• Tidak ada hasil yang ditemukan

JANNAH NIM PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "JANNAH NIM PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA"

Copied!
124
0
0

Teks penuh

(1)

MADINA TAHUN 2021

SKRIPSI

Oleh

RAUDATUL JANNAH NIM. 171000073

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2022

(2)

MADINA TAHUN 2021

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Oleh

RAUDATUL JANNAH NIM. 171000073

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2022

(3)

i

Judul Skripsi : Pengaruh Pengetahuan dan Sikap Ibu terhadap Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Kotanopan Kecamatan Kotanopan Kabupaten Madina Tahun 2021

Nama Mahasiswa : Raudatul Jannah Nomor Induk Mahasiswa : 171000073

Program Studi : S1 Kesehatan Masyarakat/ Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku

Menyetujui Pembimbing:

(Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, M.K.M.) NIP. 196712191993031003

Ketua Program Studi,

(Dr. Ir. Evi Naria, M.Kes.)

NIP. 196803201993032001

Tanggal Lulus : 11 Novemmber 2021

(4)

ii Telah diuji dan ditetapkan

Pada tanggal : 11 November 2021

TIM PENGUJI SKRIPSI

Ketua : Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, M.K.M Anggota : 1. Dra. Syarifah, M.S

2. Drs. Alam Bakti Keloko, M.Kes

(5)

iii

Pernyataan Keaslian Skripsi

Saya menyatakan dengan ini bahwa Sripsi saya yang berjudul “Pegaruh Pengetahuan dan Sikap Ibu terhadap Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Kotanopan Kecamatan Kotanopan Kabupaten Madina Tahun 2021” beserta seluruh isinya adalah benar karya saya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung risiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditentukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Medan, 11 November 2021

Raudatul Jannah

(6)

iv Abstrak

ASI Eksklusif adalah pemberian ASI sejak bayi lahir tanpa tambahan makanan dan minuman lain sampai bayi berusia 6 bulan. Cakupan ASI Eksklusif di Indonesia pada tahun 2018 sebesar 68,74%. Angka ini masih jauh dari target yang harus dicapai yaitu 80%. Sehingga perlu pengkajian apa saja pengaruh yang menyebabkan masih rendahnya cakupan ASI Eksklusif. Ibu dinilai mempunyai pengaruh yang paling tinggi dalam pemberia ASI Eksklusif. Untuk itu perlu dilakukan penelitian tentang pengaruh karakteristik (umur, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, dan paritas) pengetahuan dan sikap ibu terhadap pemberian ASI Eksklusif. Jenis penelitian ini adalah survey analitik dengan desain cross sectional. Analisis data menggunakan uji regresi logistic berganda dengan jumlah sampel 86 orang ibu yang mempunyai 7-24 bulan. Penelitian ini bertujuan melihat pengaruh karakteristik (umur, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, dan paritas), pengetahuan dan sikap ibu di wilayah kerja Puskesmas Kotanopan Kecamatan Kotanopan Kabupaten Madina. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh antara pendidikan responden dengan pemberian ASI Eksklusif (p=0,344), bahwa tidak ada pengaruh antara pekerjaan dengan pemberian ASI Eksklusif (0,498), bahwa tidak ada pengaruh antara penghasilan dengan pemberian ASI Eksklusif (0,557), ada pengaruh antara umur dengan pemberian ASI Eksklusif (0,044), ada pengaruh antara pengetahuan dengan pemberian ASI Eksklusif (0,001), ada pengaruh antara sikap dengan pemberian ASI Eksklusif (0,023). Hasil uji regresi logistic berganda untuk melihat variabel mana yang paling dominan berpengaruh terhadap pemberian ASI menunjukkan bahwa variabel pengetahuan memiliki pengaruh yang paling kuat terhadap pemberian ASI Eksklusif (p=0,002). Dari hasil penelitian ini disarankan kepada petugas kesehatan meningkatkan penyuluhan tentang ASI Eksklusif sesuai sasaran guna meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang pentingnya pemberian ASI Eksklusif selain itu perlu juga meningkatkan kelompok pemdukng ASI sebagai perpanjangan tangan petugas kesehatan dalam mempromosikan pemberian ASI Eksklusif.

Kata kunci : Pengetahuan, sikap ibu, ASI eksklusif

(7)

v Abstract

Exclusive breastfeeding is breastfeeding since the baby is born without additional food and other drinks until the baby is 6 months old. Exclusive breastfeeding coverage in Indonesia in 2018 was 68.74%. This figure is still far from the target to be achieved, which is 80%. So it is necessary to study what are the influences that cause the low coverage of exclusive breastfeeding. Mothers are considered to have the highest influence in exclusive breastfeeding. For this reason, it is necessary to conduct research on the effect of characteristics (age, education, occupation, income, and parity) of mother's knowledge and attitudes towards exclusive breastfeeding. This type of research is an analytic survey with a cross sectional design. Data analysis used multiple logistic regression with a sample of 86 mothers who had 7-24 months. This study aims to examine the effect of characteristics (age, education, occupation, income, and parity), knowledge and attitudes of mothers in the working area of the Kotanopan Public Health Center, Kotanopan District, Madina Regency. The results of this study indicate that there is no influence between the respondent's education and exclusive breastfeeding (p=0.344), that there is no effect between work and exclusive breastfeeding (0.498), that there is no effect between income and exclusive breastfeeding (0.557), there is the influence between age and exclusive breastfeeding (0.044), there is an influence between knowledge and exclusive breastfeeding (0.001), there is an influence between attitudes and exclusive breastfeeding (0.023). The results of the multiple logistic regression test to see which variables had the most dominant effect on breastfeeding showed that the knowledge variable had the strongest influence on exclusive breastfeeding (p=0.002). From the results of this study, it is recommended that health workers increase counseling about exclusive breastfeeding according to the target in order to increase public knowledge about the importance of exclusive breastfeeding.

Keywords: Knowledge, mother's attitude, exclusive breastfeeding

(8)

vi

Kata Pengantar

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT serta shalawat beriringan salam bagi Rasulullah SAW karena rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Pengetahuan dan Sikap Ibu terhadap Pemberian ASI Eksklusif Di Wialayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kotanopan Kabupaten Madina Tahun 2021” yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatra Utara.

Selama proses penyususnan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak baik secara moril maupun materil. Untuk itu, disampaikan rasa terimakasih dan penghargaan yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Dr. Muryanto Amin S.SO, M.Si., selaku Rektor dari Universitas Sumatra Utara.

2. Prof. Dr. Ida Yustina, M.Si., selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatra Utara.

3. Ir. Evi Naria, M.Kes. selaku Ketua Program Studi S1 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatra Utara.

4. Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, M.K.M., selaku Dosen Pembimbing dan Ketua Penguji yang dengan sepenuh hati telah memberikan bimbingan dan arahan terbaik dalam penyelesaian skripsi ini.

5. Dra. Syarifah, M.S., selaku anggota Penguji yang dengan segenap hati telah memberikan kritik dan saran yang membangun dalam penyempurnaan Skripsi ini.

6. Drs. Alam Bakti Keloko, M. Kes., selaku anggota Penguji yang dengan segenap hati telah memberikan kritik dan saran yang membangun dalam penyempurnaan Skripsi ini.

7. Dr. Surya Utama, Drs., M.S., selaku Dosen Pembimbing Akademik selama penulis menempuh pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat USU.

8. Seluruh Dosen dan Staf di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatra Utara khusus nya di Departemen Pendidikan Kesehatan dan Ilmu.

(9)

vii

9. Kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Madina yang telah memberikan izin kepada saya untuk melakukan penelitian.

10. Kepala Puskesmas Kecamatan Kotanopan dan staf yang telah banyak membantu penulis selama penelitian.

11. Kepada orang tua terbaik dan terhebat ayahanda Abdul Hakim Nasution, kedua bude saya Rosidah Nasution dan Alm. Mursidah Nasution, Uak Kasmir Nasution dan Nuraidah, beserta kakak saya Adib Fitri, beserta keluarga lainnya yang telah memberikan kekuatan, dukungan, motifasi, kasih sayang, moral, juga material yang tiada batas nya serta doa restu yang tiada henti bagi penulis yang selama ini berjuang agar dapat menyelesaikan pendidikan tinggi untuk masa depan yang lebih baik.

12. Rekan-rekan seperjuangan di peminatan Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, terimakasih untuk motivasi, waktu, tenaga, dan fikiran dalam mengerjakan skripsi ini sampai selesai.

13. Senior alumni HMI Komisariat FKM USU yang telah banyak membantu, mendoakan, memberikan semangat, dukungan serta motivasi kepada penulis sehingga skripsi ini selesai.

14. Sahabat-sahabat yang penulis kasihi terimakasih untuk bantuan, waktu, perjuangan, tenaga, moril, dan motivasinya dalam pengerjaan skripsi ini sampai selesai.

15. Rekan pengurus HMI Komisariat FKM USU 2021-2022 yang telah sama- sama berjuang dimasa skripsi dan memberikan semangat serta dukungan kepada penulis.

16. Semua pihak yang telah berjasa dan tidak dapat disebutkan satu persatu atas bantuan dan kerjasamanya dalam penyesaian skripsi ini.

Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih banyak terdapat kekurangan karena keterbatasan dan kemampuan yang penulis miliki untuk itu penulis sangat mengharapkan kritikan serta saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis berdoa semoga bantuan dan bimbingan yang telah diberikan oleh semua pihak mendapat balasan dari Allah SWT, penulis

(10)

viii

mengharapkan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya.

Medan, 11 November 2021 Penulis

Raudatul Jannah

(11)

ix Daftar Isi

Halaman

Halaman Persetujuan i

Halaman Penetapan Tim Penguji ii

Halaman Pernyataan Keaslian Skripsi iii

Abstrak iv

Abstract v

Kata Pengantar vi

Daftar Isi ix

Daftar Tabel xi

Daftar Gambar xiii

Daftar Lampiran xiv

Daftar Istilah xv

Riwayat Hidup xvi

Pendahuluan 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 6

Tujuan Penelitian 7

Tujuan umum 7

Tujuan khusus 7

Manfaat Penelitian 7

Tinjauan Pustaka 9

Perilaku 9

Pengetahuan 9

Sikap 13

Tindakan atau praktik (practice) 15

Pengertian ASI 15

Stadium ASI 16

Pengertian AS Eksklusif 17

Manfaat Pemberian ASI Eksklusif 17

Komposisi ASI 20

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemberian ASI Eksklusif 22

Umur Ibu 22

Pendidikan 23

Pekerjaan 23

Penghasilan keluarga 24

Paritas 24

Program Pemerintah Terkait Pemberian ASI Eksklusif 24 Peraturan Hukum Terkait Pemberiaan ASI Eksklusif 26

(12)

x

Landasan Teori 28

Kerangka Konsep 29

Hipotesis Penlitian 29

Metode Penelitian 30

Jenis Penelitian 30

Lokasi dan Waktu Penelitian 30

Populasi dan Sampel 30

Variabel dan defenisi operasional 32

Metode Pengumpulan Data 34

Metode Pengukuran 34

Metode pengukuran karakteristik 34

Metode pengukuran pengetahuan 35

Metode pengukuran sikap 35

Metode pengukuran pemberian ASI Eksklusif 36

Metode Analisis Data 36

Hasil Penelitian 39

Gambaran Umum Lokasi Penelitian 39

Karakteristik Responden 40

Analisis Univariat 40

Analisis Bivariat 43

Analisi Multivariat 50

Pembahasan 52

Pengaruh umur terhadap pemberian ASI Eksklusif 52 Pengaruh pendidikan terhadap pemberian ASI Ekslusif 53 Pengaruh pekerjaan terhadap pemberian ASI Eksklusif 55 Pengaruh penghasilan terhadap pemberian ASI Eksklusif 56 Pengaruh paritas terhadap pemberian ASI Eksklusif 58 Pengaruh Pengetahuan terhadap pemberian ASI Eksklusif 59 Pengaruh Sikap terhadap Pemberian ASI Eksklusif 61

Keterbatasan Penelitian 62

Kesimpulan Dan Saran 64

Kesimpulan 64

Saran 64

Daftar Pustaka 66

Lampian 70

(13)

xi Daftar Tabel

No Judul Halaman

1 Distribusi Sampel Menurut Populasi 32

2 Aspek Pengukuran Variabel Karakteristik 35

3 Distribusi Frekuensi Karakteristik, Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Ibu terhadap Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Kotanopan Kecamatan Kotanopan Kabupetan

Madina Tahun 2021 41

4 Pengaruh Umur terhadap Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Kotanopan Kecamatan Kotanopan Kabupaten

Madina Tahun 2021 43

5 Pengaruh Pendidikan terhhadap Pemberian ASI Eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Kotanopan Kecamatan Kotanopan

Kabupaten Madina Tahun 2021 44

6 Pengaruh Pekerjaan terhadap Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah kerja Puskesmas Kotanopan Kecamatan Kotanopan

Kabupaten Madina Tahun 2021 45

7 Pengaruh Penghasilan terhadap Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Kotanopan Kecamatan Kotanopan

Kabupaten Madina Tahun 2021 46

8 Pengaruh Paritas terhadap Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Kotanopan Kecamatan Kotanopan Kabupaten

Madina Tahun 2021 47

9 Pengaruh Pengetahuan terhadap Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Kotanopan Kecamatan Kotanopan

Kabupatenn Madina Tahun 2021 48

10 Pengaruh Sikap terhadap Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Kotanopan Kecamatan Kotanopan Kabupaten

Madina Tahun 2021 49

11 Variabel Independen yang Memenuhi Kriteria Analisis

Multivariat 50

(14)

xii

12 Hasil analisis Multivariat Regresi Logistik Berganda

50

(15)

xiii Daftar Gambar

No Judul Halaman

1 Model Green 28

2 Kerangka konsep 29

3 Peta Kabupetan Madina 40

(16)

xiv

Daftar Lampiran

Lampiran Judul Halaman

1 Kuesioner Penelitian 70

2 Master Data Penelitian 76

3 Output Data Penelitian 80

4 Distribusi Responden 98

5 Surat Permohonan Izin Penelitian 104

6 Surat Izin Penelitian 105

7 Surat Selesai Penelitian 106

(17)

xv Daftar Istilah

ASI Air Susu Ibu

UNICEF United Nation Children Fund WHO World Health Organization

PP PeraturanPemerintah

PERMENKES Peraturan Menteri Kesehatan

AKB Angka Kematian Bayi

IMR Infant Mortality Rate

(18)

xvi Riwayat Hidup

Penulis Bernama Raudatul Jannah berumur 22 tahun, dilahirkan di Hutapungkut Jae pada Tanggal 23 Agustus 1999. Penulis beragama Islam, anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Abdul Hakim Nasution dan Ibu Istiqomah.

Pendidikan Formal dimulai dari TK Dharmawanita Kecamatan Kotanopan Kabupaten Madina Tahun 2003-2005. Pendidikan Sekolah Dasar di SDN 210 Hutapungkut Jae Kecamatan Kotanopan Kabupaten Madina Tahun 2005-2011, sekolah menengan pertama di SMPN 1 Kotanopan Kecamatan Kotanopan Kabupaten Madina Tahun 2011-2014, sekolah menengah atas di MAN 1 Panyabungan Kabupaten Madina Tahun 2014-2017, selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan di Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Medan, 11 Novemver 2021

Raudatul Jannah

(19)

1 Pendahuluan

Latar Belakang

Keberhasilan pembangunan Nasional ditentukan oleh ketersediaan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas yang dicirikan dengan fisik yang tangguh.

Salah satu prioritas pembangunan Nasional saat ini adalah meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Indonesia dengan indikator utama adalah Angka Kematian Bayi (AKB) atau Infant Mortality Rate (IMR), salah satu faktor yang berkaitan dengan AKB adalah status gizi bayi. Salah satu langkah penting untuk peningkatan gizi bayi adalah pemberian makanan pertama yang berkualitas dan optimal. Makanan pertama dan berkualitas yang dimaksud adalah pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif yang merupakan faktor penting pada bayi terutama pemberian Air Susu Ibu (ASI) awal (kolostrum) karena kaya dengan antibodi yang mempunyai efek terhadap penurunan risiko kematian. (Juliani &

Arma, 2018).

Upaya peningkatan pemberian ASI berperan sangat besar terhadap pencapaian dua dari empat sasaran tersebut, yaitu menurunnya angka kematian bayi dan menurunnya prevalensi gizi kurang pada anak balita. World Health Organization/United Nation Children’s Fund (WHO/UNICEF), pada tahun 2018 17% atau 98 juta balita di negara berkembang mengalami kekurangan gizi yang mengakibatkan kematian balita dari kematian tersebut kurangnya pemberian gizi pada anak diantarnya adalah pemberian ASI Eksklusif yang kurang optimal atau tidak cukup. Penyebab utama kematian, diperkirakan 45% dari seluruh kematian

(20)

pada anak dibawah umur lima tahun. (Kemenkes, 2018).

ASI Eksklusif pertama kali dicanangkan pada tahun 1985 dimana pemberian ASI kepada bayi dilakukan selama 0-4 bulan setelah itu Permenkes 450 tahun 2004 pemberian ASI Eksklusif ditingkatkan hingga anak berusia 6 bulan.

Kemudian Pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 33 Tahun 2012 yang menegaskan kembali tentang pemberian ASI Eksklusif yang terdapat pada Bab III Pasal 6 yang memberitahukan bahwa “setiap ibu yang melahirkan harus memberikan ASI Eksklusif kepada anak yang di lahirkannya”. (PP No.33 Tahun 2012).

ASI Eksklusif yaitu ASI yang diberikan kepada bayi serta tidak menerima makanan dan minuman tambahan lainnya baik berupa pisang, bubur susu, biskuit, susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih selama 6 bulan pertama kelahiran dan di lanjutkan hingga umur dua tahun. ASI eksklusif yang diberikan pada 6 bulan pertama dapat meningkatkan sistem imunitas tubuh pada bayi. (Roesli, 2008).

Menurut hasil penilaian program Pemberian ASI Eksklusif menunjukkan bahwa program tersebut belum seluruhnya dilakukan dengan baik. Hal ini dapat diketahui berdasarkan hasil survei yang dilakukan pemerintah. DiIndonesia mengacu pada target renstra pada tahun 2018 yang sebesar 47% persentase pemberian ASI Eksklusif pada anak 0-6 bulan pada tahun 2018 sebesar 68,74%.

Persentase pemberian ASI Eksklusif tertinggi terdapat di Jawa Barat (90,79%), sebaliknya persentasi terendah terdapat di provinsi Gorontalo (30,71%).

(Kemenkes, 2018).

(21)

Provinsi Sumatera Utara sendiri mempunyaii cakupan persentase anak yangdiberi ASI Eksklusif dari tahun 2014-2018 cenderung menurun secara signifikan, cakupan ASI Eksklusif pada tahun 2014 sebesar 34,56% sedangkan pada tahun 2015 terjadi penurunan dibandingkan tahun 2014 yaitu sekitar 62.777 jiwa (33%).Pada tahun 2016 sekitar 45.217 jiwa (29.6%) Pada tahun 2017 terjadi peningkatan menjadi 41,32 % dari jumlah anak (62.470 jiwa) Pada tahun 2018 juga terjadi peningkatan menjadi 42,12% dari jumlah anak (4.140 jiwa). (Dinkes Sumut, 2018).

Kabupaten Mandailing Natal (Madina) ialah salah satu Kabupaten yang terletak di Sumatera Utara. Cakupan pemberian ASI Eksklusif dari tahun 2016- 2019 meningkat namun belum memenuhi target capaian ASI Eksklusif, pada tahun 2016 sebesar 42,64% (1.737 jiwa) sedangkan pada tahun 2017 juga terjadi sedikit peningkatan menjadi 48,68% (2.143 jiwa). Dari jumlah anak yang ada 4.140 anak, pada tahun 2018 terjadi penurunan menjadi 42,12%, pada tahun 2019 terjadi peningkatan kembali menjadi 62,5% (3.502 jiwa). (Dinkes Kabupaten Madina, 2019).

Dari 26 Puskesmas yang terdapat di Kabupaten Madina, Puskesmas Kotanopan ialah salah satu puskesmas yang memiliki tingkatan pencapaian yang rendah yaitu 46,41%. Tingkatan pencapaian ASI Eksklusif di daerah kerja Kotanopan belum mencapai sasaran nasional yaitu 80%. (Puskesmas Kotanopan, 2019).

Pemberian ASI Eksklusif sangat berkaitan langsung dengan ibu. Dalam perihal ini ibu berperan sebagai pelaku utama yang memegang peran penting

(22)

terhadap keberhasilan program ASI Eksklusif. Terdapat banyak aspek yang mempengaruhi rendahnya pemberian ASI Ekskusif. Menurut hasil penelitian Umami & Margawati, (2018) kegagalan pemberian ASI Eksklusif karena keadaan bayi dan keadaan ibu. Tidak hanya itu pemicu kegagalan ASI Eksklusif yaitu umur serta paritas, ibu yang berumur kurang dari 30 tahun belum memiliki pengetahun tentang pemberian ASI Eksklusif sebaliknya ibu yang berumur lebih dari 30 tahun memiliki pengalaman dalam pemberian ASI Eksklusif. Begitu pula dengan paritas, prevalensi menyusui ASI Eksklusif menaik dengan bertambahnya jumlah anak, sebab prevalensi anak ketiga atau lebih akan lebih banyak disusui dibandingkan dengan anak kedua dan anak pertama. Perihal ini disebabkan ibu yang memiliki anak kurang dari tiga kurang punya pengalaman dalam pemberian ASI Eksklusif.

Tidak hanya umur dan paritas menurut hasil penelitian yang di lakukan oleh Ramli (2020) menerangkan kalau terdapat ikatan antara status pekerjaan ibu dengan pemberian ASI Eksklusif di kelurahan Sidotopo, ibu yang statusnya tidak bekerja memiliki kemungkinan pemberian ASI Eksklusif lebih tinggi dari pada ibu yang bekerja.

Hasil penelitian Yanuarini dkk, (2017) menunjukkan bahwa pemberian ASI Eksklusif masih tergolong sangat rendah (12,5%), tingkat pengetahuan ibu sebagian besar kategori kurang (64,4%), sikap ibu terhadap ASI Eksklusif sebagian besar masih negatif (71,2%), ada pengaruh antara pengetahuan dan sikap ibu, dan ibu umumnya memiliki kepercayaan keliru tentang ASI Eksklusif.

Rendahnya pengetahuan responden diduga disebabkan antara lain kurangnya

(23)

informasi, kurang jelasnya informasi, dan kurangnya kemampuan responden untuk memahami informasi yang diterima. Pengetahuan ibu sendiri mempengaruhi dalam pemberian ASI Eksklusif, semakin baik pengetahuan seorang ibu maka pemberian makanan kepada balita akan semakin baik. (Amir dkk, 2018).

Widad (2019) dalam penelitiannya menyatakan jika sikap ibu berpengaruh dengan pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Keja Puskesmas Tuminting Kota Manado. Sikap Ibu merupakan reaksi respon ibu dalam memberikan ASI Eksklusif kepada anaknya. Apabila Ibu sudah mempunyai sikap yang kuat dalam memberikan ASI Eksklusif, maka perilakunya juga akan lebih konsisten.

Berdasarkan wawancara dengan masyarakat wilayah kerja Puskesmas Kotanopan merupakan masyarakat tradisional karena masih mendominasi wilayah pedesaan. Masalah sosial budaya memiliki pengaruh terhadap pola kebiasaan masyarakat. Masih kentalnya kepercayaan masyarakat terhadap adat istiadat maupun kebiasaan yang diaplikasikan sampai sekarang. Masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Kotanopan tersebut masih beranggapan ketika bayi yang baru lahir dalam keadaan lapar serta Air Susu Ibu yang pertama keluar dianggap ASI yang basi sehingga tidak baik diberikan kepada bayinya. Ketika bayi sering menangis itu menandakan bahwa sedang diganggu oleh makhluk halus. Itulah sebabnya sebagaian besar ibu yang memiliki bayi memberikan makanan kepada bayinya yang baru lahir berupa nasi yang dihaluskan, air tajin, pisang serta susu formula. Dengan pemberian makanan tersebut mereka beranggapan ketika bayi nya sudah kenyang maka bayi tersebut tidak akan menangis dan tidak diganggu

(24)

oleh makhluk halus. Faktor sosial budaya tersebut mempunyai kecenderungan mengarahkan perilaku ibu untuk tidak mampu memberikan ASI Eksklusif.

Disamping itu pengetahuan ibu tentang pentingnya ASI Eksklusif dan tata pemberian ASI Eksklusif juga masih rendah.

Hasil survei awal yang dilakukan peneliti melalui wawancara terhadap 15 orang ibu di wilayah kerja Puskesmas Kotanopan diasumsikan bahwa terdapat 9 orang ibu yang tidak tahu pengertian ASI Eksklusif, 3 orang ibu lainnya mengetahui pengertian ASI Eksklusif tetapi tidak memberikan ASI Eksklusif kepada anaknya dikarenakan produksi ASI ibu sedikit, dan 3 orang tidak memberikan ASI Eksklusif dikarenakan bekerja. Diasumsikan faktor lain yang memengaruhi pemberian ASI dikarenakan ibu terburu-buru memberikan makanan tambahan sebelum ASI keluar seperti memberikan air tajin, pisang, bubur nasi, susu kemasan sehingga menggantikan kedudukan ASI, perilaku ibu yang membuang kolostrum karena dilihat kotor dan beranggapan kolostrum adalah susu basi yang membahayakan kesehatan, jumlah kelahiran anak yang berdekatan, tingkat ekonomi yang menengah kebawah sehingga sulit untuk membeli makanan yang bergizi.

Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, dapat diambil rumusan masalah dari penelitian ini yaitu “Bagaimana Pengaruh Pengetahuan Dan Sikap Ibu Terhadap Pemberian ASI Eksklusif Di Wilayah Kerja Puskesmas Kotanopan Kecamatan Kotanopan Kabupaten Madina Tahun 2021?”

(25)

Tujuan Penelitian

Tujuan umum. Adapun tujuan umum dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui Pengaruh Pengetahuan Dan Sikap Ibu Terhadap Pemberian ASI Eksklusif Di Wilayah Kerja Puskesmas Kotanopan Kecamatan Kotanopan Kabupaten Madina Tahun 2021.

Tujuan khusus. Adapun tujuan khusus dari penelitian ini yaitu :

1. Untuk mengetahui karakteristik (umur, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, dan paritas) ibu dengan pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Kotanopan Kecamatan Kotanopan Kabupaten Madina tahun 2021.

2. Untuk mengetahui pengaruh karakteristik (umur, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, dan paritas) ibu dengan pemberian ASI Eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Kotanopan Kecamatan Kotanopan Kbabupaten Madina tahun 2021.

3. Untuk mengetahui pengaruh pengetahuan dan sikap ibu terhadap pemberian ASI Eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Kotanopan Kecamatan Kotanopan Kabupaten Madina tahun 2021.

Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah

Manfaat teoritis. Sebagai analisis pembuktian apakah ada pengaruh pengetahuan dan sikap terhadap pemberian ASI Eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Kotanopan Kecamatan Kotanopan Kabupaten Madina tahun 2021, sehingga dapat menambah khasanah kajian ilmiah serta menguatkan kembali

(26)

hipotesis, riset, dan teori yang telah dilakukan sebelumnya.

Manfaat praktis (manfaat aplikatif). Sebagai informasi bagi masyarakat mengenai pentingnya pengetahuan dan sikap ibu terhadap pemberian ASI Eksklusif di wilayah kerja puskesmas kotanopan dan memberikan informasi kepada masyarakat mengenai tindakan pemberian ASI.

(27)

9

Tinjauan Pustaka

Perilaku

Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain: berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya. Dapat disimpulkan bahwa yang di maksud perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar. (Notoatmojo, 2014). Benyamin Bloom, seorang ahli psikologi pendidikan membedakan adanya 3 area, wilayah, ranah atau domain perilaku, yakni kognitif (cognotif), efektif (afektif), dan psikomotorik (psychomotor).

Dalam perkembangan selanjutnya oleh para ahli pendidikan dan untuk kepentingan pengukuran hasil pendidikan praktis dikembangkan menjadi 3 tingkat perilaku yaitu :

Pengetahuan. Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga dan sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu pengindraan sampai menghasilkan pengetahuan sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh indra pendengaran (telinga) dan indra penglihatan (mata) seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda. (Notoatmojdo, 2014).

Pengetahuan itu sendiri dipengaruhi oleh faktor pendidikan formal.

Pengetahuan sangat erat hubungannya dengan pendidikan, karena diharapkan

(28)

bahwa dengan pendidikan yang tinggi maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Akan tetapi perlu ditekankan, bukan berarti seseorang yang berpendidikan rendah mutlak berpengetahuan rendah pula. Hal ini mengingat bahwa peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh dari pendidikan formal saja, akan tetapi dapat diperoleh melalui pendidikan non formal. Pengetahuan seseorang tentang suatu objek mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan aspek negatif. Kedua aspek ini yang akan menentukan sikap seseorang, semakin banyak aspek positif dan objek yang diketahui, maka akan menimbulkan sikap makin positif terhadap objek tertentu. (Notoatmojo, 2014).

Tingkat pengetahuan. Menurut Notoatmodjo (2014) pengetahuan yang

cukup didalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu:

a. Tahu (know). Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Oleh sebab itu “tahu”

ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari yaitu menyebutkan, menguraikan, mengidentifikasi, menyatakan dan sebagainya.

b. Memahami (comprehension). Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut, tidak sekedar menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat mengintrepretasikan secara benar tentang objek yang diketahui tersebut.Orang yang telah paham terhadap objek atau materi terus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan terhadap suatu objek yang dipelajari.

c. Aplikasi (application). Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk

(29)

menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi ataupun kondisi sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum- hukum, rumus, metode, prinsip dalam konteks atau situasi yang lain.

d. Analisis (analysis). Analisis adalah suatu kemampuan untuk menyatakan materi atau suatu objek dalam komponen-komponen tetapi masih didalam struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.

e. Sintesis (synthesis). Sintesis yang dimaksud menunjukkan pada suatu kemampuan untuk menghubungkan bagian-bagian didalam suatu keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis ini adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi yang ada.

f. Evaluasi (evaluation). Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.

Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

Faktor – faktor yang memengaruhi pengetahuan. Ada 2 faktor yang

mempengaruhi pengetahuan yaitu 1. Faktor internal adalah

a. Pendidikan. Menurut Thomas dalam buku Wawan dan Dewi (2011) Pendidikan itu sendiri berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju kearah cita-cita tertentu yang menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Pendidikan diperlukan untuk mendapatkan informasi misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan

(30)

sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup. Pada umumnya seseorang memiliki pendidikan yang lebih tinggi akan mudah menerima informasi.

b. Pekerjaan. Menurut Thomas dalam buku Wawan dan Dewi (2011) pekerjaan adalah keburukan yang harus dilakukan untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarga. Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan, tetapi lebih banyak mencari nafkah yang membosankan, berulang dan banyak tantangan.Sedangkan bekerja merupakan kegiatan yang menyita waktu.

c. Umur menurut Huclok (1998) dalam Wawan dan Dewi (2011) semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat seseorang yang lebih dewasa dipercayai dari orang yang belum tinggi kedewasaannya. Umur sebagian dari pengalaman dan kematangan jiwa.

2. Faktor eksternal adalah

a. Faktor Lingkungan. Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar manusia dan pengaruhnya yang dapat memengaruhi perkembangan dan perilaku orang atau kelompok.

b. Faktor Sosial Budaya. Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat memengaruhi dari sikap dalam menerima informasi.

Cara memperoleh pengetahuan. Menurut Notoatmodjo (2014) cara

memperoleh pengetahuan sebagai berikut:

a. Cara coba salah (Trial and Error). Cara ini telah dipakai orang sebelum kebudayaan, bahkan mungkin sebelum adanya peradaban.Cara coba salah

(31)

ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah dan apabila kemungkinan itu tidak berhasil maka dicoba lagi.

b. Cara kekuasaan atau otoritas. Sumber pengetahuan cara ini dapat berupa pimpinan-pimpinan masyarakat baik formal ataupun informal ahli agama, pemegang pemerintah dan berbagai prinsip orang lain yang dikemukakan oleh orang yang mempunyai otoritas, tanpa menguji terlebih dahulu atau membuktikan kebenarannya baik berdasarkan fakta empiris maupun penalaran sendiri.

c. Berdasarkan pengalaman pribadi. Pengalaman pribadi dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang pernah diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi masa lalu.

d. Cara modren dalam memperoleh pengetahuan. Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau lebih populer disebut dengan metode penelitian.

Sikap. Sikap merupakan konsep paling penting dalam psikologi sosial yang membahas unsur sikap baik sebagai individu maupun kelompok. Melalui sikap, kita memahami proses kesadaran yang menentukan tindakan nyata dan tindakan- tindakan yang mungkin dilakukan individu dalam kehidupan sosialnya.

(Wawan dan Dewi, 2011).

Sedangkan menurut Notoatmodjo (2014) sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek.

Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang

(32)

bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku.

Komponen sikap. Allport (1954) dalam Notoatmodjo (2014) menyatakan

bahwa sikap mempunyai 3 komponen pokok, yakni :

a. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek.

b. Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek.

c. Kecenderungan untuk bertindak (trend to behave).

Ketiga komponen tersebut secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh, pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan emosi mempunyai peranan yang penting.

Tingkatan sikap. Menurut Notoatmodjo (2014), sikap terdiri dari berbagai

tingkatan, seperti yang dimiliki oleh pengetahuan, yaitu :

a. Menerima (receiving). Menerima, diartikan bahwa seseorang atau subjek mau menerima dan memperhatikan stimulus yang diberikan oleh suatu subjek.

b. Merespon (responding). Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dan sikap.

c. Menghargai (valuing). Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat ketiga.

d. Bertanggung jawab (responsible). Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segera resiko adalah sikap yang paling

(33)

tinggi.

Tindakan atau praktik (practice). Menurut Notoatmodjo (2014) praktik atau tindakan dibedakan menjadi 3 tingkatan menurut kualitasnya yaitu:

a. Praktik terpimpin (guided response). Apabila subjek atau seseorang telah melakukan sesuatu tetapi masih tergantung pada tuntutan atau menggunakan panduan.

b. Praktik secara mekanisme (mechanism). Apabila subjek tahu seseorang telah melakukan atau mempraktekkan sesuatu hal secara otomatis maka disebut praktik atau tindakan mekanisme.

c. Adopsi (adoption). Adopsi adalah suatu tindakan atau praktik yang sudah berkembang. Artinya, apa yang dilakukan tidak sekedar rutinitas atau mekanisme saja, tetapi sudah dilakukan modifikasi, atau tindakan atau perilaku yang berkualitas.

Pengertian ASI

Air Susu Ibu (ASI) adalah cairan yang diciptakan khusus yang keluar langsung dari payudara seorang ibu untuk bayi. ASI merupakan makanan bayi yang paling sempurna, praktis, murah dan bersih karena langsung di minum dari payudara ibu. (Yusrina dan Devi, 2016). Air Susu Ibu juga mencukupi seluruh unsur kebutuhan bayi baik fisik, psikologi, sosial, maupun spritual. Air susu ibumengandung nutrisi, hormon, unsur kekebalan, anti elergi, serta anti inflamasi.

Nutrisi dalam ASI mencakup hampir 200 unsur zaat makanan. (Umami &

Margawati 2018). ASI mudah dicerna, karena selain mengandung zat gizi yang sesuai, juga mengandung enzim-enzim untuk mencernakan zat-zat gizi berkualitas tinggi yang berguna untuk pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan anak.

(34)

Stadium ASI. Stadium ASI menurut Roesli (2000) terbagi menjadi 3 yaitu:

ASI stadium I adalah kolostrum. Kolostrum merupakan cairan yang pertama disekresi oleh kelenjar payudara dari hari ke-1 sampai hari ke-4. Setelah persalinan komposisi kolostrum ASI mengalami perubahan. Kolostrum berwarna kuning keemasan disebabkan oleh tingginya komposisi lemak dan sel-sel hidup. Kolostrum berfungsi sebagai perlindungan terhadap infeksi pada anak. Kolostrum mengandung tinggi protein, mineral, garam, vitamin A, nitrogen, sel darah putih dan antibodi yang tinggi dari pada ASI matur. Protein utama pada kolostrum adalah imunoglobulin (IgG, IgA, dan IgM), yang digunakan sebagai zat antibody untuk mencegah dan menetralisir bakteri, virus, jamur, dan parasit. Meskipun kolostrum yang keluar dari payudara ibu sedikit, tetapi volume kolostrum yang ada dalam payudara mendekati kapasitas lambung anak yang berumur 1-2 hari. Volume kolostrum antara 150-300 ml/24 jam.

ASI stadium II adalah ASI peralihan. ASI peralihan adalah ASI yang keluar setelah kolostrum sampai sebelum ASI matang, yaitu sejak hari ke-4 sampai hari ke-10. ASI peralihan pergantian kolostrum menjadi ASI matur. Terjadi pada hari ke 4-10, berisi karbohidrat dan lemak serta volume ASI meningkat. Kadar protein semakin rendah, sedangkan kadar lemak dan karbohidrat semakin tinggi. Selama dua minggu, volume air susu bertambah banyak dan berubah warna serta komposisinya. Kadar immunoglobulin dan protein menurun, sedangkan lemak dan laktosa meningkat.

ASI stadium III adalah Air Susu Matur. ASI matur disekresi pada hari k sepuluh dan seterusnya. ASI matur tampak berwarna putih kekuning-kuningan,

(35)

karena mengandung casineat, ribopflaum dan karotin. Kandungan ASI matur relatif konstan, tidak menggumpal bila dipanaskan.

Pengertian ASI Eksklusif

ASI Eksklusif adalah makanan alami pertama untuk bayi yang memberikan semua vitamin, mineral, dan nutrisi yang di perlukan oleh bayi untuk pertumbuhan pada bulan pertama kelahiran dan tidak ada makanan tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih, dan tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi dan tim sampai berusia 6 bulan. (Septiani dkk, 2017).

Pemberian ASI Eksklusif bukan hanya semata didasarkan pada pertimbangan bahwa ASI Eksklusif adalah makanan terbaik bagi bayi akan tetapi juga menjadi bagian integral dari proses reproduksi yang memiliki implasi penting bagi kesehatan ibu mnyusui. Dan pemberian Asi selama 6 bulan justru mendorong pertumbuhan bayi. Setelah 6 bulan, anak mulai dikenalkan dengan makanan lain dan tetap diberikan ASI sampai anak berumur dua tahun. (Nurleli dkk, 2018).

Pemberian ASI eksklusif selain bermanfaat bagi bayi juga bermanfaat bagi ibu diantaranya sebagai kontrasepsi alami saat ibu menyusui dan sebelum menstruasi, menjaga kesehatan ibu dengan mngurangi risiko terkena kanker payudara dan membantu ibu untuk menjalin ikatan batin kepada anak. Pemberian ASI dapat membantu mengurangi pengeluaran keluarga karena tidak memberi pengeluaran yang banyak. (Yusrina dan Devy, 2016).

Manfaat Pemberian ASI Eksklusif

Menurut Roesli (2008) Banyak manfaat pemberian ASI khususnya ASI

(36)

Eksklusif yang dapat dirasakan. Berikut manfaat terpenting yang diperoleh anak yaitu:

Manfaat ASI bagi anak. Banyak manfaat pemberian ASI khususnya ASI eksklusif yang dapat dirasakan yaitu:

ASI sebagai nutrisi.

a. ASI meningkatkan daya tahan tubuh.

b. Meningkatkan kecerdasan.

c. Menyusui meningkatkan jalinan kasih sayang.

d. Sebagai makanan tunggal untuk memenuhi semua kebutuhan pertumbuhan anak sampai usia selama enam bulan.

e. Mengandung asam lemak yang diperlukan untuk untuk pertumbuhan otak sehingga anak yang diberi ASI Eksklusif potensial lebih pandai.

f. Mengurangi resiko terkena penyakit kencing manis, kanker pada anakdan mengurangi kemungkinan menderita penyakit jantung.

g. Menunjang perkembangan motorik sehingga anak yang diberi ASI ekslusif akan lebih cepat bisa jalan.

h. Menunjang perkembangan kepribadian emosional, kematangan spiritual danhubungan sosial yang baik.

Manfaat ASI bagi ibu. Manfaat ASI bagi ibu adalah:

a. Mengurangi perdarahan setelah melahirkan. Apabila anak segera disusui segera setelah dilahirkan, maka kemungkinan terjadinya pendarahan setelah melahirkan akan berkurang karena kadar oksitosin meningkat sehingga pembuluh darah menutup dan perdarahan akan lebih cepat

(37)

berhenti.

b. Mengurangi terjadinya anemia.

c. Menjarangkan kehamilan. Menyusui merupakan cara kontrasepsi yang aman, murah, dan cukup berhasil. Selama ibu memberi ASI Eksklusif dan belum haid, 98% tidak akan hamil pada enam bulan pertama setelah melahirkan dan 96% tidak akan hamil sampai anakberumur 12 bulan.

d. Mengecilkan rahim. Kadar oksitosin ibu yang menyusui akan membantu rahim kembali ke ukuran sebelum hamil serta Menurunkan resiko kanker payudara.

e. Pemberian ASI membantu mengurangi beban kerja ibu karena ASI tersedia kapan dan di mana saja. ASI selalu bersih, sehat dan tersedia dalam suhu yang cocok, serta lebih ekonomis dan murah

f. ASI dapat segera diberikan pada anak tanpa harus menyiapkan, memasak air dan tanpa harus mencuci botol.

g. Memberi kepuasan bagi ibu. Ibu yang berhasil memberikan ASI Eksklusif akan merasakan kepuasan, kebanggaan dan kebahagiaan yang mendalam.

Manfaat ASI bagi keluarga. Adapun manfaat ASI bagi keluarga adalah : a. Tidak perlu menghabiskan banyak uang untuk membeli susu formula,

botol susu, serta kayu bakar atau minyak tanah untuk merebus air, susu, dan peralatannya.

b. Menghemat biaya perawatan kesehatan karena anak yang diberi ASI Eksklusif lebih sehat atau jarang sakit.

(38)

c. Menghemat waktu keluarga.

d. Menghemat tenaga keluarga karena ASI selalu siap tersedia.

e. Menyusui sangat praktis karena dapat diberikan karena saja dan kapan saja. Keluarga tidak perlu repot membawa botol susu, susu formula, air panas, dan lain sebagainya ketika berpergian.

Manfaat ASI bagi negara. Manfaat ASI bagi negara adalah:

a. Menghemat devisa negara karena tidak perlu mengimpor susu formula dan peralatan lainnya.

b. Anak sehat membuat negara lebih sehat.

c. Penghematan pada sektor kesehatan, karena jumlah anak yang sakit hanya sedikit.

d. Memperbaiki kelangsungan hidup anak dengan menurunkan angka kematian.

e. Melindungi lingkungan karena tidak ada pohon yang digunakan sebagai kayu bakar untuk merebus air, susu, dan peralatannya.

f. Menciptakan generasi penerus bangsa yang tangguh danberkualitas untuk membangun negara, karena anak yang mendapat ASI dapat tumbuh kembang secara optimal.

Komposisi ASI

ASI mengandung zat gizi yang secara khusus diperlukan untuk menunjang proses tumbuh kembang otak dan memperkuat daya tahan alami tubuhnya.

Kandungan ASI yang utama terdiri dari : (Maryunani, 2012).

(39)

a. Laktosa (Karbohidrat). Laktosa merupakan jenis karbohidrat utama dalam ASI yang berperan penting sebagai sumber energi. Selain menjadi sumber penghasil energi, laktosa juga berperan dalam meningkatkan penyerapan kalsium dalam tubuh, merangsang tumbuhnya laktobasilus bifidus serta berperan dalam perkembangan sistem saraf.

b. Lemak. Lemak merupakan zat gizi terbesar kedua di ASI dan menjadi sumber energi utama anak serta berperan dalam pengaturan suhu tubuh anak. Berfungsi sebagai penghasil kalori, menurunkan risiko penyakit jantung di usia muda. Lemak di ASI mengandung komponen asam lemak esensial yaitu : asam linoleat dan asam alda linoleat yang akan diolah oleh tubuh anak menjadi AA dan DHA.

c. Protein. Protein memiliki fungsi untuk mengatur dan pembangun tubuh anak. Komponen dasar dari protein adalah asam amino, berfungsi sebagai pembentuk struktur otak. Beberapa jenis asam amino tertentu, diantaranya sistin, taurin, triptofan, dan fenilalanin merupakan senyawa yang berperan dalam proses ingatan. Sistin dan taurin tidak terdapat dalam susu sapi.

d. Garam dan Mineral. ASI mengandung mineral yang lengkap walaupun kadarnya relatif rendah, tetapi bisa mencukupi kebutuhan anak sampai berumur 6 bulan.Zat besi dankalsium dalam ASI merupakan mineral yang sangat stabil dan mudah diserap dan jumlahnya tidak dipengaruhi oleh diet ibu.

e. Vitamin. ASI mengandung berbagai vitamin lengkap yang dapat mencukupi kebutuhan anak sampai 6 bulan keculai vitamin K, karena anak

(40)

baru lahir ususnya belum mampu membentuk vitamin K. Vitamin K berfungsi sebagai katalisator pada proses pembekuan darah terdapat dalam ASI dengan jumlah yang cukup dan mudah diserap.

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pemberian ASI Eksklusif

Umur ibu. Umur merupakan variabel yang digunakan sebagai ukuran mutlak indikator fisiologis dengan kata lain penggunaan dengan umur, karena yang semakin tua mempunyai karakteristik fisiologis dengan tanggung jawab sendiri. (Notoatmojo, 2012).

Berdasarkan hasil penelitian Arini (2012), bahwa usia yang aman untuk kehamilan, persalinan, dan menyusui adalah 20-35 tahun. Oleh sebab itu, umur yang sesuai dengan masa reproduksi sangat baik dan sangat mendukung dalam pemberian ASI eksklusif adalah 20-35 tahun ,sedangkan umur yang kurang dari 20 tahun dianggap masih belum matang secara fisik, mental, dan psikologi dalam menghadapi kehamilan, persalinan, serta pemberian ASI. Umur lebih dari 35 tahun dianggap berbahaya, sebab baik alat reproduksi maupun fisik ibu sudah jauh berkurang dan menurun, selain itu bisa terjadi risiko bawaan pada bayinya dan juga dapat meningkatkan kesulitan pada kehamilan, persalinan dan nifas.

Berdasarkan hasil penelitian Wadud (2013), bahwa umur sangat berpengaruh dalam pemberian ASI Eksklusif pada anak berumur 7-12 bulan, kebanyakan ibu yang berumur lebih dari 30 tahun mempunyai tanggung jawab dalam pemberian ASI Eksklusif sedangkan ibu yang berumur kurang dari 30 tahun lebih memberikan susu formula dari pada ASI Eksklusif. Karena umur merupakan suatu bentuk karena seseorang semakin tua mempunyai karakteristik

(41)

tanggung jawab sendiri

Pendidikan. Pendidikan ibu menurut Priyoto (2014) pendidikan adalah proses perubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Pendidikan menuntut manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupannya untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Pendidikan diperlukan untuk mendapatkan informasi, misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup. Dengan demikian dapat diartikan bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang, maka makin mudah untuk menerima informasi sehingga banyak pula pengetahuan yang dimilikinya, sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang diperkenalkan (Priyoto, 2014).

Pekerjaan. Status pekerjaan diduga mempunyai kaitan dengan pola pemberian ASI. Pada ibu yang aktif bekerja, upaya pemberian ASI Eksklusif seringkali mengalami hambatan lantaran singkatnya masa cuti hamil dan melahirkan mengakibatkan sebelum masa pemberian ASI Eksklusif berakhir mereka sudah harus kembali bekerja, inilah yang menjadikan bayi tidak memperoleh ASI secara Eksklusif, serta banyak ibu yang bekerja beranggapan bahwa ASI nya tidak mencukupi kebutuhan bayi saat ibu bekerja sehingga ibu-ibu memberikan ASI tambahan berupa susu formula.(Bahriyah dkk, 2017).

Penelitian yang dilakukan Bahriyah (2017) ada hubungan yang bermakna antara pekerjaan ibu terhadap pemberian ASI Eksklusif pada bayi. Hal ini menunjukkan bahwa ibu yang tidak bekerja mempunyai peluang sebesar 0,396

(42)

kali lebih besar untuk memberikan ASI Eksklusif dibanding dengan tidak memberikan ASI Eksklusif.

Penghasilan Keluarga. Berdasarkan penelitian Purwanti (2004) diketahui bahwa ibu dengan sosial ekonomi rendah mempunyai peluang 4,6 kali untuk memberikan ASI dibanding ibu dengan sosial ekonomi tinggi. Semakin tinggi status sosial ekonomi semakin rendah rata-rata pemberian ASI Eksklusif.

Paritas. Penelitian yang dilakukan Wadud (2013) ada hubungan bermakna antara paritas dengan pemberian ASI Eksklusif yaitu paritas rendah bila jumlah anak kurang dari tiga sedangkan paritas tinggi adalah bila anak lebih dari atau sama dengan tiga. Prevalensi menyusui Eksklusif meningkat dengan bertambahnya jumlah anak, karena prevalensi anak ketiga atau lebih akan lebih banyak yang disusui Eksklusif dibandingkan dengan anak kedua dan pertama sehingga terdapat hubungan yang bermakna antara paritas dengan pemberian ASI Eksklusif.

Tingkat paritas telah banyak menentukan perhatian dalam kesehatan ibu dan anak. Dikatakan demikian karena terdapat kecenderungan kesehatan ibu berparitas tinggi lebih baik dari pada ibu berparitas rendah. (Notoatmojo, 2012).

Program Pemerintah Terkait Pemberian ASI Eksklusif

Tanggung jawab Pemerintah dalam program pemberian ASI Eksklusif meliputi: (PP No 33 Tahun 2012).

a. Menetapkan kebijakan nasional terkait program pemberian ASI Eksklusif.

b. Melaksanakanan advokasi dan sosialisasi program pemberian ASI Eksklusif.

c. Memberikan pelatihan mengenai program pemberian ASI Eksklusif dan penyediaan tenaga konselor menyusui di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

(43)

dan tempat sarana umum lainnya.

d. Mengintegrasikan materi mengenai ASI Eksklusif pada kurikulum pendidikan formal dan nonformal bagi tenaga kesehatan.

e. Membina, mengawasi, serta mengevaluasi pelaksanaan dan pencapaian program pemberian ASI Eksklusif di fasilitas pelayanan kesehatan, satuan pendidikan kesehatan, tempat kerja, tempat sarana umum, dan kegiatan di masyarakat.

f. Mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkaitan dengan ASI Eksklusif.

g. Mengembangkan kerja sama mengenai program ASI Eksklusif dengan pihak lain di dalam dan/atau luar negeri.

h. Menyediakan ketersediaan akses terhadap informasi dan edukasi atas penyelenggaraan program pemberian ASI Eksklusif.

Menurut Perinasia (1990) ada sepuluh langkah menuju keberhasilan menyusui yaitu:

a. Mempunyai kebijakan tertulis tentang menyusui yang secara rutin disampaikan kepada semua staf pelayanan kesehatan untuk diketahui.

b. Melatih semua staf pelayanann kesehatan dengan keterampilan yang diperlukan untuk menerapkan dan melaksanakan kebijakan tersebut.

c. Menjelaskan kepada seluruh ibu hamil tentang manfaat dan pelaksanaan menyusui.

d. Membantu ibu-ibu untuk mulai menyusui anaknya dalam waktu 30 menit setelah melahirkan.

(44)

e. Memperlihatkan kepada ibu-ibu bagaimana cara menyusui dan cara mempertahankannya sekalipun ibu harus berpisah dengan anaknya.

f. Tidak memberikan makanan atau minuman apa pun selain ASI kepada anak baru lahir, kecuali bila ada indikasi medis.

g. Melaksanakan Rawat Gabung memungkinkan atau mengizinkan ibu dan anak untuk selalu bersama selama 24 jam.

h. Mendukung ibu agar dapat memberi ASI sesuai dengan keinginan dan kebutuhan anak (on demand).

i. Tidak memberikan dot atau kempeng kepada anak yang sedang menyusu.

j. Membentuk kelompok pendukung menyusui dan menganjurkan ibu-ibu yang pulang dari rumah sakit atau klinik untuk selalu berhubungan ke kelompok tersebut.

Peraturan Hukum Terkait Pemberian ASI Eksklusif

Pemerintah sangat perhatian terhadap penggalakan pemberian ASI Eksklusif. Oleh karena itu pemerintah membuat peraturan hukum terkait pemberian ASI Eksklusif agar cakupan ASI Eksklusif dapat tercapai sesuai target Nasional yaitu 80%. Beberapa peraturan hukum terkait ASI Eksklusif yaitu :

a. UU Nomor 36/2009 tentang Kesehatan

Pasal 128 ayat 2 dan 3 disebutkan bahwa selama pemberian ASI, pihak keluarga, pemerintah daerah dan masyarakat harus mendukung ibu secara penuh dengan penyediaan waktu dan fasilitas khusus. Penyediaan fasilitas khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diadakan di tempat kerja dan tempat sarana umum. Pasal 200: Setiap orang yang dengan sengaja menghalangi program

(45)

pemberian air susu ibu Eksklusif sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 128 ayat (2) dipidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan denda paling banyak Rp.100.000.000,00 (seratus juta rupiah).

b. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2012 tentang Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif Pasal 6 berbunyi “ Setiap ibu yang melahirkan harus memberikan ASI Eksklusif kepada anak yang dilahirkannya”.

c. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 450/MENKES/SK/VI/2004 tentang Pemberian ASI secara Eksklusif di Indonesia :

1. Menentapkan ASI Eksklusif di Indonesia selama 6 bulan dan dianjurkan dilanjutkan sampai dengan anak berumur 2 tahun atau lebih dengan pemberian makanan tambahan yang sesuai.

2. Tenaga Kesehatan agar menginformasikan kepada semua ibu yang baru melahirkan untuk memberikan ASI Eksklusif dengan mengacu pada 10 langkah keberhasilan menyusui.

Landasan Teori

Menurut Lawrence Green dalam Notoatmodjo (2012), kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh dua faktor pokok, yaitu faktor perilaku (behavior causes) dan faktor di luar perilaku (non-behaviour causes).

Perilaku dipengaruhi oleh tiga faktor utama yang disingkat menjadi “PRECEDE”

(Predisposing, Enabling, dan Reinforcing Causes in Education Diagnosis and Evaluation). Berdasarkan PRECEDE model, perilaku dapat terbentuk dari tiga faktor yiatu :

a. Faktor-faktor predisposisi (predisposing factors), yakni berupa

(46)

pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai, dan sebagainya.

b. Faktor-faktor pemungkin (enabling factors), yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidaknya sarana kesehatan, seperti puskesmas, obat-obatan, jamban, alat kontrasepsi, dan sebagainya.

c. Faktor-faktor pendorong atau penguat (reinforcing factors), yaitu sikap dan perilaku petugas kesehatan maupun petugas lain, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.

PRECED Fase 5 Diagnosis kebijakan dan

Administrasi

Fase 4 Diagnosis Pendidikan

dan Organisasi

Fase 3 Diagnosis Perilaku dan

Lingkungan

Fase 2 Diagnosis Epidemologi

Fase 1 Diagnosis

Sosial

p

Fase 6 Implementasi

Fase 7 Evaluasi Proses

Fase 8 Evaluasi Dampak

Fase 9 Evaluasi Hasil PROCEED

Kerangka Teori Lawrence Green dan Marshall W. Kreuter Gambar 1. Model Green PRECED-PROCEED

PROMOSI KESEHATAN

Pendidikan Kesehatan

Kebijakan Regulasi Organisasi

Faktor Predisposisi

Faktor Penguat

Faktor Kemungkinan

Perilaku dan Kebiasaan

Lingkungan

Kesehatan Kualitas Hidup

(47)

Kerangka Konsep

Berdasarkan tujuan penelitiandan landasan teori yang dikemukakan di atas, maka kerangka konsep penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 2. Kerangka konsep penelitian

Hipotesis Penelitian. Hipotesis penelitian ini adalah :

Ada pengaruh antara Karakteristik ibu (Umur, Pendidikan, Pekerjaan, Penghasilan, Paritas), Pengetahuan, dan Sikap ibu terhadap pemberian ASI Eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Kotanopan Kecamatan Kotanopan Kabupaten Madina Tahun 2021.

Karakteristik Ibu -Umur

-Pendidikan -Pekerjaan -Penghasilan -Paritas

Faktor Predisposisi -Pengetahuan Ibu -Sikap Ibu

Pemberian ASI Eksklusif

(48)

30

Metode Penelitian

Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian survei analitik dengan desain cross sectional yang dimaksudkan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh pengetahuan dan sikap ibu terhadap pemberian ASI Eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Kotanopan Kecamatan Kotanopan Kabupaten Madina Tahun 2021, pengukuran dilakukan pada saat bersamaan pada data variabel independen dan dependen (sekali waktu).

Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian. Pengambilan data penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Kotanopan Kecamatan Kotanopan Kabupaten Madina.

Waktu penelitian. Penelitian ini dilakukan mulai dari bulan Juli 2021 sampai dengan selesai.

Populasi dan Sampel

Populasi. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang mempunyai anak yang berumur 7-24 bulan yang berada di wilayah kerja Puskesmas Kotanopan Kecamatan Kotanopan Kabupaten Madina tahun 2021 yaitu sebanyak 580 ibu.

Sampel. Sampel penelitian ini adalah ibu yang mempunyai anak yang berumur 7-24 bulan. Menurut Umar (2005), pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode slovin atau Taroyamane dengan perhitungan sebagai berikut:

(49)

𝑛 = N 1 + N X e² Keterangan :

n = jumlah sampel N = jumlah populasi

e = persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan

pengambilan sampel yang masih dapat ditolerir atau diinginkan ( 0,1).

Jumlah sampel yang diambil dari populasi penelitian ini adalah sebanyak :

𝑛 = 580

1 + 580 𝑥 0,1 ² = 580

1+5,8

=

580

6,8

=

85,29 = 86

Dalam penelitian ini peneliti menetapkan besar sampel sebanyak 85 orang Besar sampel ditetapkan dengan menggunakan metode purposive sampling.

Kriteria probability sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah kriteria inklusi, yaitu:

1. Ibu yang mempunyai anak 7-24 bulan.

2. Ibu yang tidak bermasalah dengan produksi ASI.

3. Bersedia menjadi responden.

4. Berdomisili di wilayah kerja Puskesmas Kotanopan Kecamatan Kotanopan Kabupaten Madina.

(50)

Tabel 1

Distribusi sampel Menurut Populasi

Nama Desa Jumlah Populasi Perhitungan Sampel

Desa Hutapungkut Jae 15 7

580x 86 2

Desa Padang Bulan 60 60

580x 86 9

Desa Muara Botung 27 27

580x 86 4

Desa Usor Tolang 56 56

580x 86 8

Desa Tamiang 96 96

580x 86 14

Desa Hutapungkut Julu 76 76

580x 86 12

Desa Hutapungkut Tonga 42 42

580x 86 6

Desa Muara Pungkut 35 35

580x 86 5

Desa Manambin 68 68

580x 86 10

Desa Pasar Kotanopan 85 85

580x 86 13

Desa Muara Siambak 20 20

580x 86 3

Jumlah 580 86

Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

Variabel penelitian. Variabel penelitian terdiri dari :

Variabel terikat (variabel dependen). Variabel dependen adalah variabel

yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiono, 2011). Adapun variabel dependen dalam penelitian ini adalah tindakan ibu menyusui apakah memberikan ASI atau tidak secara Eksklusif, tanpa ada

(51)

cairan makanan lain selain ASI sampai usia 6 bulan di wilayah kerja Puskesmas Kotanopan Kabupaten Madina tahun 2021.

Variabel bebas (variabel independen). Variabel independen merupakan

variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat (Sugiono, 2011). Adapun yang menjadi variabel independen dalam penelitian ini adalah karekteristik ibu (umur, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, paritas), pengetahuan ibu dalam pemberian ASI Eksklusif, dan Sikap ibu dalam Pemberian ASI Eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Kotanopan Kabupaten Madina Tahun 2021.

Definisi Operasional. Definisi operasional dalam penelitian ini yaitu : Umur. Umur ibu adalah lama waktu perjalanan hidup ibu menyusui dimulai sejak dilahirkan sampai sekarang, yang dinyatakan dalam tahun.

Pendidikan. Pendidikan Ibu adalah jenjang pendidikan formal tertinggi yang pernah ditamatkan oleh ibu menyusui.

Pekerjaan. Pekerjaan adalah kegiatan yang ibu menyusui lakukan secara rutin dan terus menerus serta dilakukan diluar rumah.

Pendapatan. Pendapatan adalah keuangan keluarga yang dihasilkan anggota keluarga untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Paritas. Paritas adalah jumlah anak hidup yang pernah dilahirkan ibu.

Pengetahuan. Pengetahuan ibu yaitu segala sesuatu yang diketahui ibu mengenai ASI Eksklusif, Tujuan ASI Eksklusif, manfaat ASI Eksklusif, kerugian ibu bila tidak memberikan ASI Eksklusif.

Sikap. Sikap ibu adalah respon yang diberikan ibu terhadap pemberian

(52)

ASI Eksklusif.

Pemberian ASI Eksklusif. Pemberian ASI Eksklusif adalah tindakan yang dilakukan ibu menyusui apakah memberikan ASI atau tidak secara Eksklusif tanpa tambahan makanan ataupun cairan lain selain ASI sampai usia 6 bulan.

Metode Pengumpulan Data

Data Primer. Data primer diperoleh melalui wawancara oleh peneliti kepada responden secara langsung dengan menggunakan kuesioner yang berisi daftar pertanyaan telah disiapkan.

Data Sekunder. Data sekunder penelitian ini berasal dari profil Puskesmas Kotanopan, profil Dinas Kesehatan Kabupaten Madina tahun 2016- 2019 tentang cakupan ASI Eksklusif, data dari Kementerian Kesehatan tentang cakupan ASI Eksklusif di Indonesia, website WHO cakupan ASI Eksklusif.

Metode Pengukuran

Metode Pengukuran Karakteristik. dapat dilihat pada tebel 2 berikut : Tabel 2

Aspek Pengukuran Variabel Karakteristik

Variabel Kategori Skala Ukur

Umur 1. Produktif (20-35 tahun) 2. Tidak Produktif :

(umur <20 Tahun) (umur >35 tahun)

Ordinal

Pendidikan 1. Tinggi (PT) 2. Menengah (SMA) 3. Rendah (SD/SMP)

Ordinal

Pekerjaan 1. Tidak Bekerja 2. Bekerja

Nominal

(bersambung)

(53)

Tabel 2

Aspek Pengukuran Variabel Karakteristik

Variabel Kategori Skala Ukur

Penghasilan 1. Tinggi (≤ Rp. 2.691.807) 2. Rendah (> Rp. 2.691.807)

Ordinal Paritas 1. ≥ 2 anak

2. ≤ 2 anak

Ordinal

Metode pengukuran pengetahuan. pengukuran terhadap variabel pengetahuan yaitu dengan menggunakan skala ordinal. Dengan penilaian jawaban benar dan salah. Jawaban benar akan diberi skor 1 dan untuk jawaban yang salah akan diberikan skor 0 (Sugiyono, 2015). Kuesioner pengetahuan terdiri dari 15 pertanyaan sehingga skor tertinggi adalah 15 dan skor terendah adalah 0.

Berdasarkan kriteria tersebut maka dapat dikategorikan tingkat pengetahuan responden sebagai berikut : (Arikunto, 2013).

1. Tingkat pengetahuan baik, bila nilai responden >75% dari total nilai seluruh pertanyaan pengetahuan (skor >11).

2. Sedang, bila nilai responden 45%- 75% dari total nilai seluruh pertanyaan pengetahuan (skor 7-11).

3. Kurang, bila nilai responden <45% dari total nilai seluruh pertanyaan pengetahuan (skor <7).

Metode pengukuran sikap. Pengukuran terhadap sikap yaitu dengan menggunakan skala ordinal. Diukur dengan interval jawaban jika pertanyaan positif “sangat setuju” dengan skor 3, “setuju” dengan skor 2, “tidak setuju”

dengan skor 1 dan “sangat tidak setuju” dengan skor 0. Sedangkan untuk

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat, berkat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul berguna dan bermanfaat bagi para

Menurut konsorsium ilmu kesehatan (dalam Hidayat, 2008) peran perawat dalam pemenuhan kebutuhan patienst safety yaitu memberikan perawatan langsung; mendidik pasien dan

Masukan (input) adalah segala sesuatu yang dibutuhkan dalam pelaksanaan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) agar dapat berjalan dengan baik, dengan pemanfaatan dana Bantuan

Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku WUS Terhadap Penggunaan Alat Kontrasepsi di Wilayah Puskesmas Sarudik Kecamatan Sarudik Kabupaten Tapanuli Tengah” beserta seluruh isinya

Pelaksanaan Pusat Informasi dan Konseling Remaja (PIK-R) di Kampung KB, Desa Bingkat, Kecamatan Pegajahan, Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2018” beserta seluruh

tentang pacaran dengan sikap terhadap kekerasan dalam pacaran dapat disimpulkan bahwa siswi yang memiliki tingkat kepercayaan tinggi terhadap mitos – mitos tentang

Yaitu dengan mengamati secara langsung bagaimana proses penerapannya dengan strategi active learning dalam pembelajaran Qur’an Hadits di MTs Al- Iistiqomah

Adapun pelaksanaan rujukan yang ada di Indonesia mempunyai syarat-syarat sebagai berikut: (a) Pelayanan kesehatan dilaksanakan secara berjenjang, sesuai kebutuhan