Kebijakan dan
Manajemen Bencana
Alam di Indonesia
Dr. Sutopo Purwo Nugroho, M.Si. APU Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB
Kampus UI, 7 Desember 2016 1
Pindah:
- Menghindari bencana - Memanfaatkan potensi
perdagangan antar negara
Pindahnya Kerajaan Mataram Hindu (abad 12-16)
Peta Perpindahan Kekuasaan Mataram
THREAT
OPPORTUNNITY
“Perkembangan kerajaan-kerajaan di Jawa Timur tersebut akhirnya mengalami puncak kejayaannya
pada masa Majapahit”
Letusan Gunung Tambora Mengguncang Dunia
“Kesulitan penyediaan pakan bagi kuda
mendorong inventor Jerman, Karl Drais mengembangkan angkutan darat tanpa kuda dan lahirlah velocipede, cikal bakal sepeda
(New Scientist, 29 Januari 2005)
“Bencana Tambora ini menelan korban terbanyak sepanjang sejarah peradaban manusia modern. 71.000 jiwa tewas langsung akibat erupsi.
India-Australian Plate
Eurasian Plate Pacific Plate
Earthquake data: Engdahl 1964 - 2005
Seismo-Tektonik Indonesia
Wilayah Indonesia rawan terhadap gempabumi, baik dari jalur subduksi maupun sesar yang ada di daratan. Penataan ruang pada daerah rawan gempa sangat berperan penting. Sebab bukan gempa yang menyebabkan
Bagaimana kita akan membangun negara dengan
wilayah yang rawan gempa seperti ini?
Lokasi gempa di Indonesia tahun 1973-2014
Antara 1629 sampai 2014 terdapat 173 kejadian tsunami besar dan kecil
Wilayah Indonesia Rawan Tsunami
ANCAMAN BENCANA BANJIR
• 315 kabupaten/kota berada di daerah bahaya sedang-tinggi dari banjir di Indonesia
• Jumlah penduduk terpapar dari bahaya sedang-tinggi banjir
63,7
Jutajiwa.
7
BAHAYA TINGGI
BAHAYA SEDANG BAHAYA RENDAH
ANCAMAN BENCANA LONGSOR
8
• 274 kabupaten/kota berada di daerah bahaya sedang-tinggi dari longsor di Indonesia
• Jumlah penduduk terpapar dari bahaya sedang-tinggi longsor
40,9 Juta jiwa
.BAHAYA TINGGI
BAHAYA SEDANG
Pola Hotspot Karhutla di Sumatera dan Kalimantan
Tahun 2006 - 2015
•
99,9% penyebab karhutla
adalah kesengajaan dan
kecerobohan.
•
Karhutla selalu berulang.
Kerugian tahun 2015
adalah Rp 221 trilyun,
2,61 juta hektar hutla
terbakar, emisi CO2 ke
atmosfer dan jutaan jiwa
masyarakat menderita.
•
Penegakan hukum dan
tata kelola pengelolaan
hutan dan lahan harus
diutamakan.
Sumatera
5 bulan
Kalimantan 4 bulan
No Jenis Bahaya Kab/Ko
ta
Jiwa Terpapar (Juta Jiwa)
1 Gempabumi 386 148,4
2 Tsunami 233 3,8
3 Erupsi gunungapi
75 1,2
4 Banjir 315 63,7
5 Longsor 274 40,9
6 Gelombang tinggi & abrasi
11,1
Jutaan Penduduk Terpapar dari Bencana
Sumber: Penduduk Terpapar Bencana Alam (BNPB, UNFPA, BPS; 2015)
Sesuai UU 34/ 2004 tentang TNI, bahwa tugas pokok TNI adalah “Menegakkan
kedaulatan Negara, mempertahankan keutuhan wilayah NKRI yang berdasarkan
Pancasila dan UUD Tahun 1945, serta melindungi segenap bangsa dan seluruh
tumpah darah Indonesia dari ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa dan
Peningkatan kejadian bencana alam selama tiga dasawarsa
terakhir mencapai hampir 350%.
(Dalam laporan CRED , 2009)
3526 357 616
4499
0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000 4500 50001900-1909 1910-19 1920-29 1930-39 1940-49 1950-59 1960-69 1970-79 1980-89 1990-99 2000-09
Hydro-met Geological Biological Total
Kejadian Bencana Dunia: Bencana meningkat dan 76% adalah bencana hidrometerorologi (banjir, longsor, siklon tropis, kekeringan).
Dampak: Sebagian besar terjadi di negara-negara miskin dan sedang berkembang.
Trend: Bencana akan makin meningkat karena: 1) Meningkatnya jumlah penduduk, 2) Urbanisasi, 3) Degradasi lingkungan, 4) Kemiskinan, dan
5) Pengaruh perubahan iklim global.
Total
Hidromet
Biologi
Trend Bencana Indonesia 2002-2016
• Adanya anomali cuaca dan kemarau basah menyebabkan bencana
hidrometeorologi meningkat selama tahun 2016.
• Jumlah kejadian
bencana adalah 1.985 kali.
• Dampaknya 374
meninggal, 383 orang luka, 2,52 juta jiwa menderita/mengungsi, dan ribuan rumah rusak.
• Longsor menjadi bencana yang paling banyak menimbulkan korban jiwa.
• Diprediksi banjir dan longsor akan makin meningkat hingga Maret 2017.
Data sampai dengan 31/8/2016
*
FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB BENCANA
KOMBINASI ANTARA ALAM DAN ANTROPOGENIK
13
1. Dampak Perubahan Iklim Global
temperatur meningkat
& pola hujan berubah
bencana hidrometeorologi meningkat,
penyebaran penyakit, gagal panen dll
2. Kependudukan
kerentanan, urbanisasi.
3. Lemahnya Penegakan Hukum
99% penyebab karlahut
dan bencana asap adalah dibakar. Peraturan & kewenangan
dimiliki tetapi lemah implementasinya.
Dampak Bencana di Indonesia Tahun 2014
1.
Kerugian dan kerusakan banjir Jakarta
Rp 5 triliun
.
2.
Kerusakan banjir dan longsor di 16 kab/kota di Jawa Tengah
Rp 2,01 triliun
.
3.
Kerugian dan kerusakan banjir bandang di Sulut
Rp 1,4 triliun
.
4.
Kerugian dan kerusakan banjir di Pantura Jawa (dari
Banten-Jabar-Jateng dan Jatim)
Rp 6 triliun
. Dampak banjir di Pantura
menyebabkan inflasi pada Januari 2014 menjadi 1,07%
(sebelumnya 1,03%).
5.
Kebakaran hutan dan lahan Februari-April 2014 sekitar Rp 20
trilyun.
• 24 orang meninggal dunia.
• Lebih dari 600.000 jiwa menderita ISPA.
• 2,61 juta hektar hutan dan lahan terbakar.
• Lebih dari 60 juta jiwa terpapar asap.
• Kerugian ekonomi Rp 221 trilyun (di luar sektor kesehatan dan pendidikan)
Mengapa kita perlu manajemen
bencana?
Tsunami Aceh 2004 sebagai
Wake Up Call
Sendai Framework for DRR 2015 – 2030 disepakati 168 negara sebagai pedoman DRR dunia
Sendai Framework DRR 2015-2030
Tsunami Aceh 2004 menjadi Kebangkitan Nasional Jilid II
timbul kesadaran nasional arti pentingnya penanggulangan bencana lahirlah UU No. 24
Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana
dan produk lainnya
Bencana menjadi
masalah global
Internasional
Penyelenggaraan PB
(PP No. 21 Tahun 2008) Penyeleng garaan Prabencana Saat Tanggap Darurat Pascabencana Situasi Tidak Ada Bencana Situasi Terdapat Potensi Bencana Perencanaan PencegahanPengurangan Risiko
Pendidikan
Pelatihan
Penelitian
Penaatan Tata Ruang
Mitigasi
Peringatan Dini
Kesiapsiagaan
Kajian Cepat
Status Keadaan Darurat
Penyelamatan & Evakuasi
Pemenuhan Kebutuhan Dasar
Perlindungan
Pemulihan
Rehabilitasi Rekonstruksi
Prasarana dan Sarana
Sosial
Ekonomi
Kesehatan
Kamtib
Lingkungan
Penyelenggaraan PB adalah serangkaian upaya yang meliputi penetapan kebijakan pembangunan yang berisiko menimbulkan bencana, kegiatan pencegahan bencana,
19
Pemerintah
Masyarakat
Sipil Lembaga
Usaha
Psl 5 : Pemerintah/pemda menjadi penanggungjawab PB
Psl 26 & 27 : Hak & Kewajiban Masyarakat dalam PB
Psl 28 & 29 : Peran Lembaga Usaha/sektor swasta dalam PB
(Corporate Social Responsibility).
3 pilar/komponen pelaku PB : Pemerintah/pemerintah daerah
Masyarakat Sipil
Lembaga Usaha/sektor swasta
Konsep Dasar Risiko & Bencana
Ancaman (Hazard) Kerentanan (V) / Kapasitas (C)Risiko
(R)
Bencana Kepanikan Korban Jiwa
Kerusakan
Kerugian / ekonomi
Luka & trauma
Gangguan pelayanan
Ancaman
Gempa Bumi & tsunami
Angin puting beliung Abrasi
Tanah longsor Banjir / genangan Kekeringan
Kerentanan :
Pengetahuan
Infrastruktur
Tata guna lahan
EWS
Tidak ada rencana Kapasitas : Memiliki peraturan kuat Memiliki lembaga
Memiliki rencana Dana memadai Pemahaman yg
baik tentang risiko
EWS
R = f
{
H x V / C }
Fenomena alam menjadi bahaya, jika mengancam manusia dan harta benda
Bahaya akan berubah menjadi bencana,
KELEMBAGAAN PENANGGULANGAN BENCANA
Pemerintah membentuk Badan Nasional Penanggulangan
Bencana (BNPB) yang bertanggungjawab atas penyelenggaraan
penanggulangan bencana di tingkat Nasional
(Pasal 10 UU No. 24
Thn 2007)
Pemerintah Daerah membentuk Badan Penanggulangan Bencana
Daerah (BPBD) yang bertanggungjawab atas penyelenggaraan
penanggulangan bencana di tk Provinsi/Kabupaten/Kota
(Pasal 18
UU No. 24 Thn 2007)
Saat ini sudah terbentuk:
•
34 BPBD Provinsi
100%
22
Masyarakat selalu minta bantuan BNPB &BPBD. Saat banjir, longsor, erupsi gunung, kecelakaan transportasi, bunuh diri, kebakaran, orang hilang, pohon roboh, orang kejebur sumur, digigit ular, kekurangan air, kehilangan ternak, kucing tidak bisa turun
Periode Rehabilitasi & Rekonstruksi Periode Darurat Lanjutan Periode Darurat Terkendali PRA-BENCANA SAAT KEJADIAN BENCANA PASCA-BENCANA Periode Panik BENCANA
Incident Command System
Situasi tidak terdapat
potensi bencana
Situasi terdapat potensi bencana
Sistem Komando pada Proses Penanganan Darurat ke Pasca-Bencana
Saat Tanggap Darurat
•Rehabilitasi
•Rekonstruksi
Koord & Pelaksana Komando Koord & Pelaksana
Kaji Cepat
Transisi/ Pemulihan Darurat
Sistem Nasional Penanggulangan Bencana
PERENCANAAN LEGISLASI KELEMBAGAAN PENDANAAN PENGEMBANGAN KAPASITAS PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANAUU, PP, Perpres, Perka, Perda, Pergub, Perbup, Perwa, Qanun
Formal (BNPB, BPBD) & non formal (platform nasional, platform lokal (forum PRB), platform tematik (forum Merapi, Citarum, Galunggung dll)
RENAS PB 2010-2014, RAN PRB 2010-2012, RPB, RAD, Rencana mitigasi, rencana kontijensi, rencana operasi, rencana aksi rehabilitasi dan rekonstruksi
APBN, APBD, dana kontijensi, dana siap pakai, dana sosial berpola hibah, dana bersumber dari masyarakat
Pendidikan dan latihan, riset dan iptek kebencanaan, penerapan teknologi penanggulangan bencana
Pengurangan risiko bencana, tanggap darurat dan rehabilitasi-rekonstruksi
:
:
:
:
:
:
LAYANAN INFORMASI www.bnpb.go.id
HF 11.4735 MHz, VHF 171.300 MHz
Aplikasi, DIBI, Geospasial BNPB, InaWARE dan Pantauan Bencana BNPB telah dipaparkan di depan Presiden RI pada 8-8-2014 di InaDRTG Sentul. Presiden
•
Di Amerika dan Eropa, setiap 1 US$ digunakan untuk PRB maka
dapat mengurangi kerugian akibat bencana sebesar 7-40 US$.
•
Di Bantul DIY, pembangunan cek dam (bendung mini) senilai Rp
80 juta dan Rp 17 juta (inkind) memberikan manfaat: tidak
pernah kekeringan, bebas banjir, sumur tidak kering, pertanian
dapat 2-3 kali tanam, dan lingkungan menjadi lebih hijau.
• Relokasi 3.134 KK (2.682 KK di DIY dan 452 KK di Jateng korban erupsi G.Merapi dan lahar hujan.
• Masyarakat memperoleh bantuan stimulus pembangunan rumah tipe 36 senilai Rp 30 juta/unit dan tanah 150 m2/KK, dimana 100 m2 untuk rumah dan 50 m2 untuk fasum-fasos. Konstruksi bangunan tahan gempa.
• Pembangunan melalui pemberdayaan masyarakat dengan model Rekompak (Rehabilitasi Rekonstruksi Masyarakat berbasis Komunitas.
• Masyarakat diberikan sertifikat tanah hak milik oleh BPN namun tidak boleh dijualbelikan. Ketentuan ini tertulis dalam sertifikat tanah.
• Tanah asal tetap menjadi hak milik masyarakat untuk pertanian dan tidak boleh membangun rumah atau tidak boleh ditempati. Renovasi rumah yang diilakukan oleh pemiliknya sendiri
Relokasi Erupsi G.Merapi
Relokasi Longsor di
Kab. Banjarnegara
•
Diperuntukkan bagi 27 KK
korban longsor dari Desa
Jemblung, Kec. Karangkobar,
Kab. Banjarnegara.
•
Pembangunan hunian tetap
27 unit di Desa Ambal, Kec.
Karangkobar, Kab.
Banjarnegara 90% sudah
selesai.
Secara umum sebagian masyarakat Indonesia
dan Pemda masih belum siap menghadapi
bencana besar. Berdasarkan 3 penelitian/kajian
mengenai tingkat kesiapsiagaan masyarakat
menghadapi bencana ternyata hasilnya
menunjukkan bahwa pengetahuan kebencanaan
meningkat. Tetapi pengetahuan ini belum
menjadi sikap, perilaku dan budaya yang
mengkaitkan kehidupannya dengan mitigasi
bencana.
35
Isu kritis dalam Mitigasi Bencana (misal TEWS):
a. Komponen budaya menempati porsi terbesar dalam skema TEWS yang efektif (UNISDR);
b. Saat ini
komponen
BUDAYA belum tercapai sepenuhnya dibandingkan dengan komponen STRUKTUR (InaTEWS);c. Perlu pembagian tanggung jawab antara Pemerintah dan Pemda dalam struktur dan komponen Budaya (Ina-TEWS);
Citra satelit tahun 1988 s/d 2016 di Kota Bandung. Sebelumnya penutup lahan bervegetasi (warna hijau pada citra) berangsur-angsur menyusut hingga saat ini berubah menjadi lahan
Permukiman dibangun di tebing dan lereng perbukitan yang rawan longsor. Apakah mereka tidak tahu rawan longsor? Mengapa mereka tetap tinggal disitu?
Aceh setelah 10 tahun tsunami
Mengapa permukiman dibangun dibangun kembali di daerah rawan
tsunami di lokasi semula?
Saat kejadian
Saat kejadian
10 tahun kemudian Saat kejadian 10 tahun kemudian
Tantangan bagi Perguruan Tinggi
Pembangunan Kapasitas
Pusat Studi Bencana di Perguruan Tinggi
1. UGM Gunungapi dan Geospasial 2. ITB Gempabumi dan tektonik aktif 3. Unsyiah Tsunami
4. Unand Teknik sipil
5. Unhan Pertahanan nasional 6. Unsrat Kelautan
7.
UI
Adaptasi Perubahan Iklim???
8. UNJ Pendidikan Kebencanaan 9. dll
Saling Bersinergi, kolaborasi dan Tidak Tumpang Tindih
“UI dapat mengembangkan prodi S2/S3 Manajemen Bencana dengan dengan tematik
adaptasi perubahan iklim”
• End to end dalam PB adalah dari manusia ke manusia.
• Sistem peringatan dini bencana harus menyeluruh. Satu sistem terdiri dari kumpulan sub sistem yaitu alat,
sosialisasi, edukasi, kearifan lokal, partisipasi masyarakat, matapencaharian masyarakat, politik lokal, kebijakan
publik, dan sebagainya. Jadi semua sub sistem tersebut harus dikaji menyeluruh.
• Bagaimana warning dari alat hingga diterima oleh
masyarakat, kemudian masyarakat mengikuti perintah warning tersebut adalah satu sistem peringatan dini bencana.
• Hal ini seringkali kurang dipahami sehingga saat terjadi bencana saling menyalahkan satu sama lain hanya karena merasa sudah memasang alat peringatan dini, tetapi tidak dalam satu sistem yang menyeluruh.
BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA
Graha BNPB - Jl. Pramuka Kav. 38 Jakarta Timur 13120
021-21281200
021-21281200
contact@bnpb.go.id
www.bnpb.go.id
Infobencana BNPB
@BNPB_Indonesia
BNPB Indonesia
BNPB_Indonesia
0812-95590090