• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kebijakan dan Manajemen Bencana Alam di Indonesia Dr. Sutopo Purwo Nugroho, M.Si, APU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kebijakan dan Manajemen Bencana Alam di Indonesia Dr. Sutopo Purwo Nugroho, M.Si, APU"

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

Kebijakan dan

Manajemen Bencana

Alam di Indonesia

Dr. Sutopo Purwo Nugroho, M.Si. APU Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB

Kampus UI, 7 Desember 2016 1

(2)

Pindah:

- Menghindari bencana - Memanfaatkan potensi

perdagangan antar negara

Pindahnya Kerajaan Mataram Hindu (abad 12-16)

Peta Perpindahan Kekuasaan Mataram

THREAT

OPPORTUNNITY

“Perkembangan kerajaan-kerajaan di Jawa Timur tersebut akhirnya mengalami puncak kejayaannya

pada masa Majapahit”

(3)

Letusan Gunung Tambora Mengguncang Dunia

“Kesulitan penyediaan pakan bagi kuda

mendorong inventor Jerman, Karl Drais mengembangkan angkutan darat tanpa kuda dan lahirlah velocipede, cikal bakal sepeda

(New Scientist, 29 Januari 2005)

“Bencana Tambora ini menelan korban terbanyak sepanjang sejarah peradaban manusia modern. 71.000 jiwa tewas langsung akibat erupsi.

(4)

India-Australian Plate

Eurasian Plate Pacific Plate

Earthquake data: Engdahl 1964 - 2005

Seismo-Tektonik Indonesia

Wilayah Indonesia rawan terhadap gempabumi, baik dari jalur subduksi maupun sesar yang ada di daratan. Penataan ruang pada daerah rawan gempa sangat berperan penting. Sebab bukan gempa yang menyebabkan

(5)

Bagaimana kita akan membangun negara dengan

wilayah yang rawan gempa seperti ini?

Lokasi gempa di Indonesia tahun 1973-2014

(6)

Antara 1629 sampai 2014 terdapat 173 kejadian tsunami besar dan kecil

Wilayah Indonesia Rawan Tsunami

(7)

ANCAMAN BENCANA BANJIR

315 kabupaten/kota berada di daerah bahaya sedang-tinggi dari banjir di Indonesia

• Jumlah penduduk terpapar dari bahaya sedang-tinggi banjir

63,7

Juta

jiwa.

7

BAHAYA TINGGI

BAHAYA SEDANG BAHAYA RENDAH

(8)

ANCAMAN BENCANA LONGSOR

8

274 kabupaten/kota berada di daerah bahaya sedang-tinggi dari longsor di Indonesia

• Jumlah penduduk terpapar dari bahaya sedang-tinggi longsor

40,9 Juta jiwa

.

BAHAYA TINGGI

BAHAYA SEDANG

(9)

Pola Hotspot Karhutla di Sumatera dan Kalimantan

Tahun 2006 - 2015

99,9% penyebab karhutla

adalah kesengajaan dan

kecerobohan.

Karhutla selalu berulang.

Kerugian tahun 2015

adalah Rp 221 trilyun,

2,61 juta hektar hutla

terbakar, emisi CO2 ke

atmosfer dan jutaan jiwa

masyarakat menderita.

Penegakan hukum dan

tata kelola pengelolaan

hutan dan lahan harus

diutamakan.

Sumatera

5 bulan

Kalimantan 4 bulan

(10)

No Jenis BahayaKab/Ko

ta

Jiwa Terpapar (Juta Jiwa)

1 Gempabumi 386 148,4

2 Tsunami 233 3,8

3 Erupsi gunungapi

75 1,2

4 Banjir 315 63,7

5 Longsor 274 40,9

6 Gelombang tinggi & abrasi

11,1

Jutaan Penduduk Terpapar dari Bencana

Sumber: Penduduk Terpapar Bencana Alam (BNPB, UNFPA, BPS; 2015)

Sesuai UU 34/ 2004 tentang TNI, bahwa tugas pokok TNI adalah “Menegakkan

kedaulatan Negara, mempertahankan keutuhan wilayah NKRI yang berdasarkan

Pancasila dan UUD Tahun 1945, serta melindungi segenap bangsa dan seluruh

tumpah darah Indonesia dari ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa dan

(11)

Peningkatan kejadian bencana alam selama tiga dasawarsa

terakhir mencapai hampir 350%.

(Dalam laporan CRED , 2009)

3526 357 616

4499

0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000 4500 5000

1900-1909 1910-19 1920-29 1930-39 1940-49 1950-59 1960-69 1970-79 1980-89 1990-99 2000-09

Hydro-met Geological Biological Total

Kejadian Bencana Dunia: Bencana meningkat dan 76% adalah bencana hidrometerorologi (banjir, longsor, siklon tropis, kekeringan).

Dampak: Sebagian besar terjadi di negara-negara miskin dan sedang berkembang.

Trend: Bencana akan makin meningkat karena: 1) Meningkatnya jumlah penduduk, 2) Urbanisasi, 3) Degradasi lingkungan, 4) Kemiskinan, dan

5) Pengaruh perubahan iklim global.

Total

Hidromet

Biologi

(12)

Trend Bencana Indonesia 2002-2016

• Adanya anomali cuaca dan kemarau basah menyebabkan bencana

hidrometeorologi meningkat selama tahun 2016.

• Jumlah kejadian

bencana adalah 1.985 kali.

• Dampaknya 374

meninggal, 383 orang luka, 2,52 juta jiwa menderita/mengungsi, dan ribuan rumah rusak.

• Longsor menjadi bencana yang paling banyak menimbulkan korban jiwa.

• Diprediksi banjir dan longsor akan makin meningkat hingga Maret 2017.

Data sampai dengan 31/8/2016

*

(13)

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB BENCANA

KOMBINASI ANTARA ALAM DAN ANTROPOGENIK

13

1. Dampak Perubahan Iklim Global

temperatur meningkat

& pola hujan berubah

bencana hidrometeorologi meningkat,

penyebaran penyakit, gagal panen dll

2. Kependudukan

kerentanan, urbanisasi.

3. Lemahnya Penegakan Hukum

99% penyebab karlahut

dan bencana asap adalah dibakar. Peraturan & kewenangan

dimiliki tetapi lemah implementasinya.

(14)

Dampak Bencana di Indonesia Tahun 2014

1.

Kerugian dan kerusakan banjir Jakarta

Rp 5 triliun

.

2.

Kerusakan banjir dan longsor di 16 kab/kota di Jawa Tengah

Rp 2,01 triliun

.

3.

Kerugian dan kerusakan banjir bandang di Sulut

Rp 1,4 triliun

.

4.

Kerugian dan kerusakan banjir di Pantura Jawa (dari

Banten-Jabar-Jateng dan Jatim)

Rp 6 triliun

. Dampak banjir di Pantura

menyebabkan inflasi pada Januari 2014 menjadi 1,07%

(sebelumnya 1,03%).

5.

Kebakaran hutan dan lahan Februari-April 2014 sekitar Rp 20

trilyun.

(15)

• 24 orang meninggal dunia.

• Lebih dari 600.000 jiwa menderita ISPA.

• 2,61 juta hektar hutan dan lahan terbakar.

• Lebih dari 60 juta jiwa terpapar asap.

• Kerugian ekonomi Rp 221 trilyun (di luar sektor kesehatan dan pendidikan)

(16)

Mengapa kita perlu manajemen

bencana?

(17)

Tsunami Aceh 2004 sebagai

Wake Up Call

Sendai Framework for DRR 2015 – 2030 disepakati 168 negara sebagai pedoman DRR dunia 

Sendai Framework DRR 2015-2030

Tsunami Aceh 2004 menjadi Kebangkitan Nasional Jilid II 

timbul kesadaran nasional arti pentingnya penanggulangan bencana  lahirlah UU No. 24

Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana

dan produk lainnya

Bencana menjadi

masalah global

Internasional

(18)

Penyelenggaraan PB

(PP No. 21 Tahun 2008) Penyeleng garaan Prabencana Saat Tanggap Darurat Pascabencana Situasi Tidak Ada Bencana Situasi Terdapat Potensi BencanaPerencanaanPencegahan

Pengurangan Risiko

Pendidikan

Pelatihan

Penelitian

Penaatan Tata Ruang

Mitigasi

Peringatan Dini

Kesiapsiagaan

Kajian Cepat

Status Keadaan Darurat

Penyelamatan & Evakuasi

Pemenuhan Kebutuhan Dasar

Perlindungan

Pemulihan

Rehabilitasi Rekonstruksi

Prasarana dan Sarana

Sosial

Ekonomi

Kesehatan

Kamtib

Lingkungan

Penyelenggaraan PB adalah serangkaian upaya yang meliputi penetapan kebijakan pembangunan yang berisiko menimbulkan bencana, kegiatan pencegahan bencana,

(19)

19

Pemerintah

Masyarakat

Sipil Lembaga

Usaha

 Psl 5 : Pemerintah/pemda menjadi penanggungjawab PB

 Psl 26 & 27 : Hak & Kewajiban Masyarakat dalam PB

 Psl 28 & 29 : Peran Lembaga Usaha/sektor swasta dalam PB

(Corporate Social Responsibility).

3 pilar/komponen pelaku PB :  Pemerintah/pemerintah daerah

 Masyarakat Sipil

 Lembaga Usaha/sektor swasta

(20)

Konsep Dasar Risiko & Bencana

Ancaman (Hazard) Kerentanan (V) / Kapasitas (C)

Risiko

(R)

Bencana  Kepanikan

 Korban Jiwa

 Kerusakan

 Kerugian / ekonomi

 Luka & trauma

 Gangguan pelayanan

Ancaman

 Gempa Bumi & tsunami

 Angin puting beliung  Abrasi

 Tanah longsor  Banjir / genangan  Kekeringan

Kerentanan :

 Pengetahuan

 Infrastruktur

 Tata guna lahan

 EWS

 Tidak ada rencana Kapasitas :  Memiliki peraturan kuat  Memiliki lembaga

 Memiliki rencana  Dana memadai  Pemahaman yg

baik tentang risiko

 EWS

R = f

{

H x V / C }

Fenomena alam menjadi bahaya, jika mengancam manusia dan harta benda

 Bahaya akan berubah menjadi bencana,

(21)

KELEMBAGAAN PENANGGULANGAN BENCANA

Pemerintah membentuk Badan Nasional Penanggulangan

Bencana (BNPB) yang bertanggungjawab atas penyelenggaraan

penanggulangan bencana di tingkat Nasional

(Pasal 10 UU No. 24

Thn 2007)

Pemerintah Daerah membentuk Badan Penanggulangan Bencana

Daerah (BPBD) yang bertanggungjawab atas penyelenggaraan

penanggulangan bencana di tk Provinsi/Kabupaten/Kota

(Pasal 18

UU No. 24 Thn 2007)

Saat ini sudah terbentuk:

34 BPBD Provinsi

100%

(22)

22

Masyarakat selalu minta bantuan BNPB &BPBD. Saat banjir, longsor, erupsi gunung, kecelakaan transportasi, bunuh diri, kebakaran, orang hilang, pohon roboh, orang kejebur sumur, digigit ular, kekurangan air, kehilangan ternak, kucing tidak bisa turun

(23)

Periode Rehabilitasi & Rekonstruksi Periode Darurat Lanjutan Periode Darurat Terkendali PRA-BENCANA SAAT KEJADIAN BENCANA PASCA-BENCANA Periode Panik BENCANA

Incident Command System

Situasi tidak terdapat

potensi bencana

Situasi terdapat potensi bencana

Sistem Komando pada Proses Penanganan Darurat ke Pasca-Bencana

Saat Tanggap Darurat

Rehabilitasi

Rekonstruksi

Koord & Pelaksana Komando Koord & Pelaksana

Kaji Cepat

Transisi/ Pemulihan Darurat

(24)

Sistem Nasional Penanggulangan Bencana

PERENCANAAN LEGISLASI KELEMBAGAAN PENDANAAN PENGEMBANGAN KAPASITAS PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA

UU, PP, Perpres, Perka, Perda, Pergub, Perbup, Perwa, Qanun

Formal (BNPB, BPBD) & non formal (platform nasional, platform lokal (forum PRB), platform tematik (forum Merapi, Citarum, Galunggung dll)

RENAS PB 2010-2014, RAN PRB 2010-2012, RPB, RAD, Rencana mitigasi, rencana kontijensi, rencana operasi, rencana aksi rehabilitasi dan rekonstruksi

APBN, APBD, dana kontijensi, dana siap pakai, dana sosial berpola hibah, dana bersumber dari masyarakat

Pendidikan dan latihan, riset dan iptek kebencanaan, penerapan teknologi penanggulangan bencana

Pengurangan risiko bencana, tanggap darurat dan rehabilitasi-rekonstruksi

:

:

:

:

:

:

(25)

LAYANAN INFORMASI www.bnpb.go.id

HF 11.4735 MHz, VHF 171.300 MHz

(26)

Aplikasi, DIBI, Geospasial BNPB, InaWARE dan Pantauan Bencana BNPB telah dipaparkan di depan Presiden RI pada 8-8-2014 di InaDRTG Sentul. Presiden

(27)

Di Amerika dan Eropa, setiap 1 US$ digunakan untuk PRB maka

dapat mengurangi kerugian akibat bencana sebesar 7-40 US$.

Di Bantul DIY, pembangunan cek dam (bendung mini) senilai Rp

80 juta dan Rp 17 juta (inkind) memberikan manfaat: tidak

pernah kekeringan, bebas banjir, sumur tidak kering, pertanian

dapat 2-3 kali tanam, dan lingkungan menjadi lebih hijau.

(28)
(29)
(30)
(31)

• Relokasi 3.134 KK (2.682 KK di DIY dan 452 KK di Jateng korban erupsi G.Merapi dan lahar hujan.

• Masyarakat memperoleh bantuan stimulus pembangunan rumah tipe 36 senilai Rp 30 juta/unit dan tanah 150 m2/KK, dimana 100 m2 untuk rumah dan 50 m2 untuk fasum-fasos. Konstruksi bangunan tahan gempa.

• Pembangunan melalui pemberdayaan masyarakat dengan model Rekompak (Rehabilitasi Rekonstruksi Masyarakat berbasis Komunitas.

• Masyarakat diberikan sertifikat tanah hak milik oleh BPN namun tidak boleh dijualbelikan. Ketentuan ini tertulis dalam sertifikat tanah.

• Tanah asal tetap menjadi hak milik masyarakat untuk pertanian dan tidak boleh membangun rumah atau tidak boleh ditempati. Renovasi rumah yang diilakukan oleh pemiliknya sendiri

Relokasi Erupsi G.Merapi

(32)

Relokasi Longsor di

Kab. Banjarnegara

Diperuntukkan bagi 27 KK

korban longsor dari Desa

Jemblung, Kec. Karangkobar,

Kab. Banjarnegara.

Pembangunan hunian tetap

27 unit di Desa Ambal, Kec.

Karangkobar, Kab.

Banjarnegara 90% sudah

selesai.

(33)
(34)

Secara umum sebagian masyarakat Indonesia

dan Pemda masih belum siap menghadapi

bencana besar. Berdasarkan 3 penelitian/kajian

mengenai tingkat kesiapsiagaan masyarakat

menghadapi bencana ternyata hasilnya

menunjukkan bahwa pengetahuan kebencanaan

meningkat. Tetapi pengetahuan ini belum

menjadi sikap, perilaku dan budaya yang

mengkaitkan kehidupannya dengan mitigasi

bencana.

(35)

35

Isu kritis dalam Mitigasi Bencana (misal TEWS):

a. Komponen budaya menempati porsi terbesar dalam skema TEWS yang efektif (UNISDR);

b. Saat ini

komponen

BUDAYA belum tercapai sepenuhnya dibandingkan dengan komponen STRUKTUR (InaTEWS);

c. Perlu pembagian tanggung jawab antara Pemerintah dan Pemda dalam struktur dan komponen Budaya (Ina-TEWS);

(36)
(37)

Citra satelit tahun 1988 s/d 2016 di Kota Bandung. Sebelumnya penutup lahan bervegetasi (warna hijau pada citra) berangsur-angsur menyusut hingga saat ini berubah menjadi lahan

(38)

Permukiman dibangun di tebing dan lereng perbukitan yang rawan longsor. Apakah mereka tidak tahu rawan longsor? Mengapa mereka tetap tinggal disitu?

(39)
(40)
(41)
(42)

Aceh setelah 10 tahun tsunami

Mengapa permukiman dibangun dibangun kembali di daerah rawan

tsunami di lokasi semula?

Saat kejadian

Saat kejadian

10 tahun kemudian Saat kejadian 10 tahun kemudian

(43)

Tantangan bagi Perguruan Tinggi

Pembangunan Kapasitas

Pusat Studi Bencana di Perguruan Tinggi

1. UGM  Gunungapi dan Geospasial 2. ITB  Gempabumi dan tektonik aktif 3. Unsyiah  Tsunami

4. Unand  Teknik sipil

5. Unhan  Pertahanan nasional 6. Unsrat  Kelautan

7.

UI

Adaptasi Perubahan Iklim???

8. UNJ  Pendidikan Kebencanaan 9. dll

Saling Bersinergi, kolaborasi dan Tidak Tumpang Tindih

“UI dapat mengembangkan prodi S2/S3 Manajemen Bencana dengan dengan tematik

adaptasi perubahan iklim”

(44)

• End to end dalam PB adalah dari manusia ke manusia.

• Sistem peringatan dini bencana harus menyeluruh. Satu sistem terdiri dari kumpulan sub sistem yaitu alat,

sosialisasi, edukasi, kearifan lokal, partisipasi masyarakat, matapencaharian masyarakat, politik lokal, kebijakan

publik, dan sebagainya. Jadi semua sub sistem tersebut harus dikaji menyeluruh.

• Bagaimana warning dari alat hingga diterima oleh

masyarakat, kemudian masyarakat mengikuti perintah warning tersebut adalah satu sistem peringatan dini bencana.

• Hal ini seringkali kurang dipahami sehingga saat terjadi bencana saling menyalahkan satu sama lain hanya karena merasa sudah memasang alat peringatan dini, tetapi tidak dalam satu sistem yang menyeluruh.

(45)

BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA

Graha BNPB - Jl. Pramuka Kav. 38 Jakarta Timur 13120

021-21281200

021-21281200

contact@bnpb.go.id

www.bnpb.go.id

Infobencana BNPB

@BNPB_Indonesia

BNPB Indonesia

BNPB_Indonesia

0812-95590090

Referensi

Dokumen terkait

Modalitas epistemik ’keharusan’ dalam bahasa Minangkabau dialek Pariaman dinyatakan dengan keterangan menjelaskan verba, atau inti dari predikat, seperti kata aruih

Dari penerapan nilai-nilai as Sunah, privasi antara pemilik rumah, anak kos dan pihak luar seperti tamu, tetangga maupun kerabat kurang dapat terjaga dikarenakan arah hadap

TSK Aspek Toleransi adalah tes yang bertujuan mengukur tingkat kedewasaan anda dalam  bertoleransi (menerima dan membantu) orang lain yang sedang mengalami

Berdasarkan analisis penulis, bagian kasa dan bagian akuntansi dirangkap oleh bagian keuangan, sistem otorisasi faktur penjualan dan kwitansi dilakukan oleh

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan orang tua dengan motivasi anak melanjutkan pendidikan

JUMLAH TENAGA KEPERAWATAN DI SARANA KESEHATAN KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2010 NO UNIT KERJA SARJANA KEPW DIII PERAWAT LULUSAN. SPK JUMLAH

Dinas-Dinas Daerah (Lembaran Daerah Provinsi Papua Barat Tahun 2OOg Nomor 34) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Provinsi Papua Barat Nomor 14 Tahun 2A12

Selanjutnya model SAE untuk peubah respon multinomial yang dikembangkan diaplikasikan untuk pendugaan proporsi penduduk berusia 10 tahun ke atas yang telah/sedang menduduki