• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA"

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PEMANFAATAN DANA BANTUAN OPERASIONAL KESEHATAN (BOK) DALAM

PROGRAM PROMOTIF DAN PREVENTIF DI PUSKESMAS KARTINI KOTA

PEMATANG SIANTAR TAHUN 2020

SKRIPSI

Oleh

IRVAN JAPARDI SINAGA NIM. 131000686

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2021

(2)

ANALISIS PEMANFAATAN DANA BANTUAN OPERASIONAL KESEHATAN (BOK) DALAM

PROGRAM PROMOTIF DAN PREVENTIF DI PUSKESMAS KARTINI KOTA

PEMATANG SIANTAR TAHUN 2020

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Oleh

IRVAN JAPARDI SINAGA NIM. 131000686

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2021

(3)
(4)

Telah diuji dan dipertahankan Pada tanggal : 02 September 2020

TIM PENGUJI SKRIPSI

Ketua : Dr. Juanita, S.E., M.Kes.

Anggota : 1. Dr. Drs. Zulfendri, M.Kes

2. Puteri Citra Cinta Asyura Nasution, S.K.M, M.P.H.

(5)

Pernyataan Keaslian Skripsi

Saya menyatakan dengan ini bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Pemanfaatan Dana Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) dalam Program Promotif dan Preventif di Puskesmas Kartini Kota Pematang Siantar Tahun 2020” beserta seluruh isinya adalah benar karya saya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung risiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Medan, September 2020

Irvan Japardi Sinaga

(6)

Abstrak

Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) merupakan bantuan pemerintah pusat untuk pemerintah daerah dalam rangka mendukung operasional pelayanan kesehatan primer didalam rangka mewujudkan program kesehatan prioritas nasional, khususnya program promotif dan preventif sebagai bagian dari kesehatan masyarakat. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan pendekatan sistem input, proses, dan output. Informan dalam penelitian ini adalah penyelenggara BOK Puskesmas Kartini Tahun 2020 sebanyak 5 orang yang terdiri dari Kepala Puskesmas Kartini, Bendahara BOK Puskesmas Kartini, Penanggung jawab program preventif promotif Puskesmas Kartini. BOK Pejabat Pembuat Komitmen Dinas Kesehatan Kota Pematangsiantar, dan Pengajar BOK Dinas Kesehatan Kota Pematang siantar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan BOK di Puskesmas Kartini dalam keadaan baik dengan realisasi BOK tahun 2017-2020 sebesar 100%. Tahap input terdiri dari sumber daya manusia, sarana dan prasarana, dan dana. Dari segi kuantitas, ketersediaan sumber daya manusia sudah mencukupi namun dari segi kualitas pengelolaan BOK belum efektif dan efisien. Dari aspek sarana dan prasarana dalam kondisi baik. Dari segi dana cukup dan tidak ada duplikasi dana JKN. Dari tahap proses, telah diterapkan secara efektif. Perencanaan disusun berdasarkan acuan perencanaan pada tingkat pelayanan kesehatan primer. Pencapaian indikator SPM di Puskesmas Kartini sejak pelaksanaan program BOK mengalami peningkatan tetapi belum mencapai target yang ditetapkan. Dinas Kesehatan Kota Pematangsiantar dituntut untuk meningkatkan sosialisasi dan monitoring penggunaan dana BOK di Puskesmas Kartini agar penggunaan dana BOK akurat dan program preventif promotif dapat dilaksanakan secara optimal.

Kata Kunci: Analisis, pemanfaatan, promotif, preventif, kesehatan

(7)

Abstract

The Health Operational Aids (BOK) is a central government aids to the local government in order to support the operational of primary health care in order to achieve the national priority of health program, especially the promotive preventive as a part of the public health. This research ia a qualitative descriptive study by system approach of input, process, and output. The information is collected through abservation, depth intervie, and document study. The informant in this research is the organizer of BOK in Kartini Primary Health Care in 2020 for 5 persons that consist of Head of Kartini Primary Health Care, Treasurer of BOK of Kartini Primary Health Care, responsible of promotive preventive program of Kartini Primary Health Care, Commitment Maker Official’s BOK of Health Office of Pematangsiantar City, and Tresurer of BOK of Health Office of Pematang siantar City. The resultof research indicates that the using of BOK in Kartini Primary Health Care is in good condition with the realization of BOK in 2017-2020 is100%. In input step is consist of human resources, facilities and infrastructure, and fund. From the quantity aspect, the availability of human resources is sufficient but in the quality aspect the management of BOK has not yet effective and efficient. From the facilities and infrastructure aspect is in good condition. From the fund aspect is sufficient and there is not duplication of the JKN fund. From the process step, it has implemented effectively. A planning is prepared based on the planning reference in primary health carelevel. Mini workshop was conducted regularly, monitoring and direction is performed to each primary health care directly once in a month by health office. From the output step, the allocation of fund of BOK is based on the technical guidance. The achievement of SPM indicator atKartini Primary Health Care since the implementation of BOK program is increase but it has not yet achieve the determined target. The health office of Pematangsiantar City is required to increase the socialization and monitoring in the using of BOK fund in Kartini Primary Health Care so the using of BOK fund is accurate and promotif preventive program can be implemented optimally.

Keywords: Analysis, utilization, promotive, preventive, health

(8)

Kata Pengantar

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala berkah yang telah diberikan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Pemanfaatan Dana Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) dalam Program Promotif dan Preventif di Puskesmas Kota Pematan Siantar Tahun 2020”. Skripsi ini adalah salah satu syarat yang ditetapkan untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Selama proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak baik moril maupun materil. Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada:

1. Dr. Muryanto Amin, S.Sos, M.Si., selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si., selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Dr. Juanita, S.E, M.Kes., selaku Dosen Pembimbing dan Ketua Penguji yang telah banyak membantu dan memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis sehingga skripsi ini bisa diselesaikan dengan baik.

4. Dr. Drs. Zulfendri, M.Kes., selaku Dosen Penguji I yang telah memberi kritik dan saran serta pengarahan untuk kesempurnaan skripsi ini, dan juga selaku Ketua Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Universitas Sumatera Utara.

(9)

5. Puteri Citra Cinta Asyura Nasution, S.K.M, M.P.H., selaku Dosen Penguji II yang telah memberik kritik dan saran serta pengarahan untuk kesempurnaan skripsi ini.

6. Dr. dr. Linda Trimurni Maas, M.P.H., selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah memperhatikan penulis selama mengikuti pendidikan di FKM USU.

7. Seluruh Dosen dan Staff di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, terutama Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan yang telah banyak memberikan bantuan selama penulis mengikuti pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara ini.

8. Kepala Dinas Kesehatan Kota Pematang Siantar beserta jajaran staffnya yang telah memberikan izin dan bantuan kemudahan lainnya untuk melakukan penelitian skripsi ini.

9. Kepala Puskesmas Kartini dan seluruh staff maupun tenaga kesehatan yang telah membantu dan memberikan pengarahan kepada penulis dalam melaksanakan penelitian skripsi ini.

10. Teristimewa untuk kedua orang tua penulis yang tercinta, Alm. Solihin Sinaga dan Anda Linda Wati Simbolon yang tidak pernah putus asa memberikan do’a dan dukungan terbaik untuk penulis serta kepada kedua adik penulis, yaitu Rina Rizky Sinaga dan Yunita Sari Sinaga, serta seluruh keluarga besar, penulis ucapkan Terima kasih atas do’a, nasihat kasih sayang, perhatian, dukungan, serta motivasi yang telah diberikan dalam penyelesaian skripsi ini.

11. Teman-teman seperjuangan Kelas C FKM USU 2013, Kelompok PBL dan

(10)

LKP, teman-teman satu peminatan AKK serta seluruh rekan dan pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah ikut membantu, memberikan semangat, dukungan, dan do’a dalam penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun dari semua pihak dalam rangka penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap skripsi ini dapat memberikan kontribusi yang positif dan bermanfaat bagi pembaca.

Medan, September 2020

Irvan Japardi Sinaga

(11)

Daftar Isi

Halaman

Halaman Persetujuan i

Halaman Penetapan Tim Penguji ii

Halaman Pernyataan Keaslian Skripsi iii

Abstrak iv

Abstract v

Kata Pengantar vi

Daftar Isi ix

Daftar Tabel xi

Daftar Gambar xii

Daftar Lampiran xiii

Daftar Istilah xiv

Riwayat Hidup xv

Pendahuluan 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 9

Tujuan Penelitian 9

Manfaat Penelitian 10

Tinjauan Pustaka 11

Bantuan Operasional Kesehatan 11

Definisi bantuan operasional kesehatan 11

Tujuan BOK 12

Kebijakan operasional BOK 12

Prinsip dasar BOK 13

Ruang lingkup BOK 14

Pemanfaatan dana BOK di puskesmas 15

Pengalokasian BOK 16

Penyaluran dana BOK 17

Laporan dana BOK 17

Puskesmas 18

Definisi puskesmas 18

Fungsi puskesmas 19

Upaya kesehatan puskesmas 21

Manajemen Puskesmas 23

Fungsi manajemen puskesmas 24

Pelaksanaan manajemen puskesmas 25

Promosi Kesehatan 26

Sasaran promosi kesehatan 27

Strategi promosi kesehatan 28

(12)

Sumber Pendanaan Kesehatan 28

Standar Pelayanan Minimal 29

Kerangka Pikir 31

Metode Penelitian 33

Jenis Penelitian 33

Lokasi dan Waktu Penelitian 33

Subjek Penelitian 33

Metode Pengumpulan Data 34

Metode Analisa Data 35

Hasil Penelitian dan Pembahasan 37

Deskripsi Puskesmas Kartini 37

Letak geografis 37

Wilayah kerja 37

Tugas pokok 38

Sumber daya manusia 39

Demografi 39

Karakteristik Informan 40

Pernyataan Informan tentang Perencanaan

Pemanfaatan Dana BOK 41

Pernyataan Informan tentang Tujuan Dana BOK 42 Pernyataan Informan tentang Pemanfaaran Dana

BOK 42

Pernyataan Informan tentang Pencairan Dana BOK 43 Pernyataan Informan tentang Pelaksanaan Monitoring

dan Evaluasi 43

Pemanfaatan Dana BOK di Puskesmas Kartini 44 Pemanfaatan Dana BOK dalam Program Promotif dan

Preventif di Puskesmas Kartini 45

Pencapaian Indikator SPM di Puskesmas Kartini 46

Keterbatasan Penelitian 48

Kesimpulan dan Saran 50

Kesimpulan 50

Saran 51

Daftar Pustaka 52

Lampiran 54

(13)

Daftar Tabel

No Judul Halaman

1 Wilayah Kerja Puskesmas 38

2 SDM Puskesmas Kartini 39

3 Demografi Penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas Kartini

39 4 Jumlah Penduduk Menurut Jenis

Kelamin dan Kelompok Umur

40 5 Distribusi Informan Berdasarkan

Karakteristik

41 6 Pemanfaatan Dana BOK di

Puskesmas Kartini

44 7 Indikator SPM di Puskesmas

Kartini Tahun

46

(14)

Daftar Gambar

No Judul Halaman

1 Kerangka pikir 31

(15)

Daftar Lampiran

No Judul Halaman

1 Pedoman Wawancara 54

2 Surat Permohonan Izin Penelitian 59 3 Surat Keterangan Memberi Izin

Penelitian Dinkes 60

4 Surat Keterangan Selesai Izin

Penelitian Puskesmas 61

5 Matriks Pernyataan Informan 62

6 Dokumentasi Penelitian 65

(16)

Daftar Istilah

AKB Angka Kematian Bayi

AKI Angka Kematian Ibu

ASI Air Susu Ibu

BPJS Badan Pelayanan Jaminan Sosial CTPS Cuci Tangan Pakai Sabun

FKTP Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama JKN Jaminan Kesehatan Nasional

KB Keluarga Berencana

KEK Kekurangan Energi Kronis KPA Kuasa Pengguna Anggaran PHBS Perilaku Hidup Bersih Sehat PMT Pemberian Makanan Tambahan POSYANDU Pos Pelayanan Terpadu

PROMKES Promosi Kesehatan PUK Pimpinan Unit Kerja

PUS Pasangan Usia Subur

PUSKESMAS Pusat Kesehatan Masyarakat RPK Rencana Pelaksanaan Kegiatan RUK Rencana Usulan Kegiatan SDM Sumber Daya Masyarakat

SPU Surat Permintaan Uang

SP2D Surat Perintah Pencairan Dana UPT Unit Pelayanan Terpadu

UKM Upaya Kesehatan Masyarakat UKP Upaya Kesehatan Perorangan WHO World Health Organization WUS Wanita Usia Subur

(17)

Riwayat Hidup

Penulis bernama Irvan Japardi Sinaga yang di lahirkan pada tanggal 1 januari 1996 di Pematangsiantar dan beragama Islam, dengan suku bangsa penulis adalah Batak. Penulis merupakan anak sulung dari tiga bersaudara dari pasangan Ayahanda Alm. Solihin Sinaga dan Ibunda Anda Linda Wati Simbolon.

Pendidikan formal penulis dimulai pendidikan sekolah dasar di SD Madrasah Ibtidaiyah Negeri Jln. Sibatu-Batu Kelurahan Bah Kapul Kecamatan Siantar Sitalasari Kota Pematangsiantar Tahun 2001-2007, sekolah menengah pertama di SMP Yayasan Pendidikan Keluarga Jl. Seram Kota Pematangsiantar Tahun 2007-2010, sekolah menengah atas di Swasta Sultan Agung Jln. Surabaya Kota Pematangsiantar Tahun 2010-2013, selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan perguruan tinggi negeri di program studi S1 Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Medan, September 2020

Irvan Japardi Sinaga

(18)

Pendahuluan

Latar Belakang

Kesehatan merupakan salah satu permasalahan yang paling kompleks dalam dunia modern saat ini. Undang Undang Kesehatan Republik Indonesia nomor 36 tahun 2009 pasal 1 menerangkan yang dimaksud dengan kesehatan adalah keadaaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis.

Kesehatan merupakan hak asasi manusia. Setiap manusia berhak untuk hidup sehat.

Pembangunan kesehatan merupakan bagian dari pembangunan nasional dalam rangka mewujudkan visi misi presiden yaitu meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Untuk mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi- tingginya diselenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat dengan pendekatan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif secara terpadu, menyeluruh, dan berkesinambungan. Selain itu, pembangunan kesehatan juga merupakan program Indonesia sehat dengan sasaran pokok Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN), yaitu meningkatkan status kesehatan dan gizi ibu dan anak, meningkatkan pengendalian penyakit, meningkatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan dasar dan rujukan terutama daerah terpencil, tertinggal dan perbatasan, meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan universal melalui upaya kesehatan dan pemberdayaan masyarakat yang didukung dengan perlindungan finansial dan pemeratan pelayanan kesehatan (Kemenkes RI, 2015)

(19)

Program pembangunan kesehatan yang telah dilaksanakan beberapa dekade berhasil meningkatkan derajat kesehatan masyarakat cukup signifikan, walaupun masih dijumpai berbagai masalah dan hambatan yang tetap memengaruhi pelaksanaan pembangunan kesehatan. Oleh karena itu, tetap diperlukan adanya reformasi di bidang kesehatan untuk mengatasi ketimpangan hasil pembangunan kesehatan antar daerah dan antargolongan, derajat kesehatan yang masih tertinggal dibandingkan dengan negara-negara tetangga, dan kurangnya kemandirian dalam pembangunan kesehatan (Adisasmito, 2014).

Untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan tersebut negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan dukungan pembiayaan agar upaya kesehatan secara menyeluruh berjenjang dan terpadu dapat dilaksanakan. Upaya yang dilakukan Kementerian Kesehatan diantaranya dengan mewujudkan pembangunan puskesmas dan jaringan.

Puskesmas sebagai pusat pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya memiliki tanggung jawab dalam menyelenggarakan upaya kesehatan untuk jenjang tingkat pertama. Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi -tingginya di wilayah kerjanya (Kemenkes RI, 2014).

Kementerian Kesehatan melakukan upaya untuk mempercepat pencapaian sasaran-sasaran pembangunan kesehatan Indonesia. Salah satu upaya Kementerian Kesehatan untuk memantapkan pembangunan kesehatan di daerah sebagai bagian

(20)

integral dari pembangunan nasional dengan menyediakan anggaran kesehatan baik dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) maupun Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).

APBN kesehatan sejak tahun 2014 sebagian besar dialokasikan untuk penyelenggaraan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Pada tahun 2016 untuk pertama kalinya pemerintah mengalokasikan anggaran kesehatan 5% dari total APBN sebesar Rp 67.2 triliun.

Ketentuan APBD diatur dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan mengamanatkan Pemerintah Daerah (Provinsi, Kabupaten, Kota) masing-masing dapat mengalokasikan minimal 10% dari APBD nya (di luar gaji pegawai) untuk pembangunan kesehatan. Namun demikian, pada umumnya provinsi-provinsi baru dapat mengalokasikan dalam kisaran 2-8% dari APBD nya untuk pembangunan kesehatan. Itu pun masih termasuk gaji pegawai. Bahkan porsi APBD untuk operasional program kesehatan di puskesmas semakin menurun, sehingga kinerja puskesmas cenderung statis (Kemenkes RI, 2015).

Tahun 2008-2010 menunjukkan bahwa program-program kesehatan masyarakat mendapat alokasi dana yang sangat kecil. Anggaran kesehatan di tingkat Kabupaten/Kota sebagian besar terpakai untuk pembayaran gaji dan belanja fisik (30-50%) dan upaya kuratif (30-40%) sedangkan untuk program kesehatan dasar hanya sedikit (5-12%). Jika persentase tersebut dibagi ke dalam program kesehatan yang begitu banyak maka masing-masing program akan mendapatkan dana sangat kecil, rata-rata dibawah 1% dan dikenal dengan istilah program 0% (Kemenkes, 2011).

(21)

Namun, pada tahun-tahun berikutnya, program-program kesehatan masyarakat mendapat alokasi dana yang besar. Pada tahun 2016, kenaikan anggaran fungsi kesehatan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara difokuskan pada penguatan fasilitas kesehatan primer dan pemberdayaan masyarakat. Titik beratnya adalah pada program promosi kesehatan dan pencegahan penyakit. Pemerintah mengalokasikan anggaran kesehatan tahun 2016 dalam APBN adalah Rp 109 triliun (5,05 persen dari APBN) atau naik daripada tahun 2015 yang Rp 75 triliun (3,45 persen dari APBN). Hal tersebut termasuk iuran penerima bantuan iuran Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang dikelola Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan. Pada tahun 2017, tercatat bahwa alokasi dana untuk program kesehatan mencapai 170.37 triliun atau 25.19 persen, serta tahun 2018 tercatat mencapai Rp200,75 triliun atau 28,47 persen dari pagu APBN 2018. Angka tersebut diklaim lebih baik dibandingkan penyerapan pada periode yang sama 2017 (Kemenkes, 2018).

Meskipun alokasi dana sudah begitu besar diberikan dalam mengelola program - program kesehatan masyarakat, namun hal tersebut tidak serta merta menyelesaikan segala masalah ataupun kendala terkait dengan pembangunan kesehatan yang terjadi selama ini. Hal ini disebabkan karena alokasi dana yang ada tidak difokuskan pada kegiatan promotif dan preventif yang merupakan arus utama kesehatan yang ada di Indonesia. Selanjutnya, hal ini dapat dilihat dari angka kematian ibu & bayi, penyakit menular dan tidak menular serta defisit BPJS kesehatan yang semakin kronis. Pada era JKN 2014, dana yang dikelola BPJS Kesehatan tidak kurang 80% untuk kegiatan kuratif rehabilitatif dan

(22)

menyisakan 20% untuk kegiatan promotif dan preventif. Ini tentunya semakin memperkuat bahwa kegiatan promotif & preventif menjadi hal yang kurang diprioritaskan dalam pelaksanaannya (Kemenkes, 2019).

Meningkatnya jumlah pasien yang berkunjung ke puskesmas dan rumah sakit menunjukkan kegagalan puskesmas dan masyarakat melaksanakan misi kegiatan promotif preventif. Pada 2017 terdapat sebesar 223,4 juta kunjungan, 2018 menjadi 233,9 juta, dan 2019 naik menjadi 277,9 juta. Adanya kondisi tersebut, tentunya disebabkan oleh beberapa hal seperti kurang maksimalnya rumah sakit/puskesmas dalam mengelola program kesehatan untuk masyarakat, tidak terlepas juga bagaimana para individu/pegawai yang bekerja pada rumah sakit/puskesmas tersebut serta belum maksimalnya pengalokasian dana BOK dari pemerintah yang seharusnya dapat lebih difokuskan pada kegiatan yang utama yaitu promotif & preventif. (Kemenkes,2019)

Oleh karena itu, khusus untuk membantu pemerintah kabupaten/kota dalam meningkatkan akses dan pemerataan pelayanan kesehatan masyarakat melalui puskesmas, Kementerian Kesehatan menyalurkan dana Bantuan Operasional Kesehatan (BOK). Kebijakan operasional BOK mulai direalisasikan sejak pertengahan tahun 2010. Tahun 2016, anggaran untuk dana BOK dan Bantuan Operasional Keluarga Berencana (BOKB) sebesar 4,567 triliun.

BOK merupakan bantuan pemerintah pusat kepada pemerintah daerah untuk mendukung operasional puskesmas dalam rangka pencapaian program kesehatan prioritas nasional, khususnya kegiatan promotif preventif sebagai bagian dari upaya kesehatan masyarakat. BOK diharapkan dapat mendekatkan

(23)

petugas kesehatan kepada masyarakat dan memberdayakan masyarakat, melalui mobilisasi kader kesehatan untuk berperan aktif dalam pembangunan kesehatan, serta mendukung pelayanan kesehatan di luar gedung dengan didukung manajemen puskesmas yang baik. Pemanfaatan dana BOK utamanya untuk mendukung biaya operasional bagi petugas kesehatan dan kader dalam menjangkau masyarakat di wilayah kerja puskesmas, sehingga terbentuk masyarakat berperilaku hidup bersih dan sehat agar terwujudnya keluarga dan masyarakat yang sehat(Kemenkes RI, 2015).

Puskesmas Kartini merupakan salah satu dari 19 puskesmas yang ada di Kota Pematang Siantar dengan wilayah kerja terdiri dari 2 kelurahan dengan jumlah penduduk 10.560 jiwa. Adapun penyakit yang ada diwilayah kerja Puskesmas Kartini yang tertinggi yaitu infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), penyakit susunan syaraf, hipertensi, penyakit pulpa dan jaringan parikal, gastritis, DM, penyakit kulit, kelainan Refraksi, diare, dan gangguan dan jaringan penyangga lainnya.

Indikator keberhasilan upaya kesehatan promotif dan preventif dapat dilihat dari capaian indikator Standar Pelayanan Minimum (SPM) dan Cakupan rumah tangga ber-PHBS. Adapun Capaian Puskesmas Kartini dengan jumlah ibu hamil adalah 220 orang, kunjungan ibu hamil K1 yaitu 203 (92,3%) dan K4 yaitu 192 (87,3%); jumlah ibu bersalin/nifas yang persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan 210 (100%). Adapun ibu hamil yang mendapatkan tablet Fe 1 (30 tablet) yaitu 249 (106,87%) dan Fe 3 yaitu 245 (105,2%). (Profil Puskesmas Kartini, 2019)

(24)

Puskesmas Kartini memiliki persentase rumah tangga yang berprilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dengan jumlah rumah tangga 2.803, jumlah yang dipantau sebanyak 195, dan jumlah yang rumah tangga yang ber-PHBS sebanyak 55 (28,2%). (Profil Puskesmas Kartini, 2019).

Upaya kesehatan promotif dan preventif melalui berbagai kegiatan baik di dalam gedung maupun di luar gedung telah dilakukan di Puskesmas Kartini diantaranya penyuluhan PHBS (rumah tangga, institusi pendidikan, institusi sarana kesehatan, institusi TTU), penyuluhan PTM, penyuluhan HIV/AIDS, penyuluhan ASI Ekslusif, kunjungan rumah (bumil, gizi buruk, TB mangkir) namun belum menunjukkan hasil yang maksimal. Hal ini dapat dilihat dari cakupan beberapa program esensial yang masih rendah. Beberapa program yang belum mencapai target yaitu: pada program KIA/KB cakupan K4 bumil yaitu 87,3% yang seharusnya 95%; cakupan TT-1 bumil yaitu 49,6% yang seharusnya 80%; TT-2 yaitu 49,2% yang seharusnya 80%; ASI Ekslusif yaitu 66,4%

seharusnya 93%; dan program promosi kesehatan yaitu cakupan Rumah Tangga berPHBS yaitu 28,3% seharusnya 70%.

Dari hasil wawancara yang dilakukan pada awal penelitian di Puskesmas Kartini Kecamatan Siantar Barat, diketahui bahwa total anggaran dana kesehatan BOK pada tahun 2017 sebesar Rp.430.000.000,- 2018 sebesar Rp.500.000.000,- 2019 sebesar Rp.500.000.000,- . Seharusnya dengan alokasi dana yang ada Puskesmas Kartini mampu menghasilkan pelayanan kesehatan dasar berkualitas dan membantu dalam upaya pencapaian indikator SPM bidang kesehatan di Kota Pematangsiantar. Untuk mencapai indaktor SPM tidak terlepas dari

(25)

penyelenggaraan manajemen puskesmas dengan baik yang mampu menyelenggarakan Perencanaan Tingkat Puskemas (PTP) secara terpadu mengelola tenaga dan sarana prasarana yang ada, serta mengintegrasikan sumber dana antara dana BOK, dana kapitasi JKN, dan sumber dana lainnya (Depkes, 2006).

Pelaksanaan kegiatan BOK Puskesmas Kartini hingga saat ini masih mengalami beberapa kendala. Dalam hal sumber daya manusia, pegawai yang ada di puskesmas Kartini tersebut masih kurang ber kompeten dalam melaksanakan pelayanan promotif dan preventif. Beberapa program kerja tidak dapat dilaksanakan secara optimal seperti penyuluhan rumah tangga ber-PHBS. Proses pencairan dana masih mengalami keterlambatan.

Pelaksanaan lokakarya mini bulanan masih sebatas rutinitas dalam penyampaian laporan bulanan sehingga kegiatan-kegiatan yang diusulkan tidak disesuaikan dengan pencapaian program dan tidak berdasarkan skala prioritas.

Pelaksanaan lokakarya mini puskesmas juga merupakan bagian dari SPM bidang kesehatan dan merupakan indikator keberhasilan pelaksanaan BOK.

Pembinaan dan pengawasan belum dilakukan secara maksimal oleh tim verifikator BOK. Sehingga laporan tahunan BOK tidak dilengkapi dengan pencapaian SPM disebabkan kegiatan yang telah disusun dalam POA bulanan tidak mengarah kepada pencapaian SPM sebagai output kegiatan.

Berdasarkan pemaparan diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan Analisis Pemanfaatan Dana Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) dalam

(26)

Program Promotif dan Preventif di Puskesmas Kartini Kecamatan Siantar Barat Kota Pematang Siantar Tahun 2020.

Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka rumusan permasalahan pada penelitian ini adalah untuk menganalisis Pemanfaatan Dana Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) Dalam Program Promotif dan Preventif di Puskesmas Kartini Kecamatan Siantar Barat Kota Pematang Siantar Tahun 2020.

Tujuan Penelitian

Tujuan umum. untuk mengetahui analisis pemanfaatan dana Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) dalam program promotif dan preventif di Puskesmas Kartini Kecamatan Siantar Barat Kota Pematang Siantar Tahun 2020.

Tujuan khusus. Adapun tujuan khusus adalah:

1. Mengetahui pengelolaan dan pemanfaatan dana BOK dalam penyelenggaraan program promotif dan preventif di Puskesmas Kartini.

2. Mengetahui pengelolaan dan pemanfaatan dana BOK dalam penyelenggaraan fungsi manajemen untuk mengevaluasi kinerja dalam program promotif dan preventif di Puskesmas Kartini.

3. Mengetahui efisiensi pengelolaan dana BOK dalam program promotif dan preventif di Puskesmas Kartini.

4. Mengetahui efektifitas pengelolaan dana BOK dalam program promotif dan preventif di Puskesmas Kartini.

5. Mengetahui pencapaian Standar Pelayanan Minimum (SPM) di bidang pelayanan kesehatan Promotif dan Preventif di Puskesmas Kartini.

(27)

6. Sebagai saran dan masukan serta koreksi dalam penggunaan dana BOK dalam bidang pelayanan kesehatan Promotif dan Preventif di Puskesmas Kartini.

Manfaat Penelitian 1. Bagi Puskesmas

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan untuk meningkatkan kinerja puskesmas terhadap pemanfaatan dana BOK dalam melaksanakan program promotif dan preventif.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini bermanfaat untuk menambah informasi dan dijadikan referensi bagi mahasiswa kesehatan masyarakat khususnya Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Bagi Peneliti

Penelitian ini bermanfaat untuk menambah pengetahuan, wawasan serta pengalaman peneliti mengenai analisis pemanfaatan dana Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) dalam program promotif dan preventif di Puskesmas Kartini Kecamatan Siantar Barat Kota Pematang Siantar Tahun 2020.

4. Bagi Penelitian Selanjutnya

Sebagai sumber referensi untuk dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai analisis pemanfaatan dana Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) dalam program promotif dan preventif di Puskesmas Kartini Kecamatan Siantar Barat Kota Pematang Siantar.

(28)

Tinjauan Pustaka

Bantuan Operasional Kesehatan

Definisi Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) adalah bantuan Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah untuk percepatan pencapaian target prioritas nasional khususnya MDGsnbidang kesehatan tahun 2015, melalui peningkatan kinerja Puskesmas dan jaringannya serta Poskesdes/Polindes, Posyandu dan UKBM lainnya dalamimenyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bersifat promotif dan preventif (Kemenkes, 2015).

Pemerintah menyadari bahwa sumber pembiayaan pemerintah daerah yang bersumber dari APBD dianggap tidak mencukupi untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Indonesia secara signifikan karena sebagian besar masih dibawah dari kesepakatan Bupati atauoWalikota seluruh Indonesia yang menetapkan anggaran kesehatan daerah sebesar 10% dari APBD. Selanjutnya di dalam Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan disebutkan bahwa untuk memberikan pelayanan.kesehatan yang berkualitas maka diupayakan modal pembiayaan baru yang lebih menitikberatkan kepada pembiayaan langsung dari Pusat ke pusat pelayanan kesehatan berbasis komunitas di tingkat Puskesmas.

Upaya pembiayaan ini diwujudkan melalui program Bantuan Operasional Kesehatan (Badan Litbangkes Kementerian Kesehatan, 2013).

(29)

Tujuan BOK

Dalam petunjuk Teknis BOK 2015 tujuan Bantuan Operasional Kesehatan adalah meningkatnya upaya kesehatan yang bersifat promotif dan preventif dalam mencapai target kesehatan tahun 2015.

1. Tujuan Umum

Meningkatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan untuk upaya kesehatan promotif dan preventif di wilayah kerja puskesmas.

2. Tujuan Khusus

a. Menyelenggarakan upaya kesehatan promotif dan preventif utamanya pelayanan di luar gedung puskesmas.

b.Menyelenggarakan,fungsi manajemen Puskesmas untuk mendukung kinerja.

c. Menyelenggarakan upaya kesehatan bersumber daya masyarakat.

d. Menyelenggarakan kerja sama lintas sektoral dalam mendukung program kesehatan (Kemenkes, 2015).

Kebijakan Operasional BOK

1. BOK merupakan dana bantuan untuk pelaksanaan program kesehatan nasionalidi daerah dan bukan merupakan dana utama untuk pelaksanaan program kesehatan di daerah.

2. Dana BOK diarahkan untuk meningkatkan kinerja Puskesmas

(30)

melalui upaya kesehatanjpromotif dan preventif dalam mendukung pelayanan kesehatan di luar gedung dengan didukung manajemen Puskesmas yang baik.

3. Pemanfaatan dana BOK utamanya untuk mendukung biaya operasional bagi petugas kesehatan dan kader dalam menjangkau masyarakat di wilayah kerja Puskesmas, sehingga terbentuk masyarakat berperilakulhidup bersih dan sehat agar terwujudnya keluarga dan masyarakat yang sehat.

4. Pemanfaatan dana BOK bersinergi dengan sumber dana lain meliputi APBD, kapitasi JKN, dana desa, dan lainnya, dengan menghindari 13 duplikasi dan tetap mengedepankan akuntabilitas dan transparansi (Kemenkes, 2015).

Prinsip Dasar BOK 1. Keterpaduan

Kegiatan pemanfaatan dana BOK dilaksanakan secara terpadu baik dari segi dana, orang, tempat, waktu, kegiatan, serta sarana untuk pencapaian target program kesehatan dengan melibatkan para pelaksana program di puskesmas, kader kesehatan, lintas sektor serta unsur lainnya.

2. Kewilayahan

Pemanfaatan dana BOK menggunakan prinsip satuan kewilayahan, administrasi (Rukun Tetangga [RT], Rukun Warga [RW], dusun, desa/kelurahan, kecamatan, sekolah dan satuan administrasi lainnya).

3. Efisien

(31)

Pelaksanaan kegiatan dilaksanakan dengan memanfaatkan sumber daya yang ada secara tepat, cermat dan seminimal mungkin untuk mencapai tujuan seoptimal mungkin dan tidak duplikasi dengan sumber pembiayaan lain.

4. Efektif

Kegiatan yang dilaksanakan berdaya ungkit tinggi terhadap pencapaian program kesehatan prioritas nasional.

5. Transparan

Pengelolaan keuangan dana BOK menyangkut sumber dan jumlah dana, rincian penggunaan dan pertanggungjawaban dilaksanakan secara terbuka sehingga memudahkan pihak-pihak yang berkepentingan untuk mengetahuinya.

6. Akuntabel

Pengelolaan dan pemanfaatan dana BOK harus dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan aturan pada Juknis BOK dan peraturan terkait lainnya (Kemenkes, 2015).

Ruang Lingkup BOK

Dana BOK dialokasikan untuk:

1. Upaya Kesehatan Promotif dan Preventif, 2. Dukungan Manajemen di Puskesmas,

3. Dukungan Manajemen SKPD kesehatan Kabupaten/Kota.

(32)

Pemanfaatan Dana BOK di Puskesmas

1. Penggunaan BOK untuk Upaya Kesehatan Masyarakat Esensial dan Pengembangan minimal 60% dari alokasi BOK yang diterima puskesmas. Pemanfaatan BOK selanjutnya untuk dukungan manajemen, termasuk penyediaan bahan habis pakai, reagen, tes cepat, honor pengelola keuangan dan tim teknis. BOK dapat dimanfaatkan untuk dukungan manajemen di Kabupaten/Kota/Satker BLUD pengelola BOK dengan besaran maksimal 6% dari alokasi BOK yang diterima.

2. Penggunaan BOK untuk operasional upaya kesehatan dan kegiatan manajemen, meliputi:

a. Biaya perjalanan dinas bagi petugas kesehatan Kabupaten atau Kota Puskesmas dan jaringannya termasuk untuk kader atau lintas sektoral atau tenaga penugasan kesehatan, baik dalam maupun luar wilayah. Tata cara penyelenggaraannya mengacu pada ketentuan perjalanan dinas yang ditetapkan dengan Peraturan Kementerian Dalam Negeri.

b. Pembelian barang pakai habis untuk mendukung pelayanan promotif dan preventif antara lain penggandaan media, reagen, rapid tes/tes cepat;

c. Penyelenggaraan rapat-rapat, pertemuan konsinyasi;

d. Pembelian alat tulis kantor, penggandaan;

(33)

e. Honorarium untuk pengelola keuangan (Dinas Kesehatan dan Puskesmas), serta Tim Teknis (Dinas Kesehatan).

3. Dalam rangka meningkatkan upaya promosi kesehatan, dana BOK dapat digunakan untuk membayar 1 (satu) orang per puskesmas tenaga kontrak Promosi Kesehatan yang kontraknya ditetapkan melalui SK Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang mengacu pada peraturan yang berlaku (Kemenkes, 2015).

Pengalokasian BOK

1. BOK yang diterima kabupaten maupun kota di distribusikan kepada setiap Puskesmas yang ada di wilayah kabupaten maupun kota tersebut. Dasar perhitungan alokasi per Puskesmas memperhatikan beberapa hal yang terkait dengan beban kerja, antara lain: luas wilayah kerja Puskesmas; jumlah penduduk yang menjadi tanggung jawab Puskesmas; jumlah UKBM, jumlah sekolah; dana kapitasi JKN yang diterima jumlah tenaga pelaksana UKM.

2. Bagi Kabupaten maupun Kota dan puskesmas yang secara khusus mendapatkan alokasi lokus prioritas BOK (formulir terlampir) diberikan tambahan dana sebsar Rp.40.000.000,- s.d Rp.50.000.000,- /tahun untuk kegiatan khusus berupa:

a. Penggandaan instrumen pendataan keluarga sehat;

b. Kunjungan rumah untuk pendataan seluruh keluarga di wilayah kerja Puskesmas;

c. Analisis data untuk intervensi kegiatan (Kemenkes, 2015).

(34)

Penyaluran Dana BOK

Dalam Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 22/PMK.07/2016 tentang Penyaluran Dana BOK Dan Dana BOKB Tahun Anggaran 2016, dana BOK adalah dana yang digunakan untuk meringankan beban masyarakat terhadap pembiayaan bidang kesehatan, khususnya pelayanan dipuskesmas, penurunan angka kematian ibu, angka kematian bayi, serta malnutrisi. Penyaluran Dana BOK dilaksanakan secara triwulanan, yaitu:

1. Triwulan I paling cepat bulan Februari 2. Triwulan II paling cepat bulan April 3. Triwulan III paling cepat bulan Juli 4. Triwulan IV paling cepat bulan Oktober

Penyaluran Dana BOK dilaksanakan masing-masing triwulan sebesar 25%

dari pagu alokasi. Daerah wajib menyalurkan Dana BOK kepada puskesmas dalam daerah yang bersangkutan paling lama 7 hari kerja setelah kabupaten/kota menenma permintaan penyaluran dana BOK dari puskesmas. Penyaluran dana BOK dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang pegelolaan keuangan daerah.

Laporan Dana BOK

Laporan realisasi penggunaan Dana BOK menjadi syarat penyaluran Dana BOK triwulan berikutnya. Kepala daerah bertanggung jawab atas penggunaan dana BOK. Kepala daerah menyampaikan laporan realisasi penggunaan dana BOK dan kepada Menteri Keuangan c. q. Direktur Jenderal Perimbangan

(35)

Keuangan. Penyampaian laporan realisasi,penggunaan Dana BOK disertai dengan rekapitulasi Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) atas penggunaan dana BOK.

Penyampaian laporan realisasi penggunaan Dana BOK dilaksanakan secara triwulanan, dengan ketentuan sebagai berikut:

1. Laporan realisasi penggunaan Dana BOK triwulan I paling lambat minggu ketiga bulan April.

2. Laporan realisasi penggunaan Dana BOK triwulan II paling lambat minggu

3. ketiga bulan Juli. Laporan realisasi penggunaan Dana BOK triwulan III paling lambat minggu ketiga bulan Oktober.

4. 4. Laporan realisasi penggunaan Dana BOK triwulan IV paling lambat minggu ketiga bulan Januariitahun anggaran berikutnya (Kemenkes, 2015).

Puskesmas

Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginyadi wilayah kerjanya (Permenkes, 2014).

Prinsip penyelenggaraan puskesmas meliputi : a. Paradigma sehat

(36)

Puskesmas mendorong seluruh pemangk kepentingan untuk berkomitmen dalam upaya mencegah danmengurangi resiko kesehatan yang dihadapi individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.

b. Pertanggung jawaban wilayah

Puskesmas menggerakkan dan bertanggung jawab terhadap pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya

c. Kemandirian masyarakat

Puskesmas mendorong kemandirian hidup sehat bagi individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat.

d. Pemerataan

Puskesmas menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang dapat diakses dan terjangkau oleh seluruh masyarakat di wilayah kerjanya secara adil tanpa membedakan status sosial, ekonomi, agama, budaya dan kepercayaan.

e. Teknologi tepat guna

Puskesmas menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan dengan memanfaatkan teknologi tepat guna yang sesuai dengan kebutuhan pelayanan, mudah dimanfaatkan dan tidak berdampak buruk bagi lingkungan.

f. Keterpaduan dan kesinambungan.

Puskesmas mengintegrasikan dan mengoordinasikan penyelenggaraan UKM dan UKP lintas program dan lintas sektor serta

(37)

melaksanakan Sistem Rujukan yang didukung dengan manajemen Puskesmas

Fungsi Puskesmas

Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan kebijakan kesehatan untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dalam rangka mendukung terwujudnya kecamatan sehat.

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan 2014 Dalam menyelenggarakan tugasnya puskesmas memiliki fungsi yaitu :

1. Penyelenggaraan UKM tingkat pertama di wilayah kerjanya

a. melaksanakan perencanaan berdasarkan analisis masalah kesehatan.

b. masyarakat dan analisis kebutuhan pelayanan yang diperlukan.

c. melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan kesehatan

d. melaksanakan komunikasi, informasi, edukasi, dan pemberdayaan masyarakat dalam bidang kesehatan.

e. menggerakkan masyarakat untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah kesehatan pada setiap tingkat perkembangan masyarakat yang bekerjasama dengan sektor lain terkait.

f. melaksanakan pembinaan teknis terhadap jaringan pelayanan dan upaya kesehatan berbasis masyarakat.

g. melaksanakan peningkatan kompetensi sumber daya manusia Puskesmas.

(38)

h. memantau pelaksanaan pembangunan agar berwawasan kesehatan.

i. melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap akses.

mutu, dan cakupan Pelayanan Kesehatan.

j. memberikan rekomendasi terkait masalah kesehatan masyarakat, termasuk dukungan terhadap sistem kewaspadaan dini dan respon penanggulangan penyakit.

2. Penyelenggaraan UKP tingkat pertama di wilayah kerjanya.

3. menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan dasar secara komprehensif, berkesinambungan dan bermutu.

4. menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang mengutamakan upaya promotif dan preventif.

5. menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang berorientasi pada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.

6. menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang mengutamakan keamanan dan keselamatan pasien, petugas dan pengunjung.

7. menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan dengan prinsip koordinatif dan kerja sama inter dan antar profesi.

8. melaksanakan rekam medis.

9. melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap mutu dan akses Pelayanan Kesehatan.

10. melaksanakan peningkatan kompetensi Tenaga Kesehatan.

11. mengoordinasikan dan melaksanakan pembinaan fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama di wilayahkerjanya.

(39)

12. melaksanakan penapisan rujukan sesuai dengan indikasi medis dan sistem rujukan.

Upaya Kesehatan Puskesmas

Puskesmas menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat tingkat pertama dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama. Upaya kesehatan masyarakat tingkat pertama sebagaimana dimaksud yaitu :

1. pelayanan promosi kesehatan;

2. pelayanan kesehatan lingkungan;

3. pelayanan kesehatan ibu, anak, dan keluarga berencana;

4. pelayanan gizi; dan

5. pelayanan pencegahan dan pengendalian penyakit.

Promosi Kesehatan yaitu program pelayanan kesehatan puskesmas yang diarahkan untuk membantu masyarakat agar hidup sehat secara optimal melalui kegiatan penyuluhan (induvidu, kelompok maupun masyarakat).

Pelayanan KIA dan KB yaitu program pelayanan kesehatan KIA dan KB di Puskesmas yang ditujuhkan untuk memberikan pelayanan kepada PUS (Pasangan Usia Subur) untuk ber KB, pelayanan ibu hamil, bersalin dan nifas serta pelayanan bayi dan balita.

Pencegahan dan Pengendalian Penyakit menular dan tidak menular yaitu program pelayanan kesehatan Puskesmas untuk mencegah dan mengendalikan penular penyakit menular/infeksi (misalnya TB dan DBD).

Kesehatan Lingkungan yaitu program pelayanan kesehatan lingkungan di puskesmas untuk meningkatkan kesehatan lingkungan pemukiman melalui upaya

(40)

sanitasi dasar, pengawasan mutu lingkungan dan tempat umum termasuk pengendalian lingkungan dengan peningkatan peran serta masyarakat.

Perbaikan Gizi Masyarakat yaitu program kegiatan pelayanan kesehatan, perbaikan gizi masyarakat di Puskesmas yang meliputi peningkatan pendidikan dan perbaikan gizi, penanggulangan gizi kurang dan gizi buruk, peningkatan survailans gizi.

Manajemen Puskesmas

Manajemen mancakup kegiatan untuk mencapai tujuan, dilakukan oleh individu individu yang menyumbangkan upayanya yang terbaik melalui tindakan tindakan yang telah ditetapkan sebelumnya. Hal tersebut meliputi pengetahuan tentang apa yang harus mereka lakukan, menetapakan bagaimana melakukannya, memahami bagaimana mereka harus melakukannya dan mengukur efektivitas dari usaha usaha mereka. Selanjutnya perlu menetapkan dan memelihara pula suatau kondisi lingkungan yang memeberikan responsi ekonomis, psikologis, sosial, politis dan sumbangan sumbangan teknis serta pengendaliannya (Terry, 2012).

Manajemen puskesmas didefenisikan sebagai rangkaian kegiatan yang bekerja secara sistematis untuk menghasilkan keluaran puskesmas yang efektif dan efisien. Rangkaian kegiatan sistematis yang dilaksanakan puskesmas membentuk fungsi-fungsi manajemen. Ada tiga fungsi manajemen puskesmas yang dikenal yakni perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian serta pengawasan dan pertanggung jawaban. Semua fungsi manajemen tersebut harus dilaksanakan secara terkait dan berkesinambungan (Sulaiman, 2011) .

Manajemen Puskesmas diselenggarakan sebagai :

(41)

1. Proses penyampaian tujuan puskesmas.

2. Proses menselaraskan tujuan organisasi dan tujuan pegawai puskesmas (management by objectives atau MBO) menurut Drucker.

3. Proses pengelola dan memberdayakan sumber daya dalam rangka efesiensi dan efektivitas puskesmas.

4. Proses pengambilan keputusan dan pemecahan masalah.

5. Proses kerja sama dan kemitraan dalam pencapaian tujuan puskesmas 6. Proses pengelola lingkungan.

Fungsi Manajemen Puskesmas

Fungsi manajemen yang digunakan oleh puskesmas diadaptasi dari fungsi manajemen yang dikemukakan oleh Terry (2012 )yang terdiri dari :

1. Planning (perencanaan) adalah sebuah proses yang harus dimulai dengan merumuskan tujuan puskesmas sampai dengan menetapkan alternatif kegiatan untuk mencapainya. Tanpa ada fungsi perencanaan puskesmas, tidak ada kejelasan kegiatan yang akan dilaksanakan oleh staff untuk mencapai Puskesmas. Melalui fungsi perencanaan puskesmas akan ditetapkan tugas tugas pokok staff dan tugas tugas pokok staff ini pimpinan puskesmas akan mempunyai pedoman supervisi dan menetapkan sumber daya yang dibutuhkan oleh staff untuk menjalankan tugas tugasnya.

2. Organizing (pengorganisasian) adalah serangkaian kegiatan manajemen untuk menghimpun semua sumber daya yang dimiliki puskesmas dan memanfaatkan secara efisien untuk mencapai tujuan

(42)

puskesmas. Atas dasar pengertian teersebut, fungsi pengorganisasian juga meliputi proses pengintregasian semua sumber daya yang dimiliki puskesmas.

3. Actuating (penggerakan pelaksanaan) adalah proses pembimbingan kepada staf agar mampu dan mau bekerja secara optimal menjalankan tugas-tugasnya sesuai dengan kemampuan dan keterampilan yang dimiliki serta dukungan sumber daya yang tersedia.

4. Controling (pengawasan/pembimbingan) adalah proses untuk mengamati secara terus menerus pelaksanaan kegiatan sesuai rencana yang sudah disusun dan mengadakan perbaikan jika terjadi penyimpangan.

5. Evaluating (penilaian) adalah proses untuk menentukan nilai atau tingkat keberhasilan dari pelaksanaan suatu program dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan atau suatu proses yang teratur dan sistematis dalam membandingkan hasil yang dicapai dengan tolak ukur atau kriteria yang telah ditetapkan, dilanjutkan dengan pengambilan kesimpulan serta memberikan saran-saran yang dapat dilakukan pada setiap tahap dari pelaksanaan program.

Pelaksanaan Manajemen Puskesmas

Pemikiran manajemen sistem menjelaskan bahwa kegiatan bagian manapun dari sistem organisasi mempengaruhi dari setiap bagian yang lainnya.

Elemen dari sistem manajemennya yaitu :

(43)

a. Input berupa sumber sumber daya manajemen puskesmas, yang meliputi man (ketenagaan), Money (dana / biaya ), material (bahan sarana dan prasarana), machine (mesin atau peralatan/ teknologi) ,method (metode), market, minute/time (waktu).

b. Proses yaitu proses pengubahan masukan menjadi pengeluaran dengan melaksanakan fungsi fungsi manajemen dan pelayanan kesehatan di puskesmas.

c. Output yaitu hasil langsung dari proses trasnformasi berupa pencapaian cakupan indikator.

Promosi Kesehatan

Promosi kesehatan adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pembelajaran dari oleh, untuk dan bersama masyarakat, agar mereka dapat menolong diri sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat, sesuai sosial budaya setempat dan didukung kebijakan publik yang berwawasan kesehatan. Pelaksanaan promosi kesehatan di Puskesmas pada dasarnya adalah penerapan strategi promosi kesehatan, yaitu pemberdayaan, bina suasana, dan advokasi di tatanan sarana kesehatan, khususnya Puskesmas. Oleh karena itu, langkah awalnya adalah berupa penggerakan dan pengorganisasian untuk memberdayakan para petugas Puskesmas agar mampu mengidentifikasi masalah-masalah kesehatan Puskesmas dan menyusun rencana untuk menanggulanginya dari sisi promosi kesehatan (Kemenkes RI, 2011).

Promosi Kesehatan di Puskesmas adalah upaya puskesmas untuk meningkatkan kemampuan pasien, klien, dan kelompok kelompok masyarakat,

(44)

agar pasien dapat mandiri dalm mempercepat kesembuahan dan rehabilitasinya, klien dan kelompok kelompok masyarakat dapat mandiri dalam meningkatkan kesehatan, mencegah masalah masalah kesehatan, dan mengembangkan upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk, dan bersama mereka, sesuai sosial budaya mereka, serta didukung kebijakan publik yang berwawasan kesehatan ( Hartono, 2010).

Kegiatan preventif adalah suatu kegiatan untuk mengendalikan risiko kesehatan, mencegah komplikasi penyakit dan meningkatkan mutu hidup seoptimal mungkin.

Kegiatan Promotif adalah kegiatan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui upaya dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat, agar mereka dapat secara optimal menolong dirinya sendiri (mencegah timbulnya masalah dan gangguan kesehatan, memelihara dan meningkatkan derajat kesehatannya, dan mampu berperilaku mengatasi apabila masalah kesehatan tersebut sudah terlanjur datang), serta mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat sesuai sosial budaya setempat dan didukung oleh kebijakan publik yang berwawasan kesehatan.

Sasaran promosi Kesehatan

Dalam Kemenkes 2011 tentang Promosi Kesehatan Dalam pelaksanaan promosi kesehatan dikenal adanya tiga jenis sasaran, yaitu :

1. Sasaran Primer Sasaran primer (utama) upaya promosi kesehatan sesungguhnya adalah pasien, individu sehat dan keluarga (rumah tangga) sebagai komponen dari masyarakat.

(45)

2. Sasaran Skunder Sasaran sekunder adalah para pemuka masyarakat, baik pemuka informal (misalnya pemuka adat, pemuka agama dan lain-lain) maupun pemuka formal (misalnya petugas kesehatan, pejabat pemerintahan dan lain-lain), organisasi kemasyarakatan dan media massa.

3. Sasaran Tersier Sasaran tersier adalah para pembuat kebijakan publik yang berupa peraturan perundang-undangan di bidang kesehatan dan bidang-bidang lain yang berkaitan serta mereka yang dapat memfasilitasi atau menyediakan sumber daya.

Strategi Promosi Kesehatan 1. Pemberdayaan

Pemberdayaan adalah pemberian informasi dan pendampingan dalam mencegah dan menanggulangi masalah kesehatan, guna membantu individu, keluarga atau kelompok-kelompok masyarakat menjalani tahap-tahap tahu, mau dan mampu mempraktikkannya.

2. Bina Swasana

Bina swasana adalah pembentukan suasana lingkungan sosial yang kondusif dan mendorong mempekaktikkannya serta penciptaan panutan dalam mengadopsi dan melestarikannya.

3. Advokasi

Advokasi adalah pendekatan dan motifasi terhadap pihak pihak tertentu yang diperhitungkan dapat mendukung keberhasilan pembinaan baik dari segi materi maupun non materi.

(46)

Sumber Pendanaan Kesehatan

Pembiayaan Kesehatan adalah tatanan yang menghimpun berbagai upaya penggalian. Pengalokasian dan pembelanjaan sumber daya keuangan secara terpadu dan saling mendukung guna menjamin tercapainya drajat kesehatan masyarakat yang setinggi tingginya (Adisasmito, 2010).

Sumber pendanaan di Puskesmas menurut Keputusan Menteri Kesehatan No 75 tahun 2014 yaitu: Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), sumber-sumber lain yang sah dan tidak mengikat.

Standar Pelayanan Minimal (SPM)

Pelaksanaan SPM bidang kesehatan dilakukan oleh pemerintah Kabupaten/Kota untuk jangka waktu tertentu ditetapkan target pelayanan yang akan dicapai yang merupakan spesifikasi peningkatan kinerja pelayanan yang harus dicapai dengan tetap berpedoman pada standar teknis yang ditetapkan guna menacapai status kesehatan yang diharapkan. Namunodemikian, mengingat kondisi masing-masing daerah yang terkait ketersediaan sumber daya yang tidak merata, maka diperlukan tahapan pelaksanaannya oleh masing-masing daerah sesuai dengan kondisi /perkembangan kapasitas daerah.

Standar Pelayanan Minimal adalah ketentuan tentang jenis dan mutu pelayanan dasar yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh setiap warga Negara secara minimal. Sedangkaniindikator SPM adalah tolok ukur prestasi kuantitatif dan kualitatif yangidigunakan untuk menggambarkan besaran

(47)

sasaran yang hendak dipenuhi dalam pencapaian suatu SPM tertentu, berupa masukan, proses, hasil dan/atau manfaat pelayanan (Permenkes 43, 2016)

Indikator capaian Standar Pelayanan Minimal bidang kesehatan pada pelayanan kesehatan dasar sampai tahun 2015 adalah sebagai berikut:

1. Cakupan kunjungan ibu hamil K4 dengan target 95% . 2. Cakupan komplikasi kebidananiyang ditangani 80%.

3. Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan 90% .

4. Cakupan pelayanan nifas 90%.

5. Cakupan neonatus dengan komplikasi yang ditangani 80% . 6. Cakupan kunjungan bayi 90%.

7. Cakupan Desa/Kelurahan Universal Child Immunization (UCI) 100%.

8. Cakupan pelayanan anak balita 90%.

9. Cakupan pemberian makanan pendampinglASI pada anak usia 6-24 bulan keluarga miskin 100%.

10. Cakupan balita gizi buruk mendapat perawatan 100%.

11. Cakupan penjaringan kesehatan siswa SD dan setingkat 100%.

12. Cakupan peserta KB aktif 70% .

13. Cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit 100%.

14. Cakupan pelayanan kesehatan dasar masyarakat miskin 100%.

(48)

Kerangka Pikir

Kerangka pikir ini bertujuan untuk melihat bagaimana pelaksanaan promosi kesehatan melalui indikator masukan (input), proses (process), dan keluaran (output). Oleh karena itu, kerangka pikir disusun sebagai berikut:

Gambar 1. Kerangka pikir

Berdasarkan gambar fokus penelitian di atas, dapat dirumuskan definisi kerangka Pikir sebagai berikut:

1. Masukan (input) adalah segala sesuatu yang dibutuhkan dalam pelaksanaan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) agar dapat berjalan dengan baik, dengan pemanfaatan dana Bantuan Operasional Kesehatan yang diberikan pemerintah pusat kepada pemerintah daerah untuk percepatan pencapaian target program prioritas nasional, melalui peningkatan kinerja Puskesmas dan jaringannya serta Poskesdes/Polindes, Posyandu dan UKBM lainnya dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bersifat promotif dan preventif.

2. Proses (Process) adalah program yang dilaksanakan berupa INPUT

Pemanfaatan Dana BOK

PROSES 1. Kegiatan

Promotif, dan 2. Kegiatan

Preventif

OUTPUT Pencapaian SPM di

bidang Pelayanan Kesehatan Promotif

dan Preventif

(49)

kegiatan-kegiatan layanan promosi dan preventif kesehatan masyarakat melalui Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) dengan memberikan sebuah informasi atau penyuluhan seputar kesehatan dan melakukan pemberdayaan terhadap masyarakat yang harapannya nanti masyarakat mau menerapkannya di kehidupan sehari-harinya di wilayah kerja puskesmas.

3. Keluaran (output) adalah tercapainya Standar Pelayanan Minimum dalam Pogram Promotif dan Preventif kesehatan di puskesmas, melalui pelaksanaan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) yaitu, puskesmas sehingga masyarakat menjadi dan semakin sadar akan pentingnya menjaga maupun meningkatkan kesehatannya sendiri dikarenakan sudah menerima informasi tentang kesehatan dan ilmu untuk memelihara kesehatan secara mandiri.

(50)

Metode Penelitian

Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan desain penelitian kualitatif yang bertujuan untuk menganalisis tentang pemanfaatan dana bantuan operasional kesehatan (BOK) dalam program promotif dan preventif di Puskesmas Kartini. Sehingga dapat diperoleh data dan gambaran yang lengkap mengenai pemanfaatan dana bantuan operasional kesehatan di Puskesmas Kartini Kecamatan Siantar Barat Kota Pematang Siantar.

Alasan pemilihan jenis kualitatif karena pada dasarnya penelitian ini merupakan suatu upaya eksplorasi terhadap permasalahan penelitian melalui suatu pendekatan kualitatif diharapkan akan diperoleh suatu informasi tentang fungsi, peran, latar belakang dan opini tentang suatu hal.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Kartini di Kecamatan Siantar Barat Kota Pematang Siantar. Adapun waktu yang dipakai dalam penelitian ini adalah pada Bulan April tahun 2020 sampai dengan selesai.

Subjek Penelitian

Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah penanggung jawab dari program Bantuan Operasional Kesehatan pada puskesmas yaitu penanggung jawab dana BOK di dinkes, kepala puskesmas, penanggung jawab dana BOK di puskesmas, penanggung jawab program promotif dan preventif, dan beberapa

(51)

penanggung jawabdari kegiatan pelaksanaan kegiatan yang bersumber dana dari BOK di Puskesmas Kartini Kecamatan Siantar Barat.

Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan cara yang digunakan peneliti untuk mendapatkan data dalam suatu penelitian.

1. Wawancara

Wawancara merupakan alat re-cheking atau pembuktian terhadap informasi atau keterangan yang diperoleh sebelumnya. Teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian kualitatif adalah wawancara mendalam. Wawancara mendalam adalah proses memperoleh data primer dengan menggunakan pedoman wawancara dan diarahkan sesuai dengan kebutuhan dalam mengidentifikasi sumberdaya.

2. Observasi

Observasi merupakan informasi yang diperoleh dari hasil pengamatan pada ruang (tempat), pelaku, kegiatan, objek, perbuatan, kejadian atau peristiwa, waktu, dan perasaan, untuk menyajikan gambaran realistik perilaku atau kejadian, untuk menjawab pertanyaan, untuk membantu mengerti perilaku manusia, dan untuk evaluasi melakukan pengukuran terhadap aspek tertentu serta melakukan umpan balik terhadap pengukuran tersebut. Sesuai dengan objek penelitian maka peneliti memilih observasi partisipan. Observasi partisipan yaitu suatu teknik pengamatan dimana peneliti ikut ambil

(52)

bagian dalam kegiatan yang dilakukan oleh objek yang diselidiki.

Observasi ini dilakukan dengan mengamati dan mencatat langsung terhadap objek penelitian, yaitu dengan mengamati pemanfaatan dana BOK dalam kegiatan promotif dan preventif di Puskesmas Kartini.

3. Studi Dokumentasi

Studi dokumen adalah teknik pengumpulan data melalui pencairan dan penemuan bukti-bukti yang tidak langsung ditujukan pada subjek penelitian melalui dokumen. Pada penelitian ini peneliti mengambil data sekunder berupa laporan pelaksanaan BOK serta literatur-literatur yang mendukung penelitian seperti peraturan atau keputusan yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, perencanaan puskesmas, dsb.

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari informan berupa informasi, kata-kata atau tindakan yang diperoleh melalui observasi dan wawancara, sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh melalui laporan laporan, buku, catatan, arsip, gambar, dokumentasi dan sebagainya yang berkaitan dengan program-program pembiayaan kesehatan yang digunakan sebagai data pendukung dan pelengkap dari data primer yang ada revalansinya dengan keperluan penelitian ini.

Metode Analisis Data

Pengolahan data dilakukan dengan cara analisis data (Content Analysist) dalam penyajian data disajikan dalam bentuk narasi, proses analisis data dapat

(53)

dilakukan dengan menganalisis mulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu dari hasil wawancara, pengamatan yang sudah ditulis dalam catatan lapangan dan dokumentasi. Dalam penelitian kualitatif jumlah informan biasanya lebih sedikit. Oleh karena itu validitas yang digunakan dalam penelitian kualitatif disebut triangulasi. Dalam penelitian ini hanya menggunakan triangulasi metode yaitu mengkombinasikan wawancara mendalam dan penelusuran dokumen dan triangulasi sumber yaitu menggunakan informasi berbeda untuk melakukan cross check informasi dari berberapa sumber, untuk memperbaiki hasil data yang diperoleh bila mendapatkan data yang berbeda (Meleong, 2002).

(54)

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Deskripsi Puskesmas Kartini

Letak geografis. Puskesmas Kartini merupakan salah satu puskesmas yang ada di wilayah Kecamatan Siantar Barat, terletak disebelah Barat Kota Pematang siantar kurang lebih berjarak 3,5 km tepatnya berada di kelurahan Bukit Sofa. Jumlah wilayah kerjanya meliputi 2 kelurahan, namun hanya 1 kelurahan yang paling strategis mengakses ke Puskesmas Kartini yaitu Kelurahan Simarito, sedangkan 1 wilayah kelurahan lainnya yaitu sipinggol-pinggol secara geografis lebih mudah mendapatkan pelayanan keluar wilayah, seperti di Puskesmas Raya.

Batas-batas wilayah kerja Puskesmas Kartini adalah:

Sebelah Utara berbatasan dengan kelurahan Timbang Galung Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Bah Kapul

Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Kampung Kristen Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Teladan

Wilayah kerja. Puskesmas Kartini merupakan puskesmas non-rawat inap.

Wilayah kerja Puskesmas Kartini dibagi menjadi 2 kelurahan yaitu Kelurahan Simarito dan Kelurahan Sipinggol-pinggol.

(55)

Tabel 1

Wilayah Kerja Puskesmas Kartini Kelurahan Jarak ke

Puskesmas

Jumlah Rumah Tangga

Jumlah Penduduk

Kel. Simarito ±1,5 KM 1.341 5.326

Kel. Sipinggol- Pinggol

±1,5 KM 1.306 5.234

Tugas pokok

Dalam upaya memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, Puskesmas Kartini memiliki kegiatan pokok antara lain: promosi kesehatan, pemberantasan penyakit menular, upaya kesehatan ibu dan anak, upaya kesehatan lingkungan, upaya peningkatan gizi, dan pengobatan. Sebagai sarana pendukung, Puskesmas Kartini memiliki fasilitas pelayanan kesehatan yaitu poli umum, poli gigi, pelayanan gizi, pelayanan kesehatan imunisasi, dan laboratorium sederhana.

Puskesmas Kartini juga melakukan pelayanan kesehatan kepada masyarakat di luar gedung dengan cara melakukan penyuluhan kesehatan, pembinaan posyandu balita dan lansia, kunjungan ibu hamil dengan resiko tinggi, pemantauan status gizi masyarakat, dan upaya kesehatan lainnya yang dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

(56)

Sumber Daya Manusia

Pelayanan kesehatan yang berkualitas harus didukung oleh sumber daya manusia yang berkualitas. Kondisi tenaga kesehatan di Puskesmas Kartini adalah sebagai berikut:

Tabel 2

Sumber Daya Manusia Puskesmas Kartini

Tenaga Kesehatan Jumlah/Orang

Dokter 2

Dokter Gigi 1

Perawat 8

Perawat Gigi 1

Bidan 11

Tenaga Kefarmasian 1

Tenaga Anilisis Kesehatan 2

Gizi 1

Tenaga Kesehatan Lainnya 3

Demografi

Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Kartini pada tahun 2020 sebanyak 10.456 jiwa yang berasal dari 2 kelurahan jumlah penduduk laki-laki sebanyak 5.146 jiwa dan jumlah penduduk perempuan sebanyak 5.310 jiwa.

Tabel 3

Demografi Penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas Kartini Kelurahan Jumlah Penduduk

(Jiwa)

Luas Wilayah (Km²)

Kepadatan (Jiwa/Km²)

Simarito 5.326 0.4 12680.95

Sipinggol-pinggol 5.234 0.4 14145.95

Total 10.560 0.8 13.367

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan curah hujan, suhu udara, kelembaban udara dan kecepatan angin dengan kejadian diare di Kota Jakarta Pusat periode tahun

Distribusi proporsi karakteristik penderita TB paru yang dirawat jalan di RS Putri Hijau Medan Tahun 2017 berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya dapat

Keadaan udara dalam ruangan yang tidak baik seperti kurangnya pencahayaan, rendah dan tingginya persentase kelembaban dan rendah atau tingginya suhu di ruangan

Berdasarkan hasil wawancara dengan menggunakan kuesioner pada penderita malaria di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Tiram diperoleh hasil bahwa penderita yang

Dinas Kesehatan Hasil penelitian ini diharapkan sebagai masukan untuk turut serta membantu dalam memonitoring kepuasan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan strata

Saya menyatakan dengan ini bahwa Sripsi saya yang berjudul “Pegaruh Pengetahuan dan Sikap Ibu terhadap Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas

PENGARUH PERSEPSI TENTANG MUTU PELAYANAN KESEHATAN TERHADAP PEMANFAATAN PUSKESMAS OLEH MASYARAKAT DESA MELATI I DI PUSKESMAS MELATI KECAMATAN PERBAUNGAN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI TAHUN

Tingkat jumlah bakteri E.coli tertinggi pada pedagang 2 yang menjual jajanan pasar kue lapis pada waktu pengambilan II dengan jumlah E.coli 12 MPN/gr, dan mengalami