• Tidak ada hasil yang ditemukan

SPKD Bab III 2 Pertanian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "SPKD Bab III 2 Pertanian"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

B.

KLUSTER DESA PERTANIAN

1. Gambaran Umum

Sebagian besar wilayah Kabupaten Ngawi memiliki topografi datar sampai

landai, hanya sebagian kecil di lereng Gunung Lawu yang memiliki topografi

berbukit-bukit dan curam, dengan pembagian luas wilayah kemiringan 0 – 15 % 118.791 Ha

(91,67 %), kemiringan 15 – 40 % : 4.307 Ha (3,32 %), kemiringan di atas 40 % : 6.500

Ha ( 5,01 %). Sedangkan luas wilayah keseluruhan 1.295,98 Km2, yang terdiri dari

lahan pertanian penduduk seluas 50. 476 ha (38,5%), lahan kering seluas 80,536 ha

(61,5%), yang terbagi atas peruntukkan pekarangan seluas 18.337 ha (14%), tegal

13.720 ha (10,47%), hutan Negara 37.433 ha (28,57%), perkebunan 2.275 ha (1,74%),

dan peruntukkan lain 4.301 ha (3,28%).

Sektor pertanian masih merupakan andalan bagi Kabupaten Ngawi, yang

menyerap sekitar 76 % dari total tenaga kerja yang ada. Dari 5 subsektor pertanian

(tanaman pangan, perkebunan, peternakan, kehutanan dan perikanan), subsektor

tanaman pangan merupakan penyumbang terbesar terhadap total nilai produksi

pertanian. Luas lahan pertanian tahun 2008 mencapai 84,7% dari luas wilayah

Kabupaten Ngawi. Hal ini menggambarkan sektor pertanian merupakan sektor andalan

bagi penduduk Ngawi. Seperti tahun sebelumnya, produksi padi tahun 2008 mengalami

kenaikan dari 638.655 ton pada tahun 2007 menjadi 673.869 ton. Diharapkan

kenaikan tersebut terus berlanjut dan predikat Sebagai lumbung padi Jawa Timur dapat

dipertahankan.

Dari beberapa dokumen yang ada tentang kluster Pertanian, diantaranya

dokumen Rencana Tata ruang Wilayah Kabupaten Ngawi 2009, dokumen Ngawi

dalam Angka 2009, Dokumen Dinas Pertanian 2009, dan tiga landasan dasar Penelitian

ini, tentang penentuan Kluster Wilayah di Kabupaten Ngawi, yaitu berdasar Mata

Pencaharian, Topografi dan Sosial Budaya Masyarakat. Maka dapat dirumuskan

bahwa Desa yang masuk dalam Kluster Desa Pertanian terdapat 89 Desa Pertanian,

yang tersebar di beberapa Kecamatan di Kabupaten Ngawi. Selengkapnya lihat tabel

(2)

Tabel 3.2.1 - Data Desa Pertanian Kabupaten Ngawi tahun 2009

No kecamatan desa/ kelurahan No kecamatan desa/ kelurahan

(3)

Tabel 3.2.3

Luas Panen dan Produksi Padi Tahun 2008

Tahun Luas Panen / Produksi / Rata-rata

(Ha)

menurun/ Naik

Ton

menurun/ Naik

Ton/Ha

menurun/ Naik

2004 97,767 5,573,375 57.01

2005 95,426 - 2,341 5,596,359 +22,984 58.65 +1.64 2006 102,589 +7,163 6,044,440 + 448,081 58.92 +0.27 2007 104,377 +1,788 6,386,550 +342,110 61.19 +2.27 2008 105,232 +855 6,738,690 +352,140 64.04 +2.85

Sumber data: Olahan dari Ngawi dalam angka th. 2009

Dari data Tabel 2 diatas, kecenderungan Produksi Padi pada tiap tahunnya

mengalami peningkatan. Namun hal ini perlu dicermati pula, kecenderungan kenaikan

produksi Padi ini belum diimbangi dengan kenaikan pendapatan petani karena

tingginya Input yang dikeluarkan petani dan rendahnya Output yang diterima petani.

Hal Kedua, Adanya Kebijakan Pemerintah tentang Harga dan distribusi Pupuk

yang dirasakan kurang memihak petani, Subsidi harga Pupuk semakin dikurangi serta

distribusinya harus melalui Kelompok Tani. Kebijakan ini sebenarnya jika dijalankan

dengan benar disertai pengawasan yang ketat dan tegas akan membawa dampak yang

bagus, namun yang terjadi justru sebaliknya, dengan adanya kebijakan tersebut para

Agen/Pengecer Resmi Pupuk yang ditunjuk dengan seenaknya mempermainkan harga

Pupuk. Sehingga menyebabkan ketidakmampuan petani untuk membeli yang pada

akhirnya usaha taninya kurang optimal (harga saprodi menjadi mahal dan biaya

produksi tinggi).

Ketiga tentang Perubahan iklim yang kurang bersahabat, karena Global Warming

yang tengah seru diperdebatkan dunia, sudah mulai dirasakan Petani, dimana

Perubahan Iklim yang tidak menentu mengakibatkan Pola tanam dan masa tanam tidak

teratur. Selain itu Wilayah Pertanian di Kabupaten Ngawi adalah hampir sebagian besar

di wilayah Pinggiran Bengawan Solo dan Kali Madiun, Perubahan iklim ini dalam

kurun waktu 3 tahun terakhir ini sering terjadi banjir, yang menyebabkan Gagal Panen.

Keempat adalah Lahan Pertanian di Kabupaten Ngawi sebagian besar adalah

milik Petani kaya dan kondisinya menurun tingkat kesuburan tanahnya. Sehingga

(4)

per Hektar serta Petani miskin hanya mampu menikmati sektor Pertanian sebagai

Buruh tani.

Kelima adalah Pemberian fasilitas Pertanian dari Pemerintah seperti P2T, Waduk,

Bantuan Traktor, rehabilitasi saluran Irigasi dan Akses Jalan ke sawah yang masih

kurang, serta belum merata dan tidak terawat, mengakibatkan Produksi Pertanian tidak

seimbang antar wilayah. Dan jika hal ini tidak segera mendapat perhatian serius dari

Pemerintah, bukan tidak mungkin Hasil Produksi Pertanian di Kabupaten Ngawi akan

mengalami Penurunan. Sistim irigasi yang tidak lancar, lahan pertanian yang sudah

menurun produktivitasnya dirasakan kondisi tersebut semakin berat, karena

terbatasnya infrastruktur pertanian dimana hanya 39.650 Ha dari 5.063 Ha sawah yang

ada terjangkau oleh irigasi teknis yang kondisinya hampir 60 % dalam keadaan rusak

serta sumber mata air yang ada sangat tinggi fluktuasi debit airnya pada musim

penghujan dengan musim kemarau.( hasil diskusi dengan stake holders), sehingga

tidak bisa berfungsi secara optimal. Hal ini berakibat petani harus mengeluarkan dana

ekstra untuk pembelian air, guna mengairi sawahnya. Secara rinci infrastruktur

pertanian tersebut tergambar dalam tabel berikut:

Tabel 3.2.3

Luas Lahan Sawah Menurut Jenis Pengairan (Ha)

No

Kecamatan Teknik

Setengah

teknis Sederhana

Tadah

hujan Lainnya Jumlah

(5)

Tabel 3.2.4

Jumlah Infra struktur Pengairan Untuk Pertanian

No Sumber data :Dinas PU Pengairan, Buku Ngawi dalam angka 2009

Tabel 3.2.5

Jumlah Infra struktur Pengairan Untuk Pertanian

(6)

Dalam kondisi yang seperti terurai tersebut diatas, rata-rata pemilikan lahan per

KK sekitar 0,51 Ha (sawah dan lahan lain), khusus untuk sawah baik yang telah

menggunakan irigasi teknis maupun yang sawah tadah hujan, kepemilikan per KK

petani rata-rata hanya 0,20 Ha. (Lihat tabel 3.2.6).

Tabel 3.2.6

Rata-rata kepemilikan Lahan Pertanian /KK

Lahan/ Sumber data :Ngawi dalam angka 2009 setelah diolah Rata-rata kepemilikan per KK = 0.51 0.20

Dengan kepemilikan lahan seluas 0,20 ha tersebut, maka akan nampak bahwa

setiap petani dengan luasan lahan 0,20 Ha rata-rata hanya memperoleh hasil padi

sekitar 14,25 Kw (Produksi tahun 2009). Kalau diasumsikan harga jual padi per Kg

Rp. 2.500. maka setiap petani akan memperoleh hasil Rp. 3,561,474.08 dalam satu

tahun, dikurangi biaya produksi per 0,20 Ha Rp. 1.000.000 ( asumsi biaya produksi

Rp. 5.000.000/Ha) maka pendapatan bersih sebesar Rp 2,561,474.08/tahun atau Rp.

213,456 /perkapita per bulan.

Sementara BPS Jawa Timur mengeluarkan produk Distribusi pengeluaran per

kapita per bulan penduduk Jawa Timur rata- rata sebesar Rp. 266.149,00.

Dari analisis data tersebut di atas dapat disimpulkan, bahwa para petani/buruh tani

memperoleh pendapatan tambahan dari sektor usaha lain berkisar antara Rp. 52.693/

(7)

Gambaran data statistik tersebut di atas, sesuai dengan hasil asesment dari tim

Penyusun SPKD, yang berupa isu kluster yang dirasakan oleh para petani sebagai

berikut:

2. Isu Kluster

a. Pendidikan:

1) Rendahnya pendidikan masyarakat miskin di sebabkan tidak adanya biaya untuk

melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi

2) Banyaknya lulusan Sekolah formal yang tidak memperoleh pekerjaan sementara

mereka tidak siap bekerja di bidang pertanian

3) Sempitnya lapangan kerja diluar bidang pertanian dan tingginya kompetisi

pencari kerja.

b. Pertanian/Mata Pencaharian:

1) Hasil Pertanian rendah karena menurunnya kesuburan tanah

2) Mahalnya biaya produksi pertanian.

3) Sistem pengairan yang ada belum memadai dan menurunnya debit Sumber mata

air maupun cadangan air Tanah

4) Sering terjadinya bencana alam (Kekeringan, Banjir )yang mengakibatkan gagal

panen.

c. Ekonomi: Rendahnya Pendapatan masyarakat miskin di sebabkan oleh:

1) Sempitnya lapangan pekerjaan

2) Tidak memiliki pekerjaan tetap dan ketrampilan

3) Tidak adanya modal utnuk usaha, dan ketrampilan berwirausaha

(8)

Terbatasnya sarana dan prasarana air bersih. masyarakat desa mengakibatkan

sebagian masyarakat miskin masih menggunakan air sungai untuk kebutuhan sehari

hari.

e. Kesehatan:

Rendahnya tingkat kesehatan masyarakat miskin di sebabkan oleh kurangnya

kepedulian menjaga kesehatan.

f. Sosial:

1) Sebagian masyarakat miskin gemar berjudi sebagai ajang mencari hiburan

2) Sifat malas yang ada disebagaian masyarakat miskin timbul sebagai akibat dari

sikap pesimis terhadap sulitnya mencari lapangan pekerjaan.

Selain permasalahan biaya produksi pertanian yang tinggi dan rendahnya harga

jual hasil produksi pertanian khususnya padi, maka permasalahan lain yang muncul

adalah semakin menyempitnya lahan pertanian yang dimanfaatkan untuk berbagai

kepentingan selama 5 tahun terakhir. Dengan asumsi pemilikan lahan per KK 0,20 Ha ,

maka selama 5 tahun 696 petani kehilangan pekerjaan kepemilikan sawahnya. Dan hal

ini memunculkan pengangguran baru atau buruh tani baru karena tidak memiliki sawah,

sebagai lahan kerjanya.

Berdasarkan data-data statistik dan isu kluster serta analisis tersebut di atas, di

tarik permasalahan mendasar Kluster Desa pertanian di Kabupaten Ngawi yang

menyebabkan kemiskinan adalah sebagai berikut :

3. Masalah Mendasar

a) Rendahnya pendidikan masyarakat miskin di sebabkan oleh ketidakmampuan

masyarakat desa pertanian dalam mengakses pendidikan sekolah menengah

karena pendapatan yang rendah dan mahalnya biaya pendidikan

b) Masyarakat miskin desa pertanian membutuhkan keterampilan sedangkan

pendidikan belum mempu menjawab kebutuhan tersebut

c) Kemampuan petani dalam mengelola usahataninya utamanya mengendalikan hama

(9)

d) Biaya produsi pertanian tinggi yang di sebabkan oleh mahalnya harga pupuk.

e) Masyarakat desa pertanian yang memakai sistem pengiran sumur bor kondisi

permukaan air tanah semakin dalam, bagi daerah yang sudah ada saluran irigasi

kondisinya sudah rusak dan bagi daerah pertanian yang tidak bisa keduanya masih

mengandalkan air hujan

f) Puting beliung, Kekeringan dan banjir mengakibatkan kualitas hasil pertanian

menurun.

g) Terbatasnya lapangan pekerjaan disebabkan karena rendahnya akses masyarakat

terhadap lembaga keuangan baik formal maupun non formal sehingga tidak mampu

menciptakan lapangan pekerjaan baru

h) Keterbatasan sarana prasarana air bersih mengakibatkan sebagian masyarakat

miskin masih menggunakan air sungai untuk kebutuhan sehari hari

i) Masyarakat miskin kurang peduli terhadap kesehatan yang disebabkan rendahnya

SDM dan mahalnya biaya pengobatan.

j) Kegemaran berjudi sebagian masyarakat miskin menyebabkan tergangunya

perekonomian keluarga.

k) Akibat dari sifat malas sebagian masyarakat miskin tersebut, mereka menjadi

enggan untuk berusaha meningkatkan perekonomian keluarga.

Dalam upaya menyelesaikan semua permasalahan mendasar tersebut diatas,

dengan asumsi apabila permasalahan mendasar teratasi maka bidang pertanian akan

menjadi bidang yang cukup ekonomis untuk digeluti yang pada gilirannya akan

mengurangi faktor penyebab kemiskinan di Kabupaten Ngawi, maka dipilih strategi

untuk mengatasi permasalahan tersebut, sebagai berikut :

4. Strategi Terpilih

a. Mengembangkan penyuluhan-penyuluhan serta pendampingan tentang pentingnya

(10)

masyarakat usia kerja dengan strategi pendidikan berbasis pemberdayaan potensi

lokal.

b. Meningkatkan kapasitas petani dalam mengendalikan hama dengan cara

mamberikan penyuluhan, pendampingan pola tanam yang tepat dan pemanfaatan

potensi alam penyeimbang Agro Ekosistem.

c. Menekan biaya produksi pertanian dengan mengembangkan pertanian input rendah

dengan cara melibatkan masyarakat petani dalam perencanaan dan pelaksanan serta

pelembagaan penggunaan sarana produksi pertanian berbasis teknologi semi

organik dan organik dengan memanfaatkan potensi lokal secara mandiri

d. Membangun dan memperbaiki sistem pengairan serta merehabilitasi sumber-sumber

air yang rusak dengan cara membangun kemitraan dengan masyarakat dalam

pemeliharaan dan pengelolaannya serta memasyarakatkan gerakan Sumur Resapan.

e. Mengurangi petensi resiko bencana alam dengan cara menggalakkan aksi

pelestarian hutan dan pelestarian lingkungan Hidup.

f. Memperluas program-program pemberdayaan UMKM dengan cara membentuk,

membina kelompok-kelompok usaha masyarakat dengan memberikan modal usaha

tanpa bunga atau bunga rendah (ketrampilan dan finansial)

g. Memperluas sarana dan prasarana air bersih dan memanfaatkan sumber-sumber

mata air yang ada sehingga masyarakat miskin mampu menikmati air bersih dengan

cukup. Meningkatkan kesadaran masyarakat miskin akan pentingnya kesehatan

dengan cara memberikan penyuluhan-penyuluhan, serta membebaskan masyarakat

miskin dari semua biaya pengobatan.

h. Meningkatkan kesadaran masyarakat miskin tentang dampak negatif judi dan sikap

malas dengan cara memberikan pembinaan mental dan pelatiahan keterampilan dan

peluang usaha.

i. Memperbaiki cadangan sumber daya air baku di Kabupaten Ngawi dengan cara:

reboisasi/ penghijauan, rehabilitasi dan konservasi secara partisipatif terutama di

daerah tangkapan air, dan pengaturan pengelolaan sumber daya air baku,

pembuatan sumur resapan.

(11)

k. Mencegah perubahan fungsi lahan pertanian produktif menjadi fungsi-fungsi yang

lain dengan cara menyusun RTR secara transparan dan partisipatif sesuai dengan

pengembangan pertanian & penegakan perda tersebut.

l. Melakukan diversifikasi usaha berbasis pertanian dengan cara penganekaragaman

tanaman, beternak, memproduksi saprotan dengan memperhatikan kebutuhan,

potensi spesifik lokal.

m. Memberikan kewenangan kepada masyarakat untuk pengelolaan sistim irigasi

bersama dengan DPU pengairan secara transparan dan partisipatip.

n. Membangun dan memelihara jaringan irigasi yang berbasis masyarakat dengan cara

memberikan kewenangan kontrol pada jaringan primer dan sekunder dan

kewenangan mengelola jaringan tersier dan kuarter.

Dengan Strategi tersebut di atas, maka akan tercapai tujuan-tujuan sebagai berikut:

5. Tujuan

a. Terwujudnya pertanian input rendah/ yang berkelanjutan.

b. Menciptakan citra produksi pertanian organik Ngawi.

c. Meningkatkan dan melestarikan cadangan sumber air baku.

d. Mengatur penggunaan air baku untuk air bersih irigasi dan industri.

e. Meningkatkan mekanisme kontrol sosial dalam perubahan fungsi lahan.

f. Meningkatnya pendapatan masyarakat miskin baik laki-laki maupun perempuan.

g. Mengembangkan usaha baru yang berbasis pertanian.

h. Distribusi air merata sesuai dengan kebutuhan lahan pertanian.

i. Petani pengguna air (HIPPA) mampu mengelola jaringan irigasi.

j. Produksi Pertanian meningkat dan akses pemasran mudah

Tujuan-tujuan dari strategi terpilih akan tercapai kalau memenuhi

indikator-indikator sebagai berikut:

6. Indikator

a) Meningkatnya angka partisipasi sekolah masyarakat dalam lima tahun lebih dari

(12)

b) 95% anak usia sekolah dari keluarga miskin dapat mengakses pendidikan sesuai

dengan jenjang pendidikannya

c) Meningkatnya kwalitas pendidikan/sekolah yang mampu menjawab kebutuhan

pasar kerja

d) Meningkatnya pemanfaatan potensi lokal , lestarinya predator hama dan pola tanam

pertanian yang tepat dan seimbangnya Agro Ekosistem.

e) Meningkatnya kesadaran masyarakat dalam penggunakan pupuk organik.

f) Tersedianya sarana produksi pertanian yang mudah dan murah.

g) Tersedia dan berfungsinya saluran irigasi pertanian serta terawatnya

sumber-sumber mata air dan meningkatnya permukaan air tanah.

h) Meningkatnya kepedulian masyarakat akan kelestarian hutan dan lingkungan.

Tumbuhnya kelompok-kelompok usaha mandiri yang dikelola oleh masyarakat.

i) Meningkatnya ketersediaan sarana dan prasarana air bersih bagi masyarakat miskin.

j) Menurunya angka kesakitan dan meningkatnya pemanfaatkan fasilitas kesehatan

oleh masyarakat miskin.

k) Menurunnya angka paktek perjuadian kelompok masyarakat miskin

l) Meningkatnya produktifitas kerja kelompok masyarakat miskin.

Untuk mencapai indikator-indikator tersebut diatas, akan dijabarkan kedalam

bentuk program dan kegiatan seperti tabel berikut:

Gambar

Tabel 3.2.1 - Data Desa Pertanian Kabupaten Ngawi tahun 2009
Tabel 3.2.3  Luas Panen dan Produksi  Padi Tahun 2008
Tabel 3.2.3 Luas Lahan Sawah Menurut Jenis Pengairan (Ha)
Tabel 3.2.4 Jumlah Infra struktur Pengairan Untuk Pertanian
+2

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil dan pembahasan dari penelitan ini antara model threshold paling baik yang digunakan untuk identifikasi daerah bekas terbakar dari citra Landsat 8

• Defisit, menunjukan tingkat deplesi lengas tanah sesudah irigasi: nilai nol berarti pengisian sampai kapasitas lapang; nilai positif menggambarkan kondisi

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis dan mengembangkan sistem reservasi dan penyewaan kamar hotel dengan menggunakan model RAD dan pendekatan

Upaya Dinas Kesehatan (Farmakmin) dalam memberantas kosmetik berbahaya teregister BPOM khususnya krim wajah telah dilakukan dengan cara mengundang para masyarakat

Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam perancangan basisdata kluster ini adalah dengan menginstal virtualbox, kemudian membuat beberapa server pada virtualbox dengan Ubuntu

Dari hasil uji korelasi produc moment yang dilakukan, terbukti bahwa ada hubungan yang positif dan signifikan promosi terhadap keputusan nasabah memilih bank

Berdasarkan latar belakang di atas yang telah diuraikan, maka peneliti tertarik untuk menguji apakah dengan adanya risiko pembiayaan, risiko likuiditas dan risiko

Dengan kondisi rumah yang lebih tinggi daripada tempat di sekitarnya, rumah tidak hanya berfungsi sebagai tempat tinggal, tetapi juga sebagai bentuk perlindungan,” jawab