• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Menyusun Menu - Pengaruh Bimbingan Penyusunan Menu Balita dengan Metode Ceramah dan Permainan terhadap Pengetahuan Ibu di Kecamatan Medan Belawan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Menyusun Menu - Pengaruh Bimbingan Penyusunan Menu Balita dengan Metode Ceramah dan Permainan terhadap Pengetahuan Ibu di Kecamatan Medan Belawan"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Menyusun Menu

Menu berasal dari bahasa Perancis yg berarti kecil/detail. Menu adalah

susunan hidangan yang disajikan pada waktu makan atau daftar hidangan yang

disiapkan untuk disajikan sebagai makanan. Hal-hal yang mendasari penyusunan

menu yaitu nilai gizi, kebiasaan makan, keuangan, tujuan menu disusun, variasi dan

keseimbangan dan penyesuaian dengan iklim. Perencanaan menu dilakukan untuk

beberapa hari atau yang disebut siklus menu, misalnya tujuh hari atau 10 hari.

Penyusunan menu berdasarkan siklus menu berfungsi untuk variasi dan kombinasi

bahan makanan dapat diatur, sehingga menghindari kebosanan, karena terlalu sering

jenis makanan tertentu dihidangkan dan makanan yang disajikan dapat disusun sesuai

dengan kebutuhan gizi seluruh keluarga (Misalnya pada kondisi : sakit, hamil atau

menyusui), serta menu dapat disusun sesuai dengan biaya yang tersedia. Makanan

yang disajikan dapat disusun sesuai dengan kebutuhan gizi seluruh keluarga.

Penyusunan menu makanan balita, selain memperhatikan komposisi zat gizi juga harus memperhatikan variasi menu makanan agar anak tidak bosan. Sebaiknya,

dibuat siklus menu tujuh hari atau 10 hari. Hal ini akan memudahkan ibu untuk

mengatur menu makanan balita. Selain itu, penyajian menu makanan balita juga

harus diperhatikan, karena dapat memengaruhi selera makan anak, baik dari

(2)

menarik. Di dalam menyusun menu, jadwal makan balita juga harus diperhatikan.

Penerapan jadwal makan yang teratur sangat penting.

Sementara itu, membiasakan anak makan sesuai jadwal akan membuat

pencernaannya lebih siap dalam mengeluarkan hormon dan enzim yang dibutuhkan

untuk mencerna makanan yang masuk. Idealnya, pemberian makan balita adalah tiga

kali makan utama yaitu sarapan, makan siang, dan makan malam agar

mempunyai keterampilan makan balita, kemudian ditambah 2 (dua) kali makanan

selingan. Menu dalam seharinya (Depkes RI, 2002) terdiri dari :

Sebab, hal tersebut akan

membuat tubuh anak mengalami penyesuaian, kapan perut harus diisi dan kapan

tidak. Jika disiplin ini sudah tertanam pada diri dan ritme tubuh si anak, ketika jam

makan tiba, mereka tidak akan lagi menolak makan. Sebaliknya, jika jam makan

sesukanya, tidak jarang anak akan malas-malasan mengisi perutnya.

A.

Anak harus dibiasakan sarapan pagi karena penting untuk persediaan energi

dalam melakukan aktivitas sepanjang hari. Apabila orangtua tidak menyempatkan diri

sarapan secara teratur di meja makan, jangan heran jika si anak juga enggan sarapan

pagi. Menu sarapan pagi tidak harus komplit susunan hidangannya (tidak selengkap

hidangan makan siang atau malam). Porsinya pun juga lebih sedikit. Cukup dengan

satu hidangan terpadu untuk menu sarapan pagi, misalnya dengan omelet sayur, mie

(3)

adalah kalorinya telah memenuhi kebutuhan gizi tubuh. Selain itu, buatlah menu

sarapan pagi yang praktis.

B.

Susunan menu makan siang atau malam biasanya lengkap komposisinya.

Terdiri atas makanan pokok, lauk hewani, lauk nabati, sayuran, dan buah. Pengaturan

ini sesuai dengan triguna makanan (susunan makanan seimbang untuk tumbuh

kembang balita yang harus terdiri atas tiga golongan besar bahan makanan). Besarnya

porsi makanan untuk balita harus disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan

makannya.

Menu Makan Siang atau Malam

C.

Anak perlu makanan selingan di sela-sela makanan utamanya. Penting

diketahui, bahwa pemberian makanan selingan adalah untuk melengkapi komposisi

gizi seimbang dalam sehari yang mungkin belum terpenuhi lewat menu makanan

utama. Oleh karena itu, yang ditekankan bukan kandungan kalorinya, tapi zat gizi

lain seperti protein, mineral, dan vitamin. Makanan selingan ini dapat berupa kue,

biskuit, atau jus buah. Menu Makanan Selingan

Ketika menyusun menu sehat untuk balita, maka harus diperhatikan variasi

penyajian masakan, sebab ini akan sangat membantu bayi dan anak tidak bosan dan

akhirnya makan dengan lahap. Bayi sebenarnya tahu dan bisa merasakan kebosanan

terhadap makanan, begitupun makanan yang ia sukai dan tidak. Namun mereka

(4)

perkembangan sel-sel otak bayi dan anak, oleh karena itu makanan yang masuk ke

dalam menu sehat bayi dan anak adalah yang mengandung banyak kalsium untuk

membantu menjaga kekebalan tubuh serta mencegah berkurangnya daya ingat serta

gangguan jantung. Selain itu, makanan yang kaya akan zat besi agar terhindar dari

anemia dan juga terhambatnya perkembangan otak. Perkembangan motorik dan

kecerdasan yang optimal juga harus didukung dengan tercukupinya asupan protein.

Secara garis besar, menu sehat untuk bayi terdiri dari kelompok gandum, kelompok

nabati, kelompok buah-buahan, kelompok susu, kelompok daging serta kelompok

lemak, minyak dan gula. Prinsip dasarnya adalah memilih makanan yang kaya serat

serta rendah lemak dan kalori.

Menyusun menu sehat untuk anak, berbeda dengan bayi yang pada umumnya

masih mau memakan makanan yang diberikan kendati mereka sudah bosan, anak usia

balita terkadang menolak jenis makanan tertentu dan bahkan tidak mau memakannya

sama sekali dengan alasan kurang lezat, kurang manis dan kurang gurih. Untuk

mengatasinya adalah dengan membuat camilan yang bergizi, gurih maupun manis.

Menyusun menu dilakukan sebaiknya memperhatikan keseimbangan seperti

gizi yang dikonsumsi. Keseimbangan zat gizi dapat direncanakan dengan melihat

piramida makanan. Piramida makanan merupakan perencanaan pola makan dengan

gizi seimbang yang disesuaikan dengan kebutuhan tubuh. Prinsip penyajian makanan

(5)

sesuai dengan umur, aktifitas, dan jenis kelamin. Menu makanan bayi dan anak

sebaiknya dibuat berdasarkan piramida makanan.

Menurut Depkes RI (2002), piramida makanan berbentuk segitiga yang

menggambarkan konsep makanan sehat dengan gizi seimbang. Seperti bentuk

piramida, di bagian paling bawah merupakan porsi terbesar yang bisa dimakan bayi

dan anak. Sedangkan bagian atas adalah makanan yang dibutuhkan bayi dan anak

namun dalam porsi sedikit saja. Dengan menyusun menu makanan bayi sesuai

piramida maka nutrisi untuk bayi dapat dengan mudah terpenuhi.

Bagian paling bawah piramida makanan bayi adalah kelompok beras dan

gandum. Dalam hal ini, orangtua bisa memberikan bubur nasi, sereal yang dimasak

maupun roti. Supaya anak tidak bosan dengan makanan yang mengandung kabohidrat

ini maka variasikan jenis makanan. Bisa juga dibuat pasta, beras merah, mie ataupun

havermut. Orangtua perlu meningkatkan tekstur makanan kelompok gandum ini

secara bertahap. Di atas kelompok gandum terdapat kelompok nabati atau sayuran.

Sayuran terbukti kaya nutrisi untuk bayi, pilihlah sayur yang berwarna hijau gelap.

Sayuran seperti brokoli, bayam, wortel sangat baik untuk bayi. Sayuran biasanya

diolah dengan dikukus dan dipotong kecil-kecil.

Piramida makanan bayi yang ketiga adalah jenis buah. Buah kaya akan

vitamin dan mineral yang sangat berguna untuk memenuhi kebutuhan nutrisi untuk

bayi. Buah pisang, apel, pir, tomat sangat baik untuk bayi. Dalam menyajikan buah

(6)

tetap lebih bagus potongan buah segar. Hindari buah kering atau buah yang ada

dalam kaleng karena biasanya mengandung bahan pengawet. Berikutnya adalah

kelompok susu.

Susu sapi segar atau susu bubuk full cream sebaiknya diberikan setelah anak

berusia setahun ke atas. Kelompok susu lainnya adalah keju dan yoghurt yang bisa

diberikan pada bayi mulai usia sembilan bulan. Menu makanan bayi selanjutnya

adalah jenis daging. Daging diperlukan oleh bayi karena mengandung banyak protein.

Daging yang diberikan pada bayi dipotong kecil dan teksturnya empuk, bisa berasal

dari daging sapi, ayam atau kelompok unggas dan ikan. Sebaiknya hindari pemberian

daging yang dimasak dengan santan.

Piramida makanan bayi paling atas adalah jenis lemak, minyak dan gula. Bayi

memang membutuhkan jenis makanan ini namun dalam porsi yang sedikit. Kelebihan

lemak, minyak dan gula bisa menghambat pertumbuhan bayi dan bahkan

menyebabkan obesitas. Sebaiknya bayi diberikan lemak tak jenuh karena lebih baik

daripada lemak jenuh yang bisa meningkatkan kolesterol. Makanan yang

mengandung lemak tak jenuh dan cocok untuk bayi seperti kacang, jagung dan

zaitun. Dengan memberikan makanan berdasarkan piramida makanan bayi, niscaya

nutrisi untuk bayi akan tercukupi. Yang terpenting sebenarnya adalah menghindari

makanan yang tidak baik untuk bayi. Seperti misalnya makanan yang terlalu manis

atau asin, minuman ringan, es krim dan makanan instan. Memvariasikan menu

(7)

Sajikan makanan, susu, sayur, buah dan daging dengan porsi yang sesuai usia bayi

setiap harinya.

Asupan gizi seimbang dari makanan memegang peranan penting dalam proses

pertumbuhan fisik dan kecerdasan anak. Pola makan yang baik dan teratur perlu

diperkenalkan sejak dini, antara lain dengan pengenalan jam-jam makan dan variasi

makanan, sehingga dapat membantu mengkondisikan kebutuhan akan pola makan

sehat pada anak. Pola makan sehat memastikan anak mendapatkan asupan gizi yang

diperlukannya secara utuh dalam satu hari. Seiring dengan pertumbuhan balita, pola

makannya pun akan berubah. Mulai banyak jenis makanan yang dapat dimakan bayi,

namun bukan semua makanan berarti selalu baik untuknya. Beberapa jenis makanan

yang mengandung tepung putih, lemak tinggi, gula, pewarna buatan, bahan kimia,

dan lain-lain tidaklah baik untuk dikonsumsi balita sehari-hari (Almatsier, 2004).

2.2. Peran Gizi dalam Pertumbuhan Balita

Gizi adalah elemen yang terdapat dalam makanan dan dapat dimanfaatkan

secara langsung oleh tubuh seperti halnya karbohidrat, protein, lemak, vitamin,

mineral, dan air. Gizi yang seimbang dibutuhkan oleh tubuh, terlebih pada balita yang

masih dalam masa pertumbuhan. Dimasa tumbuh kembang balita yang berlangsung

secara cepat dibutuhkan makanan dengan kualitas dan kuantitas yang tepat dan

seimbang. Gizi Balita adalah hal paling utama yang harus diperhatikan oleh orang tua

jika ingin tumbuh kembang putra putrinya maksimal. Pemenuhan gizi pada setiap

(8)

pertumbuhan dan perkembangannya. Hal inilah yang seharusnya mendasari setiap

orang tua untuk berusaha agar gizi balitanya terpenuhi semaksimal mungkin.

Beberapa zat gizi penting yang dibutuhkan oleh setiap balita yang sangat

berpengaruh pada tumbuh kembangnya, adalah (Almatsier, 2006) :

Keempat vitamin ini sangat vital bagi pertumbuhan balita Anda. Jadi,

usahakan agar asupan vitamin ini terpenuhi setiap harinya. Seperti kita ketahui,

vitamin A sangat baik untuk penglihatan dan kesehatan kulit balita kita, sedangkan

vitamin D berperan penting dalam meningkatkan penyerapan kalsium serta

membantu pertumbuhan tulang dan gigi anak. Sementara vitamin E memiliki

antioksidan yang membantu pertumbuhan sistem syaraf dan pertumbuhan sel.

Vitamin K membantu pembekuan darah. 1. Vitamin A, D, E dan K

Merupakan mineral yang sangat dibutuhkan oleh balita dalam pembentukan

massa tulangnya. Kalsium sangat penting untuk membentuk tulang yang kuat

sehingga balita Anda terhindar dari patah tulang ketika mulai belajar memanjat dan

aktif bermain. Kebutuhan harian balita akan kalsium umumnya sebesar 500mg/hari.

Sumber makanan dari kalsium antara lain susu, keju, tahu, brokoli, tomat, oatmeal,

kacang-kacangan, dan ikan salmon. 2. Kalsium

(9)

Fungsi dari vitamin B antara lain meningkatkan sistem syaraf dan imun tubuh

balita Anda, meningkatkan pertumbuhan sel, serta mengatur metabolisme tubuh.

Sementara vitamin C berfungsi untuk meningkatkan penyerapan zat besi dalam tubuh

balita serta mencegah sariawan. Sumber makanan yang banyak mengandung vitamin

B antara lain beras merah, pisang, kacang-kacangan, ikan, daging dan telur.

Sementara untuk memenuhi gizi balita Anda dengan vitamin C, Anda dapat

memperolehnya dari tomat, kentang, stroberi serta sayur-sayuran hijau.

Balita sangat membutuhkan zat besi terutama untuk membantu perkembangan

otaknya. Jika kebutuhan gizi balita akan zat besi tidak terpenuhi, kemungkinan ia

akan mengalami kelambanan dalam fungsi kerja otak. Sumber makanan yang

mengandung at besi antara lain daging, ikan, brokoli, telur, bayam, kedelai serta

alpukat. 4. Zat Besi

Kebutuhan gizi balita merupakan hal utama yang perlu diperhatikan dalam

pertumbuhan. Masa-masa tumbuh kembang anak akan sangat berpengaruh dengan

asupan gizi yang ibu berikan. Dalam pertumbuhan yang baik tidak hanya sebatas

fisik, tetapi mental dan intelektualitasnya juga diharapkan dapat berkembang dengan

baik, sehingga menjadi proses pertumbuhan dengan tumbuh kembang yang baik.

Proses tumbuh kembang balita yang optimal adalah di saat pemenuhan kebutuhan

(10)

kebutuhan fisik-biologisnya yaitu mencakup beberapa nutrisi seperti ASI, makanan

pengganti ASI (MPASI), imunisasi, dan kebersihan fisik serta lingkungan.

Balita juga membutuhkan kebutuhan emosi, yaitu seperti kasih sayang, rasa

aman dan nyaman, dihargai, diperhatikan dan didengar keinginan serta pendapatnya.

Dari beberapa faktor tersebut tentunya sangat dibutuhkan balita dalam memiliki

kemandirian dan kecerdasan emosionalnya. Jadi, diharapkan bagi para orangtua

untuk selalu memberikan perhatian dan kasih sayang yang lebih terhadap buat hati.

Kebutuhan pokok lain yang tidak kalah penting adalah kebutuhan stimulasi.

Kebutuhan stimulasi in mencakup bermain yang dapat merangsang semua indranya,

mengasah motorik halus dan kasar, melatih ketrampilan berkomunikasi, berpikir,

serta berkreasi. Dari beberapa stimulasi yang dibutuhkan, sangat penting untung

menunjang kecerdasan balita (multiple intelligences). Oleh karena itu, penting diperhatikan bagi orangtua untuk memberikan segala kebutuhan stimulasi tersbut

sejak dini.

Ketiga kebutuhan pokok di atas menjadi hal penting dalam menunjang segala

kebutuhan balita dalam tumbuh kembang. Dan karenanya sangat dibutuhkan ketiga

kebutuhan gizi balita agar terpenuhi pencapaian perkembangan otak serta

pertumbuhan anak yang optimal. Jika dari beberapa kebutuhan gizi saja tidak

terpenuhi, maka secara fisik-biologiss anak akan mudah sakit dan perkembangan

(11)

kecerdasan emosi balita relatif rendah. Begitu juga dengan kebutuhan stimulasi dalam

bermain.

Pada pertumbuhan balita sangatlah penting untuk diberikan asupan gizi yang

tepat dan seimbang, karena di masa inilah yang dapat menentukan dan mempengaruhi

perkembangan anak di tahap selanjutnya sehingga anak dapat bertumbuh secara

optimal dan sehat. Pada balita tiga tahun, pertumbuhan dan perkembangan akan

mempengaruhi sel-sel otak dalam membangun jaringan saraf agar lebih kompleks.

Bila kebutuhan gizi balita telah terpenuhi, maka akan mempengaruhi kinerja

otak secara baik. Ini juga akan mempengaruhi kemampuan belajar berjalannya,

mengenal huruf, hingga kemampuan berinteraksi/bersosialisasi. Pada hubungan ini

adanya pengaruh jumlah dan pengaturan hubungan antar sel saraf. Dan pada

perkembangan berikutnya akan berlanjut pada kemampuan bicara dan bahasa,

kreatifitas, kesadaran sosial, emosional serta intelegensi yang berkembang secara

cepat sesuai dengan asupan yag diberikan secara tepat.

Asupan gizi balita yang tepat adalah makanan yang sehat dan bervariasi.

Berikan komposisi makanan yang seimbang pada pada setiap kandungan gizi

masing-masing makanannya seperti, 55-67% karbohidrat, 20-30% lemak, dan 13-15 protein.

Hal ini agar memenuhi gizi balita dalam perkembangan kecerdasan dan pertumbuhan

secara optimal. Gizi balita ini bisa diperoleh dari nasi (3-4 porsi) atau bisa diganti

dengan bihun dan roti yang bisa menjadi sumber tenaga. Sedangkan, untuk sumber

(12)

seperti vitamin dan mineral yang terdiri dari sayur dan buah (2-3 porsi). Agar gizi

balita lebih lengkap dan sempurna, maka tidak lupa untuk tetap memberikan susu

sebagai sumber tenaga yang mengandung berbagai komponen penting.

2.3. Dampak Kekurangan Gizi pada Balita

Gizi merupakan salah satu unsur penting yang harus dicukupi bagi tubuh. Gizi

memiliki peranan penting bagi pertumbuhan anak dan perkembangan otak anak.

Sebagai orang tua harus mengetahui segala kebutuhan gizi yang diperlukan anak agar

anak terhindar dari kekurangan gizi. Selain harus mengerti mengenai gizi yang baik

seperi apa, orang tua harus mengerti tentang bagaimana gejala jika anak kurang gizi,

sehingga orang tua mampu memperbaiki asupan gizi anak. Balita kurang gizi tentu

menjadi hal yang sangat memprihatinkan karena seharusnya usia balita merupakan

masa yang penting untuk tumbuh dan berkembang. Balita kurang gizi akan

mengalami hambatan dalam pertumbuhan fisik, otak dan juga psikologisnya.

Kurangnya gizi pada balita awalnya ditandai dengan fisik yang terlihat kurus,

anak memiliki berat badan di bawah rata-rata pada usia yang seharusnya. Balita

kurang gizi mengalami kesulitan atau bahkan tidak mengalami kenaikan berat badan

selama 3 bulan berturut-turut. Sebenarnya tidak hanya berat badan saja yang menjadi

indikator utama kekurangan gizi pada Balita. Ukuran tinggi badan, lingkar lengan dan

lingkar kepala bisa menjadi indikator pelengkap. Balita yang mengalami kekurangan

gizi juga mudah terkena penyakit. Oleh sebab itu, jika balita sering sekali sakit seperti

(13)

Balita yang mengalami kekurangan gizi umumnya memiliki mata yang

cekung, rambut bayi tipis, mudah untuk dicabut dan umumnya berwarna kemerahan.

Secara psikologis, Balita yang kurang gizi cenderung menjadi pendiam dan tidak

aktif. Kekurangan gizi pada Balita Indonesia umumnya karena kekurangan energi

protein. Ciri-ciri bayi yang mengalami kekurangan energi atau kalori (sering disebut

dengan marasmus) antara lain bayi sangat kurus, bagian pantatnya keriput dan bagian

perutnya cekung. Selain itu, kulit di tubuhnya kering dan keriput. Bayi kurang gizi ini

mudah sekali rewel. Sedangkan ciri-ciri bayi yang kekurangan protein (kwashiorkor)

adalah bayi yang mengalami kebengkakan di tubuhnya. Bagian utama yang terlihat

bengkak adalah kaki dan punggung. Sementara ototnya mengalami pengecilan yang

bisa terlihat saat sedang duduk atau berdiri. Wajah bayi kurang gizi ini bulat seperti

bulan purnama dan tampak keriput. Organ penglihatan mata tampak sayu. Selain itu

di kulitnya muncul bercak yang berwarna merah muda dan kelamaan menjadi

kehitaman. Sama seperti bayi kurang gizi lainnya, bayi mudah sekali rewel dan sering

menangis.

2.4. Bimbingan Penyusunan Menu

Bimbingan merupakan sarana yang dirancang untuk memperbaiki kinerja dan

perilaku seseorang, baik secara formal maupun informal. Melalui bimbingan

diharapkan adanya peningkatan, kemampuan dan perilaku yang mampu

(14)

Komponen utama dalam bimbingan beradasarkan kompetensi adalah

penggunaan bimbingan, dimana para fasilitator memberikan ketrampilan atau

aktivitas terlebih dahulu, kemudian memberikan demonstrasi dengan menggunakan

alat ajar seperti slide atau modul.

Menurut Besty (1997), bimbingan merupakan suatu proses dalam membantu

sesorang mengerti tentang keadaan diri dan lingkungan. Selain itu membantu

sesorang dalam berinteraksi dalam membangun kebiasaan yang baik termasuk

kebiasaan makan sehingga menjadi sehat dan produktif. Bimbingan biasanya tidak

memakan waktu yang lama. Bimbingan dapat mendorong sesorang untuk lebih

mempunyai motivasi belajar sebab diri mempunyai tambahan pengetahuan akibat

proses bimbingan.

2.4.1. Bimbingan Sebagai Proses Perubahan Pengetahuan

Proses perubahan perilaku akan menyangkut aspek pengetahuan, keterampilan

dan sikap mental, sehingga mereka tahu, mau dan mampu melaksanakan perubahan

perubahan dalam kehidupannya demi tercapainya perbaikan kesejahteraan keluarga

yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan. Titik berat bimbingan atau

penyuluhan sebagai proses perubahan perilaku adalah penyuluhan yang

berkesinambungan. Dalam proses perubahan perilaku dituntut agar sasaran berubah

tidak semata-mata karena adanya penambahan pengetahuan saja, namun diharapkan

juga adanya perubahan pada keterampilan sekaligus sikap mantap yang menjurus

(15)

Bimbingan sebagai proses perubahan perilaku yang tidak mudah, hal ini

menuntut suatu persiapan yang panjang dan pengetahuan yang memadai bagi

penyuluh maupun sasarannya. Penyuluh sebagai proses perubahan perilaku, selain

membutuhkan waktu yang relatif lama juga membutuhkan perencanaan yang matang,

terarah dan berkesinambungan (Lucie, 2005). Menurut Notoatmodjo (2003) untuk

merubah perilaku, seseorang harus mengikuti tahap-tahap proses perubahan :

pengetahuan (knowledge), sikap (attitude), dan praktek (practice). Dalam hal ini penyuluhan berperan sebagai salah satu metode penambahan dan peningkatan

pengetahuan seseorang sebagai tahap awal terjadinya perubahan perilaku.

Bimbingan dapat dilakukan dengan menggunakan metode pendidikan

individual (perorangan) dengan bentuk pendekatan penyuluhan ataupun konseling

Dengan cara ini komunikasi antara sasaran bimbingan dengan peneliti lebih intensif.

Setiap masalah yang dihadapi oleh individu dapat dibantu penyelesainnya, sehingga

individu dengan sukarela, berdasarkan kesadaran, dan penuh pengertian akan

menerima perilaku yang disarankan atau mengubah perilaku (Notoatmodjo, 2007).

Selain itu bimbingan dapat dilaksanakan dengan pendekatan asuhan gizi individu dan

(16)

Pendekatan individu dilakukan terhadap sasaran yang tergolong gizi kurang.

Proses metode bimbingan dilakukan melalui tiga tahap (Susanti, 2010) :

a. Bimbingan intensif.

Tahap ini dilakukan pendampingan intensif oleh peneliti guna membantu ibu

menerapkan praktek asuhan gizi bagi anak dan keluarganya. Diharapkan dapat

mengajarkan ibu tentang cara pengolahan makanan anak dengan metode

konsultasi.

b. Penguatan

Tahap ini dilaksanakan selama satu minggu yaitu hari ke 8 – 14 (minggu kedua).

Pada tahap ini, sasaran tidak dikunjungi setiap hari, namun hanya dua kali

seminggu. Tujuannya adalah untuk memberikan penguatan atas apa yang

dilakukan ibu. Bagi ibu yang kurang mampu mengikuti instruksi di anjurkan

untuk didekati secara pesuasif agar mampu melakukan praktek secara sederhana.

c. Praktek mandiri

Setelah melakukan penguatan melalui pengukuran pengetahuan, ibu atau

pengasuh anak diberikan kesempatan dua minggu (hari ke 15 sampai ke 28)

untuk mempraktekan secara mandiri terhadap instruksi bimbingan yang telah

diberikan. Pada tahap ini, sasaran tidak lagi dikunjungi kecuali pada hari ke 28,

dimana peneliti akan melakukan penelitian terhadap output bimbingan. Output

yang akan dinilai pada akhir sesi ini adalah kenaikan berat badan anak dan

(17)

Transfer pengetahuan gizi dapat dilakukan melalui prose penyuluhan atau

konsleing gizi. Menurut Dewanti, Mahar dan Fajar (2013), penyuluhan merupakan

pendekatan edukatif yang diartikan sebagai rangkaian kegiatan yang dilakukan secara

sistematik, terencana, terarah dengan serta aktif individu maupun kelompok

masyarakat untuk memecahkan masalah masyarakat dengan faktor sosial, ekonomi

dan budaya setempat. Sedangkan menurut Pedoman Gizi Rumah Sakit (1991),

konsultasi gizi merupakan serangkaian proses belajar untuk mengembangkan

pengertian (pengetahuan) dan sikap positif terhadap makanan agar penderita dapat

membentuk dan memiliki kebiasaan makan yang baik dalam hidup sehari-hari.

2.4.2. Penerapan Metode Ceramah dalam Bimbingan Penyusunan Menu

Ceramah adalah pidato oleh seseorang di hadapan banyak pendengar

mengenai suatu hal, pengetahuan dan sebagainya (Departemen Pendidikan Nasional,

2005). Dalam Soekidjo Notoatmodjo (2005), metode ceramah baik digunakan untuk

sasaran yang berpendidikan tinggi maupun rendah. Menurutnya, hal-hal yang perlu

diperhatikan dalam menggunakan metode ceramah adalah: (1) ceramah akan berhasil

apabila penceramah menguasai materi sehingga penceramah harus mempersiapkan

diri; (2) mempelajari materi dengan sistematika yang baik; (3) mempersiapkan alat

bantu pengajaran. Pada hakekatnya, ceramah merupakan proses transfer informasi.

Hal yang harus diperhatikan dalam transfer informasi adalah pengajar, materi

pengajaran dan sasaran belajar. Namun, menurut Muhibbin Syah (2008), ceramah

(18)

mengandung unsur paksaan; (3) menghambat daya kritis pada sasaran. Meskipun

demikian, setidaknya ceramah memiliki keunggulan dapat dipakai untuk memberi

pengantar pada pelajaran atau suatu kegiatan (Uha Suliha, 2001). Pengantar tersebut

diharapkan dapat menjadi gambaran awal pada sasaran. Menurut Gilstrap dan Martin

(dalam Setyawan, 2011) ceramah berasal dari bahasa latin yaitu Lecturu, Legu

(Legree, Lectus) yang berati membaca kemudian diartikan secara umum dengan mengajar sebagai akibat dari guru menyampaikan pelajaran dengan membaca dari

buku dan mendiktekan pelajaran dengan penggunaan buku.

Penerapan metode ceramah merupakan cara mengajar yang paling tradisional

dan tidak asing lagi dan telah lama dijalankan dalam sejarah pendidikan. Cara ini

kadang membosankan, maka dalam pelaksanaannya memerlukan ketrampilan

tertentu, agar penyajiannya tidak membosankan dan dapat menarik perhatian sasaran.

Namun masih diakui bahwa metode ceramah ini tetap penting dengan tujuan, agar

sasaran mendapatkan informasi tentang suatu pokok atau persoalan tertentu.

Kelebihan dan Kelemahan Metode Ceramah

Setiap metode pembelajaran pasti memiliki kelebihan maupun kelemahan.

Adapun kelebihan yang diperoleh dari penggunaan metode ceramah adalah:

1. Suasana kelas berjalan dengan tenang, karena sasaran melakukan aktivitas

yang sama, sehingga pemberi ceramah dapat mengawasi sasaran sekaligus

(19)

2. Tidak membutuhkan tenaga yang banyak dan waktu yang lama, dengan waktu

yang cukup singkat sasaran dapat menerima pelajaran sekaligus secara

bersama.

3. Pelajaran bisa dilaksanakan dengan cepat, karena dalam waktu yang sedikit

dapat diuraikan bahan yang banyak.

4. Melatih sasaran untuk menggunakan pendengarannya dengan baik sehingga

mereka dapat menangkap dan menyimpulkan isi ceramah dengan cepat dan

tepat.

Kekurangan Metode Ceramah ini adalah :

1. Interaksi cenderung bersifat Centred (berpusat pada sipemberi ceramah)

2. Pemberi ceramah kurang dapat mengetahui dengan pasti sejauh mana sasaran

telah menguasai bahan ceramah.

3. Mungkin saja sasaran memperoleh konsep-konsep lain yang berbeda dengan

apa yang dimaksudkan oleh pemberi ceramah.

4. Sasaran kurang menangkap apa yang dimaksud oleh pemberi ceramah, jika

ceramah berisi ceramah-ceramah yang kurang atau tidak dimengerti oleh

sasaran dan akhirnya mengarah verbalisme.

Untuk itu usaha-usaha yang harus dilaksanakan untuk mengatasi kelemahan

metode ceramah adalah:

1. Meberi penjelasan dengan memberikan keterangan-keterangan, dengan

(20)

2. Susunlah ceramah itu secara sistematis

3. Penggunaan alat-alat pelajaran visual untuk mepelajari penyajian

seperti:Papan tulis dan alat-alat teknis papan tulis, alat pelajaran dua dimensi: Grafik, bagan dan lain-lainnya, alat pengajaran tiga dimensi: model,

gambar-bambardan alat-alat pelajaran visual.

2.4.3. Penerapan Metode Permainan dalam Bimbingan Penyusunan Menu

Games (permainan) adalah suatu kontes antara para pemain yang berinteraksi

antara satu sama lain dengan mengikuti aturan-aturan tertentu untuk mencapai tujuan

tertentu (Sadiman, 2007). Metode permainan diterapkan karena sesuai dengan

karateristik sasaran. Sadiman (2007) menyatakan bahwa permainan mempunyai

empat komponen, yaitu: (1) adanya pemain; (2) adanya lingkungan tempat

berinteraksi; (3) adanya aturan-aturan main; 4) adanya tujuan yang ingin dicapai.

Permainan merupakan suatu aktivitas untuk memperoleh suatu keterampilan

tertentu dengan cara menggembirakan. Apabila ketermpilan yang diperoleh dalam

permainan itu berupa keterampilan bahasa tertentu, permainan tersebut dinamakan

permainan bahasa. Belajar dengan bermain adalah kegiatan terpadu antara belajar dan

bermain yang diintegrasikaan dalam sebuah materi pelajaran. Tindakan ini

merupakan uapaya menciptakan kegiatan pembelajarn yang menyenangkan, dengan

tujuan akhir mencapai pembelajaran yang sehat dan pemerolehan mutu yang optimal.

(21)

Menurut Soepamo (1998) ada empat faktor yang menentukan keberhasilan

permainan yaitu:

1. Situasi dan kondisi,

2. Peraturan permainan,

3. Pemain, dan

4. Pemimpin permainan.

Prinsip-prinsip permainan yang dikembangkan oleh beberapa pakar (Hadfield,

1999) sebagai berikut :

1. Permainan yang dikembangkan hendaknya permainan yang terkait langsung

dengan konteks keseharian peserta didik.

2. Permainan diterapkan untuk merangsang daya pikir, mengakses informasi dan

menciptakan makna-makna baru,

3. Permainan yang dikebangkan haruslah menyenangkan dan mengasyikan bagi

peserta didik,

4. Permainan dilaksanakan dengan landasan kebebasan menjalin kerja sama

dengan peserta didik lain,

5. Permainan hendaknya menantang dan mengandung unsur kompetisi yang

memungkinkan peserta didik semakin termotivasi menjalani proses tersebut,

6. Penekanan permainan linguistic pada akuransi isinya, sedangkan permainan

(22)

7. Permainan dapat dipergunakan untuk semua tingkatan dan berbagai

keterampilan berbahasa sekaligus.

2.4.4. Pengaruh Pendidikan Gizi terhadap Perubahan Perilaku

Penelitian yang dilakukan Mulyaty (2004), dalam jurnal gizi klinik Indonesia

tahun 2004 dengan judul pengaruh pendidikan gizi kepada ibu terhadap konsumsi

makanan dan status gizi anak balita penderita TBC primer di rawat jalan RSUP Dr

Karyadi Semarang menunjukkan ada perbedaan yang bermakna antara kelompok

perlakuan dan kelompok kontrol terhadap perubahan status gizi anak balita

berdasarkan berat badan dibanding umur dan berat badan dibanding tinggi badan.

Nurhalinah (2006), dalam penelitiannya dengan judul Pengaruh pendidikan kesehatan

tentang gizi balita terhadap kemampuan ibu dalam memberikan asupan gizi balita di

Kecamatan Indralaya Kabupaten Ogan Ilir menunjukkan perbedaan bermakna

peningkatan kemampuan ibu memberikan asupan gizi balita antara ke lompok

intervensi dan kelompok kontrol dengan p=0,0000.

Ayu (2008) dalam penelitiannya yang berjudul pengaruh program

pendampingan gizi terhadap pola asuh, kejadian infeksi dan status gizi balita kurang

energi protein menyatakan ada peningkatan skor pengetahuan gizi ibu dari 47,80%

menjadi 73,30% (p=0,001) dan skor pola asuh (praktek makan anak,praktek

pengobatan anak, praktek kebersihan anak) meningkat dari 69,42% menjadi 81,05%,

dan terjadi penurunan balita gizi kurang dari 72,50% menjadi 38,20%. Hal ini sejalan

(23)

untuk meningkatkan pengetahuan gizi sehingga menghasilkan perilaku gizi yang

lebih baik sehingga ada perbedaan pengetahuan antara dua kelompok penelitian.

Menurut Notoatmojo (2007), bahwa pendidikan kesehatan dapat

meningkatkan pengetahuan masyarakat dalam waktu yang pendek. Penelitian Suraya

(2011) tentang pengaruh penyuluhan dengan metode ceramah dapat meningkatkan

sikap baik dari 4,7% sebelum penyuluhan menjadi 98,4% setelah dilakukan

penyuluhan pada ibu balita usia 6 – 24 bulan. Sejalan dengan itu, penelitian yang

dilakukan oleh Emilia (2009), mengenai pengaruh penyuluhan terhadap sikap ibu

hamil secara signifikan dapat meningkatkan sikap ibu terhadap pemberian asi

eksklusif. Hal ini sejalan dengan penelitian Nurhalinah (2006), tentang pengaruh

pendidikan kesehatan tentang gizi balita terhadap kemampuan ibu dalam memberikan

asupan gizi balita yang menunjukkan perbedaan peningkatan asupan yang bermakna

antara kelompok penelitian (p = 0,0001).

Menurut Azwar (2009), pandangan umum antara sikap dan perilaku

mengatakan bahwa sikap verbal merupakan petunjuk yang cukup akurat untuk

memprediksikan perilaku seseorang. Perseption yaitu mengenal dan memilih

berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan

indikator praktik perilaku tingkat pertama (Notoatmojo, 2007). Penelitian ini juga

searah dengan hasil penelitian Mulyati (2004), bahwa pendidikan gizi pada ibu dapat

mengubah pengetahuan gizi dan sikap ibu, yang akhirnya dapat merubah perilaku ibu

(24)

sejalan dengan hasil penelitian Ayu (2008), tentang pengaruh pendampingan gizi

dapat meningkatkan rata-rata pengetahuan gizi sebesar 29,94 poin. Menurut

Notoatmojo (2007), bahwa pendidikan kesehatan dapat meningkatkan pengetahuan

masyarakat dalam waktu yang pendek.

2.4.5. Pengetahuan Gizi

Menyusun dan menilai hidangan merupakan pengetahuan dan keterampilan

dasar yang diperlukan oleh semua orang, terutama mereka yang bertanggung jawab

atas pengurusan dan penyediaan makanan (Sediaoetama, 2008).Tingkat pengetahuan

akan mempengaruhi seseorang dalam memilih makanan. Untuk masyarakat yang

berpendidikan dan cukup pengetahuan tentang gizi, pertimbangan fisiologis lebih

menonjol dibandingkan dengan kebutuhan kepuasan fisikis. Tetapi umumnya akan

terjadi kompromi antara keduanya, sehingga akan menyediakan makanan yang lezat

dan bergizi seimbang. Tinggi rendahnya pengetahuan ibu merupakan faktor penting,

karena mempengaruhi kemampuan ibu dalam mengelola sumber daya yang ada untuk

mendapatkan bahan makanan (Sediaoetama, 2008).

Semakin tinggi tingkat pengetahuan keluarga, terdapat kemungkinan semakin

baik tingkat ketahanan pangan keluarga (Sediaoetama, 2008). Pengetahuan adalah

segala sesuatu yang diketahui sesudah melihat atau menyaksikan, mengalami atau

diajar. Jadi pengetahuan adalah apa yang telah diketahui dan mampu diingat oleh

setiap orang setelah melihat sejak ia lahir sampai dewasa. Hal ini merupakan tingkat

(25)

Pengetahuan gizi merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi

jumlah dan jenis makanan yang dikonsumsi seseorang. Pengetahuan gizi dapat

membantu seseorang untuk menggunakan pangan dengan baik. Namun demikian

kesalahan konsepsi tentang kebutuhan pangan dan nilai pangan adalah hal yang

umum terjadi. Kurangnya pengetahuan tentang gizi atau kurangnya kemampuan

untuk menerapkan pengetahuan gizi dan pangan dalam kehidupan sehari-hari dapat

menyebabkan gangguan gizi (Suhardjo, 2008).

Dalam hal pola makan dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya

pengetahuan gizi ibu. Menurut Sapoetra (1997) menjelaskan bila pengetahuan tentang

bahan makanan yang masih kurang maka pemberian makanan untuk keluarga biasa

dipilih bahan-bahan makanan yang hanya dapat mengenyangkan perut saja tampa

memikirkan apakah makanan itu bergizi atau tidak, sehingga kebutuhan energi dan

gizi masyarakat dan anggota keluarga tidak tercukupi.

Pendidikan ibu sangat penting dalam penyediaan makanan bagi anak

balitanya, pengethuan yang diperoleh baik formal maupun non formal sangat

menentukan untuk ditetapkan dalam hal pemilihan dan penentuan jenis makanan

(26)

2.5. Kerangka Teori

Menurut Notoatmodjo (1995), pendidikan sangat berpengaruh terhadap

pengetahuannya, sehingga diperlukan tambahan pengetahuan, melalui kursus ulang,

bimbingan dan penyuluhan dilapangan. Sedangkan pengetahuan seseorang sangat

dipengaruhi oleh adanya pengalaman dan juga informasi dari orang lain, buku dan

media massa (WHO, 1992).

Menurut Junaedi (1990), bahwa bimbingan/penyuluhan akan berpengaruh

terhadap peningkatan dan pengetahuan dan ketrampilan, hal ini dipengaruhi adanya

pelatihan. Sedangkan pendapat Siagian (1999), menjelaskan secara operasional

pelatihan sebagai salah satu metode pendidikan khusus untuk meningkatkan

pengetahuan, sikap dan praktek masyarakat dalam memlihara dan meningkatkan

kesehatan mereka sendiri. Sedangkan menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan

seseorang sangat dipengaruhi oleh faktor pendidikan, pekerjaan, pengalaman dan

informasi yang diterima oleh seseorang yang berupa pesan-pesan kesehatan melalui

media cetak atau eletronik.

Sesuatu yang dipelajari akan mebentuk pengetahuan, seringkali pegetahuan

tersbut terlupakan. Ada beberapa sebab seseorang yang telah memperoleh

pengalaman tetapi sulit diingat, menurut Purwanto (1990) sesorang cenderung lupa

karena tergantung pada sesuatu yang diamati, situasi dan proses pengamatan

(27)

Sumber :Notoatmodjo (2003), Junaedi (1990), Purwanto (1990)

Gambar 2.1. Kerangka Teori Penelitian

(28)

2.6. Kerangka Konsep

Berdasarkan kerangka teori yang telah diuraikan, maka kerangka konsep bagi

pengaruh bimbingan penyusunan menu dengan menggunakan metode ceramah dan

metode permainan terhadap pengetahuan ibu adalah sebagai berikut :

Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian

Karateristik :

a. Umur

b. Pendidikan

c. Status pekerjaan

Pengetahuan Ibu Bimbingan :

a. Ceramah

b. Permainan

Gambar

Gambar 2.1.  Kerangka Teori Penelitian
Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Terbilang : ( Dua Puluh Tiga Juta Lima Puluh Ribu Rupiah). Demikian disampaikan untuk dapat dimaklumi

Penulisan bilangan yang menunjukkan jumlah memakai titik sedangkan pada pilihan C harusnya tahun ajaran... Seharusnya kemarikan

Apabila Saudara tidak hadir sesuai jadwal tersebut di atas, maka Pokja Pengadaan berkesimpulan Saudara menerima hasil evaluasi/kesimpulan akhir terhadap penawaran yang saudara

DO

Dalam rangka penataan pegawai berbasis kompetensi, Kemendikbud telah menyusun konsep standar kompetensi teknis ASN di bidang pendidikan dan bidang kebudayaan yang

Manusia sebagai ciptaan Tuhan memiliki kaidah yang sepatutnya dipatuhi oleh dirinya sendiri dalam melakukan tindakan, ataupun perbuatan. Berikut ini adalah data-data

Yang dimaksud dari penelitian ini adalah peneliti berupaya untuk menjelaskan kreativitas guru PAI dalam menggunakan metode pembelajaran untuk meningkatkan minat

Data yang dibutuhkan yaitu sekitar kurikulum yang digunakan, materi sebelumnya, media pembelajaran, kendala, kemampuan siswa pada pembelajaran seni tari (khususnya