• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN

KERANGKA PEMIKIRAN

Tinjauan Pustaka

Istilah penyuluhan telah dikenal secara luas dan diterima oleh mereka yang

bekerja di dalam organisasi pemberi jasa penyuluhan, tetapi tidak demikian halnya

bagi masyarakat luas. Menurut Van den Ban dan Hawkins (1999) istilah

penyuluhan dalam bahasa Belanda digunakan kata voorlichting yang berarti

memberi penerangan untuk menolong seseorang menemukan jalannya. Istilah ini

digunakan pada masa kolonial bagi negara-negara jajahan Belanda, walaupun

sebenarnya penyuluhan diperlukan oleh kedua belah pihak.

Namun, Jahi (Mardikanto, 1993) menyebutkan istilah penyuluhan pada

dasarnya diturunkan dari kata “Extension” yang dipakai secara meluas di banyak

kalangan. Extension itu sendiri, dalam bahasa aslinya dapat diartikan sebagai

perluasan atau penyebarluasan. Proses penyebarluasan yang dimaksud adalah

proses peyebarluasan informasi yang berkaitan dengan upaya perbaikan

cara-cara bertani dan berusahatani demi tercapainya peningkatan produktivitas,

pendapatan petani, dan perbaikan kesejahteraan keluarga atau masyarakat yang

diupayakan melalui kegiatan pembangunan pertanian.

Penyuluh pertanian adalah orang yang memberikan dorongan kepada para

petani agar mau mengubah cara berfikirnya dan cara hidupnya yang lama dengan

cara yang baru melalui proses penyebaran informasi seperti pelatihan, kursus,

kunjungan yang berkaitan dengan perubahan dan perbaikan cara-cara

berusahatani, usaha peningkatan prodiktivitas pendapatan petani serta perbaikan

(2)

penyuluh tidak cukup hanya dengan memenuhi persyaratan keterampilan, sikap

dan pengetahuan saja, tetapi keadaan atau latar belakang sosial budaya (bahasa,

agama, kebiasaan-kebiasaan) seringkali justru lebih banyak menentukan

keberhasilan penyuluh yang dilaksanakan. Karena itu penyuluh yang baik sejauh

mungkin harus memiliki latar belakang sosial budaya yang sesuai dengan keadaan

sosial budaya masyarakat sasarannya (Mardikanto, 1993).

Seorang penyuluh dapat membantu petani dalam usaha mereka

meningkatkan produksi dan mutu hasil produksi guna meningkatkan

kesejahteraan mereka. Oleh karena itu penyuluh mempunyai banyak peran antara

lain sebagai pembimbing petani, organisator, dinamisator, pelatih, teknisi, dan

jembatan penghubung antara keluarga petani dan instansi penelitian dibidang

pertanian (Kartono, 2008).

Pentingnya penyuluhan pembangunan juga diawali oleh kesadaran akan

adanya kebutuhan manusia untuk mengembangkan dirinya agar lebih mampu

meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Karena itu, kegiatan penyuluhan

pembangunan terus menerus dikembangkan dalam rangka menggerakkan

kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan agar mereka

memiliki kemampuan menolong dirinya sendiri untuk mencapai tujuan perbaikan

mutu hidup dan kesejahteraan yang dicita-citakan (Mardikanto, 1993).

Secara garis besarnya, yang menjadi titik-tolak dari penyuluhan pertanian

dapat digolongkan kedalam tiga bagian. Pertama adalah penyuluhan pertanian

sebagai aspek pendidikan, kedua adalah penyuluhan pertanian sebagai proses

yang demokrasi dan ketiga adalah penyuluhan pertanian sebagai proses yang terus

(3)

Kartasapoetra, A.G. (1987) mengemukakan bahwa dengan adanya

penyuluhan-penyuluhan itu mereka dapat menolong diri masing-masing (self

help), yang didasari semangat gotong royong yang lama telah mendarah daging

pada mereka, sanggup secara bersama-sama dengan penuh toleransi memecahkan

persoalan-persoalan tersebut sesungguhnya karena adanya keinginan dan

kebutuhan.

a. Keinginan, bahwa setiap petani dan keluarganya ingin meningkatkan

produksi dalam usahataninya untuk mendapatkan income yang

sebesar-besarnya, mereka ingin hidup sejahtera.

b. Kebutuhan, mereka sadar bahwa peningkatan produksi, pendapatan dan

kesejahteraan hanya akan tercapai apabila mereka mengubah cara-cara

usahataninya, mereka butuh cara-cara atau teknologi baru.

Tujuan yang sebenarnya dari penyuluhan pertanian adalah terjadinya

pe-rubahan perilaku sasarannya. Sejalan dengan hal ini Syahyuti et al. (1999)

menyebutkan tujuan yang ingin dicapai penyuluhan pertanian adalah

mengembangkan kemampuan petani secara bertahap agar memiliki tingkat

pengetahuan yang semakin meningkat, perbendaharaan informasi yang memadai

dan kemampuan mengaplikasikan teknologi yang dibutuhkan sehingga akhirnya

mampu memecahkan masalah serta mengambil keputusan yang terbaik untuk

usahataninya. Jadi, penyuluhan pertanian bukan sekedar menyampaikan informasi

kepada petani lalu berhenti, tetapi berlanjut sampai pada dampaknya yang ada

efek perbaikan langsung yang menguntungkan.

Peran penyuluh yaitu membantu petani untuk memecahkan

(4)

petani dapat menjadi lebih baik. Penyuluh juga memiliki peran untuk

menyampaikan program-program pemerintah dan menyampaikan teknologi baru

dalam peni ngkatan produksi pada bidang pertanian. Program memiliki peran

yang penting dalam suksesnya penyuluhan (Padmowihardjo S, 1999).

Menurut Van den Ban dan Hawkins (1999) peran utama penyuluhan pada

masa lalu dipandang sebagai alih teknologi dari peneliti ke petani. Sekarang

peranan penyuluhan lebih dipandang sebagai proses membantu petani untuk

mengambil keputusan sendiri dengan cara menambah pilihan bagi mereka, dan

dengan cara menolong mereka mengembangkan wawasan mengenai konsekuensi

dari masing-masing pilihan itu.

Secara rinci, Samsudin (1994) membagi peranan penyuluhan pertanian

menjadi: (1) menyebarkan ilmu dan teknologi pertanian, (2) membantu petani

dalam berbagai kegiatan usahatani, (3) membantu dalam rangka usaha

meningkatkan pendapatan petani, (4) membantu petani untuk menambah

kesejahteraan keluarganya, (5) mengusahakan suatu perangsang agar petani lebih

aktif, (6) menjaga dan mengusahakan iklim sosial yang harmonis, agar petani

dapat dengan aman menjalankan kegiatan usahataninya, (7) mengumpulkan

masalah-masalah dalam masyarakat tani untuk bahan penyusunan program

penyuluhan pertanian.

Menurut Kementerian pertanian Badan pengembangan sumber daya

manusia Pertanian Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP) dalam

menetapkan keberhasilan seorang penyuluh pertanian digunakan 9 (sembilan)

tolak ukur keberhasilan seperti berikut :

(5)

b. Tersusunya rencana kerja tahunan penyuluh pertanian

c. Tersusunnya data peta wilayah untuk pengembangan teknologi spesifik lokasi

d. Terdesiminasinya teknologi pertanian secara merata.

e. Tumbuh kembangnya keberdayaan dan kemandirian petani dan pelaku usaha

f. Terwujudnya kemitraan usaha petani dan pelaku usaha yang menguntungkan

g. Terwujudnya akses petani dan pelaku usaha kelembaga keuangan, informasi

dan sarana produksi.

h. Meningkatnya produktivitas agribisnis komoditas unggulan diwilayahnya.

i. Meningkatnya pendapatan dan kesejahteraan pelaku utama.

Landasan Teori Kinerja

Kinerja adalah catatan tentang hasil-hasil yang diperoleh dari

fungsi-fungsi pekerjaan tertentu atau kegiatan selama kurun waktu tertentu.

Teori Kinerja

As’ad (2003) mengemukakan teori atribusi atau Expectancy Theory

bahwa kinerja merupakan hasil interaksi antara motivasi dan ability, yang

dirumuskan dengan formula sebagai berikut: P(Performance) merupakan fungsi

M(Motivation) dan A(Ability) yang dapat ditulis sebagai rumus: P = f (M x A).

Berdasarkan teori diatas maka seseorang tenaga penyuluh pertanian yang rendah

dalam salah satu komponennya maka kinerjanya akan rendah pula, dengan

demikian dapat pula diartikan bahwa tenaga penyuluh pertanian yang kinerjanya

rendah, maka hal tersebut dapat merupakan hasil dari motivasinya yang rendah

atau kemampuannya yang kurang atau kedua-duanya yaitu motivasi dan

(6)

Tugas Pokok Penyuluh Pertanian

a. Melakukan kegiatan persiapan penyuluhan pertanian,perikanan dan kehutanan.

b. Melaksanaan penyuluhan , evaluasi dan pelaporan serta pengembangan

penyuluhan

Fungsi Penyuluh Pertanian

a. Memfasilitasi Proses Pembelajaran Pelaku Utama Dan Pelaku Usaha;

b. Mengupayakan Kemudahan Akses Pelaku Utama Dan Pelaku Usaha Ke

Sumber Informasi, Teknologi, Dan Sumber Daya Lainnya Agar Mereka Dapat

Mengembangkan Usahanya;

c. Meningkatkan Kemampuan Kepemimpinan, Manajerial, Dan Kewirausahaan

Pelaku Utama Dan Pelaku Usaha;

d. Membantu Pelaku Utama Dan Pelaku Usaha Dalam Menumbuhkembangkan

Organisasinya Menjadi Organisasi

e. Ekonomi Yang Berdaya Saing Tinggi, Produktif, Menerapkan Tata Kelola

Berusaha Yang Baik, Dan Berkelanjutan; Membantu Menganalisis Dan

Memecahkan Masalah Serta Merespon Peluang Dan Tantangan Yang Dihadapi

Pelaku Utama Dan Pelaku Usaha Dalam Mengelola Usaha;

f. Menumbuhkan Kesadaran Pelaku Utama Dan Pelaku Usaha Terhadap

Kelestarian Fungsi Lingkungan; Dan

g. Melembagakan Nilai -Nilai Budaya Pembangunan Pertanian Yang Maju Dan

(7)

Sikap

Sikap (attitude) merupakan salah satu bahasan yang menarik dalam kajian

psikologi, karena sikap sering digunakan untuk meramalkan tingkah laku, baik

tingkah laku perorangan, kelompok, bahkan tingkah laku suatu bangsa. Meskipun

demikian sikap seseorang terhadap suatu objek tidak selalu memunculkan tingkah

laku yang negatif terhadap objek tersebut (Azwar, 2002).

Sikap yang dimiliki seseorang memberikan corak pada perilaku atau

tindakan orang yang bersangkutan (Walgito, 2006). Krech dan Crutchfield dalam

Walgito (2006), mengatakan bahwa perilaku seseorang akan diwarnai atau

dilatarbelakangi oleh sikap yang ada pada orang yang bersangkutan. Para ahli

psikologi sosial memberikan pengertian tentang sikap yang sedikit berbeda-beda

namun pada dasarnya semuanya bertujuan untuk mengetahui prilaku seseorang.

Walgito (2006) mendefinisikan sikap adalah suatu organisasi yang mengandung

pendapat, pengetahuan, perasaan, keyakinan tentang sesuatu yang sifatnya relatif

konstan pada perasaan tertentu dan memberikan dasar untuk berperilaku.

Van den Ban dan Hawkins (2000) mendefinisikan sikap sebagai perasaan

pikiran, dan kecenderungan seseorang yang kurang lebih bersifat parmanen

mengenai aspek-aspek tertentu dalam lingkungan. Dengan demikian

komponen-komponen sikap meliputi pengetahuan, pendapat, pikiran, keyakinan dan

perasaan-perasaan dan kecenderungan bertindak.

Struktur sikap terdiri atas tiga komponen yang saling menunjang yaitu

komponen kognitif (cognitive), komponen afektif (affective) dan komponen

konatif (conative). Komponen kognitif merupakan representasi apa yang

(8)

yang menyangkut aspek emosional, dan komponen konatif merupakan aspek

kecenderungan berperilaku tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki oleh

seseorang (Azwar, 2002).

Sikap Positif

Sikap Positif yaitu sikap yang menunjukkan atau memperlihatkan,

menerima, mengakui, menyetujui serta melaksanakan norma-norma yang berlaku

dimana individu itu berada.

Sikap Negatif

Sikap Negatif yaitu sikap yang menunjukkan atau memperlihatkan

penolakan atau tidak menyetujui terhadap norma-norma yang berlaku dimana

individu itu berada.

Skala Likert

Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi

seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dalam penelitian,

fenomena sosial ini telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang selanjutnya

disebut sebagai variabel penelitian (Sugiono, 2004).

Skala likert ini berhubungan dengan pernyataan tentang sikap seseorang

terhadap sesuatu, misalnya setuju-tidak setuju, senang-tidak senang, dan

baik-tidak baik. Dengan menggunakan skala likert, maka variabel yang akan diukur

dijabarkan menjadi sub variabel kemudian sub variabel dijabarkan lagi menjadi

indikator indikator yang terukur ini dapat dijadikan titik tolak untuk membuat

item instrumen yang berupa pertanyaan atau pernyataan yang perlu dijawab

(9)

Indriantoro dan Supomo (2002), skala likert merupakan metode yang

mengukur sikap dengan menyatakan setuju atau ketidaksetujuannya terhadap

subjek, objek, atau kejadian tertentu. Metode pengukuran yang paling sering

digunakan ini dikembangkan oleh Rensis Likert sehingga dikenal dengan nama

skala likert. Nama lain dari skala ini adalah summated ratings method. Skala likert

umumnya menggunakan lima angka penilaian, yaitu: 1. sangat setuju, 2. setuju, 3.

netral, 4. Tidak setuju, 5. sangat tidak setuju. Urutan setuju atau tidak setuju dapat

juga dibalik mulai dari sangat tidak setuju sampai dengan sangat setuju. Alternatif

angka penilaian dalam skala ini dapat bervariasi dari 3 sampai dengan 9.

Perilaku

Perilaku adalah tindakan (kegiatan atau tindak-tanduk) manusia yang

dapat diamati. Sebaliknya sikap merupakan pencerminan dari dorongan-dorongan

yang datang dari dalam diri seseorang dan reaksi terhadap stimulus yang datang

dari lingkungan. Bila sikap tersebut disalurkan keluar, terjadilah perilaku. Jadi

sikap adalah kecenderungan untuk berperilaku (Sastrodiningrat, 1986).

Afektif atau afek adalah suatu penilaian positif atau negatif terhadap suatu

obyek (Azwar, 2002). Berkaitan dengan adopsi teknologi, seorang individu

petani akan selalu menilai suatu inovasi teknologi terhadap kemampuannya,

ksesuaian terhadap kondisi lingkungan, tujuan yang ingin dicapai serta

norma-norma dalam masyarakat. Terdapat keterkaitan antara perilaku, karekateristik

individu dan lingkungan.

Dewasa ini banyak psikologi sosial berasumsi bahwa diantara

faktor-faktor lain, perilaku dipengaruhi oleh tujuannya. Tujuan perilaku ini tidak hanya

(10)

terhadap perilaku tersebut, norma-norma subyektif, serta kemampuanya untuk

melakukan perilaku itu, yaitu penilaian perilaku sendiri (Van den Ban dan

Hawkins, 2000).

Bentuk-bentuk perilaku manusia sangat beragam, sehingga tidak ada satu

teoripun yang bisa menjelaskan secara detail bentuk dan arah berperilaku

manusia. Bentuk-bentuk perilaku kompleks dan mempunyai ruang lingkup yang

sangat luas. Bloom (1908, dalam Notoatmodjo, 2007) seorang ahli psikologi

pendidikan membagi perilaku ke dalam tiga domain atau ranah/kawasan yaitu

ranah kognitif (cognitive domain), ranah afektif (affective domain) dan ranah

psikomotor (psychomotor domain), meskipun kawasan-kawasan tersebut tidak

mempunyai batasan yang jelas dan tegas.

Skinner (1938, dalam Notoatmodjo, 2007), seorang ahli psikologi

merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap

stimulus (rangsangan dari luar). Berdasarkan rumus teori Skinner tersebut maka

perilaku manusia dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:

Perilaku tertutup (covert behavior)

Perilaku tertutup terjadi bila respon terhadap stimulus tersebut masih

belum dapat diamati orang lain (dari luar) secara jelas. Respon seseorang masih

terbatas dalam bentuk perhatian, perasaan, persepsi, pengetahuan dan sikap

terhadap stimulus yang bersangkutan.

Perilaku terbuka (overt behavior)

Perilaku terbuka ini terjadi bila respon terhadap stimulus sudah berupa

(11)

behavior. Dari penjelasan di atas dapat disebutkan bahwa perilaku itu terbentuk di

dalam diri seseorang dan dipengaruhi oleh dua faktor utama.

Faktor eksternal yaitu stimulus yang merupakan faktor dari luar diri

seseorang. Faktor eksternal atau stimulus adalah faktor lingkungan, baik

lingkungan fisik, maupun non-fisik dalam bentuk sosial, budaya, ekonomi

maupun politik.

Faktor internal yaitu respon yang merupakan faktor dari dalam diri

seseorang. Faktor internal yang menentukan seseorang merespon stimulus dari

luar dapat berupa perhatian, pengamatan, persepsi, motivasi, fantasi, sugesti dan

sebagainya.

Dari penelitian-penelitian yang ada faktor eksternal merupakan faktor

yang memiliki peran yang sangat besar dalam membentuk perilaku manusia

karena dipengaruhi oleh faktor sosial dan budaya dimana seseorang itu berada

(Notoatmodjo, 2007).

Hubungan Sikap dengan Perilaku

Sikap dan tingkah laku sangat berkaitan, karena manusia akan bertingkah

laku ataupun berperilaku biasanya sesuai dengan sikap yang ada dalam diri

manusia itu sendiri. Dari sebuah sikap maka terciptalah sebuah tingkah laku.

Kerangka Pemikiran

Penyuluh pertanian lapangan merupakan motivator bagi para petani dan

keluarganya dalam menjalankan kegiatan usaha taninya. Dengan adanya penyuluh

pertanian lapangan diharapkan petani mau dan mampu mengubah pengetahuan,

sikap, perilaku, keterampilan dan harapan mereka demi tercapainya kesejahteraan

(12)

Kinerja penyuluh pertanian lapangan dikatakan berjalan lancar apabila

sikap petani terhadap kinerja penyuluh pertanian lapangan tersebut positif yang

akhirnya akan menghasilkan perilaku yang positif pula, begitu juga sebaliknya.

Dengan demikian tingkat keberhasilan penyuluh pertanian lapangan dipengaruhi

oleh sikap dan perilaku petani.

Skema Kerangka Pemikiran

Keterangan:

: Menyatakan Pengaruh Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran

Petani

Perilaku Petani Sikap petani

Negatif Terbuka Tertutup

Positif

(13)

Hipotesis Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah dan kerangka pemikiran, dapat

dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut.

1. Kinerja penyuluh pertanian sudah dilakukan dengan baik sesuai dengan

kebutuhan petani.

2. Sikap petani positif terhadap kinerja penyuluhan pertanian.

Gambar

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran

Referensi

Dokumen terkait

anggota baik petani pemilik, petani penggarap, buruh tani maupun rumah

Usahatani padi adalah sistem budidaya padi yang dijalankan oleh petani dengan memanfaatkan faktor produksi seoptimal mungkin yang bertujuan untuk menghasilkan produktivitas padi

Analisis SWOT memang terlihat sederhana tetapi dapat juga menimbulkan masalah, misalnya dalam menentukan ukuran ada tidaknya suatu kekuatan yang dimiliki perusahaan, begitu

Dengan adanya preferensi yaitu jika seorang konsumen lebih menyukai gula pasir curah maka ia akan tetap memilih gula pasir curah tersebut untuk dikonsumsi hingga akhirnya

Dalam penggunaan benih petani mempunyai sumber benih yang beraneka ragam, dimana petani dapat membuat benih sendiri, memperoleh benih dari penangkar dengan membelinya dari kios

Kemudian perilaku konsumen terhadap konsumsi minyak goreng bermerek terbagi dua yaitu perilaku yang tempak antara lain jumlah pembelian, waktu, karena siapa, dan dan

Perkumpulan petani pemakai air (P3A) merupakan organisasi sosial dari para petani, yang bertindak dan bernaung pada golongan atau partai politik, merupakan organisasi yang bergerak

Prinsip keswadayaan memberikan landasan bahwa dalam penyuluhan pertanian partisipatif seluruh kegiatan mulai dari identifikasi kebutuhan, perencanaan, pelaksanaan, sampai