• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PERMINTAAN KOMODITI EKONOMI KREATIF KOTA MALANG KASUS PADA USAHA MUSLIM WEDDING JURNAL ILMIAH. Disusun Oleh: Kiky Widyasari

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS PERMINTAAN KOMODITI EKONOMI KREATIF KOTA MALANG KASUS PADA USAHA MUSLIM WEDDING JURNAL ILMIAH. Disusun Oleh: Kiky Widyasari"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PERMINTAAN KOMODITI EKONOMI KREATIF

KOTA MALANG KASUS PADA USAHA MUSLIM WEDDING

JURNAL ILMIAH

Disusun Oleh:

Kiky Widyasari

145020501111003

JURUSAN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

(2)

ANALISIS PERMINTAAN KOMODITI EKONOMI KREATIF KOTA MALANG KASUS PADA USAHA MUSLIM WEDDING

Kiky Widyasari

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Malang Email : Kikywidya13@gmail.com

ABSTRAK

Ekonomi Kreatif merupakan penciptaan nilai tambah berbasis ide yang lahir dari kreativitas sumber daya manusia dan berbasis ilmu pengetahuan. Salah satu tujuan ekonomi kreatif adalah untuk bertahan hidup (sustainable) dari persaingan bisnis. Dewasa ini, perkembangan industri wedding tidak terlepas dari permintaan yang terjadi oleh calon pengantin. Hal ini terbukti secara perlahan bahwa industri ini telah menciptakan ekosistemnya sendiri dengan berbagai macam kebutuhan perlengkapan/vendor. Di Kota Malang terdapat beberapa perusahaan jasa yang bergerak di bidang usaha muslim wedding organizer. Perusahaan muslim wedding organizer berusaha mewujudkan komitmen tersebut dengan menerapkan praktik kerja terbaik secara efektif dan efisien, memberdayakan masyarakat sekitar, mengembangkan berbagai seni dekorasi dan senantiasa melakukan perbaikan secara berkelanjutan. Pada penelitian ini, tujuan yang ingin dicapai adalah ingin mengetahui kondisi pasar usaha ekonomi kreatif usaha muslim wedding organizer di Kota Malang dan ingin menganalisis pengaruh usaha ekonomi kreatif terhadap pasar usaha muslim

wedding organizer di Kota Malang. Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan dapat ditarik

kesimpulan bahwa faktor jenis kelamin, usia, lama pendidikan, pendapatan dan keputusan responden berpengaruh terhadap ketertarikan konsumen pada usaha muslim wedding, sedangkan untuk faktor pekerjaan dan kondisi lingkungan tidak berpengaruh terhadap ketertarikan konsumen pada usaha muslim wedding.

Kata Kunci: ekonomi kreatif, wedding organizer, muslim wedding.

A. PENDAHULUAN

Ekonomi Kreatif menurut Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif~ Republik~Indonesia~adalah penciptaan nilai tambah berbasis~ide yang lahir~dari kreativitas~sumber daya~manusia~dan berbasis ilmu~pengetahuan, termasuk warisan~budaya dan teknologi. Secara global perkembangan ekonomi kreatif dimulai pada tahun 1650 dan terus berkembang sampai sekarang. Di Indonesia sendiri, pengembangan ekonomi kreatif berawal dari gagasan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tentang pentingnya kreativitas dan inovasi dalam pembangunan, khususnya dalam mengembangkan industri kerajinan dan kreativitas untuk mencapai ekonomi yang berdaya saing. Hal ini disampaikan pada pidato pembukaan beliau dalam INACRAFT 2005. Salah satu tujuan ekonomi kreatif adalah untuk bertahan hidup (sustainable) dari persaingan bisnis. Perusahaan harus berusaha untuk meningkatkan daya saing hingga menghasilkan penjualan sebanyak mungkin untuk kelangsungan bisnis mereka di masa sekarang maupun di masa mendatang. Begitu juga industri wedding organizer atau bridal yang juga bermain di peran yang sama dan situasi yang sama di dalam sebuah industri.

Wedding organizer termasuk ke dalam industri kreatif. Di antara sektor- sektor ekonomi

Nasional sendiri, kontribusi nilai tambah industri kreatif sangat signifikan. Sektor Industri kreatif menempati peringkat keenam dari 10 sektor perekonomian, di bawah sektor (1)Industri Pengolahan; (2)Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan; (3)Perdagangan, Hotel dan Restoran; (4)Pertambangan dan Penggalian; dan (5)Jasa Kemasyarakatan. Kontribusi nilai tambah industri kreatif lebih tinggi dari kontribusi (1)Sektor Konstruksi (7,71%); (2)Keuangan; Real Estate & Jasa Perusahaan (7,04%), (3)Pengangkutan dan Komunikasi (6,27%); serta(4) Listrik; Gas dan Air Bersih (0,89%). Bahkan dari sisi penyerapan tenaga kerja, sektor Industri kreatif menempati peringkat kelima dari 10 sektor ekonomi Nasional (H. Simarmata, 2011). Dari 14 subsektor industri kreatif, fashion dan kerajinan merupakan salah satu subsektor yang paling dominan dalam memberikan kontribusi ekonomi, baik nilai tambah, tenaga kerja, jumlah perusahaan dan ekspor. Nilai tambah yang dihasilkan subsektor fashion dan kerajinan berturut-turut sebesar 44,3% dan 24,8% dari total kontribusi sektor industri kreatif, dengan penyerapan tenaga kerja sebesar 54,3% dan 31,13%, dan

(3)

jumlah usaha sebesar 51,7% dan 35,7%. Dominasi kedua subsektor tersebut sejalan dengan beragamnya budaya fashion dan kerajinan Indonesia dari Sabang sampai Merauke.

Perkembangan industri wedding ini tidak terlepas dari permintaan yang terjadi oleh calon pengantin yang meningkat setiap tahunnya. Permintaan ini bias dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti harga yang ditawarkan suatu wedding organizer, harga yang ditawarkan wedding organizer lainnya sebagai pembanding, pendapatan konsumen itu sendiri, selera konsumen dan ekspektasi konsumen. Sehingga secara perlahan suatu industri berusaha menciptakan ekosistemnya sendiri dengan berbagai macam kebutuhan perlengkapan/vendor mulai dari sebelum, sedang, hingga setelah acara pernikahan berlangsung untuk memberikan penawaran terbaiknya. Menurut data tahun 2016, jumlah pernikahan yang berlangsung di Indonesia, khususnya Jawa Timur mencapai 6.000 pasangan dalam satu tahun. Data Grand Wedding Expo pada tahun 2013 menunjukkan jumlah transaksi selama pameran pernikahan yang berlangsung 7-9 Juni ini mencapai lebih dari 18 miliar rupiah. Permintaan terhadap industri wedding tahun ini akan sangat tinggi apabila situasi tetap stabil dan aman serta akan memiliki prospek yang lebih baik dari tahun lalu.

Selama ini, pesta pernikahan tidak hanya menjadi hal yang biasanya dilakukan tapi sebagian besar orang menganggap resepsi pernikahan menjadi hal yang harusnya dilakukan dan kemudian menjadi tren di Indonesia. Selain itu, terdapat permasalahan-permasalahan lain dalam penyelenggaraan pesta pernikahan. Berkembangnya tren pernikahan yang lebih dominan mengacu pada budaya barat, memberikan ruang yang sempit bagi pasangan pengantin muslim yang ingin melangsungkan pernikahan secara Islami, serta kurangnya pemahaman tentang konsep pesta pernikahan Islami. Di Kota Malang terdapat beberapa perusahaan jasa yang bergerak di bidang usaha muslim wedding organizer yang memberikan pelayanan bertujuan membantu calon pengantin yang ingin melangsungkan sebuah resepsi pernikahan. Kegiatan usaha dimulai dari perencanaan pernikahan hingga terealisasikannya acara pernikahan dan akhir acara. Muslim wedding organizer telah banyak memberikan kontribusi bagi perkembangan seni pernikahan di Kota Malang.

Perusahaan muslim wedding organizer berusaha mewujudkan komitmen tersebut dengan menerapkan praktik kerja terbaik secara efektif dan efisien, memberdayakan masyarakat sekitar, mengembangkan berbagai seni dekorasi dan senantiasa melakukan perbaikan secara berkelanjutan. Dalam usaha jasa seperti muslim wedding organizer ini, pemilihan kain, baju muslim, kualitas bahan, desain dekorasi dan lainnya sudah dapat dipastikan bahwa strategi terhadap pengimplementasian kreativitas dan inovasi sangatlah penting untuk mencapai hasil yang maksimal dari bisnis muslim

wedding organizer itu sendiri. Seringnya desain dekorasi yang berubah-ubah dan keinginan

konsumen yang begitu variatif tentu membuat perusahaan tidak bisa berbuat banyak. Oleh karena itu, berbagai divisi perusahaan terutama marketing dan service harus mampu mengeluarkan kreativitas dan selalu inovatif demi keberhasilan bisnis wedding organizer ini. Pada penelitian ini dilakukan suatu pengembangan yaitu ingin mengetahui kondisi pasar usaha ekonomi kreatif usaha

muslim wedding organizer di Kota Malang dan menganalisis pengaruh usaha ekonomi kreatif

terhadap pasar usaha muslim wedding organizer di Kota Malang. Penelitian ini dilaksanakan di Kota Malang karena Kota Malang merupakan salah satu wilayah yang memiliki minat tinggi terhadap

wedding organizer. Berdasarkan data kependudukan di BPS Jawa Timur, pada tahun 2018 populasi

di Kota Malang sebesar 866.118 jiwa. Dengan menggunakan error sampel sampai 10%, penelitian ini menggunakan sampel sebesar 100 responden untuk mewakili populasi di Kota Malang.

Menurut informasi yang diperoleh dari hasil wawancara singkat dengan beberapa pemilik usaha muslim wedding organizer di Kota Malang, dalam tiga tahun terakhir ini persaingan di industri kian kompetitif yang disebabkan munculnya beberapa pesaing baru, kemungkinan perubahan strategi dari pemain lama di industri ini, plagiat desain dekorasi, hingga permainan psikologis terhadap pimpinan maupun karyawan antar perusahaan. Pendapatan perusahaan juga relatif cukup stabil, akan tetapi tidak begitu signifikan seperti yang diharapkan. Untuk mengatasi situasi tersebut pengusaha muslim wedding organizer tentu harus mampu merancang, membuat, hingga merealisasikan suatu strategi yang kreatif dan tepat guna agar mampu mengatasi permasalahan-permasalahan yang muncul. Terkadang permasalahan juga sering muncul akibat dari strategi pasar yang tidak sesuai dengan keadaan pasar dan pengimplementasian pemasaran yang kurang baik. Terjadinya kesalahan pemasaran seperti tentunya sangat fatal dan akan sangat berpengaruh terhadap daya saing perusahaan. Hanya dengan pemasaran usaha ekonomi kreatif yang tepat, perusahaan akan mampu mencapai tujuannya hingga sustain dalam persaingan di industri. Maka dari itu, berdasarkan permasalahan-permasalahan di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Permintaan Komoditi Ekonomi Kreatif Kota

(4)

B. KAJIAN PUSTAKA Teori perilaku konsumen

Schiffman dan Kanuk (dalam Dwi dkk, 2012) mendefinisikan perilaku konsumen, adalah sebagai berikut:

The term consumer behavior refers to the behavior that consumer display in searching for purchasing, using evaluating and disposing of product and services that they expect will satisfy their needs

(Istilah perilaku konsumen diartikan sebagai perilaku yang diperlihatkan konsumen dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi dan menghabiskan produk dan jasa yang mereka harapkan akan memuaskan kebutuhan mereka).

Sedangkan Solomon (dalam Dwi dkk, 2012) berpendapat bahwa:

It is study of the processes involved when individuals or group select, purchase, use, or dispose of products, services, ideas, or experiences to satisfy needs and desires

(Studi perilaku konsumen merupakan proses ketika individu atau kelompok menyeleksi, membeli, menggunakan atau membuang produk, pelayanan, ide dan pengalaman untuk memuaskan kebutuhannya).

Sehingga dapat disimpulkan bahwa perilaku konsumen adalah studi mengenai individu, kelompok atau organisasi dan proses dimana mereka menyeleksi, menggunakan dan membuang produk, layanan, pengalaman atau ide untuk memuaskan kebutuhan dan dampak dari proses tersebut pada konsumen dan masyarakat.

Teori Permintaan

Menurut Ahman (2009), “Permintaan diartikan sebagai jumlah barang dan jasa yang diminta (mampu dibeli) seseorang atau individu dalam waktu tertentu pada berbagai tingkat harga”. Pengertian permintaan dalam ilmu ekonomi yang umum diartikan sebagai: Keinginan seseorang (konsumen) terhadap barang- barang tertentu yang diperlukan atau diinginkan (Yoeti, 2008). Dengan kata lain yang dimaksud dengan permintaan adalah sejumlah produk barang atau jasa yang merupakan barang-barang ekonomi yang akan dibeli konsumen dengan harga tertentu dalam suatu waktu atau periode tertentu dan dalam jumlah tertentu. Demand seperti ini lebih tepat disebut sebagai permintaan pasar (market demand), dimana tersedia barang tertentu dengan harga yang tertentu pula (Yoeti, 2008).

Permintaan merupakan sesuatu hal yang dilakukan individu atau kelompok sebagai konsumen untuk memenuhi kebutuhan akan barang dan jasa pada berbagai tingkat harga dan waktu tertentu, juga disesuaikan dengan pendapatan yang tersedia. Menurut Ahman (2009), faktor-faktor yang mempengaruhi banyak sedikitnya barang yang diminta oleh konsumen antara lain disebabkan oleh intensitas kebutuhan, selera konsumen (taste), pendapatan konsumen (customer income), harga barang substitusi dan barang komplementer, jumlah penduduk, ekspektasi konsumen tentang harga dan periklanan.

Teori Penawaran

Menurut Hanafie (2010), dalam ilmu ekonomi istilah penawaran mempunyai arti jumlah dari suatu barang tertentu yang mau dijual pada berbagai kemungkinan harga dalam jangka waktu tertentu. Penawaran menunjukkan jumlah maksimum yang mau dijual pada berbagai tingkat harga atau berapa harga minimum yang masih mendorong penjual untuk menawarkan berbagai jumlah dari suatu barang. Hubungan antara harga per satuan dan jumlah yang mau dijual dirumuskan dalam hukum penawaran ceteris paribus, yaitu penjual cenderung menghasilkan dan menawarkan lebih banyak pada harga yang tinggi daripada pada harga yang rendah. Transaksi di pasar tidak terwujud bila hanya ada permintaan dari pihak pembeli saja. Permintaan dapat terwujud apabila ada barang-barang dan jasa yang disediakan penjual.

Seperti dalam permintaan, menurut ekonomi mikro dijelaskan bahwa penawaran juga dapat digolongkan menjadi penawaran perorangan dan penawaran pasar. Penawaran perorangan ialah penawaran yang dilakukan oleh seorang penjual dalam menawarkan berbagai jumlah barang pada berbagai tingkat harga. Penawaran pasar ialah keseluruhan penawaran yang didapat dari penjumlahan penawaran perorangan suatu barang atau jasa pada berbagai tingkat harga. Beberapa

(5)

faktor yang mempengaruhi penawaran adalah harga barang itu sendiri, harga sumber produksi, tingkat produksi dan ekspektasi/ perkiraan.

Teori Keputusan

Didalam mengambil suatu keputusan harus ada pertimbangan- pertimbangan agar tidak salah dalam mengambil suatu keputusan. Berikut merupakan pengertian keputusan menurut para ahli.

1. Menurut Ralp C. Davis menyatakan bahwa Keputusan ialah suatu hasil pemecahan masalah yang dihadapinya dengan tegas. Suatu keputusan adalah suatu jawaban yang pasti terhadap suatu pertanyaan. Keputusan harus menjawab sebuah pertanyaan tentang apa yang dibicarakan dalam hubungannya dengan suatu perencanaan. Keputusan bisa pula berupa suatu tindakan terhadap pelaksanaan yang sangat menyimpang dari rencana semula.

2. Menurut Mary Follet menyatakan bahwa Keputusan ialah suatu hukum atau sebagai hukum situasi. Jika semua fakta dari situasi itu bisa diperolehnya dan semua yang terlibat, baik pengawas ataupun pelaksana mau mentaati hukumnya atau ketentuannya, maka tidak sama dengan mentaati suatu perintah. Wewenang tinggal dijalankan, tetapi itu adalah wewenang dari hukum situasi.

3. Menurut James A.F. Stoner menyatakan bahwa Keputusan ialah suatu pemilihan diantara alternatif-alternatif. Dalam definisi ini mengandung tiga pengertian, yakni ada pilihan yang berdasarkan logika atau pertimbangan, ada beberapa sebuah alternatif yang harus dan dipilih salah satu yang terbaik dan ada tujuan yang ingin dicapai, dan keputusan itu makin mendekatkan pada suatu tujuan tersebut.

4. Menurut Prof.Dr.Prajudi Atmosudirjo,SH. menyatakan bahwa Keputusan ialah suatu pengakhiran dari proses pemikiran tentang suatu masalah atau problema untuk menjawab suatu pertanyaan apa yang harus diperbuat guna untuk mengatasi masalah tersebut, dengan menjatuhkan sebuah pilihan pada suatu alternatif.

Usaha Ekonomi Kreatif Pengertian Ekonomi Kreatif

Ekonomi kreatif merupakan konsep ekonomi baru yang memadukan informasi dan kreatifitas yang mengandalkan ide, gagasan dan pengetahuan dari sumberdaya manusia sebagai faktor produksi (Arjana, 2016). Ekonomi kreatif sebenarnya adalah wujud dari upaya mencari pembangunan yang berkelanjutan melalui kreatifitas, yang mana pembangunan yang berkelanjutan adalah suatu iklim perekonomian yang berdaya saing dan memiliki cadangan sumberdaya yang terbarukan. Dengan kata lain ekonomi kreatif adalah manifestasi dari semangat bertahan hidup yang sangat penting bagi Negara-negara berkembang. Pesan besar yang ditawarkan ekonomi kreatif adalah pemanfaatan cadangan sumber daya yang bukan hanya terbarukan, bahkan tak terbatas, yaitu ide, talenta, dan kreativitas (Pangestu, 2008).

Menurut Howkins, kreativitas muncul apabila seseorang berkata, mengerjakan dan membuat sesuatu yang baru, baik dalam pengertian menciptakan sesuatu dari yang tadinya tidak ada maupun dalam pengertian memberikan/karakter baru pada sesuatu. Secara lebih lugas Howkins mendefinisikan ekonomi kreatif sebagai kegiatan dimana input dan outputnya adalah gagasan (Binus, 2012). Ekonomi kreatif membicarakan spektrum yang sangat luas, yakni segala aspek yang bertujuan meningkatkan daya saing dengan menggunakan kreativitas individu yang dilihat dengan kacamata ekonomi. Industri kreatif adalah bagian dari ekonomi kreatif dan berfokus pada industrinya masing- masing (Rini, 2010).

Visi dan Misi Pengembangan Ekonomi Kreatif

Berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2015- 2019 serta isu strategis dalam pengembangan ekonomi kreatif Nasional, maka visi pengembangan ekonomi kreatif adalah ekonomi kreatif sebagai penggerak terciptanya Indonesia yang berdaya saing dan masyarakat berkualitas hidup. Berdaya saing yang ingin diwujudkan adalah sebuah kondisi masyarakat yang kreatif, mampu berkompetisi secara adil, jujur dan menjunjung tinggi etika, unggul di tingkat Nasional maupun global dan memiliki kemampuan (daya juang) untuk terus melakukan perbaikan (continuous improvement), dan selalu berpikir positif untuk menghadapi permasalahan.

(6)

Berkualitas hidup yang ingin diwujudkan adalah sebuah kondisi masyarakat yang bahagia, yaitu: sehat jasmani dan rohani, berpendidikan, memiliki kesadaran untuk menjaga kelestarian lingkungan, memiliki kehidupan yang seimbang, memiliki kepedulian sosial, memiliki toleransi dalam menerima perbedaan yang ada, dan menginterpretasikan nilai dan kearifan lokal, warisan budaya, tradisi secara bijaksana, mampu mengembangkan dan memanfaatkan budaya, dan menjadikan budaya sebagai dasar penciptaan jati diri dan karakter Bangsanya. Adapun misi dari ekonomi kreatif, antara lain untuk mengoptimalkan pengembangan dan pelestarian sumber daya lokal yang berdaya saing, dinamis dan berkelanjutan. Kemudian mengembangkan industri kreatif yang berdaya saing, tumbuh, beragam dan berkualitas serta mengembangkan lingkungan kondusif yang mengutamakan kreativitas dalam pembangunan Nasional dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan.

Ruang Lingkup dan Indikator Keberlangsungan Ekonomi Kreatif

Menurut Purnomo (2016), sampai dengan saat ini, Pemerintah Indonesia sendiri telah mengidentifikasi lingkup industri kreatif mencakup 15 subsektor, antara lain periklanan (advertising), arsitektur, barang seni, kerajinan (craft), desain, fesyen (fashion), video film dan fotografi, permainan interaktif (game), music, seni pertunjukkan (showbiz), penerbitan dan percetakan, layanan komputer dan piranti lunak (software), televisi & radio (broadcasting), riset dan pengembangan (research and development), kuliner. Sedangkan indikator keberlangsungan ekonomi kreatif pada industri kreatif menurut Hartomo dan Cahyadin (2013) adalah produksi, pasar dan pemasaran, manajemen dan keuangan, kebijakan pemerintah, kondisi ekonomi, lingkungan.

Muslim Wedding Pernikahan

Pernikahan adalah upaya yang dilakukan oleh sepasang makhluk hidup berlawanan jenis untuk memperoleh keturunan demi melestarikan golongannya di atas muka bumi ini. Pernikahan bagi manusia merupakan hal yang sakral, sangat dianjurkan oleh agama, diatur dalam undang-undang pernikahan, dan tentunya agar seorang manusia yang memang diciptakan berpasang-pasangan itu tidak hidup sendiri. Di Indonesia, pernikahan tidak hanya dilandaskan pada satu aspek saja, namun beberapa aspek yang dijadikan sebagai acuan dalam pelaksanaan pernikahan, antara lain dalam kaitannya dengan hukum negara, serta kaitannya dengan kajian agama, baik itu agama Islam ataupun agama non-Islam, mengingat bahwa Indonesia merupakan negara yang bersifat universal. Berikut ini adalah pengertian dan ketentuan pernikahan menurut beberapa aspek yang terkait dalam pernikahan:

1. Pernikahan menurut hukum Negara merupakan bentuk ibadah suci yang dapat menyempurnakan setengah dari agama ini memiliki dasar hukum yang kuat. Di Indonesia, perkawinan berlaku sesuai dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974. Pernikahan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami-istri dengan tujuan membentuk keluarga atau rumah tangga yang berbahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa (Sastroatmojo, Arso dan Aulawi, Wasit, 1975).

2. Pernikahan menurut agama dianggap sebagai suatu hal yang suci. Upacara pernikahan adalah upacara yang suci, yang kedua belah pihak dihubungkan menjadi pasangan suami-istri atau saling meminta untuk menjadi pasangan hidupnya (Ramulyo, 1996). Dalam pandangan agama Islam, di samping pernikahan itu sebagai perbuatan ibadah, ia juga termasuk sunnah Allah dan sunnah Rasul. Bahkan pernikahan dalam Islam dianggap sebagai sebuah perintah dari Allah dan juga dari Rasul (Syarifuddin, 2007).

3. Pernikahan menurut sosial dan budaya merupakan suatu hal yang mutlak dilakukan oleh manusia. Bahkan sebagian orang menganggap bahwa pernikahan merupakan suatu perintah yang harus dilakukan ketika sudah memenuhi syarat untuk melangsungkan pernikahan. Sementara itu, pernikahan yang sudah dianggap sebagai sebuah keharusan kemudian melahirkan tradisi atau adat dalam pelaksanaan, dimana prosesi pernikahan tersebut menjadi ciri khas dan identitas dari suatu kebudayaan. Faktanya, dalam kehidupan masyarakat, ditemui suatu penilaian yang umum terjadi adalah bahwa orang yang berkeluarga atau pernah berkeluarga mempunyai kedudukan yang lebih tinggi atau lebih dihargai dari mereka yang tidak menikah. Dari fakta tersebut dapat diartikan bahwa dalam kehidupan sosial pernikahan itu dianggap sebagai hal yang luhur (Ramulyo, 1996).

(7)

Hukum Pernikahan

Dengan melihat kepada hakikat pernikahan yaitu membolehkan laki-laki dan perempuan melakukan suatu hal yang sebelumnya tidak boleh dilakukan, maka dapat dikatakan bahwa hukum pernikahan adalah mubah. Namun dengan melihat kepada sifatnya sebagai sunnah Rasul, tentu tidak mungkin dikatakan bahwa hukum pernikahan hanya semata mubah. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa proses pernikahan adalah hal yang disunnahkan, dan kemudian pergaulan antara laki-laki dan perempuan menjadi mubah. Dari pengantar hukum pernikahan di atas, munculah beberapa hukum pernikahan yang dilihat dari kondisi dan keadaan orang-orang tertentu, hukum-hukum tersebut antara lain sebagai berikut (Syarifuddin, 2007) sunnah, makruh, mubah, haram dan wajib.

Tujuan dan Hikmah Pernikahan

Pernikahan dilangsungkan bukan hanya untuk simbolisasi bersatunya antara laki-laki dan perempuan, namun pernikahan mempunyai beberapa tujuan dan juga hikmah yang dapat diambil manfaatnya. Beberapa tujuan dari pernikahan antara lain untuk mendapatkan anak keturunan yang sah untuk melanjutkan generasi yang akan dating, untuk mendapatkan keluarga yang bahagia yang penuh ketenangan hidup dan rasa kasih sayang (Syarifuddin, 2007), untuk melindungi diri dari kejahatan dan perbuatan zina (Fachri, 1986), menghalalkan hubungan untuk memenuhi tuntutan hajat kemanusiaan (Ramulyo, 1996).

Adapun hikmah yang dapat diambil dari pernikahan adalah menghalangi mata untuk melihat hal-hal yang tidak diizinkan syara’ dan menjaga kehormatan diri dari perilaku kerusakan seksual (Syarifuddin, 2007), memperoleh keturunan yang sah yang akan mengembangkan generasi manusia dan mengembangkan suku-suku bangsa manusia, tuntutan naluriah manusia dapat terpenuhi dalam pernikahan, membentuk dan mengatur rumah tangga yang menjadi basis pertama dari masyarakat yang besar di atas dasar kecintaan dan kasih saying, menumbuhkan kesungguhan berusaha mencari rezeki penghidupan yang halal, dan memperbesar rasa tanggung jawab (Ramulyo, 1996).

Rukun dan Syarat Pernikahan

Perbedaan rukun dan syarat pernikahan terletak pada ruang lingkup dan batasannya. Rukun dalam pernikahan melingkupi segala hal yang terjadi di dalam suatu pernikahan yang merupakan bagian atau unsur yang mewujudkannya, sementara syarat dalam pernikahan adalah suatu yang tidak termasuk unsur yang mewujudkan pernikahan, akan tetapi mendukung dalam setiap rukun yang ada. Beberapa syarat dan rukun dalam pernikahan antara lain adalah adanya calon pengantin laki-laki dan perempuan, calon pengantin itu keduanya sudah dewasa dan berakal (baligh), adanya wali bagi calon pengantin perempuan, adanya mahar yang diberikan oleh calon pengantin laki-laki setelah resmi menjadi pasangan suami-istri kepada istrinya, harus dihadiri oleh saksi, minimal dua orang saksi, harus ada upacara ijab-qabul, yaitu penawaran dari pihak calon istri atau walinya dan penerimaan dari pihak calon suami dengan menyebutkan besarnya mahar yang diberikan.

Adab Menikah (Pernikahan)

Indahnya agama Islam, agama yang secara terperinci memberikan penjelasan terhadap umatnya dalam melakukan suatu ibadah. Pernikahan merupakan ibadah yang suci, oleh karena itu terdapat beberapa tuntunan dalam pernikahan yang disyariatkan oleh Islam. Beberapa tuntunan (adab) tersebut adalah khitbah, akad nikah, walimah. Dari beberapa tuntunan pernikahan secara umum di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa dalam pernikahan tidak hanya mengenai sah dan tidaknya suatu hubungan laki-laki dan perempuan, namun terkait dengan bagaimana pernikahan itu dilaksanakan, sehingga terbentuklah sebuah ikatan pernikahan (pasangan suami-istri).

Walimah (Pesta Pernikahan)

Walimah diartikan sebagai acara perjamuan khusus untuk pernikahan dan tidak digunakan untuk acara di luar pernikahan, lebih dikenalnya dengan nama walimatul ‘ursy. Pada umumnya, hukum pelaksanaan walimah adalah sunnah, artinya tidak ada kewajiban bagi seseorang untuk melangsungkan walimah, namun lebih baik jika walimah itu dilaksanakan. Sementara untuk

(8)

hukum menghadiri walimahlah yang diwajibkan. Adanya perintah Nabi, baik dalam artian sunnah atau wajib, mengadakan walimah berarti mengandung arti sunnah untuk mengundang khalayak ramai untuk menghadiri pesta pernikahan itu dan memberi makan hadirin atau tamu undangan yang datang (Syarifuddin, 2007). Adapun hikmah yang dapat diambil dari adanya walimah adalah dalam rangka diumumkannya kepada khalayak bahwa akad nikah sudah terjadi, sehingga semua pihak mengetahuinya dan tidak ada tuduhan atau fitnah di kemudian hari. Dengan diadakannya walimah, dapat mendekatkan sosialitas sesama manusia, mempererat tali silaturrahim keluarga dan saudara, serta memberikan kebahagiaan kepada orang lain dengan diadakannya perjamuan pada walimah tersebut.

Adab Walimah (Resepsi Pernikahan)

Walimah atau resepsi pernikahan adalah momen kebahagiaan dan kegembiraan atas sahnya hubungan suami-istri seseorang. Dalam agama Islam, disyariatkan untuk mengumumkan dan memberitakan adanya akad nikah, serta merayakan akad nikah tersebut dengan walimah. Dalam penyelenggaraan resepsi pernikahan atau walimah, terdapat beberapa adab atau tuntunan yang disyariatkan oleh agama Islam, beberapa adab tersebut antara lain hendaknya menyelenggarakan walimah dengan menyembelih seekor kambing atau lebih (bila ada kemampuan dan kesempatan), apabila tidak mempunyai kemampuan maka penyelenggaraan walimah dipandang sah dengan menyajikan makanan apapun yang mudah baginya, meskipun tidak ada dagingnya, dalam menghormati tamu, hendaknya mengikuti ketentuan sunnah, yaitu dengan memberikan makan kepada orang yang sholeh atau orang yang baik, tidak diperkenankan hanya mengundang orang-orang kaya yang mempunyai kedudukan saja, sementara orang-orang-orag miskin terlupakan, diperkenankan mengadakan walimah tiga hari setelah upacara pernikahan berlangsung (akad nikah) dan diwajibkan bagi sang suami dan orang-orang yang mempersiapkan undangan pernikahan untuk menghindari walimah yang munkar dan melanggar syariat.

Usaha Muslim Wedding

Pada usaha muslim wedding yang membedakan adalah gaun pengantin dan make up pengantin. Gaun pengantin menjadi sentral dari tema resepsi pernikahan. Gaun pengantin yang umum dikalangan masyarakat terdiri dari dua tema besar, yaitu: tradisional dan modern. Gaun tradisional khususnya jawa, dibuat berdasarkan konsep kebaya yang memiliki kelemahan dari sisi syar’i yaitu terbuka pada bagian dada dan membentuk lekuk tubuh. Sedangkan gaun modern cenderung terbuka dibagian punggung, transparan serta membentuk lekuk tubuh. Gaun yang syar’i harus memenuhi syaratsyarat berikut: menutup aurat, tidak membentuk lekuk tubuh, menutup dada, tidak menyerupai laki-laki, tidak menyerupai kaum kafir atau musyrik. Pada dasarnya tidak ada larangan dalam Islam tentang make up bagi wanita. Apalagi make up untuk kesehatan yang bahkan dianjurkan agama, karena seorang muslimah harus selalu terlihat sehat dan segar terlebih di depan suaminya. Adapun beberapa hal yang dilarang dalam make up adalah sebagai berikut: menggunakan bahan make up yang membahayakan, mengerik alis, menyambung rambut dan memakai wangi-wangian.

C. METODE PENELITIAN

Dalam menganalisa, metode penelitian yang akan digunakan adalah metode penelitian deskriptif kuantitatif. Data yang diperoleh dari sampel populasi penelitian dianalisis sesuai dengan metode statistik yang digunakan kemudian diinterprestasikan. Jenis penelitian yang dipakai adalah

explanatory research, dengan menggunakan metode sampling yaitu data yang dikumpulkan dari

responden yang dijadikan sampel penelitian, sehingga tidak perlu harus seluruh anggota populasi. Namun demikian, hasil akhir penelitian ini dapat dijadikan kesimpulan yang berlaku untuk seluruh anggota populasi (Sugiyono, 2013).

Dari kedua metode tersebut, langkah pertama yang peneliti lakukan adalah mengidentifikasikan masalah, kemudian menganalisis literatur yang ada serta merumuskan hipotesis yang dipakai. Setelah itu penulis mulai mengumpulkan data dan membuat suatu deskripsi atau gambaran mengenai hubungan antar variabel yang diselidiki, yaitu “Pasar Usaha Ekonomi Kreatif”. Dari data-data yang terkumpul kemudian dianalisis dan dibahas, kemudian dibuat kesimpulan dan dilaporkan dalam penulisan skripsi ini. Tujuan dari metode deskriptif kuantitatif, yaitu membuat suatu uraian secara sistematis mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat dari objek yang

(9)

diteliti kemudian menggabungkan hubungan antar variabel yang terlibat didalamnya.

Penelitian ini dilaksanakan di Kota Malang. Adapun waktu penelitian dimulai pada bulan April 2018 sampai dengan terpenuhinya jumlah kuota sampel yang dibutuhkan. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Dalam penelitian ini, untuk mendapatkan data primer, penulis menggunakan teknik kuesioner yang terstruktur. Pemberian Kuesioner ini merupakan teknik pengumpulan data yang efisien jika penulis mengetahui dengan pasti variabel yang akan diukur dan mengetahui apa yang bisa diharapkan dari responden. Sedangkan untuk data sekunder diperoleh melalui kajian pustaka yang bersumber dari buku, jurnal, ataupun dari penelitian lainnya yang terkait dengan tema penelitian ini (Kuntjojo, 2009).

D. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Regresi Logistik

Pengujian terhadap hipotesis bertujuan untuk membuktikan pengaruh jenis kelamin, usia, dan lama pendidikan, pekerjaan, pendapatan, keputusan memilih model dan kondisi lingkungan terhadap ketertarikan responden terhadap usaha muslim wedding. Variabel terikat berbentuk ordinal (tidak tertarik/tertarik), oleh karena itu pada pengujian terhadap hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji regresi logistik. Tahapan dalam uji regresi logistik dapat dijelaskan sebagai berikut.

Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas dilakukan untuk mengetahui bahwa tidak terjadi hubungan linier yang sangat kuat antar variabel bebas. Uji multikolinieritas dilakukan dengan melihat nilai VIF (Variance Inflation Factor). Apabila nilai VIF bernilai lebih dari 10, maka terdapat multikolinieritas antar variabel bebas tersebut. Nilai VIF untuk masing-masing variabel bebas secara ringkas disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1 Nilai VIF untuk Masing-masing Variabel bebas

No Variabel Bebas VIF

1. Usia 1.1834 2. Jenis Kelamin 1.0449 3. Lama Pendidikan 1.5748 4. Pekerjaan 2.2727 5. Pendapatan 5.6818 6. Keputusan 1.0857 7. Lingkungan 1.8215 Sumber: data primer yang diolah

Berdasarkan Tabel 1, dapat dilihat bahwa masing-masing nilai VIF dari variabel bebas kurang dari 10, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolinieritas antar variabel bebas, yang artinya tidak terjadi hubungan linier yang sangat kuat antar variabel bebas.

Uji Hipotesis

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan model regresi logistik. Regresi logistik digunakan untuk menguji pengaruh dari variabel bebas terhadap variabel terikat. Variabel bebas pada penelitian ini antara lain jenis kelamin, usia, lama pendidikan, pekerjaan, pendapatan, keputusan responden, dan lingkungan, sedangkan variable terikatnya adalah ketertarikan responden terhadap usaha muslim wedding. Untuk menguji hipotesis ini maka digunakan uji signifikansi. Adapun hasil pengujian hipotesis dilakukan dengan cara membandingkan nilai Omnibus Test of Model Coefficients yaitu nilai peluang chi square hitung dengan nilai alfa 5% (0,05). Hasil perhitungan disajikan pada Tabel 2.

(10)

Tabel 2 Hasil Uji Model

Step 1 Chi-square df Sig.

Step 102.092 9 0.000

Block 102.092 9 0.000

Model 102.092 9 0.000 Sumber: data primer yang diolah

Berdasarkan Tabel 2, diperoleh nilai peluang chi square 0,000 ≤ alfa 0,05. Perhitungan ini menunjukkan bahwa variabel jenis kelamin, usia, lam pendidikan, pekerjaan, pendapatan, keputusan responden, dan kondisi lingkungan berpengaruh signifikan secara simultan terhadap ketertarikan responden pada usaha muslim wedding atau hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini terbukti diterima.

Koefisien Determinasi (R2)

Besarnya nilai koefesien determinasi pada model regresi logistik ditunjukkan oleh nilai

Nagelkerke R Square. Nilai Nagelkerke R Square dapat diinterpretasikan seperti nilai R Square pada

regresi berganda. Berdasarkan hasil analisis, diperoleh nilai Nagelkerke R Square sebesar 0,853 yang berarti variabilitas variabel terikat yang dapat dijelaskan oleh variabel bebas adalah sebesar 85,3%, sedangkan sisanya sebesar 14,7% dijelaskan oleh variabel-variabel lain di luar model penelitian. Hal ini menunjukkan bahwa Variabel bebas memberikan pengaruh sebesar 85,3% terhadap variabel terikat.

Uji Kelayakan Model

Kelayakan model regresi dinilai dengan menggunakan Hosmer and Lemeshow’s Goodness

of Fit Test. Jika nilai statistik Hosmer and Lemeshow Goodness of fit lebih besar daripada 0,05

maka model dapat disimpulkan mampu memprediksi nilai observasinya atau dapat dikatakan model dapat diterima karena sesuai dengan data observasinya. Berdasarkan hasil analisis, pengujian menunjukkan nilai Chi-square sebesar 8,895 dengan signifikansi (p-value) sebesar 0,351. Berdasarkan hasil tersebut, karena nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 maka model dapat disimpulkan mampu memprediksi nilai observasinya. Untuk mengetahui seberapa ketepatan model dalam memprediksi, dapat ditunjukkan dengan tabel klasifikasi. Tabel klasifikasi ini mengkonfirmasi bahwa tidak ada perbedaan yang sangat signifikan antara prediksi model dengan data observasi. Tabel ketepatan klasifikasinya dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Ketepatan Klasifikasi

Observasi Prediksi Y Ketepatan Klasifikasi 0 1 Step 1 Y 0 17 4 81.0% 1 3 76 96.2% Total Persentase 93.0%

Sumber: data primer yang diolah

Berdasarkan Tabel 3, didapatkan bahwa dari 20 data observasi kategori responden tidak tertarik menggunakan muslim wedding terdapat 17 data observasi tepat berada pada kategori tersebut dan terdapat 4 data observasi tidak tepat berada pada kategori tersebut, dari 80 data observasi kategori responden tertarik menggunakan muslim wedding terdapat 76 data observasi tepat berada pada kategori tersebut dan terdapat 3 data observasi tidak tepat berada pada kategori tersebut. Ketepatan klasifikasi yang diperoleh adalah 93%, yang artinya bahwa kelayakan model regresi logistik yang digunakan memiliki ketepatan klasifikasi yang tinggi.

(11)

Uji Parsial

Uji parsial merupakan salah satu statistik uji yang digunakan untuk melihat dan menjelaskan pengaruh dari masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat. Hasil pengujian dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Hasil Uji Koefisien Regresi Logistik

Variabel Kategori B Wald Sig. Exp(B)

Jenis Kelamin (X1) 1 3.432 7.347 0.007 30.931 Usia (X2) 1 0.275 5.258 0.022 1.317 Lama Pendidikan (X3) 1 1.128 6.077 0.014 3.090 Pekerjaan (X4) 1 0.190 0.013 0.911 1.210 Pendapatan (X5) 1 -25.546 6.267 0.012 0.000 2 -21.022 5.050 0.025 0.000 3 -20.974 5.446 0.020 0.000 Keputusan responden (X6) 1 -1.789 3.246 0.072 6.494 Lingkungan (X7) 1 -1.789 1.089 0.297 6.185 Sumber: data primer yang diolah

Berdasarkan Tabel 4.6, dapat dihasilkan model regresi logistik sebagai berikut:

Y1 = 3,432 X11 + 0,275 X21 + 1,128 X31 + 0,190X41 − 25,546 X51 − 21,022X52 − 20,974X53 − 1,789 X61 − 1,789 X71

1.

H1: Jenis Kelamin berpengaruh terhadap Usaha Muslim Wedding

Berdasarkan hasil analisis, variabel jenis kelamin menghasilkan tingkat signifikansi sebesar 0,007 yang lebih kecil dari alfa 0,05. Sehingga hipotesis H0 ditolak, yang artinya variabel jenis kelamin memberikan pengaruh positif terhadap usaha muslim wedding.

2.

H2 : Usia berpengaruh terhadap Usaha Muslim Wedding

Berdasarkan hasil analisis, variabel usia menghasilkan tingkat signifikansi sebesar 0,022 yang lebih kecil dari alfa 0,05. Sehingga hipotesis H0 ditolak, yang artinya variabel usia memberikan pengaruh positif terhadap usaha muslim wedding.

3.

H3 : Lama Pendidikan berpengaruh terhadap Usaha Muslim Wedding

Berdasarkan hasil analisis, variabel lama pendidikan menghasilkan tingkat signifikansi sebesar 0,014 yang lebih kecil dari alfa 0,05. Sehingga hipotesis H0 ditolak, yang artinya variabel lama pendidikan memberikan pengaruh positif terhadap usaha muslim wedding.

4.

H4: Pekerjaan berpengaruh terhadap Usaha Muslim Wedding

Berdasarkan hasil analisis, variabel pekerjaan menghasilkan tingkat signifikansi sebesar 0,911 yang lebih besar dari alfa 0,05. Sehingga hipotesis H0 diterima, yang artinya variabel pekerjaan memberikan pengaruh yang tidak signifikan terhadap usaha muslim wedding.

5.

H5: Pendapatan berpengaruh terhadap Usaha Muslim Wedding

Berdasarkan hasil analisis, variable pendapatan menghasilkan tingkat signifikansi sebesar 0,012, 0,25 dan 0,20 yang lebih kecil dari alfa 0,05. Sehingga hipotesis H0 ditolak, yang artinya variabel pendapatan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap usaha muslim

wedding.

6.

H6: Keputusan responden berpengaruh terhadap Usaha Muslim Wedding

Berdasarkan hasil analisis, variabel keputusan menghasilkan tingkat signifikansi sebesar 0,072 yang lebih kecil dari alfa 0,10. Sehingga hipotesis H0 ditolak, yang artinya variabel keputusan memberikan pengaruh signifikan terhadap usaha muslim wedding.

(12)

7.

H7: Lingkungan berpengaruh terhadap Usaha Muslim Wedding

Berdasarkan hasil analisis, variable lingkungan menghasilkan tingkat signifikansi sebesar 0,297 yang lebih besar dari alfa 0,05. Sehingga hipotesis H0 diterima, yang artinya variabel lingkungan memberikan pengaruh yang tidak signifikan terhadap usaha muslim wedding.

Implikasi Penelitian

Hasil analisis menunjukkan bahwa jenis kelamin, usia, lama pendidikan, pendapatan dan keputusan responden berpengaruh terhadap usaha muslim wedding. Berdasarkan 100 responden tersebut, didapatkan bahwa terdapat 59 responden berjenis kelamin perempuan yang tertarik menggunakan usaha muslim wedding dan 20 responden berjenis kelamin laki-laki yang tertarik menggunakan usaha muslim wedding. Kondisi ini menunjukkan bahwa responden yang lebih tertarik menggunakan usaha muslim wedding adalah responden yang berjenis kelamin perempuan. Perbedaan jenis kelamin tersebut dapat memberikan perbedaan sifat yang nantinya memberikan perbedaan juga dalam ketertarikannya, terkhusus pada ketertarikan dalam menggunakan usaha muslim wedding.

Rentang usia responden yang tertarik pada usaha muslim wedding tersebut adalah antara 21 dan 30 tahun. Kondisi ini sesuai dengan teori yang dijelaskan sebelumnya, bahwa pada usia yang tergolong remaja akhir dan dewasa awal seseorang mulai memikirkan tentang pernikahan dan bagaimana ketertarikannya terhadap suatu wedding organizer dalam perencanaannya. Kondisi ini dapat menggambarkan bahwa kematangan usia seseorang memiliki pengaruh pada pemikiran dalam menentukan sesuatu, termasuk menentukan ketertarikannya pada usaha muslim wedding dalam penelitian ini.

Data penelitian juga menunjukkan bahwa responden memiliki ketertarikan menggunakan usaha muslim wedding minimal lulus sekolah menengah atas (SMA). Kondisi ini menunjukkan bahwa seseorang mulai memiliki ketertarikan untuk menentukan wedding organizer setidaknya lulus SMA terlebih dahulu. Seseorang dengan latar belakang yang tinggi akan memiliki pemikiran yang lebih matang dalam mengambil keputusan. Pada penelitian ini, didapatkan kesimpulan bahwa semakin tinggi pendidikan yang ditempuh maka semakin tinggi ketertarikannya terhadap usaha muslim wedding, menunjukkan bahwa masyarakat dengan pendidikan tinggi akan lebih matang menentukan ketertarikannya pada suatu hal, terkhusus pada usaha muslim wedding tersebut.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa variabel pendapatan berpengaruh signifikan terhadap usaha muslim wedding. Data penelitian menunjukkan bahwa responden dengan pendapatan yang berbeda-beda memiliki ketertarikan yang sama besarnya untuk menggunakan usaha muslim wedding. Hasil pendugaan memiliki arti yang sesuai, yaitu responden dengan pendapatan yang berbeda-beda tersebut memiliki ketertarikan yang sama, ehingga besar perbedaan ketertarikan antar responden tidak dapat dijelaskan dengan jelas memalui penghasilan yang didapatkan responden.

Menentukkan keputusan merupakan sutau proses menentukan pilihan akhir dari suatu masalah yang sedang dihadapi untuk menuju tujuan yang diinginkan. Dalam mengambil suatu keputusan, responden perlu memperhatikan beberapa pertimbangan agar tidak salah dalam mengambil suatu keputusan tersebut. Pada penelitian ini, responden yang menentukan keputusannya sendiri lebih banyak tertarik menggunakan usaha muslim wedding. Kondisi ini menunjukkan bahwa dalam ketertarikan seseorang menentukan wedding organizer sangat dipengaruhi keputusannya sendiri dalam menentukan tanpa adanya paksaan dari pihak luar.

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa pekerjaan dan lingkungan memberikan pengaruh yang tidak signifikan terhadap usaha muslim wedding. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa responden yang berkerja maupun yang tidak bekerja memiliki ketertarikan yang sama kuatnya untuk menggunakan usaha muslim wedding. Kondisi ini bisa terjadi karena apapun pekerjaan seseorang tidak menutup kemungkinan orang tersebut akan tertarik atau tidak tertarik pada usaha muslim wedding, mengingat masih ada faktor lain yang lebih berpengaruh.

Data penelitian yang didapatkan menunjukkan bahwa lingkungan responden yang tidak mengharuskannya menggunakan usaha muslim wedding lebih banyak tertarik dibandingkan yang mengharuskan. Sehingga hasil analisis yang menunjukkan bahwa lingkungan tidak berpengaruh terhadap ketertarikan responden adalah benar. Lingkungan pada penilitian ini kurang mempengaruhi ketertarikan seseorang untuk menggunakan usaha muslim wedding karena bisa saja ketertarikan seseorang dalam memilih sekarang ini tidak hanya pengaruh lingkungan saja tetapi bisa juga kenyamanan seseorang dalam menggunakannya nanti dan faktor lainnya juga.

(13)

Implementasi Penelitian

Dengan semakin banyakanya seseorang yang tertarik pada usaha muslim wedding, akan membuat usaha muslim wedding semakin berkembang. Usaha muslim wedding yang dibangunnya tersebut nantinya dapat pula membuka lapangan pekerjaan, mengurangi pengangguran serta meningkatan kesejahteraan masayarakat dengan mengingat banyaknya keperluan, kelengkapan dan tenaga kerja yang dibutuhkan pada profesi muslim wedding.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan sebelumnya bahwa kecenderungan responden dalam ketertarikan menggunakan usaha muslim wedding dipengaruhi secara signifikan dan positif oleh jenis kelamin, usia, kama pendidikan dan keputusan memilih. Untuk faktor pendapatan sendiri juga ikut mempengaruhi ketertarikan responden memilih muslim wedding tetapi memiliki pengaruh signifikan yang negatif. Sedangkan faktor pekerjaan dan lingkungan tidak memiliki pengaruh yang signifikan pada ketertarikan nasabah dalam memilih menggunakan usaha muslim wedding.

E. KESIMPULAN Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan yang telah dipaparkan sebelumnya, dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu faktor jenis kelamin, usia, lama pendidikan, pendapatan dan keputusan responden berpangaruh terhadap ketertarikan konsumen pada usaha muslim wedding. Masyarakat yang berjenis kelamin perempuan lebih banyak tertarik pada jasa mulsim wedding dibandingkan masyarakat berjenis kelamin laki-laki. Rentang usia masyarakat yang tertarik pada jasa tersebut yaitu antara 21 dan 30 tahun. Usia ini merupakan usia matang bagi seseorang untuk menikah dan semakin tinggi pendidikan orang juga dapat mempengaruhi pikiran untuk memutuskan ketertarikannya terhadap jasa wedding. Sedangkan untuk faktor pekerjaan dan lingkungan tidak berpengaruh signifikan terhadap ketertarikan konsumen pada usaha muslim wedding. Kondisi ini bisa terjadi karena apapun pekerjaan seseorang tidak menutup kemungkinan orang tersebut akan tertarik atau tidak tertarik pada usaha muslim wedding dan ketertarikan seseorang dalam memilih

wedding organizer sekarang ini tidak hanya dari pengaruh lingkungan saja tetapi bisa juga

kenyamanan seseorang dalam menggunakannya.

Saran

Berdasarkan hasil, pembahasan dan kesimpulan yang telah dipaparkan sebelumnya pada penelitian ini, peneliti ingin menyampaikan saran yaitu diharapkan pihak jasa muslim wedding dapat mempertahankan serta meningkatkan daya tarik dari usaha muslim wedding terhadap konsumen agar usaha muslim wedding semakin menarik dan diminati konsumen. Dengan mengetahui beberapa variabel bebas yang berpengaruh terhadap ketertarikan responden pada muslim wedding, diharapkan wedding organizer mendapatkan inovasi untuk mengembangkan target marketingnya. Misalnya pihak wedding organizer dapat melakukan pendekatan terhadap konsumen yang memiliki tinggat pendidikan tinggi dan rentang usia 21 sampai 30 tahun untuk dijadikan target marketingnya.

UCAPAN TERIMA KASIH

Kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu sehingga penelitian ini dapat terselesaikan. Ucapan terima kasih khusus kami sampaikan kepada Asosiasi Dosen Ilmu Ekonomi Universitas Brawijaya dan Jurusan Ekonomi, Keuangan dan Perbankan Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya yang memungkinkan jurnal ini bisa diterbitkan.

DAFTAR PUSTAKA

Ahman, E dan Rohman, Y. 2009. Teori Ekonomi Mikro. Bandung : Univesitas Pendidikan Indonesia.

Arjana, I Gusti Agus. 2016. Geografi Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Jakarta : Rajawali. Bahri, S.A. 2014. “Etika Konsumsi Dalam Perspektif Ekonomi Islam”. Jurnal Studia Islamika. Vol

(14)

Dwi, Astuti, dkk. 2012. Ilmu Perilaku Konsumen. Edisi Pertama. Malang : UB Press.

Firdaus, R. dan Ariyanti, M. 2011. Pengantar Teori Moneter serta Aplikasinya pada Sistem Ekonomi

Konvensional dan Syariah. Bandung : Penerbit Alfabeta.

Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang : BP Universitas Diponegoro.

Hanafie, Rita. 2010. Pengantar Ekonomi Pertanian. Yogyakarta: C.V Andi Offset.

Hartomo, D.D. dan Cahyani, M. 2013. “Pemeringkatan Faktor Keberlangsungan Usaha Industri Kreatif di Kota Surakarta”. Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Publik. Vol IV No.2.

Kuntjojo. 2009. Metode Penelitian. Kediri : Universtitas Nusantara PGRI.

Maski, Ghozali. 2010. “Analisis Keputusan Nasabah Menabung : Pendekatan Koomponen dan Model Logistik. Studi pada Bank Syari’ah di Malang”. Journal of Indonesia Applied

Economics. Volume IV No.1.

Nasir, Mohammad. 2003. Metode Pemelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia.

Nenny, Anggraini. 2008. “Industri Kreatif”. Jurnal Ekonomi Desember 2008. Volume VIII No.3. Pangestu, M. E. 2008. “Pengembangan Industri Kreatif Menuju Visi Ekonomi Kreatif Indonesia

2025”. Departemen Perdangan Republik Indonesia.

Pindyck, R. S. dan Rubinfeld, D. L. 2012. Microeconomics, Global Edition. London: Pearson. Purnomo, A. R. 2016. Analisis Statistik Ekonomi dan Bisnis dengan SPSS. Yogyakarta :

Fadilatama.

Ramulyo, Idris. 1996. Hukum Perkawinan Islam. Jakarta : PT. Bumi Aksara.

Rini, P dan Czafrani, S. 2010. “Pengembangan Ekonomi Kreatif Berbasis Kearifan Lokal Oleh Pemuda Dalam Rangka Menjawab Tantangan Ekonomi Global”. Jurnal untuk Bangsa Seri

Sosial dan Humaniora. Vol 1.

Saksono, Herie. 2012. “Ekonomi Kreatif : Talenta Baru Pemicu Daya Saing Daerah”. Jurnal Bina

Praja. Vol IV No.2.

Sosroatmodjo, H. A dan Aulawi, A. W. 1975. Hukum Perkawinan di Indonesia. Jakarta : PT. Bulan Bintang.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif, dan R&D. Bandung : Alfabeta. Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif, dan R&D. Bandung : Alfabeta.

Syarifuddin, Amir. 2007. Hukum Perkawinan Islam di Indonesia. Jakarta : Prenada.

Tjipjono, F. dan Chandra, G. 2005. Service, Quality & Satisfaction. Yogyakarta : ANDI. Ulwan, Abdullah Nasih. 2006. Tarbiyatul Aulad Fil Islam, terj. Khalilullah Ahmad Masjikur

Hakim, Pendidikan Anak Menurut Islam. Bandung : Remaja Rosdakarya. Wirartha, I. M. 2006. Metode Penelitian Sosial. Yogyakarta : ANDI.

Gambar

Tabel 1 Nilai VIF untuk Masing-masing Variabel bebas
Tabel 3 Ketepatan Klasifikasi
Tabel 4 Hasil Uji Koefisien Regresi Logistik

Referensi

Dokumen terkait

Siswa tipe kepribadian sanguinis dan choleris mampu menjawab tiga dari empat soal tes teka-teki matematika dengan baik dan benar, namun kedua subjek tersebut tidak mampu

Tabel 4.26 Perubahan Tabel Transportasi Akibat Variabel x 22 Dijadikan Basic Variable – Iterasi 1

Flame Assisted Spray Pyrolysis adalah salah satu metode yang tidak memerlukan biaya mahal, efektif digunakan untuk produksi dalam jumlah yang banyak, produk

Gambar 3. Histogram citra kain Endek asli pertama. Histogram rekonstruksi citra pertama. Kedua histogram memiliki 10 peak dan setiap peak dipisahkan antara 5 – 15

Hasil uji lipase (Gambar 7) menunjukkan bahwa ketiga isolat khamir adalah negatif yang ditandai dengan tidak adanya zona bening yang terdapat disekitar koloni khamir.. Hal

– Otoritas peneliti Indonesia akses terhadap bahan penelitian belum diapresiasi sebagai “power” dan “sharing” dalam kerjasama penelitian. • Peluang yang ada justru

Aspek sosial suku Toraja pada novel Puya ke Puya, meliputi aspek ekonomi, aspek agama dan aspek budaya.. Aspek ekonomi mengungkap masalah kemakmuran pada masyarakat

Salah satu faktor peningkatan hasil belajar dapat digunakan model pembelajaran PBL (Problem Basis Learning), model PBL ini dapat meningkatkan hasil belajar karena siswa