• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Bulanan Fund Manager Summary

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Laporan Bulanan Fund Manager Summary"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

Tinjauan Ekonomi Tinjauan Pasar Saham Tinjauan Pasar Obligasi Data Ekonomi

TINJAUAN EKONOMI

Surplus meningkat

Data neraca perdagangan menunjukkan surplus sebesar USD709mn di bulan Jan15, meningkat dari USD187mn di Dec14, seiring penurunan tajam dalam impor di bulan tersebut. Impor turun sebesar 12.8%MoM (-15.6%YoY), lebih tajam dibandingkan penurunan ekspor yang sebesar 9.0%MoM (-8.1%YoY).

Ekspor non migas turun sebesar 8.5%MoM (-6.2%YoY) di bulan Jan15 dengan ekspor peralatan listrik mencatat penurunan terbesar yaitu 14.7%MoM (-13.8%YoY) diikuti oleh ekspor CPO (-9.5%MoM, +7.1%YoY). Sementara itu, impor turun lebih lambat yaitu 5.2%MoM (-7.8%YoY). Hal ini mengakibatkan penurunan surplus sektor non migas di bulan tersebut (-38.8%MoM, 50.5% YoY).

Untuk sektor migas, ekspor turun sebesar 11.7%MoM (-17.0%YoY), sementara impor turun lebih tajam yaitu sebesar 37.6%MoM (-40.4%YoY) akibat penurunan harga minyak dalam periode tersebut. Penurunan tajam dalam impor menyebabkan penurunan deficit sektor migas di bulan tersebut.

Terhadap total impor, impor barang konsumen mencatat penurunan tertinggi yaitu 31.2%MoM (-20.3%YoY), diikuti oleh impor bahan baku yaitu sebesar 13.4%MoM (-15.0%YoY). Sementara di sisi lain, impor barang modal relatif stabil sebesar 0.1%MoM (-16.3%YoY). Impor dari bahan baku masih mencakup proporsi tertinggi dari total impor yaitu 76.3% di bulan Jan15.

Deflasi di bulan Feb15, suku bunga acuan BI diturunkan sebesar 25bps.

Deflasi sebesar 0.36%MoM tercatat di bulan Feb15, sehingga mengakibatkan inflasi YoY menjadi 6.29% (dari 6.96%YoY di Jan15). Deflasi di bulan Feb15 terutama dipicu oleh adanya deflasi di sektor transportasi (-1.53%MoM) dan bahan makanan (-1.47% MoM) karena sektor lainnya sesungguhnya masih mencatat inflasi di bulan tersebut. Dua sektor ini menyumbang -0.58ppt terhadap total deflasi bulanan. Penyumbang deflasi bulan Feb15 berdasarkan tipe pengeluaran adalah bahan makanan (-1.47%MoM), makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau (+0.45%MoM), perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar (+0.41%MoM), sandang (+0.41%MoM), kesehatan (+0.39%MoM),

Indonesia trade data

Source: Central Bureau of Statistics (BPS)

Dec-14 Jan-15 mom% Jan-14 yoy% 2014YTD 2015YTD yoy%

Exports (US$mn) 14,621 13,301 -9.0% 14,472 -8.1% 14,472 13,301 -8.1

Non-oil&gas Exports (US$mn) 12,268 11,224 -8.5% 11,971 -6.2% 11,971 11,224 -6.2

Oil&gas-Exports (US$mn) 2,353 2,077 -11.7% 2,502 -17.0% 2,502 2,077 -17.0

Imports (US$mn) 14,435 12,592 -12.8% 14,916 -15.6% 14,916 12,592 -15.6

Non-oil&gas Imports (US$mn) 11,045 10,476 -5.2% 11,366 -7.8% 11,366 10,476 -7.8

Oil&gas-Imports (US$mn) 3,390 2,115 -37.6% 3,551 -40.4% 3,551 2,115 -40.4

Trade balance (US$mn) 187 709 NM -444 NM -444 709 NM

Non oil and gas 1,223 748 -38.8% 605 -50.5% 605 748 24%

Oil&gas balance -1,036 -39 NM -1,049 NM -1,049 -39 NM

Laporan Bulanan

(2)

pendidikan (+0.14%MoM) dan transportasi, komunikasi dan jasa keuangan (-1.53%MoM).

Sementara itu, inflasi inti tercatat sebesar 4.96%YoY di bulan Feb15 (menurun dari 4.99%YoY di bulan sebelumnya), antara lain disebabkan oleh penurunan harga emas dan biaya transportasi. Sejalan dengan membaiknya outlook inflasi, BI menurunkan suku bunga acuannya sebesar 25bps pada tanggal 17 February 2015 menjadi 7.50%.

Rupiah melemah, hanya minyak meningkat

The Bloomberg-JP Morgan Asia Dollar Index (ADXY), yang mengikuti pergerakan 10 mata uang teraktif selain JPY sedikit mengalami peningkatan menjadi 111.98 di bulan Feb15 dari 111.92 di bulan Jan15. Rupiah terdepresiasi sebesar 2.1%MoM menjadi Rp12,932/USD di bulan Feb15. Harga minyak Brent meningkat menjadi USD62.58/barrel di bulan Feb15 dari USD52.99/barrel di bulan sebelumnya. Cadangan devisa meningkat menjadi USD115.5bn di akhir Jan15 dibandingkan dengan USD111.9 bn di akhir Dec14.

Berita penting lainnya

Data penjualan bulanan: penjualan mobil meningkat, namun penjualan semen menurun

Di bulan Feb15, penjualan mobil tercatat mengalami peningkatan menjadi sebesar 94,139 unit (+19.5%MoM, -9.1%YoY), sementara penjualan motor domestik mengalami penurunan menjadi 502,783 unit (-9.6%MoM; -13.2%YoY). Penjualan semen menurun menjadi 4,792mn tons di Jan15 (-10.8%MoM or +3.2%YoY).

DPR menyetujui RAPBN-P 2015

DPR akhirnya menyetujui RAPBN-P 2015 yang menganggarkan deficit fiscal sebesar 1.9% dari PDB. Dalam revisi tersebut, total pendapatan dan pengeluaran mengalami penurunan sebesar Rp7.3tn dan Rp10.7tn menjadi Rp1,761tn dan Rp1,984 tn.

Badrodin Haiti dinominasikan sebagai calon Kapolri

Presiden Jokowi menominasikan Badrodin Haiti sebagai Kapolri baru, membatalkan nominasi Budi Gunawan. Persetujuan dari DPR diharapkan dapat diperoleh pada pertengahan Maret. Sementara itu, presiden juga telah memberhentikan sementara Ketua KPK Abraham Samad dan Wakil Ketua KPK Bambang Widjojanto, sementara menunggu hasil investigasi polisi.

Telekom Indonesia kemungkinan akan menurunkan rasio pembagian dividennya

Menurut Menteri BUMN Rini Soemarno, Telekom Indonesia kemungkinan akan menurunkan rasio pembagian dividennya menjadi 40% berdasarkan kinerja FY14, menurun dari 70% sebelumnya.

Mitra Keluarga akan IPO

Mitra Keluarga dilaporkan akan melakukan Penawaran Umum Perdana Saham (IPO) dengan menawarkan 261.9mn saham, meraih dana segar sebesar Rp4.7tn. Harga penawaran akan berkisar antara Rp14,500-18,000. Perdagangan diperkirakan akan dimulai pada tanggal 24 March 2015.

General Motors menutup pabriknya di Indonesia

General Motors tidak akan memproduksi mobil lagi di Indonesia. Perusahaan ini akan menutup pabrik perakitannya di Indonesia sebelum Jun15, dan merumahkan sekitar 500 karyawan. GM akan tetap menjual mobil melalui jaringan dealernya.

TINJAUAN PASAR SAHAM

A Record High

Pasar saham AS mencapai level tertinggi sepanjang tahun seiring dengan berita Yunani yang mencapai persetujuan atas rencana bailout dan data upah menunjukkan perbaikkan dengan jumlah pekerja bertambah sebesar 1 juta dari November ke Januari. Meski demikian, Yellen juga menyebutkan bahwa inflasi dan kenaikkan upah masih terlalu rendah, yang meyakinkan investor bahwa Fed akan tetap menekan suku bunga rendah lebih lama. Sementara itu, jumlah oil rig di AS terus menurun meski dengan kecepatan yang lebih lambat, sementara produksi OPEC naik sebesar 163,000 barel per hari menjadi 30,568 juta di Februari. Di India, Modi mencanangkan anggaran yang mendukung pertumbuhan tanpa menurunkan alokasi subsidi, dan justru menaikkan belanja infrastruktur menjadi 11% dari 14% dan menurunkan pajak korporat dari 30% menjadi 25%. Pertumbuhan ekonomi India di prediksi mencapai 8.5% di tahun depan, yang merupakan pertumbuhan tercepat di antara emerging markets. Di Jerman, jumlah pengangguran menurun menjadi 2.81 juta di Februari, lebih baik dari perkiraan ekonom. Jumlah orang pengangguran yang telah disesuaikan tetap di level 6.5%, terendah selama 2 dekade terakhir seiring dengan pertumbuhan ekonomi yang didukung oleh belanja domestik dan ekspor. Kinerja indeks global di bulan Februari: Dow Jones (5.64%), Nasdaq (7.08%), DJ Euro Stoxx 50 (7.39%), Deutsche DAX (6.61%), Nikkei 225 (6.36%), KOSPI (1.87%), Sensex (0.13%), Straits Times (+0.34%), Shanghai (3.11%), Hang Seng (1.29%), SET (0.36%). Di bulan Februari, IHSG mencatatkan rekor terbarunya di level 5.451 pada 26 Februari setelah BI secara tak diduga menurunkan suku bunga acuan sebesar 25bps ke level 7.50% pada 17 Feb. Pada akhir bulan, IHSG ditutup pada level 5.450 atau naik 3.04%MoM, tetapi dalam mata uang USD, kenaikannya lebih rendah 83bps karena pelemahan rupiah. DPR juga telah menyetujui RAPBN-P 2015, dengan target deficit fiscal sebesar 1.9% dari GDP. Target Penerimaan dalam APBN-P 2015 turun sebesar Rp7,3tn menjadi Rp1.761tn dan total Belanja juga dipotong sebesar Rp10,7tn menjadi Rp1.984tn. Presiden Jokowi mengangkat Badrodin Haiti sebagai Kapolri yang baru dan memberhentikan pemimpin KPK Abraham Samad dan Bambang Widjojanto karena masuk dalam penyelidikan oleh polisi. Rupiah terus melemah di bulan Februari, dibuka pada level Rp12.672/USD dan ditutup pada Rp12.932/USD (melemah 2%MoM). Rata-rata nilai transaksi perdagangan sebesar USD538juta, sedikit naik 4% dibanding bulan Januari. Investor asing tercatat melakukan pembelian bersih sebesar USD830juta di Februari sehingga total YTD pembelian bersih sebesar USD0.84 milyar. Sektor yang kinerjanya melebihi IHSG selama Februari adalah Financials (+7.63%), Trade and Services (+7.13%), Property and Construction (+3.39%). Sementara yang tertinggal dari indeks adalah Consumer (-2.27%), Mining (-1.30%), Miscellaneous Industry (-0.51%), Basic Industry (+0.30%), Infrastructure and telecommunication (+1.34%), Plantation (+2.25%).

(3)

TINJAUAN PASAR OBLIGASI

Suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) turun 25 bps menjadi 7.50%

Harga obligasi turun di paruh pertama awal bulan dikarenakan kekhawatiran investor global dengan menegangnya hubungan antara Yunani dan para krediturnya. Di pertengahan bulan, BI memutuskan untuk menurunkan suku bunga acuannya sebesar 25 bps menjadi 7.50%. keputusan ini membantu harga obligasi untuk kembali naik. Walaupun harga obligasi kembali menguat, Nilai tukar rupiah ditutup melemah ke level Rp 12.932/USD, dibandingkan Rp 12.672/USD pada saat akhir bulan Januari. Neraca perdagangan bulan Januari menunjukan surplus USD 709 juta, lebih baik dibandingkan konsensus yang sebesar surplus USD 56 juta. Ekspor bulan Januari lebih rendah dari konsensus (-8,09% YoY, konsensus -4,60% YoY) sedangkan impor ikut mengalami penurunan (-15,59% YoY, konsensus -6,00% YoY). Pemerintah juga mengumumkan data Produk Domestik Bruto (PDB) tahun 2014 sebesar 5.01% YoY, lebih baik dari ekspektasi pasar yang sebesar 4.90% YoY. DPR juga telah menyetujui revisi pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN-P) tahun 2015. Beberapa asumsi utama di APBN-P 2015 adalah target pertumbuhan ekonomi sebesar 5.70% dan defisit anggaran di level 1.9%. Data inflasi bulan Februari berada di level 6,29% YoY (-0,36% MoM), lebih rendah dari konsensus yang sebesar 6,70% YoY (0,10% MoM). Inflasi inti mencapai 4,96% YoY, lebih rendah dari konsensus yang sebesar 5,00% YoY. Pada tanggal 17 Februari, BI memutuskan untuk memotong suku bunga acuannya sebesar 25 bps menjadi 7,55%. Sementara itu, cadangan devisa bergerak naik ke level USD 114,25 miliar di bulan Januari (Desember: USD 111,86 miliar).

Di pasar perdana, Kementerian keuangan telah menerbitkan Rp 32,89 triliun dari lelang, dimana sebesar Rp 4,89 triliun berasal dari penerbitan obligasi syariah. Pada lelang pertama, terdapat permintaan sebesar Rp 40,23 triliun, dimana jumlah penerbitan sebesar Rp 16,00 triliun. Jumlah obligasi yang diterbitkan (vs permintaan masuk) sebesar Rp 1 triliun (Rp 6,82 triliun) SPN 3 bulan, Rp 2,00 triliun (Rp 7,24 triliun) SPN 1 tahun, Rp 7,30 triliun (Rp 8,97 triliun) FR69 bertenor 5 tahun, dan Rp 5,70 triliun (Rp 17,21 triliun) FR71 bertenor 15 tahun di rata-rata tertimbang (cut-off yields) 5,64% (5,75%), 6,21% (6,24%), 6,71% (6,76%), dan 6,96% (7,00%) secara berurutan. Pada lelang kedua, permintaan yang masuk mencapai Rp 36,09 triliun, dimana jumlah penerbitan sebesar Rp 12,00 triliun. Jumlah obligasi yang diterbitkan (vs permintaan masuk) sebesar Rp 2,00 triliun (Rp 9,10 triliun) SPN 1 tahun, Rp 6,10 triliun (Rp 17,13 triliun) FR70 bertenor 10 tahun, dan Rp 3,90 triliun (Rp 9,95

triliun) FR68 bertenor 20 tahun di rata-rata tertimbang (cut-off yields) 6,24% (6,29%), 7,27% (7,29%), dan 7,70% (7,72%) secara berurutan. Pada tanggal 18 Februari, Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang (DJPU) mengumumkan rincian dari obligasi sharia ritel yang baru, 07. Obligasi baru ini akan diterbitkan pada tanggal 11 Maret 2015. SR-07 memiliki tenor sebesar 3 tahun dan kupon sebesar 8.25%.

Di pasar sekunder, aktifitas penjualan terjadi untuk semua tenor di paruh pertama awal bulan dikarenakan kekhawatiran akan isu Yunani. Keputusan Bank Indonesia untuk menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 bps merupakan keputusan yang di luar ekspektasi pasar. Keputusan pemerintah untuk tidak meningkatkan penerbitan obligasi di lelang terakhir bulan ini memberikan sentimen positif di paruh ke dua bulan ini. Secara keseluruhan, harga obligasi kembali menguat dan ditutup lebih tinggi dibanding level penutupan bulan Januari. Kepemilikan asing naik menjadi Rp 507,67 triliun (+Rp 6,84 triliun, +1,37% MoM), setara dengan 40,03% (-0,21%-pt) dari total obligasi pemerintah berdenominasi Rupiah yang dapat diperdagangkan. Indeks obligasi HSBC yang mengukur total return ditutup di 781,65, mencerminkan return bulanan positif 1,65% di bulan Februari 2015. Kurva imbal hasil mengalami kenaikan di akhir bulan dimana obligasi pemerintah bertenor 5, 10, dan 20 tahun ditutup secara berurutan di 6,69% (-11bps), 6,89% (-11bps), dan 7,28% (-12bp) secara berurutan.

PROSPEK

Perhatian akan tertuju pada ke keputusan Bank Sentral Amerika terkait kapan suku bunga acuan akan dinaikkan. Data ekonomi US khususnya di bidang pekerjaan dan pengangguran terus menunjukkan perbaikan. Kebijakan Bank Sentral Amerika ini akan berdampak bertolak belakang dengan kebijakan uang longgar yang dilakukan Bank Sentral Eropa dan Bank Sentral Jepang. Kebijaka-kebijakan yang terjadi di luar negeri ini akan sangat mempengaruhi Indonesia terutama karena kondisi Indonesia yang masih mengalami defisit neraca perdagangan. Untuk jangka menengah, kami tetap optimis dengan Indonesia karena kondisi fundamental yang baik. Namun hal ini tidak menutup potensi meningkatnya volatilitas karena kebijakan-kebijakan global.

(4)

KEY ECONOMIC DATA

2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Economic measures

Tota l GDP growth% 5.7 5.5 6.3 6.0 4.6 6.2 6.5 6.3 5.8 Domes ti c dema nd 5.8 3.6 6.0 7.5 5.4 5.3 5.5 6.1 5.1 Pri va te cons umpti on 4.3 3.9 4.9 5.9 6.2 4.1 4.7 5.3 5.3 Govt cons . 6.6 9.6 3.9 10.4 15.7 0.3 3.2 1.3 4.9 Inves tment 10.9 2.6 9.3 11.9 3.3 8.5 8.3 9.7 4.7 Cha nge i n s tock 33.5 (13.4) (100.8) (993.0) (195.2) (70.7) (1,594.7) 457.6 6.7 Sta ti s ti c di s pera ncy (197.5) (290.2) 233.7 (50.1) (91.8) 526.8 (68.0) 414.4 (101.5) Exports 16.6 9.4 8.5 9.5 (9.7) 15.3 13.6 2.0 5.3 Imports 17.8 8.6 9.1 10.0 (15.0) 17.3 13.3 6.7 1.2 GDP Rea l GDP – Rptn 1,751 1,847 1,964 2,082 2,179 2,314 2,465 2,619 2,770 Rea l GDP – USDbn 180 202 215 215 210 255 281 279 266 Nomi na l GDP – Rptn 2,774 3,339 3,951 4,949 5,606 6,447 7,419 8,229 9,084 Nomi na l GDP - USDbn 286 364 432 511 539 710 846 877 871 Popul a ti on -mn 220 223 226 229 231 238 244 247 250 GDP Perca pi ta USD 1,291 1,623 1,898 2,211 2,300 2,986 3,422 3,477 3,320 Prices CPI - a vera ge 10.40 13.33 6.40 9.75 4.90 5.12 5.38 4.28 6.97 CPI yea r-end 17.11 6.60 6.59 11.06 2.78 6.96 3.79 4.30 8.38 Currency and Interest rate Rp/USD - Avera ge 9,711 9,167 9,136 9,678 10,399 9,085 8,780 9,380 10,452 Rp/USD - yea r-end 9,830 9,020 9,419 10,950 9,400 8,991 9,068 9,670 12,189 BI-ra te yea r-end 12.75 9.75 8.00 9.25 6.50 6.50 6.00 5.75 7.50 BI-ra te a vera ge 9.18 11.83 8.60 8.67 7.15 6.50 6.58 5.77 6.48 Lendi ng ra te 16.2 15.9 14.0 15.3 14.4 13.2 12.8 12.1 12.4 Sprea d 3.5 6.2 6.0 6.1 7.9 6.7 6.8 6.4 4.9 External factor Exports - USDbn 85 101 114 137 117 158 203 190 183 yoy% 24 19 13 20 (15) 35 29 (7) (4) Imports - USDbn 57 61 74 129 97 136 177 192 187 yoy% 27 7 22 74 (25) 40 31 8 (3)

Tra de ba l a nce - USDbn 28 40 40 8 20 22 26 (2) (4)

yoy% 17 43 - (79) 138 13 18 (106) 146 Current a ccount% of GDP 0.6 2.6 1.6 0.0 2.0 0.7 0.2 (2.7) (3.3) FDI - USDbn 8.3 4.9 6.9 9.3 4.9 13.8 19.2 19.4 18.4 Interna ti ona l res erve - USDbn 34.7 42.6 56.9 51.6 66.1 96.2 110.1 112.8 99.4

Banking sector Loa n tota l - Rptn 696 792 1,002 1,308 1,438 1,766 2,200 2,708 3,293 yoy% 24.3 13.9 26.5 30.5 10.0 22.8 24.6 23.1 21.6 Depos i t tota l - Rptn 1,134 1,299 1,524 1,775 1,973 2,339 2,785 3,225 3,664 yoy% 17.5 14.5 17.4 16.5 11.1 18.5 19.1 15.8 13.6 Loa n to depos i t ra ti o% 61.3 61.0 65.7 73.7 72.9 75.5 79.0 84.0 89.9 Fiscal Balance Publ i c defi ci t - Rptn (25.0) (29.1) (49.8) (4.1) (88.6) (46.9) (84.3) (153.3) (209.5) Government ba l a nce% of GDP (0.9) (0.9) (1.3) (0.1) (1.6) (0.7) (2.1) (1.9) (2.2) Other La bour force 105.9 106.4 109.9 111.9 113.8 116.6 117.4 118.1 122.6 Unempl oyment ra te 11.2 10.3 9.1 8.4 7.9 7.1 6.6 6.1 5.8 Poverty ra te 16.7 16.3 16.6 15.4 14.2 13.3 12.5 11.7 11.5 Source: CEIC, BPS, BI, MoF, IMF

(5)

DISCLAIMER

Dokumen ini dibuat dan dipersiapkan oleh PT. BNP Paribas Investment Partners* yang merupakan bagian dari BNP Paribas Investment Partners (BNPP IP)**.

Dokumen ini dibuat hanya untuk memberikan informasi dan bukan merupakan:

1. Suatu bentuk penawaran untuk membeli atau permintaan untuk menjual atau dijadikan dasar dari atau yang dapat dijadikan pedoman sehubungan dengan suatu perjanjian atau komitmen apapun atau

2. Suatu nasehat investasi.

Dokumen ini merupakan referensi untuk instrumen keuangan tertentu (‘’Instrumen Keuangan’’) yang disahkan dan diatur dalam yuridiksi dimana Instrumen Keuangan tersebut dibentuk.

Tidak ada tindakan yang perlu diambil dalam melakukan penawaran umum dari Instrumen Keuangan tersebut di wilayah yuridiksi lainnya, kecuali disebutkan di dalam prospektus terbaru, dokumen penawaran atau materi informasi lainnya, sebagaimana telah tersedia, dari Instrumen Keuangan tersebut yang relevan apabila tindakan tersebut perlu diambil, khususnya, di Amerika Serikat, bagi warga negara Amerika Serikat (dimana ketentuan tersebut diatur di dalam Peraturan huruf S Pasar Modal Amerika Serikat tahun 1933). Sebelum melakukan suatu pembelian di dalam suatu negara dimana Instrumen keuangan tersebut terdaftar, investor wajib memeriksa seluruh kendala atau larangan yang mungkin ada dalam kaitannya dengan pembelian, kepemilikan atau penjualan Instrumen Keuangan tersebut.

Investor yang mempertimbangkan untuk membeli Instrumen Keuangan tersebut wajib membaca dengan seksama di dalam prospektus terbaru, dokumen penawaran atau materi informasi lainnya dan memahami laporan keuangan terbaru dari Instrumen Keuangan tersebut. Prospektus, dokumen penawaran atau informasi lainnya dari Instrumen Keuangan tersebut yang tersedia di kantor lokal BNPP IP, jika ada, atau dari pihak marketing dari Instrumen Keuangan tersebut.

Pendapat yang termuat dalam dokumen ini merupakan pendapat dari PT. BNP Paribas Investment Partners untuk waktu tertentu dan dapat berubah-ubah sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan terlebih dahulu. PT. BNP Paribas Investment Partners tidak berkewajiban untuk memperbarui atau mengubah informasi atau pendapat yang disebutkan dalam dokumen ini. Investor harus berkonsultasi dengan penasihat hukum dan pajak mereka sehubungan dengan nasehat-nasehat hukum, akuntansi, domisili dan peIDRajakan sebelum melakukan investasi ke dalam Instrumen Keuangan tersebut sehubungan dengan pengambilan keputusan yang independen atas kesesuaian dan relevansi dari investasi tersebut, jika diperbolehkan untuk melakukan transaksi. Mohon diperhatikan bahwa berbagai jenis investasi, apabila ada dalam dokumen ini, melibatkan berbagai tingkatan risiko dan tidak terdapat jaminan bahwa investasi tertentu cocok, sesuai atau menguntungkan bagi investor atau calon investor dari investasi portofolio ini.

Dengan memperhitungkan risiko ekonomi dan risiko pasar, tidak ada jaminan bahwa Instrumen Keuangan ini akan mencapai tujuan investasinya. Imbal hasil dapat dipengaruhi oleh, antara lainnya, strategi atau tujuan investasi dari Instrumen Keuangan ini dan juga kondisi pasar dan kondisi ekonomi, termasuk kondisi tingkat suku bunga, periode pasar dan kondisi pasar secara umum. Perbedaan strategi yang diterapkan ke dalam Produk Investasi ini dapat memberikan pengaruh yang signifikan terhadap gambaran hasil dalam dokumen ini. Kinerja masa lalu bukan suatu pedoman untuk kinerja masa datang dan nilai investasi dalam Instrumen Keuangan dapat menurun atau meningkat. Investor mungkin tidak mendapatkan kembali nilai nominal atas investasi awal.

Data Kinerja, sebagaimana berlaku, tercermin dalam dokumen ini, tanpa memperhitungkan biaya komisi, atau biaya lainnya yang berhubungan dengan pembelian dan penjualan kembali dan perhitungan pajak.

INVESTASI MELALUI REKSA DANA MENGANDUNG RISIKO. CALON INVESTOR WAJIB MEMBACA DAN MEMAHAMI PROSPEKTUS SEBELUM MEMUTUSKAN UNTUK BERINVESTASI MELALUI REKSA DANA. KINERJA MASA LALU TIDAK MENCERMINKAN KINERJA MASA DATANG.

* PT. BNP Paribas Investment Partners (alamat: World Trade Center Building, Lantai 5, Jl. Jend Sudirman Kav.29-31, Jakarta 12920 - INDONESIA).

** “ BNP Paribas Investment Partners” adalah merek dagang global dari BNP Paribas grup aset manajemen. Badan hukum aset manajemen tersendiri dalam BNP Paribas Investment Partners yang disebutkan dalam dokumen ini, (apabila ada) hanya untuk informasi dan dapat tidak memiliki kegiatan usaha dalam yuridiksi anda. Untuk informasi lebih lanjut, mohon dapat menghubungi BNP Paribas Investment Partners lokal yang terdaftar..

Referensi

Dokumen terkait

Beberapa artefak yang ditemukan baik dari hasil penggalian maupun yang sudah berada di permukaan tanah yaitu batu-batu berbentuk kala; makara; batu berelief guirlande, gapa, pilar

Oleh karena itu, dengan proses NLP dalam konseling dapat memudahkan individu dalam berpikir rasional dan memiliki perasaan yang tepat.. Kata Kunci: Neuro-Linguistic

hipnoterapinya. 2) Tujuan perekaman adalah untuk membuat audio hipnoterapi mandiri Anda sendiri, yang berikutnya dapat anda gunakan untuk terapi sendiri. 3) Terdapat 2

Perkembangan teknologi yang merasuk ke dalam kegiatan komunikasi, pertaliannya dapat dilihat pada dua tingkat, pertama secara struktural, yaitu faktor teknologi yang mengubah

Penggunaan Teknologi komputer di sekolah yang bertujuan membantu para peserta didik dalam memecahkan masalah yang mereka miliki, kini juga teknologi komputer telah

Amati tabel yang telah kamu buat di atas, kelompokkan kegiatan yang menggunakan sumber energi panas yang berasal dari listrik dan yang berasal dari sumber energi selain

23,25─26 Dalam sebuah penelitian retrospektif dari 52 anak dengan SRNS dan FSGS, proporsi kumulatif remisi secara signifikan lebih tinggi pada anak-anak yang diberikan siklosporin