• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Beton - Pembuatan dan Karakterisasi Beton Polimer Serat Kulit Pinang - Batu Apung Dengan Perekat Resin Epoksi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Beton - Pembuatan dan Karakterisasi Beton Polimer Serat Kulit Pinang - Batu Apung Dengan Perekat Resin Epoksi"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Beton

Beton adalah bahan bangunan yang diperoleh dengan mencampurkan agregat halus,

agregat kasar, air dan semen. Beton merupakan material komposit dimana sifat beton

sangat tergantung pada sifat unsur masing-masing serta interaksi antar setiap unsur

material penyusun. Campuran antar material pada beton adalah sangat penting.

Idealnya setiap partikel agregat diselimuti oleh semen terlebih dahulu sebelum

ditambahkan air. Kekuatan campuran yang tepat dari beton terutama disebabkan oleh

agregat kasar. Bagian agregat halus harus diberikan secara cukup untuk mengisi

rongga antar agregat.

Sifat beton dapat berubah sesuai dengan sifat semen, agregat, dan air maupun

perbandingan pencampurannya. Untuk mendapatkan beton optimum pada penggunaan

yang khusus, perlu dipilih bahan yang sesuai dan dicampur secara tepat. Beton juga

dapat dicampur dengan bahan yang lain dengan perilaku yang sesuai dengan perilaku

yang akan diberikan terhadap beton seperti bahan komposit.

Campuran beton didasarkan pada kekuatan rata-rata benda uji kubus beton , dan

bila syarat kekuatan sudah ditentukan maka campuran harus dirancang untuk

memenuhi syarat tersebut. Sebelum menerima rancangan suatu campuran, perlu

dilakukan percobaan campuran, dan berdasarkan hasilnya kemudian dibuat modifikasi

terhadap rancangan campuran tersebaut. (Arthur Wignall, 2003)

Pada umumnya kekuatan beton menggunakan perekat semen memiliki kelemahan

antara lain: berat, proses pengerasannya cukup lama (maksimal 28 hari), tidak tahan

terhadapa lumut atau kelembapan tinggiyang menyebabkan beton cepat rapuh. Untuk

mengatasi kelemahan-kelemahan tersebut perlu dilakukan proses perekayasaan

materisl beton sehingga kelemahan tersebut dapat dikurangi. Beberapa peneliti telah

mencoba untuk merekayasa material beton dengan cara menambahkan aditif nano

(2)

densitas dari beton tetap tinggi, waktu pengerasannya masih relatif lama, harga nano

silika cukup mahal dan sulit mendapatkannya. (Calvelri,et.all,2003)

Salah satu cara untuk perbaikan dalam merekayasa material beton melalui

penggunaan agregat ringan seperti batu apung (pumice),sehingga densitas beton dapat

diperkecil. Agar beton lebih efisien dalam pembuatannya dan dapat ditingkatkan

kekuatannya maupun ketahannya maka perlu ditambahkan bahan polimer sebagai

matriks kedalam campuran beton. Untuk mempercepat pengerasan beton dan

sekaligus mampu menutupi rongga-rongga pada beton agar tahan pada kelembapan

tinggi maka perlu menggantikan pemakaian semen dengan material polimer sebab

material polimer memiliki keunggulan dibandingkan semen yaitu kekuatannya lebih

tinggi, tahan terhadap bahan kimia dan korosi, penyerapan air rendah dan stabilitas

pemadatan yang tinggi (Reis J.M.L,2006). Disamping itu penggunaan bahan polimer

juga dapat mempercepat waktu pengerasannya, beton jenis ini selanjutnya disebut

beton polimer. Beton polimer adalah material komposit dimana bahan pengikat

(binder) terdiri dari polimer sintetis organic, atau dikenal sebagai beton resin (Reis

J.M.L,et al,2004).

2.2 Beton polimer

Polimer merupakan jenis bahan tambahan baru yang dapat menghasilkan beton

dengan kekuatan tekan yang sangat tinggi, sebesar 15.000 psi atau lebih dan kekuatan

belah tarik sebesar 1.500 psi atau lebih. Beton dengan kekuatan tinggi ini biasanya

diproduksi dengan menggunakan bahan polimer dengan cara memodifikasi sifat beton

dengan mengurangi air di lapangan atau dijenuhkan dan dipancarkan pada temperatur

yang sangat tinggi. Beton dengan modifikasi polimer (PMC = Polymer Modified

Concrete) ini adalah beton yang ditambah resin dan pengeras sebagai bahan

tambahan. Prinsipnya adalah menggantikan air pencampur dengan polimer sehingga

didapat beton yang berkekuatan tinggi dan mempunyai mutu-mutu yang baik.

( Edward G.Nawy, 2008).

Beton polimer (polymer concreate) adalah material komposit dimana seluruh

perekatnya terdiri dari polimer organik sintetis. Komposit ini biasa dikenal dengan

(3)

dari suatu polimer yang bahan perekatnya berupa termo-plastik atau polimer

thermosetting dan bahan pengisiannya berupa agregat (kumpulan pasir atau kerikil).

Dengan mengatur agregatnya, hanya sejumlah tertentu polimer sudah dapat

membasahi agregat dan mengisi rongganya. Makin baik pemadatannya, makin besar

pula kekuatannya. Salah satu masalah beton polimer adalah sifat viscoelastik

polimernya. Oleh karena itu, selalu dipakai bentuk campuran, polimer sebagai matriks

dan agregat sebagai komponen kedua. (Dorel F. dkk, 1995).

2.2.1 Defenisi Polimer

Istilah polimer diambil dari bahasa Yunani (poly = banyak; meros = unit). Dengan

kata lain, senyawa polimer dapat diartikan sebagai senyawa besar yang terbentuk dari

penggabungan unit-unit molekul kecil yang disebut monomer (mono = satu). Jumlah

monomer yang bergabung dapat mencapai puluhan ribu sehingga massa molekul

relatifnya bisa mencapai ratusan ribu, bahkan jutaan. Itulah sebabnya mengapa

polimer disebut juga makromolekul. Polimer adalah suatu zat kimia yang terdiri dari

molekul-molekul yang besar dengan karbon dan hidrogen sebagai molekul utamanya.

Polimer adalah istilah yang sangat umum yang mengacu pada rantai molekul

monomer sederhana. Berdasarkan jenisnya, polimer dibedakan menjadi:

1. Polimer alami : kayu, kulit binatang, kapas, karet alam, rambut.

2. Polimer sintetis

Polimer sintetis dibagi lagi dalam tiga klasifikasi yaitu:

a. Tidak terdapat secara alami seperti nylon, poliester, polipropilen, polistiren

b. Terdapat di alam tetapi dibuat oleh proses buatan misalnya karet sintetis

c. Polimer alami yang dimodifikasi seperti seluloid, cellophane (bahan dasarnya

dari selulosa tetapi telah mengalami modifikasi secara radikal sehingga

kehilangan sifat-sifat kimia dan fisika asalnya).

2.2.2 Defenisi Beton Polimer

Beton polimer merupakan beton yang dibuat dari campuran agregat kasar dan halus

dengan bahan perekat polimer. Sedangkan yang dimaksud dengan polimer adalah

(4)

hidrogen sebagai molekul utamanya. Adapun bahan baku polimer didapatkan dari

limbah plastik yang didaur ulang, kemudian dicampur dengan bahan kimia lainnya.

2.2.3 Kelebihan Beton Polimer

Beton polimer mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan dengan beton

konvensional. Kelebihan tersebut pada umumnya dapat dilihat dari beberapa sudut

yang penting seperti sifat-sifat fisis dan mekanik, waktu pengerasan serta aplikasi.

Seperti yang diuraikan dibawah ini :

a) Sifat fisis dan mekanik

Sifat fisis beton polimer mempunyai massa yang jauh lebih rendah dibandingkan

dengan bahan konvensional. Sehingga dengan massa yang lebih rendah ini maka

penggunaan beton polimer pada bangunan jauh aman dibandingkan dengan

menggunakan beton biasa. Ini memberikan implikasi yang lebih penting dalam

konteks penggunaan karena beton polimer akan mempunyai kekuatan dan kekakuan

yang dapat mendekati bahan konvensional. Beton yang mempunyai gabungan

sifat-sifat yang menarik yang dapat dihasilkan dengan mengubah komposisi bahan yang

digunakan. Bahan polimer yang mempunyai berat molekul besar dan berikatan

kovalen, menunjukkan sifat-sifat yang berbeda dari bahan organik yang mempunyai

berat molekul yang rendah. Bahan yang mempunyai berat molekul rendah berubah

menjadi cair dengan viskositas rendah atau menguap kalau dipanaskan, sedangkan

bahan polimer mencair dengan sangat kental dan tidak menguap.

Sifat-sifat khas bahan polimer pada umumnya adalah sebagai berikut (Surdia,

2005) :

1) Mampu cetak adalah baik.

2) Produk yang ringan dan kuat dapat dibuat.

3) Banyak di antara polimer bersifat isolasi listrik yang baik.

4) Baik sekali dalam ketahanan air dan ketahanan zat kimia.

5) Produk-produk dengan sifat yang cukup berbeda dapat dibuat tergantung pada

cara pembuatannya.

6) Umumnya bahan polimer lebih murah.

(5)

8) Kekerasaan permukaan yang sangat kurang.

9) Kurang tahan terhadap pelarut.

10)Mudah termuati listrik secara elektrostatik.

11)Beberapa bahan tahan abrasi, atau mempunyai koefisien gesek yang kecil.

b) Waktu proses pengerasan

Proses pengerasan pada beton konvensional membutuhkan waktu yang lebih lama,

sedangkan beton polimer dapat dipersingkat dengan hanya beberapa jam saja.

Penambahan bahan polimer pada beton bertujuan untuk meningkatkan sifat-sifat

beton.

c) Aplikasi

Aplikasi beton polimer lebih banyak dibandingkan dengan beton konvensional.

Produk beton polimer antara lain dapat digunakan sebagai pondasi galangan kapal,

tangga, sanitari, lantai, panel, bangunan komersial, pemipaan, dan lain-lain.

2.2.4 Pembagian Polimer Berdasarkan Kegunaannya

Menurut Shinta Marito Siregar (2009) pembagian polimer berdasarkan kegunaannya

adalah sebagai berikut:

a) Polimer komersial (commodity polimers)

Polimer ini dihasilkan di Negara berkembang, harganya murah dan banyak dipakai dalam

kehidupan sehari-hari. Contoh: polietilen (PE), polipropilen (PP), polistirena (PS),

polivinilklorida (PVC), melamin formaldehid.

b) Polimer teknik (engineering polimers)

Polimer ini sebagian dihasilkan di Negara berkembang dan sebagian di Negara maju.

Polimer ini cukup mahal dan canggih dengan sifat mekanik yang unggul dan daya

tahan yang lebih baik. Polimer ini banyak dipakai dalam bidang transportasi seperti

mobil, truk, pesawat udara, bahan bangunan pipa, ledeng, barang-barang listrik dan

elektonik seperti mesin bisnis, komputer, mesin-mesin industri dan barang komsumsi.

Contoh: nylon, polykarbonat, polisulfon dan polyester.

c) Polimer fungsional (functional polimers)

(6)

tujuan khusus dengan produksinya dalam skala kecil. Contoh: Kevlar, nomex,

textura, polimer penghantar arus dan foton, polimer peka cahaya, membran,

biopolymer.

2.3 Batu Apung

Batu apung merupakan salah satu jenis agregat yang berasal dari alam, biasanya

berasal dari material muntahan lahar panas gunung berapi. Kemudian dilanjutkan

proses pendinginan secara alami dan terendapkan didalam lapisan tanah selama

bertahun-tahun. Batu apung (pumice) adalah suatu bahan gelas vulkanis seluler yang

merupakan hasil dari aktifitas gunung berapi efusi yang kaya akan silika atau buih

kaca alam, berwarna abu-abu terang hingga putih memiliki pori dan bermassa ringan.

Batu apung (pumice) adalah jenis batuan yang berwarna terang, mengandung buih

yang terbuat dari gelembung berdinding gelas dan biasanya disebut juga sebagai

batuan gelas vukanik silikat. Batuan ini terbentuk dari magma asam oleh aksi letusan

gunung api yang mengeluarkan materialnya ke udara, kemudian mengalami

transportasi secara horizontal dan terakumulasi sebagai batuan piroklastik.

Mineral-mineral lainnya yang terdapat dalam batu apung adalah : Feldspar, Kuarsa, Obsidian,

Kristobalit dan Tridimit.

Batu apung umumnya terdapat sebagai lelehan atau aliran permukaan, bahan

lepas, atau fragmen dalam breksi gunung api. Batu apung dapat pula dibuat dengan

cara memanaskan obsidian, sehingga gasnya keluar. Pemanasan yang dilakukan pada

obsidian dari Krakatau, suhu yang diperlukan untuk megubah obsidian menjadi batu

apung rata-rata 880°C.

Jenis batuan lainnya yang memiliki struktur fisika dan asal terbentuknya sama

dengan batu apung adalah pumicit, volkanik cinter, dan scoria. Sedangkan mineral-

mineral yang terdapat dalam batu apung adalah feldspar, kuarsa, obsidian, kristobalit,

dan tridimit. (http://sain-kifamona.blogspot.com/2011/06/batu-apung.html 28 April

2014)

Batu apung memiliki densitas yang sangat kecil (< 1 g/cm³). sifat-sifat yang

dimiliki batu apung antara lain: densitas 9,8 g/ cm³, daya serap air 21 %, dan kuat

(7)

adalah sebagai berikut: SiO2, AL2O3, K2O, Na2O dan Fe2O3, sedangkan senyawa

lainnya relatif kecil (<2%). Batu apung dapat digunakan sebagai bahan pembuatan

beton ringan, karena mempunyai porositas tinggi, densitas rendah, isothermal tinggi,

dan tahan terhadap goncangan gempa. (Juwairiah, 2009)

Kegunaan batu apung dalam industri terlihat seperti pada Tabel 2.1, yaitu sebagai

bahan mentah untuk membuat bahan-bahan poles, untuk logam, mortar dan beton.

Bahkan batu apung di dalam dunia pembangunan masa kini, terutama dalam membuat

rumah-rumah, nampaknya batu apung dapat digunakan juga untuk membuat bata

ringan.

Tabel 2.1 Kegunaan batu apung di sektor industri

Industri Kegunaan Ukuran Butir

Cat Pelapis nonskid

Cat sekat akustik

Bahan pengisi cat tekstur

Flattening agents

Kasar

Kasar

Halus – Kasar

Sangat halus

Kimia Media fitrasi

Chemical carrier

Pemicu korek api belerang

Kasar

Kasar

Halus - Kasar

Logam dan plastik Pembersih dan pemoles

Vibratory and barrel finishing

Pressure blasting

Electro-plating

Pembersih gelas dan kaca

Sangat halus

Sangat halus - sedang

Sedang

Halus

Sangat halus

Komponder Bubuk sabun tangan

Pembersih gelas dan kaca

Sedang

Sangat halus

Kosmetik dan odol Pemoles dan penambal gigi

Pemerata kulit

Halus

Sangat halus

Karet Bahan penghapus

Bahan cetakan

Sedang

Sangat halus

Kulit Untuk mengkilap Sedang

Kaca dan cermin Pemrosesan tabung TV

Pemoles dan pengkilap tabung TV

Halus

(8)

Bevel finishing

Penghalus potongan kaca

Sangat halus

Sangat halus

Elektronika Pembersih papan sirkit Sangat halus

Tembikar Bahan pengisi Halus

Keterangan :

Kasar 8-30 mesh; sedang = 30-100 mesh; halus 100-200 mesh; Sangat halus >200 mesh

2.4 Tanaman Pinang

Pinang atau dalam bahasa Latin di sebut Areca Catechu L, sudah tidak asing lagi bagi

penduduk Indonesia. Pinang telah ada di Indonesia pada masa sebelum Masehi. Ada

sumber yang mengatakan Pinang masuk pada abad ke 6 sebelum Masehi.

Biji pinang mengandung alkaloida seperti misalnya arekaina (arecaine) dan

arekolina (arecoline), yang sedikit banyak bersifat racun dan adiktif, dapat

merangsang otak. Zat lain yang dikandung buah pinang antara lain arecaidine,

arecolidine, guracine (guacine), guvacoline dan beberapa unsur lainnya.

Ciri-ciri tanaman pinang adalah sebagai berikut Batang lurus,tidak bercabang

dapat mencapai ketinggian 25 m dengan diameter lingkaran berkisar 15 cm, tajuk

tidak rimbun. Pelepah daun berbentuk tabung dengan panjang 80 cm, tangkai daun

pendek, helaian daun panjangnya sampai 80 cm, anak daun 85 x 5 cm, dengan ujung

sobek dan bergerigi.

Tangkai bunga dengan seludang (spatha) yang panjang dan mudah rontok, muncul

dibawah daun, panjang lebih kurang 75 cm, dengan tangkai pendek bercabang

rangkap, sumbu ujung sampai panjang 35 cm, dengan 1 bunga betina pada pangkal, di

atasnya dengan banyak bunga jantan tersusun dalam 2 baris yang tertancap dalam

alur. Bunga jantan panjang 4 mm, putih kuning; benang sari 6. Bunga betina panjang

lebih kurang 1,5 cm, dan berwarna hijau.

Buah pinang berbentuk bulat telur, berwana merah oranye, panjang 3,5 - 7 cm,

dengan dinding buah yang berserat. Serat buah pinang hampir memiliki kesamaan

fisik dengan serat buah kelapa hanya saja panjang serat lebih pendek.

Dalam penelitian ini serat pinang direndam untuk memisahkan lignin dari serat

(9)

mekanik menggunakan NaOH. Di antara semua serat alam, pinang tampaknya

merupakan bahan yang menjanjikan karena murah, ketersediaan melimpah dan

tanaman yang berpotensialtinggi. Volume serat pinang mencapai 30% - 45% dari total

volume buah.

Serat pinang terdiri dari hemiselulosa dan mengandung kadar selulose 70,2%, air

10,92%, abu 6,02%. Sifat dari serat pinang secara alami bergantung pada sifat

tanaman, wilayah dimana tumbuh, umur tanaman, dan metode ekstraksi serat.

2.5 Pasir

Pasir merupakan bahan agregat alami terdiri dari batuan dan

Komposisi pasir sangat bervariasi, tergantung pada sumber batuan lokal dan kondisi

alam, tetapi jenis pasir yang paling umum adalah2),

biasanya dalam bent

dalam tanah dan pantai oleh karena itu pasir dapat digolongkan dalam tiga macam

yaitu pasir galian, pasir laut dan pasir sungai. Pada konstruksi bahan bangunan pasir

digunakan sebagai agregat halus dalam campuran beton, bahan spesi perekat pasangan

bata maupun keramik, screed lantai dll.

Dalam hal

berbagai partikel dengan diameter dari 0,0625 mm sampai 2 mm. Sebuah partikel

individu dalam berbagai ukuran disebut butiran pasir. Butiran pasir adalah antara

lebih kecil dari 0,0625 mm sampai 0,004 mm). Spesifikasi ukuran antara pasir dan

kerikil tetap konstan selama lebih dari satu abad, tetapi partikel diameter sekecil 0,02

mm dianggap standar pasir dan digunakan selama awal abad 20.

Untuk mendapatkan pasir dapat diperoleh dari Sungai yang menghasilkan

butiran-butiran variasi ukuran yang besar, tetapi reltif bersih. Mungkin ukurannya oversize

tetapi dapat diatasi dengan ayakan. Pada sungai yang lambat, variasi ukuran lebih

sedikit, bentuk lebih bulat,tetapi mungkin lebih kotor, dengan campuran mika dan

flake kecil. Pasir yang kotor dapat dicuci selagi masih didalam keranjang bamboo.

(10)

Pasir memang sangat penting dalam pembuatan beton, tetapi apabila kadarnya

terlalu terlalu besar akan mengakibatkan kerapuhan jika sudah mengering. Ini

disebabkan daya rekat antara partikel-pertikel berkurang dengan adanya pasir dalam

jumlah yang besar, sebab pasir tersebut tidak bersifat merekat akan tetapi hanya

sebagai pengisi (filler).

2.6 Serat

Serat dicirikan oleh modulus dan kekuatannya sangat tinggi, elongasi (daya rentang)

yang baik, stabilitas panas yang baik, spinabilitas (kemampuan untuk diubah menjadi

filamen-filamen) dan sejumlah sifat-sifat lain yang bergantung pada pemakaian dalam

tekstil., kawat, tali dan kabel, dan lain-lain. Suatu daftar parsial dari sifat-sifat serat

mungkin memasukkan juga daya celup (dyeability), resistensi bahan kimia, resistensi

serangga dan jamur, resistensi kekusutan, dan luster (Steven, 2001).

2.6.1 Serat Sebagai Penguat

Secara umum dapat dikatakan bahwa fungsi serat adalah sebagai penguat bahan untuk

memperkuat komposit sehingga sifat mekaniknya lebih kaku, tangguh dan lebih

kokoh dibandingkan dengan tanpa serat penguat, selain itu serat juga menghemat

penggunaan resin. Kaku adalah kemampuan dari suatu bahan untuk menahan

perubahan bentuk jika dibebani dengan gaya tertentu dalam daerah alastis (pada

pengujian tarik), tangguh adalah bila pemberian gaya atau beban yang menyebabkan

bahan-bahan tersebut menjadi patah (pada pengujian tiga titik lentur) dan kokoh

adalah kondisi yang diperoleh akibat benturan atau pukulan serta proses kerja yang

mengubah struktur komposit sehingga menjadi keras (pada pengujian impak).

Beberapa syarat untuk dapat memperkuat matriks antara lain. (Nurdin Bukit, 1988) :

1. Mempunyai modulus elastisitas yang tinggi

(11)

3. Perbedaan kekuatan diameter serat harus relatif sama

4. Mampu menerima perubahan gaya darimatriks dan mampu menerima gaya yang

bekerja padanya.

2.6.2 Serat alam

Serat alam adalah serat yang berasal dari alam seperti serat ijuk, serat nenas, serat

kelapa, dan lain- lain. Terdapat beberapa alasan menggunakan serat alam sebagai

penguat komposit, menurut Mallick (2007), sebagai berikut:

a. Lebih ramah lingkungan dan biodegradable dibandingkan dengan serat sintetis

b. Berat jenis serat alam lebih kecil

c. Memiliki rasio berat-modulus lebih baik dari serat E-glass

d. Komposit serat alam memiliki daya redam akustik yang lebih tinggi dibandingkan

komposit serat E-glass dan serat karbon

e. Serat alam lebih ekonomis dari serat glass dan serat karbon.

2.7 Matriks

2.7.1 Defenisi Matriks

Matriks adalah bahan atau material yang digunakan sebagai pengikat bahan pengisi

namun tidak mengalami reaksi kimia dengan bahan pengisi. Secara umum matriks

berfungsi sebagai :

1. Untuk melindungi material komposit dari kerusakan-kerusakan secara mekanik

maupun kimiawi

2. Untuk mengalihkan atau meneruskan beban dari luar ke serat

3. Sebagai pengikat

4. Memegang dan mempertahankan serat tetap pada posisinya.

2.7.2 Fungsi Matriks dan Klasifikasinya

Bahan pengikat atau penyatu antara serat dengan serat, partikel dengan partikel dan

seterusnya digunakan matriks. Secara umum matriks dibedakan atas dua kelompok

yaitu :

1. Termoset memiliki ikatan primer yang kuat, struktur penyusunnya berupa molekul

(12)

perubahan kimiawi selama pemrosesan, berupa pemanasan atau adanya pemakaian

katalis. Setelah terfiksasi menjadi bentuk yang keras, termoset tidak dapat

direnggangkan dan berubah menjadi bentuk semula, karena sebagian molekul

banyak terbuang selama proses pengembalian bentuk. Jika panasnya dinaikkan

kembali, maka akan berubah menjadi arang, terbakar, dan terurai. Contohnya resin

epoksi, poliester, urea, formaldehyde, phonol-formaldehyde, melamine

formaldehyde dan lain-lain.

2. Termoplastik biasanya berupa plastik, bersifat kenyal atau dapat diregangakan.

Sifat ini dapat terbentuk dengan dipanasakan, didinginkan, dapat dilelehkan dan

berubah menjadi bentuk berbeda tanpa menubah sifat bahan dari termoplastik.

Meskipun panas yang digunakan untuk melelehkan dan membentuk kembali,

termoplastik harus secara hati-hati dikontrol atau bahan tersebut akan

terdekomposisi atau terurai. Sifat dari bahan termoplastik ditentukan dari metode

ikatan antara rantai polimer. Ikatan dari bahan termoplastik sangat lemah dan

ikatan sekunder seperti pada gaya van der waals . Dengan pemberian panas dan

tekanan, ikatan tersebut melemah, dan bahan dapat terbentuk seperti semula. Pada

keadaan panas dan tekanan tertentu, bahan akan menjadi bentuk yang baru.

Contohnya PVC (poli vinil clorida), FE (polietilen), nilon 66, poliamida,

poliasetal dan lain-lain (Setiabudy, 2007).

2.8 Resin Epoksi

Resin epoksi adalah salah satu dari jenis polimer yang berasal dari kelompok

thermoset. Resin thermoset adalah polimer cair yang diubah menjadi bahan padat

secara polimerisasi secara kimia yang membentuk formasi rantai polimer tiga dimensi.

Sifat mekanisnya tergantung pada unit molekuler yang membentuk jaringan rapat dan

panjang jaringan silang. Proses pembuatannya dapat dilakukan pada suhu kamar

dengan memperhatikan zat-zat kimia yang digunakan sebagai pengontrol polimerisasi

jaringan silang agar didapat sifat optimum bahan.

Resin epoksi memiliki sifat isotropis dan peka terhadap suhu, mempunyai sifat

tidak bisa meleleh, tidak bisa diolah kembali, atomnya berikatan kuat sekali, tidak bisa

mengalami pergeseran rantai. Bentuk resin epoksi sebelum pengerasan berupa cairan

(13)

Epoksi secara umum mempunyai karateristik yang baik, yaitu kemampuan mengikat

paduan metalik yang baik dan ketangguhan. Resin epoksi banyak digunakan untuk

bahan komposit di berbagai bagian struktural, resin ini juga dipakai sebagai bahan

campuran kemasan, bahan cetakan dan perekat. Resin epoksi sangat baik digunakan

sebagai matriks pada komposit dengan penguat serat gelas. Pada beton penggunaan

resin epoksi dapat mempercepat proses pengerasan karena resin epoksi menimbulkan

panas sehingga membantu percepatan pengerasan. (Shinta Marito, 2009).

Resin epoksi memiliki berbagai keunggulan sebagai zat perekat dibanding

polimer-polimer lain. Diantaranya : keaktifan permukaan tinggi, daya pembasahan

baik, kekuatan kohesif tinggi, tanpa raksi atsir ( tidak mengkerut ), dan dapat di

ubah-ubah sifatnya dengan memilih resin-hardener yang tepat, penambahan polimer lain.( J.

Hartomo. dkk, 1992).

Resin ini mempunyai kegunaan yang luas dalam industry teknik kimia, listrik,

mekanik dan sipil sebagai perekat, cat pelapis, percetakan cord an benda-benda

cetakan. Pada saat ini produknya adalah kebanyakan merupakan kondensat dari

bisfenol A (4-4’ dihidroksidifenil 2,2-propanon) dan epiklorhidrin. Bisfenol diganti

dengan novalak, atau senyawa tak jenuh, siklopentadien, dsb. Resin epoksi bereaksi

dengan pengeras dan menjadi unggul dalam kekuatan mekanik dan kekuatan kimia.

Sifatnya bervariasi bergantung pada jenis, kondisi dan pencampuran dengan

pengerasnya. Banyaknya campuran dihitung dari ekivalen epoksi (banyaknya resin

yang mengandung 1 mol gugus epoksi dalam gram).(Tata Surdia, 2003)

2.9 Katalis

Katalis adalah suatu zat yang mempercepat

tanpa mengalami perubahan kimia yang permsnen atau terpakai oleh reaksi itu sendiri.

Dengan kata lain pada akhir reaksi katalis akan dijumpai dalam bentuk dan jumlah

yang sama seperti sebelum reaksi.

Fungsi katalis adalah memperbesar kecepatan reaksi (mempercepat reaksi) dengan

jalan memperkecil energi pengaktifan suatu reaksi dan dibentuknya tahap-tahap

reaksi yang baru. Dengan menurunnya energi pengaktifan, maka pada suhu yang sama

(14)

Katalis atau pengerasan (hardener) merupakan zat tambahan bagi system perekat.

Pengeras bergabung secara kimia dengan bahan rekatannya. Pengeras dapat berupa

monomer, polimer atau senyawa campuran dengan jumlah tertentu. Katalis juga

digunakan sebagai zat tambahan bagi resin thermoset agar dapat meningkatkan ikat

silang polimernya. Katalis ini dapat berupa zat asam, basa, garam, senyawa belerang

dan peroksida yang dipergunakan dalam jumlah sedikit saja. (J. Hartomo. Dkk, 1992)

2.10 Thinner

Fungsi Thinner pada pembuatan beton agar terjadi reaksi kimiawi dengan resin, untuk

membasahi agregat dan untuk melumasi campuran agar mudah pengerjaannya. Pada

umumnya thinner dapat dipakai untuk campuran beton. Thinner mengandung

senyawa- senyawa yang berbahaya, misalnya : tercemar garam, minyak, gula dan

bahan-bahan kimia lain. Bila dipakai untuk campuran beton akan dapat mengubah

sifat-sifat resin dan menurunkan kekuatannya. Selain itu, thinner juga dapat

mengurangi gaya tarik-menarik kemampuan senyawa antara agregat dengan resin dan

mempengaruhi kemudahan pengerjaan.

Thinner berlebihan akan menyebabkan banyaknya gelembung thinner setelah

proses hidrasi selesai, sedangkan thinner yang terlalu sedikit dapat menyebabkan

proses hidrasi tidak sempurna. Sebagai akibatnya beton yang dihasilkan memiliki

kekuatan yang kecil. ( A. J. Hartomo,1992)

2.11 Karakteristik Beton

Untuk mengetahui sifat-sifat dan kemampuan suatu material maka perlu dilakukan

pengujian. Adapun karakteristik beton yang telah diuji antara lain: pengujian sifat

fisis (penyerapan air, densitas, porositas), pengujian sifat mekanik (kuat impak, dan

kuat lentur).

2.11.1 Pengujian Fisis 2.11.1.1 Densitas

Kerapatan erat hubungannya dengan kekuatan beton, makin tinggi kerapatan beton

akan menyebabkan semakin luas pula kontak antar partikel dengan perekatnya,

(15)

atau densitas adalah perbandingan antara massa benda uji dengan volumenya. Dalam

pengujian beton ini benda uji ditimbang untuk mendapatkan massa beton (mk) setelah

itu beton direndam selama 24 jam untuk memperoleh massa basah beton (mb), namun

dalam hal ini beton dilap terlebih dahulu agar basah dari beton tidak berlebihan.

Besarnya densitas dapat dihitung dengan persamaan berikut:

(Van Vlank, 1998)

ρ

=

Vb Mk

... (2.1)

Dengan :

ρ

=

densitas (gr.cmˉ³) M

k = Massa kering (gram)

V

b = volume benda uji (cm³)

2.11.1.2Porositas

Porositas dapat di defenisikan sebagai perbandingan antara volume pori – pori

terhadap volume total beton. Porositas pada suatu material dinyatakan dalam persen

(%) ronggaa fraksi volume dari suatu rongga yang ada dalam materialtersebut.

Besarnya porositas pada suatu material bervariasi mulai dari 0% sampai dengan 90%

tergantung dari jenis material tersebut.

Ada dua jenis porositas yaitu porositas tertutup dan porositas terbuka. Porositas

tertutup pada umumnya sulit untuk ditentukan pori tersebut merupakan rongga yang

terjebak didalam padatan dan serta tidak ada akses kepermukaan luar, sedangkan

porositas terbuka masih ada akses kepermukaan luar walaupun rongga tersebut ada

ditengah – tengah padatan. Porositas suatu bahan pada umumnya dinyatakan sebagai

porositas terbuka dan dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut:

P = x ρair x 100% ... (2.2)

(16)

P = Porositas, %

Mb = Massa basah sampel setelah direndam (gr)

Mk = Massa kering sampel setelah direndam (gr)

Vb = volume benda uji (cm3) ρair = Massa jenis air (gr/cm3)

2.11.2 Pengujian Mekanik 2.11.2.1 Kuat Impak

Kuat impak adalah suatu kriteria penting untuk mengetahui kegetasan suatu bahan.

Kuat impak juga merupakan nilai impak (pukul) suatu bahan yang didalam keadaan

biasa bersifat liat, namun berubah menjadi getas akibat pembebanan tiba – tiba pada

suatu kondisi tertentu dengan satuan Newton meter. Pengujian impak dilakukan untuk

mengetahui besar energi yang diserap spesimen persatuan luas. Pengujian impak

menggunakan benda uji berbentuk balok.

Untuk menguji impak ini kedua ujung sampel dengan ukuran standar diletakkan

pada penumpu, kemudian beban dinamis dilepaskan dengan tiba-tiba dan cepat

menuju sampel. Dalam pengujian impak, impaktor yang digunakan dalam bentuk

pendulum yang diayunkan dari ketinggian dengan massa.

(17)

Harga impak menjadi besar dengan meningkatnya absorbsi kadar air dan menjadi

kecil karena pengeringan. Besarnya kuat impak daat di hitung dengan menggunakan

rumus :

Is = A Es

... (2.3)

Dengan :

Is : Kekuatan Impak (J/m2)

Es : energi yang diserap sampel setelah tumbukan (J)

A : luas penampang lintang sampel (m2)

2.11.2.2 Kuat Lentur

Pengujian kekuatan lentur dimaksudkan untuk mengetahui ketahanan polimer

terhadap pembebanan pada tiga titik lentur. Pengujian kekuatan lentur ini juga

bertujuan untuk mengetahui sifat keelastisan suatu bahan. Pada pengujian ini

pembebanan yang diberikan adalah tegak lurus terhadap arah sampel dengan tiga titik

lentur. Pada pengujian ini bila bahan diberi beban maka permukaan bawah akan

memanjang dan terjadi pelengkungan sampel akibat regangan tarik dan regangan

tekan. Besarnya pelengkungan pada titik tengah sampel dinamakan defleksi.

Pada pengujian ini harus proses perhitungan yang dilakukan adalah sebagai

berikut:

1. Dihitung beban maksimum benda uji.

2. Dihitung jarak penyangga dan lebar benda uji serta tebal benda uji.

3. Kemudian diuji nilai kuat lentur.

(Dicky, 2012)

(18)

b

L d

Gambar 2.2 Skematis pengujian kekuatan lentur

Kuat lentur beton dapat diperoleh dengan rumus :

Flt = 2

2 3

bd PL

... (2.4)

Dengan :

Flt = Kuat Lentur (Nm-2)

P = Gaya Penekan (N)

L = Jarak Dua Penumpu (m)

b = Lebar Sampel (m)

Gambar

Tabel 2.1  Kegunaan batu apung di sektor industri

Referensi

Dokumen terkait

Namun karena sampai dengan tahun 2014 Indonesia tidak memiliki peraturan perundang-undangan yang secara khusus mengatur tentang diskresi termasuk tidak memiliki wadah

Hal ini dibuktikan dengan nilai signifikansi pada variabel self regulated learning terhadap prokrastinasi akademik yaitu 0,000 sehingga nilai signifikansi lebih kecil dari

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan limpah karunia- Nya Penulis dapat menyelesaikan penyusunan Tugas Akhir ini dengan judul Peramalan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, kesimpulan yang dapat diambil untuk menjawab permasalahan yang diteliti, yaitu: (1) Ketersediaan infrastruktur publik

Para PNS lingkungan Kecamatan dan Kelurahan wajib apel pagi setiap hari senin di Halaman Kantor Kecamatan Kebayoran Baru, dan akan diberikan teguran kepada yang tidak ikut apel

Namun pada neonatus dengan gejala klinis TB dan didukung oleh satu atau lebih pemeriksaan penunjang (foto toraks, patologi anatomi plasenta dan mikrobiologis darah v.umbilikalis)

Langkah atau tugas tidak dikerjakan secara benar, atau dalam urutan yang salah (bila diperlukan) atau diabaikan.. 2 Cukup Langkah atau tugas dikerjakan secara benar,

Penelitian verifikatif pada dasarnya ingin menguji kebenaran dari suatu hipotesis yang dilaksanakan melalui pengumpulan data di lapangan dimana dalam penelitian ini