KHOLIDAH, 2015
KETERKAITAN DAERAH AKTIF DI MATAHARI DENGAN KEJADIAN BADAI GEOMAGNET KUAT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
60
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI
5.1 Simpulan
Dari hasil identifikasi dan analisis karakteristik badai geomagnet dengan
indikator indeks Dst lebih kecil dari -100 nT sepanjang siklus Matahari ke-23
(1996 s.d 2007) dan siklus Matahari ke-24 (2008 s.d 2014) diperoleh 104 kejadian
dan sekitar 75,9 % disebabkan oleh CME yang umumnya merupakan CME Halo
dan sebesar 92,4 % CME ini dipicu oleh flare yang terjadi di atas daerah aktif.
Frekuensi terjadinya badai geomagnet dengan indeks Dst < -100 nT sepanjang
siklus Matahari ke-23 dan ke-24 paling banyak dihasilkan oleh daerah aktif
dengan kategori keluasan sempit yaitu sebesar 51,7 % dan konfigurasi medan
magnet yang paling banyak muncul yaitu beta-gamma-delta sebesar 35 %.
Kejadian badai geomagnet kuat yang disebabkan oleh luas daerah aktif
sempit, diperoleh sebesar 53,9 % memiliki konfigurasi medan magnet beta
sedangkan kejadian badai geomagnet sangat kuat diperoleh bahwa kecenderungan
luas daerah aktif yaitu dalam kategori keluasan sempit dan sedang yang memiliki
konfigurasi medan magnet terbanyak yaitu beta dan beta-gamma dan keluasan
sedang yang memiliki konfigurasi medan magnet beta-gamma-delta.
Dari hasil yang telah diperoleh dapat disimpulkan bahwa konfigurasi medan
magnet daerah aktif memiliki keterkaitan yang lebih besar terhadap frekuensi dan
intensitas badai geomagnet dibandingkan luas daerah aktif. Semakin luas daerah
aktif tidak menunjukkan nilai intensitas yang semakin besar. Konfigurasi medan
magnet yang kompleks memiliki probabilitas yang lebih besar untuk
menghasilkan kejadian badai geomagnet dengan intensitas besar dibandingkan
daerah aktif dengan keluasan luas. Semakin kompleks konfigurasi medan magnet
61
KHOLIDAH, 2015
KETERKAITAN DAERAH AKTIF DI MATAHARI DENGAN KEJADIAN BADAI GEOMAGNET KUAT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 5.2 Implikasi
Dengan mengetahui karakteristik luas dan konfigurasi medan magnet daerah
aktif yang menghasilkan kejadian badai geomagnet dengan intensitas besar, maka
hasil dari penelitian ini dapat menjadi salah satu referensi untuk mengantisipasi
bahkan meminimalisasi dampak-dampak yang akan ditimbulkan dari kejadian
badai geomagnet tersebut yang berdampak bagi kehidupan di Bumi.
5.3 Rekomendasi
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, penulis memberikan beberapa
rekomendasi sebagai berikut :
1. Sebaiknya siklus Matahari yang ditinjau bukan hanya siklus Matahari ke-23
dan ke-24 namun dapat digunakan siklus Matahari yang lebih banyak lagi
sebagai data untuk manganalisis keterkaitan luas daerah aktif dan konfigurasi
medan magnet daerah aktif dengan kejadian badai geomagnet, sehingga hasil
yang diperoleh lebih baik lagi.
2. Perlu dilakukan analisis tentang karakteristik fenomena daerah aktif seperti
bintik Matahari, CME, dan flare yang menghasilkan kejadian badai