BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Menyusun Menu
Menu berasal dari bahasa Perancis yg berarti kecil/detail. Menu adalah
susunan hidangan yang disajikan pada waktu makan atau daftar hidangan yang
disiapkan untuk disajikan sebagai makanan. Hal-hal yang mendasari penyusunan
menu yaitu nilai gizi, kebiasaan makan, keuangan, tujuan menu disusun, variasi dan
keseimbangan dan penyesuaian dengan iklim. Perencanaan menu dilakukan untuk
beberapa hari atau yang disebut siklus menu, misalnya tujuh hari atau 10 hari.
Penyusunan menu berdasarkan siklus menu berfungsi untuk variasi dan kombinasi
bahan makanan dapat diatur, sehingga menghindari kebosanan, karena terlalu sering
jenis makanan tertentu dihidangkan dan makanan yang disajikan dapat disusun sesuai
dengan kebutuhan gizi seluruh keluarga (Misalnya pada kondisi : sakit, hamil atau
menyusui), serta menu dapat disusun sesuai dengan biaya yang tersedia. Makanan
yang disajikan dapat disusun sesuai dengan kebutuhan gizi seluruh keluarga.
Penyusunan menu makanan balita, selain memperhatikan komposisi zat gizi juga harus memperhatikan variasi menu makanan agar anak tidak bosan. Sebaiknya,
dibuat siklus menu tujuh hari atau 10 hari. Hal ini akan memudahkan ibu untuk
mengatur menu makanan balita. Selain itu, penyajian menu makanan balita juga
harus diperhatikan, karena dapat memengaruhi selera makan anak, baik dari
menarik. Di dalam menyusun menu, jadwal makan balita juga harus diperhatikan.
Penerapan jadwal makan yang teratur sangat penting.
Sementara itu, membiasakan anak makan sesuai jadwal akan membuat
pencernaannya lebih siap dalam mengeluarkan hormon dan enzim yang dibutuhkan
untuk mencerna makanan yang masuk. Idealnya, pemberian makan balita adalah tiga
kali makan utama yaitu sarapan, makan siang, dan makan malam agar
mempunyai keterampilan makan balita, kemudian ditambah 2 (dua) kali makanan
selingan. Menu dalam seharinya (Depkes RI, 2002) terdiri dari :
Sebab, hal tersebut akan
membuat tubuh anak mengalami penyesuaian, kapan perut harus diisi dan kapan
tidak. Jika disiplin ini sudah tertanam pada diri dan ritme tubuh si anak, ketika jam
makan tiba, mereka tidak akan lagi menolak makan. Sebaliknya, jika jam makan
sesukanya, tidak jarang anak akan malas-malasan mengisi perutnya.
A.
Anak harus dibiasakan sarapan pagi karena penting untuk persediaan energi
dalam melakukan aktivitas sepanjang hari. Apabila orangtua tidak menyempatkan diri
sarapan secara teratur di meja makan, jangan heran jika si anak juga enggan sarapan
pagi. Menu sarapan pagi tidak harus komplit susunan hidangannya (tidak selengkap
hidangan makan siang atau malam). Porsinya pun juga lebih sedikit. Cukup dengan
satu hidangan terpadu untuk menu sarapan pagi, misalnya dengan omelet sayur, mie
adalah kalorinya telah memenuhi kebutuhan gizi tubuh. Selain itu, buatlah menu
sarapan pagi yang praktis.
B.
Susunan menu makan siang atau malam biasanya lengkap komposisinya.
Terdiri atas makanan pokok, lauk hewani, lauk nabati, sayuran, dan buah. Pengaturan
ini sesuai dengan triguna makanan (susunan makanan seimbang untuk tumbuh
kembang balita yang harus terdiri atas tiga golongan besar bahan makanan). Besarnya
porsi makanan untuk balita harus disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan
makannya.
Menu Makan Siang atau Malam
C.
Anak perlu makanan selingan di sela-sela makanan utamanya. Penting
diketahui, bahwa pemberian makanan selingan adalah untuk melengkapi komposisi
gizi seimbang dalam sehari yang mungkin belum terpenuhi lewat menu makanan
utama. Oleh karena itu, yang ditekankan bukan kandungan kalorinya, tapi zat gizi
lain seperti protein, mineral, dan vitamin. Makanan selingan ini dapat berupa kue,
biskuit, atau jus buah. Menu Makanan Selingan
Ketika menyusun menu sehat untuk balita, maka harus diperhatikan variasi
penyajian masakan, sebab ini akan sangat membantu bayi dan anak tidak bosan dan
akhirnya makan dengan lahap. Bayi sebenarnya tahu dan bisa merasakan kebosanan
terhadap makanan, begitupun makanan yang ia sukai dan tidak. Namun mereka
perkembangan sel-sel otak bayi dan anak, oleh karena itu makanan yang masuk ke
dalam menu sehat bayi dan anak adalah yang mengandung banyak kalsium untuk
membantu menjaga kekebalan tubuh serta mencegah berkurangnya daya ingat serta
gangguan jantung. Selain itu, makanan yang kaya akan zat besi agar terhindar dari
anemia dan juga terhambatnya perkembangan otak. Perkembangan motorik dan
kecerdasan yang optimal juga harus didukung dengan tercukupinya asupan protein.
Secara garis besar, menu sehat untuk bayi terdiri dari kelompok gandum, kelompok
nabati, kelompok buah-buahan, kelompok susu, kelompok daging serta kelompok
lemak, minyak dan gula. Prinsip dasarnya adalah memilih makanan yang kaya serat
serta rendah lemak dan kalori.
Menyusun menu sehat untuk anak, berbeda dengan bayi yang pada umumnya
masih mau memakan makanan yang diberikan kendati mereka sudah bosan, anak usia
balita terkadang menolak jenis makanan tertentu dan bahkan tidak mau memakannya
sama sekali dengan alasan kurang lezat, kurang manis dan kurang gurih. Untuk
mengatasinya adalah dengan membuat camilan yang bergizi, gurih maupun manis.
Menyusun menu dilakukan sebaiknya memperhatikan keseimbangan seperti
gizi yang dikonsumsi. Keseimbangan zat gizi dapat direncanakan dengan melihat
piramida makanan. Piramida makanan merupakan perencanaan pola makan dengan
gizi seimbang yang disesuaikan dengan kebutuhan tubuh. Prinsip penyajian makanan
sesuai dengan umur, aktifitas, dan jenis kelamin. Menu makanan bayi dan anak
sebaiknya dibuat berdasarkan piramida makanan.
Menurut Depkes RI (2002), piramida makanan berbentuk segitiga yang
menggambarkan konsep makanan sehat dengan gizi seimbang. Seperti bentuk
piramida, di bagian paling bawah merupakan porsi terbesar yang bisa dimakan bayi
dan anak. Sedangkan bagian atas adalah makanan yang dibutuhkan bayi dan anak
namun dalam porsi sedikit saja. Dengan menyusun menu makanan bayi sesuai
piramida maka nutrisi untuk bayi dapat dengan mudah terpenuhi.
Bagian paling bawah piramida makanan bayi adalah kelompok beras dan
gandum. Dalam hal ini, orangtua bisa memberikan bubur nasi, sereal yang dimasak
maupun roti. Supaya anak tidak bosan dengan makanan yang mengandung kabohidrat
ini maka variasikan jenis makanan. Bisa juga dibuat pasta, beras merah, mie ataupun
havermut. Orangtua perlu meningkatkan tekstur makanan kelompok gandum ini
secara bertahap. Di atas kelompok gandum terdapat kelompok nabati atau sayuran.
Sayuran terbukti kaya nutrisi untuk bayi, pilihlah sayur yang berwarna hijau gelap.
Sayuran seperti brokoli, bayam, wortel sangat baik untuk bayi. Sayuran biasanya
diolah dengan dikukus dan dipotong kecil-kecil.
Piramida makanan bayi yang ketiga adalah jenis buah. Buah kaya akan
vitamin dan mineral yang sangat berguna untuk memenuhi kebutuhan nutrisi untuk
bayi. Buah pisang, apel, pir, tomat sangat baik untuk bayi. Dalam menyajikan buah
tetap lebih bagus potongan buah segar. Hindari buah kering atau buah yang ada
dalam kaleng karena biasanya mengandung bahan pengawet. Berikutnya adalah
kelompok susu.
Susu sapi segar atau susu bubuk full cream sebaiknya diberikan setelah anak
berusia setahun ke atas. Kelompok susu lainnya adalah keju dan yoghurt yang bisa
diberikan pada bayi mulai usia sembilan bulan. Menu makanan bayi selanjutnya
adalah jenis daging. Daging diperlukan oleh bayi karena mengandung banyak protein.
Daging yang diberikan pada bayi dipotong kecil dan teksturnya empuk, bisa berasal
dari daging sapi, ayam atau kelompok unggas dan ikan. Sebaiknya hindari pemberian
daging yang dimasak dengan santan.
Piramida makanan bayi paling atas adalah jenis lemak, minyak dan gula. Bayi
memang membutuhkan jenis makanan ini namun dalam porsi yang sedikit. Kelebihan
lemak, minyak dan gula bisa menghambat pertumbuhan bayi dan bahkan
menyebabkan obesitas. Sebaiknya bayi diberikan lemak tak jenuh karena lebih baik
daripada lemak jenuh yang bisa meningkatkan kolesterol. Makanan yang
mengandung lemak tak jenuh dan cocok untuk bayi seperti kacang, jagung dan
zaitun. Dengan memberikan makanan berdasarkan piramida makanan bayi, niscaya
nutrisi untuk bayi akan tercukupi. Yang terpenting sebenarnya adalah menghindari
makanan yang tidak baik untuk bayi. Seperti misalnya makanan yang terlalu manis
atau asin, minuman ringan, es krim dan makanan instan. Memvariasikan menu
Sajikan makanan, susu, sayur, buah dan daging dengan porsi yang sesuai usia bayi
setiap harinya.
Asupan gizi seimbang dari makanan memegang peranan penting dalam proses
pertumbuhan fisik dan kecerdasan anak. Pola makan yang baik dan teratur perlu
diperkenalkan sejak dini, antara lain dengan pengenalan jam-jam makan dan variasi
makanan, sehingga dapat membantu mengkondisikan kebutuhan akan pola makan
sehat pada anak. Pola makan sehat memastikan anak mendapatkan asupan gizi yang
diperlukannya secara utuh dalam satu hari. Seiring dengan pertumbuhan balita, pola
makannya pun akan berubah. Mulai banyak jenis makanan yang dapat dimakan bayi,
namun bukan semua makanan berarti selalu baik untuknya. Beberapa jenis makanan
yang mengandung tepung putih, lemak tinggi, gula, pewarna buatan, bahan kimia,
dan lain-lain tidaklah baik untuk dikonsumsi balita sehari-hari (Almatsier, 2004).
2.2. Peran Gizi dalam Pertumbuhan Balita
Gizi adalah elemen yang terdapat dalam makanan dan dapat dimanfaatkan
secara langsung oleh tubuh seperti halnya karbohidrat, protein, lemak, vitamin,
mineral, dan air. Gizi yang seimbang dibutuhkan oleh tubuh, terlebih pada balita yang
masih dalam masa pertumbuhan. Dimasa tumbuh kembang balita yang berlangsung
secara cepat dibutuhkan makanan dengan kualitas dan kuantitas yang tepat dan
seimbang. Gizi Balita adalah hal paling utama yang harus diperhatikan oleh orang tua
jika ingin tumbuh kembang putra putrinya maksimal. Pemenuhan gizi pada setiap
pertumbuhan dan perkembangannya. Hal inilah yang seharusnya mendasari setiap
orang tua untuk berusaha agar gizi balitanya terpenuhi semaksimal mungkin.
Beberapa zat gizi penting yang dibutuhkan oleh setiap balita yang sangat
berpengaruh pada tumbuh kembangnya, adalah (Almatsier, 2006) :
Keempat vitamin ini sangat vital bagi pertumbuhan balita Anda. Jadi,
usahakan agar asupan vitamin ini terpenuhi setiap harinya. Seperti kita ketahui,
vitamin A sangat baik untuk penglihatan dan kesehatan kulit balita kita, sedangkan
vitamin D berperan penting dalam meningkatkan penyerapan kalsium serta
membantu pertumbuhan tulang dan gigi anak. Sementara vitamin E memiliki
antioksidan yang membantu pertumbuhan sistem syaraf dan pertumbuhan sel.
Vitamin K membantu pembekuan darah. 1. Vitamin A, D, E dan K
Merupakan mineral yang sangat dibutuhkan oleh balita dalam pembentukan
massa tulangnya. Kalsium sangat penting untuk membentuk tulang yang kuat
sehingga balita Anda terhindar dari patah tulang ketika mulai belajar memanjat dan
aktif bermain. Kebutuhan harian balita akan kalsium umumnya sebesar 500mg/hari.
Sumber makanan dari kalsium antara lain susu, keju, tahu, brokoli, tomat, oatmeal,
kacang-kacangan, dan ikan salmon. 2. Kalsium
Fungsi dari vitamin B antara lain meningkatkan sistem syaraf dan imun tubuh
balita Anda, meningkatkan pertumbuhan sel, serta mengatur metabolisme tubuh.
Sementara vitamin C berfungsi untuk meningkatkan penyerapan zat besi dalam tubuh
balita serta mencegah sariawan. Sumber makanan yang banyak mengandung vitamin
B antara lain beras merah, pisang, kacang-kacangan, ikan, daging dan telur.
Sementara untuk memenuhi gizi balita Anda dengan vitamin C, Anda dapat
memperolehnya dari tomat, kentang, stroberi serta sayur-sayuran hijau.
Balita sangat membutuhkan zat besi terutama untuk membantu perkembangan
otaknya. Jika kebutuhan gizi balita akan zat besi tidak terpenuhi, kemungkinan ia
akan mengalami kelambanan dalam fungsi kerja otak. Sumber makanan yang
mengandung at besi antara lain daging, ikan, brokoli, telur, bayam, kedelai serta
alpukat. 4. Zat Besi
Kebutuhan gizi balita merupakan hal utama yang perlu diperhatikan dalam
pertumbuhan. Masa-masa tumbuh kembang anak akan sangat berpengaruh dengan
asupan gizi yang ibu berikan. Dalam pertumbuhan yang baik tidak hanya sebatas
fisik, tetapi mental dan intelektualitasnya juga diharapkan dapat berkembang dengan
baik, sehingga menjadi proses pertumbuhan dengan tumbuh kembang yang baik.
Proses tumbuh kembang balita yang optimal adalah di saat pemenuhan kebutuhan
kebutuhan fisik-biologisnya yaitu mencakup beberapa nutrisi seperti ASI, makanan
pengganti ASI (MPASI), imunisasi, dan kebersihan fisik serta lingkungan.
Balita juga membutuhkan kebutuhan emosi, yaitu seperti kasih sayang, rasa
aman dan nyaman, dihargai, diperhatikan dan didengar keinginan serta pendapatnya.
Dari beberapa faktor tersebut tentunya sangat dibutuhkan balita dalam memiliki
kemandirian dan kecerdasan emosionalnya. Jadi, diharapkan bagi para orangtua
untuk selalu memberikan perhatian dan kasih sayang yang lebih terhadap buat hati.
Kebutuhan pokok lain yang tidak kalah penting adalah kebutuhan stimulasi.
Kebutuhan stimulasi in mencakup bermain yang dapat merangsang semua indranya,
mengasah motorik halus dan kasar, melatih ketrampilan berkomunikasi, berpikir,
serta berkreasi. Dari beberapa stimulasi yang dibutuhkan, sangat penting untung
menunjang kecerdasan balita (multiple intelligences). Oleh karena itu, penting diperhatikan bagi orangtua untuk memberikan segala kebutuhan stimulasi tersbut
sejak dini.
Ketiga kebutuhan pokok di atas menjadi hal penting dalam menunjang segala
kebutuhan balita dalam tumbuh kembang. Dan karenanya sangat dibutuhkan ketiga
kebutuhan gizi balita agar terpenuhi pencapaian perkembangan otak serta
pertumbuhan anak yang optimal. Jika dari beberapa kebutuhan gizi saja tidak
terpenuhi, maka secara fisik-biologiss anak akan mudah sakit dan perkembangan
kecerdasan emosi balita relatif rendah. Begitu juga dengan kebutuhan stimulasi dalam
bermain.
Pada pertumbuhan balita sangatlah penting untuk diberikan asupan gizi yang
tepat dan seimbang, karena di masa inilah yang dapat menentukan dan mempengaruhi
perkembangan anak di tahap selanjutnya sehingga anak dapat bertumbuh secara
optimal dan sehat. Pada balita tiga tahun, pertumbuhan dan perkembangan akan
mempengaruhi sel-sel otak dalam membangun jaringan saraf agar lebih kompleks.
Bila kebutuhan gizi balita telah terpenuhi, maka akan mempengaruhi kinerja
otak secara baik. Ini juga akan mempengaruhi kemampuan belajar berjalannya,
mengenal huruf, hingga kemampuan berinteraksi/bersosialisasi. Pada hubungan ini
adanya pengaruh jumlah dan pengaturan hubungan antar sel saraf. Dan pada
perkembangan berikutnya akan berlanjut pada kemampuan bicara dan bahasa,
kreatifitas, kesadaran sosial, emosional serta intelegensi yang berkembang secara
cepat sesuai dengan asupan yag diberikan secara tepat.
Asupan gizi balita yang tepat adalah makanan yang sehat dan bervariasi.
Berikan komposisi makanan yang seimbang pada pada setiap kandungan gizi
masing-masing makanannya seperti, 55-67% karbohidrat, 20-30% lemak, dan 13-15 protein.
Hal ini agar memenuhi gizi balita dalam perkembangan kecerdasan dan pertumbuhan
secara optimal. Gizi balita ini bisa diperoleh dari nasi (3-4 porsi) atau bisa diganti
dengan bihun dan roti yang bisa menjadi sumber tenaga. Sedangkan, untuk sumber
seperti vitamin dan mineral yang terdiri dari sayur dan buah (2-3 porsi). Agar gizi
balita lebih lengkap dan sempurna, maka tidak lupa untuk tetap memberikan susu
sebagai sumber tenaga yang mengandung berbagai komponen penting.
2.3. Dampak Kekurangan Gizi pada Balita
Gizi merupakan salah satu unsur penting yang harus dicukupi bagi tubuh. Gizi
memiliki peranan penting bagi pertumbuhan anak dan perkembangan otak anak.
Sebagai orang tua harus mengetahui segala kebutuhan gizi yang diperlukan anak agar
anak terhindar dari kekurangan gizi. Selain harus mengerti mengenai gizi yang baik
seperi apa, orang tua harus mengerti tentang bagaimana gejala jika anak kurang gizi,
sehingga orang tua mampu memperbaiki asupan gizi anak. Balita kurang gizi tentu
menjadi hal yang sangat memprihatinkan karena seharusnya usia balita merupakan
masa yang penting untuk tumbuh dan berkembang. Balita kurang gizi akan
mengalami hambatan dalam pertumbuhan fisik, otak dan juga psikologisnya.
Kurangnya gizi pada balita awalnya ditandai dengan fisik yang terlihat kurus,
anak memiliki berat badan di bawah rata-rata pada usia yang seharusnya. Balita
kurang gizi mengalami kesulitan atau bahkan tidak mengalami kenaikan berat badan
selama 3 bulan berturut-turut. Sebenarnya tidak hanya berat badan saja yang menjadi
indikator utama kekurangan gizi pada Balita. Ukuran tinggi badan, lingkar lengan dan
lingkar kepala bisa menjadi indikator pelengkap. Balita yang mengalami kekurangan
gizi juga mudah terkena penyakit. Oleh sebab itu, jika balita sering sekali sakit seperti
Balita yang mengalami kekurangan gizi umumnya memiliki mata yang
cekung, rambut bayi tipis, mudah untuk dicabut dan umumnya berwarna kemerahan.
Secara psikologis, Balita yang kurang gizi cenderung menjadi pendiam dan tidak
aktif. Kekurangan gizi pada Balita Indonesia umumnya karena kekurangan energi
protein. Ciri-ciri bayi yang mengalami kekurangan energi atau kalori (sering disebut
dengan marasmus) antara lain bayi sangat kurus, bagian pantatnya keriput dan bagian
perutnya cekung. Selain itu, kulit di tubuhnya kering dan keriput. Bayi kurang gizi ini
mudah sekali rewel. Sedangkan ciri-ciri bayi yang kekurangan protein (kwashiorkor)
adalah bayi yang mengalami kebengkakan di tubuhnya. Bagian utama yang terlihat
bengkak adalah kaki dan punggung. Sementara ototnya mengalami pengecilan yang
bisa terlihat saat sedang duduk atau berdiri. Wajah bayi kurang gizi ini bulat seperti
bulan purnama dan tampak keriput. Organ penglihatan mata tampak sayu. Selain itu
di kulitnya muncul bercak yang berwarna merah muda dan kelamaan menjadi
kehitaman. Sama seperti bayi kurang gizi lainnya, bayi mudah sekali rewel dan sering
menangis.
2.4. Bimbingan Penyusunan Menu
Bimbingan merupakan sarana yang dirancang untuk memperbaiki kinerja dan
perilaku seseorang, baik secara formal maupun informal. Melalui bimbingan
diharapkan adanya peningkatan, kemampuan dan perilaku yang mampu
Komponen utama dalam bimbingan beradasarkan kompetensi adalah
penggunaan bimbingan, dimana para fasilitator memberikan ketrampilan atau
aktivitas terlebih dahulu, kemudian memberikan demonstrasi dengan menggunakan
alat ajar seperti slide atau modul.
Menurut Besty (1997), bimbingan merupakan suatu proses dalam membantu
sesorang mengerti tentang keadaan diri dan lingkungan. Selain itu membantu
sesorang dalam berinteraksi dalam membangun kebiasaan yang baik termasuk
kebiasaan makan sehingga menjadi sehat dan produktif. Bimbingan biasanya tidak
memakan waktu yang lama. Bimbingan dapat mendorong sesorang untuk lebih
mempunyai motivasi belajar sebab diri mempunyai tambahan pengetahuan akibat
proses bimbingan.
2.4.1. Bimbingan Sebagai Proses Perubahan Pengetahuan
Proses perubahan perilaku akan menyangkut aspek pengetahuan, keterampilan
dan sikap mental, sehingga mereka tahu, mau dan mampu melaksanakan perubahan
perubahan dalam kehidupannya demi tercapainya perbaikan kesejahteraan keluarga
yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan. Titik berat bimbingan atau
penyuluhan sebagai proses perubahan perilaku adalah penyuluhan yang
berkesinambungan. Dalam proses perubahan perilaku dituntut agar sasaran berubah
tidak semata-mata karena adanya penambahan pengetahuan saja, namun diharapkan
juga adanya perubahan pada keterampilan sekaligus sikap mantap yang menjurus
Bimbingan sebagai proses perubahan perilaku yang tidak mudah, hal ini
menuntut suatu persiapan yang panjang dan pengetahuan yang memadai bagi
penyuluh maupun sasarannya. Penyuluh sebagai proses perubahan perilaku, selain
membutuhkan waktu yang relatif lama juga membutuhkan perencanaan yang matang,
terarah dan berkesinambungan (Lucie, 2005). Menurut Notoatmodjo (2003) untuk
merubah perilaku, seseorang harus mengikuti tahap-tahap proses perubahan :
pengetahuan (knowledge), sikap (attitude), dan praktek (practice). Dalam hal ini penyuluhan berperan sebagai salah satu metode penambahan dan peningkatan
pengetahuan seseorang sebagai tahap awal terjadinya perubahan perilaku.
Bimbingan dapat dilakukan dengan menggunakan metode pendidikan
individual (perorangan) dengan bentuk pendekatan penyuluhan ataupun konseling
Dengan cara ini komunikasi antara sasaran bimbingan dengan peneliti lebih intensif.
Setiap masalah yang dihadapi oleh individu dapat dibantu penyelesainnya, sehingga
individu dengan sukarela, berdasarkan kesadaran, dan penuh pengertian akan
menerima perilaku yang disarankan atau mengubah perilaku (Notoatmodjo, 2007).
Selain itu bimbingan dapat dilaksanakan dengan pendekatan asuhan gizi individu dan
Pendekatan individu dilakukan terhadap sasaran yang tergolong gizi kurang.
Proses metode bimbingan dilakukan melalui tiga tahap (Susanti, 2010) :
a. Bimbingan intensif.
Tahap ini dilakukan pendampingan intensif oleh peneliti guna membantu ibu
menerapkan praktek asuhan gizi bagi anak dan keluarganya. Diharapkan dapat
mengajarkan ibu tentang cara pengolahan makanan anak dengan metode
konsultasi.
b. Penguatan
Tahap ini dilaksanakan selama satu minggu yaitu hari ke 8 – 14 (minggu kedua).
Pada tahap ini, sasaran tidak dikunjungi setiap hari, namun hanya dua kali
seminggu. Tujuannya adalah untuk memberikan penguatan atas apa yang
dilakukan ibu. Bagi ibu yang kurang mampu mengikuti instruksi di anjurkan
untuk didekati secara pesuasif agar mampu melakukan praktek secara sederhana.
c. Praktek mandiri
Setelah melakukan penguatan melalui pengukuran pengetahuan, ibu atau
pengasuh anak diberikan kesempatan dua minggu (hari ke 15 sampai ke 28)
untuk mempraktekan secara mandiri terhadap instruksi bimbingan yang telah
diberikan. Pada tahap ini, sasaran tidak lagi dikunjungi kecuali pada hari ke 28,
dimana peneliti akan melakukan penelitian terhadap output bimbingan. Output
yang akan dinilai pada akhir sesi ini adalah kenaikan berat badan anak dan
Transfer pengetahuan gizi dapat dilakukan melalui prose penyuluhan atau
konsleing gizi. Menurut Dewanti, Mahar dan Fajar (2013), penyuluhan merupakan
pendekatan edukatif yang diartikan sebagai rangkaian kegiatan yang dilakukan secara
sistematik, terencana, terarah dengan serta aktif individu maupun kelompok
masyarakat untuk memecahkan masalah masyarakat dengan faktor sosial, ekonomi
dan budaya setempat. Sedangkan menurut Pedoman Gizi Rumah Sakit (1991),
konsultasi gizi merupakan serangkaian proses belajar untuk mengembangkan
pengertian (pengetahuan) dan sikap positif terhadap makanan agar penderita dapat
membentuk dan memiliki kebiasaan makan yang baik dalam hidup sehari-hari.
2.4.2. Penerapan Metode Ceramah dalam Bimbingan Penyusunan Menu
Ceramah adalah pidato oleh seseorang di hadapan banyak pendengar
mengenai suatu hal, pengetahuan dan sebagainya (Departemen Pendidikan Nasional,
2005). Dalam Soekidjo Notoatmodjo (2005), metode ceramah baik digunakan untuk
sasaran yang berpendidikan tinggi maupun rendah. Menurutnya, hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam menggunakan metode ceramah adalah: (1) ceramah akan berhasil
apabila penceramah menguasai materi sehingga penceramah harus mempersiapkan
diri; (2) mempelajari materi dengan sistematika yang baik; (3) mempersiapkan alat
bantu pengajaran. Pada hakekatnya, ceramah merupakan proses transfer informasi.
Hal yang harus diperhatikan dalam transfer informasi adalah pengajar, materi
pengajaran dan sasaran belajar. Namun, menurut Muhibbin Syah (2008), ceramah
mengandung unsur paksaan; (3) menghambat daya kritis pada sasaran. Meskipun
demikian, setidaknya ceramah memiliki keunggulan dapat dipakai untuk memberi
pengantar pada pelajaran atau suatu kegiatan (Uha Suliha, 2001). Pengantar tersebut
diharapkan dapat menjadi gambaran awal pada sasaran. Menurut Gilstrap dan Martin
(dalam Setyawan, 2011) ceramah berasal dari bahasa latin yaitu Lecturu, Legu
(Legree, Lectus) yang berati membaca kemudian diartikan secara umum dengan mengajar sebagai akibat dari guru menyampaikan pelajaran dengan membaca dari
buku dan mendiktekan pelajaran dengan penggunaan buku.
Penerapan metode ceramah merupakan cara mengajar yang paling tradisional
dan tidak asing lagi dan telah lama dijalankan dalam sejarah pendidikan. Cara ini
kadang membosankan, maka dalam pelaksanaannya memerlukan ketrampilan
tertentu, agar penyajiannya tidak membosankan dan dapat menarik perhatian sasaran.
Namun masih diakui bahwa metode ceramah ini tetap penting dengan tujuan, agar
sasaran mendapatkan informasi tentang suatu pokok atau persoalan tertentu.
Kelebihan dan Kelemahan Metode Ceramah
Setiap metode pembelajaran pasti memiliki kelebihan maupun kelemahan.
Adapun kelebihan yang diperoleh dari penggunaan metode ceramah adalah:
1. Suasana kelas berjalan dengan tenang, karena sasaran melakukan aktivitas
yang sama, sehingga pemberi ceramah dapat mengawasi sasaran sekaligus
2. Tidak membutuhkan tenaga yang banyak dan waktu yang lama, dengan waktu
yang cukup singkat sasaran dapat menerima pelajaran sekaligus secara
bersama.
3. Pelajaran bisa dilaksanakan dengan cepat, karena dalam waktu yang sedikit
dapat diuraikan bahan yang banyak.
4. Melatih sasaran untuk menggunakan pendengarannya dengan baik sehingga
mereka dapat menangkap dan menyimpulkan isi ceramah dengan cepat dan
tepat.
Kekurangan Metode Ceramah ini adalah :
1. Interaksi cenderung bersifat Centred (berpusat pada sipemberi ceramah)
2. Pemberi ceramah kurang dapat mengetahui dengan pasti sejauh mana sasaran
telah menguasai bahan ceramah.
3. Mungkin saja sasaran memperoleh konsep-konsep lain yang berbeda dengan
apa yang dimaksudkan oleh pemberi ceramah.
4. Sasaran kurang menangkap apa yang dimaksud oleh pemberi ceramah, jika
ceramah berisi ceramah-ceramah yang kurang atau tidak dimengerti oleh
sasaran dan akhirnya mengarah verbalisme.
Untuk itu usaha-usaha yang harus dilaksanakan untuk mengatasi kelemahan
metode ceramah adalah:
1. Meberi penjelasan dengan memberikan keterangan-keterangan, dengan
2. Susunlah ceramah itu secara sistematis
3. Penggunaan alat-alat pelajaran visual untuk mepelajari penyajian
seperti:Papan tulis dan alat-alat teknis papan tulis, alat pelajaran dua dimensi: Grafik, bagan dan lain-lainnya, alat pengajaran tiga dimensi: model,
gambar-bambardan alat-alat pelajaran visual.
2.4.3. Penerapan Metode Permainan dalam Bimbingan Penyusunan Menu
Games (permainan) adalah suatu kontes antara para pemain yang berinteraksi
antara satu sama lain dengan mengikuti aturan-aturan tertentu untuk mencapai tujuan
tertentu (Sadiman, 2007). Metode permainan diterapkan karena sesuai dengan
karateristik sasaran. Sadiman (2007) menyatakan bahwa permainan mempunyai
empat komponen, yaitu: (1) adanya pemain; (2) adanya lingkungan tempat
berinteraksi; (3) adanya aturan-aturan main; 4) adanya tujuan yang ingin dicapai.
Permainan merupakan suatu aktivitas untuk memperoleh suatu keterampilan
tertentu dengan cara menggembirakan. Apabila ketermpilan yang diperoleh dalam
permainan itu berupa keterampilan bahasa tertentu, permainan tersebut dinamakan
permainan bahasa. Belajar dengan bermain adalah kegiatan terpadu antara belajar dan
bermain yang diintegrasikaan dalam sebuah materi pelajaran. Tindakan ini
merupakan uapaya menciptakan kegiatan pembelajarn yang menyenangkan, dengan
tujuan akhir mencapai pembelajaran yang sehat dan pemerolehan mutu yang optimal.
Menurut Soepamo (1998) ada empat faktor yang menentukan keberhasilan
permainan yaitu:
1. Situasi dan kondisi,
2. Peraturan permainan,
3. Pemain, dan
4. Pemimpin permainan.
Prinsip-prinsip permainan yang dikembangkan oleh beberapa pakar (Hadfield,
1999) sebagai berikut :
1. Permainan yang dikembangkan hendaknya permainan yang terkait langsung
dengan konteks keseharian peserta didik.
2. Permainan diterapkan untuk merangsang daya pikir, mengakses informasi dan
menciptakan makna-makna baru,
3. Permainan yang dikebangkan haruslah menyenangkan dan mengasyikan bagi
peserta didik,
4. Permainan dilaksanakan dengan landasan kebebasan menjalin kerja sama
dengan peserta didik lain,
5. Permainan hendaknya menantang dan mengandung unsur kompetisi yang
memungkinkan peserta didik semakin termotivasi menjalani proses tersebut,
6. Penekanan permainan linguistic pada akuransi isinya, sedangkan permainan
7. Permainan dapat dipergunakan untuk semua tingkatan dan berbagai
keterampilan berbahasa sekaligus.
2.4.4. Pengaruh Pendidikan Gizi terhadap Perubahan Perilaku
Penelitian yang dilakukan Mulyaty (2004), dalam jurnal gizi klinik Indonesia
tahun 2004 dengan judul pengaruh pendidikan gizi kepada ibu terhadap konsumsi
makanan dan status gizi anak balita penderita TBC primer di rawat jalan RSUP Dr
Karyadi Semarang menunjukkan ada perbedaan yang bermakna antara kelompok
perlakuan dan kelompok kontrol terhadap perubahan status gizi anak balita
berdasarkan berat badan dibanding umur dan berat badan dibanding tinggi badan.
Nurhalinah (2006), dalam penelitiannya dengan judul Pengaruh pendidikan kesehatan
tentang gizi balita terhadap kemampuan ibu dalam memberikan asupan gizi balita di
Kecamatan Indralaya Kabupaten Ogan Ilir menunjukkan perbedaan bermakna
peningkatan kemampuan ibu memberikan asupan gizi balita antara ke lompok
intervensi dan kelompok kontrol dengan p=0,0000.
Ayu (2008) dalam penelitiannya yang berjudul pengaruh program
pendampingan gizi terhadap pola asuh, kejadian infeksi dan status gizi balita kurang
energi protein menyatakan ada peningkatan skor pengetahuan gizi ibu dari 47,80%
menjadi 73,30% (p=0,001) dan skor pola asuh (praktek makan anak,praktek
pengobatan anak, praktek kebersihan anak) meningkat dari 69,42% menjadi 81,05%,
dan terjadi penurunan balita gizi kurang dari 72,50% menjadi 38,20%. Hal ini sejalan
untuk meningkatkan pengetahuan gizi sehingga menghasilkan perilaku gizi yang
lebih baik sehingga ada perbedaan pengetahuan antara dua kelompok penelitian.
Menurut Notoatmojo (2007), bahwa pendidikan kesehatan dapat
meningkatkan pengetahuan masyarakat dalam waktu yang pendek. Penelitian Suraya
(2011) tentang pengaruh penyuluhan dengan metode ceramah dapat meningkatkan
sikap baik dari 4,7% sebelum penyuluhan menjadi 98,4% setelah dilakukan
penyuluhan pada ibu balita usia 6 – 24 bulan. Sejalan dengan itu, penelitian yang
dilakukan oleh Emilia (2009), mengenai pengaruh penyuluhan terhadap sikap ibu
hamil secara signifikan dapat meningkatkan sikap ibu terhadap pemberian asi
eksklusif. Hal ini sejalan dengan penelitian Nurhalinah (2006), tentang pengaruh
pendidikan kesehatan tentang gizi balita terhadap kemampuan ibu dalam memberikan
asupan gizi balita yang menunjukkan perbedaan peningkatan asupan yang bermakna
antara kelompok penelitian (p = 0,0001).
Menurut Azwar (2009), pandangan umum antara sikap dan perilaku
mengatakan bahwa sikap verbal merupakan petunjuk yang cukup akurat untuk
memprediksikan perilaku seseorang. Perseption yaitu mengenal dan memilih
berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan
indikator praktik perilaku tingkat pertama (Notoatmojo, 2007). Penelitian ini juga
searah dengan hasil penelitian Mulyati (2004), bahwa pendidikan gizi pada ibu dapat
mengubah pengetahuan gizi dan sikap ibu, yang akhirnya dapat merubah perilaku ibu
sejalan dengan hasil penelitian Ayu (2008), tentang pengaruh pendampingan gizi
dapat meningkatkan rata-rata pengetahuan gizi sebesar 29,94 poin. Menurut
Notoatmojo (2007), bahwa pendidikan kesehatan dapat meningkatkan pengetahuan
masyarakat dalam waktu yang pendek.
2.4.5. Pengetahuan Gizi
Menyusun dan menilai hidangan merupakan pengetahuan dan keterampilan
dasar yang diperlukan oleh semua orang, terutama mereka yang bertanggung jawab
atas pengurusan dan penyediaan makanan (Sediaoetama, 2008).Tingkat pengetahuan
akan mempengaruhi seseorang dalam memilih makanan. Untuk masyarakat yang
berpendidikan dan cukup pengetahuan tentang gizi, pertimbangan fisiologis lebih
menonjol dibandingkan dengan kebutuhan kepuasan fisikis. Tetapi umumnya akan
terjadi kompromi antara keduanya, sehingga akan menyediakan makanan yang lezat
dan bergizi seimbang. Tinggi rendahnya pengetahuan ibu merupakan faktor penting,
karena mempengaruhi kemampuan ibu dalam mengelola sumber daya yang ada untuk
mendapatkan bahan makanan (Sediaoetama, 2008).
Semakin tinggi tingkat pengetahuan keluarga, terdapat kemungkinan semakin
baik tingkat ketahanan pangan keluarga (Sediaoetama, 2008). Pengetahuan adalah
segala sesuatu yang diketahui sesudah melihat atau menyaksikan, mengalami atau
diajar. Jadi pengetahuan adalah apa yang telah diketahui dan mampu diingat oleh
setiap orang setelah melihat sejak ia lahir sampai dewasa. Hal ini merupakan tingkat
Pengetahuan gizi merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
jumlah dan jenis makanan yang dikonsumsi seseorang. Pengetahuan gizi dapat
membantu seseorang untuk menggunakan pangan dengan baik. Namun demikian
kesalahan konsepsi tentang kebutuhan pangan dan nilai pangan adalah hal yang
umum terjadi. Kurangnya pengetahuan tentang gizi atau kurangnya kemampuan
untuk menerapkan pengetahuan gizi dan pangan dalam kehidupan sehari-hari dapat
menyebabkan gangguan gizi (Suhardjo, 2008).
Dalam hal pola makan dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya
pengetahuan gizi ibu. Menurut Sapoetra (1997) menjelaskan bila pengetahuan tentang
bahan makanan yang masih kurang maka pemberian makanan untuk keluarga biasa
dipilih bahan-bahan makanan yang hanya dapat mengenyangkan perut saja tampa
memikirkan apakah makanan itu bergizi atau tidak, sehingga kebutuhan energi dan
gizi masyarakat dan anggota keluarga tidak tercukupi.
Pendidikan ibu sangat penting dalam penyediaan makanan bagi anak
balitanya, pengethuan yang diperoleh baik formal maupun non formal sangat
menentukan untuk ditetapkan dalam hal pemilihan dan penentuan jenis makanan
2.5. Kerangka Teori
Menurut Notoatmodjo (1995), pendidikan sangat berpengaruh terhadap
pengetahuannya, sehingga diperlukan tambahan pengetahuan, melalui kursus ulang,
bimbingan dan penyuluhan dilapangan. Sedangkan pengetahuan seseorang sangat
dipengaruhi oleh adanya pengalaman dan juga informasi dari orang lain, buku dan
media massa (WHO, 1992).
Menurut Junaedi (1990), bahwa bimbingan/penyuluhan akan berpengaruh
terhadap peningkatan dan pengetahuan dan ketrampilan, hal ini dipengaruhi adanya
pelatihan. Sedangkan pendapat Siagian (1999), menjelaskan secara operasional
pelatihan sebagai salah satu metode pendidikan khusus untuk meningkatkan
pengetahuan, sikap dan praktek masyarakat dalam memlihara dan meningkatkan
kesehatan mereka sendiri. Sedangkan menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan
seseorang sangat dipengaruhi oleh faktor pendidikan, pekerjaan, pengalaman dan
informasi yang diterima oleh seseorang yang berupa pesan-pesan kesehatan melalui
media cetak atau eletronik.
Sesuatu yang dipelajari akan mebentuk pengetahuan, seringkali pegetahuan
tersbut terlupakan. Ada beberapa sebab seseorang yang telah memperoleh
pengalaman tetapi sulit diingat, menurut Purwanto (1990) sesorang cenderung lupa
karena tergantung pada sesuatu yang diamati, situasi dan proses pengamatan
Sumber :Notoatmodjo (2003), Junaedi (1990), Purwanto (1990)
Gambar 2.1. Kerangka Teori Penelitian
2.6. Kerangka Konsep
Berdasarkan kerangka teori yang telah diuraikan, maka kerangka konsep bagi
pengaruh bimbingan penyusunan menu dengan menggunakan metode ceramah dan
metode permainan terhadap pengetahuan ibu adalah sebagai berikut :
Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian
Karateristik :
a. Umur
b. Pendidikan
c. Status pekerjaan
Pengetahuan Ibu Bimbingan :
a. Ceramah
b. Permainan