• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sumbawa adalah rumah sakit umum milik Pemerintah Daerah (Pemda) Sumbawa Besar yang mulai melakukan pelayanannya sejak tahun 1950. RSUD Sumbawa terletak di ibu kota kabupaten Sumbawa Besar, Nusa Tenggara Barat di mana kabupaten ini terdiri dari 24 kecamatan dengan jumlah penduduk 415.363 jiwa. Lokasi RSUD Sumbawa cukup strategis yaitu di tengah-tengah pusat pemerintahan, pendidikan, perkampungan dan perdagangan.Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia tanggal 26 Februari 1993, RSUD Sumbawa ditetapkan menjadi rumah sakit dengan klasifikasi C. Pada 16 Januari 2009 terakreditasi dengan 5 standar pelayanan dengan status akreditasi penuh tingkat dasar meliputi administrasi manajemen, pelayanan medis, gawat darurat, keperawatan dan rekam medis (Profil RSUD, 2011). Dari segi ketenagaan, RSUD Sumbawa memiliki jumlah tenaga kesehatan maupun non kesehatan sebanyak 443 orang yang terdistribusi seperti pada tabel berikut ini:

Tabel 1. Data Tenaga Kesehatan di RSUD Sumbawa Tahun 2011

NO PENDIDIKAN STATUS TOTAL

PNS NON PNS

1 Dokter Spesialis 7 0 7

2 Dokter Umum 19 7 26

3 Dokter Gigi Spesialis 1 0 1

4 Tenaga Keperawatan 140 76 216

5 Tenaga Kefarmasian 11 6 17

6 Tenaga Kesehatan Masyarakat 7 4 11

7 Tenaga Gizi 9 0 9

8 Tenaga Rehabilitasi Medik 6 2 8

9 Tenaga Teknis Medis 26 4 30

TOTAL 226 99 325

Sumber: Profil RSUD Sumbawa Tahun 2011

(2)

Tabel 2. Data Tenaga Non Kesehatan di RSUD Sumbawa Tahun 2011

NO PENDIDIKAN STATUS TOTAL

PNS NON PNS 1 Pasca sarjana 3 0 3 2 Sarjana (S1) 8 7 15 3 Diploma 10 6 16 4 SLTA 36 32 68 5 SLTP/sederajat 5 1 6 6 SD/sederajat 5 5 10 TOTAL 67 51 118

Sumber: Profil RSUD Sumbawa Tahun 2011

Tingkat pemanfaatan, mutu pelayanan dan tingkat efisiensi pelayanan dapat dilihat dari beberapa indikator. Jumlah kunjungan pasien dari seluruh poliklinik yang ada di RSUD Sumbawa Besar pada Tahun 2010 yaitu sebanyak 33.832 kunjungan, meningkat 10,9% pada tahun 2011 dengan jumlah kunjungan 37.524 (Profil RSUD, 2011). Dengan jumlahtempat tidur 135 unit, indikator rawat inap ditunjukkan pada tabel 3:

Tabel 3. Indikator Pelayanan RSUD Sumbawa Tahun 2009 - 2011 Bulan/

Indikator

BOR AvLOS TOI BTO NDR GDR

% hari hari kali

2011 79,69 2,77 0,74 100,54 7,63 34,10

2010 75,37 2,85 0,94 95,89 8,62 32,07

2009 72,78 2,99 1,23 80,75 5,4 35,29

Sumber: Profil RSUD Sumbawa Tahun 2011

Selain RSUD Sumbawa, di Kabupaten Sumbawa Besar terdapat rumah sakit milik pemerintah propinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) yaitu Rumah Sakit Propinsi NTB di Sumbawa yang sampai saat ini masih dalam tahap penyelesaian fisik bangunan, namun sudah mulai melakukan pelayanan rawat jalan. RSUD Sumbawa selama ini melayani masyarakat di kabupaten Sumbawa Besar juga masyarakat dari kabupaten Sumbawa Barat, hal ini dikarenakan Rumah Sakit di Kabupaten Sumbawa Barat masih dalam tahap pembangunan dan belum beroperasional penuh dalam pelayanan. Untuk sektor swasta terdapat satu klinik

(3)

swasta yang memberikan pelayanan layaknya rumah sakit lengkap dengan kamar operasi, yang mengambil segmen pelayanan untuk masyarakat mampu di Sumbawa.

Dengan semakin bertambahnya rumah sakit pemerintah maupun swasta di Kabupaten Sumbawa Besar dan penerapan Sistem Jaminan Sosial Nasional pada awal tahun 2014, menuntut pihak manajemen RSUD Sumbawa untuk semakin responsif terhadap lingkungan eksternal untuk lebih meningkatkan mutu pelayanan bagi masyarakat. Manajemen RSUD Sumbawa diharapkan untuk tetap mampu menempatkan RSUD Sumbawa sesuai visi rumah sakit yaitu: “Mewujudkan RSUD Sumbawa yang unggulan, mandiri, dan profesional” sehingga tetap menjadi pilihan bagi masyarakat. Dukungan dari stakeholder internal dan eksternal menjadi kunci sukses untuk mencapai tujuan tersebut. Bentuk dukungan stakeholder yang diharapkan dari sudut pandang manajemen rumah sakit berupa dukungan terhadap pelaksanaan kebijakan, dukungan regulasi pendukung dan dukungan pendanaan.

Undang-Undang RI No 44, Tahun 2009 mengharuskan rumah sakit pemerintah yang berstatus Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) diharuskan menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan-Badan Layanan Umum Daerah (PPK-BLUD). Kelebihan BLUD adalah dalam pola pengelolaan keuangannya dengan memberikan fleksibilitas berupa keleluasaan untuk menerapkan praktek-praktek bisnis yang sehat dan menerapkan sistem informasi manajemen keuangan sesuai dengan kebutuhannya. Penyelenggaraan akuntansi dan laporan keuangan menggunakan basis akrual yang baik dalam pengakuan pendapatan, biaya, aset, kewajiban dan ekuitas dana (Permendagri No 61, 2007).

Di beberapa negara pemberian fleksibilitas dalam pengelolaan keuangan dan keleluasaan mengambil keputusan berkaitan dengan pengelolaan rumah sakit, telah memberikan dampak yang positif. Dampak positif seperti terlihat dalam hasil analisis yang dilakukan oleh Pallesen dan Pedersen (1993) dalam Chawla et al., (1996), di Denmark, menunjukkan adanya penurunan anggaran belanja rumah sakit sekitar 1,7 persen dari tahun 1989 – 1992 setelah penerapan kebijakan pemberian wewenang yang luas untuk membuat keputusan dan pengelolaan

(4)

keuangan. Dampak positif kebijakan ini juga terlihat dari pengalaman penerapan di Kenyatta National Hospital Kenya, yang menunjukkan peningkatan pendapatan dari 1% di tahun 1986/1987, menjadi hampir 10% pada tahun 1993/1994 (Collins, Njeru, & Meme, 1996).

Salah satu titik lemah didalam manajemen rumah sakit pemerintah adalah birokrasi yang membelenggu, yang membuat organisasi sulit berkembang dan beradaptasi. BLUD rumah sakit merupakan sistem birokrasi yang mendapatkan kelonggaran dalam pengelolaan keuangan dengan tujuan untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat dengan lebih baik, akan tetapi sistem luar, para stakeholder eksternal di pemerintahan yang masih birokratis bisa menghambat inovasi dibidang pelayanan dan harus disinkronkan dengan perbaikan sistem didalam RSUD (Sujudi, 2011). Fleksibilitas yang diberikan kepada seorang direktur justru akan memotivasi dia untuk lebih proaktif dalam membuat keputusan, bisa leluasa berkompetisi dengan pesaing, mendorong efisiensi dan meningkatkan mutu untuk dapat tetap bertahan (Castano, Bitran, & Giedion, 2004). Fleksibilitas dalam pengelolaan keuangan dapat memberikan pengaruh ke seluruh unit dan sistem dalam RSUD. Hal ini seharusnya dianggap peluang oleh RSUD Sumbawa dengan segera membenahi diri, melengkapi segala persyaratan dan melakukan pengajuan untuk menerapkan PPK-BLUD.

Peran stakeholder dalam organisasi kesehatan seperti rumah sakit bukan saja hanya menyangkut hasil kinerja dari rumah sakit, namun juga berperan dalam hal finansial dan ethical dalam setiap keputusan dan program rumah sakit. Para stakeholder akan tetap secara konsisten ikut mempengaruhi perilaku dan mengarahkan, sehingga rumah sakit secara konsisten memenuhi kebutuhan dan prioritas kepentingan para stakeholder (Rotarius & Liberman, 2000).

Dalam profil RSUD Sumbawa Tahun 2011 tertulis bahwa pihak manajemen sedang mempersiapkan dokumen persyaratan administratif dalam rangka penerapan BLUD. Namun pada kenyataanya sampai saat ini belum ada penetapan RSUD Sumbawa menjadi BLUD. Belum jelas apa yang menjadi penyebab penundaan pengajuan status BLUD RSUD Sumbawa. Dari informasi awal, diketahui bahwa dari stakeholder internal belum siap untuk bertanggung

(5)

jawab terhadap laporan keuangan dan kemungkinan berkurangnya subsidi dari APBD. Dari stakeholder eksternal didapat informasi kalau RSUD Sumbawa dianggap belum mampu untuk menerapkan PPK-BLUD.

Dalam menghadapi perkembangan lingkungan yang penuh ketidakpastian, manajemen rumah sakit dituntut harus memahami dan melakukan pendekatan kepada para stakeholder. Hasil analisis terhadap stakeholder baik internal maupun eksternal tentu saja diharapkan dapat memberikan masukan yang bermanfaat bagi pihak manajemen RSUD Sumbawa untuk dapat mengetahui seberapa besar dukungan dari para stakeholder terhadap rencana RSUD Sumbawa menjadi BLUD. Harapannya RSUD Sumbawa nanti bukan hanya sekedar ganti nama menjadi BLUD, tapi betul-betul melakukan aturan main sebagaimana layaknya BLUD. Dukungan para stakeholder RSUD Sumbawa baik internal maupun eksternal untuk menerapkan BLUD yang dirasa masih rendah memerlukan analisis stakeholder untuk mendeskripsikan dukungan stakeholder internal dan eksternal RSUD Sumbawa untuk menjadi BLUD. Selain persyaratan yang ada dalam Permendagri Nomor 61 tahun 2007, keberadaan rumah sakit dengan status BLUD pada prakteknya juga memerlukan dukungan yang sungguh-sungguh berdasarkan pemahaman yang benar tentang BLUD dari stakeholder internal dan eksternal. Untuk mendapatkan gambaran tentang dukungan ini diperlukan analisis stakeholder.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas peneliti merumuskan masalah sebagai berikut: Bagaimana dukungan stakeholder internal dan eksternal terhadap rencana RSUD Sumbawa untuk menerapkan PPK-BLUD?

(6)

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum:

Mendeskripsikan dukungan stakeholder RSUD Sumbawa dalam menerapkan PPK-BLUD kemudian mengusulkan solusi berupa strategi intervensi kepada seluruh stakeholder.

2. Tujuan Khusus:

a) Memetakan stakeholder menurut posisi, dukungan, power dan kepemimpinan, pengetahuan, kepentingan dan potensial aliansi.

b) Mendeskripsikan dukungan stakeholder internal RSUD Sumbawa dalam menerapkan PPK-BLUD.

c) Mendeskripsikan dukungan stakeholder eksternal RSUD Sumbawa dalam menerapkan PPK-BLUD.

d) Mengusulkan solusi kepada manajemen RSUD Sumbawa berupa strategi intervensi untuk seluruh stakeholder RSUD Sumbawa.

D. Manfaat Penelitian

1. Hasil penelitian ini akan berguna bagi manajemen RSUD Sumbawa sebagai informasi awal hasil analisis stakeholder internal dan eksternal dan saran-saran bagi manajemen untuk menerapkan strategi intervensi kepada seluruh stakeholder RSUD Sumbawa.

2. Bagi peneliti akan sangat berguna dalam memperluas pemahaman manajemen BLUD, aturan-aturan BLUD, aplikasinya dan terutama menganalisa lingkungan internal dan eksternal dari sudut stakeholder di RSUD Sumbawa, sebagai salah satu faktor dalam pengelolaan manajemen rumah sakit.

(7)

E. Keaslian Penelitian

Laporan penelitian tentang Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) dan analisis stakeholder yang pernah dilakukan adalah:

1. Penelitian Oku Asmana, judul ”Analisis kelayakan RSUD dr. H. M. Rabain Muara Enim Sebagai Badan Layanan Umum Daerah”. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan rancangan studi kasus, penelitian ini menganalisis kinerja pelayanan, kinerja keuangan dan syarat administratif secara kuantitatif dan menganalisis pendapat stakeholder secara kualitatif. Hasil penelitian: Kelayakan RSUD dr. H. M. Rabain Muara Enim dinilai dari kinerja pelayanan sudah layak dengan nilai indeks kepuasan masyarakat 67,76 atau lebih dari nilai standar 62,51. Kinerja keuangan sudah sehat dengan pertumbuhan penerimaan positif 55,13% pertahun, cost recovery rate sebesar 121,27% dan indeks keuangan 75,5 tahun 2006 dan 2007 meningkat menjadi 77 sudah diatas standar nilai 70. Persyaratan administrasi telah lebih dari 60% yaitu 76,13%. Stakeholder setuju dan mendukung bila rumah sakit menerapkan Badan Layanan Umum Daerah dan bersedia meningkatkan kinerja pelayanan (Oku Asmana, 2008).

2. Penelitian Nursafinah, judul ”Penetapan BLU Bertahap Berdasarkan Kebijakan Departemen Keuangan pada RSP Dr. M. Goenawan Partowidigdo”. Jenis penelitian studi kasus dengan metode analisis deskriptif secara kualitatif yaitu penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau secara lisan dari orang-orang atau pelaku kebijakan yang diamati. Hasil penelitian: RSP Dr. M. Goenawan Partowidigdo dalam penetapannya menjadi BLU bertahap cenderung subjektif dikarenakan tidak transparannya metode penilaian yang diberikan, tetapi setelah ditetapkan menjadi BLU bertahap, maka keluarlah pedoman penilaian dimana pada aturannya tersebut tidak berbeda dengan apa yang diajukan oleh RSPG pada saat mengusulkan menjadi BLU (Nursafinah, 2009).

(8)

3. Penelitian Surianto, judul ”Evaluasi Pelaksanaan Penerapan Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) di RSUD Undata Propinsi Sulawesi Tengah”. Jenis penelitian yang dilakukan dengan metode analisis deskriptif secara kualitatif dengan rancangan studi kasus. Hasil penelitian: Pelaksanaan penerapan BLUD berdasarkan hasil kajian evaluasi di RSUD Undata dan Dinas Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah menunjukkan bahwa: penerapan yang sesuai standar yaitu Pola Tata Kelola, Rencana Strategis Bisnis dan Laporan Pengelolaan Keuangan dengan analisis sudah dijalankan dengan baik. Sedangkan penerapan yang belum sesuai dengan kriteria adalah Standar Pelayanan Minimal belum bisa dilaksanakan secara optimal sesuai indikator dan kriteria SPM serta peran Dinas Kesehatan sebagai Dewan Pengawas belum dilaksanakan oleh karena belum ada pembentukan Dewan Pengawas, hasil analisis kedua katagori tersebut masih kurang (Surianto, 2011).

Perbedaan dengan penelitian-penelitian terdahulu, penelitian ini melakukan analisis stakeholder secara khusus berkaitan dengan rencana penerapan BLUD di RSUD Sumbawa. Dalam penelitian ini akan menggunakan Stakeholder Analisis Guidelines dari Kammi Schmeer.

Gambar

Tabel 1. Data Tenaga Kesehatan di RSUD Sumbawa Tahun 2011
Tabel 3. Indikator Pelayanan RSUD Sumbawa Tahun 2009 - 2011  Bulan/

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti didapatkan data bahwa di Rumah Sakit Islam Purwokerto sudah tersedia perangkat pendukung untuk pelaksanaan pemenuhan

Hasil penelitian ini secara teoritis diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam cara meminimalisir perilaku konsumtif di kalangan remaja salah satunya dengan

Struktur mempengaruhi perilaku dan kinerja didalam pasar, begitu juga sebaliknya, perilaku dan kinerja mempengaruhi struktur. Dalam struktur terdapat market concertration,

Kekurangan anak dalam melakukan komunikasi secara verbal hendaknya tidak menyurutkan langkah orangtua untuk tetap menjalin hubungan komunikasi yang baik dan

Hasil penelitian menyatakan bahwa ketiga variabel yang terdiri dari aktiva tetap, hutang jangka panjang dan modal mempengaruhi kinerja keuangan PT Berdikari United

Visi ini merupakan cara pandang kedepan, kearah mana Badan Kepegawaian dan Diklat Kota Batam akan diarahkan dan berkarya agar tetap konsisten dan dapat tetap eksis, antisipatif,

tradisi dhekahan dhusun di Dusun Mangurejo Desa Guli Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali tetap diadakan secara turun-temurun sampai anak cucu nanti, (3) peneliti

Seseorang yang mengalami situasi atau kondisi yang menimbulkan stres, secara alamiah akan berusaha untuk mengatasinya dengan menggunakan sejumlah perilaku tertentu, salah