• Tidak ada hasil yang ditemukan

Intervensi Kesehatan Masyarakat dalam Pe

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Intervensi Kesehatan Masyarakat dalam Pe"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

Intervensi Kesehatan Masyarakat dalam Peningkatan Cakupan ASI Eksklusif di Wilayah

Puskesmas Sindang Barang Kota Bogor

Edwin Siswono1, Pujiyanto1, Utami Sulistyaningsih2, Rachma Rahim1, Rice Anggrayni1, Sindy Prabayuni1, I Ketut Sudiatmika1, Ahmad Saribi Adi Putra1, Radhiatul Hayati Putri1, Zahrina1, Gusti Verawati Bugista2 1)

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Gedung RIK Lantai 3, Kampus Baru UI Depok 16424 2)

UPTD Puskesmas Sindang Barang Kota Bogor, Jalan Sirnasari IV No. 33 Bogor 16117

Abstrak

Kesehatan ibu dan anak adalah perhatian masyarakat secara global, tidak terkecuali bagi Indonesia. Pemberian ASI eksklusif merupakan salah satu dari sekian fokus pemerintah dalam mengupayakan kesehatan masyarakat yang layak. Manfaat pemberian ASI eksklusif sampai dengan umur 6 bulan dapat melindungi bayi dari berbagai penyakit dan risiko kematian. Target pemerintah sendiri dalam cakupan ASI eksklusif adalah 80%, namun beberapa wilayah masih belum sesuai, khususnya cakupan ASI eksklusif di wilayah Puskesmas Sindang Barang di tahun 2012 hanya sebesar 34,3%. Penelitian ini bertujuan untuk melihat faktor risiko yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif dan upaya intervensi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan cakupan. Desain penelitian yang digunakan adalah cross-sectional dengan sampel sebesar 99 ibu dengan bayi kurang dari 2 tahun dan kegiatan intervensi dilakukan melalui penelitian kualitatif berupa focus group discussion dan observasi. Hasil penelitian menunjukkan 32,3% ibu memberikan ASI eksklusif dan rendahnya cakupan ini dipengaruhi oleh niatan ibu, dukungan suami, dan dukungan tenaga kesehatan. Output kegiatan intervensi menghasilkan peningkatan pengetahuan ASI eksklusif kader kesehatan sebanyak 11,1% dan ibu sebesar 52,5%.

Kata kunci: ASI ekslusif, pengetahuan, niat ibu, dukungan suami, dukungan tenaga kesehatan

Abstract

Maternal and child health is still on public eye globally, including Indonesia. Exclusive breastfeeding is one of government‟s priorities to increase a decent public health. The benefits of exclusive breastfeeding until aged 6 months is able to protect babies from various diseases and mortality. Government‟s target in terms of exclusive breasfeeding rates is 80%, however some districts didn‟t meet the expectation, in particular the previous rates of exclusive breastfeeding in Primary Health Center Sindang Barang Bogor, in 2012, was only at 34,3%. The study aimed to assess the risk factors of exclusive breastfeeding practice and health intervention to improve exclusive breastfeeding rates. The study design is cross-sectional and subjects are 99 mothers with babies aged under 2 years and qualitative assessment was conducted by focus group discussion and observation. The result saw 32,3 % of mothers practicing exclusive breastfeeding and mother‟s intention, husband support, healthworker suppport had influenced the low rates of exclusive breastfeeding. Intervention resulted an output with the improvement of understandings among peer support and mothers, at 11,1% and 52,5% respectively.

Keywords: exclusive breastfeeding, knowledge, mother‟s intention, husband support, healthworker support

Pendahuluan

Terdapat 10 juta bayi di negara berkembang mengalami kematian dan 60% diantaranya dapat ditekan risiko dengan cara memberikan nutrisi melalui ASI. Selain itu ASI juga bermanfaat untuk meningkatkan status kesehatan bayi dimana 1,3 bayi dapat diselamatkan. UNICEF dan WHO memberikan rekomendasi untuk memberikan ASI paling sedikit selama 6 bulan (WHO, 2005).

Pada umumnya kegagalan ASI eksklusif disebabkan oleh faktor bayi (BBLR, trauma persalinan, infeksi, kelainan kongenital, bayi kembar dll) dan faktor ibu (pembengkakan, abes payudara, dan kurang percaya diri). Selain itu hambatan pada inisiasi menyusui dini, paritas, umur, status merokok, dan tidak adanya dukungan keluarga dapat mempengaruhi kegagalan menyusui. Dari segi faktor sosial budaya dan petugas tenaga kesehatan terlihat bahwa kurangnya pendidikan laktasi dan kebijakan pelayanan kesehatan yang belum mendukung laktasi berpotensi untuk mempengaruhi ibu untuk tidak memberikan ASI (Brown, 2002).

(2)

sedini mungkin yaitu sejak dini yaitu sejak masih bayi, salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam peningkatan kualitas manusia adalah pemberian Air Susu Ibu (ASI). Pemberian ASI semaksimal mungkin merupakan kegiatan penting dalam pemeliharaan anak dan persiapan generasi penerus di masa depan. Akhir-akhir ini sering dibicarakan tentang peningkatan penggunaan ASI. Dukungan politis dari pemerintah terhadap peningkatan penggunaan ASI termasik ASI EKSLUSIF telah memadai, hal ini terbukti dengan telah dicanangkannya Gerakan Nasional Peningkatan Penggunaan Air Susu Ibu (GNPPASI) oleh Bapak Presiden pada hari Ibu tanggal 22 Desember 1990 yang betemakan "Dengan Asi, kaum ibu mempelopori peningkatan kualitas manusia Indonsia". Dalam pidatonya presiden menyatakan juga bahwa ASI sebagai makanan tunggal harus diberikan sampai bayi berusia empat bulan. Pemberian ASI tanpa pemberiaan makanan lain ini disebut dengan menyusui secara ekslusif. Selanjutnya bayi perlu mendapatkan makanan pendamping ASI kemudian pemberian ASI di teruskan sampai anak berusia dua tahun (Depkes RI, 1992).

Rendahnya cakupan ASI eksklusif di wilayah Puskesmas Sindang Barang tahun 2012 yakni sebesar 34% menurut laporan profil puskesmas. Dari permasalahan ini, peneliti ingin melihat gambaran cakupan ASI eksklusif di wilayah Puskesmas Sindang Barang Bogor dan mencari tahu penyebab atau faktor-faktor yang berkontribusi serta dari permasalahan tersebut bisa dilakukan upaya intervensi untuk memperbaiki cakupan ASI eksklusif.

Metode dan Material

Jenis desain studi yang digunakan dalam penelitian adalah cross-sectional dimana pengukuran variabel independen dan dependen dilakukan dalam periode waktu yang bersamaan. Variabel utama dalam penelitian ini adalah angka cakupan ASI eksklusif, sedangkan variabel faktor risiko yang diteliti meliputi karakteristik ibu, dukungan suami, dan dukungan tenaga kesehatan. Upaya intervensi yang dilakukan berdasarkan hasil peneltiian bertujuan untuk mengukur peningkatan pengetahuan ibu kader dan ibu sasaran dalam pemahaman mengenai ASI eksklusif. Sampel yang dimasukkan ke dalam studi sebanyak 99 ibu yang memiliki bayi dibawah 2 tahun dengan metode pengambilan sampel yaitu purposive sampling di wilayah kerja Puskesmas Sindang Barang. Sedangkan kegiatan intervensi melibatkan sasaran langsung sebanyak 28 ibu kader dn sasara tidak langsung ibu hamil sebanyak 20. Penelitian dari tahap assesment hingga kegiatan intervensi berlangsung selama 1 tahun, dari September 2013 sampai dengan Agustus 2014

Hasil

Gambaran Pemberian ASI Eksklusif

Pemberian ASI eksklusif dikelompokkan menjadi dua, yaitu eksklusif jika dari lahir sampai usia 6 bulan bayi hanya diberi ASI saja tanpa makanan/minuman, tetapi jika bayi sudah diberikan makanan/minuman sebelum usia 6 bulan maka dikelompokkan menjadi tidak eksklusif. Hasil penelitian yang dilakukan mendapatkan jumlah responden yang memberikan ASI eksklusif adalah sebanyak 53,5%. Jumlah ini hanya sedikit lebih banyak dibandingkan dengan responden yang tidak memberikan ASI eksklusif, yaitu sebanyak 46,5%.

Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan Pemberian ASI Eksklusif Pemberian ASI Eksklusif Jumlah Presentase (%)

Eksklusif 32 32,3

Tidak Eksklusif 67 67,7

Total 99 100

Gambaran Karakteristik Responden

(3)

sebanyak 11 orang (11,1%), lebih kecil jika dibandingkan dengan proporsi responden yang berumur antara 25-34 tahun, yaitu sebanyak 18 orang (18,2%). Sedangkan responden yang memiliki umur dibawah 25 tahun terdapat sebanyak 70 orang (70,7%).

Tingkat pendidikan merupakan jenjang sekolah formal yang ditamatkan oleh responden. Jika dilihat dari tingkat pendidikan, didapatkan proporsi responden yang berpendidikan tinggi (SMA ke atas) adalah 47 orang (47,5%), angka ini hanya sedikit kecil dari proporsi responden yang berpendidikan rendah (SMP ke bawah) yaitu sebanyak 52 (52,5%).

Mengenai pekerjaan responden, hasil penelitian menunjukkan 87 responden tidak bekerja atau berprofesi sebagai ibu rumah tangga (87,5%), sedangkan yang bekerja hanya 12 orang (12,5%) yang terdiri wiraswasta, PNS, dan karyawan swasta.

Tabel 2. Distribusi Responden Berdasarkan Umur, Tingkat Pendidikan, dan Pekerjaan

Karakteristik Jumlah Presentase (%)

1. Umur

 < 25 tahun  25-34 tahun  ≥ 35 tahun 2. Pendidikan

 Rendah

 Menengah ke atas 3. Pekerjaan

 Tidak bekerja  Bekerja

70 18 11

52 47

87 12

70,7 18,2 11,1

52,5 47,5

87,5 12,5

Gambaran Niat, Pengetahuan, dan Sikap Ibu

Niat ibu merupakan kesungguhan Ibu untuk memberikan bayinya ASI eksklusif sejak kehamilannya hingga benar-benar terealisasikan pasca-persalinan. Dalam penelitian ini dapat terlihat bahwa 77 responden memiliki niatan yang baik untuk memberikan bayinya ASI eksklusif, sedangkan 22 responden lainnya masih memiliki niat yang kurang, hal ini diduga karena tidak terealisasikannya pemberian ASI eksklusif ketika pasca-kelahiran.

Pengetahuan Ibu untuk memberikan bayinya ASI eksklusif adalah sejauh mana memahami manfaat dan pentingnya ASI eksklusif . Dalam penelitian ini dapat terlihat bahwa 77 responden memiliki niatan yang baik untuk memberikan bayinya ASI eksklusif, sedangkan 22 responden lainnya masih memiliki niat yang kurang, hal ini diduga karena tidak terealisasikannya pemberian ASI eksklusif ketika pasca-kelahiran.

(4)

Tabel 3. Distribusi Responden Niat Ibu, Pengetahuan Ibu, dan Sikap Ibu Variabel Pemberian ASI Eksklusif Jumlah Presentase (%) Niat Ibu

Rendah 22 22,2

Tinggi 77 77,8

Pengetahuan Ibu

Baik 5 5,1

Kurang 94 94,9

Sikap Ibu

Kurang 77 77,8

Baik 22 22,2

Gambaran Dukungan Suami, Dukungan Orang Tua, dan Dukungan Tenaga Kesehatan

Hasil peneltian dapat ditunjukkan dukungan suami mengenai ASI eksklusif terdapat 48 responden yang mendukung dengan kuat tentang ASI eksklusif, dan lainnya sebanyak 51 kurang mendukung dalam ASI eksklusif. Sedangkan 46 responden (46%) mendapat dukungan kuat dari orang tua mengenai ASI eksklusif, sedangkan 53 responden lainnya kurang mendapatkan dukungan dari orang tua.

Dukungan petugas kesehatan merupakan penilaian responden terhadap informasi tentang pemberian ASI eksklusif dari petugas kesehatan yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa responden yang mendapatkan dukungan kuat dari petugas kesehatan adalah sebanyak 23 orang (23,2%) dan yang mendapatkan dukungan kurang adalah sebesar 76 responden, seperti yang ditunjukkan pada tabel berikut ini:

Tabel 4. Distribusi Responden Berdasarkan Dukungan Suami, Orang Tua, dan Tenaga Kesehatan Variabel Pemberian ASI Eksklusif Jumlah Presentase (%)

Dukungan Suami

Kurang 51 51,5

Kuat 48 48,5

Dukungan Orang Tua

Kurang 53 53,5

Kuat 46 46,5

Dukungan Tenaga Kesehatan

Kurang 76 76,8

Kuat 23 23,2

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemberian ASI Eksklusif

Hasil analisis menunjukkan bahwa proporsi responden berumur berumur lebih dari dan sama dengan 25 yang memberikan ASI eksklusif adalah sebesar 36%, ini lebih besar dibandingkan proporsi responden yang berumur kurang dari 25 tahun yaitu 20,8%. Hasil uji statistik menunjukkan perbedaan tersebut tidak bermakna (p=0,593) atau umur ibu tidak berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif.

Jika dilihat dari tingkat pendidikan, proporsi responden yang berpendidikan tinggi dan memberikan ASI eksklusif sebanyak 29,8%, ini lebih kecil jika dibandingkan dengan proporsi responden yang memiliki pendidikan rendah, yaitu 34,6%. Hasil uji statistik diperoleh nilai p=0,670 yang artinya tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan pemberian ASI eksklusif.

Uji hubungan antara pekerjaan dengan pemberian ASI eksklusif, didapatkan bahwa responden yang tidak bekerja memberi ASI eksklusif hanya 31%, angka ini lebih kecil dibandingkan proporsi responden yang bekerja dan memberikan ASI eksklusif sebesar 41,7%. Hasil uji statistik menyatakan perbedaan tersebut tidak bermakna (p=0,517) atau pekerjaan ibu tidak berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif.

(5)

Hasil uji statistik di dapatkan p value = 0.009. berarti ada perbedaan yang signifikan niat ibu terhadap pemberian ASI eksklusif. Berdasarkan hasil penelitian yang disajikan pada tabel, dari 5 responden yang memiliki pengetahuan baik, ibu yang memberikan ASI eksklusif sebanyak 2 orang (40%) dan ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif sebanyak 3 orang (60%), sedangkan dari 94 responden yang memiliki pengetahuan kurang, ibu yang memberikan ASI eksklusif sebanyak 30 orang (31,9%) dan ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif sebanyak 64 orang (68,1%).

Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan uji chi-square (x2) menghasilkan probabilitas sebesar 0,657 pada tingkat kesalahan (α) 0,05. Bila nilai probabilitas lebih kecil dari tingkat kesalahan maka dapat dinyatakan bahwa terdapat hubungan antara kedua variabel independendan variabel dependen dan sebaliknya. Hal ini berarti bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan ibu menyusui dengan pemberian ASI eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Sindang Barang. Dari 22 responden yang memiliki pengetahuan baik, ibu yang memberikan ASI eksklusif sebanyak 11 orang (50%) dan ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif sebanyak 11 orang (50%), sedangkan dari 77 responden yang memiliki pengetahuan kurang, ibu yang memberikan ASI eksklusif sebanyak 21 orang (27,3%) dan ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif sebanyak 56 orang (72,7%).

Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara sikap ibu menyusui dengan pemberian ASI eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Sindang Barang. Berdasarkan hasil analisis pada tabel 4.23 ditunjukkan bahwa terdapat sebanyak 22 (48.8%) ibu yang menyusui secara eksklusif dengan dukungan yang kuat suami tentang asi eksklusif. Hasil uji statistik diperoleh nilai p=0.009 maka dapat disimpulkan ada perbedaan proporsi kejadian menyusui eksklusif antara dukungan suami yang kuat tentang asi eksklusif dengan dukungan suami yang kurang tentang asi eksklusif. Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR= 3,469 artinya dukungan suami yang kuat tentang asi eksklusif mempunyai peluang 3,47 kali terhadap pemberian asi eksklusif oleh ibu dibandingkan dengan dukungan suami yang kurang tentang asi eksklusif.

Berdasarkan hasil analisis ditunjukkan bahwa terdapat sebanyak 21 (39.6%) ibu yang menyusui secara eksklusif dengan dukungan yang kurang dari orang tua tentang asi eksklusif. Hasil uji statistik diperoleh nilai p=0.132 maka dapat disimpulkan tidak ada perbedaan proporsi kejadian menyusui eksklusif antara dukungan orang tua yang kurang tentang asi eksklusif dengan dukungan orang tua yang kuat tentang asi eksklusif. Berdasarkan tabel terlihat bahwa ada hubungan antara pemberian ASI ekslusif dengan dukungan petugas kesehatan. Semakin kuat dukungan petugas kesehatan semakin besar jumlah pemberian ASI ekslusif. Dari 76 ibu yang mendapat dukungan kurang dari petugas kesehatan, sebanyak 17 orang (22,4%) melakukan pemberian ASI ekslusif. Sedangkan dari 23 ibu yang kuat mendapat dukungan dari petugas kesehatan, sebanyak 15 orang (65,2%) melakukan pemberian ASI ekslusif. Dari nilai OR (6,507) dapat disimpulkan bahwa ibu yang mendapat dukungan kuat dari petugas kesehatan mempunyai kecenderunagn untuk melakukan pemberian ASI ekslusif sebesar 6,507 kali lebih besar dibandingkan dengan ibu yang kurang mendapat dukungan dari petugas kesehatan untuk melakukan pemberian ASI ekslusif (Nilai p=0,00025).

Tabel 5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemberian ASI Eksklusif

(6)

Pekerjaan

Hasil Kegiatan Pelatihan Kader Cerdas ASI Eksklusif

Untuk mengetahui tingkat pengetahuan sebelum dan sesudah diberikan intervensi, maka perlu dilakukan suatu pengukuran dengan menggunakan lembar pre-test sebelum pemberian materi dan post-test setelah selesai pemberian materi baik kegiatan intervensi pada saat pelatihan kader maupun penyuluhan di Posyandu. Selanjutnya untuk mengetahui evaluasi dari kegiatan pelatihan kader maka perlu untuk dilakukan survey angket mengenai pelaksanaan acara pelatihan kader. Kegiatan intervensi berupa pelatihan kader cerdas ASI eksklusif harus dapat diukur agar dapat menentukan keberhasilan program. Hal ini bertujuan untuk melihat apakah ada perbedaan antara pengetahuan kader sebelum dan sesudah pelatihan ASI eksklusif.

Hasil Pre-test dan Post-test Penyuluhan ASI Eksklusif di Puskesmas

Tabel 6. Hasil Pre dan Post-test Penyuluhan ASI Eksklusif di Puskesmas

Skor Mean Std. Deviation Min Max Nilai-p

Skor Pre 64.56 10.80 46.67 86.67 0,015

Skor Post 72.09 14.44 20.00 86.67

Peningkatan dari Pre-test ke

Post-test

11,66%

(7)

Hasil pre-test dan post-test pada pelatihan kader ini telah mencapai tujuan khusus kegiatan PBL 2 pada point a, yaitu meningkatkan pengetahuan kader kesehatan dalam mempromosikan pemberian ASI Eksklusif. Adapun indikator keberhasilannya terlihat dari adanya peningkatan pengetahuan sebelum dan sesudah dilakukannya pelatihan kader cerdas ASI eksklusif.

.

Hasil Pre-test dan Post-test Penyuluhan ASI Eksklusif di Posyandu

Tabel 7. Hasil Pre dan Post-test Penyuluhan ASI Eksklusif di Posyandu Skor

Mean Std.

Deviation Min Max Nilai-p

Skor Pre-test 55.44 20.317 25 100 0,001

Skor Post-test 84.56 12.393 66 100

Peningkatan dari Pre-test ke

Post-test 52,52 %

Dilihat dari tabel mengenai pengukuran pengetahuan Ibu hamil dan ibu yang berkunjung ke posyandu pada saat penyuluhan ASI eksklusif diatas bahwa nilai pre-test yang diperoleh dengan sebaran nilai terendah adalah 25 sampai nilai tertinggi yaitu 100 dengan skor rata-rata sebelum dilakukan intervensi adalah 55,44. Nilai post-test yang diperoleh dengan sebaran nilai terendah adalah 66 sampai dengan nilai tertinggi yaitu 100, dengan rata-rata sebesar 84,56 . Nilai-p yang didapatkan dengan uji wilcoxon menunjukkan nilai-p sebesar 0,0001 (p<0,005) yang artinya ada perbedaan signifikan antara sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan dengan selisih rata-rata antara pre-test dan post-test sebesar 52,52%.

Hasil ini menunjukkan bahwa kegiatan penyuluhan sebagai implementasi dari program pelatihan kader telah sesuai dengan tujuan khusus kegiatan PBL 2 point c, yaitu meningkatkan pengetahuan ibu hamil dan ibu yang memiliki balita mengenai manfaat, cara pemberian, dan mitos mengenai ASI eksklusif. Indikator keberhasilan yang tercapai terlihat dari adanya perbedaan signifikan pengetahuan ibu hamil dan ibu yang memiliki balita sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan oleh kader.

Survei Angket Evaluasi Kegiatan Pelatihan Kader Cerdas ASI Eksklusif

Sebagai evaluasi pelaksanaan kegiatan pelatihan cerdas ASI eksklusif, kami melakukan survey angket kepuasan mengenai kegiatan pelatihan untuk masukan sebagai pelatihan ASI eksklusif selanjutnya. Pertama, kami menanyakan pendapat kader mengenai pengemasan konten pelatihan secara keseluruhan, dan 93% kader memberikan penilaian bagus dengan skor 4 atau 5 (dari nilai 0-5). Selanjutnya, untuk mengetahui apakah pelatihan kader cerdas ASI eksklusif memenuhi kebutuhan dan harapan dari Ibu kader, maka kami menanyakan tentang kesesuaian antara kebutuhan dan harapan kader. Hasilnya sebesar 82% Ibu kader menjawab iya dan sesuai dengan kebutuhan dan harapan kader. Sedangkan penyampaian informasi yang diberikan oleh narasumber terkait ASI eksklusif, didapatkan hasil bahwa 48% kader mengatakan informasi yang tersampaikan cukup (skor 3 dari 5)

(8)

Gambar 1. Hasil Evaluasi Kegiatan Pelatihan Kader ASI Eksklusif Cerdas

Focus Group Discussion Pelatihan Kader Cerdas ASI Eksklusif

Sesi terakhir dalam kegiatan pelatihan kader cerdas ASI eksklusif dilakukan focus group discussion untuk memperkuat pemahaman ibu-ibu kader mengenai ASI eksklusif yang telah disampaikan sebelumnya pada sesi pleno. Pada sesi ini lebih fokus dan terarah terhadap 3 poin utama, yakni: 1. Review mengenai materi tentang manfaat pemberian ASI eksklusif karena hal ini dapat menjadi point utama yang dapat mempersuasi ibu hamil/yang memiliki bayi dan berkunjung ke Posyandu untuk melaksanakan pemberian ASI eksklusif; 2. Mempraktikkan kembali mengenai posisi yang benar mengenai cara pemberian ASI eksklusif agar diharapkan kader dapat terampil dalam membantu ibu hamil atau ibu yang memiliki bayi dan menemui kendala; 3. Sharing lebih dalam tentang permasalahan dan mitos mengenai ASI eksklusif yang berkembang di masyarakat serta memberikan solusi atau meluruskan mitos tersebut.

Untuk point pertama terkait kandungan gizi dan manfaat ASI, ibu kader sudah menjelaskannya secara lengkap kepada fasilitator seperti menyebutkan adanya kandungan DHA di dalam ASI dan lain-lain. Untuk manfaat ASI, kader sudah dengan benar menyebutkan beberapa manfaat ASI seperti memperpanjang kehamilan dan pendarahan untuk ibu, meningkatkan kecerdasan otak bayi, dan manfaat lainnya seperti dapat menghemat pengeluaran ekonomi keluarga.

Pokok bahasan yang kedua adalah mengenai tata cara pemberian ASI. Ibu kader mampu menjelaskan kembali bagaimana tata cara pemberian ASI yang benar berikut dengan posisinya. Ada 4 tahap posisi yang benar terkait dengan pemberian ASI, yaitu langkah-langkah dalam posisi pemberian ASI: 1. Kepala bayi dalam posisi lurus; 2. Bayi menghadap ke payudara dengan hidung menempel pada payudara Ibu; 3. Tubuh bayi menempel pada tubuh Ibu; 4. Seluruh tubuh bayi ditopang dan tidak hanya bagian leher dan bahu.

Ketika ditanya apakah kader menemukan hal unik di lapangan terkait ASI Eksklusif, mereka mengatakan mitos tentang ASI Eksklusif di wilayah Sindang Barang masih sangat kental. Contohnya saja seperti pendapat ibu masyarakat tentang ASI yang tidak keluar, takut payudara turun atau kendur, mengikuti perintah mertua dan lain sebagainya.

(9)

warganya berpendidikan cukup baik jarang untuk mau datang ke posyandu. Kader juga mengatakan bahwa untuk memberitahu si ibu tentang pentingnya ASI ekslusif di posyandu kadang susah, karena yang mengantarkan si bayi ke posyandu bukan ibunya tapi si nenek. Selain itu, kader juga menyayangkan tindakan bidan yang memberikan susu formula kepada bayi dan ibu pasca melahirkan. Mereka menyayangkan kenapa bidan yang harusnya mendukung ASI Ekslusif malah memberikan susu formula.

Masyarakat awam beranggapan bahwa jumlah ASI berkurang makanya harus ditambah dengan susu formula, stigma ini kemudian diluruskan oleh pemikiran Ibu kader sendiri bahwasanya jumlah ASI yang keluar itu bergantung pada asupan nutrisi yang dikonsumsi oleh Ibu, oleh karena itu sangat penting untuk mengkosumsi makanan yang bernutrisi. Pendangan lain yang salah tentang ASI adalah membuat bayi lebih sering terkena diare dan mencret, justru Ibu kader meluruskan bahwasanya ASI mempunyai antibodi dan zat kekebalan yang mampu menyerang penyakit yang masuk ke dalam tubuh bayi;

Selanjutnya dilakukan simulasi yang diperagakan oleh salah satu ibu kader. Dalam role play kader berperan untuk menyampaikan materi dan melakukan intervensi sedangkan peserta yang lainnya bermain peran menjadi ibu hamil yang sedang diintervensi. Dalam bermain peran cara penyampaian dari kader masih belum terstrukutur akan tetapi bahasa yang digunakan cukup baik, poin materi penting juga sudah tersampaikan. Dalam menyampaikan masih kurang tegas dan percaya diri. Perlu untuk latihan dan mempelajari materi lebih lanjut.

Observasi Penyuluhan ASI Eksklusif di Posyandu

Kegiatan observasi penyuluhan ASI eksklusif di Posyandu dilihat atau diamati dengan menggunakan panduan daftar tilik (check list) yang bertujuan untuk melihat secara langsung pelaksanaan kegiatan penyuluhan ASI eksklusif oleh kader yang telah kami latih sebelumnya. Disini kami mengunjungi 2 posyandu yaitu Posyandu IA pada saat kelas Ibu hamil dan Posyandu 5B

Tabel 7. Hasil Obervasi Penyuluhan ASI Eksklusif di Posyandu

Indikator

Satu per satu ibu kader yang datang ke Posyandu diberikan penyuluhan ASI eksklusif dan dimulai dengan pengertian ASI eksklusif

Manfaat ASI

Disini ibu kader hanya fokus penjelasan manfaat ASI bagi bayi saja, tidak pada manfaat untuk ibu

Ibu kader hanya fokus penjelasan manfaat ASI bagi bayi saja, tidak pada manfaat untuk ibu

Mitos dan masalah ASI

eksklusif

Ibu kader mampu menjawab pertanyaan dari ibu hamil yang menemui kendala ketika pemberian ASI eksklusif, seperti: puting yang lecet dan dukungan yang kurang dari mertua

Ibu kader mampu menjawab pertanyaan dari ibu hamil yang menemui kendala ketika mendapatkan susu formula dari oknum bidan, yaitu dengan menolak atau menerima tapi tidak dikonsumsi untuk sendiri

Cara menyusui

Ibu kader mampu menjelaskan dengan baik 4 hal utama dalam posisi pemberian ASI yang benar

Karena ibu yang berkunjung ke posyandu datangnya silih berganti membuat Ibu kader tidak

mempunyai kesempatan untuk mengenalkan posisi eksklusif hanya 6 bulan saja tanpa campuran makanan/minuman lain

Ibu kader mampu menekankan kepada ibu-ibu bahwa waktu pemberian ASI eksklusif hanya 6 bulan saja tanpa campuran makanan/minuman lain

Metode Penyuluhan

Ibu kader terampil dalam komunikasi ketika penyuluhan dengan mengarahkan informasi menjadi 2 arah

Menggunakan media penyuluhan

Ibu kader sembari menjelaskan mengenai ASI eksklusif juag didukung dengan pembagian leaflet

x

Ibu kader tidak menjelaskan punyuluhan dengan media, namun poster terlihat ditempel di dekat pintu masuk posyandu

Memberikan semangat dan motivasi

x

Tidak ada motivasi dan semangat yang

tersampaikan secara langsung

(10)

Pembahasan

Pemberian ASI eksklusif dikelompokkan menjadi dua, yaitu eksklusif jika dari lahir sampai usia 6 bulan bayi hanya diberi ASI saja tanpa makanan/minuman, tetapi jika bayi sudah diberikan makanan/minuman sebelum usia 6 bulan maka dikelompokkan menjadi tidak eksklusif. Hasil penelitian yang dilakukan mendapatkan jumlah responden yang memberikan ASI eksklusif adalah sebanyak 53,5%. Jumlah ini hanya sedikit lebih banyak dibandingkan dengan responden yang tidak memberikan ASI eksklusif, yaitu sebanyak 46,5%.

Melihat data yang didapatkan diatas, gambar pemberian ASI Eksklusif yang terdapat di wilayah Puskesmas Sindang Barang, Bogor Barat, Kota Bogor, masih dikatakan jauh dari kata berhasil. Seperti yang kita ketahui, dengan adanya Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2012 Tentang Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif, seharusnya angka pemberian ASI Eksklusif di seluruh wilayah Indonesia meningkat, termasuk kota Bogor. “Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi meminta pemerintah daerah gencar mengkampanyekan pemberian Air Susu Ibu (ASI) eksklusif untuk bayi. Nafsiah mengatakan, pemberian air susu ibu ekslusif untuk bayi Indonesia saat ini rata-rata 34 persen. Kementerian Kesehatan, kata Nafsiah menargetkan, pemberian ASI oleh ibu menyusui di angka 80 persen hingga 90 persen. Kesadaran akan pentingnya pemberian ASI, kata dia, akan terus dikampayekan Kementerian yang dia pimpin”(Simatupang,2013). Indikator pemberian ASI Eksklusif yang disebutkan diatas, masih sangat jauh untuk mencapainya,dilihat dari hasil data presentase pemberian ASI Eksklusif di Sindang Barang,Bogor Barat,Bogor.

Menurut Nursalam (2003), bahwa semakin cukup umur maka tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berpikir maupun berperilaku. Hasil uji statistik menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara umur terhadap keberhasilan pemberian ASI eksklusif. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Marlina (2005), yang menyebutkan bahwa ada kecenderungan peningkatan perilaku, semakin tua umur responden, praktek pemberian ASI eksklusif semakin tinggi. Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat tidak ada hubungan yang bermakna antara tingkatan pendidikan dengan pemberian ASI eksklusif. Ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Marzuki (2004) yang mengatakan bahwa ada hubungan bermakna antara status pendidikan dengan pemberian ASI eksklusif. Besar kecilnya peluang ibu dalam memberikan ASI eksklusif juga dipengaruhi oleh status pekerjaan. Adanya kecenderungan pada ibu jika memiliki pengahsilan sendiri menjadi penyebab kegagalan pemberian ASI eksklusif, oleh sebab itu penting sekali semua tempat kerja memberikan ASI eksklusif. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan antara pekerjaan dengan ASI eksklusif. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan Amaral (2003) yang menyatakan bahwa ada hubungan signifikan antara pekerjaan dengan pemberian ASI eksklusif.

Niat ibu merupakan kesungguhan Ibu untuk memberikan bayinya ASI eksklusif sejak kehamilannya hingga benar-benar terealisasikan pasca-persalinan. Dalam penelitian ini dapat terlihat bahwa 77 responden memiliki niatan yang baik untuk memberikan bayinya ASI eksklusif, sedangkan 22 responden lainnya masih memiliki niat yang kurang, hal ini diduga karena tidak terealisasikannya pemberian ASI eksklusif ketika pasca-kelahiran. Penelitian didapatkan hubungan antara niat ibu dengan pemberian ASI eksklusif di wilayah Kelurahan Sindang Barang, dimana ibu yang memiliki niat baik akan cenderung untuk menyusui ASI eksklusif pada bayinya 6,83 kali lebih besar dibandingkan dengan ibu yang memiliki niat kurang

Hasil analisis penelitian ini sejalan degan hasil studi Cohort longitudinal di Avon, United Kingdom yang menyimpulkan bahwa niat ibu merupakan prediktor yang lebih kuat di banding faktor demografi dan lainnya. Sebagaimana dalam Theory of Reasoned Action (TRA), yang menyatakan bahwa faktor yang paling penting pada perilaku (bahavior) seseorang adalah niat atau behavior intetion (Mantaho & Kaspryk, 2002).

(11)

Pengetahuan responden tentang ASI eksklusif tidak berhubungan dengan pemberian ASI karena pengetahuan responden yang baik tentang ASI eksklusif belum terwujud dalam tindakan pemberian ASI eksklusif dan dengan pengetahuan yang kurang tidak membuat tindakan menjadi kurang baik. Melalui penyesuaian diri, pengetahuan yang masih kurang dapat disesuaikan dengan berpikir logis untuk melakukan tindakan yang baik. Terdapat berbagai faktor yang bisa mempengaruhi pemberian ASI eksklusif. Menurut Amiruddin dan Rostia (2007), kurangnya dukungan dari keluarga merupakan salah satu faktor terhambatnya pemberian ASI eksklusif sehingga walaupun ibu pernah menerima atau tidak pernah menerima informasi ASI eksklusif dari petugas kesehatan tidak akan mempengaruhi tindakan ibu untuk memberikan ASI eksklusif pada bayi mereka. Menurut Roesli (2000), sering kali ibu yang bekerja mengalami dilema dalam memberikan ASI eksklusif pada bayinya meskipun kelompok ini tahu manfaat dan keunggulan ASI, namun sulit untuk mempraktikkannya. Selain itu, gencarnya promosi dan penjualan susu formula juga menjadi pemicu rendahnya pemberian ASI eksklusif kepada bayi, padahal kandungan nutrisi dan kualitas ASI jauh lebih baik untuk bayi jika dibandingkan dengan susu formula. Beredarnya produk susu formula ini juga mudah dibeli masyarakat. Jadi banyak ibu yang lebih memilih memberi susu formula karena dinilai lebih praktis.

Tidak adanya hubungan antara pengetahuan ibu dengan pemberian ASI eksklusif. Hal tersebut dikarenakan ibu menyusui hanya sekedar mengetahui namun belum memahami, mengaplikasikan, mensistesis dan mengevaluasi apa yang diketahui.

Sikap tentang pemberian ASI eksklusif merupakan faktor yang menentukan seseorang untuk bersedia atau kesiapan untuk memberikan ASI secara eksklusif. Dalam hubungannya dengan ASI eksklusif, sikap ibu adalah bagaimana reaksi atau respon tertutup ibu menyusui terhadap ASI eksklusif. Jika ibu sudah memiliki sikap yang kuat dalam memberikan ASI eksklusif, maka perilakunya menjadi lebih konsisten dan sebaliknya.

Sikap dapat terbentuk dari adanya interaksi sosial yang dialami individu. Interaksi di sini tidak hanya berupa kontak sosial dan hubungan antar pribadi sebagai anggota kelompok sosial, tetapi meliputi juga hubungan dengan lingkungan fisik maupun lingkungan psikologis sekitarnya (Maulana,2009).

Dukungan suami sangat erat kaitannya dengan pemberian asi eksklusif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu yang mendapatkan dukungan yang kuat dari suami memberikan asi eksklusif pada bayinya dibandingkan dukungan suami yang kurang. Hasil uji chi square memperlihatkan nilai p=0.009 sehingga dapat disimpulkan bahwa dukungan suami berhubungan signifikan dengan pemberian asi eksklusif.

Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rokhanawati, Dewi (2009) menemukan bahwa dukungan sosial dari suami mempunyai hubungan yang bermakna dengan pemberian asi ekslusif oleh ibu kepada bayinya. Malau (2010) menemukan ada hubungan yang signifikan antara dukungan suami dan kemauan ibu memberikan asi eksklusif dengan kekuatan hubungan sedang (r=0.38) yang berarti semakin kuat dukungan dari suami tentang asi eksklusif maka semakin besar pula kemauan ibu untuk memberikan asi eksklusif.

Penelitian lainnya oleh Fjeld,. (2008) menyebutkan bahwa orang tua ibu yang tidak memiliki pengetahuan yang baik tentang asi eksklusif sangat mempengaruhi perilaku ibu dalam memberikan asi esklusif kepada anaknya. Informasi lainnya yang diperoleh dari penelitian Rasyika, dkk (2012) adalah adanya kebiasaan nenek mencarikan donor asi jika asi ibu tidak lancar. Nenek cenderung memberikan penyusuan kepada tante bayi (saudara ibu bayi) atau keluarga terdekat lainnya. Hal ini pada dasarnya bukanlah sesuatu yang menghambat asi eksklusif, sebagaimana juga telah diatur dalam PP No.33 Tahun 2012 Tentang Asi Eksklusif, dimana di dalamnya disebutkan mengenai pendonor ASI. Pada intinya pedoman ASI ini diperbolehkan dengan syarat yang telah dicantumkan PP tersebut.

(12)

terjadinya perilaku kesehatan, seperti puskesmas, rumah sakit, tempat pembuangan sampah, makanan bergizi, uang, dan sebagainya. Petugas sebagai bagian dari sarana seharusnya memberikan ibu informasi yang baik dan jelas guna membentuk perilaku ibu dalam pemberian ASI eksklusif.

Selain itu, dukungan petugas juga dapat tergolong sebagai faktor penguat yang mendorong dan memperkuat terjadinya perilaku. Faktor ini timbul karena seringkali meskipun seseorang tahu dan mampu berperilaku sehat, namun tidak melakukannya. Dalam kuesioner, ibu pasca melahirkan mendapatkan susu formula dari petugas. Oleh karena itu, walaupun ibu mengetahui mengenai ASI eksklusif, ibu tetap terdorong memberikan susu formula karena didukung petugas secara tidak langsung melalui pemberian susu formula tersebut.

Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner, sehingga kualitas data yang terkumpul dalam penelitian ini sangat bergantung pada kemampuan pewawancara serta pada kemampuan ibu mengingat kembali peristiwa atau apa yang telah dilakukan selama hamil, bersalin, dan masa menyusui, dan faktor lupa dapat menjadi penyebab recall bias, selain itu keterbatasan pengumpulan data dengan pengisian kuesioner dapat bersifat subyektif, sehingga kebenaran dan kesungguhan responden dalam menjawab pertanyaan ikut menentukan kualitas data. Disisi lain, metode pengambilan sampel yang digunakan adalah non-probability sampling sehingga keadaan yang benar-benar ada di populasi mungkin saja tidak terwakili oleh sampel yang diambil oleh peneliti.

Kesimpulan

Sebanyak 32,3% ibu menyusui secara eksklusif di wilayah Kelurahan Sindang Barang, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor. Didapatkan hubungan antara niat ibu dengan pemberian ASI eksklusif di wilayah Kelurahan Sindang Barang, dimana ibu yang memiliki niat baik akan cenderung untuk menyusui ASI eksklusif pada bayinya 6,83 kali lebih besar dibandingkan dengan ibu yang memiliki niat kurang

Didapatkan hubungan antara dukungan suami dengan pemberian ASI eksklusif di wilayah Kelurahan Sindang Barang, dimana ibu yang mendapatkan dukungan yang kuat dari suami cenderung untuk menyusui ASI eksklusif pada bayi 3,47 kali lebih besar dibandingkan dengan ibu yang kurang mendapatkan dukungan dari suami. Didapatkan hubungan antara dukungan petugas kesehatan dengan pemberian ASI eksklusif di wilayah Kelurahan Sindang Barang, dimana Ibu yang mendapatkan dukungan kuat dari petugas kesehatan mempunyai kecenderungan untuk menyusui ASI secara eksklusif 6,5 kali lebih besar dibandingkan dengan ibu yang kurang mendapatkan dukungan dari petugas kesehatan. Tidak ada hubungan antara umur, pendidikan, pekerjaan, pengetahuan, sikap, dukungan orang tua, dan ketersediaan waktu ibu terhadap pemberian ASI eksklusif di wilayah Kelurahan Sindang Barang, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor Tahun 2013.

Terdapat peningkatan pengetahuan tentang ASI Eksklusif pada kader (11,66%) dan ibu hamil (52,52%) yang dihitung melalui pre/post-test. Penilaian kader terhadap Pelatihan ASI Eksklusif yang dilakukan adalah bagus yaitu sebesar 93%. Selain itu, Pelatihan yang dilakukan sudah memenuhi kebutuhan para kader terkait informasi tentang ASI Eksklusif (82%). Menurut kader, materi tersampaikan dengan baik (48 %) dan 100% kader bersedia memberikan penyuluhan ASI Eksklusif terhadap ibu hamil. Pengukuran terhadap keterampilan kader tidak dapat dinilai dengan jelas, hal ini karena kader yang kami observasi pada saat di Posyandu tidak memiliki kesempatan untuk melakukan roleplay ketika pelatihan kader cerdas ASI eksklusif sebelumnya karena keterbatasan alokasi waktu. Pada observasi Posyandu IA dan Posyandu 5B kader menyampaikan penyuluhan sesuai dengan substansi materi yang telah ditentukan meskipun belum memberikan semangat dan motivasi serta belum menggunakan media penyuluhan secara efektif.

(13)

Referensi

Amiruddin R, Rostia. 2007. Promosi Susu Formula Menghambat Pemberian ASI Eksklusif Pada Bayi 6 – 11

Bulan di Kelurahan Pa’Baeng-Baeng Makassar Tahun 2006.(Jurnal)

Brown, J. E. et.al. 2002. Nutrition Trought the Life Cycle. International Student Edition, 3rd, Thomson

Wardsworth

Fjeld,. (2008). „No sister, the breast alone is not enough for my baby‟ A Qualitative Assessment of Potentials and Barriers in the Promotion of Exclusive Breastfeeding in Southern Zambia. International

Breastfeeding Journal 2008, 3:26. Centre for International Health, University of Bergen Norway.

Diakses 18 Desember 2013 (http://www.internationalbreastfeedingjournal.com/content/3/1/26)

Hafni et al (2013). Determinan Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Mongolato Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo. Diakses Desember 2013 (www.google.com)

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, (2008-2011). Profil Kesehatan Indonesia, 2008-2011. Jakarta Malau, (2010). Hubungan Dukungan Suami dan Kemauan Ibu Memberikan ASI Eksklusif di Puskesmas

Teladan Medan. Diakses 18 Desember 2013 (www.repository.usu.ac.id)

Notoatmodjo, Soekidjo (2010). Promosi Kesehatan: Teori dan Aplikasi (edisi revisi). Rineka Cipta. Jakarta. Rasyika et al,. (2012) Peran Keluarga dalam Pemberian Asi Eksklusif di Kabupaten Jeneponto. Diakses 18

Desember 2013 (http://www.pasca.unhas.ac.id)

Roesli, U. 2000. Mengenal ASI Eksklusif. Jakarta. Trubus Agriwidya.

Roesli, U. 2008. Inisiasi Menyusui Dini Plus ASI Eksklusif. Jakarta: Pustaka Bunda

Rokhnawati, Dewi, (2010). Dukungan Sosial Suami dan Perilaku Pemberian ASI Eksklusif di Kabupaten Bantul Yogyakarta. (online). Diakses 18 Desember 2012 (www.google..com)

Setiawati, E. 2007. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pemberian ASI Eksklusif pada

Anak Umur 6 – 24 Bulan di Kecamatan Wado Kabupaten Sumedang Tahun 2007. Skripsi. Depok:

Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Indonesia.

Sulistyoningsih, H. 2005. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Ibu dalam Pemberian ASI di

Desa Cikunir Kecamatan Singaparna Kabupaten TasikmalayaTahun 2005.

Utami, H. S. 2012. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Ibu dalam Praktek Pemberian ASI

Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Koba Kabupaten Bangka Tengah Tahun 2012.

Skripsi. Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia.

Wahyuni. 1998. Hubungan Tingkat Pengetahuan, Pendidikan Ibu dan Pendapatan Keluarga dengan Praktek

Pemberian ASI Eksklusif. Skripsi. Medan: Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Sumatera

Utara

Wenas, Winly. (2012). Diakses 17 Desember 2013.

http://fkm.unsrat.ac.id/wp-content/uploads/2012/10/Winly-Wenas.pdf

WHO. 2005. Global Strategy for Infant and Young Child Feeding: The Optimal Duration of

Gambar

Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan Pemberian ASI Eksklusif
Tabel 2. Distribusi Responden Berdasarkan Umur, Tingkat Pendidikan, dan Pekerjaan Karakteristik Jumlah Presentase (%)
Tabel 3. Distribusi Responden Niat Ibu, Pengetahuan Ibu, dan Sikap Ibu
Tabel 5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemberian ASI Eksklusif
+5

Referensi

Dokumen terkait

Persiapan Shoting dan pengambilan View masjid dalam acara Safari Ramadhan di masjid Syuhada’ Produser: Dimas Al Kausar Atlantis Kameramen: Arifudin Kameramen insert:

Pandangan dari masyarakat sudah dapat dipastikan tidak jauh berbeda dengan pandangan-pandangan dari pemerintah, tokoh agama serta tokoh masyarakat. Penguburan di

Membran komposit khitosan dengan komposisi optimum dipotong menjadi potongan-potongan kecil (1,6 cm x 5,0 cm) dan direndam dalam larutan asam sulfat dengan variasi

Downloader adalah sebuah memori untuk menyimpan program pada Bascom AVR, sebagai in-system programmer yang dapat dihubungkan ke komputer melalui port USB untuk

Pada dasarnya Biblio-Journaling merupakan salah satu layanan yang ada dalam Bimbingan dan Konseling yang dapat menangani beragam masalah, meskipun banyak studi

Beberapa penelitian di atas memberikan sebuah pemahaman bahwa manajemen pemasaran dalam konteks rumah sakit merupakan upaya yang dapat dilakukan agar

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui nilai daya dukung lingkungan obyek wisata Aik Berik sehingga dapat digunakan untuk merencanakan/menentukan waktu

There- fore, using a finite mixture of Dirichlets helps correct for the limitations of the unsegmented Dirichlet high- lighted by Fader and Schmittlein (1993). Apart