)

RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2017 -2021 62

atau;

e) Berfungsi sebagai lokasi penggunaan teknologi tinggi strategis.

v. Fungsi dan daya dukung lingkungan hidup.

a) Merupakan tempat perlindungan keanekaragaman hayat

b) Merupakan aset nasional berupa kawasan lindung yang

ditetapkan bagi perlindungan ekosistem, flora dan/atau fauna

yang hampir punah atau diperkirakan akan punah yang harus

dilindungi dan/atau dilestarikan,

c) Memberikan perlindungan keseimbangan tata guna air yang

setiap tahun berpeluang menimbulkan kerugian negara,

d) Memberikan perlindungan terhadap keseimbangan iklim

makro,

e) Menuntut prioritas tinggi peningkatan kualitas lingkungan

hidup,

f) Rawan bencana alam nasional,

g) Sangat menentukan dalam perubahan rona alam dan

mempunyai dampak luas terhadap kelangsungan kehidupan.

Tabel 3.4 Penetapan Lokasi Pusat kegiatan Nasional (PKN) dan Pusat

Kegiatan Wilayah (PKW) Berdasarkan PP Nomor 26 Tahun 2008

tentang RTRWN di Provinsi Aceh

NO PKN PKW

(1) (3) (4)

1 Lhokseumawe Sabang, Banda Aceh, Takengon, Meulaboh

Tabel 3.5 Penetapan Lokasi Pusat Kegiatan Strategis Nasional(PKSN) Berdasarkan PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang RTRWN

NO

PUSAT KEGIATAN STRATEGIS

NASIONAL

STATUS PROVINSI

(1) (2) (3) (4)

1 Kota Sabang I / A / 2 : Pengembangan Baru (Tahap I)

(26)

RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2017 -2021 63

Tabel 3.6 Penetapan Kawasan Strategis Nasional (KSN) Berdasarkan PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang RTRWN

Dalam rangka transformasi ekonomi menuju negara maju dengan pertumbuhan

ekonomi 7-9 persen per tahun, Pemerintah menyusun MP3EI yang ditetapkan

melalui Perpres No. 32 Tahun 2011. Dalam dokumen tersebut pembangunan

setiap koridor ekonomi dilakukan sesuai tema pembangunan masing-masing

dengan prioritas pada kawasan perhatian investasi (KPI MP3EI). Ditjen

Cipta Karya diharapkan dapat mendukung penyediaan infrastruktur permukiman

pada KPI Prioritas untuk menunjang kegiatan ekonomi di kawasan tersebut.

Kawasan Perhatian Investasi atau KPI dalam MP3EI adalah adalah satu atau

lebih kegiatan ekonomi atau sentra produksi yang terikat atau terhubung dengan

satu atau lebih faktor konektivitas dan SDM IPTEK. Pendekatan KPI dilakukan

untuk mempermudah identifikasi, pemantauan, dan evaluasi atas kegiatan

ekonomi atau sentra produksi yang terikat dengan faktor konektivitas dan SDM

(27)

RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2017 -2021 64

3.2.3. Masterplan Percepatan dan Perluasan Pengentasan Kemiskinan Indonesia

Sesuai dengan agenda RPJMN 2010-2014, pertumbuhan ekonomi perlu

diimbangi dengan upaya pembangunan yang inklusif dan berkeadilan.

Untuk itu, telah ditetapkan MP3KI dimana semua upaya penanggulangan

kemiskinan diarahkan untuk mempercepat laju penurunan angka kemiskinan dan

memperluas jangkauan penurunan tingkat kemiskinan di semua daerah dan di

semua kelompok masyarakat. Dalam mencapai misi penanggulangan kemiskinan

pada tahun 2025, MP3KI bertumpu pada sinergi dari tiga strategi utama,

yaitu:

a. Mewujudkan system perlindungan sosial nasional yang menyeluruh,

terintegrasi,dan mampu melindungi masyarakat dari kerentanan dan

goncangan,

b. Meningkatkan pelayanan dasar bagi penduduk miskin dan rentan

sehingga dapat terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan dasar dan meningkatkan

kualitas sumberdaya manusia di masa mendatang,

c. Mengembangkan penghidupan berkelanjutan (sustainable livelihood)

masyarakat miskin dan rentan melalui berbagai kebijakan dan dukungan di

tingkat lokal dan regional dengan memperhatikan aspek.

Kementerian Pekerjaan Umum, khususnya Ditjen Cipta Karya, berperan penting

dalam pelaksanaan MP3KI, terutama terkait dengan pelaksanaan program

pemberdayaan masyarakat (PNPM- Perkotaan/P2KP, PPIP, Pamsimas, Sanimas

dsb) serta Program Pro Rakyat.

3.2.4. Kawasan Ekonomi Khusus

UU No. 39 Tahun 2009 menjelaskan bahwa Kawasan Ekonomi Khusus adalah

kawasan dengan batas tertentu dalam wilayah hukum Negara Kesatuan Republik

Indonesia yang ditetapkan untuk menyelenggarakan fungsi perekonomian dan

memperoleh fasilitas tertentu. KEK dikembangkan melalui penyiapan kawasan

yang memiliki keunggulan geoekonomi dan geostrategi dan berfungsi untuk

(28)

RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2017 -2021 65

memiliki nilai ekonomi tinggi dan daya saing internasional. Di samping zona

ekonomi, KEK juga dilengkapi zona fasilitas pendukung dan perumahan bagi

pekerja. Ditjen Cipta Karya dalam hal ini diharapkan dapat mendukung

infrastruktur permukiman pada kawasan tersebut sehingga menunjang kegiatan

ekonomi di KEK.

Direktif Presiden Program Pembangunan Berkeadilan

Dalam Inpres No. 3 Tahun 2010, Presiden RI mengarahkan seluruh

Kementerian, Gubernur, Walikota/Bupati, untuk menjalankan program

pembangunan berkeadilan yang meliputi Program pro rakyat, Keadilan untuk

semua, dan Program Pencapaian MDGs. Ditjen Cipta Karya memiliki peranan

penting dalam pelaksanaan Program Pro Rakyat terutama program air bersih

untuk rakyat dan program peningkatak\n kehidupan masyarakat perkotaan.

Sedangkan dalam pencapaian MDGs, Ditjen Cipta Karya berperan

dalam peningkatan akses pelayanan air minum dan sanitasi yang layak serta

pengurangan permukiman kumuh.

Peraturam Perundangan Bidang PU/Cipta Karya

Ditjen Cipta Karya dalam melakukan tugas dan fungsinya selalu dilandasi

peraturan perundangan yang terkait dengan bidang Cipta Karya, antara lain UU

No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, UU No. 28

Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung, UU No. 7 tahun 2008 tentang Sumber

Daya Air, dan UU No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Persampahan.

UU No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan KawasanPermukiman

UU Perumahan dan Kawasan Permukiman membagi tugas dan kewenangan

Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten/Kota.

Pemerintah Kabupaten/Kota dalam penyelenggaraan permukiman mempunyai

tugas:

a. Menyusun dan melaksanakan kebijakan dan strategi pada tingkat

kabupaten/kota di bidang perumahan dan kawasan permukiman dengan

berpedoman pada kebijakan dan strategi nasional dan provinsi.

(29)

RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2017 -2021 66

kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.

c. Menyelenggarakan fungsi operasionalisasi dan koordinasi terhadap

pelaksanaan kebijakan kabupaten/kota dalam penyediaan rumah,

perumahan, permukiman, lingkungan hunian, dan kawasan permukiman.

d. Melaksanakan pengawasan dan pengendalian terhadap pelaksanaan

peraturan perundang-undangan, kebijakan, strategi, serta program di

bidang perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.

e. Melaksanakan kebijakan dan strategi pada tingkat kabupaten/kota.

f. Melaksanakan melaksanakan peraturan perundang-undangan serta

kebijakan dan strategi penyelenggaraan perumahan dan kawasan

permukiman pada tingkat kabupaten/kota.

g. Melaksanakan peningkatan kualitas perumahan dan permukiman.

h. Melaksanakan kebijakan dan strategi provinsi dalam penyelenggaraan

perumahan dan kawasan permukiman berpedoman pada kebijakan

nasional.

i. Melaksanakan pengelolaan prasarana, sarana, dan utilitas umum

perumahan dan kawasan permukiman.

i. Mengawasi pelaksanaan kebijakan dan strategi nasional dan provinsi

di bidang perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat

kabupaten/kota.

k. Menetapkan lokasi Kasiba dan Lisiba.

Adapun wewenang Pemerintah Kabupaten/Kota dalam menjalankan tugasnya

yaitu:

a. Menyusun dan menyediakan basis data perumahan dan kawasan

permukiman pada tingkat kabupaten/kota.

b. Menyusun dan menyempurnakan peraturan perundang-undangan bidang

perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.

c. Memberdayakan pemangku kepentingan dalam bidang perumahan dan

kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.

d. Melaksanakan sinkronisasi dan sosialisasi peraturan perundang-

undangan serta kebijakan dan strategi penyelenggaraan perumahan dan

kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.

(30)

RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2017 -2021 67

perumahan dan permukiman bagi MBR.

f. Menyediakan prasarana dan sarana pembangunan perumahan bagi

MBR pada tingkat kabupaten/kota.

g. Memfasilitasi kerja sama pada tingkat kabupaten/kota antara

pemerintah kabupaten/kota dan badan hukum dalam penyelenggaraan

perumahan dan kawasan permukiman.

h. Menetapkan lokasi perumahan dan permukiman sebagai

perumahan kumuh dan permukiman kumuh pada tingkat kabupaten/kota.

i. Memfasilitasi peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan

permukiman kumuh pada tingkat kabupaten/kota.

Di samping mengatur tugas dan wewenang, UU ini juga mengatur

penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman, pemeliharaan dan

perbaikan, pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh

dan permukiman kumuh, penyediaan tanah pendanaan dan pembiayaan, hak

kewajiban dan peran masyarakat.

UU ini mendefinisikan permukiman kumuh sebagai permukiman yang tidak layak

huni karena ketidakteraturan bangunan, tingkat kepadatan bangunan yang tinggi,

dan kualitas bangunan serta sarana dan prasarana yang tidak memenuhi syarat.

Untuk itu perlu dilakukan upaya pencegahan, terdiri dari pengawasan,

pengendalian, dan pemberdayaan masyarakat, serta upaya peningkatan kualitas

permukiman, yaitu pemugaran, peremajaan, dan permukiman kembali.

UU No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung

Undang-Undang Bangunan Gedung menjelaskan bahwa penyelenggaraan

bangunan gedung adalah kegiatan pembangunan yang meliputi proses

perencanaan teknis dan pelaksanaan konstruksi, serta kegiatan pemanfaatan,

pelestarian, dan pembongkaran. Setiap bangunan gedung harus memenuhi

persyaratan administratif dan persyaratan teknis sesuai dengan fungsi

bangunan gedung. Persyaratan administratif meliputi persyaratan status hak atas

tanah, status kepemilikan bangunan gedung, dan izin mendirikan bangunan.

Sedangkan persyaratan teknis meliputi persyaratan tata bangunan dan

(31)

RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2017 -2021 68

persyaratan peruntukan dan intensitas bangunan gedung, arsitektur bangunan

gedung, dan persyaratan pengendalian dampak lingkungan, yang ditetapkan

melalui Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL).

Disamping itu, peraturan tersebut juga mengatur beberapa hal sebagai berikut:

a. keseimbangan, keserasian, dan keselarasan bangunan gedung

dengan lingkungannya harus mempertimbangkan terciptanya ruang

luar bangunan gedung, ruang terbuka hijau yang seimbang, serasi, dan

selaras dengan lingkungannya. Di samping itu, sistem penghawaan,

pencahayaan, dan pengkondisian udara dilakukan dengan

mempertimbangkan prinsip-prinsip penghematan energi dalam bangunan

gedung (amanat green building).

b. Bangunan gedung dan lingkungannya yang ditetapkan sebagai cagar

budaya sesuai dengan peraturan perundang-undangan harus

dilindungi dan dilestarikan. Pelaksanaan perbaikan, pemugaran,

perlindungan, serta pemeliharaan atas bangunan gedung dan

lingkungannya hanya dapat dilakukan sepanjang tidak mengubah nilai

dan/atau karakter cagar budaya yang dikandungnya.

c. Penyediaan fasilitas dan aksesibilitas bagi penyandang cacat dan lanjut

usia merupakan keharusan bagi semua bangunan gedung

UU No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air

UU Sumber Daya Air pada dasarnya mengatur pengelolaan sumber daya air,

termasuk didalamnya pemanfaatan untuk air minum. Dalam hal ini, negara

menjamin hak setiap orang untuk mendapatkan air bagi kebutuhan pokok

minimal sehari-hari guna memenuhi kehidupannya yang sehat, bersih, dan

produktif.

Pemenuhan kebutuhan air baku untuk air minum rumah tangga dilakukan dengan

pengembangan sistem penyediaan air minum dimana Badan usaha milik negara

dan/atau badan usaha milik daerah menjadi penyelenggaranya. Air minum rumah

tangga tersebut merupakan air dengan standar dapat langsung diminum tanpa

harus dimasak terlebih dahulu dan dinyatakan sehat menurut hasil pengujian

mikrobiologi Selain itu, diamanatkan pengembangan sistem penyediaan air

minum diselenggarakan secara terpadu dengan pengembangan prasarana dan

(32)

RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2017 -2021 69

UU No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah

UU No. 18 Tahun 2008 menyebutkan bahwa pengelolaan sampah bertujuan

untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan serta

menjadikan sampah sebagai sumber daya. Pengelolaan sampah rumah tangga

dan sampah sejenis sampah rumah tangga dilakukan dengan pengurangan

sampah, dan penanganan sampah. Upaya pengurangan sampah dilakukan

dengan pembatasan timbulan sampah, pendauran ulang sampah, dan

pemanfaatan kembali sampah. Sedangkan kegiatan penanganan sampah

meliputi:

a. Pemilahan dalam bentuk pengelompokan dan pemisahan sampah

sesuai dengan jenis, jumlah, dan/atau sifat sampah,

b. Pengumpulan dalam bentuk pengambilan dan pemindahan

sampah dari sumber sampah ke tempat penampungan sementara atau

tempat pengolahan sampah terpadu,

c. Pengangkutan dalam bentuk membawa sampah dari sumber

dan/atau dari tempat penampungan sampah sementara atau dari tempat

pengolahan sampah terpadu menuju ke tempat pemrosesan

akhir,

d. Pengolahan dalam bentuk mengubah karakteristik,komposisi, dan jumlah

sampah,

e. Pemrosesan akhir sampah dalam bentuk pengembalian sampah

dan/atau residu hasil pengolahan sebelumnya ke media lingkungan

secara aman.

Undang-undang tersebut juga melarang pembuangan sampah secara terbuka di

tempat pemrosesan akhir. Oleh karena itu, Pemerintah daerah harus

menutup tempat pemrosesan akhir sampah yang menggunakan sistem

pembuangan terbuka dan mengembangkan TPA dengan sistem controlled landfill

ataupun sanitary landfill.

UU No. 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun

Dalam memenuhi kebutuhan hunian yang layak, Ditjen Cipta Karya turut serta

dalam pembangunan Rusunawa yang dilakukan berdasarkan UU No. 20 Tahun

(33)

RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2017 -2021 70

bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan yang

terbagi dalam bagian-bagian yang distrukturkan secara fungsional, baik dalam

arah horizontal maupun vertikal dan merupakan satuan-satuan yang

masing-masing dapat dimiliki dan digunakan secara terpisah, terutama untuk tempat

hunian yang dilengkapi dengan bagian bersama, benda bersama, dan tanah

bersama. Peraturan ini juga mengatur perihal pembinaan, perencanaan,

pembangunan, penguasaan, pemilikan, dan pemanfaatan, pengelolaan,

peningkatan kualitas, pengendalian, kelembagaan, tugas dan wewenang, hak

dan kewajiban, pendanaan dan sistem pembiayaan, dan peran masyarakat.

3.2.5 Amanat International

Pemerintah Indonesia secara aktif terlibat dalam dialog internasional dan

perumusan kesepakatan bersama di bidang permukiman. Beberapa

amanat internasional yang perlu diperhatikan dalam pengembangan kebijakan

dan program bidang Cipta Karya meliputi Agenda Habitat, Konferensi

Rio+20, Millenium Development Goals, serta Agenda Pembangunan Pasca

2015.

1. Agenda Habitat

Pada tahun 1996, di Kota Istanbul Turki diselenggarakan Konferensi Habitat II

sebagai kelanjutan dari Konferensi Habitat I di Vancouver tahun 1976. Konferensi

tersebut menghasilkan Agenda Habitat, yaitu dokumen kesepakatan prinsip dan

sasaran pembangunan permukiman yang menjadi panduan bagi negara-negara

dunia dalam menciptakan permukiman yang layak dan berkelanjutan.

Salah satu pesan inti yang menjadi komitmen negara-negara dunia, termasuk

Indonesia, adalah penyediaan tempat hunian yang layak bagi seluruh

masyarakat tanpa terkecuali, serta meningkatkan akses air minum, sanitasi, dan

pelayanan dasar terutama bagi masyarakat berpenghasilan rendah dan kelompok

rentan.

2. Konfrensi Rio +20

Pada Juni 2012, di Kota Rio de Janeiro, Brazil, diselenggarakan KTT

Pembangunan Berkelanjutan atau lebih dikenal dengan KTT Rio+20. Konferensi

(34)

RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2017 -2021 71

pelaksanaan pembangunan berkelanjutan di tingkat global, regional, dan

nasional. Dokumen memuat kesepahaman pandangan terhadap masa depan

yang diharapkan oleh dunia (common vision) dan penguatan komitmen untuk

menuju pembangunan berkelanjutan dengan memperkuat penerapan Rio

Declaration 1992 dan Johannesburg Plan of Implementation 2002.

Dalam dokumen The Future We Want, terdapat 3 (tiga) isu utama bagi

pelaksanaan pembangunan berkelanjutan, yaitu: (i) Ekonomi Hijau dalam konteks

pembangunan berkelanjutan dan pengentasan kemiskinan, (ii) pengembangan

kerangka kelembagaan pembangunan berkelanjutan tingkat global, serta (iii)

kerangka aksi dan instrumen pelaksanaan pembangunan berkelanjutan.

Kerangka aksi tersebut termasuk penyusunan Sustainable Development Goal’s

(SDG’s) post-2015 yang mencakup 3 pilar pembangunan berkelanjutan secara

inklusif, yang terinspirasi dari penerapan Millennium Development Goal’s (MDG’s).

Bagi Indonesia, dokumen ini akan menjadi rujukan dalam pelaksanaan rencana

pembangunan nasional secara konkrit, termasuk dalam Rencana Pembangunan

Jangka Menengah Nasional 2014-2019, dan Rencana Pembangunan Jangka

Panjang Nasional (2005-2025).

3. Milenium Development Goal’s

Pada tahun 2000, Indonesia bersama 189 negara lain menyepakati Deklarasi

Millenium sebagai bagian dari komitmen untuk memenuhi tujuan dan sasaran

pembangunan millennium (Millenium Development Goal’s). Konsisten dengan itu,

Pemerintah Indonesia telah mengarusutamakan MDG’s dalam pembangunan

sejak tahap perencanaan sampai pelaksanaannya sebagaimana dinyatakan

dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang 2005-2025, Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2010-2014 serta Rencana Kerja

Tahunan berikut dokumen penganggarannya.

Sesuai tugas dan fungsinya, Ditjen Cipta Karya memiliki kepentingan dalam

pemenuhan target 7C yaitu menurunkan hingga setengahnya proporsi rumah

tangga tanpa akses berkelanjutan terhadap sumber air minum layak dan fasilitas

sanitasi dasar layak hingga tahun 2015. Di bidang air minum, cakupan pelayan

air minum saat ini (2013) adalah 61,83%, sedangkan target cakupan

pelayanan adalah 68,87% yang perlu dicapai pada tahun 2015. Di samping

Gambar

Tabel 3.2 Identifikasi Kawasan Strategis Kabupaten Aceh Utara
Tabel 3.3 Identifikasi Indikasi Program RTRW Kabupaten Aceh Utara terkait Pembangunan Infrastruktur Bidang Cipta Karya
Tabel 3.4 Penetapan Lokasi Pusat kegiatan Nasional (PKN) dan Pusat
Tabel 3.6 Penetapan Kawasan Strategis Nasional (KSN) Berdasarkan PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang RTRWN
+2

Referensi

Dokumen terkait

Tembung tangan tengen sajrone cuplikan (30) ing ndhuwur nuduhake anane majas kolokasi .Tangan tengen sajrone cuplikan ing ndhuwur digunakake pangripta kanggo

Simpulan : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan terhadap kadar kortisol pada kedua kelompok yang diberi obat analgetik ketorolak ataupun kelompok yang diberi

Untuk mengembangkan perpustakaan agar dapat melayani masyarakat dengan baik tidak lepas dari tantangan dan hambatan baik secara internal maupun eksternal itulah yang akan

Pajak penghasilan terkait pos-pos yang akan direklasifikasi ke laba rugi 0 PENGHASILAN KOMPREHENSIF LAIN TAHUN BERJALAN - NET PAJAK PENGHASILAN

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan yang dapat dipakai sebagai acuan bagi peneliti yang berkaitan dengan penggunaan teori Utami

antara kemahiran berbicara dan prestasi belajar bahasa Indonesia siswa kelas X Sekolah Menengah Atas Negeri 3 Tanjungpinang Tahun Pelajaran 2013/2014 tergolong

Hasil pengukuran kecernaan bahan pada penelitian menunjukkan adanya peningkatan kecernaan BKS yang telah dihidrolisis dengan enzim cairan rumen domba sebagai bahan pakan ikan patin

Potensi zakat yang cukup besar dapat dimanfaatkan sebagai salah satu sumber dana untuk menanggulangi masalah kemiskinan, karena salah satu dampak yang diharapkan