• Tidak ada hasil yang ditemukan

s mat 050318 chapter4

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "s mat 050318 chapter4"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini akan membahas hasil penelitian dan pembahasannya. Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan komunikasi matematis

siswa SMP kelas VIII melalui metode Personalized System of Instruction (PSI).

Dalam penelitian ini digunakan dua kelas yaitu kelas eksperimen sebagai kelas

yang mendapatkan pembelajaran melalui metode Personalized System of

Instruction (PSI) dan kelas kontrol sebagai pembanding yang mendapatkan

metode ekspositori.

Data yang diperoleh dari hasil penelitian ini adalah data kuantitatif dan

data kualitatif. Data kuantitatif diperoleh dari tes kemampuan komunikasi

matematis dan data kualitatif diperoleh dari angket siswa, lembar observasi, dan

jurnal. Pengolahan data kuantitatif dilakukan dengan menggunakan bantuan

software statistical product and service solution (SPSS) v20-32 bit for windows.

Proses penelitian dilakukan selama 2 minggu, dimulai pada tanggal 22 Juli

2012 dan berakhir pada tanggal 3 Agustus 2012. Dalam penelitian ini yang

menjadi populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 8

Bandung. Dari delapan kelas yang ada, yakni kelas VIII-A sampai kelas VIII-H

peneliti mengambil dua kelas sebagai sampel secara acak. Dengan demikian

sebagai sampel pada penelitian diperoleh dua kelas yaitu kelas VIII-F dan kelas

VIII-G. Satu kelas yaitu kelas VIII-F digunakan sebagai kelas kontrol dan kelas

(2)

(pretest) untuk melihat kemampuan awal kedua kelas dan setelah pembelajaran

selesai diberikan tes akhir (post test) untuk melihat kemampuan siswa setelah

pembelajaran pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.

A.Hasil Penelitian

1) Analisis Hasil Tes

Analisis data hasil tes dilakukan untuk menguji hipotesis “Peningkatan

kemampuan komunikasi matematis siswa yang menggunakan pembelajaran

matematika dengan metode Personalized System of Instruction (PSI) lebih

tinggi daripada siswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode

ekspositori”. Sebelum peneliti melakukan pengujian terhadap hipotesis

penelitian, terlebih dahulu akan dianalisis mengenai normalitas dan

homogenitas data, baik dari kelas kontrol maupun kelas eksperimen. Data

yang akan dianalisis adalah hasil tes kemampuan komunikasi matematis

yaitu pretest, postest, dan indeks gain.

a. Analisis Data Pretes

Peneliti menganalisis data pretes menggunakan program komputer

software SPSS v20-32 bit for windows. Berikut hasil perhitungan statistik

deskriptif pretest kelas eksperimen dan kontrol.

Tabel 4.1

Deskripsi Statistik Skor Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Kelompok Mean SMI Std.

Deviasi Minimum Maksimum

Pretest Kontrol 17,36 100 6,60 0,00 30,00

(3)

Berdasarkan tabel 4.1 diperoleh bahwa standar deviasi kelompok

kontrol adalah 6,60, rata-ratanya 17,36, dengan skor minimumnya 0,00 dan

maksimum 30,00 sedangkan untuk kelompok eksperimen standar deviasi

mencapai 8,65, rata-ratanya 19,5, dengan skor minimumnya 0,00 dan

maksimumnya 42,00.

1.Uji Normalitas Data Pretes

Untuk menguji normalitas data pretes, digunakan uji statistik

Shapiro-wilk. Dikarenakan data yang digunakan lebih dari 30 buah maka untuk uji

normalitas menggunakan uji Sahpiro-wilk. Uji normalitas dilakukan untuk

mengetahui apakah skor pretes yang diperoleh dari kelas eksperimen dan

kelas kontrol berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak.

Hipotesis:

Pasangan hipotesis nol dan hipotesis tandingannya adalah:

H0 : Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal

H1 : Sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal

Dengan menggunakan taraf signifikansi 5% maka kriteria pengujiannya

adalah “Jika probabilitas (Sig.) ≥ 0,05 maka H0 diterima”. Hasil pengujian

statistik dapat dilihat dari Tabel 4.2

Tabel 4.2

Uji Normalitas Nilai Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

(4)

Kriteria Pengujian:

Berdasarkan hasil pengujian statistik diperoleh signifikansi uji

Shapiro-wilk untuk kelompok kontrol adalah 0,221 dan untuk kelompok eksperimen

0,003. Berdasarakan kriteria pengujian maka H0 diterima untuk kelompok

kontrol dan H0 ditolak untuk kelompok eksperimen.

Dari hasil pengujian Shapiro-wilk dapat disimpulkan bahwa data pretes

kelompok kontrol berdistribusi normal dan data pretes kelompok

eksperimen tidak berdistribusi normal. Karena salah satu sampel tidak

berdistribusi normal, maka tidak dilakukan uji homogenitas varians.

Sehingga pengujian yang dilakukan selanjutnya adalah uji kesamaan dua

rata-rata dengan menggunakan uji non-parametrik yaitu uji Mann-Whitney.

2. Uji Kesamaan Dua Rata-rata Skor Pretes

Uji kesamaan dua rata-rata dalam penelitian ini menggunakan uji

non-parametrik Mann-Whitney. Hipotesis dalam pengujian kesamaan dua

rata-rata dirumuskan sebagai berikut:

H0: Tidak terdapat perbedaan rata-rata kemampuan awal yang signifikan

antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol.

H1: Terdapat perbedaan rata-rata kemampuan awal yang signifikan antara

(5)

Pasangan hipotesis tersebut bila dirumuskan dalam bentuk hipotesis

statistik adalah sebagai berikut:

H0 :

µ

E =

µ

K

H1 :

µ

E

µ

K

Keterangan :

µ

E : rata-rata skor pretest kelas eksperimen

µ

K : rata-rata skor pretest kelas kontrol

Dengan menggunakan taraf signifikansi 5% maka kriteria pengujiannya

“Jika probabilitas (Sig.) ≥ 0,05 maka H0 diterima”. Hasil pengujian statistik

dapat dilihat dalam Tabel 4.3

Tabel 4.3

Uji Kesamaan Dua Rata-rata Mann Whitney

Nilai Mann-Whitney U

Wilcoxon W Asymp. Sig. (2-side test)

1.169,000 2.072,000

0,148

Berdasarkan pengujian statistik diperoleh (Sig.) uji Mann-Whitney

sebesar 0,148 ≥ 0,05 artinya H0 diterima. Hal ini berarti, tidak terdapat

perbedaan rata-rata kemampuan awal yang signifikan antara kelompok

kontrol dengan kelompok eksperimen atau dengan kata lain kemampuan

(6)

b. Analisis Data Postest

Penulis menggunakan program komputer software SPSS v20-32 bit for

windows untuk memudahkan penulis dalam menganalisis data postest.

Tabel 4.4

Deskripsi Statistik Skor Postest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Kelompok Mean SMI Std.

Deviasi Minimum Maksimum

Postest Kontrol 29,60 100 9,52 2,00 48,00

Eksperimen 35,90 100 9,58 20,00 55,00

Berdasarkan Tabel 4.4 diperoleh bahwa standar deviasi kelompok

kontrol adalah 9,52, rata-ratanya 29,60, dengan skor minimumnya 2,00 dan

maksimum 48,00 sedangkan untuk kelompok eksperimen standar deviasi

mencapai 9,58, rata-ratanya 35,90, dengan skor minimumnya 20,00 dan

maksimumnya 55,00. Selanjutnya akan diuji normalitas dari kedua kelas

penelitian yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol.

1. Uji Normalitas Data Postest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Untuk menguji normalitas data postes, digunakan uji statistik

Shapiro-wilk. Dikarenakan data yang digunakan lebih dari 30 buah maka untuk uji

normalitas menggunakan uji Sahpiro-wilk. Uji normalitas dilakukan untuk

mengetahui apakah skor postes yang diperoleh dari kelas eksperimen dan

kelas kontrol berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak.

Pasangan hipotesis nol dan hipotesis tandingannya adalah:

H0 : Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal

(7)

Dengan menggunakan taraf signifikansi 5% maka kriteria pengujiannya

adalah “Jika probabilitas (Sig.) ≥ 0,05 maka H0 diterima”. Hasil pengujian

statistik dapat dilihat dari tabel 4.5

Tabel 4.5

Uji Normalitas Nilai Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Test of Normality

Berdasarkan hasil pengujian statistik diperoleh signifikansi uji

Shapiro-wilk untuk kelompok kontrol adalah 0,523 dan untuk kelompok eksperimen

0,040. Berdasarakan kriteria pengujian maka H0 diterima untuk kelompok

kontrol dan H0 ditolak untuk kelompok eksperimen.

Dari hasil pengujian Shapiro-wilk dapat disimpulkan bahwa data postes

kelompok kontrol berdistribusi normal dan data postes kelompok

eksperimen tidak berdistribusi normal. Karena salah satu sampel tidak

berdistribusi normal, maka tidak dilakukan uji homogenitas varians.

Sehingga pengujian yang dilakukan selanjutnya adalah uji kesamaan dua

(8)

2. Uji Kesamaan Dua Rata-rata Skor Postes Kelas Eksperimen dan

Kelas Kontrol

Uji kesamaan dua rata-rata dalam penelitian ini menggunakan uji

non-parametrik Mann-Whitney. Hipotesis dalam pengujian kesamaan dua

rata-rata dirumuskan sebagai berikut:

H0: Tidak terdapat perbedaan rata-rata kemampuan awal komunikasi

matematis antara siswa yang memperoleh metode Personalized

System of Instruction (PSI) dengan siswa yang memperoleh model

konvensional

H1: Kemampuan komunikasi matematis antara siswa yang

menggunakan metode Personalized System of Instruction (PSI)

lebih baik dibandingkan dengan siswa yang menggunakan model

konvensional

Pasangan hipotesis tersebut bila dirumuskan dalam bentuk hipotesis

statistik adalah sebagai berikut:

H0 :

µ

E =

µ

K

H1 :

µ

E >

µ

K

Keterangan :

µ

E : rata-rata skor postest kelas eksperimen

µ

K : rata-rata skor postest kelas kontrol

Dengan menggunakan taraf signifikansi 5% maka kriteria pengujiannya

“Jika probabilitas (Sig.) ≥ 0,05 maka H0 diterima”. Hasil pengujian statistik

(9)

Tabel 4.6

Uji Kesamaan Dua Rata-rata Mann Whitney

Nilai

bahwa kemampuan komunikasi matematis antara siswa yang menggunakan

metode Personalized System of Instruction (PSI) lebih baik dibandingkan

dengan siswa yang menggunakan metode ekspositori.

.

c. Analisis Nilai Indeks Gain

Kemampuan komunikasi matematis antara siswa kelompok kontrol dan

kelompok eksperimen setelah pembelajaran sudah diketahui pada analisis

postes dengan kesimpulan bahwa kemampuan komunikasi matematis siswa

pada kelompok eksperimen berbeda dengan siswa pada kelompok kontrol.

Oleh karena itu analisis gain hanya dilakukan untuk mengetahui kualitas

peningkatan kemampuan komunikasi matematis pada kelompok eksperimen

dan kelompok kontrol setelah mengikuti pembelajaran dengan

menggunakan metode Personalized System of Instruction (PSI) dan metode

ekspositori.

Sebelum dianalisis, data gain diubah ke dalam bentuk indeks gain

berdasarkan rumus yang telah diketahui. Untuk mengetahui seberapa besar

(10)

dan kelompok kontrol cukup dilihat nilai rata-rata indeks gain pada kedua

kelompok tersebut. Dengan menggunakan software SPSS 20.0 for windows,

diperoleh:

Tabel 4.7

Nilai Rata-rata Indeks Gain

Mean N Kriteria

Kontrol 0,15 42 Rendah

Eksperimen 0,20 42 Rendah

Pada Tabel 4.7 diatas dapat dilihat bahwa nilai rata-rata indeks gain

untuk kelompok kontrol adalah 0,15 dimana berdasarkan Tabel 3.9

termasuk dalam kriteria rendah sedangkan nilai rata-rata indeks gain untuk

kelompok eksperimen adalah 0,20 yang berdasarkan Tabel 3.9 termasuk

dalam kriteria rendah. Dari hasil Tabel 4.7 dapat disimpulkan bahwa nilai

rata indeks gain kelompok eksperimen lebih tinggi daripada nilai

rata-rata indeks gain kelompok kontrol.

1. Uji Normalitas Nilai Indeks Gain Kelas Eksperimen dan Kelas

Kontrol

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah nilai indeks gain

yang diperoleh dari kelas eksperimen dan kelas kontrol berasal dari populasi

yang berdistribusi normal atau tidak.

Hipotesis:

Pasangan hipotesis nol dan hipotesis tandingannya adalah:

H0 : Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal

(11)

Dengan menggunakan taraf signifikansi 5% maka kriteria pengujiannya

adalah “Jika probabilitas (Sig.) ≥ 0,05 maka H0 diterima”. Hasil pengujian

normalitas dapat dilihat dari Tabel 4.8

Tabel 4.8

Uji Normalitas Gain Pretes-Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Berdasarkan hasil pengujian statistik diperoleh signifikansi uji

Shapiro-wilk untuk kelompok kontrol adalah 0,042 dan untuk kelompok eksperimen

0,096. Berdasarakan kriteria pengujian maka H0 ditolak untuk kelompok

kontrol dan H0 diterima untuk kelompok eksperimen.

Dari hasil pengujian Shapiro-wilk dapat disimpulkan bahwa data indeks

gain kelompok kontrol berdistribusi tidak normal dan data indeks gain

kelompok eksperimen berdistribusi normal. Karena salah satu sampel tidak

berdistribusi normal, maka tidak dilakukan uji homogenitas varians.

Sehingga pengujian yang dilakukan selanjutnya adalah uji kesamaan dua

(12)

2. Uji Kesamaan Dua Rata-rata Skor Postes Kelas Eksperimen dan

Kelas Kontrol

Uji kesamaan dua rata-rata dalam penelitian ini menggunakan uji

non-parametrik Mann-Whitney. Hipotesis dalam pengujian kesamaan dua

rata-rata dirumuskan sebagai berikut:

H0: Tidak terdapat perbedaan peningkatan kemampuan komunikasi

matematis antara siswa yang memperoleh metode Personalized

System of Instruction (PSI) dengan siswa yang memperoleh metode

ekspositori

H1: Peningkatan kemampuan komunikasi matematis antara siswa yang

menggunakan metode Personalized System of Instruction (PSI)

lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang menggunakan metode

ekspositori

Pasangan hipotesis tersebut bila dirumuskan dalam bentuk hipotesis

statistik adalah sebagai berikut:

H0 :

µ

E =

µ

K

H1 :

µ

E >

µ

K

Keterangan :

µ

E : rata-rata skor gain kelas eksperimen

µ

K : rata-rata skor gain kelas kontrol

Dengan menggunakan taraf signifikansi 5% maka kriteria pengujiannya

“Jika probabilitas (Sig.) ≥ 0,05 maka H0 diterima”. Hasil pengujian statistik

(13)

Tabel 4.9

Uji Kesamaan Dua Rata-rata Mann Whitney

Nilai

bahwa peningkatan kemampuan komunikasi matematis antara siswa yang

menggunakan metode Personalized System of Instruction (PSI) lebih tinggi

dibandingkan dengan siswa yang menggunakan metode ekspositori.

b. Analisis Ketuntasan Belajar Siswa

Berdasarkan informasi dari pihak sekolah bahwa nilai kkm matematika

untuk SMP Negeri 8 Bandung adalah 65,00. Dengan memperhatikan Tabel

4.4 yang menunjukkan nilai maksimum untuk kelas kontrol sebesar 48.00

dan 55,00 untuk kelas eksperimen maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada

seorang pun yang belajarnya tuntas.

2) Hasil Analisis terhadap Angket Respon Siswa

Angket digunakan untuk mengetahui respon siswa terhadap

pembelajaran dengan menggunakan metode Personalized System of

Instruction (PSI). Angket respon siswa ini diberikan kepada siswa di kelas

eksperimen pada pertemuan terakhir dan diisi oleh 40 orang. Untuk

memudahkan pembahasan, analisis angket ini dibagi ke dalam tiga bagian

(14)

a. Respon Siswa terhadap Matematika

Respon siswa terhadap matematika yang diukur adalah minat siswa

terhadap matematika dan kesungguhan dalam belajar matematika.

Pernyataan yang menunjukkan minat siswa terhadap matematika dapat

dilihat dalam Tabel 4.10

Tabel 4.10

Indikator Angket melalui Minat Siswa terhadap Matematika dan Pembelajarannya

No Aspek yang diukur Respon No Pernyataan

1 Minat siswa terhadap

matematika dan kesungguhan dalam belajar matematika

(15)

Berdasarkan hasil pengolahan angket respon siswa pada Tabel 4.11

memperlihatkan bahwa untuk penyataan 1 yang mengungkapkan ketertarikan

dan senang terhadap matematika, sebanyak 29 siswa (72,5 %) setuju dan

sisanya (27,5 %), pernyataan 4 yang mengungkapkan matematika membantu

seorang untuk berpikir sebanyak 33 orang (82,5 %) setuju dan sisanya (17,5 %)

tidak setuju. Selanjutnya siswa yang setuju dengan pernyataan 11 yang

mengungkapkan bahwa pelajaran matematika menjemukan sebanyak 13 orang

(32,5 %) dan sisanya (67,5 %) siswa tidak setuju. Serta pernyataan 12 yang

mengungkapkan tidak pernah menyukai pelajaran matematika karena sulit

sebanyak 8 orang (20 %) dan sisnya 32 orang (80 %) tidak setuju.

Data diatas diperoleh rata-rata skor untuk keempat pernyataan

mengenai matematika dan pembelajarannya adalah 4,29 yang menunjukkan

bahwa respon siswa terhadap matematika dan pembelajarannya adalah positif.

b. Respon Siswa terhadap Pembelajaran dengan Metode Pesrosnalized

System of Instruction (PSI)

Respon siswa terhadap pembelajaran matematika dengan metode

Personalized System of Intsruction (PSI) diperoleh melalui 10 pernyataan.

Pernyataan ini terdiri dari dua kelompok pernyataan yaitu lima pernyataan

positif, yakni nomor 3, 5, 7, 14, 16 dan lima pernyataan negatif yakni nomor 2,

(16)

Tabel 4.12

Indikator Angket Siswa terhadap Pembelajaran melalui Metode

Personalized Systme of Instruction (PSI)

No Aspek yang diukur Respon Nomor pernyataan

2

Respon siswa terhadap

pembelajaran melalui metode

Personalized System of

Instruction (PSI)

Hasil Angket Siswa terhadap Pembelajaran melalui Metode

Personalized System of Instruction (PSI)

No Pernyataan SS S TS STS sumber belajar sejak

(17)

pada panduan untuk mata pelajaran lain

Berdasarkan hasil pengolahan data angket, diperoleh dari kelompok

pernyataan bersifat positif, respon terhadap pernyataan nomor 3 bahwa siswa

merasa senang dapat membantu/dibantu siswa sekelas dalam pembelajaran

(18)

menyatakan tidak setuju. Respon siswa terhadap pernyataan nomor 5 yang

menyatakan bahwa panduan pembelajaran perlu digunakan untuk

materi-materi selanjutnya, sebanyak 28 org (70 %) menyatakan setuju dan sisanya 12

orang (30 %) menyatakan tidak setuju. Pernyataan nomor 7 yang menyatakan

bahwa kegiatan proctoring perlu diadakan untuk mata pelajaran lain sebanyak

36 orang (90 %) setuju dan sisanya 4 orang (10 %) menyatakan tidak setuju.

Pernyataan nomor 14 yang mengungkapkan bahwa panduan pembelajaran

sangat membantu persiapan belajar di kelas sebanyak 31 orang (77,5 %)

menyatakan setuju dan sisanya 9 orang (22,5 %) menyatakan tidak setuju,

selanjutnya untuk pernyataan no 16 yang mengungkapkan kegiatan proctoring

dapat memotivasi untuk bertanya banyak hal sebanyak 33 orang (82,5 %)

menyatakan setuju dan sisanya 7 orang (17,5 %) menyatakan tidak setuju.

Berdasarkan hasil angket untuk kelompok pernyataan bersifat negatif,

respon terhadap pernyataan nomor 2 yang mengungkapkan bahwa tidak ada

perbedaan positif dalam cara belajar setelah mendapatkan pembelajaran dengan

metode PSI, sebanyak 9 orang (22,5 %) menyatakan setuju dan 31 orang (77,5

%) menyatakn tidak setuju. Respon siswa terhadap pernyataan nomor 6 yang

menyatakan bahwa pertanyaan arahan pada panduan pembelajaran tidak

membantu dalam memahami komunikasi matematis, sebanyak 15 orang (37,5

%) menyatakan setuju dan 35 orang (87,5 %) menyatakan tidak setuju.

Pernyataan nomor 8 yang mengungkapkan bahwa setelah mengikuti kegiatan

proctoring tetap tidak memahami konsep yang diajarkan, sebanyak 10 orang

(19)

Pernyataan nomor 13 yang mengungkapkan bahwa lebih senang membaca

buku pelajaran daripada panduan pembelajaran, sebanyak 10 orang (25 %)

menyatakan setuju dan 30 orang (75 %) menyatakan tidak setuju. Selanjutnya

untuk pernyataan nomor 15 yang mengungkapkan bahwa enggan mengikuti

proctoring, sebanyak 4 orang (10 %) menyatakan setuju dan 36 orang (90 %)

menyatakan tidak setuju.

Berdasarkan data diatas dapat diambil kesimpulan bahwa kelompok

pernyataan bersifat positif dan negatif, yaitu respon siswa terhadap

pembelajaran melalui metode PSI dalam pembelajaran matematika setelah

dirata-ratakan hasilnya adalah 3,72. Hasil ini menunjukkan respon siswa

terhadap pembelajaran melalui Metode Personalized System of Instructuon

(PSI) tergolong tinggi atau cenderung positif.

c. Respon Siswa terhadap Komunikasi Matematis

Respon siswa yang diukur adalah kemampuan komunikasi matematis

siswa. Pernyataan yang menunjukkan respon siswa terhadap komunikasi

matematis dapat dilihat pada Tabel 4.14 di bawah ini:

Tabel 4.14

Indikator Respon Siswa terhadap Komunikasi Matematis

No Aspek yang diukur Respon Nomor Pernyataan

3 Sikap siswa terhadap komunikasi

matematis

Positif 9

(20)

Adapun hasil angket dari hasil respon siswa disajikan pada Tabel 4.15

di bawah:

Tabel 4.15

Hasil Angket Siswa terhadap Komunikasi Matematis

No Pernyataan SS S TS STS

Berdasarkan hasil pengolahan angket diperoleh data bahwa respon

siswa terhadap pernyataan nomor 9 bahwa pembeajaran yang diikuti

menimbulkan keberanian dalam mengemukakan pendapat , sebanyak 25 orang

(62,5 %) menyatakan setuju dan 15 orang (37,5 %) menyatakan tidak setuju.

Sikap siswa terhadap pernyataan nomor 10 bahwa dalam kelompok lebih

senang berdiskusi yang lain daripada berdiskusi matematika, sebanyak 14

orang (35%) setuju dan 26 orang (65 %) menyatakan tidak setuju.

Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa respon siswa

terhadap komunikasi matematis apabila dirata-ratakan adalah 3,64. Hal ini

menunjukkan respon siswa terhadap komunikasi matematis tergolong tinggi

(21)

3) Hasil Observasi Pelaksanaan Pembelajaran melaui Metode

Personalized System of Instruction (PSI)

Secara umum pelaksanaan pembelajaran matematika melalui Metode

Personalized System of Instruction (PSI) berjalan dengan baik.

Tahapan-tahapan yang dilalui yaitu Tahapan-tahapan pendahuluan, aktivitas inti, dan penutup.

Observasi dilakukan oleh seorang observer pada setiap kali proses

pembelajaran yang dilakukan sebanyak tiga kali. Hasil observasi dicatat dalam

pedoman observasi siswa seperti terlihat dalam Lampiran D. Berikut ini

diuraikan beberapa hasil observasi terhadap aktivitas belajar siswa dalam

pembelajaran matematika melalui Metode Personalized System of Instruction

(PSI), yaitu:

Sebelum pembelajaran dimulai, siswa diarahkan untuk membuat kelompok

sebagaimana yang sudah ditentukan sebelumnya dengan anggota kelompok

berkisar 5-6 orang. Aktivitas siswa pada saat pembentukan kelompok dari hasil

observasi menunjukkan sudah baik dan terkondisikan dengan baik. Setelah

seluruh siswa membentuk kelompok kemudian guru membagikan Lembar

Kerja Kelompok (LKK) kepada setiap kelompok untuk dikerjakan dan

didiskusikan dengan teman dalam kelompoknya untuk nantinya

dipresentasikan diakhir pembelajaran. Pada saat diskusi, tutor berperan penting

untuk membimbing anggota kelompoknya yang mengalami kesulitan dalam

menyelesaikan masalah yang diberikan oleh guru. Setiap anggota kelompok

diberi keleluasaan dalam menyampaikan pendapat dan mengeluarkan ide atau

(22)

Berdasarkan hasil observasi diperoleh bahwa siswa yang memerlukan

bantuan mendapatkan penjelasan dengan baik dari tutornya ketika siswa

tersebut bertanya. Setelah diskusi dalam kelompok selesai, kemudian guru

memerintahkan kepada seluruh kelompok untuk siap-siap mempresentasikan

hasil kerja kelompoknya di depan kelas dan didiskusikan dengan kelompok

lain. Setelah selesai presentasi dan diskusi antar kelompok, kemudian siswa

dan guru menyimpulkan materi yang sudah dipelajari hari itu, sekaligus

merefleksi dan mengevaluasi bersama-sama. Setelah itu siswa diberikan test

materi yang sudah dipelajari hari itu.

4) Hasil Wawancara

Wawancara dilakukan guna untuk menggali lebih dalam lagi

permasalahan yang dihadapi siswa dalam pembelajaran matematika. Selain itu

wawancara bertujuan untuk menggali lebih jauh lagi mengenai pandangan

siswa terhadap pengaruh pembelajaran matematika melalui Metode

Personalized System of Instruction (PSI) terhadap peningkatan kemampuan

komunikasi matematis siswa. Pada saat pelaksanaannya, wawancara dilakukan

pada beberapa siswa di kelas eksperimen yang dianggap dapat membantu

dalam mengungkapkan sikap maupun apresiasi mereka terhadap

pengembangan kemampuan komunikasi matematis siswa dalam pembelajaran

melalui Metode Personalized System of Instruction (PSI). Wawancara

dilakukan pada siswa berkemampuan tinggi, sedang, rendah dengan tujuan

agar siswa tersebut dianggap mewakili kelas eksperimen. Adapun hasil

(23)

1. Setelah siswa memperoleh pembelajaran matematika dengan metode

Personalized System of Instruction (PSI), baik siswa kelompok tinggi,

sedang, atau rendah berpendapat bahwa mereka senang dengan

pembelajaran yang sudah dilaksanakan dan menurut mereka pembelajaran

seperti ini bisa meningkatkan kemampuan mereka dalam memamhami

matematika dan lebih menyenangkan karena semua siswa dituntut aktif

berperan dalam menyelesaikan masalah yang diberikan.

2. Banyak pengalaman yang mereka dapatkan setelah mengikuti

pembelajaran, diantaranya pengalaman bertanya pada guru dan teman

kelompok lebih bebas, pengalaman ptresentasi di depan kelas, dan lain

sebagainya.

3. Sebagian siswa mengatakan pembelajaran melalui Personalized System of

Instruction (PSI) yang lebih mereka sukai tetapi ada pula sebagian yang

mengatakan lebih suka pembelajaran seperti biasa (konvensional).

B.Pembahasan Hasil Penelitian

1. Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa

Hasil pengujian data skor rata-rata kemampuan komunikasi matematis

siswa kedua kelas yang telah diuraikan pada bab IV bagian A.1 menggambarkan

bahwa kedua kelas memiliki kemampuan awal yang sama atau tidak berbeda

secara signifikan. Hal ini berdasarkan hasil pengujian hipotesis dengan uji non

parametrik Mann-Whitney, skor rata-rata pretes pada taraf signifikansi 5% yang

(24)

eksperimen dan kelas kontrol) kemampuan awalnya sama, kemudian dilakukan

proses penelitian yaitu dengan memulai proses pembelajaran di kelas eksperimen

dan kelas kontrol, kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran dengan

Metode Personalized System of Instruction (PSI) sedangkan kelas kontrol dengan

menggunakan metode ekspositori, tetapi kedua kelas diberi materi yang sama

yaitu Faktorisasi Suku Aljabar.

Setelah seluruh proses pembelajaran selesai, terlihat bahwa penerapan

pembelajaran melalui Metode Personalized System of Instruction (PSI)

peningkatannya lebih baik terhadap kemampuan komunikasi matematis siwa

daripada penerapan metode ekspositori. Hal ini ditunjukkan dengan perbedaan

skor rata-rata postes yang cukup signifikan. Pegujian hipotesisnya dilakukan pada

taraf signifikansi 5% dengan menggunakan uji non parametrik Mann-Whitney,

skor rata-rata postets yang menunjukkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima. Hasil

pengujian hipotesis pada skor postes menunjukkan bahwa data skor rata-rata

postes yang dicapai siswa kelas eksperimen lebih tinggi daripada siswa kelas

kontrol.

Penjabaran diatas menunjukkan bahwa kemampuan komunikasi matematis

siswa yang memperoleh pembelajaran dengan Metode Personalized System of

Instruction (PSI) lebih baik daripada kemampuan komunikasi matematis siswa

yang memperoleh pembelajaran dengan metode ekspositori.

Selain itu juga jika dilihat dari hasil nilai rata-rata indeks gain kelas

eksperimen yaitu 0,20 dan rata-rata nilai indeks gain kelas kontrol yaitu 0,15,

(25)

eksperimen lebih meningkat yaitu 20% daripada di kelas kontrol yang hanya

mencapai 15% sehingga pembelajaran dengan menggunakan Metode

Personalized System of Instruction (PSI) lebih baik terhadap kemampuan

komunikasi matematis siswa SMP daripada pembelajaran dengan menggunakan

metode ekspositori.

2. Ketuntasan Belajar

Seperti dijelaskan pada bagian analisis ketuntasan belajar yang

menjelaskan bahwa tidak ada seorang pun siswa yang tuntas belajarnya, hal ini

dikarenakan oleh beberapa hal yang kurang mendukung selama pembelajaran

berlangsung. Adapun kendala-kendala tersebut diantaranya sebagai berikut:

- Alokasi waktu yang tersedia sangat minim. Penelitian ini berlangsung pada

saat bulan puasa sehingga ada pengurangan waktu pembelajaran. Pada hari-hari

biasa pembelajaran berlangsung selama 40 menit per satu jam pelajaran

sedangkan pada bulan puasa waktu pembelajaran hanya berlangsung 30 menit

per satu jam pelajaran. Sehingga waktu yang diperoleh siswa untuk memahami

konsep matematika relatif lebih sedikit.

- Kelas yang digunakan untuk penelitian, baik kelas kontrol maupun kelas

eksperimen adalah kelas siang dimana pembelajaran dimulai pada pukul 12.00

– 15.30. Kegiatan proctoring dilakukan pada saat jam sekolah selesai sehingga

para siswa yang terlibat dalam kegiatan proctoring tidak begitu antusias

mengingat mereka melihat rekan yang lainnya sudah pulang sekolah tetapi

mereka masih harus melakukan kegiatan proctoring. Dengan demikian

(26)

3. Respon Siswa pada Pembelajaran dengan Metode Personalized System of

Instruction (PSI)

Secara umum siswa kelas eksperimen yang menjadi subjek dalam

penelitian ini mempunyai sikap positif terhadap matematika dan pembelajarannya.

Hal ini dapat dilihat dari minat dan kesungguhan siswa terhadap matematika dan

pembelajarannya sehingga selama melakukan pembelajaran berjalan dengan

lancar, hal ini dapat dilihat dari skor angket siswa dengan rata-rata 4,29. Untuk

respon siswa terhadap kemampuan komunikasi matematis juga sama

menunjukkan kecenderungan yang positif, hal ini bisa dilihat dari rata-rata skor

angket siswa pada kemampuan komunikasi matematis yang melebihi skor netral

yaitu 3,64 hal ini menunjukkan bahwa siswa senang kepada komunikasi

matematis. Begitu juga dengan sikap siswa terhadap penerapan metode

pembelajaran Personalized System of Instruction (PSI), secara umum siswa

bersikap positif jika dilihat dari rata-rata skor angket siswa terhadap pembelajaran

ini yaitu 3,72 yang berarti bahwa respon siswa terhadap pembelajaran ini

cenderung positif, dalam hal ini siswa merasa senang dan suka belajar dengan

menggunakan metode Personalized System of Instruction (PSI).

Melihat data dari hasil angket siswa maka peneliti melakukan wawancara

dengan beberapa orang siswa. Hasil dari wawancara tersebut adalah sebagian

besar siswa yang diwawancara baik dari kelompok tinggi, sedang, maupun rendah

merespon positif terhadap penerapan pembelajaran dengan metode Perosnalized

(27)

membuat mereka semangat belajar, tidak canggung atau malu bertanya baik

kepada guru maupun teman sekelompoknya.

4. Deskripsi Pelaksanaan Pembelajaran melalui Metode Personalized System

of Instruction (PSI)

Berdasarkan hasil observasi terhadap aktivitas siswa diketahui bahwa

secara keseluruhan pelaksanaan metode pembalajaran Personalized System of

Instruction (PSI) dapat berjalan cukup baik. Seluruh tahapan kegiatan belajar

siswa dapat berlangsung secara sistematis dalam setiap pertemuannya. Meskipun

pada pertemuan pertama siswa masih susah untuk dikondisikan dan siswa terlihat

bingung karena peneliti tidak langsung menjelaskan materi tetapi siswa sendiri

yang mengkonstruksi konsep matematika sehingga mereka merasa kesulitan dan

aneh. Namun dengan bimbingan yang sistematis yang diberikan oleh guru,

akhirnya lama kelamaan siswa menjadi terbiasa dengan metode pembelajaran

yang dilakukan.

Adapun kendala yang dihadapi dalam melaksanakan pembelajaran ini

yaitu alokasi waktu yang tersedia sangat minimal, sehingga harus benar-benar

diefektifkan dalam setiap pertemuannya. Selain itu, pelaksanaan kegiatan

proctoring kurang berjalan sebagaimana mestinya. pembelajaran ini masih asing

untuk siswa sehingga perlu waktu yang lebih lama untuk beradaptasi dan perlu

dipahamkan terlebih dahulu dengan bimbingan guru secara perlahan mengenai

tekhnis pembelajarannya sebelum penelitian dimulai bahkan dalam setiap

Gambar

Tabel 4.1 Deskripsi Statistik Skor Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Tabel 4.2 Uji Normalitas Nilai Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Tabel 4.3 Uji Kesamaan Dua Rata-rata Mann Whitney
Tabel 4.4 Deskripsi Statistik Skor Postest Kelas Eksperimen dan Kelas
+7

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan rata-rata skor hasil belajar siswa pada kelompok eksperimen sebesar 77,55 lebih besar daripada rata-rata skor hasil belajar siswa pada

Rata-rata nilai postes kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata nilai kelas kontrol menunjukkan modul fisika berbasis CTL pakok bahasan fluida

Perbedaan nilai rata-rata pada aspek kognitif dan psikomotorik antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol yang diperoleh dari total nilai rata-rata pretest dan

Tabel 4.10 Data Hasil Uji Beda Rata-rata Pretes dan Postes Kemampuan Berpikir Kritis Siswa di Kelas

gain jika rata-rata skor pretest siswa kedua kelas adalah tidak berbeda. secara signifikan, tetapi uji perbedaan dua rata-rata dilakukan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) rata-rata kemampuan komunikasi matematis siswa kelas eksperimen lebih tinggi daripada rata-rata kemampuan komunikasi matematis siswa

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) rata-rata kemampuan komunikasi matematis siswa kelas eksperimen lebih tinggi daripada rata-rata kemampuan komunikasi matematis siswa

Data Hasil Belajar Postes Siswa Kelas N Y SD Eksperimen Kontrol 40 40 14,90 12,95 2,37 2,36 Berdasarkan rata-rata hasil belajar postes siswa menunjukkan peningkatan hasil