• Tidak ada hasil yang ditemukan

JURNAL BIOLOGI INDONESIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "JURNAL BIOLOGI INDONESIA"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

J. Biol. Indon. Vol 6, No.3 (2010)

Vol. 6, No. 3, Desember 2010 Akreditasi: No 816/D/08/2009 BOGOR, INDONESIA

JURNAL

BIOLOGI

INDONESIA

ISSN 0854-4425

JURNAL

BIOLOGI

INDONESIA

ISSN 0854-4425

Zingiberaceae of the Ternate Island: Almost A Hundread Years After Beguin’s Collection Marlina Ardiyani

293

Production of Acid Phosphatase in Bacillus sp. Isolated from Forest Soil of Gunung Salak National Park

Maman Rahmansyah & I Made Sudiana

313

Eksplorasi Keanekaragaman Aktinomisetes Tanah Ternate Sebagai Sumber Antibiotik Arif Nurkanto, Febrianti Listyaningsih, Heddy Julistiono & Andria Agusta

325

Komposisi Flora dan Struktur Hutan Alami Di Pulau Ternate, Maluku Utara Edi Mirmanto

341

Penapisan Mikroba Laut Perombak Senyawa Nitril dan Protein yang Diisolasi Dari Sponge di Perairan Ternate

Rini Riffiani & Nunik Sulistinah

353

Perbandingan Tiga Metode Transformasi Agrobacterium Untuk Pencarian Gen-gen Terkait Toleransi Kekeringan Menggunakan Transposon Ac/Ds pada padi cv. Batutegi E.S.Mulyaningsih, H.Aswidinnoor, D.Sopandie, P.B.F.Ouwerkerk, S. Nugroho, &I.H. Slamet Loedin

367

Kajian Pakan Bersumber Energi Tinggi pada Pembentukkan Monyet Obes

Ria Oktarina, Sri Supraptini Mansjoer, Dewi Apri Astuti, Irma Herawati Suparto & Dondin Sajuthi

(2)

J. Biol. Indon. Vol 6, No. 3 (2010)

Jurnal Biologi Indonesia diterbitkan oleh Perhimpunan Biologi Indonesia. Jurnal ini memuat hasil penelitian ataupun kajian yang berkaitan dengan masalah biologi yang diterbitkan secara berkala dua kali setahun (Juni dan Desember).

Editor Pengelola

Dr. Ibnu Maryanto Dr. I Made Sudiana Deby Arifiani, S.P., M.Sc

Dr. Izu Andry Fijridiyanto

Dewan Editor Ilmiah

Dr. Abinawanto, F MIPA UI Dr. Achmad Farajalah, FMIPA IPB

Dr. Ambariyanto, F. Perikanan dan Kelautan UNDIP Dr. Aswin Usup F. Pertanian Universitas Palangkaraya Dr. Didik Widiyatmoko, PK Tumbuhan, Kebun Raya Cibodas-LIPI

Dr. Dwi Nugroho Wibowo, F. Biologi UNSOED Dr. Parikesit, F. MIPA UNPAD

Prof. Dr. Mohd.Tajuddin Abdullah, Universiti Malaysia Sarawak Malaysia Assoc. Prof. Monica Suleiman, Universiti Malaysia Sabah, Malaysia

Dr. Srihadi Agung priyono, F. Kedokteran Hewan IPB Y. Surjadi MSc, Pusat Penelitian ICABIOGRAD

Drs. Suharjono, Pusat Penelitian Biologi-LIPI Dr. Tri Widianto, Pusat Penelitian Limnologi-LIPI

Dr. Witjaksono Pusat Penelitian Biologi-LIPI

Alamat Redaksi

Sekretariat

Oscar efendi SSi MSi

d/a Pusat Penelitian Biologi - LIPI

Jl. Ir. H. Juanda No. 18, Bogor 16002 , Telp. (021) 8765056 Fax. (021) 8765068

Email : jbi@bogor.net; o_efendi@yahoo.com

Website : http://biologi.or.id

Jurnal ini telah diakreditasi ulang dengan nilai A berdasarkan SK Kepala LIPI 816/ D/2009 tanggal 28 Agustus 2009.

(3)

J. Biol. Indon. Vol 6, No.3 (2010)

KATA PENGANTAR

Jurnal Biologi Indonesia yang diterbitkan oleh PERHIMPUNAN BIOLOGI INDONESIA edisi volume 6 nomer 3 tahun 2010 memuat 13 artikel lengkap. Penulis pada edisi ini sangat beragam yaitu dari Departemen Kementerian Pertanian, IPB, Puslit Biologi LIPI, Bioteknologi-LIPI dan Institute of Biology IBL Leiden

Univer-sity Netherlands. Topik yang dibahas pada edisi ini meliputi 5 topik dalam bidang

Botani, tiga topik tentang mikrobiologI, empat topik tentang zoologi dan satu topik campuran yang mebahas bidang botani dan zoologi. Pada edisi ini yang menarik 6 makalh merupakan hasil kajian kawaasan pulau-pulau Kecil di Ternate Maluku Utara. Selanjutnya artikel yang memuat serangga pengunjung bunga raflesia dapat dipastikan merupakan artikel sangat jarang dijumpai sehubungan dengan populasi bunganya yang sangat sulit diperoleh.

(4)

J. Biol. Indon. Vol 6, No. 3 (2010)

UCAPAN TERIMA KASIH

Jurnal Biologi Indonesia mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada para pakar yang telah turut sebagai penelaah dalam Volume 6, No 3, Juni 2010: Prof.Dr. Woro.A.Noerdjito Puslit Biologi-LIPI

Drs. M. Noerdjito, Puslit Biologi-LIPI Dr Yulin Lestari F MIPA-IPB Awal Riyanto, Puslit Biologi-LIPI Drs. Roemantyo, Puslit Biologi-LIPI Ir. Titi Juhaeti MSi, Puslit Biologi-LIPI Dr. Nuril Hidayati, Puslit Biologi-LIPI

(5)

J. Biol. Indon. Vol 6, No.3 (2010)

DAFTAR ISI

Zingiberaceae of the Ternate Island: Almost A Hundread Years After Beguin’s Collection Marlina Ardiyani

293

Production of Acid Phosphatase in Bacillus sp. Isolated from Forest Soil of Gunung Salak National Park

Maman Rahmansyah & I Made Sudiana

313

Eksplorasi Keanekaragaman Aktinomisetes Tanah Ternate Sebagai Sumber Antibiotik Arif Nurkanto, Febrianti Listyaningsih, Heddy Julistiono & Andria Agusta

325

Komposisi Flora dan Struktur Hutan Alami Di Pulau Ternate, Maluku Utara Edi Mirmanto

341

Penapisan Mikroba Laut Perombak Senyawa Nitril dan Protein yang Diisolasi Dari Sponge di Perairan Ternate

Rini Riffiani & Nunik Sulistinah

353

Perbandingan Tiga Metode Transformasi Agrobacterium Untuk Pencarian Gen-gen Terkait Toleransi Kekeringan Menggunakan Transposon Ac/Ds pada padi cv. Batutegi E.S.Mulyaningsih, H.Aswidinnoor, D.Sopandie, P.B.F.Ouwerkerk, S. Nugroho, &I.H. Slamet Loedin

367

Kajian Pakan Bersumber Energi Tinggi pada Pembentukkan Monyet Obes

Ria Oktarina, Sri Supraptini Mansjoer, Dewi Apri Astuti, Irma Herawati Suparto & Dondin Sajuthi

383

Pengaruh Laju Eksploitasi Terhadap Keragaan Reproduktif Ikan Tembang (Sardinella gibbosa) di Perairan Pesisir Jawa Barat

Yunizar Ernawati & Mohammad Mukhlis Kamal

393

Keragaman Genetik Amfibia Kodok (Rana nicobariensis) di Ecology Park, Cibinong Berdasarkan Sekuen DNA dari Mitokondria d-loop Dwi Astuti & Hellen Kurniati

405

Model Pemanfaatan Lahan Pulau Moti, Kota Ternate, Maluku: Suatu Analisis Tata Ruang Berbasis Vegetasi

Roemantyo

415

Komunitas Serangga pada Bunga Rafflesia patma Blume (Rafflesiaceae) di Luar Habitat Aslinya Kebun Raya Bogor Kota Bogor Provinsi Jawa Barat Indonesia

Sih Kahono, Sofi Mursidawati & Erniwati

(6)

J. Biol. Indon. Vol 6, No. 3 (2010)

Kajian Hubungan Tutupan Vegetasi dan Sebaran Burung di Pulau Moti, Ternate, Maluku Utara Hetty I.P. Utaminingrum & Eko Sulistyadi

443

Pengujian 15 Genotipe Kedelai pada Kondisi Intensitas Cahaya 50% dan Penilaian Karakter Tanaman Berdasarkan Fenotipnya

Gatut Wahyu Anggoro Susanto & Titik Sundari

(7)

393

Jurnal Biologi Indonesia 6 (3): 393-403 (2010)

Pengaruh Laju Eksploitasi Terhadap Keragaan Reproduktif Ikan

Tembang (Sardinella gibbosa) di Perairan Pesisir Jawa Barat

Yunizar Ernawati,1 & Mohammad Mukhlis Kamal1

1)Dept. Manajemen Sumberdaya Perairan, FPIK-IPB, Jln Lingkar Kampus IPB Dramaga,

Bogor 16680; Telp/Fax. 02518622932, Email: mm_kamal@ipb.ac.id /

mohammadmk@yahoo.com

ABSTRACT

Effect of Exploitation Rate on Reproductive Performance in Goldstripe Sardinella (Sardinella gibbosa) in West Java Coastal Waters. The research objective was to explore the effect of exploitation rate on reproductive performance of goldstripe sardinella (Sardinella gibbosa). Three sites located in West Java coasts were selected representing coastal areas adjacent to the Indian Ocean (Palabuhan Ratu), Java Sea (Blanakan), and Sunda Strait (Labuan), for fish collection during May-July 2009. Fish samples were collected and the length was measured prior to sex determination, observation on gonad morphology as well as gonad maturity determination, examination on fecundity and eggs diameter, and protein content analysis. Estimation on exploitation rate (E) was calculated based on length data performance from which the result was correlated with reproductive parameters including the length at first maturity, fecundity, eggs distribution and diameter, and protein content analysis. By sites basis, variation in E was consistently shown only by eggs protein content in which the lower the E estimation the higher the protein contents. However, in response to E, there were inconsistencies shown by the length at first maturity, fecundity, and eggs diameter. Such inconsistencies are thought to be associated with population structure of matured female, and variability in the habitat conditions which determines the magnitude of fish stock.

Key words: Sardinella gibbosa, exploitation rate, reproductive performance

PENDAHULUAN

Ikan tembang (Sardinella gibbosa)

adalah ikan pelagis kecil yang ditemukan menyebar di perairan Teluk Persia, Afrika Timur termasuk Madagaskar, Indonesia, Taiwan, Korea, Laut Arafura dan Australia bagian utara. Spesies ini hidup bergerombol di perairan pesisir pada kedalaman antara 10-70 m,

ditangkap dengan purse seine, seine

nets, dan set net (www.fishbase.org;

Fischer & Whitehead 1974; Allen 2000).

Jenis ini termasuk ikan ekonomis penting dan merupakan salah satu target tangkapan perikanan artisanal di pesisir Indonesia.

Menurut Widodo (1988) dari 52% total tangkapan ikan pelagis di Indonesia, 6,16% adalah ikan tembang. Berda-sarkan data Dinas Perikanan Jawa Tengah, Raharjo (1995) melaporkan potensi lestari ikan pelagis kecil di Laut

Jawa dengan tolok ukur purse seine

sebesar 132.240 ton/tahun. Pada tahun 2002, tingkat pemanfaatannya di propinsi

(8)

394

Ernawati, & Kamal

sebesar 132.240 ton/tahun. Pada tahun 2002, tingkat pemanfaatannya di propinsi tersebut sudah mencapai 154,96% dari 525.610 ton potensi lestari. Laju eksploi-tasi ikan pada kondisi tangkap lebih (overfishing) mengakibatkan penurunan biomas tangkapan dan jumlah ikan berukuran besar (King 1997). Dengan demikian, struktur populasi ikan akan didominasi oleh individu berumur muda dan berukuran kecil, yang dapat mereduksi keragaan reproduksi. Hasil penelitian terhadap beragam spesies ikan laut, dari beberapa peneliti (Kjesbu 1989; Chambers & Legget 1996; Chambers & Waiwood 1996; Chambers 1997; Trippel

et al. 1997;Trippel 1998; Platten 2004), berhasil membuktikan bahwa tekanan penangkapan menurunkan keragaan reproduksi yang diawali dengan penurunan ukuran ikan memijah pertama

kali (length at first spawner).

Berikut-nya, pada ikan betina, kondisi ini akan menurunkan fekunditas dan ukuran diameter telur, sehingga viabilitas embrio dan larva menjadi rendah, yang puncak-nya dapat mengurangi keberhasi-lan rekrutmen ikan di alam.

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji keterkaitan laju eksploitasi dengan keragaan reproduksi ikan tembang. Pendekatan yang digunakan adalah eksplorasi langsung dari data panjang dan parameter reproduksi ikan yang tertangkap dari tiga lokasi di pesisir Jawa Barat.

BAHAN DAN CARA KERJA

Lokasi penelitian dibagi berdasarkan aktifitas perikanan dan batas perairan

pesisir, yakni Teluk Palabuhan Ratu yang berbatasan dengan Samudera Indonesia, Pesisir Blanakan yang berbatasan dengan Pantai Utara Jawa, dan Pantai Labuan yang berbatasan dengan Selat Sunda, selanjutnya disebut sebagai PR, BL, dan LN (Gambar 1). Pengambilan contoh ikan dilakukan di tempat pendaratan ikan (TPI) selama Mei, Juni, dan Juli 2009 dengan interval satu bulan. Pengambilan contoh ikan tembang dilakukan pada pendaratan pagi hari yang diambil secara acak dari setiap bakul. Karena data yang dibutuhkan hanya data panjang ikan, maka semua ikan contoh yang diambil diukur panjang totalnya dengan menggunakan mistar pada ketelitian 0,1 cm. Adapun sampel untuk pengamatan paremater reproduksi di laboratorium langsung disimpan di dalam

cool box tanpa pengukuran panjang terlebih dahulu. Sampel ini ditranspor-tasikan ke Bogor untuk disimpan dalam

freezer pada suhu -30oC sebelum

dianalisis lebih lanjut.

Untuk mengetahui parameter reproduksi dilakukan pengamatan terhadap jenis kelamin, tingkat kematangan gonad (TKG), fekunditas, diameter telur, dan kandungan protein telur di laboratorium. Ikan yang disimpan

dalam freezer dikeluarkan dan dibiarkan

sampai tidak beku sebelum diukur panjang-berat masing-masing dengan ketelitian 0,1 mm dan 0,01 g. Selanjutnya ikan dibedah untuk diamati jenis kelaminnya melalui pengenalan ciri seksual primer, dilanjutkan dengan pengamatan morfologi dan TKG (Effendie (1979). Untuk ikan betina, pengamatan lanjutan dilakukan dengan

(9)

395

Pengaruh Laju Eksploitasi Terhadap Keragaan Reproduktif

penghitungan fekunditas dan pengukuran diameter telur. Sebagian telur

dikondisi-kan kembali pada suhu -30oC untuk

dianalisis kadar proteinnya.

Penentuan laju eksploitasi (E) berdasarkan data ukuran panjang ikan yang dicatat di lapangan dan di laboratorium. Perhitungan dilakukan dengan bantuan program FISAT II versi 1.2.2 untuk mencari nilai panjang

maksimum (Linf), koefisien pertumbuhan

(k), dan laju mortalitas total ikan (Z) (Pauly 1984; Sparre & Venema 1999). Dengan memasukkan data suhu perairan (T), laju mortalitas alami (M) diketahui menurut rumus empiris Pauly (1984) yaitu:

Log(M) = -0,0066 – 0,279Log(Linf) +

0,6543(k) + 0,4634(T).

Selanjutnya mortalitas akibat penang-kapan (F) dihitung sebagai

F = Z – M, sehingga E = F/Z.

Ukuran ikan pertama kali memijah diduga dengan kurva logistik, yakni 50% dari seluruh ikan yang tertangkap yang ditemukan matang gonad. Fekunditas total (F) ditentukan dengan metode gabungan volumetrik dan gravimetrik. Hubungan F dengan panjang total ikan (L) ditentukan berdasarkan persamaan

F = a Lb ; a dan b = konstanta hasil regresi

(Effendie, 1979). Penghitungan kadar protein (%) menggunakan persamaan (Simamora 2000):

= (T – B) x 0,014 x Normalitas HCl x 6,25 x 100 bobot sampel

T = ml tiran, N = 0,030246 N

Data yang diperoleh baik sebagai nilai rataan (statistik parametrik) maupun nilai tengah (non-parametrik) dibanding-kan pada selang kepercayaan 95% (Fowler & Cohen, 1997).

Gambar 1. Sketsa lokasi pengambilan contoh ikan tembang (S. gibbosa) di Palabuhan Ratu,

Blanakan, dan Labuan.

Pelabuhan Ratu

(10)

396

Ernawati, & Kamal

HASIL

Komposisi tangkapan ikan tembang

Ikan tembang yang terkumpul dari tiga lokasi pengambilan contoh selama penelitian berjumlah 625 ekor, di mana ikan tembang terbesar ditemukan di PR, sedangkan yang terkecil mendominasi hasil tangkapan LB. (Tabel 1). Berdasar-kan panjang, ukuran panjang iBerdasar-kan tembang dibagi menjadi 11 kelas dengan interval 8 mm. Jumlah ikan terbanyak terdapat pada kelas ukuran 149-158 mm (BL), diikuti 129-138 mm (PR), dan 119-128 mm (LB) (Gambar 2). Secara rerata ikan tembang BL memiliki ukuran terbesar (P<0,05) dibandingkan dengan PR dan LB. Ukuran tangkap ikan tembang PR lebih besar dibandingkan dengan LB (P<0,05).

Laju eksploitasi ikan tembang

Nilai dugaan laju eksploitasi (E) berkisar antara 0,53-0,64, di mana yang tertinggi adalah LB, diikuti BL dan PR (Tabel 2). Nilai E>0,5 merupakan indikasi dari kondisi tangkap lebih terutama akibat penangkapan, di mana penurunan

populasi paling cepat terjadi di LB. Membandingkan Gambar 2 dengan Tabel 3, meskipun ikan terbesar tertangkap di PR, tetapi menurut jumlah ikan pada kelas ukuran 149-156 mm proporsinya paling tinggi ditemukan di BL, sehingga rerata ukuran terbesar diperoleh di lokasi

tersebut. Nilai Linf dan k terhadap E di

LB tidak seperti yang diharapkan, yakni

E tertinggi berasosiasi dengan Linf

terendah dan k tertinggi .

Ukuran ikan pertama kali memijah

Jumlah ikan yang ber-TKG IV sebanyak 87 ekor (13,9% total sampel), yang terdiri dari 12 dan 10 (PR), 25 dan 15 (BL), dan 17 dan 8 ekor (LB). Pada titik potong 50% ukuran memijah, ukuran jantan adalah 153,5; 157; dan 140 mm, sedangkan betina adalah 163; 165; dan 142,5 mm pada ketiga lokasi tersebut. Ikan tembang betina memijah pada ukuran yang lebih besar dibandingkan dengan ikan jantan di PR dan BL (P<0,05), sedangkan di LB tidak berbeda nyata. Secara keseluruhan, ukuran ikan memijah pertama kali terbesar di BL, dan terkecil di LB (P<0.05). Meskipun E

Lokasi Bulan pengambilan contoh pada tahun 2009 Total

Mei Juni Juli

Palabuhan Ratu P (mm) 137,81 ± 8,73 155,61 ± 15,33 n.a 142,63 ± 13,45 B (g) 24,78 ± 4,68 33,59 ± 9,78 n.a 27,16 ± 7,54 N 151 56 n.a 207 Blanakan P (mm) 165,66 ± 9,13 158,20 ± 9,37 154,77 ± 6,65 158,53 ± 9,26 B (g) 43,48 ± 7,38 38,68 ± 6,81 35,62 ± 4,60 38,53 ± 6,83 N 44 60 78 182 Labuan P (mm) 151,09 ± 5,70 130,91 ± 9,21 120,75 ± 5,52 134,01 ± 14,42 B (g) 30,94 ± 3,99 20,78 ± 4,49 15,49 ± 2,37 22,28 ± 7,40 N 77 78 81 236

Tabel 1. Komposisi tangkapan ikan tembang (S. gibbosa) berdasarkan panjang, berat dan

(11)

397

Pengaruh Laju Eksploitasi Terhadap Keragaan Reproduktif

  0 10 20 30 40 50 60 70 Ju ml a h i k a n 0 10 20 30 40 50 60 70

Kelas ukuran panjang (mm)

10 9-116 11 7-124 125-1 32 13 3-140 14 1-148 14 9-156 15 7-164 165-1 72 17 3-180 18 1-188 18 9-196 0 10 20 30 40 50 60 70 N=207 N=182 N=236 PR BL LB

Gambar 2. Distribusi ukuran ikan tembang (S. gibbosa) di setiap lokasi penelitian

Gambar 3. Ukuran pertama kali memijah pada ikan tembang (S. gibbosa).

  Panjang total (mm) 0 2 120 124 128 132 136 140 144 148 152 156 160 164 168172 176180 184 188 192 196 200 0 25 50 75 100 P rop or s i k e m a ta ng an ( % ) 0 25 50 75 100 Palabuhan Ratu Blanakan Labuan jantan betina Lokasi Linf k M Z F E PR 203,18 0.97 1,97 4,20 2,23 0,53 BL 192,68 1.10 2,15 4,99 2,83 0,57 LB 203,18 0.60 1,44 3,95 2,51 0,64

Tabel 2. Nilai dugaan parameter L (per tahun), k (per tahun), M, Z, F, dan E populasi ikan

(12)

398

Ernawati, & Kamal

lebih rendah, namun ikan di PR memijah lebih cepat dibandingkan dengan BL yang E nya lebih tinggi (0,53 : 0,57).

Fekunditas ikan tembang

Fekunditas total ikan tembang (S.

gibbosa) secara keseluruhan antara 10.872-149.853 butir. Median fekunditas tertinggi ditemukan di BL yaitu 63.261 butir pada panjang rata-rata 165 mm. Sedangkan median fekunditas rata-rata terendah terdapat di PR, meskipun sebaran nilai maksimum dan minimum lebih luas dibandingkan LB (Gambar 4). Hasil konsisten diperoleh di BL, yakni ukuran memijah terbesar berasosiasi dengan fekunditas tertinggi (P<0,05). Tidak ada hubungan antara panjang

dengan fekunditas ikan (R2 < 20%).

Meskipun ukuran panjang total berbeda satu sama lain (P<0,05), namun fekunditas ikan PR dan LB tidak berbeda nyata.

Diameter telur

Jumlah butir telur yang diukur diameternya berjumlah 8.700 terdiri dari 2.200 (diameter 0,40 ± 0,12 mm), 4.000 (0,36 ± 0,10), dan 2.500 (0,36 ± 0,11 mm) (Gambar 5)dari lokasi PR, BL, dan LB. Morfologi telur ikan tembang secara umum berbentuk bulat. Sebaran diameter telur memperlihatkan bahwa telur ikan tembang di PR lebih besar dibandingkan lokasi lainnya (P<0,05). Ukuran diameter telur ikan antara BL dan LB tidak berbeda nyata. Lokasi PR dengan E terkecil dan memiliki ukuran

 

Lokasi pengambilan contoh

Panj an g to tal ( m m ) 0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200 F e k und it as tot a l ( b uti r) 0.0 2.0e+4 4.0e+4 6.0e+4 8.0e+4 1.0e+5 1.2e+5 1.4e+5 1.6e+5

Palabuhan Ratu Blanakan Labuan

Gambar 4. Panjang total (histogram) dan fekunditas (box plot) ikan tembang (S. gibbosa).

 

Lokasi pengambilan contoh

Palabuhan Ratu Blanakan Labuan

D iam et er t e lu r (m m ) 0.20 0.25 0.30 0.35 0.40 0.45 0.50 0.55

(13)

399

Pengaruh Laju Eksploitasi Terhadap Keragaan Reproduktif

ikan terbesar, diameter telur nya terbesar.

Kandungan protein telur

Secara rerata, kandungan protein telur ikan tembang tertinggi ditemukan di PR (24,88%), disusul BL (22,54%), dan LB (20,79%), yang mana PR berbeda nyata dengan LB (P<0,05) (Gambar 6). Meskipun perbedaan konsentrasi tersebut satu sama lain tidak berbeda nyata, namun ikan tembang PR dengan E terkecil dan diamater telur terbesar cenderung mengandung protein telur yang lebih banyak.

PEMBAHASAN

Eksplorasi analisis terhadap data panjang ikan tembang diperoleh nilai kisaran E antara 0,53 – 0.64. Dengan menggunakan E sebagai proxy tingkat pemanfaatan terhadap stok unit ikan tembang di tiga lokasi, respon dari kera-gaan reproduksi ikan tersebut ditemukan konsisten pada prosentase kandungan protein telur. Protein merupakan komponen dominan kuning telur, sedangkan jumlah dan komposisinya menentukan besar kecilnya ukuran telur (Kamler, 1992; Riis-Vestergaard 2002).

Parameter reproduksi lainnya yaitu ukuran pertama kali memijah, fekunditas, dan diamater telur memperlihatkan respon yang variatif antar lokasi terhadap E. Gejala penurunan ukuran pertama kali memijah merupakan respon yang biasa ditemukan di perairan dengan intensitas penangkapan yang tinggi. Hal ini dikarenakan eksploitasi akan menghilang-kan terlebih dahulu imenghilang-kan-imenghilang-kan yang berukuran lebih besar dan berumur lebih

tua (King 1997; Oddone et al. 2005;

Cubillos et al. 2008). Meskipun E

terting-gi di LB direspon dengan baik oleh ukuran pertama kali memijah yang terkecil, namun hasil yang berlawanan ditemukan antara PR dengan di BL. Demikian pula halnya fekunditas tertinggi tidak ditemukan di PR melainkan di BL. Sebaliknya untuk diameter telur, laju eksploitasi terendah di PR direspon dengan ukuran diameter telur terbesar, namun tidak ada perbedaan yang signifikan antara BL dan LB. Menurut Platten (2004), diameter telur yang lebih kecil ditemukan pada populasi ikan betina di daerah penangkapan yang intensif. Ukuran telur dipakai untuk menentukan kualitas kandungan kuning telur (Effendie 1979), yaitu yang berukuran besar

 

Lokasi pengambilan contoh

Ka nd un ga n pr ot ei n ( % ) 0 5 10 15 20 25 30 35

Palabuhan Ratu Blanakan Labuan

(14)

400

Ernawati, & Kamal

mempunyai kualitas yang lebih baik dan akan menghasilkan larva yang berukuran lebih besar daripada telur yang berukuran kecil (Kjesbu 1989; Chambers & Waiwood 1996; Chambers 1997; Trippel

et al. 1997;Trippel 1998; Platten 2004), sehingga dapat menentukan sintasan larva dan keberhasilan rekrutmen.

Adanya inkonsistensi antara laju eksploitasi dengan data keragaan reproduktif pada ikan tembang dapat disebabkan oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal dipengaruhi oleh ukuran dan frekuensi pemijahan induk ikan. Banyak peneliti (Kjesbu 1989; Chambers & Waiwood 1996;

Chambers 1997; Trippel et al. 1997;

Trippel 1998; Platten 2004) memperoleh bukti berdasarkan eksperimen labora-torium bahwa fekunditas dan ukuran diameter telur bergantung kepada kualitas dan frekuensi pemijahan dari induk betina. Induk yang berumur tua dan berukuran besar memiliki fekunditas yang lebih tinggi, diameter telur yang lebih besar, dan kandungan protein yang lebih tinggi. Kemudian induk yang telah memiliki pengalaman memijah

sebelum-nya (repeated spawner) akan

memper-lihatkan superioritasnya terhadap induk

yang baru pertama kali memijah (first

spawner). Contoh terbaru dari Vande-perre & Methven (2006), pada ikan cod (Gadus morhua) memperkuat

bukti-bukti tersebut. Pada penelitian ini yang

berbasis kepada data dan informasi di lapangan tidak dapat membedakan apakah induk tersebut sudah pernah memijah sebelumnya atau untuk yang pertama kali. Hal ini sulit dilakukan

karena ikan tembang (S. gibbosa)

termasuk ikan yang berukuran kecil dengan panjang maksimum antara 17-19 cm.

Faktor eksternal penyebab inkonsis-tensi antara E dengan respon keragaan reproduktif adalah variasi kondisi habitat yang berimplikasi perbedaan besaran stok ikan tembang dan aktifitas perikanan tembang. Berdasarkan data statistik perikanan di tiga lokasi selama 5-10 tahun, produksi tangkapan PR, BL, dan LB dalam ton/tahun adalah 218,65±89,90 (tahun 1996-2005), 4560,46±1075,49 (tahun 2002-2006), dan 2062,82±472,18 (tahun 2001-2005) ton/tahun. Informasi ini meng-gambarkan adanya perbedaan dalam kegiatan perikanan tembang di ketiga lokasi tersebut, di mana hasil tangkapan tertinggi terjadi di BL, sedangkan terendah di PR. Perairan BL merupakan perairan tipikal pantai utara Jawa yang dangkal dengan kedalaman rata-rata 20 m, memiliki hutan mangrove binaan yang terpelihara. Sebagai contoh, hasil-hasil penelitian sebelumnya (Martosubroto & Sudrajat 1974; Manson

et al. 2005) menyimpulkan bahwa

ekosistem mangrove sangat penting peranannya dalam menyumbang produksi tangkapan ikan di wilayah pesisir, baik perikanan demersal maupun pelagis. Luasan perairan dangkal dan kondisi mangrove di PR dan LB tidak seluas dan sebaik BL, sehingga dapat diduga bahwa habitat dan produktivitas baik secara kuantitas maupun kualitas di BL lebih baik dibanding PR dan LB. Dengan demikian dapat diduga bahwa populasi ikan tembang di perairan Blanakan tertinggi daripada lokasi lainnya.

(15)

401

Pengaruh Laju Eksploitasi Terhadap Keragaan Reproduktif

KESIMPULAN

Hubungan antaralaju eksploitasi dengan

keragaan reproduktif ikan tembang hanya secara direspon oleh kandungan prosentase protein telur, yakni kandungan protein tertinggi berasosiasi dengan tingkat eksploitasi terendah. Parameter reproduksi lainnya yaitu ukuran memijah pertama kali, fekunditas, dan diameter telur berfluktuatif dan tidak konsisten dengan pola E. Inkonsistensi tersebut diduga tidak dilakukannya pemisahan antara individu betina pemijah pertama dengan pemijah ulangan, serta dipenga-ruhi oleh kondisi habitat dan besaran stok.

UCAPAN TERIMAKASIH

Penulis menyampaikan terimakasih kepada Dilmaga Hari, S.Pi., Muhamad Anhar, Rikky J Simanjutak, S.Pi, dan Alsade Sihotang yang mengumpulkan sampel ikan tembang dari ketiga lokasi, proses analisis di laboratorium, dan mengolah sebagian data penelitian.

DAFTAR PUSTAKA

ABL Tour & Travel. 2010. Map of West

Java; www.com/jabar/map.htm. Allen, G.A. 2000. A field guide for

anglers and divers: marine

fishes of south-east Asia.

Periplus Editions (HK) Ltd. Singapore.

Chambers, R.C. 1997. Environmental influences on egg and propagule size in marine fishes. Dalam : Chambers, R.C. & E.A. Trippel

(eds.). Early Life History and

Recruitment in Fish Populations. Fish and Fisheries Series 21. Chapman & Hall, London, UK. 63-102.

Chambers, R.C. & K.G. Waiwood. 1996. Maternal and seasonal differences in egg size and spawning characteristics of captive

Atlantic cod, Gadus morhua L.

Canadian J.Fish.Aqua. Sci. 53: 1986-2003.

Chambers, R.C. & W.C. Leggett. 1996. Maternal influences on variation in egg sizes in temperate marine

fishes. J. Fish Bio. 36: 180 – 196.

Cubillos, L., C. Gatica & R. Serra. 2008. Short review of natural mortality and size at first maturity on jack

mackerel (Trachurus murphyi) in

the Southeastern Pacific. Chilean Jack Mackerel Workshop. CHJMWS pap # 14.

Effendie, M.I. 1979. Metoda Biologi Perikanan. Yayasan Dewi Sri; Bogor. 111h.

Fischer, W, & P.J.P. Whitehead. 1974. FAO species identification sheets for fishery purposes. Eastern Indian Ocean (fishing area 57) and West Central Pacific (fishing area 71). Vol.3. Rome, Italy.

Fowler, J. & L. Cohen. 1997. Practical statistics for field biology. John Wiley & Sons Inc. Chichester, New York, Brisbane, Toronto Singapore.

Kamler, E. 1992. Early life history of fish: An energetic approach. Chapman & Hall, London. King, M. 1997. Fisheries biology,

(16)

402

Ernawati, & Kamal

Fishing News Book, Blackwell Science Inc. USA, Canada, and Australia.

Kjesbu, O.S. 1989. The spawning

activity of cod, Gadus morhua L.

J. Fish Biol. 34: 195-206.

Manson, F.J., N.R. Loneragan, B.D. Harch, G.A. Skilleter & L. Williams. 2005. A broad-scale analysis of links between coastal fisheries production and mangrove extent: A case study for

north-eastern Australia. Fish. Res. 74:

69-85.

Martosubroto, P. & Sudrajat. 1974. A study on some ecological aspect and fisheries of Segara Anakan in

Indonesia. Publ. of Fisheries

Research Institution. LPPL, 1/73: 73-84.

Oddone, M.C., L. Paesch & W. Norbis. 2005. Size at first sexual maturity of two species of rajoid skates,

genera Atlantoraja and Dipturus

(Pisces, Elasmobranchii, Rajidae) from the south-western Atlantic

Ocean. J. App. Ichth. 21(1):

70-72.

Pauly, D. 1984. Fish population

dynamics in tropical waters : a manual for use with program-mable calculators. ICLARM. Manila. Filipina.

Pauly, D. & R. Froese. 2010. Species summary; www.fishbase.org/ Summary/ speciesSummary.php? ID=1 508&genusname= Sardinella & s p e c i e s n a m e = g i b b o s a & lang=English.

Platten, J.R. 2004. The Reproduction, Growth, Feeding and Impacts of

Exploitation of the Venus Tuskfish

(Choerodon venustus) With some

implications for its management.

[PhD Thesis]. Queensland: University of Queensland.

Raharjo, R. 1995. Analisis Hasil Tangkap dan Musim Penangkapan ikan tembang (S. fimbriata) di Pantai Utara Jawa Teangah yang didarat-kan di PPI Juwana. [Skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Riis-Vestergaard, J. 2002. Energy

density of marine pelagic fish eggs.

J. Fish Biol. 60: 1511-1528. Simamora, D. 2000. Kajian morfologi,

perilaku, habitat dan analisis

proksimat anjing tanah (

Gryllotal-pa sp.) dari Balige Sumatera Utara

[tesis]. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Bogor. 73 hlm.

Sparre, P. & S.C. Venema. 1999. Introduksi pengkajian stok ikan tropis buku-i manual (Edisi Terjemahan). Kerjasama Organi-sasi Pangan, Perserikatan Bangsa-Bangsa dengan Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan, Badan Penelitian dan Pengemba-ngan Pertanian. Jakarta.

Trippel, E.A., O.S. Kjesbu & P. Solemdal. 1997. Effect of adult age and size structure on reproductive output in marine fishes. Dalam Chambers,

R.C. & E.A. Trippel (eds.). Early

Life History and Recruitment in Fish Populations. Fish and Fishe-ries SeFishe-ries 21. Chapman & Hall, London, UK. 31-62.

Trippel, E.A. 1998. Egg size and viability and seasonal offspring production

(17)

403

Pengaruh Laju Eksploitasi Terhadap Keragaan Reproduktif

of young Atlantic cod. Trans.

Amer. Fish. Soc. 127: 339-359. Vandeperre, F. & D.A. Methven. 2006.

Do bigger fish arrive and spawn at the spawning ground before smaller

fish: Cod (Gadus morhua)

predation on beach sapwning

capelin (Malotus villosus) from

coastal Newfoundland. Estu.

Coas. Shelf Sci. 71: 391-400.

Memasukkan: Januari 2010 Diterima: Mei 2010

Widodo, J. 1988. Dynamic pool analysis

of the ikan layang (Decapterus

sp.) fishery in the Java Sea. Mar.

(18)

J. Biol. Indon. Vol 6, No.3 (2010)

PANDUAN PENULIS

Naskah dapat ditulis dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris. Naskah disusun dengan urutan: JUDUL (bahasa Indonesia dan Inggris), NAMA PENULIS (yang disertai dengan alamat Lembaga/ Instansi), ABSTRAK (bahasa Inggris, maksimal 250 kata), KATA KUNCI (maksimal 6 kata), PENDAHULUAN, BAHAN DAN CARA KERJA, HASIL, PEMBAHASAN, UCAPAN TERIMA KASIH (jika diperlukan) dan DAFTAR PUSTAKA.

Naskah diketik dengan spasi ganda pada kertas HVS A4 maksimum 15 halaman termasuk gambar, foto, dan tabel disertai CD. Batas dari tepi kiri 3 cm, kanan, atas, dan bawah

masing-masing 2,5 cm dengan program pengolah kata Microsoft Word dan tipe huruf Times New Roman

berukuran 12 point. Setiap halaman diberi nomor halaman secara berurutan. Gambar dalam bentuk grafik/diagram harus asli (bukan fotokopi) dan foto (dicetak di kertas licin atau di scan).

Gambar dan Tabel di tulis dan ditempatkan di halam terpisah di akhir naskah. Penulisan simbol α,

β, χ, dan lain-lain dimasukkan melalui fasilitas insert, tanpa mengubah jenis huruf. Kata dalam

bahasa asing dicetak miring. Naskah dikirimkan ke alamat Redaksi sebanyak 3 eksemplar (2 eksemplar tanpa nama dan lembaga penulis).

Penggunaan nama suatu tumbuhan atau hewan dalam bahasa Indonesia/Daerah harus diikuti nama ilmiahnya (cetak miring) beserta Authornya pada pengungkapan pertama kali.

Daftar pustaka ditulis secara abjad menggunakan sistem nama-tahun. Contoh penulisan pustaka acuan sebagai berikut :

Jurnal :

Hara, T., JR. Zhang, & S. Ueda. 1983. Identification of plasmids linked with polyglutamate

production in B. subtilis. J. Gen. Apll. Microbiol. 29: 345-354.

Buku :

Chaplin, MF. & C. Bucke. 1990. Enzyme Technology. Cambridge University Press. Cambridge.

Bab dalam Buku :

Gerhart, P. & SW. Drew. 1994. Liquid culture. Dalam : Gerhart, P., R.G.E. Murray, W.A. Wood,

& N.R. Krieg (eds.). Methods for General and Molecular Bacteriology. ASM., Washington.

248-277. Abstrak :

Suryajaya, D. 1982. Perkembangan tanaman polong-polongan utama di Indonesia. Abstrak Pertemuan Ilmiah Mikrobiologi. Jakarta . 15 –18 Oktober 1982. 42.

Prosiding :

Mubarik, NR., A. Suwanto, & MT. Suhartono. 2000. Isolasi dan karakterisasi protease ekstrasellular dari bakteri isolat termofilik ekstrim. Prosiding Seminar nasional Industri Enzim dan Bioteknologi II. Jakarta, 15-16 Februari 2000. 151-158.

Skripsi, Tesis, Disertasi :

Kemala, S. 1987. Pola Pertanian, Industri Perdagangan Kelapa dan Kelapa Sawit di Indonesia.[Disertasi]. Bogor : Institut Pertanian Bogor.

Informasi dari Internet :

Schulze, H. 1999. Detection and Identification of Lories and Pottos in The Wild; Information for surveys/Estimated of population density. http//www.species.net/primates/loris/ lorCp.1.html.

(19)

J. Biol. Indon. Vol 6, No. 3 (2010)

Pengaruh Laju Eksploitasi Terhadap Keragaan Reproduktif Ikan Tembang (Sardinella gibbosa) di Perairan Pesisir Jawa Barat

Yunizar Ernawati & Mohammad Mukhlis Kamal

393

Keragaman Genetik Amfibia Kodok (Rana nicobariensis) di Ecology Park, Cibinong Berdasarkan Sekuen DNA dari Mitokondria d-loop Dwi Astuti & Hellen Kurniati

405

Model Pemanfaatan Lahan Pulau Moti, Kota Ternate, Maluku: Suatu Analisis Tata Ruang Berbasis Vegetasi

Roemantyo

415

Komunitas Serangga pada Bunga Rafflesia patma Blume (Rafflesiaceae) di Luar Habitat Aslinya Kebun Raya Bogor Kota Bogor Provinsi Jawa Barat Indonesia

Sih Kahono, Sofi Mursidawati & Erniwati

429

Kajian Hubungan Tutupan Vegetasi dan Sebaran Burung di Pulau Moti, Ternate, Maluku Utara Hetty I.P. Utaminingrum & Eko Sulistyadi

443

Pengujian 15 Genotipe Kedelai pada Kondisi Intensitas Cahaya 50% dan Penilaian Karakter Tanaman Berdasarkan Fenotipnya

Gatut Wahyu Anggoro Susanto & Titik Sundari

Gambar

Gambar 1.  Sketsa lokasi pengambilan contoh ikan tembang (S. gibbosa) di Palabuhan Ratu, Blanakan, dan Labuan.
Tabel 1.  Komposisi tangkapan ikan tembang (S. gibbosa) berdasarkan panjang, berat dan jumlah sampel menurut tempat dan waktu.
Gambar 2.  Distribusi ukuran ikan tembang (S. gibbosa) di setiap lokasi penelitian
Gambar 4.  Panjang total (histogram) dan fekunditas (box plot) ikan tembang (S. gibbosa).
+2

Referensi

Dokumen terkait

Dewi Anjasmoro Nurbani Afifi/ UIN Malang/ 2013 Penentuan Nisbah Bagi Hasil pada Akad Mudharab ah Deposito Plus di Bank Muamalat Indonesia Cabang Malang

yang nyata pada setiap teras.Namun data yang diperoleh menunjukkan bahwa peningkatan jumlah liat pada lahan sawah terasering, cenderung mempengaruhi produksi dan

para mahasiswa mengerjakan latihan soal. Pengajaran yang diatur dengan pola ini akan membuat mahasiswa menfokuskan diri pada cara- cara untuk menyelesaikan latihan

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan

Penduduk desa, juga Mahmud tak ada yang tahu, apa yang dilakukan Sadia dan Pemuda Keriting setelah masuk rumah Mahmud.. Setan telah membakar nafsu mereka berdua di tempat gelap

Diharapkan penelitian ini akan dapat memberikan masukan kepada seluruh masyarakat khususnya remaja dalam rangka memahami manfaat memiliki rasa humor

Informasi lain seperti jalur evakuasi dan peringatan-peringatan lain juga terletak di setiap sudut dari gedung stasiun tidak hanya itu,di Stasiun Gubeng ini terdapat alat