• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Pengamatan karakter fisik serta pengamatan mutu kimia buah manggis dilakukan di Laboratorium Pasca Panen, analisis senyawa fenol dan aktivitas antioksidan dilakukan di Laboratorium Analisis Tanaman dan Kromatografi, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Institut Pertanian Bogor. Analisis jaringan tanaman dan tanah dilakukan di Laboratorium Terpadu Umum, Departemen Manajemen Sumberdaya Lahan. Penelitian dilaksanakan dari bulan Februari – Juli 2010.

Bahan dan Alat

Bahan penelitian yang digunakan adalah buah manggis yang telah matang (± 105 Hari Setelah Antesis). Buah dipilih dari pohon manggis yang sebelumnya telah diberi aplikasi pemupukan. Pengambilan sampel buah dilakukan di sentra produksi manggis di Kampung Cengal, Desa Karacak, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor.

Bahan kimia yang digunakan adalah metanol PA, etanol PA 99 %, akuades, iodin 0.01 N, NaOH 0.1 N, Vitamin C (Asam Askorbat), asam galat, DPPH 0.4 mM, Folin-Ciocalteus 10 %, dan Na2CO3 (Natrium Karbonat) 7.5 %. Peralatan yang digunakan adalah peralatan tanam, penggaris, label, caliper, labu takar, tabung reaksi, timbangan analitik (dua digit dan empat digit di belakang koma), buret, refraktometer, pH meter digital, blender, kertas saring, kain katun,

vortexer, waterbath, spektrofotometer dan alat-alat penunjang penelitian lainnya.

Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan, tanaman manggis yang digunakan merupakan tanaman yang sebelumnya pernah digunakan untuk penelitian pemupukan selama lima tahun sejak tahun 2004 hingga 2008 dan tanaman tersebut sudah pernah berbuah beberapa kali. Berdasarkan Kurniadinata (2010) penelitian pemupukan nitrogen, fosfor, dan kalium pada tanaman manggis

(2)

produktif dilakukan pertama kali oleh Liferdi (2006) yang dilakukan pada tahun 2004 dan 2005, kemudian penelitian dilanjutkan oleh Safrizal (2007) pada tahun 2006 dan Abdillah (2009) pada tahun 2007, dan pemupukan terakhir dilakukan oleh Kurniadinata (2010) pada bulan Oktober tahun 2008.

Pada penelitian sebelumnya perlakuan pupuk terdiri atas lima taraf dosis dengan enam ulangan pada masing-masing perlakuan N, P, dan K. Sedangkan pada percobaan ini hanya digunakan tiga taraf dosis pupuk dan tiga ulangan pada masing-masing perlakuan N, P, dan K.

Berdasarkan Abdillah (2009) pupuk yang diberikan berbentuk granular, aplikasi pemupukan pada tanaman manggis dilakukan dengan cara menabur pupuk pada alur yang dibuat mengelilingi batang dengan jarak sesuai proyeksi tajuk pohon, kedalaman alur kurang lebih 10 – 20 cm, pupuk yang disebar dalam alur kemudian ditimbun kembali. Pemupukan dilakukan secara bertahap dan sesuai dengan dosis perlakuan yang telah ditetapkan.

Metode penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) satu faktor untuk masing-masing aplikasi pupuk N, P, dan K. Percobaan aplikasi pupuk terdiri atas 3 sub percobaan terpisah yaitu hara N, hara P, dan hara K. Masing-masing perlakuan pemupukan terdiri atas 3 taraf perlakuan dan 3 ulangan. Masing-masing ulangan terdiri atas 3 pohon, sehingga untuk masing-masing percobaan terdiri atas 9 pohon manggis. Hara N, P, dan K yang digunakan berasal dari pupuk Urea, SP36, dan KCI.

Masing-masing percobaan terdiri atas 9 unit percobaan (pohon). Setiap unit percobaan (pohon) diambil sampel buahnya sebanyak 10 buah. Total satuan unit percobaan adalah 27 pohon dengan total buah manggis sebanyak 270 buah.. Model rancangan statistik yang digunakan adalah :

Yij = µ + αi + βj + εij Keterangan :

Yij : Respon pengamatan perlakuan ke-j dan ulangan ke-i µ : Rataan umum

αi : Pengaruh ulangan ke-i

βj : Pengaruh perlakuan pemupukan ke-j

(3)

Uji F dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh perlakuan yang dicobakan pada hasil pengamatan, jika hasil uji F menunjukkan pengaruh nyata maka dilakukan uji lanjut DMRT pada taraf 5 %. Selanjutnya untuk melihat hubungan senyawa polifenol terhadap aktivitas antioksidan maka pada data kandungan polifenol dan aktivitas antioksidan dilakukan uji korelasi pada taraf 95 % dan 99 %.

Adapun ke-9 variasi perlakuan dosis masing-masing jenis pupuk N, P, dan K dapat dilihat pada Tabel 1, 2, dan 3.

Tabel 1. Jenis dan Dosis Aplikasi Pupuk Nitrogen

No Kode Perlakuan N Dosis Pupuk N (g/tanaman)

Dosis Pupuk Dasar per pohon (g/tanaman) P2O5 K2O 1 N0 0 600 800 2 N2 600 600 800 3 N4 1 200 600 800 Sumber : Kurniadinata (2010)

Kurniadinata (2010) menyatakan bahwa pemupukan diberikan sebanyak 3 tahap yaitu tahap pertama pada awal bulan Mei 2008, sebanyak 50 % dari dosis pupuk yang ditetapkan; tahap kedua pada bulan September 2008 saat menjelang berbunga, sebanyak 20 % dari dosis pupuk yang ditetapkan; sedangkan tahap ketiga pada bulan November 2008 saat buah manggis berdiameter kurang lebih 2 cm, sebanyak 30 % dari dosis pupuk yang ditetapkan. Pemberian pupuk dasar diberikan bersamaan dengan pemberian pupuk tahap pertama yaitu 600 g P2O5 /tanaman/tahun dan 800 g K2O/tanaman/tahun.

Tabel 2. Jenis dan Dosis Aplikasi Pupuk Fosfor

No Kode Perlakuan P Dosis Pupuk P (g/tanaman)

Dosis Pupuk Dasar per pohon (g/tanaman) N K2O 1 P0 0 600 800 2 P2 600 600 800 3 P4 1 200 600 800 Sumber : Kurniadinata (2010)

(4)

Kurniadinata (2010) menyatakan bahwa pemupukan diberikan sebanyak 3 tahap, tahap pertama pada awal bulan Mei 2008, sebanyak 20 % dari dosis pupuk yang ditetapkan; tahap kedua diberikan pada awal bulan September 2008 saat menjelang berbunga (awal musim hujan), tahap kedua sebanyak 60 % dari dosis pupuk yang ditetapkan; sedangkan tahap ketiga diberikan pada bulan November 2008 saat buah manggis berdiameter kurang lebih 2 cm, sebanyak 20 % dari dosis pupuk yang ditetapkan. Pemberian pupuk dasar diberikan bersamaan dengan pemberian pupuk tahap pertama yaitu 600 g N/tanaman/tahun dan 800 g K2O/tanaman/tahun.

Tabel 3. Jenis dan Dosis Aplikasi Pupuk Kalium

No Kode Perlakuan K Dosis Pupuk K (g/tanaman)

Dosis Pupuk Dasar per pohon (g/tanaman) N P2O5 1 K0 0 600 600 2 K2 800 600 600 3 K4 1 600 600 600 Sumber : Kurniadinata (2010)

Kurniadinata (2010) menyatakan bahwa pemupukan diberikan sebanyak 3 tahap, tahap pertama pada awal bulan Mei 2008, sebanyak 20 % dari dosis pupuk yang ditetapkan; tahap kedua diberikan pada awal bulan September 2008 saat menjelang berbunga (awal musim hujan), sebanyak 30 % dari dosis pupuk yang ditetapkan; sedangkan tahap ketiga diberikan pada bulan November 2008 saat buah manggis berdiameter kurang 2 cm, sebanyak 50 % dari dosis pupuk yang ditetapkan. Pemberian pupuk dasar diberikan bersamaan dengan pemberian pupuk tahap pertama yaitu 600 g N/tanaman/tahun dan 600 g P2O5/tanaman/tahun.

Pelaksanaan Penelitian

Pengambilan dan analisis sampel daun. Daun yang akan dianalisis diambil dari empat arah mata angin tanaman (timur, utara, barat, dan selatan), dari masing-masing arah diambil satu helai daun sehingga dibutuhkan empat helai daun dari setiap tanaman. Daun yang digunakan merupakan daun dari trubus

(5)

terakhir yang telah membuka sempurna. Pengambilan sampel daun dilakukan bersamaan ketika panen buah (Februari 2010).

Daun yang telah diambil kemudian dikeringkan dengan oven pada suhu 105 °C selama satu hari. Daun yang telah kering dari masing-masing perlakuan digabungkan dan dihaluskan dengan blender. Sampel daun yang telah halus kemudian diambil sebanyak 10 gram pada masing-masing perlakuan untuk dianalisis kandungan hara N, P, dan K. Analisis unsur hara N, P, dan K dilakukan di Laboratorium Terpadu Umum, Departemen Manajemen Sumberdaya Lahan.

Pengambilan dan analisis sampel kulit buah. Kulit yang akan dianalisis terlebih dahulu dikeringkan dengan oven pada suhu 60 °C hingga bobotnya konstan. Kulit yang telah kering dari masing-masing perlakuan diambil kemudian digabungkan dan dihaluskan dengan blender. Sampel kulit yang telah halus kemudian diambil sebanyak 10 gram pada masing-masing perlakuan untuk dianalisis kandungan hara N, P, dan K. Analisis unsur hara N, P, dan K dilakukan di Laboratorium Terpadu Umum, Departemen Manajemen Sumberdaya Lahan.

Pengambilan dan analisis sampel tanah. Tanah yang akan dianalisis diambil dari daerah perakaran di sekitar tanaman manggis. Permukaan tanah digali sedalam ± 20 cm, kemudian tanah dari masing-masing tanaman sampel diambil sebanyak ± 1 kg. Sampel tanah kemudian dikeringanginkan dan diayak. Sampel tanah dari masing-masing tanaman sampel pada perlakuan yang sama kemudian digabungkan untuk diambil sampel tanah akhir secara komposit untuk dikeringkan. Pengambilan sampel tanah dilakukan bersamaan ketika panen buah (Februari 2010).

Sampel tanah akhir hasil pemisahan secara komposit sebanyak ± 0.5 kg kemudian dikeringkan dengan oven pada suhu 105 °C selama satu hari. Tanah yang telah kering kemudian dihaluskan dan di ayak. Sampel tanah yang telah halus diambil sebanyak 30 gram pada masing-masing perlakuan untuk dianalisis hara N, P, dan K. Analisis unsur hara N, P, dan K dilakukan di Laboratorium Terpadu Umum, Departemen Manajemen Sumberdaya Lahan.

Panen buah. Panen dilakukan pada buah manggis yang telah matang dan berwarna merah keunguan, berumur sekitar 105 Hari Setelah Antesis (HSA). Pada masing-masing unit percobaan (pohon), buah dipanen sebanyak 10 buah.

(6)

Pengambilan sampel buah dilakukan pada bulan Februari 2010. Buah yang digunakan untuk percobaan ini merupakan buah terakhir dari periode buah 2009 - 2010. Sehingga ukuran buah relatife lebih kecil dan jumlahnya terbatas.

Pengamatan fisik buah. Pengamatan fisik buah meliputi diameter, morfologi (skor getah kuning kulit dan skor burik pada kulit), bobot total buah, bobot kulit basah, bobot aril buah, skor getah kuning aril buah, dan ketebalan kulit. Pengamatan dilakukan segera setelah buah dipanen.

Pengeringan kulit buah. Pengeringan kulit buah dilakukan setelah pengamatan ukuran buah (diameter buah, bobot buah, bobot aril+biji, tebal kulit), skor getah kuning kulit, skor burik, skor getah kuning aril, pengukuran nilai pH, PTT, ATT, dan vitamin C buah. Kulit buah manggis dikeringkan dengan oven pada suhu 60 °C hingga bobot kulit konstan. Setelah kulit kering kemudian dilakukan penimbangan bobot keringnya. Kulit manggis yang telah kering kemudian ditumbuk dan diblender hingga menjadi serbuk yang lebih halus dan disimpan ke dalam plastik kering dan dirapatkan.

Pengamatan mutu kimia buah. Pengamatan mutu kimia buah meliputi Padatan Total Terlarut (PTT), Asam Total Tertitrasi (ATT), dan kandungan vitamin C buah. Pengamatan mutu kimia dilakukan dengan metode duplo (pengambilan dua sampel pada bahan yang sama). Sampel duplo diperoleh dari lima buah manggis yang digabung menjadi satu pada masing-masing ulangan.

Ekstrak kulit kering. Kulit manggis kering yang telah halus ditimbang sebanyak 10 gram untuk kemudian diekstrak dengan metanol PA. Ekstraksi kulit menggunakan tabung erlenmeyer yang ditutup plastik dan diikat karet hingga kedap udara (Gambar 1A). Ekstraksi kulit dilakukan sebanyak dua kali dengan perbandingan antara sampel bahan dan metanol 1:1. Sampel bahan sebanyak 10 gram diekstrak dengan metanol 10 ml kemudian dimaserasi selama ± satu minggu pada suhu ruang.

Setelah satu minggu bahan ekstrak pertama disaring dengan kain dan kertas saring dengan sedikit diperas (Gambar 1B), residu dari sisa perasan (Gambar 1C) diekstrak kembali dengan metanol 10 ml kemudian di maserasi kembali selama ± satu minggu. Setelah satu minggu bahan ekstrak di saring kembali untuk memisahkan larutan ekstrak dan residu. Ekstrak yang dihasilkan

(7)

kemudian dipanaskan dengan waterbath pada suhu 40 °C agar metanol pelarut

menguap, pemanasan dilakukan hingga larutan ekstrak yang sebelumnya cair berubah menjadi karamel atau crude ekstract (CE). CE untuk analisis kemudian

dimasukan ke dalam tube 2 ml (Gambar 1D) dan di simpan di dalam freezer

(Lampiran 6). Selanjutnya hasil ekstrak yang telah berupa CE dianalisis kandungan fenol dan aktivitas antioksidannya dengan menggunakan spektrofotometer.

Gambar 1. (A) Proses Ekstraksi, (B) Proses Penyaringan, dan(C) Residu dari Perasan Ekstraksi, (D) crude ekstract Kulit Manggis

Analisis senyawa polifenol pada kulit manggis. Pada analisis senyawa fenolik hasil analisis sampel dibandingkan dengan asam galat sebagai standar. Analisis senyawa fenolik pada kulit manggis diawali dengan pembuatan larutan

stok solution (SS) dengan konsentrasi 5 000 ppm sebanyak 2 ml. Larutan SS 5

000 ppm diperoleh dari 10 mg CE yang dilarutkan pada metanol PA 2 ml. Larutan SS kemudian diencerken menjadi larutan work solution (WS) dengan konsentrasi

500 ppm. Larutan WS 500 ppm diperoleh dari 200 µL larutan SS yang diencerkan menjadi 2 000 µL dengan metanol PA. Pembuatan larutan SS dan WS dilakukan juga pada asam galat yang akan digunakan sebagai standar pada saat analisis.

C

B

A

(8)

Larutan WS pada asam galat dibuat dalam 4 konsentrasi (ppm) yang berbeda yaitu: 50, 100, 250, dan 500 yang diencerken dari larutan SS 5 000 ppm. Larutan WS sampel 500 ppm dan asam galat (50 ppm, 100 ppm, 250 ppm, 500 ppm) masing-masing diambil sebanyak 100 µL untuk kemudian dianalisis dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 765 nm. Pada analisis senyawa fenolik digunakan reagen folin-ciocalteus dengan metode (modifikasi dari Javanmardi et al. 2003) (Lampiran 7).

Analisis aktivitas antioksidan pada kulit manggis. Pada analisis aktivitas antioksidan hasil analisis dibandingkan dengan asam askorbat (vitamin C) sebagai standar. Larutan WS untuk analisis aktivitas antioksidan terdiri atas 4 konsentrasi (ppm) yaitu: 10, 20, 30 dan 40. Sedangkan larutan WS untuk vitamin C terdiri atas 6 konsentrasi (ppm) yaitu: 1, 2, 4, 6, 8, dan 10. Larutan WS sampel dari 4 konsentrasi (ppm) (10, 20, 30 dan 40) dan vitamin C dari 6 konsentarasi (ppm) (1, 2, 4, 6, 8, dan 10) masing-masing diambil sebanyak 100 µL untuk kemudian dianalisis dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 517 nm. Pada analisis aktivitas antioksidan digunakan metode DPPH (Rohman dan Riyanto, 2005) (Lampiran 8).

Pengamatan Penelitian Pengamatan Kuantitatif Buah Manggis

Bobot buah. Buah yang diperoleh dari kebun, dibersihkan dari kotoran kemudian ditimbang menggunakan timbangan analitik. Satuan bobot buah dinyatakan dalam (g).

Diameter buah. Diameter diukur dengan menggunakan jangka sorong pada dua sisi yang berbeda dengan arah horizontal melingkari buah (transversal). Pengukuran dilakukan pada awal pengamatan. Satuan diameter buah dinyatakan dalam (cm).

Bobot kulit basah, tangkai, dan aril buah. Buah manggis dibelah dan dipisahkan antara kulit basah, tangkai, dan aril buahnya, kemudian masing-masing bagian ditimbang dengan menggunakan timbangan analitik. Satuan bobot kulit basah, bobot tangkai, dan bobot aril buah dinyatakan dalam (g).

(9)

Ketebalan kulit buah. Ketebalan kulit buah diukur dengan menggunakan jangka sorong dilakukan sebanyak empat kali (pada keempat sisi kulit yang telah dibelah) kemudian dirata-ratakan. Satuan ketebalan kulit buah dinyatakan dalam (cm).

Bobot kulit kering. Kulit manggis yang telah kering oven dan bobotnya konstan kemudian ditimbang dengan menggunakan timbangan analitik. Satuan bobot kulit kering buah dinyatakan dalam (cm).

Penentuan aktivitas antioksidan. Penentuan daya antioksidan ekstrak kulit buah dilakukan dengan menggunakan metode DPPH. Dilakukan juga pengukuran absorbansi blanko. Hasil penetapan antioksidan dibandingkan dengan vitamin C sebagai standar. Satuan aktivitas antioksidan dinyatakan dalam (% antioksidan). Besarnya daya antioksidan dihitung dengan rumus (Rohman dan Riyanto, 2005):

Daya Antioksidan x 100 %

Aktivitas antioksidan dari senyawa ekstrak kulit manggis dinyatakan dalam persentase inhibisi terhadap radikal bebas DPPH. Persentase inhibisi ini didapatkan dari perbedaan serapan antara absorbansi DPPH dengan absorbansi sampel yang diukur dengan spektrofotometer. Nilai absorbansi dari pembacaan larutan vitamin C dan larutan sampel kulit manggis pada masing-masing konsentrasi di konversi menggunakan rumus (Rohman dan Riyanto, 2005) menjadi persen antioksidan yang menyatakan nilai Inhibition Corelation (IC) dari

aktivitas antioksidan. Nilai persen antioksidan kemudian dimasukan kedalam grafik untuk mendapatkan persamaan regresi liniernya. Persamaan regresi linier digunakan untuk menghitung nilai IC50 dari larutan vitamin C dan nilai IC50 dari masing-masing sampel kulit manggis.

Besarnya aktivitas penangkap radikal bebas dinyatakan dengan nilai IC50 yaitu besarnya konsentrasi larutan uji yang mampu menurunkan 50 % absorbansi DPPH dibandingkan dengan larutan blanko (Lannang, 2005). Pada pengujian antioksidan dengan metode DPPH warna dari larutan sampel awal adalah ungu, reaksi penghambatan terhadap radikal bebas oleh zat antioksidan akan mereduksi DPPH sehingga menurunkan kepekatan warna ungu hingga berubah menjadi kuning.

(10)

Penentuan kandungan senyawa bioaktif polifenol dan mg asam galat. Penentuan kapasitas bioaktif polifenol ekstrak kulit buah dilakukan dengan menggunakan reagen Folin-Ciocalteu dengan metode (modifikasi dari Javanmardi

et al. 2003). Hasil pembacaan spektrofotometer memiliki nilai absorban yang

berbeda-beda terhadap setiap konsentrasi asam galat yang di uji juga terhadap konsentrasi sampel kulit manggis yang di uji. Nilai absorbansi dan konsentrasi dari asam galat kemudian dimasukan kedalam grafik untuk mendapatkan persamaan regresi liniernya. Nilai pada persamaan regresi linier digunakan untuk menyetarakan kandungan senyawa bioaktif polifenol pada sampel kulit manggis dengan kandungan bioaktif polifenol pada asam galat. Kandungan senyawa bioaktif polifenol dinyatakan dalam mg AG/gram Crude ekstract (CE) dan mg

AG/ 10 gram kulit kering.

Padatan terlarut total (PTT). Padatan terlarut diukur dengan menggunakan hand refraktometer. Daging buah manggis dihaluskan kemudian

sarinya diteteskan pada lensa refraktometer. Angka yang muncul pada lensa merupakan kadar padatan terlarut total yang terdapat pada daging buah manggis dan dinyatakan dalam °Brix. Setiap akan melakukan pengukuran dilakukan kalibrasi pada lensa refraktometer dengan membilas lensa pembaca menggunakan air akuades lalu dikeringkan menggunakan tissue. Satuan padatan terlarut total dinyatakan dalam (% Brix).

Asam tertitrasi total (ATT). Asam tertitrasi total diukur dengan menggunakan metode titrasi NaOH 0.1 N dengan pH meter digital sebagai penentu titik equivalen dari penetralan reaksi asam basa (modifikasi dari Apriyantono et a.l 1989). Nilai asam total tertitrasi dinyatakan dalam ml/100 g

bahan (Lampiran 9). Satuan asam tertitrasi total dinyatakan dalam (ml ATT/100 g bahan). Rumus yang digunakan untuk menghitung asam tertitrasi total dalam buah adalah:

ATT =

ml NaOH = volume NaOH 0.1 N yang terpakai pada titrasi fp = faktor pengenceran (250/50)

(11)

Kadar vitamin C. Daging buah dihaluskan dengan menggunakan mortal porcelain hingga menjadi pasta. Pasta diambil sebanyak 25 g kemudian dimasukkan ke dalam labu takar dan ditera hingga 250 ml. Labu dikocok kemudian sari buah manggis disaring, sari buah diambil sebanyak 50 ml untuk dijadikan filtrat. Filtrat ditambahkan indikator larutan amilum 1 % (soluble starch) sebanyak 2 ml, selanjutnya dititrasi dengan 0.01 N iodium hingga berubah warna menjadi biru kehitaman (Metode Titrasi Iod (Jacobs 1958)) (Lampiran 10). Satuan kadar vitamin C dinyatakan dalam (mg asam askorbat/100 g bahan).

Perhitungan : 1 ml 0.01 N iodium = 0.88 mg asam askorbat

Rumus yang digunakan untuk menghitung Asam Askorbat mg/100 g bahan adalah:

Asam Askorbat

ml Iod = volume Iod 0.01 N yang terpakai pada titrasi

0.88 = jumlah mg asam askorbat yang setara dengan 1 ml 0.01 N iodium fp = faktor pengenceran (250/50)

gram bahan = 25 gram

Hasil analisis tanah dan jaringan tanaman pada daun dan kulit buah. Analisis dilakukan untuk melihat kandungan N, P, dan K yang terkandung pada tanah dan jaringan tanaman yaitu daun dan kulit buah, kemudian dilakukan analisis korelasi.

Pengamatan Kualitatif Buah Manggis

Pengamatan kualitatif yang dilakukan pada penelitian ini adalah pengukuran tingkat pencemaran getah kuning pada kulit dan daging buah juga pengukuran tingkat pencemaran burik pada kulit buah. Pengukuran ini dilakukan dengan menggunakan skoring, seperti yang telah dilakukan pada penelitian-penelitian sebelumnya. Menurut Kartika (2004), skoring getah kuning pada kulit dan daging buah serta skoring tingkat burik pada kulit buah adalah sebagai berikut:

(12)

a) Getah Kuning pada Kulit Buah

Skor 1 : baik sekali, kulit mulus tanpa tetesan getah kuning

Skor 2 : baik, kulit mulus dengan 1-5 tetes getah kuning yang mengering tanpa mempengaruhi warna buah.

Skor 3 : cukup baik, kulit mulus dengan 6-10 tetes getah kuning yang mengering tanpa mempengaruhi warna buah.

Skor 4 : buruk, kulit kotor karena tetesan getah kuning dan bekas aliran yang menguning dan membentuk jalur-jalur berwarna kuning di permukaan buah.

Skor 5 : buruk sekali, kulit kotor karena tetesan getah kuning dan membentuk jalur-jalur berwarna kuning di permukaan buah, warna buah menjadi kusam.

b) Getah Kuning pada Aril Buah

Skor 1 : baik sekali, daging buah putih bersih, tidak terdapat getah kuning baik diantara aril dengan kulit maupun di pembuluh buah.

Skor 2 : baik, daging buah putih dengan sedikit noda (hanya bercak kecil) Skor 3 : cukup baik, terdapat sedikit noda (bercak) getah kuning di salah

satu juring atau diantara juring yang menyebabkan rasa buah menjadi pahit.

Skor 4 : buruk, terdapat noda (gumpalan) getah kuning baik di juring, diantara juring atau di pembuluh buah yang menyebabkan rasa buah menjadi pahit.

Skor 5 : buruk sekali, terdapat noda (gumpalan) baik di juring, diantara juring atau dipembuluh buah yang menyebabkan rasa buah menjadi pahit, warna daging buah menjadi bening.

(13)

c) Burik pada Kulit Buah

Skor 1 : baik sekali, kulit buah mulus tanpa bercak.

Skor 2 : baik, kulit buah mulus dengan sedikit bercak (≤ 25 %)

Skor 3 : cukup baik, kulit buah agak kasar dengan burik menutupi hingga setengah permukaan buah (± 50 %), warna buah muda menjadi hijau dengan semburat coklat sedangkan pada buah tua warna merah menjadi kusam.

Skor 4 : buruk, kulit buah kasar dengan burik menutupi hingga tiga perempat permukaan (± 75 %), warna kulit buah muda hijau dengan kulit kecoklatan, pada buah tua warnanya kusam dengan bercak coklat yang jelas dan tidak mengkilap.

Skor 5 : buruk sekali, kulit buah kasar dengan burik menutupi permukaan hingga 100 %, warna buah muda menjadi coklat kusam, buah tua menjadi coklat tidak mengkilap dan kusam.

Gambar

Tabel 2. Jenis dan Dosis Aplikasi Pupuk Fosfor
Gambar 1. (A) Proses Ekstraksi, (B) Proses Penyaringan, dan(C) Residu  dari Perasan Ekstraksi, (D) crude ekstract Kulit Manggis  Analisis senyawa polifenol pada kulit manggis

Referensi

Dokumen terkait

pada awalnya hanyalah semacam bookmark (petunjuk halaman buku), ide itu berawal pada bulan April 1994, saat itu dua orang alumni Universitas Stanford Jerry Yang

pemerkosaan oleh teman yang hanya berkenalan lewat media social, facebook, twitter, sms dan sejenisnya adalah bahagian penyimpangan media social yang mengkhawatirkan orang tua

[r]

e) Penangkapan dengan umpan orang baik pada malam hari maupun siang hari, dimana kolektor duduk disekitar lokasi penelitian, rumah penjaga dan rumah tempat rekreasi

aplikasi dapat dijalankan. Proses pertama yang dilakukan oleh aplikasi adalah menelusuri device yang terhubung dengan server aplikasi Gambar 7 adalah peta yang dihasilkan

Manajemen berkeyakinan bahwa tidak terdapat indikasi atas kemungkinan penurunan nilai potensial atas aset tetap, tanaman perkebunan, dan aset tidak lancar lainnya

Hal tersebut berarti pentingnya memperhatikan hal-hal yang dapat mempengaruhi kinerja dari driver Gojek tersebut, karena driver merupakan sumber daya berharga,