SERDANG BEDAGAI TAHUN 2018
SKRIPSI
Oleh
ALEXANDER BUKIT NIM. 131000569
PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2020
ANALISIS PELAKSANAAN PUSAT INFORMASI DAN KONSELING REMAJA (PIK-R) DI KAMPUNG
KB DESA BINGKAT, KECAMATAN PEGAJAHAN, KABUPATEN
SERDANG BEDAGAI TAHUN 2018
SKRIPSI
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat
untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara
Oleh
ALEXANDER BUKIT NIM. 131000569
PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2020
Telah diuji dan dipertahankan Pada tanggal: 14 Agustus 2019
TIM PENGUJI SKRIPSI
Ketua : Dr. Juanita, S.E., M.Kes.
Anggota : 1. Destanul Aulia, S.K.M., M.B.A., M.Ec., Ph.D.
2. Drs. Abdul Jalil Amri Arma, M.Kes.
Pelaksanaan Pusat Informasi dan Konseling Remaja (PIK-R) di Kampung KB, Desa Bingkat, Kecamatan Pegajahan, Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2018” beserta seluruh isinya adalah benar karya saya sendiri dan tidak melakukan penjiplakan atau mengutip dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini disebut dalam daftar pustaka. Atas pernyataan ini saya siap menanggung risiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.
Medan, Agustus 2019
Alexander Bukit
Abstrak
PIK-R adalah turunan program Genre, yang dimana program ini bertujuan untuk mengatasi permasalahan TRIAD KRR. Data mengenai prilaku seks pra nikah, penggunaan narkoba, dan pernikahan dini di lokasi penelitian belum di ketahui karena pendataan belum dilakukan, namun PLKB mengatakan masalah Triad KRR sering jadi bahan pembicaraan di tengah masyarakat. Dukungan pihak desa untuk pelaksanaan PIK-R dirasakan sangat kurang, hal ini terlihat dengan tempat pelaksanaan PIK-R pun masih terus berpindah-pindah. Implementasi PIK-R akan dilihat melalui metode Edward 3, yaitu dengan melihat faktor komunikasi, sumberdaya, struktur pelaksana, dan disposisi. Metode penelitian kualitastif dengan menggunakan wawancara mendalam, dengan jumlah informan 5 orang dengan prinsip kecukupan dan kesesuaian. Hasil penelitian komunikasi telah dilakukan oleh pelaksana namun belum adanya konsistensi. Sumberdaya yang melaksanakan PIK-R sudah mencukupi namun kemampuan sumberdaya untuk melakukan implementasi PIK-R masih kurang. Struktur pelaksana dalam menjalankan PIK-R sudah terjadi namun dikarenakan kemampuan sumberdaya yang kurang maka pelaksanaan tugas juga tidak berjalan baik. Sikap atau disposisi pelaksana diakui sudah sesuai dengan yang seharusnya namun didapati belum sejalan dengan tindakan yang ada. Saran,diharapakan komunikasi lebih konsisten lagi, dukungan dari pihak desa lebih ditingkatkan lagi, kepedulian pelaksana dan ketaatan dalam melukan tugas yang telah ada lebih di nyatakan.
Kata kunci : Triad-KRR, PIK-R, implementasi
marriage at the study site are not yet known because the data collection has not been done, but the PLKB said the Triad KRR problem is often the subject of discussion in the community. The support of the village for the implementation of PIK-R was felt to be very lacking, this was seen by the place where the implementation of PIK-R was still moving. The implementation of PIK-R will be seen through the Edward 3 method, namely by looking at communication factors, resources, implementing structures, and dispositions. Qualitative research methods using in-depth interviews, with the number of informants 5 people with the principle of adequacy and suitability. The results of communication research have been carried out by the implementer but there is no consistency. Resources that implement PIK-R are sufficient but the ability of resources to implement PIK- R is still lacking. The implementation structure in carrying out PIK-R has already taken place but due to lack of resource capacity the implementation of the task also did not go well. The attitude or disposition of the executor is acknowledged to be in accordance with what is supposed to be, but is found to be inconsistent with the existing actions. Suggestions, communication is expected to be more consistent, support from the village is further enhanced, awareness of the implementers and obedience in carrying out existing tasks are more pronounced.
Keywords: Triad-KRR, PIK-R, implementation
Kata Pengantar
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yesus Kristus, karena berkat kasih dan rahmat berupa kesehatan, kekuatan, serta kesabaran dan anugerah berlimpah yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis Pelaksanaan Pusat Informasi dan Konseling Remaja (PIK-R) di Kampung KB Desa Bingkat, Kecamatan Pegajahan, Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2018”. Skripsi ini disusun dalam memenuhi salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM).
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulis skripsi ini masih banyak kekurangan dan masih sangat jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan dari berbagai hal. Untuk itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik dari berbagai pihak yang bersifat membangun demi kebaikan isi skripsi ini.
Dalam penulisan ini penulis banyak mendapatkan bimbingan, kritik dan saran, motivasi, bantuan serta dukungan moril maupun material dari berbagai pihak, maka dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih sedalam dalamnya kepada:
1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum., selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.
2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si., selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat.
3. Dr. Drs. Zulfendri, M.Kes., selaku ketua Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan.
5. Destanul Aulia, S.K.M., M.Kes., M.Ec., Ph.D., selaku Dosen Penguji I yang telah memberikan saran dan masukan untuk kesempurnaan skripsi ini.
6. Drs. Abdul Jalil Amri Arma, M.Kes., selaku Dosen Penguji II yang telah memberikan saran dan masukan untuk kesempurnaan skripsi ini.
7. Ir. Indra Cahaya S., M.Si., selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah banyak memberikan masukan kepada penulis selama kuliah di Fakultas Kesehatan Masyarakat USU.
8. Seluruh Dosen dan staf di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, terutama Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan yang telah banyak memberikan bantuan selama penulis mengikuti pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
9. Kepala Dinas P2KBP4A Kabupaten Serdang Bedagai, Kepala UPT KB, PLKB, Kepala Desa dan staf Desa Bingkat, Kecamatan Pegajahan yang telah membantu dalam perizinan dan proses pelaksanaan penelitian.
10. Keluargaku Amadeo de’Khiel (Fidrin, Tohap, Calvin, Indra, Septo, Johanis, Suhendra, dan Josua), Lammuel de’Absalom (Murri, Deddy, Mael, Adolf, Sahala, Aldi), PEMA FKM USU 2016-2017, POMK FKM USU, GMKI FKM USU, Pengurus Klasis PERMATA GBKP MKL 2018-2021, Letting 2017 SOLIDAR17TAS Rutan Kelas IIB Tanjung Pura yang membentuk penulis selama dunia kampus. Fransiska Yansita Boang Manalu, Nova Eliza,
Rika Pakpahan, Putriani Saragih, Desi Vitriani yang selalu mendukung dan mendoakan dalam proses penulisan skripsi.
11. Teristimewa penulis ucapkan kepada orangtua, Drs. Salomon Bukit dan Dra.
Juraidah Tarigan yang selalu memberikan semangat, motivasi dan pengorbanan baik dari segi moril maupun materi serta doa yang tiada terputus untuk penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Penelitian ini masih banyak kekurangan dalam penyusunan dan materinya dalam penelitian skripsi ini. Oleh sebab itu, diharapkan adanya kritik dan saran yang mendukung untuk kesempurnaan skripsi. Akhir kata, penulis berharap skripsi ini dapat memberikan kontribusi positif dan bermanfaat bagi pembaca terutama dalam kemajuan ilmu pengetahuan.
Medan, Agustus 2019
Alexander Bukit
Halaman Persetujuan i
Halaman Penetapan Tim Penguji ii
Halaman Pernyataan Keaslian Skripsi iii
Abstrak iv
Abstract v
Kata Pengantar vi
Daftar Isi ix
Daftar Tabel xi
Daftar Gambar xii
Daftar Lampiran xii
Daftar Istilah xiv
Riwayat Hidup xv
Pendahuluan 1
Latar Belakang 1
Peumusan Masalah 7
Tujuan Penelitian 8
Tujuan umum 8
Tujuan khusus 8
Manfaat Penelitian 8
Tinjauan Pustaka 9
Kampung KB 9
Pengertian 9
Kriteria kampung KB 9
Generasi Berencana (GenRe) 10
Dasar hukum 10
Pengertian 11
Fokus 11
PIK-R/M 12
Pengertian 12
Tujuan 12
Sasaran dan ruang lingkup 12
Pembentukan PIK-R/M 12
Meningkatkan dan mengembangkan kualitas PIK-R/M 12
Advokasi 14
Promosi dan sosialisasi PIK-R/M dalam bentuk KIE 14 Memberdayakan dan menyiapkan SDM pengelola PIK-R/M 16
Dukungan sumber dana PIK-R/M 16
Pelaporan dan pencatatan 17
Landasan Teori 17
Konsep implementasi program 17
Kerangka Berpikir 20
Metode Penelitian 21
Jenis Penelitian 21
Lokasi dan Waktu Penelitian 21
Subjek Penelitian 21
Definisi Konsep 22
Metode Pengumpulan Data 23
Metode Analisis Data 25
Hasil dan Pembahasaan 28
Deskripsi Daerah Penelitian 28
Karakteristik Informan 31
Analisis Komponen Komunikasi 32
Analisis Komponen Sumber daya 38
Sumber daya manusia 38
Anggaran 40
Sarana prasarana 42
Analisis Komponen Disposisi 44
Analisis Komponen Strukur Birokrasi 46
Standar Operating Prosedur (SOP) 46
Fragmentasi 47
Keterbatasan Penelitian 56
Kesimpulan dan Saran 57
Kesimpulan 57
Saran 58
Daftar Pustaka 60
Lampiran 62
1 Karakteristik Informan PIK-R 32
Daftar Gambar
No Judul Halaman
1 Kerangka berpikir 20
1 Pedoman Wawancara 62
2 Matrix Hasil Wawancara 70
3 Surat Permohonan Izin Penelitian 84
4 Surat Izin Penelitian 85
5 Surat Keterangan telah Selesai Melaksanakan Penelitian 86
Daftar Istilah
APBN Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara APBD Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
BKKBN Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional GENRE Generasi Berencana
MKJP Metode Kontrasepsi Jangka Panjang
MOU Momerandum of Understanding / Dokumen Persetujuan Kedua Belah Pihak
KB Keluarga Berencana
KRR Kesehatan Reproduksi PIK-R Pusat Informasi dan Konseling Remaja
KS Konselor Sebaya
P2KBP4A Pengendalian Penduduk Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Perempuan dan Anak
PIK-R/M Pusat Informasi dan Konseling Remaja / Mahasiswa PLKB Petugas Lapangan Keluarga Berencana
PPKBD Pembantu Pembina Keluarga Berencana Desa
Pra KS Pra Keluarga Sejahterah/ Keluarga yang Belum Sejahterah
PS Pendidik Sebaya
SKPD Satuan Kerja Perangkat Daerah
TOT Training of Trainer
TRIAD KRR Tiga Penyakit Utama pada Kesehatan Reproduksi Remaja
pada tanggal 30 Desember 1994. Penulis beragama Kristen Protestan, anak kedua dari dua bersaudara dari pasangan Salomon Bukit dan Juraidah Tarigan.
Pendidikan formal di mulai di TK Pembinaan Curup, Bengkulu Tahun 1999. Pendidikan sekolah dasar di SD Swasta Katolik Xaverius 20 Curup, Rejang Lebong, Bengkulu Tahun 2001-2007, sekolah menengah pertama di SMP Negeri 5 Kota Bengkulu Tahun 2007-2010, sekolah menengah atas di SMA Swasta Katolik Budi Murni 2 Medan Tahun 2010-2013, selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan di Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
Medan, Agustus 2019
Alexander Bukit
Pendahuluan
Latar Belakang
Masa depan sebuah bangsa dipengaruhi oleh kualitas remajanya saat ini karena remaja merupakan aset yang akan memberikan kontribusi untuk kemajuan bangsanya. World Health Organization (WHO) menyatakan, remaja adalah masa dimana seseorang berkembang dari saat pertama kali memperlihatkan ciri-ciri seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual . Seseorang mencapai perkembangan, biologis, psikologis, dan sosiologis dimana hal itu saling berkaitan. Secara biologis memiliki ciri akselarasi pertumbuhan tulang, menurut psikologis memiliki ciri dengan akhir perkembagan pengetahuan dan pematangan karakter pribadi, dan menurut sosiologis memiliki ciri intensifnya persiapan dalam menyambut peranannya nanti sebagai dewasa muda.
WHO menyatakan rentang umur remaja ialah umur 12-18 tahun.
Sedangkan ,BKKBN menyatakan rentang umur remaja ialah 10- 21 tahun. Tahun 2012 BKKBN menyatakan jumlah remaja usia 10-24 tahun sangat besar yaitu kurang lebih 64 juta atau 27.6% jumlah Rakyat Indonesia yang 237,6 juta orang, berdasarkan sensus 2010. Masa remaja rentan dengan berbagai masalah, ini karena proses pencarian jati diri dan rasa keingintahuan yang besar, sehingga remaja banyak mencoba hal-hal baru bahkan tak jarang hal itu adalah negatif.
Menurut BKKBN (2013) masalah dalam lingkup remaja yang menonjol adalah persoalan seputar Triad Kesehatan Reproduksi Remaja (Triad-KRR) yaitu seks pranikah, penyalahgunaan Narkoba, Psikotropika, Zat Adiktif lainya (NAPZA), dan pernikahan dini. Triad KRR menjadi perhatian khusus Pemerintah
Indonesia, bahkan dunia yang tertuang di Millenium Development Goals (MDGs) tentang meningkatkan status kesehatan reproduksi remaja adalah hal yang penting kemudian di lanjutkan dalam Sustainable Development Goals (SDGs).
Seluruh Dunia pada Tahun 2013 terdapat 16 juta perempuan dan 3,2 juta anak berumur <15 tahun dari 35 juta orang dengan HIV. Terdapat 1.9 juta orang dewasa dan 240.000 anak berumur <15 tahun merupakan bagian dari 2,1 juta orang dengan infeksi baru HIV, dengan kematian karena AIDS 1,5 juta yang terdiri dari 190.000 anak umur <15 tahun dan 1,3 juta dewasa (UNAIDS 2013).
Penderita HIV di Indonesia yang dilaporkan menurut kelompok umur pada Tahun 2010 sampai 2014 bulan September menunjukan infeksi tertinggi hingga 16.421 kasus terdapat pada usia produktif 25-49 tahun, setelah itu 3.587 kasus dengan rentang usia 20-24 tahun. Dari data yang ada dapat kita tarik 3 sampai 10 tahun sebelumnya yang merupakan masa remaja yang menjadi pintu masuk infeksi HIV itu sendiri. Menurut data yang ada HIV sangat mengancam remaja dan usia muda (Kemenkes RI, 2014).
Data prevalensi penyalahgunaan narkoba berdasarkan kelompok umur dan pendidikan tahun2009, 2012, 2017, menurut survei BNN 2017 menyatakan bahwa angka penyalahgunaan narkoba pada umur ≤ 30 tahun lebih besar dari pada umur
> 30 tahun. Survei menyatakan 3,0 % dari responden adalah kelompok umur ≤30 tahun yang menyalah gunakan narkoba, sedangkan kelompok umur>30 tahun 2,8
%. Menurut taraf pendidikan penyalahgunaan narkoba tertinggi yaitu orang dengan pedidikan SD dan tamat SMP. Survey yang dilakukan BNN ini menunjukan masa remaja dan pendidikan rendah merupakan segmentasi yang rentan menyalahgunakan narkoba.
3
United Nations Development Economic and Social Affairs (UNDESA,2010) menyatakan Indonesia masuk dalam 47 negara dengan persentase nikah usia muda yang tinggi dan adalah yang paling tinggi kedua di ASEAN setelah Kamboja. Sebanyak 67% wilayah di Indonesia dari 34 provinsi yang ada, dinyatakan sebagai daerah darurat perkawinan anak. Menikah di usia muda mempunyai resiko karena belum siapnya dari aspek kesehatan, emosional, mental, sosial ekonomi, pendidikan ,dan reproduksi sehingga dalam pengendalian angka kelahiran perlu dilakukan Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP) (BPS 2017).
BKKBN mencatat pada tahun 2013 perbandingan menikah usia muda di daerah desa sebesar 67 per 1000 pernikahan, sedangkan di daerah kota sebesar 36 per 1000 pernikahan, parahnya rata-rata yang mengajukan permohonan adalah pihak laki-laki umurnya dibawah 19 tahun dan pihak perempuan berumur dibawah 16 tahun. Kejadian pernikahan usia muda tersebut bertentangan dengan UU No. 1 Tahun 1974 pasal 7 ayat 1, dan kebanyakan perempuanya sudah hamil. Secara ideal BKKBN miliki target perbandingan pernikahan dini sebesar 30 per 1000 pernikahan (Sutriyanto dan Gunadha, nasional.kompas.com).
Permasalahan kesehatan reproduksi remaja diatas mendorong pemerintah Indonesia membuat GenRe yaitu proram Generasi Berencana yang secara optimal mengembangkan program Pusat Informasi dan Konsultasi Remaja atau Mahasiswa (PIK-R/M). Adanya PIK-R/M pada ruang lingkup remaja memiliki peran yang sangat penting, artinya untuk membantu remaja memperoleh informasi dan layanan konsultasi yang memadai dan benar tentang mempersiapkan kehidupan keluarga bagi remaja (BKKBN, 2012).
Pada Tahun 2018, jumlah PIK-R/M berjumlah sekitar 23.579 yang tersebar di 34 provinsi dan diharapkan menjadi tempat remaja berkumpul,berkreatifitas, berbagi cerita, dan bertukar informasi (Genre Indonesia.com).PIK-R/M tersebar di berbagai tempat, mulai dari SMP, SMA, Universitas, dan saat ini sudah ada yang melaksanakan di desa yang ditetapkan sebagai Kampung Keluarga Berencana (Kampung KB). Adanya pelaksanaan PIK-R di Kampung KB diharapkan menjadi salah satu ujung tombak Pembangunan Keluarga dari sisi remaja.
Pembentukan PIK-R di Kampung KB sebagai salah satu kriteria dalam pembentukan Kampung KB itu sendiri dari segi Program Pembangunan Keluarga Terkait dengan upaya perluasan cakupan / jangkauan program Kependudukan Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga ( KKBPK ) diseluruh wilayah .(BKKBN,2015). Kampung KB sekarang sudah dibentuk di 514 kota/kabupaten di Indonesia. Hingga Triwulan III 2017, tercatat sudah terbentuk 5.505 Kampung KB dan pada tingkat kecamatan, sudah ada sekitar 4.754 kecamatan memiliki Kampung KB.Sampai dengan bulan Oktober ini di Sumatera Utara sudah terbentuk 319 Kampung Keluarga Berencana. Pada Tahun 2017 Kabupaten Serdang Bedagai berhasil melakukan pencanangan 16 Kampung KB, Setelah sebelumnya 1 Kampung KB di Tahun 2016, jadi keseluruhan Kabupaten Serdang Bedagai ada 17 Kampung KB (BKKBN, 2018).
Penelitian yang dilakukan oleh Rakhmawati dkk tentang Permasalahan PIK-R di Kota Semarang Dalam Mewujudkan Masyarakat Berwawasan Kependudukan, menerangkan kondisi dan kendala 9 PIK-R di Kota Semarang.
Penelitian ini dilakukan pada Januari 2018 dengan PIK-R yang diteliti yaitu PIK R Mukti Karya Utama Kecamatan Genuk, PIK-R Irjasari Kecamatan Mijen,PIK-R
5
Adi Brata Luhur Kecamatan Pedurungan, PIK-R Replika Kecamatan Tembalang, PIK-R Mlatikologi Kecamatan Semarang Timur, PIK-R Murni Kecamatan Candisari, PIK-R Duta Kusuma Bhakti Kecamatan Gajah Mungkur, PIK-R Kekal Kecamatan Gayam Sari, PIK-R Sekayu Kecamatan Semarang Tengah
Kesimpulan dari penelitian Rakhmawati,dkk adalah beberapa masalah yang ada dalam pengelolaan PIK-R untuk menjadikan masyarakat berwawasan kependudukan ialah kurang intensifnya pendampingan dari dinas terkait, kurangnya sosialisasi tentang dokument PIK-R, kurang meratanya distribusi dana, masyarakat kurang mendukung, regenerasi yang sulit, belum berjalanya pelayanan KIE tentang kesehatan reproduksi disebabkan keterbatasan personil dan sarana prasarana.
Pada bulan April 2017 pencanangan Desa Bingkat Kecamatan Pegajahan dilakukan. Selama 1 tahun pelaksanaanya masih sangat banyak hal yang harus di tingkatkan, terkhusus untuk pelaksanaan program PIK-R. Pelaksanaan PIK-R berbasis dan berlokasi ditengah-tengah masyarakat merupakan tantangan tersendiri, karena biasanya PIK-R/M berlokasi di sekolah atau kampus yang merupakan basis remaja dan mahasiswa. Pada satu tahun ini PIK-R Kampung KB Desa Bingkat sudah berjalan, dengan remaja masjid sebagai wadahnya.
Pada awal pembetukan PIK-R, sumber daya seperti pengelola dan pembina PIK-R,, PS (penyuluh sebaya), KS (konselor sebaya), dana, sangat dibutuhkan untuk keberlangsungan program PIK-R. Selain itu pengembangan dan pengelolaan PIK-R harus dilakukan dengan pedoman yang ada. Terpenuhinya kedua hal yang diatas diharapkan PIK-R dapat terbentuk dan berjalan secara
optimal sehingga target pengembangan dan kualitas PIK-R dapat tercapai (Pedoman PIK.R/M).
Hasil wawancara dengan Petugas Lapangan Keluarga Berencana/PLKB Desa bingkat sebagai salah seorang Pembina PIK-R, mengatakan bahwa dalam menjalankan PIK-R berbasis masyarakat tantangan utamanya adalah dalam menggerakan dan mengumpulkan remaja itu sendiri. Remaja yang merupakan pengurus PIK-R memiliki latar belakang yang berbeda, mulai dari pendidikan hingga ekonomi keluarga. Perbedaan latar belakang tersebut membuat pelaksanaan PIK-R harus disesuaikan dengan kesediaan anggotanya, baik dari segi waktu maupun izin dari orang tua.
Data mengenai prilaku seks pra nikah, penggunaan narkoba, dan pernikahan dini memang belum di ketahui karena pendataan belum dilakukan, namun PLKB mengatakan masalah Triad KRR masih sering jadi bahan pembicaraan di tengah masyarakat. Keadaan yang ada tersebut masih menjadi pertanyaan, apakah dampak PIK-R masih belum dirasakan oleh masyarakat, padahal pelaksanaanya sudah berjalan satu tahun.
SKPD KB Kabupaten dan Kota, serta BKKBN Provinsi menaikan usulan dukungan dana operasional PIK-R melalui APBN dan APBD sesuai rencana kerja masing-masing daerah untuk kemudahan dan kelancaran kegiatan operasional PIK-R (Pedoman PIK-R/M). Namun dukungan pihak desa untuk pelaksanaan PIK- R dirasakan sangat kurang, hal ini terlihat dengan kurangnya sumbangan dana dari desa untuk berjalanya program-program PIK-R. Satu tahun berjalanya program ini, remaja sebagai pengurus PIK-R berusaha secara mandiri dalam mencukupi dana yang di butuhkan untuk biaya operasional, remaja melakukan aksi dana seperti
7
bekerja di tempat warga yang mengadakan pesta atau syukuran dan pengumpulan iuran anggota.
Tempat pelaksanaan PIK-R pun masih terus berpindah-pindah, yang diharapkan tersedianya sebuah tempat dari desa untuk pelaksanaan program sehigga barang hasil karya remaja dapat disimpan. Ruangan yang ada harusnya bisa menjadi tempat konseling khusus yang bisa di akses kapan saja. Namun sampai dengan 1 tahun ini segala proses PIK-R lebih banyak dilakukan di masjid dan rumah-rumah remaja anggota PIK-R.
Proses pelaksanaan PIK-R di Desa Bingkat pun dirasakan masih harus banyak ditingkatkan lagi, terkhusus dalam periode satu tahun ini adalah masa pembentukan PIK-R. Jika dibandingkan dengan PIK-R pada umumnya yang berlokasi di sekolah dan di kampus, pelaksanaan PIK-R di kampung KB yang berlokasi di tengah-tengah masyarakat membutukan lebih banyak dukungan masyarakat dan perangkat desa. Sehingga pada awal pembentukannya, proses meyakinkan masyarakat harus dilakukan untuk keberlangsungan PIK-R, terkhusus dukungan orang tua untuk remaja sebagai pelaksana PIK-R.
Berdasarkan latar belakang yang ada, maka peneliti menganggap perlu mengadakan penelitian tentang, “Pelaksanaan Pusat Informasi dan konseling Remaja (PIK-R), di Kampung KB Desa Bingkat, Kecamatan Pegajahan, Kabubaten. Serdang Bedagai Tahun 2018”.
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang ada, maka permasalahan dalam penelitian ini ialah “Bagaimana Pelaksanaan Pusat Informasi dan Konseling Remaja (PIK-
R), di Kampung KB Desa Bingkat, Kecamatan Pegajahan, Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2018?”
Tujuan Penelitian
Tujuan umum. Tujuan penelitian ini adalah Menganalisis Pelaksanaan Pusat Informasi dan Konseling Remaja (PIK-R), di Kampung KB Desa Bingkat Kecamatan Pegajahan, Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2018.
Tujuan khusus. Tujuan khusus yaitu:
1. Menganalisis SDM (Pembina, Pengelola, Pendidik Sebaya/Konselor sebaya), dan dana.
2. Menganalisis Pengelolaan PIK-R sebagai unsur proses.
3. Menganalisis hasil pelaksanaan Pengelolaan PIK-R sebagai output PIK-R.
Manfaat Penelitian
1. Bagi PIK-R Desa Bingkat dan UPT KB menjadi masukan dan evaluasi untuk pelaksana PIK-R mengenai pelaksanaan PIK-R, di Kampung KB Desa Bingkat, Kecamatan Pegajahan, Kabupaten Serdang Bedagai.
2. Bagi peneliti dapat mengembangkan ilmu pengetahuan dan praktek dalam proses penelitian mengenai Pelaksanaan Pusat Informasi dan Konseling Remaja (PIK-R), di Kampung KB Desa Bungkatm Kecamatan Pegajahan, Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2018.
3. Bagi Ilmu Kesehatan Mayarakat, diharapkan dapat dipakai menjadi pengembangan khasanah ilmu pengetahuan dan bahan informasi.
Tinjauan Pustaka
Kampung KB
Pengertian. Kampung KB menjadi salah satu bentuk penerapan agenda prioritas pembangun Nawacita ke 3,4,dan 8. Nawacita ketiga ialah membangun Indonesi mulai dari pinggiran dengan memperkuat desa dan daerah dalam kerangka negara kesatuan. Nawacita yang kelima ialah melakuan peningkatan kualitas hidup penduduk, serta yang kedelapan ialah kebijakan penataan kembali kurikulum pendidikan nasional dengan pendidikan kewarganegaraan yang dikedepankan, dan menempatkan secara tepat aspek pendidikan , seperti pendidikan sejarah pembentukan bangsa, nilai cinta tanah air dan patriotisme, budi pekerti dan semangat bela negara didalam kurikulum pendidikan sebagai bentuk dari revolusi karakter bangsa (Kominfo, 2017).
Dalam istilah kependudukan dan KB,yang diterbitkan Direktorat Teknologi Infromasi dan Dokumentasi, Kampung KB ialah salah satu bentuk upaya penguatan kependudukan dan pembangunan keluarga yang diselenggarakan dan dikelola oleh dari dan untuk masyarakat. Bertujuan memberdayakan dan memberi kemudahan masyarakat dalam membiasakan layananan total KB, sebagau usaha menyatakan keluarga berkualitas. Sehingga dalam implementasinya Kampung KB ada keterpaduan dengan sektor terkait yang dilaksanakan secara sistematis dan sistemik (Profil Kampung KB Bingat, 2017).
Kriteria kampung KB. Ada beberapa criteria kampong KB:
1. Kriteria Utama
a. Pra KS dan KS 1 / miskin diatas rata-rata tingkat desa
b. Peserta KB dibawah rata-rata pencapaian pencapaian KB tingkat desa 2. Kriteria Wilayah
3. Kriteria Data
a. Kependudukan: Rendahnya angka partisipasi penduduk usia sekolah b. RT/RW mempunyai peta dan data keluarga yang akurat
c. Program KB: (1) Lebih Rendah Peserta KB dari pada rata-rata capaian desa. (2) Lebih Rendah pengguna MKJP dari pada rata-rata capaian desa.
(3) Lebih tinggi tingkat Unmet Need dari rata-ratacapaian desa.
4. Kriteria Program Pembangunan
5. Kriteria Program Pembangunan Keluarga
a. Partisipasi keluarga dalam program ketahanan keluarga
b. Program pemberdayaan melalui peningkatan ekonomi keluarga c. Kegiatan GenRe melaui PIK-R/M
Generasi Berencana (GenRe)
Dasar hukum. Untuk merespon permasalahan Triad KRR Remaja pemerintah melakuakan berbagai kegiatan dan program yang disebarkan kepada instansi sesuai tugas yang berkaitan, sebagai berikut:
1 UU No. 52 Tahun 2009 tentang Pembangunan Keluarga dan perkembangan Kependudukan.
2 PerPres No. 62 Tahun 2010 tentang BKKBN.
3 PerKa BKKBKN No.72 / PER /B5 / 2011 tentang Tata Kerja dan Organisasi BKKBN.
4 PerKa BKKBN No. 82 / PER / 85 / B5/ 2011 tentang Tata Kerja dan Organisasi BKKBN Provinsi.
11
5 PerKa BKKBN No.92 / PER / B5 / 2011 tentang Tata Kerja Balai Pelatihan Kependudukan dan KB dan Organisasi.
6 PP. No. 87 Tahun 2014 tentang Pembangunan Keluarga dan Pengembangan Kependudukan, Sistem Informasi Keluarga dan Keluarga Berencana.
7 Perka BKKBN No. : 456/PER/F6/2015, tentang Pedoman Pengelolaan PIK- R/M.
Berkaitan dengan bidang kehidupan yang kelima dari kehidupan remaja maka program GenRe dilaksanakan, yakni prilaku hidup sehat (practice healty life). Empat bidang kehidupan lain yang akan dimasuki remaja sengat ditentukan dari berhasil atau tidaknya remaja melakukan prilaku hidup sehat, dengan kata lain remaja yang tidak berprilaku hidup sehat kemungkinan besar gagal dalam empat bidang kehidupan lain. Sasaran Program GenRe dalam bentuk PIK-R dan Bina Keluarga Remaja ( B K R ) adalah remaja/mahasiswa (Pedoman PIK-R/M, 2015).
Pengertian. GenRe merupakan program untuk menyiapkan remaja menghadapi kehidupan berkeluarga melalui membentuk remaja TEGAR.Agar menjadi TEGAR Keluarga demi nyatanya keluarga kecil, sejahterah dan bahagia.Remaja yang mempunyai sikap, pengetahuan dan prilaku dengan peran remaja yang mampu merasakan jenjang pendidikan dengan terencana berkarir sesuai rencana, merupakan pengertian dari Remaja GenRe.
Fokus. Sasaran program GenRe adalah : 1. Keluarga
2. Masyarakat peduli remaja 3. Mahasiswa/I belum menikah
4. Remaja usia 10-24 tahun dan belum menikah
PIK-R/M
Pengertian. Suatu sarana yang adalah turunan dari program GenRe yang di urus dari, oleh dan untuk remaja dalam menyampaikan informasi dan layanan konseling kesehatan reproduksi merupakah pengetian PIK-R/M.
Tujuan. PIK-R/M bertujuan memberikan informasi tentang Kesehatan Reproduksi Remaja, kecakapan hidup/pendidikan keterampilan (life skills), Rujukan KRR dan layanan konseling.
Sasaran dan ruang lingkup. Sasaran PIK-R adalah: (1) Pembina, (2) Pengelola PIK-R, (3) Pendidikan Sebaya (PS), (4) Konselor Sebaya (KS), (5) Keterampilan / kecakapan hidup (life Skills),(6) Pelayanan Konseling, (7) Rujukan, (8) Pengembangan Jaringan dan dukungan, (9) Pemberian Informasi KRR, (10) Kegiatan-kegiatan pendukung lainnya sesuaiciri & minat remaja.
Pembentukan PIK-R/M. Langkah-langkah pembentukan sebagai berikut:
1. Pertemuan remaja dan pengelola untuk membahas pentingnya pembentukan PIK-R/M, dan menyepakatinya.
2. Konsultasi dan koordinasi meminta dukungan stakeholder untuk pembentukan PIK-R/M.
3. Menentukan nama dan struktur kepengurusan.
4. Membuat program yang akan dikerjakan sesuai indikator PIK-R/M.
5. Meresmikan terbentuknya PIK-R/M (Launching/) yang diperkuat dengan SK dari Pembina PIK-R/M.
Meningkatkan dan mengembangkan kualitas PIK-R/M
1. Agar tejadi peningkatan kualitas PIK-R/M dari Tahap Tumbuh ke tahap tegak setidaknya memenuhi indikator tambahan berikut ini:
13
a. Materi khusus tambahan yang wajib dikuasasi oleh Pengelola / KS /PS 1) Kemampuan KIE dan Advokasi
b. Kegiatan:
1) Memberikan informasi diluar maupun didalam PIK-R/M
2) Melkukan kegiatan penarik minat remaja agar datang ke PIK-R/M.
c. Sarana, prasarana dan SDM:
1) 4 orang PS yang terlatih substansi Program GenRe
2) 2 orang KS terlatiih dengan materi pengetahuan dasar konseling, 3) Tempat di ruanglingkup mahasiswa/ remaja yang mudah dijangkau, d. Kemitraan dan Jaringan
1) Mebisakan fasilitas dan pembinaan, oleh TOGA/TOMA, Puskesmas/Pustu, Direktur Akademik dan lain-lain.
2. Agar tejadi peningkatan kualitas PIK-R/M dari Tahap Tegak ke tahap Tegar setidaknya memenuhi indikator tambahan berikut ini:
a. Materi khusus tambahan yang wajib dikuasasi oleh Pengelola / KS /PS 1) Materi sesuai kebutuhan yang berkembang
b. Kegiatan: Ikut dalam kegiatan sosial c. SDM, sarana dan prasarana
1) Mempunyai hotline/sms konseling 2) Perpustakaan
3) Internet dan jejaring sosial
d. Jejaring
1) Mempunyai mitra dengan organisasi kepemudaan, keagamaan, kemahasiswaan, orifesi, komite sekolah. Punya PIK-R.M Binaan dan kegiatan terintegrasi dengan BKR.
2) Membentuk PIK-R/M Ramah remaja/mahasiswa (youthfrendly).
Konsep ramah remaja / mahasiswa dan 4 aspek PIK-R/M ramah remaja / mahasiswa. (1) Pengelola PIK Remaja/Mahasiswa, (2) Jenis Pelayanan dan Kegiatan, (3) Prasarana dan sarana, (4) Kemampuan pembelajaran pengelolaan secara menerus, baik pribadi atau bersama.
Advokasi. Dengan berbagai kegiatan:
1. Tujuan adalah mencari dukungan dari stakeholder.
2. Sasaran
a) Stakeholder/penentu kebijakan yaitu: (1) Pemerimtahan Pusat, (2) Pemerintahan daerah, (3) Pimpinan instansi pendidikan.
b) Mitra yaitu: (1) Pimpinan organisasi keagamaan, (2) Pimpinan organisasi kepemudaan, (3) Pemimpin Pramuka dari berbagai tingkatan, (4) Pimpinan media massa, (5) Pimpinan BUMN dan BUMD, (6) Pimpinan Apindo.
3. Langkah Pelaksanaan
a) Menyiapkan materi oleh para pejabat dan pengelola.
b) Materi bisa disampaikan dengan cara lobby, negosisasi dll.
Promosi dan sosialisasi PIK-R/M dalam bentuk KIE. Tujuan, sasaran, dan indikatornya yaitu :
1. Tujuan yaitu memperkenalkan betapa penting PIK-R/M terkait hal-hal masalah remaja dan mahasiswa.
15
2. Sasaran Sosialisasi dan Promosi
a. Langsung : remaja/mahasiswa yang belum menikah dan keluarga yang punya remaja
b. Tidak langsung
1) Stakeholder/Pemangku kenpetingan yaitu: (1) Pemerintah Pusat, (2) Pemerintahan daerah, (3) Pimpinnan Instansi Pendidikan.
2) Mitra yaitu: (1) Pemimpin Organisasi Kepemudaan, (2) Pimpinan organisasi kepemudaan, (3) Pemipimpin Pramuka dari berbagai tingkatan, (4) Pimpinan surat kabar, radio, television, majalah, (5) Pimpinan Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah, (6) Pimpinan APINDO, (7) Komisi Perlindungan Anak.
3. Indikator keberhasilan
a. Ada kegiatan promosi melalui berbagai media dan ruang b. Berjalanya kegiatan dan pengelolaan
c. Kualitas dan akses
d. Peningkatan remaja yang menbisakan layanan
4. Langkah Sosialisasi dan Promosi PIK-R/M dalam bentuk KIE
a. Memproduksi tentang 8 fungsi dan melakukan pengembangan prototype b. Melaksanakan kegiatan promosi dan sosialisasi
c. Melaksanakan Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE)
5. Evaluasibertujuan mengetahui pencapaian tujuan dan mengidentifikasi dan mencari solusi untuk kendala yang dihadapi.
Memperdayakan dan menyiapkan sumber daya manusia pengelola PIK-R/M. Kegiatan ini terdiri atas :
1. Tujuan. Kegiatan ini bertujuan untuk menyiapkan dan memberdayakan SDM (Pengelola, PS dan KS) baik untuk PIK R/M yang baru tumbuh maupun untuk mengganti SDM yang sudah tidak aktif lagi dengan berbagai sebab (regenerasi) untuk keberlangsungan PIK R/M.
2. Sasaran/Audience a. Pembina b. Pengelola c. PS
d. KS
3. Langkah kegiatan, mempersiapkan sumber daya manusia : a. Rekrutmen Calon PS dan KS
b. Melaksanakan Workshop
c. Membuat dan tindaklanjut terhadap MOU dengan Pembina terkait pembentukan dan pengembangan
d. Penyelenggarakan TOT
Dukungan sumber dana. Tujuan dan kegiatannya yaitu :
1. Tujuan, diperlukan untuk melancarkan dan mempermudah operasional.
2. Langkah Kegiatan
a. SKPD KB dan BKKBN Provinsi mengusulkan anggaran melalui ABPN dan APBD sesuai rencana kerja masing-masing daerah.
b. Mengelola dan mengembangkan usaha ekonomi produktif.
17
Pelaporan dan pencatatan. Tujuan, materi, dan mekanismenya yaitu : 1. Tujuan agar adanya dokumentasi dan laporan seluruh kegiatan PIK-R/M setiap
bulan menggunakan formulir.
2. Materi
a. Pencatatan
1) Regristrasi klien 2) Data diri klien 3) Maksud kumjungan
4) Sarana dan tenaga pengelola
5) Memberikan konseling dan jenis informasi b. Pelaporan
1) Bulanan
2) Rekapitulasi tiap bulan kecamatan
3) Rekapitulasi tiap bulan kota dan kabupaten 4) Rekapitulasi tiap bulan provinsi
5) Rekapitulasi tiap bulan ke pusat 3. Mekanisme
a. Pencatatan b. Pelaporan Landasan Teori
Konsep implementasi program. Implementasi merupakan proses administrasi dari hukum yang dalamnya mencakup keikutsertaan banyak pihak, organisasi, prosedur, dan teknik yang di perbuat agar kebijakan yang ditetapkan mempunyai akibat, yaitu tujuan kebijakan dapat tercapai (Kusumanegara, 2010).
Implementasi dirumuskan sebagai proses dikarenakan di dalamnya ada rangkaian kegiatan yang berkesinambungan. Konsep implementasipun harus dilihat dari banyak aspek pemahaman seperti outcome, proses, output. Kegunaan Implementasi sendiri berfungsi agar membentuk sebuah hubungan yang memungkinkan sasaran atau tujuan kebijakan masyarakat sebagai outcome aktifitas yang dikerjakan pemerintah. Disamping itu kegunaan implementasi terdiri juga dari sarana atau cara tertentu yang dikonsep atau dirancang khusus dan diarahkan menuju tercapainya sasaran atau tujuan yang diingini.
Memahami implementasi artinya berusaha mengerti kenyataan yang terjadi setelah sebuah program dirumuskan dan diberlakukan, yaitu kejadian dan aktivitas yang terjadi setelah proses legislasi, menyangkut usaha untuk menghadirkan dampak tertentu untuk publik ataupun berbagai kejadian (Wahab, 2008). Widodo (2011) menyimpulkan bahwasanya implementasi ialah sebuah proses yang melibatkan berbagai sumber antara lainm manusia,dana, dan keahlian mengorganisasi yang dikerjakan pemerintah atau pihak swasta. Proses dikerjakan agar tercapainya sasaran yang telah ditentukan pihak yang mebuat kebijakan.
Dalam menerapkan implementasi program tentu bukan tanpa hambatan.
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi berhasilnya sebuah implementasi. Untuk mendeskripsikan dengan jelas faktor atau variable yang mempengaruhi implemantasi, digunakan banyak jenis/model implemantasi program.
George Edward III terdapat 4 faktor yang berpengaruh terhadap keberhasilan dan kegagalan implentasi, menurut George III (dalam Widodo, 2010). Hal tersebut antara lain faktor, komunikasi, sumberdaya, struktur pelaksana, dan disposisi:
19
1. Komunikasi, sebagai sebuah proses menyampaikan informasi dari komunikator untuk komunikan. Barkaitan dengan bagaimana program di sampaikan kepada publik dan/ atau organisasi. Dimensi komunikasi antara lain:
a. Transmisi (Transmision), adalah menginginkan program disampaikan kepada seluruh pelaksana kebijakan, sasaran, dan bakhan pihak lain yang berkepentingan baik tidak langsung ataupun langsung.
b. Konsistensi (Consistency), supaya informasi jelas dan tidak bias sehingga membuat bingung semua pihak.
c. Dimensi kejelasan (Clarity) menginginkan supaya kebijakan yang di sampaikan kepada sasaran, pelaksana, dan pihak berkepentingan jelas sehingga, tujuan, maksud dan sasaran serta substansi masing-masing tau apa yang harus disiapkan agar program berjalan efisien dan efektif.
2. Sumberdaya, meliputi manusia, kewenangan dan peralatan, hal ini merupakan hal yang sangat penting.
3. Disposisi, merupakan watak atau sikap yang di punyai pelaksanana kebijakan/
program saat mengimplementasi program seperti komitmen, kejujuran, sifat demokratis.
4. Struktur Pelaksana, struktur pelaksana adalah struktur yang mempunyai tugas mengimplementasikan program seperti adanya SOP (standard operating procedures) dan fragmentasi atau pembagian tugas kepada setiap orang yang berada di struktur organisasi.
Kerangka Berpikir
Pelaksanaan PIK-R bisa dipengaruhi dengan 4 faktor yang dalam teori George Edward III dikenal sebagai alat ukurnya yaitu, disposisi, komunikasi, sumberdaya, dan struktur pelaksana. Oleh sebab itu kerangka pikir dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 1. Kerangka berpikir
Metode Penelitian
Jenis Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Menurut Moleong dalam Herdiansyah (2011:9), penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain, secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.
Alasan peneliti memilih metode penelitian kualitatif deskriptif ini dikarenakan penggalian informasi dilakukan dengan observasi, wawancara mendalam, dan telaah dokumen kepada informan yang terlibat dalam pelaksanaan PIK-R tahun 2018. Melalui informan diharapkan dapat menjelaskan Pelaksanaan Pusat Informasi & Konseling Remaja (PIK-R) , di Kampung KB Desa Bingkat, Kec. Pegajahan, Kab. Serdang Bedagai Tahun 2018.
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di Desa Bingkat, Kec. Pegajahaan, Kab.
Serdang Bedagai. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan September - November 2018.
Subjek Penelitian
Informan-informan yang dipilih memenuhi kriteria prinsip kesesuaian (approprianteness) dan kecukupan (adequacy) untuk memberikan informasi tentang Pelaksanaan Pusat Informasi & Konseling Remaja (PIK-R) , di Kampung
KB Desa Bingkat, Kec. Pegajahan, Kab. Serdang Bedagai Tahun 2018. Informan yang termasuk kriteria ini adalah Kepala Desa sebagai Pembina, PLKB, Ketua Pengurus PIK-R dan PPKBD Desa Bingkat sebagai pengelola, PS/KS, remaja anggota PIK-R, dan jumlah informan disesuaikan dengan kecukupan data yang dibutuhan.
Definisi Konsep
1. Komunikasi adalah proses penyampaian program dari pelaksana kepada organisasi dan/atau publik yang menjadi sasaran dan pihak yang berpengaruh terhadap penyelenggaraan program PIK-R. Komunikasi terdiri dari tiga dimensi:
a. Dimensi transmisi (transmission)
Menghendaki program PIK-R tidak hanya disampaikan kepada pelaksana, tapi kepada sasaran dan pihak yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung.
b. Dimensi kejelasan (clarity)
Menghendaki agar program PIK-R yang ditransmisikan kepada pelaksana, sasaran, dan yang berkepentingan secara jelas sehingga mereka mengerti maksud, tujuan, sasaran, serta substansi program sehingga masing-masing mengetahui apa yang mesti dipersiapkan serta dilaksanakan untuk mensukseskan kebijakan tersebut secara efektif dan efisien.
c. Dimensi konsistensi
Menghendaki agar informasi program PIK-R tidak simpang siur sehingga membingungkan pelaksana kepentingan, sasaran dan pihak-pihak yang berkepentingan.
23
2. Sumber Daya
a. Sumber daya manusia. Orang-orang yang menjadi pelaksana program PIK- R (pengurus PIK-R dan pembina).
b. Anggaran. Semua dana yang dibutuhkan dalam pelaksanaan program PIK- R.
c. Sarana dan Prasarana. Tempat, dan alat-alat yang dibutuhukan dalam pelaksanaan PIK-R.
3. Disposisi/Sikap Pelaksana Program PIK-R
Watak dari pada pelaksana program PIK-R jika watak pelaksana baik seperti jujur, demokratis, dan memiliki watak baik lainya maka PIK-R akan berjalan baik.
4. Struktur Pelaksana
a. Pedoman Pelaksanaan PIK-R. Standar operasional untuk melaksanakan program PIK-R.
b. Fragmentasi. Fragmentasi atau pembagian tugas kepada setiap orang yang berada di struktur organisasi untuk melaksanakan program PIK-R.
Metode Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan cara yang digunakan peneliti untuk mendapatkan data dalam suatu penelitian.
1. Observasi
Observasi merupakan informasi yang diperoleh dari hasil pengamatan pada ruang (tempat), pelaku, kegiatan, objek, perbuatan, kejadian atau peristiwa, waktu, dan perasaan, untuk menyajikan gambaran realistis perilaku atau kejadian untuk menjawab pertanyaan, untuk membantu mengerti perilaku manusia, dan untuk
mengevaluasi melakukan pengukuran terhadap aspek tertentu serta melakukan umpan balik terhadap pengukuran tersebut. Sesuai dengan objek penelitian maka peneliti memilih observasi partisipasif yang bersifat pasif. Observasi partisipasif yang bersifat pasif adalah observasi dimana peneliti datang ditempat kegiatan orang yang diamati, tetapi tidak ikut terlibat dalam kegiatan tersebut.
Observasi dilakukan dengan mengamati dan mencatat konteks, konten, proses, dan actor dalam Pelaksanaan PIK-R. Konteks yang diobservasi adalah kapan dan dimana PIK-R dilakukan, apakah PIK-R berjalan dengan rutin atau tidak. Konten yang di observasi adalah materi yang disampaikan dalam proses pemberian informasi dan konseling, pelaporan dan kegiatan advokasi dilakukan sesuai dengan materi yang ditentukan oleh pedoman pelaksanaan. Aktor atau orang yang terlibat dalam berlangsungnya PIK-R menjadi bahan observasi, untuk melihat kontribusinya dalam kegiatan PIK-R.
2. Wawancara
Wawancara adalah alat re-cheking atau pembuktian terhadap informasi atau keterangan yang diperoleh sebelumnya. Teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian kualitatif adalah wawancara mendalam. Wawancara mendalam adalah proses memperoleh data primer dengan menggunkan pedoman wawancara dan diarahkan sesuai dengan kebutuhan dalam mengidentifikasi sumber daya. Jadi dengan wawancara akan diketahui hal-hal yang lebih mendalam tentang partisipan dalam mengintepretasikan situasi dan fenomena yang terjadi, hal ini tidak bisa ditemukan melalui observasi.
25
3. Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi adalah teknik pengumpulan data melalui pencarian dan penemuan bukti-bukti yang tidak langsung ditujukan pada subjek penelitian melalui dokumen. Pada penelitian ini peneliti mengambil data sekunder berupa Profil Kesehatan Kab. Serdang Bedagai, SK Penetapan Kampung KB Kec.
Pegajahan, SK Pengangkatan Pengurus Pusat Informasi & Konseling Remaja (PIK-R) Desa Bingkat, Program PIK-R Desa Bingkat, serta literatur-literatur yang mendukung penelitian seperti peraturan dan keputusan yang dikeluarkan Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, Peraturan Daerah Kabupaten Serdang Bedagai dan lain-lain.
4. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomenal alam maupun sosial yang diamati. Pada penelitian kualitatif, instrument utama penelitiannya adalah peneliti sendiri dengan menggunakan pedoman wawancara dan alat bantu berupa alat tulis dan handphone sebagai alat perekam suara dan foto.
Metode Analisis Data
Pengukuran. Metode pengukuran penelitian ini menggunakan triangulasi.
Triangulasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah triangulasi sumber data.
Triangulasi sumber data dilakukan dengan membandingkan dan mengecek baik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan cara yang berbeda dalam metode kualitatif yang dilakukan dengan:
1. Membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara.
2. Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi.
3. Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakan sepanjang waktu.
4. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang lain.
5. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan (Bungin, 2011).
Analisis data. Adapun metode analisis menggunakan metode analisis data yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman yang mencakup tiga kegiatan yang bersamaan, yaitu:
1. Reduksi data
Reduksi data merupakan proses pemilihan, pemusatan perhatian, pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis dilapangan. Dalam proses reduksi ini peneliti benar- benar mencari data yang benar-benar valid.
2. Penyajian Data
Penyajian data merupakan sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Bentuk penyajian berupa teks naratif, matriks, grafik, jaringan, dan bagan yang bertujuan untuk memudahkan membaca dan menarik kesimpulan.
3. Penarikan kesimpulan dalam tahap ini, peneliti membuat rumusan yang terkait dengan prinsip logika, mengangkatnya sebagai temuan penelitian, kemudian dilanjutkan dengan mengkaji secara berulang-ulang terhadap data yang ada,
27
pengelompokkan data yang telah terbentuk dan kemudian disimpulkan (Miles dan Huberman, 2007).
Selain menggunakan cara manual, anaisis data akan menggunakan aplikasi QDA, sebuah aplikasi pengolah data penelitian kualitatif.
Hasil dan Pembahasan
Deskripsi Daerah Penelitian
Letak geografis Desa Bingkat. Desa Bingkat terdiri dari 10 (sepuluh) dusun dengan luas + 595,96 Ha dengan batas-batas sbb:
a. Sebelah Utara berbatasan dengan PTPN II Kebun Melati b. Sebelah Selatan berbatasan dengan PTPN IV Kebun Adolina c. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Pegajahan / Sukasari d. Sebelah Barat berbatasan dengan PTPN IV Kebun Adolina
Gambaran umum Dusun V dan Dusun VIII Desa Bingkat. Dusun V dan VIII Desa Bingkat, Kecamatan Pegajahaan yang telah ditetapkan sebagai Kampung KB di Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2017 dengan gambaran sebagai berikut :
Dusun V. Gambarannya yaitu :
1. Luas Dusun : ± 32Ha
Jumlah KK (Kepala keluarga) : ± 117KK
Jumlah Penduduk : ± 438Jiwa
(Laki-laki ± 240 jiwa, Perempuan ± 198 jiwa) Batas Wilayah
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Dusun Bersama b. Sebelah Selatan Berbatasan dengan Dusun XI
Sebelah Agama Islam : ± 438 Jiwa Agama Kristen/Protestan : ± - Jiwa c. Barat berbatasan dengan Dusun I
29
d. Sebelah Timur berbatasan dengan Dusun XB 2. Mata Pencaharian Dusun V adalah :
Nelayan : ± - Jiwa
Petani : ± 52 Jiwa
PNS : ± 1 Jiwa
Pegawai Swasta : ± 61 Jiwa
Pedagang : ± 10 Jiwa
Penduduk lainnya pengangguran atau kerja serabutan (mocok-mocok) 3. Pendidikan penduduk Dusun V adalah sebagai berikut :
a. Sekolah Dasar (SD) : ± 123 Anak b. Sekolah Menengah Pertama (SMP) : ± 77 Anak c. Sekolah Menengah Atas (SMA) : ± 69 Anak
d. Sarjana : ± 6 Anak
4. Anak Putus sekolah Dusun V adalah :
a. Putus SD : ± 3 Anak
b. Putus SMP : ± 6 Anak
5. Jumlah Remaja Dusun V adalah : ± 103 orang 6. Jumlah kader kelompok kegiatan :
- Kelompok BKB : 8 orang - Kelompok BKR : 7 orang - Kelompok BKL : 8 orang - Kelompok UPPKS : 7 orang - Kelompok PIK-R : 12 orang
Dusun VIII. Gambarannya yaitu :
1. Jumlah KK (Kepala keluarga) : ±261 KK 2. Jumlah Penduduk : ± 1048 jiwa
(Perempuan 550 orang, laki-laki 49 orang)
3. Luas Dusun : ± 82 Ha
4. Batas Wilayah :
- Sebelah Utara berbatasan dengan Kebun Melati PTPN II - Sebelah Selatan Berbatasan dengan Kebun Adolina PTPN IV - Sebelah Barat berbatasan dengan Dusun BT 50
- Sebelah Timur berbatasan dengan Dusun X.A 5. Mata Pencaharian Dusun VIII adalah :
- Petani : ± 115 Jiwa
- PNS : ± 5 Jiwa
- Pegawai Swasta : ± 12 Jiwa - Pedagang : ± 10 Jiwa
- Sisa Penduduk lainnya pengangguran/ kerja serabutan (mocok-mocok) 6. Pendidikan penduduk Dusun VIII adalah :
- Sekolah Dasar (SD) : 97 Anak - Sekolah Menengah Pertama (SMP) : 45 Anak - Sekolah Menengah Atas (SMA) : 51 Anak
- Sarjana : 18 Anak
7. Anak Putus sekolah Dusun VIII adalah sbb : - Putus SD : ± 6 Anak - Putus SMP : ± 25 Anak
31
- Putus SMA : ± 13 Anak
8. Jumlah Remaja Dusun VIII adalah : ± 127 orang 9. Jumlah kader kelompok kegiatan :
- Kelompok BKB : 8 orang - Kelompok BKR : 9 orang - Kelompok BKL : 8 orang - Kelompok UPPKS : 9 orang - Kelompok PIK-R : 12 orang Karakteristik Informan
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan pedoman wawancara terhadap informan yang dijadikan narasumber penelitian. Jumlah informan dalam penelitian ini adalah sebanyak 6 orang. Adapun informan tersebut yaitu : 1 orang Kepala Desa Bingkat, 1 orang PLKB, 1 orang PPKBD Bingkat, 1 Pendidik Sebaya, 1 orang Konselor Sebaya sekaligus Ketua PIK-R, I orang Anggota PIK- R.
Adapun karakteristik informan dari hasil penelitian dapat dilihat dari tabel berikut :
Tabel 1
Karakteristik Informan PIK-R Analisis Komponen Komunikasi
Menurut George Edward III (dalam Widodo, 2010) Komunikasi diartikan sebagai proses penyampaian informasi komunikator kepada komunikan.Hal ini menyangkut bagaimana program dikomunikasikan kepada organisasi dan/atau publik. Implementor harus mengetahui apa yang harus dilaksanakan, apa yang menjadi tujuan dan sasaran sehingga mengurangi distorsi implementasi. Jika tujuan dan sasaran tidak jelas dan bahkan tidak diketahui sama sekali oleh kelompok sasaran maka kemungkinan akan menjadi resistensi dari kelompok sasaran.
Dalam hal ini, informasi yang dimaksudkan adalah pengertian dan rencana program PIK-R kepada pihak pelaksana program, sasaran program dan pihak yang berkepentigan. Dalam penelitian ini didapati fenomena dan data yang menunjukan adanya dimensi-dimensi komunikasi seperi yang disampaikan Goerge Edward III.Komunikasi memiliki beberapa dimensi yaitu, Dimensi transmisi (transmission), Dimensi kejelasan (clarity), Dimensi konsistensi.
Nama Jabatan Usia Lulusan
Rusdi, S.T. Kepala Desa Bingkat
37 Tahun S1 Teknik Mesin Desi Nurhayati Daulay,
AM.Keb
PLKB 32 Tahun DIII
Kebidanan
Eva Susanti PPKBD 38 Tahun SMA
Sri Novita Pendidik Sebaya 17 Tahun SMP
Anton Ketua PIK-
R/Konselor Sebaya
18 Tahun SMP
Wulan Anggota PIK-R 15 Tahun SMP
33
Dimensi transmisi. Dimensi transmisi (transmission) yaitu menghendaki agar program tidak hanya disampaikan kepada pelaksana kebijakan namun juga disampaikan kepada kelompok sasaran dan pihak lain yang berkepentingan baik secara langsung maupun tidak langsung.
Transmisi dalam pelaksannan program PIK-R berupa penyampaian atau pengiriman informasi dari dinas P3KBP4A atau UPT KB dan PLKB kepada pelaksana program kemudian diteruskan kepada masyarakat.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan terhadap informan diperoleh informasi:
“….Kan waktu pembentukan Kampung KB, sekalian pembentukan PIK-R juga jadi Ibu Desi dan orang dinas KB jelasin juga ke kami apa yang mau di kerjakan kalau desa ini jadi kampung KB. Selain itu saya pernah juga itu sosialisasi di kabupaten tentang Kampung KB.” (Informan 1) Pernyataan tersebut di ikuti oleh pernyataan oleh informan 5.
“Yang ku tahu bang, ibu desi sering ngajari kami tentang bahaya narkoba, terus tentang usia perkawinan, sama bahaya sex bebas bang.ya selain itu kegiatan kami di pengajian lah bang” (Informan 5)
Hal serupa juga disampaikan oleh Anggota PIK-R sebagai sasaran program PIK-R itu sendiri.
“PIK-R Itu apa ya bang, pokoknya itu kami diajarkan sama Bu Desi bang jangan pake narkoba, sex bebas bang. Ya itupun gak sering-sering bang.waktu kami pengajian ibu itu suka datang”
Berdasarkan uraian di atas diketahui bahwa transmisi atau proses penyampaian informasi dilakukan oleh pihak PLKB dan Dinas P2KBP4A Kab.
Serdang Bedagai berjalan dengan baik dan dilaksanakannya kegiatan sosialisasi adalah untuk memberikan penjelasan mengenai pengertian PIK-R , tujuan serta manfaat program, agar masyarakat khususnya para remaja dan pihak desa dapat
mengerti tentang pelaksanaan PIK-R. Pelaksanaan sosialisasi PIK-R dilakukan secara langsung yaitu dengan bertatap muka langsung antara PLKB dengan masyarakat yang bersangkutan, yaitu para anggota PIK-R, Pengurus dan Perangkat Desa.
Berdasarkan hasil penelitian Edward III yang dirangkum dalam Winarno (2005:127). Terdapat beberapa hambatan umum yang biasa terjadi dalam transmisi komunikasi yaitu ”Pertama, terdapat pertentangan antara pelaksana kebijakan dengan perintah yang dikeluarkan oleh pembuat kebijakan. Pertentangan seperti ini akan mengakibatkan distorsi dan hambatan yang langsung dalam komunikasi kebijakan. Kedua, informasi yang disampaikan melalui berlapis-lapis hierarki birokrasi. Distorsi komunikasi dapat terjadi karena panjangnya rantai informasi yang dapat mengakibatkan bias informasi. Ketiga, masalah penangkapan informasi juga diakibatkan oleh persepsi dan ketidakmampuan para pelaksana dalam memahami persyaratan-persyaratan suatu kebijakan”.
Hasil dari transmisi yang dilakukan oleh pihak PLKB dan dinas P2KBP4A, memang pesan disampaikan namun pengetahuan dan pengertian pihak yang manjadi sasaran masih belum terlalu baik. Pengertian dasar dapat dipahami dan dimengerti namun pengertian hingga sampai memahami hal yang dimaksud masih kurang,
Dimensi kejelasan. Dimensi kejelasan (clarity) yaitu menghendaki agar kebijak an yang ditransmisikan kepada pelaksana, target group, dan yang berkepentingan secara jelas sehingga mereka mengerti maksud, tujuan, sasaran, serta substansi program sehingga masing-masing mengetahui apa yang mesti dipersiapkan serta dilaksanakan untuk mensukseskan kebijakan tersebut secara
35
efektif dan efisien. Informasi yang diberikandalam pelaksanaan suatu komunikasi harus konsisten dan jelas, jika nformasi yang diberikan sering berubah-ubah, maka dapat menimbulkan kebingungan bagi pelaksana di lapangan
Dalam wawancara dan observasi peneliti mendapati bahwa, unsur-unsur kejelasan menjadi hal yang muncul. Semua warga mengetahui adanya kegiatan atau program kampung KB dan memiliki semangat dalam menjalankanya.
Diharapkan melalui jelasnya informasi yang disampaikan dapat berdampak besar terhadap pelaksanaan PIK-R.
Hasil wawancara yang dilakukan terhadap Ketua PIK-R dan Kepala Desa diperoleh informasi:
“PIK-R itu tempat belajar bang, kami diajarkan tentang bebas narkoba, jangan buat sex bebas, sama pernikahan dini bang. Kami juga ada kegiatan- kegiatan kayak drama untuk maulid trus kmaren sempat mau tampil di kabupaten bang”. (Informan 5)
Berdasarkan hasil wawancara dengan ketua PIK-R, ketua mendapatkan informasi yang jelas dari pembina PIK-R yang merupakan PLKB. Ketua memahami maksud, tujuan dan gambaran pelaksanaan PIK-R, sehingga dapat mengerti dan mengehatui apa yang akan mereka lakukan di dalam pelaksanaan PIK-R.
Hal serupa juga dinyatakan oleh informan 1 dan informan 6 sebagaimana narasi dibawah ini:
“Ya,PIK-R adalah wadah untuk remaja bisa belajar, biar sehat dan mendapat pengetahuan. Mereka juga bisa berkarya didalamnya. Tujuanya, biar anak-anak tau bahaya Narkoba, Seks Bebas, biar mereka tau cara sehat. (Informan 1)
Dari pernyataan di atas diketahui bahwa pelaksana dan Pembina dalam hal ini adalah kepala desa sudah mengetahui tentang PIK-R. Informasi yang
didapatkan oleh pihak yang melaksanakan PIK-R adalah tentang kejelasan pengertian, tujuan, dan gambaran kegiatan yang dilakukan dalam wadah PIK-R itu sendiri seperti tentang materi Triad KRR yang menjadi salah satu tujuan utama dalam PIK-R dan kegiatan tambahan yang berakaitan dengan kegiatan kratifitas yang positif sehingga informasi yang didapatkan masyarakat sudah cukup jelas dan tidak membingungkan.
Infromasi yang didapatkan sudah jelas namun sisi lain kejelasan informasi tersebut tidak serta-merta membuat setiap pihak menjalankan apa yang mereka pahami. Sehingga kejelasan yang diterima tidak berubah menjadi sebuah motivasi untuk melaksanakanya.sehingga tidak sinkronya antara pengetahuan dan tindakan.
Dimensi konsistensi. Dimensi konsistensi (consistency) yang diperlukan agar informasi tidak simpang siur sehingga membingungkan pelaksana kepentingan, target group dan pihak-pihak yang berkepentingan. Jika perintah yang diberikan sering berubah-ubah, maka dapat menimbulkan kebingungan bagi pelaksana di lapangan.
Petugas KB diharapkan memberikan informasi dengan konsisten kepada sasaran program. Dengan konsisten, sasaran dapat menentukan sikap dan padanganya. Bagi orang-orang atau sasaran yang belum mendapatkan pemahaman dapat mendatangi tempat-tempat perberian informasi yang secara konsisten diberikan dan terjadwal.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan terhadap informan diperoleh informasi:
“Melalui penyuluhan dek, kita juga siapkan media nya kan.pake infokus.trus ada buku peraga, buku saku yang kita kasih ke pengurusnya
37
dek.nah untuk ketua kmaren itu ikut sosialisasi juga di kabupaten dia”.
(Informan 2)
Dari informasi yang didapat dari infroman 2, didapatkan bahwa pemberian informasi dilakukan dengan penyuluhan. Materi yang diberikan menggunakan media yang menarik dan gampang dipahami, dan selain itu pihal PLKB dan dinas P3KBP4A juga memberi kesempatan untuk pengurus mendapatkan pelatihan.
Hasil dari informan 6 didapati infromasi:
“dari ibu eva sama bu desi lah semua bang, apalagi bu eva kan mamaknya kawan kami.jadi rajin dia kasih tau kami bang”. (Informan 6)
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang peneliti lakukan pemberian informasi PIK-R belum dilakukan secara konsisten, sosialisasi belum dilakukan secara rutin oleh pelaksana dan Pembina karena masih belum terjadwal.
Informasi yang dilakukan tidak dengan konsistensi kadang mebuat bingung para peserta PIK-R. Peserta tidak bisa menyesuaikan waktu mereka secara rutin,dikarena kan waktu yang berubah, dan hal ini sering menjadi alasan antar kedua belah pihak yaitu pembina dan peserta atau anggota.
Terlihat dari jadwal sosialisasi yang tidak pasti setiap bulannya dan masih bersifat melihat peluang. Maka dapat disimpulkan halini belum sesuai dengan apa yang dikatakan Edward bahwa komunikasi suatu kebijakan harus konsisten dan jelas untuk ditetapkan atau dijalankan.
Konsistensi pada penyampaian program tidak terlihat dari segi waktu, namun wawancara juga dilakukan untuk melihat konsistensi dari segi materi.
Berdasarkan wawancara diketahui:
“PIK-R itu pusat informasi dan konseling remaja, hehe akh taulah Alex kan..Pokoknya kita di dalam dia ajari tentang triad KRR. Yaitu anti sex pranikah, Pernikahan Usia dini, dan Narkoba”. (Informan 2)
“PIK-R itu tempat belajar bang, kami diajarkan tentang bebas narkoba, jangan buat sex bebas, sama pernikahan dini bang. Kami juga ada kegiatan-kegiatan kayak drama untuk maulid trus kmaren sempat mau tampil di kabupaten bang”. (Informan 5)
Hasil wawancara menunjukan bahwa informasi yang diberikan sudah konsisten, informan 2 dan informan 5 mendapatkan pengertian yang sama tentang PIK-R. Hal ini dianggap mewakili sasaran lainya, sehingga dari segi materi disimpulkan sudah konsisten.
Analisis Komponen Sumber Daya
Sumber daya merupakan hal yang penting dalam implementasi. Apabila implementor kekurangan sumber daya untuk melaksanakan maka implementasi tidak akan berjalan dengan efektif. Sumber daya ini meliputi sumber daya manusia, sumber daya anggaran dan sumber daya peralatan.
Sumber daya manusia. Menurut Hidayah (2012) Sumber daya manusia menjadi sumber daya utama dalam mengimplementasikan sebuah program/kebijakan. Kegagalan yang sering terjadi dalam implementasi salah satunya disebabkan oleh staff yang tidak memadai atau mencukupi bahkan tidak berkompeten di bidangnya. Berdasarkan hasil observasi, yang menjadi sumber daya manusia atau pelaksana program PIK-R adalah
1. Pembina : PPKBD.PLKB, KEPALA DESA 2. Ketua : Anton
3. Wakil Ketua : Randi 4. Sekretaris : Reza 5. Bendahara : Wulan
6. Seksi penyuluh : 8 orang (Konselor dan Pendidik)
39
Terkait sumber daya manusia, jumlah yang dibutuhkan sudah cukup untuk menjalankan PIK-R itu sendiri. Jumlah sumberdaya manusia untuk pelaksana program sudah terpenuhi oleh PIK-R Kecamatan Pegajahan, sesuai dengan pedoman buku Panduan pengelolaan PIK-R .
Sebagai PIK-R yang masih baru dibentuk, terpenuhinya setiap posisi dalam kepengurusan adalah sesuatu yang baik.Dengan terpenuhinya jumlah sumber daya manusia diharapkan pelaksanaan dapat berjalan dengan fungsinya, namun kenyataanya jumlah sumberdaya yang cukup tidak diikuti dengan kompetensi sumberdaya itu sendiri, sehingga kinerja yang dihasilkan kurang maksimal.
Menurut Edward III dalam Agustino (2006:158-159), sumber daya merupakan hal penting dalam implementasi kebijakan yang baik. Indikator- indikator yang digunakan untuk melihat sejauhmana sumber daya mempengaruhi implementasi kebijakan terdiri dari:
Staf. Sumber daya utama dalam implementasi kebijakan adalah staf atau
pegawai (street-level bureaucrats). Kegagalan yang sering terjadi dalam implementasi kebijakan, salah-satunya disebabkan oleh staf/pegawai yang tidak cukup memadai, mencukupi, ataupun tidak kompeten dalam bidangnya.
Penambahan jumlah staf dan implementor saja tidak cukup menyelesaikan persoalan implementasi kebijakan, tetapi diperlukan sebuah kecukupan staf dengan keahlian dan kemampuan yang diperlukan (kompeten dan kapabel) dalam mengimplementasikan kebijakan.
Informasi. Dalam implementasi kebijakan, informasi mempunyai dua bentuk yaitu: pertama, informasi yang berhubungan dengan cara melaksanakan