• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROGRAM S1 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PROGRAM S1 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA"

Copied!
112
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KONDISI FISIK RUMAH, TEMPAT PERKEMBANG BIAKAN VEKTOR DAN PERILAKU PENDERITA MALARIA

DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TANJUNG TIRAM KABUPATEN BATU BARA

SKRIPSI

Oleh

ROSTINNI RITONGA NIM. 151000217

PROGRAM S1 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2021

(2)

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Mayarakat pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Oleh

ROSTINNI RITONGA NIM. 151000217

PROGRAM S1 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2021

(3)

i

(4)

ii Telah diuji dan dipertahankan

Pada Tanggal : 17 Juni 2020

TIM PENGUJI SKRIPSI

Ketua : dr. Surya Dharma, M.P.H.

Anggota : 1. Prof. Dr. Dra. Irnawati Marsaulina, M.S.

2. Dr. Sri Malem Indirawati, S.K.M., M.Si.

(5)

iii

Peryataan Keaslian Skripsi

Saya menyatakan dengan ini bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Kondisi Fisik Rumah, Tempat Perkembangbiakan Vektor dan Perilaku Penderita Malaria di Wilayah Kerja Puskesma Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara” beserta seluruh isinya adalah benar karya saya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan kecuali yang secara tertulis diacu dalam naska ini dan disebut dalam daftar pustaka. Atas peryataan ini, saya siap menanggung risiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Medan, 17 Juni 2020

Rostinni Ritonga

(6)

iv Abstrak

Malaria merupakan penyakit menular yang menjadi masalah kesehatan di dunia, terutama di daerah beriklim tropis dan subtropics termasuk di Indonesia.

Kecamatan Tanjung Tiram merupakan salah satu wilayah endemis malaria, di kabupaten Batu Bara dengan angka Annual Parasite Incidence (API) pada tahun 2016 adalah 2,97 per 1000 penduduk. Kejadian malaria disebabkan karena adanya gigitan langsung antara nyamuk Anopheles betina dengan manusia. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis kondisi fisik rumah, tempat perkembangbiakan vektor dan perilaku penderita malaria. Jenis penelitian ini adalah survei deskriptif dengan menggunakan desain study Cross Sectional. Populasi adalah seluruh penderita malaria di Desa Suka Jaya, Bagan Dalam dan Suka Maju berdasarkan laporan puskesmas tahun 2018 terdapat 39 orang. Sampel dalam penelitian ini dengan menggunakan Total Sampling dari seluruh penderita malaria dijadikan sampel. Hasil penelitian ini menemukan bahwa rumah penderita sebagian besar (76,9%) ventilasinya tidak memakai kawat kasa, (61,5%) tidak memasang langit- langit, (66,7%) dinding rumah tidak rapat, (66,7%) terdapat genangan air, (71,8%) disekitaran parit, (61,5%) disekitaran rawa-rawa, perilaku penderita malaria menunjukkan untuk pengetahuan kurang baik (66,7%), sikap kurang baik terdapat (61,5%), dan tidakan sebagian besar (69,2) kurang baik. Disekitar rumah penderita malaria Terdapatnya genangan air, selokan dan rawa-rawa. Disarankan kepada petugas kesehatan agar melakukan promosi kesehatan untuk meningkatkan perilaku penderita malaria dalam hal perbaikan rumah agar dapat mencegah masuknya nyamuk, cara pencegahan malaria, mengenal gejala malaria, cara pengendalian dari aspek lingkungan.

Kata kunci: Rumah, vektor, perilaku, malaria

(7)

v Abstract

Malaria is an infectious disease that is a health problem in the world, especially in tropical and subtropical climates in Indonesia. Tanjung Tiram district is one of the malaria endemic areas, in Batu Bara district with an Annual Parasite Incidence (API) figure in 2016 of 2.97 per 1000 population. The incidence of malaria is caused by direct bites between female Anopheles mosquitoes and humans. The purpose of this study was to analyze the physical condition of the house, the place for vector reproduction and the behavior of malaria sufferers.

The type of research was a descriptive survey using a cross sectional study design. The population was all malaria sufferers in the glorious village, the deep chart and like to progress based on the 2018 puskesmas report, there were 39 people. The sample in this study were using total sampling from all malaria patients. The results of this study found that most of the patient's houses (76.9%) had no ventilation, (61.5%) did not install a ceiling, (66.7%) the walls of the house were not tight, there were puddles of water (66.7%) around the trenches, (71.8%) around the swamps, (61.5%), the behavior of malaria sufferers showed that they lacked knowledge (66.7%), had bad attitude (61.5%), and had good actions (69.2. There was a pool of water gutters and swamps around the house of malaria sufferer. It is advisable for health workers to carry out health promotion for improving behavior malaria sufferers in terms of house improvement in order to prevent mosquitoes from entering, how to prevent malaria, recognize the symptoms of malaria, how to control environmental aspect.

Keywords: House, vector, behavior, malaria

(8)

vi

Kata Pengantar

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada ALLAH SWT, atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul

“Analisis Kondisi Fisik Rumah, Tempat Perkembangbiakan Vektor dan Perilaku Penderita Malaria di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara” yang merupakan salah satu syarat untuk dapat meraih gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Dalam penyelesaian skripsi ini penulis banyak mendapat kesulitan dan hambatan, namun berkat do’a, dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak, akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Dr. Muryanto Amin, S.Sos., M.Si. selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si. selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Sekaligus sebagai dosen Pembimbing Akademik yang telah membimbing penulis.

3. Dr. dr. Taufik Ashar, M.K.M. selaku ketua Departemen Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

4. dr. Surya Dharma, M.P.H. selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

5. Prof. Dr. Dra. Irnawati Marsaulina, M.S. selaku Dosen Penguji I yang telah meluangkan waktu dan memberikan banyak masukan kepada penulis dalam penyempurnaan penulis skripsi ini.

(9)

vii

6. Dr. Sri Malem Indirawati, S.K.M., M.Si. selaku Dosen penguji II yang telah meluangkan waktu dan memberikan banyak masukan kepada penulis dalam penyempurnaan penulusan skripsi ini.

7. Seluruh dosen dan staf pengajar di Fakultas Kesehatan Masyarakat, khususnya departemen Kesehatan Lingkungan yang telah memberikan bekal ilmu selama penulis mengikuti pendidikan.

8. dr. Deni Syaputra selaku Sekertaris An. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Batu Bara yang telah membantu penulis.

9. dr. Rodiah Napsah, M.Kes. selaku Kepala Puskesmas Tanjung Tiram, Kecamatan Tanjung Tiram dan seluruh petugas kesehatan yang telah membantu penulis dan memberi izin kepada peneliti untuk melaksanakan penelitian di Puskesmas tersebut.

10. Teristimewa kepada kedua orang tua saya, Roibin Ritonga dan Anna Simanjuntak yang telah membesarkan, mendidik, dan memberikan do’a serta dukungan baik moril maupun materi agar penulis tetap semangat dan kuat dalam menyelesaikan skripsi ini.

11. Kakak-kakak penulis (Ijon, Nur Siti) serta adik-adik penulis (Meri, Khoirul Abidin) senantiasan memberikan semangat, dukungan dan do’a bagi penulis hingga penyelesaian skripsi ini.

12. Keluarga Mahasiswa Bidikmisi USU (GAMADIKSI USU) yang sudah menjadi keluaga saya selama masa perkuliahan, terimakasih kepada seluruh pengurus angkatan 2018-2019, kepada seluruh abang dan kakak demisioner serta alumni Gamadiksi USU yang sudah menjadi inspirasi saya selama ini.

(10)

viii

13. Saudara, teman dan semua pihak yang telah memberi dukungan dan do’a kepada penulis.

14. Kepada program Beasiswa Bidikmisi yang telah membantu penulis dapat merasakan nikmatnya proses pendidikan tinggi dan semua pihak yang sudah banyak membantu dalam menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

Penulis juga menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun semua pihak.

Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat kepada kita semua dan untuk mendorong penelitian-penelitian selanjutnya.

Akhirnya penulis memohon maaf dengan setulus hati kepada semua pihak atas kekurangan dan kekhilafan selama penulis mengikuti masa perkuliahan dan saat penelitian berlangsung. Penulis ucapkan terimakasih.

Medan, 17 Juni 2020

Rostinni Ritonga

(11)

ix Daftar Isi

Halaman

Halaman Persetujuan i

Halaman Penetapan Tim Penguji ii

Halama Peryataan Keaslian Skripsi iii

Abstrak iv

Abstract v

Kata Pengantar vi

Daftar Isi ix

Daftar Tabel xi

Daftar Gambar xiii

Daftar Lampiran xiv

Daftar Istilah xv

Riwayat Hidup xvi

Pendahuluan 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 7

Tujuan Penelitian 7

Tujuan umum 7

Tujuan khusus 7

Manfaat Penelitian 7

Tinjauan Pustaka 9

Pengertian Malaria 9

Penularan Penyakit Malaria 9

Sejarah Malaria 11

Etiologi Malaria 11

Epidemologi Malaria 12

Vektor Penyakit Malaria 16

Siklus Hidup Nyamuk Anopheles 18

Gejala Klinis Malaria 20

Pencegahan Malaria 21

Envvironment (Lingkungan) 22

Kondisi Fisik Rumah 22

Persyaratan Kondisi Fisik Rumah 27

Syarat Kesehatan Rumah Tinggal yang Berkaitan dengan Malaria 28

Tempat Perkembangbiakan Vektor 29

Jenis Tempat Perkembangbiakan Vektor 30

Ekologi Pengendalian Vektor 31

Perilaku 32

Landasan Teori 36

Kerangka Konsep 37

(12)

x

Metode Penelitian 38

Jenis Penelitian 38

Lokasi dan Waktu Penelitian 38

Populasi dan Sampel 38

Variabel dan Definisi Operasional 38

Metode Pengumpulan Data 40

Metode Pengukuran 41

Metode Analisis Data 43

Hasil Penelitian 44

Gambaran Umum Lokasi Penelitian 44

Data Penduduk 44

Karakteristik Responden 45

Kondisi Fisik Rumah 46

Kawat Kasa pada Ventilasi 46

Langit-Langit Rumah 47

Kerapatan Dinding Rumah 47

Distribusi Penderita Malaria Berdasarkan Tempat Perkembangbiakan

Vektor 48

Genangan Air di Sekitar Rumah 48

Parit/Selokan di Sekitar Rumah

Perilaku 51

Hasil Tabulasi Silang (Crosstab) Terkait Pengetahuan Malaria 52

Pembahasan 56

Kondisi Fisik Rumah 56

Kawat kasa pada ventilasi 56

Langit-langit rumah 57

Kerapatan dinding rumah 59

Tempat Perkembangbiakan Vektor 60

Genangan air 60

Parit/selokan 62

Rawa-rawa 63

Perilaku Penderita Malaria 65

Pengetahuan 65

Sikap 67

Tindakan 68

Keterbatasan Penelitian 70

Kesimpulan dan Saran 71

Kesimpulan 71

Saran 71

Daftar Pustaka 73

Lampiran 77

(13)

xi Daftar Tabel

No Judul Halaman

1. Aspek Pengukuran Variabel 42

2. Distribusi Frekuensi Umur, Jenis Kelamin, Pendidikan, dan Pekerjaan Penderita di Wilayah Kerja Puskesmas

Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara 45

3. Kawat Kasa Pada Ventilasi Rumah Penderita Malaria di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Tiram Kabupaten Batu

Bara 46

4. Langit-Langit Rumah Penderita Malaria di Wilayah Kerja

Puskesmas Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara 47

5. Kerapatan Dinding Rumah Penderita Malaria di Wilayah Kerja

Puskesmas Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara 47

6. Distribusi Frekuensi Genangan Air disekitar Rumah Penderita Malaria di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Tiram Kabupaten

Batu Bara 48

7. Distribusi Frekuensi Parit/Selokan di Sekitar Rumah Penderita Malaria di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Tiram Kabupaten

Batu Bara 49

8. Distribusi Frekuensi Rawa-Rawa di Sekitar Rumah Penderita Malaria di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Tiram Kabupaten

Batu Bara 49

9. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Penderita Malaria di Wilayah

Kerja Puskesmas Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara 50 10. Distribusi Frekuensi Sikap Penderita Malaria di Wilayah Kerja

Puskesmas Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara 51

11. Distribusi Frekuensi Tindakan Penderita Malaria di Wilayah

Kerja Puskesmas Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara 51 12. Tabulasi Silang (Crosstab) antara Kawat Kasa dengan

Pengetahuan Penderita Malaria di Wilayah Kerja Puskesmas

Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara 52

(14)

xii

13. Tabulasi Silang (Crosstab) antara Langit-Langit Rumah dengan Pengetahuan Penderita Malaria di Wilayah Kerja

Puskesmas Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara 52 14. Tabulasi Silang (Crosstab) antara Kerapatan Dinding Rumah

dengan Pengetahuan Penderita Malaria di Wilayah Kerja

Puskesmas Tnjung Tiram Kabupaten Batu Bara 53

15. Tabulasi Silang Crosstab) antara Genangan Air dengan Pengetahuan Penderita Malaria di Wilayah Kerja Puskesmas

Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara 53

16. Tabulasi Silang (Crosstab) antara Parit dengan Pengetahuan Penderita Malaraia di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Tiram

Kabupaten Batu Bara 53

17. Tabulasi Silang (Crosstab) antara Rawa-Rawa dengan Pengetahuan Penderita Malaria di Wilayah Kerja Puskesmas

Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara 54

18. Tabulasi Silang (Crosstab) antara Sikap Penderita Malaria dengan Pengetahuan Penderita Malaria di Wilayah Kerja

Puskesmas Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara 54

19. Tabulasi Silang (Crosstab) antara Tindakan Penderita Malaria di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Tiram Kabupaten

Batu Bara 54

(15)

xiii Daftar Gambar

No Judul Halaman

1. Kerangka konsep 37

(16)

xiv

Daftar Lampiran

Lampiran Judul Halaman

1. Lembar Kuesioner 77

2. Output SPSS 82

3. Surat Permohonan Suvei Pendahuluan 85

4. Surat Permohonan Izin Penelitian 86

5. Surat Izin Kepala Dinas Kesehatan Batu Bara 87

6. Surat Izin Penelitian dari Puskesmas Tanjung Tiram 88

7. Surat Selesai Penelitian 89

8. Dokumentasi Penelitian 90

9. Master Data 94

(17)

xv Daftar Istilah

API Annul Parasit Incidence

G6PD Glukosa 6 Fosfat Dehydrogenase MDGs Millennium Developmen Goals SDGS Sustainable Developmen Goals WHO World Health Organization

(18)

xvi Riwayat Hidup

Penulis bernama Rostinni Ritonga berumur 23 tahun. Penulis lahir di Desa Ranto Panjang pada tanggal 12 Juli 1996. Penulis Beragama Islam, anak ke tiga dari lima bersaudara dari pasangan Roibin Ritonga dan Anna Simanjuntak.

Pendidikan formal di mulai di sekolah dasar di SD Negeri Impres Kampung Kapas II Tahun 2003-2009, sekolah menegah pertama di MTs. M Sinunukan Tahun 2009-2012, sekolah menegah atas di SMA N 1 Sinunukan Tahun 2012-2015, selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan di Program Studi SI Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Medan, 17 Juni 2020

Rostinni Ritonga

(19)

1 Pendahuluan

Latar Belakang

Malaria hingga saat ini masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang dapat menyebabkan kematian, terutama pada kelompok berisiko tinggi seperti bayi, balita, dan ibu hamil dan secara tidak langsung dapat menurunkan angka produktivitas kerja (Rangkuti, dkk, 2017). Nyamuk malaria (anopheles sp) betina, dapat menyerang semua orang baik laki-laki ataupun perempuan pada semua golongan umur dari bayi, anak-anak dan orang dewasa.

Parasit ini ditularkan dari satu orang ke orang lainnya melalui gigitan nyamuk anopheles betina. Parasit harus melewati siklus hidup pada tubuh nyamuk dan manusia sebelum ditularkan (Astari, 2017).

Berdasarkan World Malaria Report tahun 2015 menyatakan bahwa malaria telah menyerang sekitar 106 negara di dunia. Komitmen global pada Millennium Development goals (MDGs) menempatkan upaya pemberantasan malaria kedalam salah satu tujuan bersama yang harus dicapai sampai tahun 2015 melalui tujuan ketujuh yaitu memberantas penyakit malaria dengan berakhirnya MDGs pada tahun 2015, komitmen global tersebut dilanjutkan melalui Sustainable Development Goals (SDGs).

Pada negara dengan transmisi yang berat, malaria menyebabkan kerugian ekonomi rata-rata 1,3% per tahun. Hal ini mengancam masyarakat keluarga miskin, masyarakat yang terpinggirkan, dan orang-orang miskin yang tidak mampu membayar pengobatan dan terbatas terhadap akses pelayanan kesehatan.

(20)

Malaria menjadi salah satu penyebab menurunya kehadiran di sekolah dan tempat kerja (Susana, 2011).

Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang masih menghadapi risiko penyakit malaria. Sekitar 80% kabupaten/kota di Indonesia, menurut Menteri Kesehatan Republik Indonesia, saat ini masih termasuk dalam kategori endemis malaria (Kemenkes RI, 2010 dalam Susana, 2011).

Malaria juga mempengaruhi Indeks Perkembangan Manusia atau Human Development Index, selain itu penyebab meningkatnya angka kesakitan dan kematian (morbiditas dan mortalitas). Gangguan kesehatan ibu dan anak, intelegensi, produktivitas angkatan kerja, serta merugikan kegiatan pariwisata (Astari, 2017).

Berdasarkan penelitian Sukana, B & Mardiana (2017) menyebutkan bahwa tempat perkembangbiakan nyamuk vektor. nyamuk An. aconitus, An.

annularis hanya ditemukan di saluran irigasi, nyamuk An.barbirostris, An.

maculatus dan An. vagus di temukan di pesawahan. Dan di temukan sebagai habitat utamanya adalah di persawahan. Tingginya kepadatan populasi jentik akan menentukan tingginya populasi nyamuk dewasa dan derajat kontak orang dengan vektor yang infektif yang juga akan berpengaruh terhadap penularan malaria di daerah setempat. Kepadatan vektor malaria merupakan salah satu faktor yang penting karena dapat menentukan tinggi rendahnya kasus malaria maupun intensitas penularan. Lokasi pesawahan dan musim tanam padi tidak teratur serentak juga akan menyebabkan tempat yang potensial untuk perkembangbiakan nyamuk Anopheles.

(21)

Penyebaran malaria dipengaruhi karakteristik lokal wilayah, termasud adanya perbedaan ekologis wilayah. Secara geografis Indonesia termasud beriklim tropis, yang terbagi menjadi beberapa wilayah ekologi yang spesifik.

Telah diketahui bahwa malaria ditularkan oleh nyamuk Anopheles, dan setiap spesies mempunyai prilaku atau bionomik yang berbeda sesuai dengan lingkungan habitatnya. Lingkungan pesawahan, perbukitan, dan pantai yang dicirikan oleh berbedanya letak ketinggian, jenis vegetasi, jenis tempat perkembangbiakan nyamuk, dapat menentukan jenis spesies Anopheles dan pola penularan malaria yang berbeda (Susana, 2011).

Aspek sosial dan budaya yang berperan pada peningkatan malaria adalah pengetahuan, sikap dan perilaku. Perilaku berperan terhadap penularan malaria.

perilaku mencakup 3 domain yaitu pengetahuan, sikap, dan tindakan. Pengetahuan tentang kesehatan adalah mencangkup apa yang diketahui seseorang terhadap cara-cara memelihara kesehatan.

Penelitian yang dilakukan oleh Rattu M. Joy, dkk (2015) yaitu terdapat hubungan bermakna antara pengetahuan, sikap dan tindakan keluar rumah pada malam hari, dan tindakan menggantungkan pakaian dengan kejadian malaria tetapi tidak terdapat hubungan bermakna antara tindakan pengguna kelambu pada saat tidur malam hari dengan kejadian malaria.

Menurut penelitian terdahulu Joseph W. B. S., dkk (2015) yaitu berdasarkan faktor perilaku terdapat hubungan antara pengguna antinyamuk, penggunaan kelambu, kebiasaan berada di luar rumah pada malam hari dengan kejadian malaria.

(22)

Laporan malaria secara global masih menunjukkan fluktuasi, yaitu dilihat dari tahun 2010 ada 237 juta kasus malaria, 211 juta kasus pada tahun 2015 dan 216 juta kasus pada tahun 2016. Pada tahun 2010 sampai 2016 secara global tingkat kejadian malaria diperkirakan telah menurun sebesar 18% dari 76 menjadi 63 kasus per 100 populasi berisiko. WHO mencatat tingkat penurunan terbesar (48%) terdapat diwilayah Asia Tenggara, diikuti oleh Amerika (22%) dan Afrika (20%). Estimasi kematian akibat malaria menurun dari 446.000 ditahun 2015 menjadi 445.000 pada tahun 2016 (WHO, 2017).

Secara nasional angka kesakitan malaria selama tahun 2009-2016 yaitu 1,8 per 1000 penduduk beresiko pada tahun 2009, 1,96 per 1000 penduduk beresiko pada tahun 2010 (Kemenkes RI, 2016). Morbiditas malaria disetiap wilayah ditentukan melalui annual parasite incidence (API) per tahun. API merupakan jumlah kasus positif malaria per 1000 penduduk dalam satu tahun.

Secara nasional angka kesakitan malaria (API) tahun 2015-2018 mulai mengalami penurunan dari tahun sebelumnya. Angka (API) menjadi 0,85 per 1000 penduduk beresiko pada tahun 2015, 0,88 per 1000 penduduk tahun 2016, dan 0,99 per 1000 penduduk tahun 2017. Menjadi 0,68 per 1000 penduduk tahun 2018 (Kemenkes RI, 2019).

Provinsi Sumatra Utara memiliki Angka Kesakitan Malaria (API) sebesar 0,7 per 1000 penduduk berisiko tahun 2010 menjadi 0,2 per 1000 penduduk tahun 2017. Provinsi Sumatera Utara memiliki data Endemis malaria yaitu Kabupaten Mandailing Natal (6,88%), Nias (3,38%), Kabupaten Batu Bara (2,97%) dan Kabupaten Asahan (1,40%), (Dinkes provinsi Sumatera utara, 2016).

(23)

Malaria masih menjadi penyakit endemis di wilayah Kabupaten Batu Bara terutama pada Kecamatan yang berada pada daerah-daerah dataran rendah yang terletak di sepanjang Timur Kabupaten Batu Bara seperti: Kecamatan Sei Suka, Medang Deras, Air Putih, Talawi, Tanjung Tiram, dan Lima Puluh.

Kesehatan manusia sangat tergantung pada interaksi antara manusia dan aktivitasnya dengan lingkungan fisik, kimia, serta biologi. Interaksi malaria dan faktor yang mempengaruhinya di masyarakat merupakan interaksi dinamis antara faktor host, Agent dan Enviroment. Fisik rumah merupakan faktor yang mempengaruhi penyebaran penyakit malaria demikian pula dengan kondisi rumah di Kecamatan Tanjung Tiram merupakan sangat berpotensi untuk tempat perkembangbiakan nyamuk.

Menurut penelitian Ardila W, Dansa dan dkk (2015) menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kerapatan dinding rumah, keberadaan langit-langit rumah, penggunaan kawat kasa pada ventilasi rumah dengan kejadian malaria.

Pada tahun 2011 nilai API Kabupaten Batu Bara sebesar 0,72 per 1000 penduduk, pada tahun 2012 nilai API meningkat menjadi 2,94 per 1000 penduduk. Sedangkan pada tahun 2013 meningkat kembali menjadi 9,24 per 1000 penduduk dan pada tahun 2014 menurun menjadi 7,42 per 1000 penduduk. Pada tahun 2015, angka kesakitan malaria menurun kembali menjadi 2,96 per 1000 penduduk namun angka kesakitan malaria (API) tahun 2015 ini masih belum mencapai target MDG’s < 1 per 1000 penduduk pada tahun 2015 (Profil Batu Bara, 2015).

(24)

Di Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara, angka Annual Parasit Index (API) tahun 2018 terdapat beberapa desa yang tergolong desa endemis malaria diantaranya Desa Suka Jaya 12,7% per 100 penduduk, Desa Bagan Dalam 11,6% per 100 penduduk, dan Desa Suka Maju 10,8% per 100 penduduk (Profil Puskesmas Tanjung Tiram, 2015).

Berdasarkan survei awal yang dilakukan oleh peneliti, bahwa wilayah kerja Puskesmas Tanjung Tiram terkhusus ketiga desa di atas pada umumnya rumahnya masih rumah panggung yang terbuat dari papan. Wilayah kerja Puskesmas Tanjung Tiram terletak di dataran rendah berdekatan dengan pantai.

Kondisi lingkungan di daerah ini sering sekali terjadi pasang surut air laut yang mencapai daratan yaitu pemukiman warga, sehingga menimbulkan banyak genangan air. Kemudian perilaku masyarakat membuang sampah sembarangan sehingga menyebabkan banyak sampah di sekeliling rumah, di parit dan banyaknya rawa-rawa yang menguntungkan bagi nyamuk Anopehels untuk dapat berkembangbiak, selain itu perumahan masyarakat yang tidak memenuhi syarat kesehatan sehingga memudahkan vektor nyamuk masuk kedalam rumah dan dapat kontak langsung dengan vektor penyakit malaria.

Berdasarkan data diatas peneliti tertarik menganalisis faktor risiko kejadian malaria yaitu kondisi fisik rumah, tempat perkembangbiakan vektor dan perilaku penderita malaria di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara.

(25)

Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah penelitian ini yaitu bagaimana kondisi fisik rumah, tempat perkembangbiakan vektor dan perilaku penderita malaria di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Kabupaten Batu Bara.

Tujuan Penelitian

Tujuan umum. Adapun tujuan umum penelitian ini untuk menganalisis kondisi fisik rumah, tempat perkembangbiakan vektor dan perilaku penderita malaria di wilayah kerja puskesmas Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara.

Tujuan khusus. Adapun tujuan khusus penelitian ini meliputi:

1. Untuk mengetahui kondisi fisik rumah penduduk ada tidak adanya kawat kasa pada ventilasi rumah, langit-langit/plafon rumah, dan kerapatan dinding di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara.

2. Mengetahui tempat perkembangbiakan vektor nyamuk pada rawa-rawa, kondisi parit dan genangan air sekitar rumah penderita malaria di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara.

3. Mengetahui perilaku penderita penyakit malaria di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak antara lain:

(26)

1. Memberikan kontribusi terhadap ilmu pengetahuan khususnya tentang analisis kondisi fisik rumah dan tempat perkembangbiakan vektor di wilayah kerja puskesmas Tanjung Tiram.

2. Dapat menjadi tambahan informasi bagi bidang kesehatan masyarakat terutama di bidang kesehatan lingkungan.

3. Dapat menjadi tambahan informasi bagi daerah, Dinas Kesehatan Batu Bara, dan Puskesmas tentang pengendalian penyakit malaria serta pemberantasan tempat perkembangbiakan vektor.

4. Sebagai sumber informasi bagi masyarakat mengenai kondisi fisik rumah dan tempat perkembangbiakan vektor yang memenuhi syarat dan sebagai motivasi untuk mengelola lingkungan dengan baik.

5. Bagi mahasiswa dapat menambah wawasan dan tambahan informasi tentang kesehatan masyarakat terkhusus dalam bidang kesehatan lingkungan.

(27)

9

Tinjauan Pustaka

Pengertian Malaria

Istilah malaria diambil dari dua kata bahasa italia, yaitu mal (buruk) dan area (udara) atau udara buruk karena dahulu banyak terdapat di daerah rawa-rawa yang mengeluarkan bauk busuk. Penyakit ini juga mempunyai beberapa nama lain, seperti demam aroma, demam rawa, demam tropik, demam pantai, demam chagas dan demam kura (Sucipto, 2015).

Malaria merupakan penyakit menular yang menjadi masalah kesehatan di dunia, terutama di daerah beiklim tropis dan subtropis termasuk di Indonesia.

Kerugian yang ditimbulkan akibat penyakit malaria ini antara lain meningkatnya angka kematian ibu, angka kematian bayi, serta menurunya produktivitas kerja (Saputro, 2015).

Penularan Penyakit Malaria

Penyakit malaria ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles betina.

Jika nyamuk Anopheles menggigit manusia, maka parasit akan masuk kedalam tubuh manusia dan berkembangbiak.

Menurut Sucipto, 2015 ada dua jenis cara penularan penyakit malaria, yaitu penularan secara alamiah (natural infection) dan penularan secara tidak alamiah:

a. Secara alamiah, yaitu penularan melalui gigitan nyamuk Anopheles sp yang mengandung parasit malaria. Saat menggigit nyamuk mengeluarkan sporosit yang masuk keperedaran darah tubuh manusia sampai sel-sel hati manusia.

Setelah satu sampai dua minggu digigit, parasit kembali masuk kedalam

(28)

darah dan mulai menyerang sel darah merah dan mulai memakan haemoglobin yang membawa oksigen dalam darah. Pecahnya sel darah merah yang terinfeksi Plasmodium ini menyebabkan timbulnya gejala demam disertai menggigil dan menyebabkan anemia.

b. Secara non alamiah, penularan yang bukan melalui gigitan nyamuk Anopheles. Berikut beberapa penularan malaria secara non alamiah yaitu:

1. Malaria Bawaan (kongenital) yaitu malaria pada bayi yang baru dilahirkan karena ibunya menderita malaria. Penularan terjadi karena adanya kelainan pada sawar plasenta (selaput yang melindungi plasenta) sehingga tidak ada penghalang infeksi dari ibu kepada bayinya juga padat melalui tali pusat.

Gejala pada bayi yang baru lahir berupa demam, iritabilitas (muda terangsang sehingga sering menangis), pembesaran hati dan limpah, anemia, tidak mau makan atau minum, kuning pada kulit dan selaput lendir

2. Penularan secara Mekanik adalah infeksi malaria yang ditularkan melalui transfusi darah dari donor yang terinfeksi malaria, pemakaian jarum suntik secara bersama-sama pada pecandu narkoba atau melalui transpalansi organ.

3. Penularan secara Oral, cara penularan ini pernah dibuktikan pada burung, ayam (P.gallinasium) burung dara (P.relection) dan monyet (P.knowlesi).

Pada umumnya sumber infeksi bagi malaria pada manusia adalah manusia lain yang sakit malaria baik dengan gejala maupun tanpa gejala klinis.

(29)

Sejarah Malaria

Penyakit malaria awalnya dikenal sebagai penyakit akibat udara buruk (mala: buruk: aria: udara), sehingga penyakit ini sering terjadi di daerah rawa, karena banyaknya penduduk daerah pantai yang menderita gejala-gejala malaria yaitu demam tinggi, menggigil dan berkeringat (Santjaka, 2017).

Penyakit malaria ini merupakan salah satu penyakit menular yang ditularkan oleh plasmodium, meskipun asal usulnya tidak diketahui, namun para ilmuan menduga keberadaan plasmodium ini diduga sudah ada sejak 30 juta tahun lalu. Asal ususl penyakit ini secara dokumentatif belum terintefikasi secara jelas, namun beberapa ilmuwan menduga bahwa plasmodiumi ini berasal dari afrika sebagian lagi dari Asia sbelum manusia ada dimuka bumi ini.

Etiologi Malaria

Malaria adalah penyakit parasit yang dicirikan oleh adanya demam, menggigil dan anemia. Misalnya disebabkan oleh parasit yang dipindahkan dari seorang penderita ke orang lain melalui gigitan nyamuk Anopheles yang telah terinfeksi oleh plasmodium. Didalam tubuh manusia, parasit pada staium sporozoit akan menyerang sel hati dan berkembang di dalamnya menjadi bentuk dewasa yaitu skizon eksoeritrositer yang mengandung beribu-ribu merozoit (Arsin, 2012).

Penyakit malaria ini disebabkan oleh parasit plasmodium yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles. Penyakit malaria ini disebabkan oleh parasit Plasmodium yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles betina. Yang

(30)

dikenal 5 macam spesies yaitu Plasmodium falciparum, Plasmodium vivax, Plasmodium ovale dan Plasmodium (Kemenkes RI, 2018).

Epidemologi Malaria

Menurut teori John Gordon terjadinya penyakit dipengaruhi oleh faktor yaitu, faktor Agent, faktor Host dan faktor lingkungan, yaitu:

Agent. Agent penyebab malaria adalah mahluk hidup Genus Plasmodia, famili Plasmodiidae dari Ordo Coccidiidae. Menurut Sucipto, (2015) sampai saat ini di Indonesia dikenal empat spesies parasit malaria pada manusia, yaitu:

a. Plasmodium Falciparum, Penyebab penyakit tropika yang sering menyebabkan malaria berat/malaria otak yang fatal, gejala serangannya timbul berselang setiap dua hari (48 jam) sekali. Masa inkubasi malaria ini sering 12 hari, dengan gejala nyeri kepala, pegal linu, demam tidak begitu nyata serta kadang dapat menimbulkan gagal ginjal.

b. Plasmodium Vivax, Penyebab penyakit malaria tertian yang gejala serangannya timbul berselang setiap tiga hari.

c. Plasmodium Malariae, Penyebab penyakit malaria quartana yang gejala serangannya timbul berselang setiap empat hari. Malaria jenis ini umumnya terdapat pada daerah gunung, dataran rendah yang daerah tropik. Biasanya berlangsung tanpa gejala dan ditemukan secara tidak segaja.

d. Plasmodium Ovale, Jenis malaria ini jarang ditemukan di Indonesia, banyak dijumpai do Afrika dan Pasifik Barat. Masa inkubasi 12-17 hari, dengan gejala demam setiap 48 jam, relative ringan daan sembuh sendiri.

(31)

Ciri utama Genus Plasmodium adalah adanya dua siklus hidup, yaitu siklus hidup Aseksual dan siklus seksual (Sucipto, 2015):

a. Siklus Aseksual

Siklus dimulai ketika Anopheles betina menggigit manusia dan memasukkan Sporozoit yang terdapat di air liurnya ke dalam aliran darah manusia. Jasad yang langsing dan mecah ini dalam waktu 30 menit sampai satu jam memasuki sel parenkim hati dan berkembangbiak membentuk Skijon yang mengandung merozoit. Fase ini disebut fase skizogomi Eksoerit karena parasit belum masuk ke sel darah merah.

b. Siklus seksual

Jika Anopheles betina menghisap darah manusia yang mengandung parasit malaria, parasit bentuk seksual masuk kedalam perut nyamuk. Bentuk ini mengalami pematangan menjadi mikro gametosit dan makro gametosit dan terjadilah pembuahan yang disebut zigot (Ookinet). Selanjutnya Ookinet menembus dinding lambung nyamuk dan menjadi Ookista. Jika Ookista pecah, ribuan sporozoit dilepaskan dan mencapai kelenjer air liur nyamuk dan siap ditularkan jika nyamuk menggigit tubuh manusia. siklus seksual ini disebut juga siklus sporogoni karena menghasilkan sporosit yaitu bentuk parasit yang sudah siap ditularkan kedalam tubuh manusia.

Host. Banyaknya faktor dan host yang mempengaruhi endemitas malaria yaitu:

a. Manusia (Host intermediate)

(32)

Penyakit malaria dapat menginfeksi setiap manusia. menurut Ditjen PP&PL,( 2014) ada beberapa faktor yang dapat mempegaruhi kerentanan Host terhadap agent, yaitu :

1. Ras (suku bangsa)

Penduduk dengan Hemoglobin lebih tahan terhadap akibat infeksi Plasmodium Falciparum.

2. Kekurangan enzim tentu, misalnya G6PD (glukosa 6 fosfat dehydrogenase) juga memberi perlindungan terhadap Plasmodium Falciparum.

3. Kekebalan (imunitas) di daerah endemis malaria adalah:

a. Anti parasitic imunity adalah bentuk imunitas yang mampu menekan pertumbuhan parasit dalam derajat sangat rendah namun tidak sampai nol, hingga mencegah hiperparasitemia.

b. Anti disease imunity adalah bentuk imunitas yang mampu memecah terjadinya gejala penyakit tanpa ada pengaruh terhadap jumlah parasit.

c. Premonition adalah keadaan semi imun dimana respon imun mampu menekan pertumbuhan parasit dalam jumlah rendah namun tidak sampai nol, mencegah hiperparasitemia dan menekan virulensi parasit, hingga kasus tidak bergejala/sakit.

4. Umur dan jenis kelamin

Penyakit malaria lebih sering menyerang anak-anak karena daya imun pada anak belum sempurna dan lanjut usia karena daya tubuhnya menurun. Dari kedua ini lebih rentan terhadap penyakit malaria. Dan penyakit malaria dapat menyerang laki-laki maupun perempuan, tanpa terkecuali. Akan tetapi, parasit

(33)

malaria Falciparum dapat menyebabkan anemia berat dengan kadahemoglobin yang kurang dari 5% (Sorontou, 2014).

5. Cara hidup

Cara hidup juga dapat mempengaruhi rentanya penularan penyakit malaria, misalnya mereka pada waktu hidup di malam hari tidak menggunakan kelambu, tidak menggunakan antinyamuk, dan ketika mereka keluar rumah tidak memakai baju lengan panjang.

a. Nyamuk Anopheles sp ( host definitive)

Nyamuk Anopheles betina menghisap darah manusia untuk memperoleh produksi telurnya, sehingga darah menjadi mata rantai penghubung antara manusia dan nyamuk. Pada siklus hidup parasit malaria (Soedarto, 2011). Waktu aktivitas menggigit vektor malaria yang sudah diketahui mulai dari jam 17.00- 18.00 sebelum jam 24 (20.00-23.00), setelah jam 24 (00-04.00). vektor malaria yang aktivitasnya menggigit jam 17.00-18.00 adalah An.tesselatus, sebelum jam 24 adalah An.Aconitus, An.Annullaris, An.kochi, An.sinesis, An.vagus (Triwulan, 2011)

Menurut Susana tahun 2011 terdapat beberapa sifat dan perilaku penting nyamuk yaitu:

1. Obyek yang digigit

a. Antropofilik : Nyamuk lebih suka menggigit manusia b. Zoofilik : Nyamuk lebih suka menggigit hewan 2. Tempat menggigit

a. Eksofagik : Nyamuk lebih suka menggigit di luar rumah

(34)

b. Endopagik : Nyamuk lebih suka menggigit di dalam rumah 3. Frekuensi menggigit

Frekuensi membutuhkan darah tergantung pada spesiesnya serta dipengaruhi oleh suhu dan kelembapan. Nyamuk betina umumnya hanya satu kali kawin dalam hidupnya.

4. Waktu menggigit

Nyamuk Anopheles umumnya aktif mencari darah pada waktu malam hari, mulai senja hingga tengah malam.

5. Tempat hinggap atau istirahat

a. Eksofilik : Nyamuk lebih suka hinggap atau istirahat di luar rumh

b. Endofilik : Nyamuk lebih suka hinggap atau istirahat di dalam rumah Vektor Penyakit Malaria

Vektor utama di pulau jawa dan pulau sumatera adalah An-sundaicus, An-makulatus, An-aconitus, dan An-balabacensis. Sedangkan di luar pulau tersebut khususnya di Indonesia wilayah tengah dan wilayah timur adalah An- barbirosstris, An-farauti, An-koliensi, An-punctulatus,An-subpictus, dan An- balancensis. Berikut ini ada contoh Bionomik dari beberapa spesies Anopheles tersebut (Susana, 2011).

a. Anopheles aconitus

Nyamuk An.aconitus memiliki tempat perindukan utama di sawah dan saluran irigasi. Persawahan yang berteras adalah tempat yang baik untuk perkembangbiakannya. Daerah pesawahan datar yang airnya mengenang, walaupun masih ditemukan namun densitasnya tidak pernah tinggi. Selain di

(35)

sawah, nyamuk ini juga ditemukan di tepi sungai yang airnya mengalir perlahan serta kolam air tawar yang agak alkalis.

b. Anopheles balabacensis

Larva ditemukan dikolam yang teduh tapi terutama pada jebakan/kubangan hewan dan tempat-tempat yang airnya tidak selalu ada, seringnya pada tanah gempung. Jentik An.balabacensis sering kali ditemukan dalam jumlah besar digenangan air terbuka, agak teduh, atau banyak terkena sinar matahari, seperti bekas tapak roda kendaraan dan macam-macam-macam kubangan, yang kebiasanya mempunyai dasar endapan lumpur dengan air jernih.

Kebun salak merupakan tempat istirahat dari An.balabacencis. Tempat perindukan nyamuk ini adalah pada genangan air tawar dalam hutan, baik yang permanen maupun sementara.

c. Anopheles barbirostris

Habitat Anopheles barbirostris terhadap pada air hujan, sawah/ladang, dan penampungan air lainnya. Nyamuk ini menggigit antar pukul 23.00 hingga 05.00 pagi. Larva ditemukan bervariasi yang terbuka atau teduh tetapi biasanya di kedalaman air yang ditumbuhi vegetasi, biasanya di sawah atau dekat sawah.

d. Anopheles sundaicus

Anopheles sundaicus lebih senang menghisap darah manusia dari pada ternak dan aktif sepanjang malam. Perilaku istirahatnya bervariasi tetapi umumnya di dalam rumah dan lebih banyak ditangkap pada pakaian yang bergantungan. Dan kadang-kadang dijumpai diluar rumah.

(36)

e. Anopheles subpictus

Anopheles subpictus lebih senang darah ternak dari pada darah manusia, aktif sepanjang malam, hinggap di dinding sebelum dan sesudah menggigit.

Habitat larva hampir sama dengan Anopheles sundaicus. Larva ditemukan di dekat pantai nyamuk dewasa ditemukan di kandang ternak dan didalam rumah tetapi hanya sebagian kecil yang menyerang manusia.

f. Anopheles maculatus

An.maculatus berkembangbiak didaerah pegunungan. Tempat perindukanya adalah sungai kecil dengan air jernih juga ditemukan jentik nyamuk ini meskipun densitasnya rendah. Kepadatan An.maculatus tinggi pada musim kemarau, karena pada musim penghujan tempat perindukan larut dan jauh berkurang akibat banjir, memiliki kebiasaan menggigit antara pukul 23.00 hingga 03.00 pagi.

Siklus Hidup Nyamuk Anopheles

Selama daur hidupnya (life cycle), terdapat empat stadium perkembangan nyamuk, yaitu telur, larva, pupa, dan nyamuk dewasa (imago) (Soedarto, 2011) seperti:

a. Telur nyamuk, seekor nyamuk betina dapat mengeluarkan 50-200 telur setiap kali bertelur. Telur yang mempunyai pelampung di kedua sisinya yang berukuran 0,5 x 0,2 mm, telur diletakkan satu per satu secara langsung dipermukaan air. Telur yang tidak tahan kekeringan ini akan menetas dalam waktu 2-3 hari pada musim panas, dan baru menetas 2-3 minggu pada waktu musim dingin.

(37)

b. Larva, larva atau jentik nyamuk Anopheles memiliki kepala yang tumbuh baik dilengkapi sikat mulut untuk makan, dada (thorak) yang besar dan abdomen yang terdiri dari Sembilan segmen perut. Larva tidak mempunyai kaki.

Berbeda dari larva nyamuk lainnya, misalnya Aedes, culex atau mansonia, larva nyamuk Anopheles tidak mempunyai sifon (siphon) yang merupakan alat pernapasan. Karena itu pada waktu, mencari udara di permukaan air, larva Anopheles berada dalam posisi mendatar pada permukaan air.

Larva menghisap udara melalui spirakel (lubang hawa) yang terdapat pada segmen andomen ke-8 sehingga larva Anopheles harus sering menuju kepermukaan air untuk mencari makanan yang berupa bakteri.

c. Pupa, pupa Anopheles jika dilihat dari samping berbentuk koma, kepala dan toraknya menyatu menjadi cepbhalotborak. Sedangkan abdomennya melengkung kebawah. Pupa harus sering berenang menuju permukaan air untuk bernapas dengan menggunakan alat pernapasan berbentuk terompet yang terdapat pada bagian cepbhalotborak. Beberapa hari dalam bentuk pupa, kulit bagian dorsal cepbhalotborak akan terkelupas dan nyamuk dewasa akan keluar dari kepompongnya.

d. Nyamuk dewasa, perkembangan dari telur ke nyamuk dewasa membutuhkan waktu sekitar 5-14 hari tergantung pada suhu ambien. Di daerah teropis umumnya dibutuhkan waktu 10-14 hari. Nyamuk dewasa mempunyai bentuk tubuh yang langsing. Nyamuk Anopheles dapat dibedakan dari bentuk tubuh yang mempunyai sayap bercak sisik yang berwarna hitam, putih, membentuk

(38)

sudut dengan permukaan tempatnya hinggap, dan tidak tidak sejajar dengan permukaan tempat hinggap yang terjadi pada nyamuk lainya.

Gejala Klinis Malaria

Beberapa gejala klinis terdapat 3 stadium yaitu dingin (cold stage), stadium demam (hot stage), dan stadium berkeringat (sweating stage) dampak lainya berupa anemia (santjaka, 2017). Gejala klasik malaria ditemukan pada penderita yang berasal dari daerah non endemis malaria atau belum mempunyai kekebalan atau imunitas. Penderita baru pertama kali menderita malaria terdapat 3 stadium yang berurutan yaitu:

1. Demam (mulai dari 7-14 hari) sesudah gigitan nyamuk yang infektif dengan suhu badan mencapai 40˚C. Berhubungan proses skizogoni (pecahnya merozoit/skizot) (Soedarto, 2011).

2. Sakit kepala, menggigil selama 15-60 menit (Santjaka, 2017).

3. Berkeringat 2-4 jam. Timbul setelah demam, terjadi akibat metabolisme tubuh.

Gejala timbul berbeda di setiap jenis malarianya (Kepmenkes, 2017).

a. Malaria Falciparum, disebabkan oleh plasmodium Falciparum. Gejala yang timbul adalah intermiten dan kontinyu. Jenis ini sering menjadi malaria berat dan dapat menyebabkan kematian.

b. Malaria vivax, disebabkan oleh Plasmodium vivax. Gejala yang timbul adalah demam berulang dengan waktu 2 hari.

c. Malaria Ovale, disebabkan oleh Plasmodium Ovale. Biasanya bersifat ringan yang gejalanya demam seperti pada malaria Vivax.

(39)

d. Malaria malariae, disebabkan oleh Plasmoddium malariae. Gejala yang timbul adalah demam menyerupai malaria Falciparum.

Menurut Harijanto, dkk (2010), Secara umum gejala penderita malaria dapat menunjukkan kombinasi dari gejala-gejala malaria yaitu:

a. Dingin, mulai menggigil, kulit dingin, dan kering, penderita sering memakai selimut, dan saat menggigil seluruh tubuh sering bergetar dan gigi-gigi saling terantuk, pucat sampai sianosis seperti orang kedinginan berlangsung 15-1 jam.

b. Panas, muka merah, kulit panas dan kering, nadi cepat, dan panas tubuh tetap tinggi, hingga sampai 40˚C, penderita membuka selimutnya, respirasi meningkat, dengan gejala sakit kepala, nyeri orbital, muntah-muntah, dan dapat terjadi syok (tekanan darah turun) sampai terjadi kejang-kejang dengan berlangsung 2 jam atau lebih, diikuti dengan keadaan berkeringat.

c. Berkeringat, penderita berkeringat, mulai dari temporal, diikuti seluruh tubuh sampai basah, temperatur turun, penderita merasa kelelahan dan sering tertidur.

Jika penderita bangun tidur akan merasa sehat dan akan melakukan pekerjaan seperti biasa.

Pencegahan Malaria

Menurut Harya (2015) Pencegahan sederhana dapat dilakukan oleh masyarakat, antara lain:

1. Menghindari atau mengurangi gigitan nyamuk malaria, dengan cara tidur memakai kelambu, tidak berada di luar rumah pada malam hari, mengolesi badan dengan lotion antinyamuk, memasang kawat kasa pada jendela.

(40)

2. Membersihkan tempat sarang nyamuk, dengan cara membersihkan lingkungan disekitar rumah dan melipat kain-kain yang bergantungan, mengusahakan didalam rumah tidak gelap, mengalirkan genangan air serta menimbunnya.

3. Membunuh nyamuk dewasa (penyemprotan dengan insektisida) 4. Membunuh larva nyamuk dengan menebarkan ikan pemakan larva 5. Membunuh larva dengan menyemprot larvasida.

Environment (Lingkungan)

Lingkungan adalah lokasi dimana manusia dan nyamuk berada sehingga memungkinkan terjadinya penularan malaria indigenous (setempat). Terjadinya penularan malaria disebabkan antaralain oleh faktor lingkungan yang kondusif sebagai tempat perindukan nyamuk malaria (Susana, 2011).

Kondisi Fisik Rumah

Kondisi fisik rumah merupakan suatu persyaratan pokok bagi kehidupan manusia. rumah atau tempat tinggal manusia, dari zaman ke zaman mengalami perkembangan. Pada zaman purba manusia bertempat tinggal di gua-gua, kemudian berkembang dengan mendirikan rumah tempat tinggal di hutan-hutan dan dibawah pohon. Sampai pada abad ini manusia sudah membangun rumah (tempat tinggalnya) bertingkat dan diperlengkapi dengan peralatan yang sangat modren (Notoadmodjo, 2011).

Menurut Astari (2017) faktor lingkungan fisik rumah terdiri dari:

A. Faktor fisik

(41)

Menurut Harya (2015) Lingkungan fisik merupakan faktor yang berpengaruh pada perkembangbiakan dan kemampuan hidup vektor malaria.

Lingkungan fisik yang dimaksud yaitu:

1. Lingkungan fisik yang berhubungan dengan rumah tempat tinggal manusia.

Lingkungan fisik manusia yang erat hubunganya dengan status kesehatan adalah rumah sehat, karena dapat memberi pencegahan dan perlindungan terhadap penularan penyakit.

Menurut Harya (2015), lingkungan fisik rumah meliputi:

a. Kawat kasa pada ventilasi.

Tidak terpasangnya kawat kasa pada ventilasi dapat mempermudah nyamuk masuk kedalam rumah.

b. Plapon/ Langit-langit

Langit-langit atau pembatas ruangan dinding bagian atas dengan atap yang terbuat dari kayu, interknit, atau anyaman bambu halus sebagai penghalang masuknya nyamuk kedalam rumah dilihat dari ada tidaknya langit-langit pada semua atau sebagian ruangan.

c. Kerapatan dinding

Kualitas dinding yang tidak rapat jika dinding rumah terbuat dari anyaman bambu kasar ataupun kayu/papan yang terdapat lubang lebih dari 1,5 mm2.

2. Lingkungan fisik yang berhubungan dengan perkembangbiakan nyamuk Anopheles

Lingkungan yang berhubungan dengan perkembangbiakan nyamuk Anopheles berkaitan dengan aspek iklim, yaitu:

(42)

a. Suhu udara

Menurut Sucipto (2015) faktor geografis dan meteorology di Indonesia sangat menguntungkan transmisi malaria di Indonesia. Pengaruh suatu suhu ini berbeda bagi setiap spesies. Suhu yang optimal bagi kehidupan nyamuk adalah 22˚-27˚C dengan kelembaban 80˚. Daerah tropis adalah daerah yang sangat disukai nyamuk Anopheles spp. Makin tinggi suhu maka makin pendek masa inkubasi ekterinsik dan sebaliknya. Makin rendah suhu makin panjang masa inkubasinya.

Masa ekstrinsik untuk tiap spesies menurut Depkes RI (2006) dalam Sucipto (2015) Masa inkubasi ekstrinsik untuk setiap species sebagai berikut:

1. P.Falciparum : 9-14 hari 2. P. Vivax : 12-17 hari 3. P.Ovale : 16-18 hari 4. P.Malariae : 18-40 hari

Suhu air sangat berpengaruh pada perkembangbiakan larva, pada umumnya larva lebih menyenangi tempat yang hangat, itu sebabnya nyamuk Anopheles sp. Lebih banyak dijumpai di daerah teropis. Waktu tetas telur Anopheles sp. Tergantung suhu air dalam batas tertentu akan lebih cepat.

b. Kelembaban

Kelembaban mempengaruhi kecepatan berkembang biak, kebiasaan menghisap darah, istirahat dan lain-lain dari nyamuk. Kelembaban yang rendah dapat memperpendek umur nyamuk. Tingkat kelembaban 60% merupakan batas paling rendah untuk memungkinkan hidupnya nyamuk. Kelembaban

(43)

mempengaruhi kecepatan berkembangbiak, kebiasaan menggigit, istirahat dan lain-lain dari nyamuk (Sucipto, 2105).

c. Hujan

Curah hujan juga merupakan faktor penentu berkaitan dengan timbulnya perindukan nyamuk. Setiap hujan turun dan menimbulkan genangan air, maka timbullah keadaan yang menguntungkan nyamuk dengan memberinya tempat perindukan.

d. Cahaya matahari

Pengaruh sinar matahari terhadap pertumbuhan larva nyamuk berbeda- beda. Anopheles sundaicus lebih suka tempat yang sedikit cahaya matahari sebaliknya An. hyrcanus lebih menyukai tempat terbuka. An. barbirostris dapat hidup di tempat teduh maupun tempat terang. Bates 1970 menyatakan bahwa cahaya matahari langsung akan membuat keadaan yang tidak menyenangkan bagi aktivitas nyamuk (Marsaulina, 2010)

e. Angin

Menurut Sucipto (2015) kecepatan angin pada saat matahari terbit dan terbenam merupakan saat terbangnya nyamuk ke dalam atau di luar rumah, adalah salah satu faktor yang ikut menentukan jumlah kontak antara manusia dan nyamuk. Jarak terbang nyamuk dapat diperpendek atau diperpanjang tergantung kepada arah angin. Adanya peningkatan kepadatan Anopheles seiring menurunya kecepatan angin, demikian sebaliknya bila kecepatan angin meningkat maka kepadatan Anopheles mengalami penurunan.

(44)

f. Arus Air

Nyamuk Anopheles barbirotris menyukai perindukan yang airnya statis atau mengalir sedikit. Anopheles minimus menyukai tempat perindukan yang airnya mengalir cukup deras dan Anopheles letifer ditempat yang airnya terang (Sucipto, 2015)

B. Faktor Kimia

Dari lingkungan ini baru dipengaruhi pengaruhnya garam atau kadar garam dari tempat perindukan (Sucipto, 2015).

a. kadar garam

Anopheles Sundaicus Memilih air payau dengan kadar antara 12-18 permil sebagai breeding placesnya. Pada kadar garam 40 permil Anopheles sundaicus akan menghilang.

b. pH

Semakin mendekati batas kadar normal pH air, maka kepadatan Anopheles akan meningkat demikian sebaliknya kepadatan nyamuk akan rendah bila kadar pH air tidak normal (Astari, 2017).

C. Faktor Biologi

Meliputi adanya lumut, bakau ganggang, dan tumbuhan lain yang dapat mempengaruhi kehidupan larva karena dapat menghalangi sinar matahari masuk atau melindungi dari serangan mahluk hidup lain, adanya berbagai jenis ikan pemakan larva seperti nila, mujair, kepala timah yang dapat mempengaruhi populasi nyamuk, adanya ternak seperti sapi, kerbau, atau ternak besar lainnya

(45)

dapat mengurangi jumlah gigitan nyamuk pada manusia jika kandang ternak di tempatkan tidak jauh dari rumah.

Rumah sehat adalah rumah yang memenuhi ketetapan dan ketentuan teknis kesehatan yang harus dipenuhi dalam rangka melindungi penghuni rumah dari bahaya-bahaya atau gangguan kesehatan, sehingga dapat memungkinkan penghuni untuk memperoleh derajat kesehatan yang optimal. Rumah sehat sederhana adalah tempat tinggal yang layak dihuni dan harganya dapat terjangkau oleh masyarakat berpenghasilan rendah atau sedang, berupa bangunan yang luas lantai ruang ruang juga memadai dengan jumlah penghuninya serta memenuhi persyaratan kesehatan tempat tinggal (Kristina, 2011).

Menurut WHO rumah sehat adalah struktur fisik atau bangunan untuk tempat berlindung, dimana lingkungan berguna untuk kesehatan jasmani dan rohani serta keadaan sosialnya baik untuk kesehatan keluarga maupun individu.

Menurut Undang-Undang RI NO 1 tahun 2011 menyatakan bahwa rumah adalah bagunan gedung yang berfungsi sebagai tempat tinggal yang layak huni , sarana Pembina keluarga, cermin harkat dan martabat penghuninya, serta aset bagi pemiliknya.

Persyaratan Kondisi Fisik Rumah

Keputusan Mentri Kesehatan Republik Indonesia No 829/Menkes /SK/VII/1999 tentang persyaratan kesehatan perumahan. Parameter rumah yang dinilai meliputi 3 kelompok komponen penilaian:

(46)

1. Kelompok rumah, meliputi langit-langit, dinding, lantai, jendela, kamar tidur, jendela ruangan keluarga dan ruang tamu, ventilasi, sarana pembuangan asap dapur dan pencahayaan.

2. Kelompok sanitasi. Kelompok sanitasi meliputi sarana air bersih, sarana pembuangan sampah.

3. Kelompok perilaku penghuni. Kelompok perilaku penghuni meliputi membuka jendela kamar tidur, membuka jendela ruang keluarga, membersihkan rumah dan halaman, membuang tinja bayi dan balita kejamban, membuang sampah pada tempatnya

Syarat Kesehatan Rumah Tinggal yang Berkaitan dengan Malaria

Adapun ketentuan persyaratan kesehatan rumah tinggal menurut Kepmenkes No. 829/Menkes/SK/VII/1999 adalah sebagai berikut:

Dinding rumah. Dinding rumah yang terbuat dari papan, kayu atau anyaman bambu sangat memungkinkan lebih banyak lubang untuk masuknya nyamuk kedalam rumah, dinding dari kayu tersebut juga tempat yang paling disenangi oleh nyamuk Anopheles. Dinding rumah juga berkaitan dengan kegiatan penyemprotan atau obat anti nyamuk cair, dimana inteksida yang disemprotkan ke dinding rumah akan menyerap sehingga saat nyamuk hinggap akan mati akibat kontak dengan inteksida, dan dinding yang tidak permanen atau yang kerapatan dinding terdapat lubang > 1,5 mm. mengakibatkan masuknya nyamuk kedalam rumah.

Ventilasi. Keadaan ventilasi rumah yang tidak ditutupi oleh kawat kasa akan menyebabkan nyamuk masuk kedalam rumah. Lubang ventilasi yang

(47)

dibutuhkan tergantung dari iklim yakni pada daerah pantai 10-20% dari luas lantai dan daerah pegunungan 5-10% dari luas lantai.

Pencahayaan. Pencahayaan alam dan atau pencahayaan pembuatan langsung maupun tidak langsung dapat menerangi seluruh ruang dengan intensitas penerbangan minimal 60 lux dan tidak menyilaukan mata dan nyamuk lebih suka pada cahaya gelap.

Langit-langit. Kondisi bahan atap rumah yang tidak mempunyai langit- langit akan lebih mudahnya nyamuk masuk kedalam rumah sehingga berpotensi kontak langsung dengan nyamuk sehingga lebih rentan terkena malaria dari pada rumah yang mempunyai langit-langit.

Tempat Perkembangbiakan Vektor

Tempat perkembangbiakan nyamuk pada saat pradewasa mulai dari larva, pupa dan nyamuk dewasa (imago). Larva Anopheles berkembangbiaka pada berbagai jenis genangan air, namun yang paling disukai adalah air jernih yang tidak tercemar. Tempat berkembangbiak (breeding place). Nyamuk Anopheles berada ditempat genangan air tawar atau air asin, rawa mangrove, rawa-rawa yang berisi air tawar, kolam yang banyak ditumbuhi tanaman air atau yang tidak bertanaman, pesawahan, muara sungai yang aliranya tidak deras atau kolam kecil yang berisi air hujan. Larva Anopheles gambiae, vektor utama di Afrika, dapat berkembangbiak di berbagai termpat, termasuk ditanah bekas lindasan ban mobil, pesawat, dan air di saluran irigasi (Soedarto, 2011).

Vektor adalah organisme yang tidak menyebabkan penyakit tetapi menyebarkan dengan membawa patogen dari satu inang ke yang lain.

(48)

Jenis Tempat Perkembangbiakan Vektor Nyamuk.

Menurut Astari, (2017) lingkungan tempat perindukan vektor nyamuk Anopheles yaitu:

Rawa-rawa. Rawa-rawa adalah semua macam tanah berlumpur secara alami, ataupun buatan manusia, scara permanen atau sementara, termasuk daerah laut yang dalam airnya kurang dari 6 meter. Pada saat ini surut yakni rawa dan tanah pasang surut. Daerah yang penuh dengan nyamuk, sperti rawa-rawa, telah lama memiliki hubungan dengan tingginya angka serangan malatia (Thamrin, 2011). Tempat perindukan air payau terdapat muara-muara sungai dan rawa-rawa yang tertutup sangatla cocok untuk tempat perindukan Anopheles sundaicus dan Anopheles subpictus (Raharjo, 2012).

Parit atau selokan. Parit atau selokan yang digunakan untuk pembuangan air merupakan tempat perkembangbiakan yang disenangi nyamuk (Thamrin, 2011).

Genangan air. Terdapatnya genangan air akan menentukan jenis-jenis jentik dan jumlah jentik yang ditemukan dan jentik nyamuk Anopheles lebih menyenangi genangan yang baru.

Tambak. Adanya tambak udang dan ikan merupakan jenis habitat dari larva nyamuk Anopheles sp, para petani dalam mengelola tambak udang dan ikan tidak terlepas adanya lahan yang terbengkalai maupun dikelola akan mengundang nyamuk untuk berkembangbiak, karena tambak, rumput dan lumut sebagai habitat Anopheles subpictus.

(49)

Menurut Soedarto, (2011) ada dua pengendalian vektor yang evektif jika digunakan secara luas yaitu:

a. Kelambu yang diberi insektisida (insecticide-treated mosquito nets), kelambu yang diberi insektisida berefek lama. Sesuai dengan anjuran WHO paling sering digunakan secara luas dimasyarakat terutama di daerah dengan penyebaran yang tinggi penyakit malaria.

b. Semprotan insektisida residual di dalam rumah (indoor residuan).

Menggunakan insektisida merupakan upaya yang sangat bermanfaat untuk secara cepat mengurangi penyebaran malaria. Tindakan ini akan efektif jika sedikitnya 80% dari rumah yang dijadikan sasaran berhasil semprot. Ini biasanya efektif kerjanya antara 3-6 bulan, DDT yang digunakan didalam rumah masih efektif dalam waktu 9=12 bulan.

Ekologi Pengendalian Vektor Malaria

Menurut Marsaulina (2010) ada beberapa pengendalian vektor yaiti:

1. Pengendalian cara kimia dengan menggunakan inteksida. Hasilnya sangat efektif, praktis, mudah diperoleh, dan efeknya terlihat jelas. Namun inteksida bersifat presisten sehingga dapat terjadi pencemaran lingkungan.

2. Pengendalian mekanik yaitu dengan menghilangkan sarang nyamuk, membersihkan tambak dan membersihkan lingkungan.

3. Pengendalian cara fisika dilakukan dengan penyinaran radiasi nyamuk terhadap nyamuk jantan sehingga nyamuk tersebut menjadi steril.

(50)

4. Pengendalian cara biologi dilakukan dengan menggunakan predator atau parasit. Menggunakan predator misalnya dengan ikan pemakan jentik (ikan Gambusia dan ikan Nila merah).

5. Pengendalian cara genetik dilakukan dengan melepaskan nyamuk jantan yang telah distrilkan dan harap mengawini nyamuk betina di alam, tetapi tidak menghasilkan keturunan.

6. Pengendalian vektor non kimia merupakan cara yang paling aman karena tidak merusak keseimbangan alam, tidak mencemari lingkungan tetapi perlu dilakukan secara terus menerus.

Perilaku

Perilaku manusia merupakan hasil dari pada segala macam pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan.

Perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar.

Becker (1979) membuat klasifikasi lain tentang perilaku kesehatan dan membedakan menjadi tiga (Notoatmodjo, 2014), yaitu:

Faktor Perilaku

a. Kebiasaan berada di luar rumah sampai larut malam, dimana vektornya bersifat eksofilik dan eksofagik akan memudahkan gigitan nyamuk.

b. Tingkat kesadaran masyarakat tentang bahaya malaria akan mempengaruhi kesediaan masyarakat untuk menanggulangi malaria antara lain dengan

(51)

membersihkan lingkungan, menggunakan kelambu, memasang kawat kasa pada rumah dan menggunakan obat nyamuk.

Pengetahuan. Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya). Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indra pendengaran dan indra pengelihatan.

a. Tahu (Know)

Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu, misalnya: tahu bahwa buah tomat banyak mengandung vitamin

b. Memahami (Comprehension)

Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut, tidak sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat mengintrepretasikan secara benar tentang objek yang diketahui tersebut. Misalnya orang yang memahami cara pemberantasan penyakit malaria, bukan hanya membunuh jentik- jentik nyamuk, tetapi harus lebih menjelaskan lagi lebih mendalam.

c. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan perinsip yang diketahui tersebut pada situasi yang lain. Misalnya seseorang yang telah paham tentang proses perencanaan, ia harus dapat membuat perencanaan program kesehatan ditempat ia bekerja atau dimana saja.

(52)

d. Analisis (Analysis)

Analisis adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersbut, dan masih ada kaitanya satu sama lain. Indikasi bahwa pengetahuan seseorang itu sudah sampai pada tingkat analisis adalah apabila orang tersebut telah dapat membedakan atau memisahkan, pengelompokkan, membuat diagram (bagan) terhadap pengetahuan atas objek tersebut.

e. Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari komponen- komponen pengetahuan yang dimiliki.

f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian ini dengan sendirinya didasarkan pada suatu kriterian yang ditentukan sendiri atau norma- norma yang berlaku dimasyarakat.

Sikap (attitude). Sikap adalah juga respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu, yang suudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan. Newcpmb, salah seorang ahli psikologi sosial menyatakan bahwa sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu.

(53)

Sikap terdiri dari 4 tingkatan yaitu:

1. Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek). Misalnya sikap seseorang terhadap periksa hamil, dapat diketahui atau diukur dari kehadiran ibu untuk mendengarkan penyuluhan tentang ante natal care dilingkungannya.

2. Menanggapi (responding)

Menanggapi disini diartikan memberikan jawaban atau tanggapan terhadapa pertanyaan atau objek yang dihadapi.

3. Menghargai (valuing)

Menghargai diartikan subjek atau seseorang memberikan nilai yang positif terhadap pertanyaan atau objek yang dihadapi.

4. Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko adalah merupakan sikap yang paling tinggi.

Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung.

Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pertanyaan responden terhadap suatu objek.

Tindakan atau praktik (pratice). Seperti telah disebutkan di atas bahwa sikap adalah kecenderungan untuk bertindak. Sikap belum tentu terwujud dalam tindakan. Sebab untuk terwujudnya tindakan perlu faktor lain, yaitu antara adanya fasilitas atau sarana dan prasarana. Tingkat tindakan diantaranya:

Referensi

Dokumen terkait

Adapun pelaksanaan rujukan yang ada di Indonesia mempunyai syarat-syarat sebagai berikut: (a) Pelayanan kesehatan dilaksanakan secara berjenjang, sesuai kebutuhan

Dalam tulisan ini dipaparkan analisis perhitungan untuk menentukan koreksi penunjukkan dan analisis ketidakpastian dalam kalibrasi timbangan non-otomatis.Metoda yang

Menurut konsorsium ilmu kesehatan (dalam Hidayat, 2008) peran perawat dalam pemenuhan kebutuhan patienst safety yaitu memberikan perawatan langsung; mendidik pasien dan

Abstraksi ... Latar Belakang Masalah ... Rumusan Masalah ... Batasan Masalah ... Tujuan Penelitian ... Manfaat Penelitian ... Sistematika Penulisan ... Telaah Penelitian

Masukan (input) adalah segala sesuatu yang dibutuhkan dalam pelaksanaan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) agar dapat berjalan dengan baik, dengan pemanfaatan dana Bantuan

Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku WUS Terhadap Penggunaan Alat Kontrasepsi di Wilayah Puskesmas Sarudik Kecamatan Sarudik Kabupaten Tapanuli Tengah” beserta seluruh isinya

Pelaksanaan Pusat Informasi dan Konseling Remaja (PIK-R) di Kampung KB, Desa Bingkat, Kecamatan Pegajahan, Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2018” beserta seluruh

Tingkat jumlah bakteri E.coli tertinggi pada pedagang 2 yang menjual jajanan pasar kue lapis pada waktu pengambilan II dengan jumlah E.coli 12 MPN/gr, dan mengalami