• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perilaku Ibu Menyusui Dalam Pemberian Asi di Dusun Polobogo dan Sodong, Desa Polobogo, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang T1 462008024 BAB IV

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perilaku Ibu Menyusui Dalam Pemberian Asi di Dusun Polobogo dan Sodong, Desa Polobogo, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang T1 462008024 BAB IV"

Copied!
139
0
0

Teks penuh

(1)

30 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Setting Penelitian

4.1.1 Gambaran Desa Polobogo

Secara topografis desa Polobogo adalah desa di kecamatan Getasan, kabupaten Semarang, propinsi Jawa Tengah. kecamatan ini berada di kaki gunung Merbabu dan di bawah puncak Telomoyo. Wilayah desa berada pada ketinggian 700 meter dari permukaan laut dengan curah hujan 2000 mm per tahun, serta memiliki suhu rata-rata harian 33º C.

(2)

31 Gambar 4.1

PETA DESA POLOBOGO

Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang Skala 1:6500

Keterangan :

Puskesmas Pembantu Desa Polobogo

: Kantor Desa :

Posyandu : Gereja :

1. Posyandu Melati 1 Jembatan :

2. Posyandu Melati 2

3. Posyandu Melati 3 Masjid :

4. Posyandu Mawar 1 Sekolahan : M

5. Posyandu Mawar 2 Kuburan :

6. Posyandu Mawar 3 Batas Desa :

7. Posyandu Bugenvil 1 Jalan Propinsi : 8. Posyandu Bugenvil 2 Jalan Desa : 9. Posyandu Bugenvil 3 Jalan Dusun :

Sumber : Kantor Kepala Desa Polobogo, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang

Kec. Banyubiru

Kec. Tuntang

Kota Salatiga Desa

(3)

32 Total penduduk desa Polobogo berjumlah 4.456 jiwa, mereka tersebar di sembilan dusun. Penduduk terbanyak berada di dusun Polobogo yang juga menjadi pusat pemerintahan (Krajan).

Tabel 4.1

Sebaran Jumlah Penduduk Menurut Dusun

No. Nama Dusun Kepala Keluarga

Jumlah %

1. Polobogo 273 21.67

2. Metes 99 7.86

3. Sodong 115 9.13

4. Clowok 153 12.14

5. Kebonpete 187 14.84

6. Karangombo 130 10.32

7. Blongaran 110 8.73

8. Breyon 121 9.60

9. Krasak 72 5.71

Total 1260 100

Sumber : Kantor Kepala Desa Polobogo, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang

(4)

33 Tabel 4.2

Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan No. Tingkat Pendidikan Penduduk

Satuan (Orang) %

1. Belum Sekolah 322 7.23

2. Tidak Pernah Sekolah 218 4.89

3. Tidak Tamat SD 628 14.09

4. SD 1876 42.10

5. SLTP 812 18.22

6. SLTA 535 12.01

7. D1 31 0.69

8. D2 4 0.09

9. D3 19 0.43

10. S1 11 0.25

Total 4456 100

Sumber : Kantor Kepala Desa Polobogo, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang

4.1.2 Fasilitas Kesehatan di Desa Polobogo

(5)

34 Adapun bentuk kegiatan dari masing-masing posyandu yakni cek kesehatan ibu dan anak (KIA), imunisasi, penimbangan berat badan balita, ukur tinggi badan balita dan memberikan program tambahan kepada lansia seperti cek gula darah, cek tekanan darah, dan konsultasi kesehatan.

(6)

35

4.2 Profil Riset Partisipan Penelitian

Secara umum identitas dari kesepuluh riset partisipan ditunjukkan dalam bentuk tabel 4.3 dibawah ini.

No. Identitas Umur Alamat Agama Pendidikan Pekerjaan Usia

Pernikahan

Jumlah anak

1 Ibu PH 26

Tahun

Polobogo Islam SMP Ibu Rumah

Tangga

9 tahun 2

2 Ibu KH 32

Tahun

Polobogo Islam SD Ibu Rumah

Tangga

11 tahun 2

3 Ibu CH 33

Tahun

Polobogo Islam SMA Ibu Rumah

Tangga

15 tahun 2

4 Ibu SR 23

Tahun

Polobogo Islam SMA Ibu rumah

tangga dan Bertani

6 tahun 2

5 Ibu MG 32

Tahun

Polobogo Islam SMP Ibu Rumah

Tangga

6 tahun 2

6 Ibu MT 26

Tahun

Sodong Islam SD Ibu Rumah

Tangga

10 tahun 2

7 Ibu NM 46

Tahun

Sodong Islam Tidak

Sekolah

Ibu Rumah Tangga

25 tahun 3

8 Ibu MR 23

Tahun

Sodong Islam SMP Ibu Rumah

Tangga

4 tahun 1

9 Ibu ST 30

Tahun

Sodong Islam SD Ibu Rumah

Tangga

11 tahun 1

10 Ibu EN 19

Tahun

Sodong Islam SMP Ibu Rumah

Tangga

(7)

36 Rentang umur ibu menyusui diantara 19-46 tahun. Dari hasil

penelitian kepada 10 ibu menyusui pada dasarnya umur tidak

mempengaruhi ibu menyusui dalam pemberian ASI. Pekerjaan 10

riset partisipan dalam penelitian ini adalah ibu rumah tangga,

sehingga memiliki waktu yang banyak bersama bayinya. Riset

partisipan pada umumnya memiliki 2 anak, namun ada satu ibu

menyusui yang memiliki 3 anak, dan 3 ibu menyusui memiliki 1

anak dalam keluarganya. Berdasarkan hasil penelitian kepada 10

ibu menyusui yaitu semakin banyak jumlah balita yang dimiliki,

perilaku ibu menyusui dalam hal pemberian ASI semakin baik. Hal

ini dikarenakan adanya pengalaman menyusui sebelumnya.

Jumlah riset partisipan penelitian berpendidikan SMA ada 2

orang, SMP ada 4, SD ada 3, dan tidak menempuh pendidikan

formal hanya ada satu riset partisipan. Berdasarkan hasil penelitian,

pendidikan terakhir 10 ibu menyusui ternyata tidak terlalu

mempengaruhi secara signifikan terhadap perilaku mereka dalam

(8)

37

4.3 Profil Anak Riset Partisipan

Rentang umur anak riset partisipan antara 2 bulan sampai 1 tahun. Jumlah anak dengan jenis kelamin

laki-laki ada 7 anak, sedangkan 3 lainnya adalah perempuan seperti tampak pada tabel 4.4.

Tabel 4.4. Profil Anak Riset Partisipan No Identitas

anak

Jenis Kelamin

Tempat Tanggal

lahir Umur anak Tempat dan penolong persalinan

Antropometri BB dan

TB Lahir

1 DD Laki-laki Polobogo, 9-11-2011 7 Bulan BPS

Isnaningisih, Bandungan, Banyubiru

BB : 9 kg TB : 67 cm

BB : 3300 gram TB : 48 cm

2 RY Perempuan Polobogo, 4-8-2012 2 Bulan BPS

Isnaningisih, Bandungan, Banyubiru

BB : 6,4 kg TB : 60 cm

BB : 2800 gram TB : 40 cm

3 BE Perempuan Polobogo,12-12-2011 1 Tahun BPS

Isnaningisih, Bandungan, Banyubiru

BB : 8,5 kg TB : 66 cm

BB : 2700 gram TB : 50 cm

4 PA Laki-laki Polobogo, 19-3-2011 1 Tahun BPS

Isnaningisih, Bandungan, Banyubiru

BB : 9,6 kg TB : 69 cm

BB : 3000 gram TB : 49 cm

5 LE Perempuan Polobogo, 19-8-2011 1 Tahun BPS

Isnaningisih,

BB : 10,3 kg TB : 68 cm

(9)

38

Bandungan, Banyubiru

TB : 48 cm

6 AG Laki-laki Sodong, 18-8-2011 1 Tahun BPS

Isnaningisih, Bandungan, Banyubiru

BB : 8,7 Kg TB : 62 cm

BB : 3600 gram TB : 51 cm

7 AD Laki-laki Sodong, 3-3-2011 1 Tahun BPS

Isnaningisih, Bandungan, Banyubiru

BB : 8,4 kg TB : 65 cm

BB : 3100 gram TB :49 cm

8 TI Laki-laki Sodong, 26-12-2011 1 Tahun BPS

Isnaningisih, Bandungan, Banyubiru

BB : 9,7 kg TB : 68 cm

BB : 2600 gram TB : 44 cm

9 FR Laki-laki Sodong, 15-4-2012 5 Bulan BPS

Isnaningisih, Bandungan, Banyubiru

BB : 6,9 kg TB : 57 cm

BB : 3000 gram TB : 48 cm

10 FY Laki-laki Sodong, 26-11-2011 1 Tahun BPS

Isnaningisih, Bandungan, Banyubiru

BB : 5 kg TB : 63 cm

(10)

39

4.4 Hasil Penelitian

Pada bagian ini peneliti melakukan analisa data

berdasarkan hasil wawancara dan observasi kepada 10 riset

partisipan, yang diwakili 5 dari dusun Polobogo dan 5 dari dusun

Sodong, kecamatan Getasan, kabupaten Semarang, dari tanggal

12 Januari sampai 22 Oktober 2012. Berdasarkan hasil wawancara

dan observasi peneliti menentukan tema-tema dari jawaban setiap

riset partisipan. Pertama, dari segi pengetahuan yakni manfaat

mengenai manfaat menyusui, dampak tidak menyusui, hambatan

yang dialami selama menyusui, posisi menyusui, frekuensi

menyusui, waktu menyusui. Kedua, dari segi sikap yakni motivasi

menyusui, rasa percaya diri ibu dalam menyusui, keluarga, dan

pekerjaan ibu. Ketiga, dari segi tindakan yakni posisi menyusui,

frekuensi menyusui dan waktu menyusui.

Teknik analisa data yang digunakan pada penelitian ini

adalah teknik analisa deskriptif kualitatif. Untuk memudahkan

peneliti dan pembaca, hasil analisa data dibuat secara terpisah

untuk setiap riset partisipan yang akan dimulai dari riset partisipan

pertama yaitu Ibu PH, kedua ibu KH, ketiga ibu CH, keempat ibu

SR, kelima ibu MG, keenam ibu MT, ketujuh ibu NM, kedelapan ibu

(11)

Untuk mengetahui status gizi anak, peneliti menggunakan pengukuran antropometri yakni berat badan,

tinggi badan, dan umur. Kemudian peneliti menentukan status gizi menggunakan standar WHO 2005 seperti

tampak pada tabel 2.

Tabel 4.5. Klasifikasi IMT menurut WHO 2005

Kategorisasi BB/U

Z-Score Klasifikasi

< -3,0 Gizi Buruk

>-3,0 sampai dengan <-2,0 Gizi Kurang

>-2,0 sampai dengan <2,0 Gizi Baik

Z-score >2,0 Gizi Lebih

Kategori TB/U

< -3,0 Sangat Pendek

>-3,0 sampai dengan <-2,0 Pendek

>=-2,0 Normal

Kategorisasi BB/TB

< -3,0 Sangat Kurus

>-3,0 sampai dengan <-2,0 Kurus

>-2,0 sampai dengan <=2,0 Normal

(12)

40

4.4.1 Ibu PH

Peneliti melakukan wawancara dan observasi terhadap ibu

PH pada tanggal 6-8 Juli 2012. Ibu PH merupakan riset partisipan

pertama yang peneliti kunjungi. Adapun ciri-ciri fisik dari ibu PH

adalah tinggi badan ± 150 cm, berkulit putih, berambut hitam dan

lurus, bertubuh agak gemuk. Ibu PH berusia 26 tahun, pendidikan

terakhir yang ibu PH tempuh adalah SMP. Dalam kesehariannya

ibu PH bekerja sebagai ibu rumah tangga, sedangkan suaminya

bekerja sebagai tukang kayu dan mereka mempunyai 1 orang anak

perempuan dan 1 orang anak laki-laki. Anak perempuan ibu PH

berusia 8 tahun sedangkan anak laki-lakinya berusia 8 bulan.

Ibu PH berkomitmen untuk memberikan ASI terhadap

anaknya sejak awal kehamilan anak pertamanya. Hal tersebut

dikarenakan pengetahuan yang didapatkannya dari orangtua,

bidan, dan masyarakat sekitar. Akan tetapi, komitmen ibu PH

tersebut terkendala karena dirinya tidak dapat memberikan ASI

pasca melahirkan kepada anak pertamanya yang disebabkan oleh

faktor alami yakni produksi ASI yang terhambat selama 4 hari

pasca melahirkan. Untuk mengatasi kendala tersebut, hal pertama

yang ibu PH lakukan sambil menunggu produksi ASInya lancar

adalah memberikan anaknya susu formula. Cara ibu PH

melancarkan ASI menurut pengalaman orangtuanya (ibu

(13)

Pertama, anak ibu PH bernama DD, berjenis kelamin laki-laki dan berumur 7 bulan. Hasil pengukuran antropometri berat badan 9 kg serta tinggi badan 67 cm. peneliti menentukan status gizi menggunakan standar WHO 2005.

Tabel 4.6 Status gizi bayi DD

Indeks Z-Score Nilai Skala Kategori status gizi

BB/U >-2,0 sampai dengan <2,0 SD 0,41 Gizi baik

TB/U >-2,0 SD -1,62 Normal

BB/TB -2,0 sampai dengan <2,0 SD 1,79 Normal

Tabel 4.6 menunjukkan bahwa DD berada dalam kategori gizi baik menurut indeks BB/U dengan Z-Score >-2,0 sampai dengan <2,0 SD. Sementara untuk Z-score untuk indeks TB/U dan BB/TB masing-masing >-2,0 SD dan -2,0 sampai dengan <2,0 yang berarti DD memiliki status gizi normal. Kedua, anak ibu KH bernama RY, berjenis kelamin perempuan dan berumur 2 bulan. Hasil pengukuran antropometri berat badan 64 kg dan tinggi badan 60 cm.

Tabel 4.7 Status gizi bayi RY

Indeks Z-Score Nilai Skala Kategori status gizi

BB/U >-3,0 sampai dengan <-2,0 SD 2,51 Gizi kurang

TB/U >-2,0 SD 2,42 Normal

BB/TB -2,0 sampai dengan <=2,0 SD 0,92 Normal

Tabel 4.7 menunjukkan bahwa RY berada dalam kategori gizi kurang menurut indeks BB/U dengan

Z-Score >-3,0 sampai dengan <-2,0 SD. Sementara untuk Z-score untuk indeks TB/U dan BB/TB masing-masing

(14)

Tabel 4.8 Status gizi bayi BE

Indeks Z-Score Nilai Skala Kategori status gizi

BB/U >-2,0 sampai dengan <2,0 0,20 Gizi baik

TB/U >-2,0 -1,85 Normal

BB/TB -2,0 sampai dengan <2,0 1,61 Normal

Tabel 4.8 menunjukkan bahwa BE berada dalam kategori gizi baik menurut indeks BB/U dengan Z-Score >-2,0 sampai dengan <2,0 SD. Sementara untuk Z-score untuk indeks TB/U dan BB/TB masing-masing >-2,0 SD dan -2,0 sampai dengan <=2,0 yang berarti BE memiliki status gizi normal. Keempat, anak ibu SR bernama PA, berjenis kelamin laki-laki dan berumur 1 tahun. Hasil pengukuran antropometri berat badan 9,6 kg dan tinggi badan 69 cm.

Tabel 4.9 Status gizi bayi PA

Indeks Z-Score Nilai skala Kategori status gizi

BB/U >-2,0 sampai dengan <2,0 -1,20 Gizi baik

TB/U < -3,0 -4,96 Sangat pendek

BB/TB -2,0 sampai dengan <2,0 1,87 normal

(15)

Tabel 4.10 Status gizi bayi LE

Indeks Z-Score Nilai skala Kategori status gizi

BB/U >-2,0 sampai dengan <2,0 0,89 Gizi baik

TB/U >-3,0 sampai dengan <-2,0 -2,84 Pendek

BB/TB >2,0 2,97 Gemuk

Tabel 4.10 menunjukkan bahwa LE berada dalam kategori gizi baik menurut indeks BB/U dengan Z-Score >-2,0 sampai dengan <2,0 SD. Sementara untuk Z-score untuk indeks TB/U dan BB/TB masing-masing >-3,0 sampai dengan <-2,0 dan >2,0 yang berarti LE memiliki status gizi pendek dan gemuk untuk BB/TB. Keenam, anak ibu MT bernama AG, berjenis kelamin laki-laki dan berumur 1 tahun. Hasil pengukuran antropometri berat badan 8,7 kg dan tinggi badan 62 cm.

Tabel 4.11 Status gizi bayi AG

Indeks Z-Score Nilai skala Kategori status gizi

BB/U >-2,0 sampai dengan <2,0 -0,41 Gizi baik

TB/U < -3,0 -4,82 Sangat pendek

BB/TB >2,0 3,37 Gemuk

(16)

Tabel 4.12 Status gizi bayi AD

Indeks Z-Score Nilai Skala Kategori status gizi

BB/U >-3,0 sampai dengan <-2,0 -2,58 Gizi kurang

TB/U < -3,0 -6,70 Sangat pendek

BB/TB -2,0 sampai dengan <2,0 1,72 Normal

Tabel 4.12 menunjukkan bahwa AD berada dalam kategori gizi kurang menurut indeks BB/U dengan >3,0 sampai dengan <2,0. Sementara untuk Zscore untuk indeks TB/U dan BB/TB masingmasing <>3,0 dan -2,0 sampai dengan <-2,0 yang berarti AD memiliki status gizi sangat pendek dan normal untuk BB/TB. Kedelapan, anak ibu MR bernama TI, berjenis kelamin laki-laki dan berumur 1 tahun. Hasil pengukuran antropometri berat badan 9,7 kg dan tinggi badan 68 cm.

Tabel 4.13 Status gizi bayi TI

Indeks Z-Score Nilai Skala Kategori status gizi

BB/U >-2,0 sampai dengan <2,0 0,60 Gizi baik

TB/U >-3,0 sampai dengan <-2,0 -2,15 Pendek

BB/TB >2,0 2,31 Gemuk

(17)

Tabel 4.15 Status gizi bayi FR

Indeks Z-Score Nilai skala Kategori status gizi

BB/U >-2,0 sampai dengan <2,0 -1,33 Gizi baik

TB/U < -3,0 -5,06 Sangat pendek

BB/TB >2,0 3,36 gemuk

Tabel 4.15 menunjukkan bahwa FR berada dalam kategori gizi baik menurut indeks BB/U dengan >=-2,0 sampai dengan <>=-2,0. Sementara untuk Z-score untuk indeks TB/U dan BB/TB masing-masing < -3,0 dan >2,0 yang berarti TI memiliki status gizi sangat pendek dan gemuk untuk BB/TB. Kesepuluh, anak ibu EN bernama FY, berjenis kelamin laki-laki dan berumur 1 tahun. Hasil pengukuran antropometri berat badan 5 kg dan tinggi badan 63 cm.

Tabel 4.16 Status gizi bayi FY

Indeks Z-Score Nilai skala Kategori status gizi

BB/U >-3,0 sampai dengan <-2,0 -5,19 Gizi kurang

TB/U < -3,0 -4,90 Sangat pendek

BB/TB < -3,0 -3,81 Sangat kurus

(18)

41 Walaupun produksi ASI ibu PH sudah lancar, ibu PH tetap

mengkombinasikan antara ASI dan makanan pendamping ASI,

seperti susu formula dan bubur bayi dengan merek SUN karena

anak pertamanya sudah terbiasa dengan susu formula, akan tetapi

anak pertama ibu PH lebih suka mengkonsumsi susu formula

dibandingkan ASI.

“Aku sudah komitmen pas mengandung anak pertama untuk menyusui. Karena kata orangtuaku dan masyarakat di sini menyusui itu sudah menjadi kebiasaan di desa, bidan juga mengatakan bahwa ASI bermanfaat untuk kesehatan bayi” (A6) “Makanya dek Dila (menyebutkan nama anak pertama subjek) juga menyusui tetapi diselingi dengan susu formula dan sun karena air tetek (red:ASI) saya baru keluar hari keempat setelah lahirke Dila. Setelah ASI keluar, dek Dila malah ndak terlalu suka dan selalu menolak dengan di muntahin gitu mbak, tapi tetap aku kasih dikit-dikit ASInya. Karena dek Dila nda suka ASI, jadi tak kasih susu formula dan sun. Kalo susu formula dan sun cepat di minum sama dia mbak” (A10)

Berbeda dengan pengalaman bersama anak pertamanya,

ibu PH sudah bisa memberikan ASI kepada anak keduanya 30

menit pasca melahirkan. Memasuki usia 8 bulan, anaknya mulai

diperkenalkannya dengan makanan pendamping ASI seperti susu

formula dan bubur bayi merek SUN, akan tetapi selama perkenalan

dengan makanan pendamping ASI tersebut anak ibu PH selalu

menolaknya dengan cara memuntahkan kembali apa yang

dikonsumsinya selain ASI. Berikut pernyataan wawancara yang

mendukung informasi tersebut.

(19)

42

“Dedek (menyebutkan anak kedua subjek) dari lahir sampai sekarang umur 8 bulan masih ASI. Ga mau diberi susu formula sama nestle. Kalo diberi langsung dimuntahin sama Dedek” (A10)

Hasil Observasi yang mendukung pernyataan diatas yaitu saat

peneliti datang berkunjung, ibu PH selalu menyediakan makanan

dan minuman seperti teh dan makanan ringan lainnya. Ibu PH juga

meminta anaknya untuk minum juga tapi anaknya selalu menolak

dengan menggelengkan kepalanya.

4.4.1.1 Manfaat menyusui

Ibu PH mengatakan bahwa pengetahuannya akan manfaat

menyusui didapatkan dari buku Kartu Menuju Sehat (KMS),

penyuluhan dari bidan desa serta pengalamannya menyusui

anak-anaknya. Menurutnya manfaat dari menyusui adalah anak

keduanya jarang terkena sakit. Sebab baginya ASI bagus untuk

bayi, merupakan makanan utama dan harus diberikan. Berikut

pernyataan yang mendukung informasi tersebut.

“Saya taunya dari buku KMS, dari bidan desa yang beri penyuluhan waktu Posyandu dan pengalaman memberi ASI dari anak pertama dan kedua ini” (A1.6)

“..Manfaatnya Dedek jarang sakit mba karena air tetek kan bagus untuk bayi dan juga merupakan makanan utama untuk anak mba jadi harus diberikan..” (A10)

Selain anak keduanya jarang sakit, ibu PH juga merasakan

ada manfaat lain dari menyusui tersebut yakni tidak mudah cerewet

atau menangis, memiliki kemampuan belajar dalam hal berjalan

dengan cepat dan lincah, duduk dengan cepat, berbicara atau

(20)

43 menyimpulkan bahwa seseorang anak tidak akan kekurangan gizi

jika diberikan ASI. Dari segi lain, ibu PH mengatakan bahwa ASI

dapat menghemat pengeluaran belanja rumah tangga, seperti

pembelian akan susu formula.

“Ya selain jarang sakit, Dedek juga tidak rewel, cepat berjalan, duduk dan lincah anaknya mbak sama cepat bicara. Kaya dedek Kalo manggil-manggil saya biasanya “Ibu” (sambil menirukan gaya anaknya), kalo panggil bapak “Bapak” atau kalo mbahnya (neneknya) “mbah” atau kalo mau netek biasanya “mam” gitu mbak (sambil tertawa terkekeh) (A10.2)

“Lebih pintar anaknya mbak yah seperti cepat berjalan, duduk dan bicara itu mbak” (A10.3)

“Manfaatnya bagi saya itu lebih hemat dan lebih irit mbak jadi ga perlu keluar keluar duit lagi untuk beli susu formula” (A10.4).

Manfaat menyusui juga dapat dirasakan oleh ibu PH sendiri

melalui penurunan berat badannya, di mana sewaktu sedang

mengandung dirinya mempunyai berat badan 60 kg dan sejak

dirinya mulai memberikan ASI berat badannya turun 10 kg. Di

bawah ini pernyataan ibu PH akan hal di atas.

“…dan waktu hamil dan setelah melahirkan badan saya gemuk kan mba sampe 60 kg tapi setelah saya menyusui saya kurus lagi sekarang udah 50 kg sewaktu nyusui Dila juga seperti itu dan menyusui Dedek ini juga sama dan tetek (payudara) saya juga nda sakit mba” (A10)

Berdasarkan observasi terhadap aktivitas ibu PH dan

anaknya. Peneliti mendapatkan data bahwa pengetahuan ibu PH

sebagian besar diperoleh dari pengalamannya selama menyusui

anak pertama dan anak kedua. Hal tersebut peneliti lihat lewat

tingkah laku keaktifan anak pertama yang berbeda dengan anak

(21)

44 anak kedua yang aktif. Sebagai contoh ketika peneliti datang anak

kedua lebih akrab dan aktif bermain dengan peneliti dibandingkan

anak pertama yang malu-malu bila diajak bermain dengan peneliti;

dalam hal mengungkapkan sesuatu tingkah laku anak pertama

malu-malu untuk mengungkapkan kalau dia ingin peneliti menyisir

rambutnya sedangkan anak kedua tidak ragu untuk meminta untuk

digendong dan dipangku oleh peneliti.

Peneliti : “ Ade sini kaka sisir rambutnya, kan mau pergi ke ulang tahun temanya yah?”

Ibu PH : “Ooo mau mbak kata Dila disisir sama mbak tapi dia malu-malu untuk bilang ke mbak. sana duduk samping mbaknya kalau mau disisir ini ikat rambutnya dek dibawa”

4.4.1.2 Dampak tidak menyusui

Berdasarkan pengalaman ibu PH selama menyusui

anak-anaknya ternyata ada perbedaan dampak dari tidak memberikan

ASI sejak awal kelahiran, di mana anak pertamanya yang baru bisa

diberikan ASI setelah 4 hari pasca melahirkan dan diberikan susu

formula memiliki kemampuan belajar akan berjalan dan berbicara

yang lama dan lambat dan mudah terkena penyakit sedangkan

anak keduanya yang dapat diberikannya ASI 30 menit pasca

melahirkan memiliki kemampuan belajar yang jauh berbeda dengan

anak pertamanya tersebut, seperti kemampuan belajar akan

berjalan sudah mulai terlihat walaupun sedikit demi sedikit, dan

lincah bahkan tercipta hubungan yang lebih erat (kontak batin)

(22)

45 mana pada saat itu anak pertamanya berusia 1 tahun 5 bulan

dirinya memilih untuk bekerja di sebuah pabrik rokok di Ambarawa

sehingga anak pertamanya lebih dekat dengan neneknya. Berikut

pernyataan yang mendukung informasi tersebut

“Anak pertama saya bisa berjalannya lama, kalo anak kedua umur 7 bulan aja sudah bisa berjalan sedikit-sedikit, anaknya lincah, kalo lagi mau ngolek bumbu (menghaluskan bumbu) di dapur dan Dedek ada pasti dilempar sama dia mbak” (A11) “Mudah sakit mbak, kaya dek Dila kan lebih banyak minum susu formula jadi kalo di kampung lagi musim demam atau flu dek Dila pasti sakit juga kalo dedek ini ga mudah sakit mbak, tahan gitu tubuhnya itu mbak dan juga saya sama anak kedua tambah sayang bukan berarti ga sayang sama anak pertama hanya saja karena menyusui ke sayanya lebih lama jadi hubungan saya ke anak kedua lebih erat mbak, kalo anak pertama kan dia dari umur 4 hari sudah susu formula sama nasi yang dibuat bubur dan dila umur 1 tahun 5 bulan saya sering tinggalin sama ibu saya karena saya bekerja jadi karyawan pabrik rokok di Ambarawa mbak ”(A11.1)

“ASIkan makanan utama kan mbak yang udah ada ditiap perempuan, kayak aku merasakan kalo dia sakit gitu aku pasti tau kalo dia sakit, sama gimana yah mbak kayak ada kontak batin antara aku dan anak kedua” (A11.2)

“Jalannya sama bicaranya termasuk lambat mbak ga lincah kaya adeknya ini” (A11.3)

Berdasarkan hasil observasi peneliti terhadap aktivitas ibu

PH dan anaknya. Peneliti mendapatkan data bahwa pengetahuan

ibu PH mengenai dampak anak tidak diberi ASI diperoleh dari

pengalaman ibu PH selama menyusui anak kedua dan anak

pertama yang diberi ASI bersamaan dengan susu formula. Hal

tersebut peneliti dapat lihat dari kemampuan berdiri, berjalan,

berlari dan duduk serta kemampuan anak ibu PH yang kedua

mengangkat asbak rokok yang terbuat dari tanah liat dengan kuat

(23)

46 4.4.1.3 Hambatan yang dialami selama menyusui

Selama proses menyusui banyak hambatan yang dialami

oleh Ibu PH. Pertama, ASInya yang tidak keluar selama 4 hari

pasca melahirkan anak pertamanya. Menurut ibu PH, hal tersebut

merupakan sesuatu yang biasa terjadi pada setiap wanita.

Pengetahuan akan hal tersebut didapatkannya dari ibu kandungnya

yang mengatakan kepadanya ketika dia bertanya mengenai

hambatan tersebut.

“Ada mba, ASI saya keluarnya 4 hari setelah melahirkan jadi saya ga bisa kasih ASI hari pertama” (A12)

“Mungkin karena baru pertama kali menyusui. Ibu saya juga mengatakan hal demikian bahwa perempuan yang baru pertama kali menyusui pasti sulit untuk mengeluarkan ASI dalam beberapa hari” (A12.1)

Untuk mengatasi hambatan tersebut demi menjaga anak

pertamanya dari kekurangan gizi, ibu PH memberikan susu formula

sambil menunggu ASI selama 4 hari. Setelah itu, ibu PH

memberikan anak pertamanya ASI sambil diselingi dengan susu

formula. Kemudian anak pertamanya lebih menyukai

mengkonsumsi susu formula dibandingkan ASI. Sehingga setiap

kali ibu PH memberikan ASI kepada anak pertamanya pasti selalu

ditolaknya. Kedua, hambatan yang lainnya selama proses

pemberian ASI adalah anak pertamanya yang lebih senang

menyusui di payudara sebelah kanan daripada payudara sebelah

kiri karena menurut anaknya tersebut ASI ibu PH pahit. Hal tersebut

(24)

47 sakit di Ambarawa, terdapat tumor di payudara sebelah kirinya.

Dampaknya kemudian ibu PH tidak bisa memberikan ASI melalui

payudara bagian kiri. Alternatif dari hambatan tersebut adalah ibu

PH melakukan operasi pengangkatan tumor. Berikut pernyataan

yang mendukung informasi tersebut.

“Saya kasih susu formula aja, tapi setelah 4 hari baru ASI saya keluar dan tak susuin ke anak tapi susu formula juga iya diberikan karena anaknya sudah itu terbiasa sama susu formula. Oh ia mbak Sama kalo nete dilanya cuma netek di tetek saya yang sebelah kiri ga mau yang sebelah kanan, jadi dulu saya pernah dioperasi” (A12.2)

“Kata dokternya itu ada tumor, karena ga disusui ke Dila jadinya dioperasi tapi sekarang sudah sembuh” (A12.3)

“Aku juga ga tau mbak, mungkin pait kali mbak, karena ada tumor” (A12.4)

Hambatan yang ketiga dialami oleh Ibu PH adalah puting

payudaranya yang lecet karena digigit oleh anaknya pada saat

proses menyusui dan menyebabkan ibu PH harus menahan rasa

sakit pada saat menyusui kepada anak-anaknya. Usaha Ibu PH

untuk mengatasi hambatan tersebut adalah mengoleskan minyak

goreng tepat di puting yang mengalami lecet tersebut. Hambatan

tersebut ternyata dialaminya lebih parah ketika memberikan ASI

kepada anak keduanya karena anak keduanya tersebut lebih sering

membuat puting payudaranya lecet hingga membuat puting

payudara Ibu PH tidak cepat sembuh. Walaupun mengalami

hambatan yang demikian ibu PH tetap berusaha menyusui

anak-anaknya sambil menahan rasa sakit di area puting payudaranya

(25)

48

“Ada mbak puting saya pernah lecet digigit dedek waktu menyusui karena gregetan giginya yang baru mau tumbuh jadinya puting saya keiikut digigit gigit gitu sampe lecet jadi kalo menyusui sakit rasanya” (A12.8)

“Waktu itu saya kasih minyak goreng mbak lalu saya oleskan di putting tetek saya dan cepat sembuh terus lecet lagi saya tetap menyusui mbak sambil menahan sakit waktu menyusuinya, ya mau bagaimana lagi kalo ga disusui kasian anaknya saya ga tega karena ASI kan makanan utama mereka mbak dan kalo dikasih tetek saya jadi bengkak karena penuh kalo gitu jadinya sakit mbak ja di harus dikasih mbak” (A12.9)

4.4.1.4 Posisi menyusui

Berdasarkan pengalamannya bersama anak keduanya,

pengetahuan Ibu PH akan posisi menyusui adalah berbaring

dipangkuannya karena anak keduanya dapat merasa nyaman dan

bahkan hingga tertidur.

“Menurut pengalaman saya menyusui anak pertama yah mba, adeknya ini merasa nyaman menyusui dengan posisi berbaring baik di pangkuan saya sampai tertidur pulas, setelah itu baru saya pindahin ke kasur” (A13)

“Ho’oh senangnya baring mbak biar langsung tidur, tapi yah kadang ndak langsung tidur juga biasa habis nenen itu langsung maen sama mbaknya” (A13.1)

Posisi pada saat pemberian ASI biasanya disesuaikan

dengan kenyamanan ibu PH dengan anak keduanya. Berikut

informasi yang mendukung. Pertama, anak keduanya lebih

menyukai posisi berbaring dan duduk pada saat menyusui karena

anak keduanya merasa nyaman. Selama proses menyusui baik

dengan posisi menyusui berbaring maupun yang lainnya ibu PH

dengan spontan menepuk-nepuk punggung belakang anak

keduanya. Ibu PH beralasan bahwa hal tersebut dapat menambah

(26)

49 kelelahan dengan posisi menyusui berbaring, ibu PH akan merubah

posisi menyusuinya menjadi berdiri sambil menggendong anak

keduanya. Walaupun anak keduanya tidak menyukai posisi

menyusui berdiri karena bagi anak keduanya posisi tersebut tidak

membuatnya nyaman. Cara anak keduanya menyatakan

ketidaknyamanannya adalah menolak puting payudara ibu PH yang

dimasukkan ke dalam mulutnya.

“Kalo Dedek itu mbak kadang-kadang ga suka digendong maunya berbaring sama duduk aja, jadi kalo digendong dia nolak putting susu yang masuk ke dalam mulutnya mbak kalo dibawa duduk baru anteng anaknya mbak (tidak rewel)” (C10)

“Iya mba, kalo tiduran kan bisa langsung tidur dia mba, jadi ga capek. Tapi juga bisa sambil duduk (Sambil memperaga pada anaknya yang baru bangun tidur yaitu dengan meletakkan anak dipangkuannya lalu menyusui ke anaknya sebelah kiri sambil menepuk nepuk bagian bawah belakang anaknya)” (C10.1) “Sudah kebiasaan mba, spontan aja kalo udah menyusui gini pasti tanpa dipikirkan tangan langsung nepuk-nepuk gitu mba, ya adenya ngerasa nyaman waktu menyusui dan biasa langsung tidur” (C10.2)

Kedua, berdasarkan hasil observasi peneliti, diperoleh data

yaitu saat anak ibu PH menangis karena hendak menyusui ibu PH

mengambil sikap duduk dan membaringkan anaknya

dipangkuannya. Tetapi anaknya menolak sambil menangis lalu ibu

PH mengambil sikap berbaring di dipan dan membaringkan

anaknya dengan posisi berhadapan dan anaknya pun menyusui

dengan tenang. Ketiga, Setelah peneliti melakukan pengamatan

terhadap keluarga ibu PH. Peneliti dapat menyimpulkan bahwa ibu

PH menyusui anaknya sesuai dengan kenyamanan anaknya. Hal

(27)

50 keduanya yang meminta menyusui di dalam kamar dengan posisi

berbaring dan ibu PH pun menuruti keinginan anaknya dan

mengajak peneliti untuk ikut ke dalam kamar sambil berbincang

dan menemani ibu PH yang sedang menyusui anak keduanya

dengan posisi berbaring.

4.4.1.5 Frekuensi Menyusui

Dalam hal frekuensi menyusui, ibu PH mengatakan dalam

sepengetahuannya dalam sehari kurang lebih anak keduanya

biasanya melakukan proses menyusui dengan frekuensi 10 kali.

“Sering mbak, bisa lebih dari 10 kali” (A14)

Dalam sehari-hari ibu PH menyatakan bahwa dia bisa

melakukan proses menyusui dengan anak keduanya secara

berkali-kali yang di mulai dari anak keduanya bangun tidur hingga

menjelang tidur malam. Akan tetapi pada dasarnya proses

menyusui tersebut berdasarkan permintaan anak keduanya. Hal

tersebut dinyatakan ibu PH bahwa anak keduanya pernah ingin

menyusui pada tengah malam sehingga ibu PH harus menyusui

anak keduanya dengan kondisi setengah sadar.

“Iya mba tadi pagi saya menyusui, bangun tidur, habis mandi sama tadi pas mau pergi ke rumah mbahnya waktu mau jemput Dila itu” (C11)

(28)

51 4.4.1.5 Waktu Menyusui

Menurut ibu PH dengan pengalamannya menyusui bersama

dengan anak keduanya, waktu menyusui yang dihabiskan adalah

5-10 menit.

“Yang saya tau itu mbak 5-10 menit mbak ya biasanya dedek menyusui segitu mbak” (A15)

Secara rutin ibu PH selalu menyusui anak keduanya pada

pukul 6 pagi sebab anak keduanya sudah terbangun dari tidurnya.

Namun, sebelum anak keduanya bangun ibu PH menyempatkan

diri untuk mengerjakan pekerjaannya sebagai ibu rumah tangga,

seperti memasak. Oleh karena itu, ibu PH merasa kesulitan

melakukan profesinya sebagai ibu rumah tangga saat anak

keduanya hendak meminta ASI. Sehingga ibu PH selalu merasa

pekerjaannya yang bisa diselesaikan dalam waktu sehari bisa

seperti seminggu. Selain profesinya sebagai ibu rumah tangga, ibu

PH selalu menyiapkan diri untuk pergi ke rumah mbahnya Dedek

untuk menjemput anak pertamanya dan ibu PH selalu menyusui

anak keduanya sekitar 8 menit sebelumnya.

“Jam 6 an mba, Dedek mah cepat bangunnya, jadi saya harus cepat bangun dan masak supaya selese masak langsung netekin anak. Kalo udah bangun itu susah kerja. Kerjaan sehari jadi seminggu mbak ibaratnya itu” (C12)

(29)

52

“Sekitar 8 menit juga mba setelah saya sarapan terus langsung kerumah mbahnya jemput dila, kalo sabtu kan mba Dila nginap di rumah mbahnya. Soalnya mbahnya ga ada temannya disana, Cuma sendiri aja dirumah, pas hari minggunya baru dijemput gitu setiap minggunya mba” (C12.2)

Pernyataan di atas juga didukung dengan hasil

observasi peneliti yaitu peneliti dapat menyimpulkan bahwa

waktu menyusui anaknya berbeda-beda. Hal tersebut peneliti

dapat lihat dari waktu menyusui anak ibu PH saat siang hari

pukul 12.00 WIB saat anak ibu PH bangun dari tidur dia

menyusui selama 5 menit. Setelah itu pukul 14.10 WIB anak

ibu PH menyusui kembali dengan lama menyusui 3 menit,

kemudian menyusui kembali pukul 16.00 WIB dengan lamanya

menyusui sekitar 11 menit dengan posisi berbaring.

Selanjutnya menyusui pukul 18.00 WIB setelah anaknya

bangun tidur dengan lamnya menyusui 4 menit. Setelah

anaknya selesai menyusui kemudian ibu PH memandikan anak

keduanya dan memakaikan baju dan menyisir rambutnya.

Sebelum peneliti kembali ke Salatiga pukul 21.30 WIB anak ibu

PH merenggek untuk disusui sehingga ibu PH harus

membawanya ke dalam kamar dan menyusuinya karena

waktunya untuk tidur buat anaknya dan peneliti kembali ke

(30)

53 4.4.1.6 Motivasi ibu menyusui

Ibu PH menyikapi proses menyusui dengan motivasi yang

kuat untuk menyusui anak keduanya pasca melahirkan. Seiring

dengan berjalannya waktu ibu PH mengalami kendala di mana

menurut anak keduanya ASInya memiliki rasa yang pahit

dikarenakan ibu PH sedang terkena demam. Walaupun demikian

ibu PH tetap menyusui anak keduanya dengan posisi berbaring.

Berikut pernyataan yang mendukung informasi tersebut.

“Tetap menyusui mba sambil berbaring, kasian mba kalo ga di kasih dan kadang-kadang adenya ga mau mungkin karena ASInya pait kali mba” (B10)

“Iya kalo lagi sakit atau masuk angin ASInya pait makanya dedek ga mau menyusui kalopun menyusui ga banyak-banyak mba”(B10.1)

4.4.1.7 Rasa Percaya Diri

Ibu PH ternyata memiliki rasa percaya diri yang cukup tinggi

dalam hal menyusui bersama anak keduanya dalam berbagai

keadaan. Menurut ibu PH, tidak perlu malu untuk menyusui

walaupun harus menyusui depan keluarga, atau tetangga yang

sedang berkunjung kerumahnya karena ibu PH merasa sedih jika

anak keduanya tidak diberikan ASI. Namun, jika orang yang

bertamu ke rumahnya adalah seorang pria secara spontan ibu PH

menyikapi hal tersebut dengan menyusui anak keduanya di dalam

kamar. Ibu PH juga mengatakan bahwa dirinya merasa malu

(31)

54 menyusui ibu PH mencari tempat yang sepi atau ke rumah teman

untuk menyusui anaknya.

Berbeda hal jika yang bertamu adalah seorang perempuan,

ibu PH menyikapinya dengan tetap menyusui anak keduanya di

depan tamu perempuan tersebut karena faktor fisik yakni

sama-sama memiliki sepasang payudara.

“Istilahnya menyusui itu mbak ga tau malu jadi tetap aja saya menyusui mbak kan keluarga sendiri sama dengan kalo ibu-ibu datang kaya tetangga gitu mbak saya biasa aja tetap aja menyusui. Kaya lagi ada mbaknya gini saya juga tetap menyusui mbak. Pokoknya sudah ga tau malu deh mbak hehehe (ucap ibunya sambil menyusui Dedek pada saat wawancara berlangsung) karena kasian kalo ga diberi” (B11.2)

“Wah kalo yang waktu itu saya menyusuinya di dalam kamar mbak. Soalnya Dedek udah nangis minta di susui. Kan laki-laki mbak, malu kalo menyusui depan laki-laki kalo sesama perempuan saya gapapa mbak tetap aja saya menyusui kan sama aja, sama-sama punya payudara (sambil tersenyum). (B11.3)

“Iya mbak dedek itu di manapun tetap minta disusui mungkin karena lapar kan dedek cuma minum ASI aja mbak. Wah malu mbak, kan kalo udah melahirkan tetenya tambah besar, jadi saya kalo netein cari tempat yang sepi baru saya tetein gitu, jadi belanjanya jadi lama karena sudah ada anak kecil atau kalo nda aku ke rumah teman dulu untuk netein Dedek” (B11.5)

Berdasarkan hasil observasi terhadap aktivitas ibu PH dan

anaknya. Peneliti mendapatkan data bahwa sikap ibu PH terhadap

menyusui dapat dilihat dari percaya dirinya ibu PH menyusui

anaknya ketika peneliti datang berkunjung kerumah ibu PH. Ibu PH

terlihat tidak malu menyusui anaknya walaupun sambil wawancara.

Namun hal serupa tidak ibu PH praktekkan saat petugas PLN

(32)

55 anaknya hendak menyusui ibu PH menggendong anaknya

kedalam kamar untuk menyusui.

4.4.1.8 Dukungan keluarga

Ibu PH menyikapi dukungan keluarganya terhadap dirinya

dalam hal menyusui secara positif. Bentuk dukungan yang pertama

berasal dari ibu mertuanya yang selalu menyarankannya untuk

lebih memberikan ASI daripada susu formula dan tidak lupa juga

menyarankan dia untuk membeli jamu serta sayuran, seperti daun

papaya yang dipercaya dapat mempelancar produksi ASI.

“Iya mbak mereka sangat mendukung dan menyarankan untuk memberikan ASI. Dari zaman dulu kan orang desa itu taunya cuman ASI aja” (B12)

“Ibu saya sama mertua memang sangat menyarankan ASI, lagian Dedek ga mau susu formula. Kalo dikasih ga diminum dibuang-buang aja, ga ditelan gitu mba, disembur mungkin karena ga enak jadinya dia ga suka mbak. Sukanya cuma air susu aja mba (sambil tersenyum). Kan saya kerja mbak. Jadinya ya kerjanya keluar dulu demi anak mbak, kasian kalo ditinggal soalnya ga mau susu formula ga ada yang jagain dedek” (B12.1) “Kalo saya mau ke pasar gitu mba beli sayur mereka selalu mengingatkan jangan lupa kalo kepasar beli jamu atau daun papaya supaya ASInya lancar gitu mba” (B12.2)

“Daun papaya itu dibersihkan lalu direbus gitu aja mba terus airnya diminum daunnya bisa buat lalapan terus dimakan. Manfaatnya itu ASI jadi lancar mba soalnya kalo saya ga makan sayur air tete saya ga ada mba jadi harus makan sayur” (B12.3)

Bentuk dukungan kedua datang dari suaminya yakni selalu

memberi ibu PH uang Rp 25.000,00 dengan perincian Rp

20.000,00 untuk membeli sayuran dan Rp 5000,00 untuk membeli

jamu herbal yang dapat melancarkan produksi ASInya.

(33)

56 4.4.1.9 Pekerjaan Ibu

Dalam hal pekerjaan ibu PH mengatakan pekerjaan sehari

jadi seminggu. Hal tersebut dikarenakan ibu PH selalu

mengutamakan kebutuhan anaknya seperti mengutamakan

menyusui anaknya walaupun sedang hendak menyelesaikan

pekerjaan rumah atau aktivitas lainnya. Berikut pernyataan yang

mendukung informasi tersebut.

“Ya saya mah ngikutin aja mba jadi kata orang itu pekerjaan yang seharusnya jadi sehari malah jadinya seminggu kalo sudah ada anak gitu mba, biasanya dia paling suka berbaring kalo digendong gitu adeknya nda mau biasa sampe teteknya dilepas ato pernah sampe digigit sama dia” (B13.4)

Seperti halnya dengan aktivitas yang ibu PH lakukan

sebelum peneliti datang yaitu Ibu PH mengatakan pagi tadi dia

pergi ke rumah mbahnya Dedek dan Dila untuk menjemput Dila dan

kembali ke dusun Polobogo pukul 12.00 WIB untuk menunggu

kedatangan peneliti. Ibu PH juga menceritakan tentang ibu PH

keluar dari pekerjaannya sebagai pegawai pabrik karena ibu PH

merasa kasian sama anaknya selain itu juga karena anaknya

menolak minum susu formula. Setiap kali minum susu formula

anaknya selalu memuntahkannya.

(34)

57

“Kepikiran terus mba sama anak, khan waktu menyusui dila saya bekerja jadi yang jaga ibu saya, kasian juga sama ibu yang jagain terus kan ibu juga ada pekerjaannya, tapi ya mau bagaimana lagi saya juga harus bantu suami, tapi waktu melahirkan Dedek dan menyusui Dedek saya berhenti bekerja karena Dedek ga mau susu formula maunya ASI aja jadi kasian kalo ditinggal dan ga ada yang jaga mba kalo Dila khan ga mau ASI maunya susu formula aja jadi harus cari duit untuk beli susu itu mba soalnya kalo di kasih ASI dia ga mau malah dimuntahin gitu mba katanya “pait..pait” (sambil menirukan anaknya mengatakan pait pait)” (B13.1)

4.4.1.10 Triangulasi

Pada riset partisipan pertama, triangulasi dilakukan dengan

satu sumber saja yaitu suami ibu PH, bapak WR. Bapak WR

mengatakan bahwa ibu PH sangat rajin dan rutin menyusui

anak-anaknya terutama anak keduanya. Permintaan menyusui dari anak

keduanya akan langsung diikuti oleh ibu PH. Posisi menyusuinya

bisa duduk dan berbaring sesuai keinginan anaknya. Menurut

bapak WR, ibu PH juga sangat penurut kepada orangtua dan

suami, apa yang disarankan oleh orangtua dan suami untuk

kebaikan anaknya maka ibu PH akan langsung menurutinya.

Misalnya ibu PH harus rajin makan daun papaya supaya produksi

(35)

58

4.4.2 Ibu KH

Peneliti melakukan wawancara dan observasi terhadap ibu

KH pada tanggal 14-16 September 2012. Adapun ciri-ciri fisik dari

ibu KH sebagai berikut: tinggi badan sekitar ± 145 cm, berkulit agak

gelap, berambut gelombang sedada dan berbadan agak gemuk. Ibu

KH berusia 32 tahun, pendidikan terakhirnya adalah SMP. Ibu KH

berprofesi sebagai ibu rumah tangga, sedangkan suaminya bekerja

sebagai buruh pabrik sawit di Kalimantan Timur. Mereka

mempunyai 2 orang anak perempuan, di mana usia anak pertama 9

tahun, dan anak kedua berusia 5 bulan.

Walaupun tidak bersama suaminya, Ibu KH tetap komitmen

untuk menjaga dan mengasuh anaknya dengan sebaik-baiknya. Ibu

KH memberikan ASI kepada anak-anaknya 30 menit pasca

melahirkan sesuai dengan anjuran dari bidan yang membantu

persalinan. Hal tersebut dikarenakan setelah melahirkan, bidan

yang membantu proses persalinan ibu KH akan menimbang berat

badan bayi, mengukur tinggi badan bayi, dan membersihkan bayi

dan ibu KH. Setelah semuanya sudah bersih maka bidan akan

memberikan bayinya kepada ibu KH untuk disusui. Berikut

pernyataan yang mendukung informasi tersebut.

(36)

59 Selanjutnya, ibu KH tetap menyusui anak-anaknya dengan

diselingi makanan pendamping ASI saat anak-anaknya berusia 2

bulan. Makanan pendamping ASI yang diberikan kepada

anak-anaknya adalah susu formula, bubur, air putih, dan teh hitam manis.

Alasan ibu KH memberikan makanan pendamping ASI adalah

menjaga anak-anaknya dari rasa lapar. Berikut pernyataan yang

mendukung infomasi berikut.

“Mila (Riset partisipan menyebutkan nama anak pertamanya) dari pertama lahir itu langsung disuruh bidane untuk menyusui mbak, terus yang anak kedua ini juga sama masih menyusui” (A10) “…Biar nda lapar aku juga sambil beri minum air putih juga mbak biar nda lapar adeknya soalnya menyusuinya berkurang (Riset partisipan lalu duduk kembali di samping peneliti tapi tetap menyusui anaknya dan sambil bercerita dengan peneliti)” (C11) “Usia 2 bulan itu dah tak kasih sun milna sama susu promina. Kata bidane kan usia 6 tahun baru dikasih. Tapi yaitu aku ga mau. Anaknya nangis terus kok jadi tak kasih sun sama susu promina aja mbak” (C11.1)

“Iya toe mbak, kalo anak cuma ASI aja makanannya kan itu kasian anake kelaperan, jadi biar kenyang dan nda sakit itu tambah makanan lain. Kaya kita orang tua ini kan mbak pasti lapar kalo nda ditambah makanan lain. Kalo cuma minum susu toe itu kan nda kenyang” (A10.8)

4.4.2.1 Manfaat menyusui

Berdasarkan pengalaman ibu KH mengatakan bahwa

manfaat dari menyusui adalah ASI lebih bagus dari pada susu

formula, lebih hemat untuk meminimalisir pengeluaran dalam hal

pembelian susu formula, serta lebih enak dari pada susu formula.

(37)

60 Selain itu menurut ibu KH, ASI lebih cepat dan instan dalam

pemberiannya, jadi bila malam hari anaknya terbangun dan minta

susu, ibu KH tidak harus ke dapur untuk mengambil air hangat dan

dingin lalu ditaruh di botol susu. Hal ini diperkuat oleh pernyataan

dari ibu KH, yakni :

“ASI itu kan cepat mbak, instan, jadi kalo malam hari adeknya bangun minta mimi susu aku nda harus repot kedapur ambil air hangat atau air dingin dan taruh di botol. Tapi kalo menyusuikan langsung aja anaknya netek” (A10.10)

4.4.2.2 Dampak tidak menyusui

Sepengetahuan ibu KH berdasarkan pengalamannya, anak

yang tidak diberi ASI akan mengalami penurunan berat badan,

seperti kurang gizi. Ibu KH mencontohkan anak tetangganya yang

kurus karena tidak diberi ASI oleh orangtuanya yang sibuk dengan

pekerjaannya.

“Berat badannya itu mbak menurun, terus kaya kurang gizi gitu mbak. Aku melihat anak tetangga itu kurus karena ga menyusui mungkin karena orangtuanya sibuk bekerja” (A11)

Walaupun anaknya tidak pernah mengalami kurang gizi, ibu

KH mengakui bahwa anaknya pernah sakit karena di daerah tempat

dia tinggal sedang musim sakit, seperti flu dan demam.

(38)

61 4.4.2.3 Hambatan yang dialami selama menyusui

Ibu KH mengakui berdasarkan pengalamannya yang

memberikan pengetahuan bahwa ada hambatan-hambatan yang

sering dialami selama menyusui, seperti puting payudara yang

sering sakit karena anaknya gregetan sebab giginya mulai tumbuh

sehingga tanpa sengaja anaknya menggigit puting susu ibu KH.

Oleh sebab itu ibu KH sering meringgis dan menahan sakit. Namun,

ibu KH tetap berusaha menyusui anaknya. Hal tersebut

dilakukannya demi anaknya. Berikut pernyataan yang mendukung

informasi tersebut.

“Apa yo mbak. Ini puting yang sering sakit karena kasar waktu neteknya (sambil meringgis menahan sakit). Apalagi sekarang giginya udah tumbuh dua karena gregetan jadine di gigit gigit putingnya sampe pernah mau putus rasanya puting aku waktu itu mbak, mulut anak kecil itukan kasar kalo netek seenakke dewe (seenaknya sendiri)” (A12)

“Ya tetap tak susui mbak, ntar sembuh sendiri putingnya yang sakit. Sambil menahan sakit yo aku tetap menyusui, ini semua demi anak” (A12.1)

Hambatan lainnya menurut ibu KH adalah makanan pedas.

Sebab menurutnya jika dia mengkonsumsi makanan pedas maka

anaknya akan terkena diare. Oleh karena itu dia berusaha

menghindari makanan-makanan pedas.

(39)

62 4.4.2.4 Posisi Menyusui

Menurut sepengetahuan ibu KH ada beberapa posisi

menyusui berdasarkan pengalamannya, yaitu menyusui dengan

posisi berdiri atau duduk karena menurut ibu KH, anak kecil banyak

maunya dan harus dituruti.

“Iya, kalo dipaksa untuk netek sambil tiduran ga mau juga jadi mau ga mau diajak jalan-jalan atau duduk supaya mau menyusui. Namanya anak kecil kan mbak banyak maunya dan harus dituruti” (A13)

Ibu KH mengatakan saat melahirkan dia menyusui dengan

posisi berbaring karena tidak kuat untuk duduk dan oleh bidannya

meletakkan anaknya di samping ibu KH untuk di susui. Menurut

pengalaman ibu KH, posisi menyusui adalah dengan duduk dan bila

anaknya sudah merasa tidak nyaman karena gelisah maka posisi

menyusui adalah berdiri sambil mengendong anaknya untuk diajak

jalan-jalan.

“Posisi menyusuinya waktu itu aku berbaring aja mbak kan ga kuat untuk duduk tapi anaknya kuat menyusui. Bu bidannya taruh di samping saya terus ta kasih ASI terus anaknya menyusui”(A13.1)

“Menurut pengalaman aku yah mba, duduk aja biasa menyusui, kalo adeknya ngerasa nda nyaman yah aku ajak jalan-jalan” (A13.2)

“Gelisah gitu kalo disusui”(A13.3)

Mengenai posisi menyusui, ibu KH melakukan beberapa

tindakan, seperti jika dia merasa lelah saat menyusui ibu KH akan

berbaring sambil menyusui anaknya dan anaknya secara spontan

(40)

63 merasa capek dan tertidur pulas. Main-main yang dimaksud adalah

anaknya memasukkan puting ibunya ke dalam mulutnya tapi tidak

diisap sama anaknya hanya dimasukkan saja.

“Adeknya ikut berbaring juga mbak. Tapi sambil maen-maen gitu sampe capek dan puas menyusui baru tidur nyenyak enak”(C10.3)

“Ini teteknya ini dimasukin ke mulut tapi nda diisap hanya diemut aja gini mbak” (C10.4)

Ibu KH juga melakukan posisi duduk saat menyusui akan

tetapi anaknya sering meminta dirinya untuk menyusui dengan

posisi berdiri sambil digendong. Menurut ibu KH, dia merasa

nyaman menyusui dengan posisi tersebut karena sudah ada

pengalaman menyusui anak yang pertama. Ibu KH sendiri lebih

suka menyusui anaknya dengan posisi berbaring karena baginya

posisi tersebut tidak membuatnya lelah. Akan tetapi dia akan

melakukan berbagai posisi menyusui, seperti posisi menyusui

duduk, berbaring dan digendong karena semua posisi menyusui

tersebut harus sesuai dengan kenyaman anaknya. Jika anaknya

tidak merasa nyaman maka anakanya akan mengkomunikasikan

rasa ketidaknyamanan tersebut dengan cara cerewet dan

menangis.

“Posisinya yah gini ini mbak (riset partisipan sambil menyusui anaknya yang ada dipangkuannya) sambil duduk tapi ya kadang anaknya minta sambil digendong. Paling sering itu digendong mbak” (C10)

“Nyaman aja mbak udah biasa kaya gini kan udah pengalaman sama mbaknya ini jadi pas punya anak kedua ga repot-repot amat” (C10.1)

(41)

64

“Tiduran bisa, duduk bisa, digendong sambil ajak jalan juga suka tergantung suasananya aja mbak misalnya kalo adeknya nangis, cerewet gitu ya ta ajak duduk atau ga ajak jalan-jalan sambil digendong gitu” (C10.5)

Pernyataan diatas didukung dengan hasil observasi selama

berada di rumah ibu KH. Di mana pada saat itu, ibu KH yang

sedang menyusui anaknya dengan posisi menyusui duduk tiba-tiba

anaknya rewel dan akhirnya ibu KH memutuskan untuk menyusui

anaknya dengan posisi menyusui berdiri sambil digendong.

4.4.2.5 Frekuensi menyusui

Ibu KH tidak mengetahui berapa kali dalam sehari harus

menyusui karena menurutnya lebih baik menunggu anak meminta

ASI.

“Berapa kali yah mbak, aku ndak tau. Tunggu anaknya minta baru dikasih gitu aja”(A14)

Selama ibu KH sakit, frekuensi menyusui terhadap anaknya

berkurang di mana biasa delapan kali menjadi empat kali. Selain

itu, menurut ibu KH rasa ASInya tidak enak di mulut anaknya

sehingga frekuensi menyusui anaknya berkurang. Oleh karena itu

ibu KH mengambil tindakan dengan memberikan air putih kepada

(42)

65

“Menyusuinya berkurang mbak. Biasa sehari delapan kali sekarang cuma bisa empat kali sehari. Ya cuma dikit-dikit aja minumnya mbak. Lagi pula selera menyusuinya itu berkurang. Setiap diberi ASI itu dikeluarkan sama adeknya ini, kalo pun nda dikeluarin itu cuma diisap sedikit aja terus nangis lagi (Ucap riset partisipan dengan wajah sedih sambil menatap wajah anaknya). Nafsu makannya juga berkurang. Tak kasih sun nestle itu dikeluarin terus. Biar nda lapar aku juga sambil beri minum air putih juga mbak biar nda lapar adeknya soalnya menyusuinya berkurang (Riset partisipan lalu duduk kembali di samping peneliti tapi tetap menyusui anaknya dan sambil bercerita dengan peneliti)” (C11)

“Kata orang-orang mbak air susu ne nda enak di mulut adeknya kalo lagi sakit. Makanya adeknya ini nda mau menyusui kalo lagi sakit. Kayak dulu mbak waktu adeknya umur 1 bulan adeknya ini mau sempat tak tinggal karena aku harus rawat inap di rumah sakit. Jadi ASI ne tak peras ngono. Tapi untungnya ga jadi rawat inap” (C11.1)

Pernyataan diatas didukung dengan hasil observasi selama

berada di rumah ibu KH yang dimulai pukul 14.00 WIB sampai pukul

18.00 WIB. Selama berada di rumah ibu KH, dia sudah menyusui

anaknya sebanyak 5 kali.

4.4.2.6 Waktu menyusui

Berdasarkan pengalaman Ibu KH mengatakan waktu

menyusui tidak dijadwalkannya secara khusus. Ibu KH akan

menyusui apabila anaknya menangis dan dengan cara tersebut

anaknya berkomunikasi kepada ibu KH untuk memberitahu dia

sedang lapar dan haus.

“Kalo menyusui adeknya ini sewaktu nangis ya dikasih. Nda ada jadwal khusus, soalnya kalo anak kecil kan mbak, mudah laper. Badannya aja kecil tapi makannya itu walaupun sedikit-sedikit tapi banyak.” (A15)

Dalam pelaksanaannya mengenai waktu menyusui ibu KH

(43)

66 menit dan bila malam hari proses menyusui dilakukan hingga dia

bersama anaknya tertidur.

“Wah ga terhitung lamanya mbak, mungkin ya sampe 9 menitan, ya kaya seperti ini lama menyusuinya, ini mau tidur lagi, matanya pejam tapi mulutnya masih bergerak nyedot susunya, kalo malam itu ya sampe tidur” (C12)

“Iya mbak, saya menyusuinya sampe ketiduran, sampai-sampai nda ingat kalo lagi menyusui. Tahu-tahu sudah pagi saja”(C12.1)

Dalam setiap kegiatannya, seperti dirinya hendak pergi ke

Balai Pengobatan, ibu KH selalu menyempatkan diri untuk

menyusui anaknya selama 5 menit walaupun anaknya sedang tidak

ada selera untuk menyusui karena sedang sakit.

“Yah itu nda terlalu lama, cuman 5 menitan aja mbak” (C12.4) “Soale kan mbak masih sakit, jadi selera menyusuinya itu berkurang dan juga buru-buru mau ke Balai pengobatan itu”(C12.5)

Berkaitan dengan hasil observasi frekuensi menyusui anak ibu KH.

Peneliti menghitung waktu yang digunakan anak ibu KH menyusui

yaitu setiap kali menyusui anak ibu KH memerlukan waktu 4-5

menit.

4.4.2.7 Motivasi ibu menyusui

Ibu KH menyikapi kelahiran anaknya dengan motivasi yang

kuat untuk menyusui. Motivasi ibu KH tersebut menurutnya dimulai

pada saat usia anaknya 1 bulan dia pernah mengalami sakit akan

tetapi dia tetap menyusui anaknya.

(44)

67 Kemudian ibu KH termotivasi untuk menyusui karena

menurutnya ASI lebih bagus daripada susu formula dan lebih hemat

sebab ASI tidak seperti susu formula yang memerlukan biaya untuk

membelinya. Hal tersebut dilakukannya karena faktor ekonomi

keluarga, di mana kiriman uang dari suaminya yang bekerja di

Kalimantan Timur tidak pernah menentu.

“ASI kan lebih bagus dari pada susu formula jadi diberi ASI selain itu irit biar ga keluar duit beli ASI soalnya suami saya di Kalimantan itu ga nentu kiriman duitnya jadi saya juga bantu sambil kerja karena lagi menyusui ini makanya berenti kerja mbak ” (B10.1)

4.4.2.8 Rasa percaya diri

Ibu KH memiliki rasa percaya diri yang cukup baik untuk

menyusui anaknya. Sebab ibu KH selalu melihat-lihat terlebih

dahulu siapa yang bertamu ke rumah, jika yang datang tamu pria

maka ibu KH menyusui menunggu sampai tamu pria tersebut

pulang atau membawa anaknya ke kamar atau ke dapur untuk

menyusui.

“Dilihat-lihat dulu kalo tamunya perempuan ya tetap menyusui tapi kalo laki-laki ya tunggu sampe pulang dulu baru menyusui kalo ga yah bawa ke kamar dulu atau kedapur terus baru kasih mimi di sana kalo udah baru ke depan lagi, jadi minta tolong bapak dan ibu mertua dulu yang nemenin sementara saya masih mimiin adeknya” (B11.1)

Berdasarkan observasi dari perkunjungan ke rumah ibu KH,

kebetulan ada seorang tamu pria sedang bertamu dan ternyata ibu

KH tetap percaya diri untuk menyusui. Ibu KH juga tetap menyusui

(45)

68 4.4.2.9 Dukungan Keluarga

Dalam hal dukungan keluarga menurut ibu KH keluarganya

sangat mendukung selama anaknya dalam keadaan sehat dan

baik. Begitu dengan suaminya yang bekerja di Kalimantan Timur, di

mana selalu menanyakan kabar anaknya dan suaminya juga

sangat mendukung ibu KH selama anaknya sehat. Ibu KH

mendapatkan informasi dari bidan yang membantunya melahirkan

bahwa untuk lebih baik memberikan ASI karena asli dan alami dari

pada susu formula dan dapat membuat anaknya sehat.

“Yo kalo keluarga dukung-dukung aja mbak. Selama sehat dan baik-baik aja itu dukung terus mbak” (B12)

“Yah sama aja mbak, dukung juga. Sering ditanyain “kabar adeknya gimana, Sehat-sehat aja kan” gitu kalo ditelpon. Ini kemarin pas lebaran kan mau pulang Kalimantan mbak. Tapi sama suami dilarang. Katane suami nanti aja pas desember sewaktu dia balik dari Kalimantan baru kami ke malang. Sudah kangen juga sama keluarga disana. “Suami saya di kalimantan timur mbak jadi karyawan kebun sawit di sana, jadi pas melahirkan dia ga ada disini, dan sampe sekarang belum liat anaknya yang kecil ini, katanya rencana desember pulang tapi belum tau jadi apa ga, kumpulin uang dulu. kalo untuk dukungan ga ada yang penting anaknya sehat. Bapaknya cuma bisa dengar suaranya saja ga pernah ketemu langsung” (B12.1)

4.4.2.10 Pekerjaan Ibu

Ibu KH menceritakan bahwa pekerjaan dahulu selama masa

kehamilan adalah pedagang yang menjual nasi kuning dan buah

durian di depan rumahnya. Namun, pasca melahirkan ibu KH sudah

menekuni pekerjaan tersebut karena menurut mertuanya dia lebih

baik fokus mengurus anak dan ibu KH membenarkan permintaan

(46)

69 mulai tidak kuat apabila bekerja sambil mengurus anak. Menurut

ibu KH, tidak ada masalah apabila tidak berjualan karena

menurutnya lebih enak dan lebih memberikan perhatian kepada

anaknya yang apabila dia bekerja maka anaknya pasti akan

ditinggal-tinggal. Akibatnya adalah anak ibu KH akan lebih sering

menangis dan cerewet bila tidak diberi ASI. Oleh karena itu, hingga

saat ini ibu KH akan menyusui anaknya sampai kenyang. Aktivitas

ibu KH yang berhubungan dengan profesinya sebagai ibu rumah

tangga, seperti memasak dibantu oleh mertua dan anak

pertamanya karena anak pertamanya yang sudah bisa memasak

nasi. Selain itu agar kegiatan ibu KH tidak terganggu, sebagai

contoh ibu KH mengatakan bahwa hari ini dia bangun pagi jadi

sebelum anaknya bangun ibu KH menyempatkan diri untuk mandi

dan pergi ke balai pengobatan untuk melakukan rontgen. Beruntung

setelah semua pekerjaan selesai, anaknya baru bangun dari

tidurnya dan akhirnya ibu KH dapat fokus menyusui anaknya.

“Iya mbak kerja. Saya itu dulu waktu masih hamil adeknya ini jualan nasi kuning, buah durian itu didepan rumah. Pas lahirke adeknya ini, udah nda jualan lagi fokus urus anak dulu oleh mertua gitu mbak dan juga saya ga kuat. Repot kalo ada anak mbak” (B13)

“Ya tidak apa-apa mbak kan lebih enak juga bisa mengurus anak soalnya kalo ga disusui itu anaknya nangis, rewel gitu mbak kasian kalo ditinggal-tinggal” (B13.1)

(47)

70

“Tadi pagi itu saya tetap masak nyayur gitu mbak. Bangun pagi-pagi sewaktu adeknya belum bangun terus buru-buru mandi setelah itu sarapan. Adenya bangun baru nyusui dia, terus mandiin. Soale kan mau ke Balai Pengobatan itu untuk rontgen adenya”(B13.4)

4.4.2.11 Triangulasi

Pada riset partisipan kedua, triangulasi dilakukan dengan 1

sumber saja yaitu ibu dari ibu KH namanya ibu AM. Sebab suami

ibu KH sedang bekerja dikalimantan Timur dan ibu KH tingga

bersama orangtua dari suaminya. Jadi peneliti hanya bisa

mewawancarai satu orang saja. Ibu AM mengatakan bahwa

perilaku ibu KH selama menyusui anaknya yaitu ibu KH rajin

menyusui anaknya, hal tersebut dilakukan untuk menjaga

kesehatan anaknya, selain disusui ibu AM juga mengatakan sejak

usia anaknya 2 bulan ibu KH sudah memberikan anaknya air putih

dan susu botol (susu formula) supaya gizinya bertambah.

4.4.3 Ibu CH

Peneliti melakukan wawancara dan observasi terhadap ibu

CH pada tanggal 17-19 September 2012. Ciri-ciri fisik dari ibu CH

adalah tinggi badannya sekitar ± 145 cm, berkulit putih, berambut

ikal sebahu dan agak gemuk, pendidikan terakhir yang ibu CH

tempuh adalah SMA. Pekerjaan suaminya adalah pegawai di

sebuah pabrik rokok di daerah Ambarawa sedangkan ibu CH

berprofesi sebagai ibu rumah tangga dan sebagai kader posyandu.

(48)

71 mengetahui manfaat menyusui bagi anaknya. Mereka mempunyai 1

orang anak laki-laki berusia 12 tahun dan 1 orang anak perempuan

berusia 1 tahun.

Ibu CH menyusui anaknya 30 menit setelah melahirkan

dengan dibantu oleh bidan yang membantu persalinannya. Hal

tersebut dikarenakan setelah melahirkan, bidan yang membantu

proses persalinan ibu CH akan menimbang berat badan bayi,

mengukur tinggi badan bayi, dan membersihkan bayi dan ibu CH.

Setelah semuanya sudah bersih maka bidan akan memberikan

bayinya kepada ibu CH untuk disusui. Berikut pernyataan yang

mendukung informasi tersebut.

“Anak pertama dan kedua ini semua ASI tapi diselingi juga dengan susu formula, soalnya sama bidannya waktu melahirkan itu langsung disusui ke aku mbak, karena air susu pertama itu kan bagus untuk ASI, kira-kira selang 30 menit aq baru disuruh menyusui soalnya kan aku sama anakku dibersihin dulu baru setelah itu menyusui” (A10)

Wawancara pada tanggal 17 September 2012, pukul 14.00 WIB

Ibu CH berkomitmen untuk memberikan ASI terhadap

anaknya sejak awal kehamilan anak keduanya. Hal tersebut

dikarenakan pengetahuan yang didapatkannya dari orangtua dan

pekerjaannya sebagai kader posyandu. Akan tetapi, komitmen ibu

CH tersebut terkendala karena dirinya tidak dapat memberikan ASI

pada hari keenam pasca melahirkan kepada anak pertamanya yang

disebabkan oleh faktor fisik ibu CH yang sedang sakit

menyebabkan produksi ASI tidak lancar, sehingga anak pertama

(49)

72 memberikan anaknya susu formula sebagai pengganti ASI. Ibu CH

sendiri mengakui dia tidak pergi ke tenaga kesehatan, dengan

alasan sakit yang dideritanya tidak serius dan tidak butuh

pertolongan dari ketenaga kesehatan.

Berbeda dengan pengalaman bersama anak pertamanya,

ibu CH sudah bisa memberikan ASI kepada anak keduanya 30

menit pasca melahirkan. Selanjutnya, ibu CH tetap menyusui anak

keduanya dengan diselingi makanan pendamping ASI saat anaknya

berusia 3 bulan. Makanan pendamping ASI yang diberikan kepada

anak keduanya adalah susu formula, bubur, air putih, dan teh hitam

manis. Ibu CH beralasan bahwa makanan pendamping ASI dapat

membantu anak keduanya menahan rasa lapar. Seperti

ungkapannya di bawah ini.

(50)

73 4.4.3.1 Manfaat menyusui

Berdasarkan pengalamannya ibu CH mengatakan bahwa

ada beberapa manfaat dari menyusui yang dirasakannya selama ini

baik untuk anaknya maupun dirinya. Bagi anaknya manfaat ASI

adalah berat badan anaknya bertambah, daya tahan tubuhnya kuat

sehingga tidak mudah terkena sakit seperti flu. Hal ini dipertegas

dengan pernyataan dari ibu CH sebagai berikut.

“... dan juga berat badannya tambah, daya tahan tubuhnya kebal, ga mudah sakit, flu gitu ga mudah” (A1.3)

Manfaat menyusui juga dapat dirasakan oleh ibu CH sendiri

tidak repot harus membuat susu seperti susu formula, apabila

anaknya haus atau lapar ibu CH bisa langsung memberi ASI,

“Pokoknya kita ga susah-susah harus bikin nah yang jelas itu, kalo haus atau laper langsung kasih aja ga repot-repot…”(A10.3)

Selanjutnya ibu CH merasakan ada penurunan berat

badannya, di mana berat badan yang naik sewaktu sedang

mengandung perlahan-lahan turun hingga kembali normal setelah

menyusui. Sehingga ibu CH menyimpulkan bahwa menyusui lebih

baik daripada minum obat penurun berat badan jika ingin diet pasca

melahirkan. Sebagaimana yang dinyatakan ibu CH berikut ini.

(51)

74 4.4.3.2 Dampak tidak menyusui

Menurut ibu CH, dari cont

Gambar

Gambar 4.1 dibawah ini.
Gambar 4.1 PETA DESA POLOBOGO
Tabel 4.1 Sebaran Jumlah Penduduk Menurut Dusun
Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan hukum/skripsi ini dengan judul

Peraturan Daerah Kabupaten Sleman Nomor 9 Tahun 2009 tentang Organisasi Perangkat Daerah Pemerintah Kabupaten Sleman.

Menurut ketentuan dalam Hukum Humaniter Internasional tentang prinsip Pembedaan (distinction principle) maka Tentara Pembebasan Suriah atau Free Syrian Army (FSA) berhak

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh penulis selama melakukan penelitian di lapangan, upaya pebaikan yang dilakukan oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota

- pendapat yang mempersamakan antara bunga bank dengan riba, hukumnya haram.. - Pendapat yang tidak mempersamakn bunga bank dengan riba, sehingga

Berdasarkan Penetapan Pemenang Pelelangan Umum nomon 6O2.U379.263/rPBJ-PPK/2011 tanggal 13 Oktober 2011, maka dengan ini diumumkan pemenang pelelangan uffi-o'r ;r'i;k

Mendiskusikan dan melakukan teknik analisis kelebihan dan kekurangan masing-masing metode perhitungan risiko.. 3 jam

Oktober 2011, maka dengan ini diumumkan pemenang pelelangan umum untuk pekerjaan sebagaimana berikut:. Nomor Paket