• Tidak ada hasil yang ditemukan

RAGAM HIAS MAKAM KUNO RAJA-RAJA KALOKKO E VARIOUS ORNAMENTALS ON THE ANCIENT TOMBS OF THE KINGS OF KALOKKO E

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RAGAM HIAS MAKAM KUNO RAJA-RAJA KALOKKO E VARIOUS ORNAMENTALS ON THE ANCIENT TOMBS OF THE KINGS OF KALOKKO E"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

VARIOUS ORNAMENTALS ON THE ANCIENT TOMBS OF THE KINGS

OF KALOKKO’E

Muh. Aulia Rakhmat

Balai Pelestarian Nilai Budaya Sulawesi Selatan Jalan Sultan Alauddin / Tala Salapang Km. 7 Makassar, 90221

Telepon (0411) 885119, 883748, Faksimile (0411) 865166 Pos-el: muh.aulia@kemdikbud.go.id

Diterima: 10 Juli 2017; Direvisi: 8 September 2017; Disetujui: 24 November 2017 ABSTRACT

This paper aims to describe the types and characteristics of ornamentals on the tomb of the kings of Kalokko’e in Bone Regency. The method used is qualitative descriptive method. The study results show that there are three types of ornamentals applied to the tomb, namely floral motifs, geometric motifs, and Arabic calligraphy. The ornamentals characteristic on the tomb of the kings of Kalokko’e is mostly using the motifs of flora, that is ornamental motif of plants that spread or creeping, the leaves and stalks are also creeping. The various ornamentals applied has also been influenced by Islamic teachings with the position of the tomb that shows the characteristics of Islam, which is longitudinal facing to qiblah.

Keywords: various ornamentals, motifs, tombs, kings of Kalokko’e. ABSTRAK

Tulisan ini bertujuan untuk mendeskripsikan jenis-jenis dan ciri khas ragam hias pada makam Raja-raja Kalokko’E di Kabupaten Bone. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif. Hasil kajian ini menunjukkan bahwa terdapat tiga jenis ragam hias yang diterapkan pada makam tersebut, yakni motif flora, motif geometris, dan kaligrafi arab. Ciri khas ragam hias pada makam Raja-Raja Kalokko’E adalah sebagian besar ragam hiasnya menggunakan motif flora yakni ragam hias bermotif tumbuhan yang menjalar atau merambat dimana daun dan tangkainya ikut menjalar. Ragam hias yang diterapakan juga telah mendapat pengaruh ajaran Islam. Sebagaimana dengan posisi makam yang menunjukkan ciri Islam yaitu membujur menghadap kiblat

Kata Kunci: ragam hias, motif, makam, Raja-raja Kalokko’E. PENDAHULUAN

Pengembangan kebudayaan nasional diarahkan pada nilai-nilai luhur bangsa Indonesia. Kebudayaan nasional yang dimaksud adalah kebudayaan yang bersifat nasional yang berdasarkan pancasila. Dengan demikian kebudayaan bangsa Indonesia yang sedang maju dan berdasarkan pancasila diharapkan dapat menumbuhkan manusia-manusia pembangun yang diharapkan dapat membangun dirinya sendiri serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa.

Bila kita tinjau keanekaragaman seni budaya, kesenian tradisional biasanya ditandai

dengan penggunaan corak atau motif yang sama dan disetujui bersama pula, selalu harmonis dengan masyarakat pendukungnya dalam seni tradisional (Subiantoro, 2010:18).

Salah satu hasil budaya masyarakat yang berkembang dari masa Indonesia-Islam yang cukup menonjol adalah masjid dan makam. Makam sebagai bangunan yang erat kaitannya dengan siklus kehidupan manusia, yakni sebagai bangunan dengan fungsi kematian yang kadang-kadang dianggap sakral. Sekalipun makam berbeda dengan masjid terutama dari segi fungsinya, namun di Indonesia menjadi salah satu jenis bangunan monumental yang layak dipelajari secara lebih mendalam. Banyak

(2)

hal yang dapat terungkap di dalamnya, seperti latar belakang kehidupan sosial-budaya, sistem budaya, adat-istiadat, agama dan kepercayaan, status sosial, citarasa keindahan, teknologi dan keterampilan, dan lain sebagainya, Semua itu menarik untuk dikaji guna menelusuri konsepsi pemikiran yang mendasarinya, nilai-nilai filosofis dan simbolik-estetisnya. Di pihak lain, makam merupakan hasil karya arsitektur yang telah memanfaatkan unsur teknologi, budaya, dan seni suatu masyarakat dalam kurun waktu tertentu (Yabu, 2017:4).

Salah satu kekayaan budaya yang ada di Indonesia adalah situs makam kuno, yang dapat menjadi bagian kata budaya bangsa indonesia. Makam kuno tersebut dapat ditemukan di seluruh pelosok negeri, termasuk di daerah Lalebata Kecamatan Lamuru Kabupaten Bone. Penggunaan ragam hias tradisional ditampilkan dalam bentuk hiasan yang melekat pada benda-benda perlengkapan masyarakat, di antaranya adalah penggunaan ragam hias pada makam kuno.

Makam kuno Kalokko’E di Kelurahan Lalebata Kecamatan Lamuru Kabupaten Bone, sebagaimana motif hias lainnya adalah salah satu bentuk warisan budaya yang tak ternilai harganya. Namun sejauh mana kebudayaan daerah tersebut dikenal dan dicintai masyarakat pendukungnya, sesungguhnya membutuhkan suatu upaya ke arah tersebut. Upaya yang mampu untuk menunjukkan identitas bangsa yang berkepribadian. Budaya daerah yang bersifat tradisional perlu diidentifikasikan demi kelestariannya. Demikian halnya motif hias arsitektur tradisional yang merupakan hasil karya seni masyarakat Sulawesi Selatan (Melkias, 2004).

Makam kuno Kalokko’E yang terdapat di Kelurahan Lalebata Kecamatan Lamuru Kabupaten Bone yang menjadi topik uraian dalam tulisan ini adalah makam Islam yang pada hakekatnya tidak berbeda dengan makam-makam Islam lain yang terdapat di Indonesia, hal ini tampak dari : segi keletakan makam, bentuk arsitektur, maupun fungsinya.

Penelitian kali ini bertujuan untuk menggali lebih dalam bagaimana jenis ragam hias makam Kalokko’e di Kelurahan Lalebata Kecamatan Lamuru Kabupaten Bone. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengungkap dan menjelaskan:

1. Bagaimana jenis ragam hias makam Kalokko’e di Kelurahan Lalebata Kecamatan Lamuru Kabupaten Bone ? 2. Apa ciri khas ragam hias makam Kalokko’E

di Kelurahan Lalebata Kecamatan Lamuru Kabupaten Bone ?

METODE

Untuk menjawab persoalan penelitian, diperlukan analisis deskriptif terhadap makam Raja-Raja Kalokko’E melalui tahapan kerja pengumpulan sumber-sumber data yang valid, menilainya secara kritis, dan menyajikan dalam bentuk narasi deskriptif (Naqib, 2014). Pengumpulan data dilakukan dengan kunjungan ke objek kajian makam Kalokko’e di Kelurahan Lalebata Kecamatan Lamuru Kabupaten Bone, mengumpulkan beberapa sumber data tertulis berupa artikel, buku–buku sejarah sumber-sumber sejarah yang tersimpan pada lembaga kearsipan, hasil penilitian yang merujuk pada objek kajian penelitian serta beberapa sumber dari hasil wawancara kepada tokoh masyarakat yang mengerti tentang ragam hias makam Kalokko’e. Sumber yang telah dikumpulkan tersebut dianalisis melalui tahapan kritik sumber, interpretasi, dan kemudian direkonstruksi menjadi narasi deskriptif mengenai kajian tentang ragam hias Makam Kalokko’e

PEMBAHASAN

Sekilas Tentang Kabupaten Bone

Daerah Kabupaten Bone merupakan salah satu Kabupaten yang terdapat di Provinsi Sulawesi Selatan, secara Geografis letaknya sangat strategis karena adalah pintu gerbang pantai timur Sulawesi Selatan yang merupakan pantai Barat Teluk Bone memiliki garis pantai

(3)

ke Selatan menelusuri Teluk Bone tepatnya 174 Kilometer sebelah Timur Kota Makassar, luas wilayah Kabupaten Bone 4,556 KM Bujur Sangkar atau sekitar 7,3 persen dari luas Propinsi Sulawesi Selatan, didukung 27 Kecamatan, 335 Desa dan 39 Kelurahan, dengan jumlah penduduk 648,361Jiwa Kabupaten Bone berbatasan dengan daerah-daerah sebagai berikut;

- Sebelah Utara Kabupaten Wajo - Sebelah Selatan Kabupaten Sinjai

- Sebelah Barat Kabupaten Soppeng, Maros, Pangkep dan Barru

- Sebelah Timur adalah Teluk Bone yang menghubungkan Propinsi Sulawesi Tenggara (id.wikipedia.org/wiki/ Kabupaten_Bone)

Makam Kuno Raja-Raja Kalokko’E

Makam kuno ini merupakan satu kompleks, di makam kuno Raja-Raja Kalokko’E terdapat 111 makam yang terdiri atas 20 makam Raja dan 87 makam keluarga dan pengikut raja. Makam kuno Raja-Raja Kalokko’E ini, pada umumnya berciri makam menyerupai bangunan candi (Alam,2009). Jenis bahan bangunan yang digunakan pada jirat, gunungan dan nisannya terbuat dari batu cadas yang diperoleh dari Kabupaten Selayar. Total luas makam ini adalah 1 hektare. Dari ke-111 buah makam di makam kuno Raja-Raja Kalollo’E ini, baru sekitar 20 buah makam yang dapat teridentifikasi, antara lain:

1. We Tenri Bili Datu Lamuru III 2. We Kamummu Datu Bengo 3. Toballa Jennang Bone 4. Opu Cenning

5. Campakalak

6. Lamakkasau Datu Bulu Bang I 7. Pabicara Butta Gowa

8. Petta Sumpu Datu Masumpu 9. Lacella Datu Lamuru

10. Mappa Sunra Datu Lamuru VI 11. Mappa Ware Datu Lamuru VII

12. Larumpang Megga Datu Lamuru VIII

13. Colli Pujie Datu Lamuru IX 14. I Pamenri Datu Lamuru XI

15. A Asia Isteri Lamappa Ware Datu Lamuru XII

16. Petta Babang

17. Andi Sosong Sullewatang 18. Lamagalatung

19. We Baji / Datu Lamuru

20. Lasemagga / Pettamalompoe Lamuru. Sebelum menyajikan data yang menjadi sampel dalam penelitian ini, berikut ini disajikan sebagai gambaran bentuk arsitektur Makam kuno Raja-Raja Kalokko’E:

1. Makam tipe A

Bangunan makam yang dibuat menurut teknik susun timbun. Bangunan makam seperti ini di dalamnya berongga setengah lingkaran memanjang dan terdapat lagi nisan (Nita,1980).

2. Makam tipe B

Makam yang dibuat menurut model bangunan kayu yaitu makam yang dibuat dengan cara memasang empat buah papan batu yang lebar sehingga membentuk sebuah kotak batu persegi empat. Keempat papan batu tersebut ditopang oleh empat lapisan yang membentuk kaki makam. Di tengahnya ditancapkan satu atau dua buah nisan (Marampa, 1997:88).

3. Makam tipe C

Makam yang paling sederhana teknik pembuatannya, yaitu dua lapis batu yang dibuat secara berundak, kemudian di atasnya ditancapkan satu atau dua buah batu nisan (Kaharuddin, 1996:56).

Berikut ini disajikan data Makam Kuno Raja-Raja Kalokko’E yang menjadi sampel dalam penelitian ini, yaitu makam Mappa Ware (Datu Lamuru VII) dan makam Andi Asia (Datu Lamuru XII). Secara berturut-turut disajikan sebagai berikut;

(4)

1. Ragam hias makam Mappa Ware (Datu

Lamuru VII) a. Ragam hias pada jiratKijing/jirat biasa pula disebut dinding. Ini berfungsi sebagai pembatas dan berpasangan dengan gunungan. Jirat pada makam ini terdapat motif ragam hias flora dan memiliki motif ragam hias yang sama diseluruh bidang (Mico, 2005:32).

Gambar 1. Tampak dari Utara makam Mappa Ware (Datu Lamuru VII)

(Dokumentasi: Pribadi, 11 April 2011)

Makam Mappa Ware (Datu Lamuru VII) dibangun menggunakan susun timbun. Artinya makam ini dibuat dari susunan balok-balok batu persegi yang disusun dari bawah ke atas, seperti pada kontruksi bangunan candi yang terdiri atas tiga bagian, kaki, tubuh dan atap. Di bagian atap ditancapkan dua buah batu nisan, seperti dapat dilihat pada gambar 2.

Gambar 2. Gunungan makam Mappa Ware (Datu Lamuru VII)

(Dokumentasi: Pribadi, 11 April 2011)

Ragam hias Makam Mappa Ware, baik badan, jirat dan nisan pada umumnya sarat dengan ragam hias flora simetris. Jenis bahan pada Makam Mappa Ware terbuat dari batu cadas.

Gambar 3. Jirat bagian Timur makam Mappa Ware (Datu Lamuru VII)

(Dokumentasi: Pribadi, 11 April 2011)

Ukuran Jirat

1) Panjang : 236 cm 2) Tinggi : 23 cm 3) Tebal : 10 cm

b. Ragam hias pada gunungan

Bentuk dasar gunungan ini adalah bentuk segitiga yang diberi lekukan. Motif yang diterapkan berupa motif flora berbentuk bunga dan memiliki hiasan-hiasan daun yang telah dimodifikasi dengan terapan komposisi yang simetris. Gunungan utara dan selatan memiliki motif ragam hias yang sama serta sisi bagian dalam pada kedua gunungan ini juga memiliki motif ragam hias yang sama.

Gambar 4. Gunungan bagian Selatan makam Mappa Ware (Datu Lamuru VII)

(5)

Ukuran gunungan 4) Tinggi : 65 cm 5) Lebar : 70 cm 6) Tebal : 10 cm c. Ragam hias pada nisan

1) Panjang : 365 cm 2) Lebar : 215 cm 3) Tinggi : 223 cm

Gambar 5. Nisan bagian Selatan makam Mappa Ware (Datu Lamuru VII)

(Dokumentasi: Pribadi, 11 April 2011)

Ukuran nisan:

1) Tinggi : 110 cm 2) Lebar : 25 cm 3) Tebal : 25 cm Ukuran makam Mappa Ware

Gambar 6. Desain Gambar makam Mappa Ware (Datu Lamuru VII)

Gambar 7. Desain gambar ragam hias makam Mappa Ware (Datu Lamuru VII) (Desain Pribadi menggunakan Corel Draw)

Gambar 8. Tampak dari Atas makam Mappa Ware (Datu Lamuru VII)

(Desain Pribadi menggunakan Corel Draw)

d. Keadaan objek

1) Keaadaan makam ini telah rusak dibeberapa bagian.

2) Kebersihan makam masih terjaga dengan baik.

(6)

2. Ragam hias makam Andi Asia (Datu

Lamuru XII) b. Ragam Hias pada gunungan

Gambar 9. Tampak dari Tenggara makam Andi Asia (Datu Lamuru XII)

(Dokumentasi: Pribadi, 11 April 2011)

Makam Andi Asia (Datu Lamuru XII) ini menggunakan teknik susun timbun dalam pembuatannya. Makam ini dibuat dari susunan balok batu persegi yang disusun dari bawah ke atas, seperti pada konstruksi bangunan candi yang terdiri atas bagian kaki, tubuh dan atap.

Gambar 10. Jirat pada makam Andi Asia (Datu Lamuru XII)

(Dokumentasi: Muh. Aulia, 11 April 2011)

a. Ragam hias jirat

Jirat pada makam Andi Asia memiliki ornamen atau ragam hias, kijing/ jirat ini memiliki motif ragam hias flora yang sama di seluruh bidang.

Ukuran Jirat

1) Panjang : 188 cm 2) Tinggi : 25 cm 3) Tebal : 12 cm

Gambar 11. Gunungan pada makam Andi Asia (Datu Lamuru XII)

(Dokumentasi: Pribadi, 11 April 2011)

Bentuk dasar gunungan ini hampir sama dengan gunungan Makam Andi Asia yaitu bentuk segitiga yang diberi lekukan. Motif yamg diterapkan berupa motif flora yang berbentuk bunga dan memiliki hiasan-hiasan daun yang telah dimodifikasi dengan terapan komposisi yang simetris serta kaligrafi bertuliskan “Muhammad” di tengah gunungan. Gunungan utara dan selatan memiliki ragam hias yang sama serta sisi bagian dalam pada kedua gunungan ini juga memiliki motif ragam hias yang sama namun tanpa ukiran “Muhammad”.

Ukuran Gunungan: 1) Tinggi : 53 cm 2) Lebar : 100 cm 3) Tebal : 13 cm c. Ragam hias pada nisan

Gambar 12. Nisan pada makam Andi Asia (Datu Lamuru XII)

(7)

Ukuran nisan :

1) Tinggi : 120 cm 2) Lebar : 38 cm 3) Tebal : 16 cm Ukuram Makam Andi Asia 1) Panjang : 230 cm 2) Lebar : 135 cm 3) Tinggi : 122 cm

bentuk distilir atau digayakan namun tidak merubah makna (Soetanto,1980:52).

Di samping berfungsi sebagai penambah estetika (keindahan) dan simbol kekuatan gaib, ragam hias juga berfungsi sebagai simbol suatu status. Status di sini dimaksudkan suatu pimpinan, ketua adat, penyebar agama Islam, Raja dan lain-lain. Pola-pola hias di berbagai makam menjadi bukti bahwa yang dimakamkan di sana adalah orang yang terpandang di daerahnya atau dilingkungannya. Dengan demikian maka seperti juga pada makam-makam prasejarah pada makam Islam status seseorang juga mempengaruhi bentuk dari makam atau kuburnya. Seseorang yang mempunyai status tinggi tentu akan dikuburkan dalam bentuk-bentuk kubur dan ragam hias yang istimewa (Syafei, 1987:64).

Bentuk-betuk makam pada kompleks makam Raja-Raja Kalokko’E masih dipengaruhi oleh harkat dan martabat seseorang. Orang yang lebih tinggi derajatnya biasanya akan mempunyai bentuk makam yang lebih tinggi dan megah dengan pola-pola hias yang indah.

Apabila diklasifikasi, secara keseluruhan jenis ragam hias yang digunakan pada makam Raja-Raja Kalokko’E berupa flora, geometris dan kaligrafi. Ragam hias flora adalah salah satu ornamen yang paling banyak ditemukan pada makam Raja-Raja Kalokko’E. Di daerah Sulawesi Selatan ragam hias ini dikenal dengan nama Coli Pakue. Ragam hias ini bermotif tumbuhan yang menjalar atau merambat, di mana daun dan tangkainya ikut pula menjalar. Motif ini diukirkan pada bagian luar dan dipadukan dengan motif kaligrafi. Dengan demikian menghasilkan nilai seni yang sangat mempesona akan keindahannya, karena seakan-akan lukisan tersebut terbingkai dari pahatan atau ukiran motif flora.

Khusus ragam hias geometris secara keseluruhan terdiri dari garis lurus, patah-patah, lingkaran, belah ketupat, bujur sangkar, empat segi panjang dan jajar genjang. Bentuk-bentuk tersebut bukan sekedar Bentuk-bentuk utuhnya tetapi sudah dimodifikasi menjadi bentuk yang

Gambar 13. Tampak Barat detil ragam hias pada makam Andi Asia

(Desain Pribadi menggunakan Corel Draw)

d. Keaadaan objek

1) Keaadan makam ini masih utuh sepenuhnya.

2) Kebersihan makam ini terjaga.

3) Nisan utara bagian dalam sedikit berlumut.

Jenis Ragam Hias Makam Raja-Raja Kalokko’E

Seperti ragam hias pada makam yang lain di beberapa tempat di Indonesia khususnya di Sulawesi, ragam hias Raja-Raja Kalokko’E mempunyai bentuk dan corak yang begitu indah. Nilai-nilai keindahan dapat disaksikan pada bentuk yang lemah gemulai dengan pahatan-pahatan yang begitu halus. Ragam hias pada Makam Raja-Raja Kalokko’E menghiasi nisan, jirat/dinding dan gunungan. Ragam hias yang utama adalah ragam hias yang menggambarkan daun bunga yang menjalar dan tersusun rapi. Ragam hias pada beberapa makam ada yang bersifat naturalis di samping ada yang dalam

(8)

indah. Ragam hias geometris dapat ditemukan pada bidang yang luas, yaitu bagian nisan, jirat/ dinding dan gunungan.

Jenis ragam hias lainnya pada makam Raja-Raja kalokko’E yaitu kaligrafi. Apabila dirangkum secara keseluruhan maka isinya terdiri kalimat “Lailahaillallah”, syalawat pada nabi Muhammad, dan petikan beberapa ayat Al quran.

Ciri Khas Makam Raja-Raja Kalokko’E

Proses modernisasi dan globalisasi menempatkan bangsa Indonesia dalam arus perubahan besar yang memengaruhi segala dimensi kehidupan masyarakat, terutama kehidupan budaya. Pada hakikatnya perubahan itu merupakan proses historis yang panjang, yang berkembang dari masa ke masa. Di dalam sejarah Indonesia proses tersebut terlihat sejak dari awal pembentukan masyarakat pada masa prasejarah, kedatangan pengaruh kebudayaan Hindu-Budha, kedatangan agama dan kebudayaan Islam, serta hadirnya pengaruh Barat, sampai masa kini.

Sudah difahami bahwa selama perjalanan sejarah tersebut, bangsa Indonesia beberapa kali berada dalam situasi yang sama, yaitu berhadapan dengan kedatangan budaya lain yang berbeda sifatnya (Wahid, 1990). Oleh karena itu, tidak dapat diingkari bahwa dalam proses yang panjang itu turut pula mampu mempengaruhi kesenian ragam hias di Sulawesi selatan, dalam hal ini ragam hias pada Makam Raja-Raja Kalokko’E di Kabupaten Bone.

Dari berbagai pengaruh inilah menghadirkan peleburan corak ragam hias pada makam Raja-Raja Kalokko’E. Pada umumnya ragam hias yang terdapat pada makam Raja-Raja Kalokko’E adalah corak/motif yang diambil dari alam. Semua ragam hias yang ada merupakan penggambaran keindahan alam semesta yang dipahatkan dalam bentuk bunga-bunga (Soepratno,1983:53), serta keindahan dekoratif yang dimunculkan dalam bentuk-bentuk yang simetris.

Seperti umumnya makam, hampir semua

makam yang dijumpai pada makam Raja-Raja Kalokko’E ditandai dengan dua buah nisan dalam bentuk yang sama,serta menggunakan Jirat. Di antaranya ada yang dilengkapi gunungan ada pula yang tanpa disertai gunungan

Sebagaimana dengan posisi makam yang menunjukkan ciri Islam yaitu membujur menurut kiblat, maka ciri Islam yang lain tampak pada bentuk ukiran yang senantiasa menjauhi bentuk fauna.

Pengaruh-pengaruh pola-pola hias masa Klasik Jawa pada makam Raja-Raja Kalokko’E begitu menonjol. Pengaruh tersebut tampak pada bentuk-bentuk nisan dan hiasannya (Toekio, 1987). Beberapa nisan pada makam Andi Asia mempunyai bentuk yang mengingatkan pada bentuk Kalamakara (bentuk wajah raksasa, desain ornamentis yang selalu menghiasi bagian atas pintu candi-candi di Jawa), tetapi bentuk Kalamakara di makam Raja-Raja Kalokko’E telah distilir dari bentuk-bentuk sulur yang halus. Datangnya pola-pola hias yang merupakan pengaruh dari Jawa.

PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang ragam hias pada makam Raja-Raja Kalokko’E maka dapatlah ditarik kesimpulan sebagai berikut: Jenis ragam hias yang diterapkan pada makam Raja-Raja Kalokko’E di Kelurahan Lalebata Kecamatan Lamuru Kabupaten Bone terdapat tiga jenis motif ragam hias, yaitu motif flora, motif geometris, dan kaligrafi arab.

Ciri khas ragam hias pada makam Raja-Raja Kalokko’E di Kelurahan Lalebata Kecamatan Lamuru Kabupaten Bone sebagian besar ragam hiasnya menggunakan motif flora, yakni ragam hias bermotif tumbuhan yang menjalar atau merambat dimana daun dan tangkainya ikut menjalar. Ragam hias yang diterapakan pada makam ini telah mendapat pengaruh ajaran Islam. Sebagaimana kaligrafi Arab maupun posisi makam yang menunjukkan ciri Islam yaitu membujur menghadap kiblat.

(9)

DAFTAR PUSTAKA

Alam, Syamsu. 2009. Ragam Hias Makam

Kuno Kaballangan di Kabupaten Pinrang,

Makassar: Fakultas Seni dan Desain (FSD) Universitas Negeri Makassar (UNM) Alwi, Hasan. 2005. Kamus Besar Bahasa

Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Bone (diakses pada tanggal 12 Februari 2017) Kaharuddin, 1996. Corak Ragam Hias Kuburan

Kuno Raja-raja Tallo Kecamatan Tallo Kotamadya Ujung Pandang, Makassar:

Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) Universitas Negeri Makassar (UNM)

Marampa. T dan Labuhari. Upa. 1997 . Budaya

Toraja. Tana Toraja: Yayasan Maraya

Melkias. P.K, 2004. Kajian Bentuk dan Simbolik

Terhadap Ragam Hias Toraja pada Bangunan Alang Suraq di Desa Bungin Kecamatan Makale Kabupaten Tana Toraja. (Skripsi). Makassar: Universitas

Negeri Makassar

Mico, 2005. Kajian Ragam Hias Peti Mati

(Erong) di Toraja. (skripsi). Makassar:

Universitas Negeri Makassar

Naqib Naja., 2014. Suku Toraja, Fanatisme

Filosofi Leluhur. Makassar: Arus Timur.

Nita. A, 1980. Toraja dan Kebudayaan. Tana Toraja: Yayasan Tondok Lepongan Lapangan bulan

Soepratno, B. A. 1983. Ornamen Ukir Kayu

Tradisional Jawa. Jilid I.

Soetanto, Damid, dkk.,1980. Pengetahuan

Ornamen. Jakarta: Depdikbud.

Subiantoro, Benny. 2010. Sejarah Seni Rupa

Indonesia Zaman Hindu-Budha. FBS

Universitas Negeri Makassar.

Syafeii dan Rohidi. 1987. Ornamen Ukir. Semarang: IKIP Semarang Press.

Toekio, Soegeng, M. 1987. Mengenal Ragam

Hias Indonesia. Bandung: Angkasa.

Wahid, Abd. Kahar. 1990. Sejarah Seni Rupa

Indonesia. Makassar: FBS IKIP Ujung

Pandang.

Yabu, M, 2017. Bangunan Makam Raja-Raja

Makassar, Di Sulawesi Selatan: Suatu Kajian Morfologis dan Simbolik-Estetis.

Gambar

Gambar 1. Tampak  dari Utara makam Mappa Ware  (Datu Lamuru VII)
Gambar 5. Nisan bagian Selatan makam Mappa  Ware (Datu Lamuru VII)
Gambar 10. Jirat pada  makam Andi Asia  (Datu  Lamuru XII)

Referensi

Dokumen terkait

Meningkatkan kualitas SDM anggota, pengurus, dan pengelola menjadi lebih professional, salām (selamat, damai, dan sejahtera) dan amanah. Mengorganisasi dan memobilisasi

Kenyataan menunjukkan bahwa selama ini pengembangan agroindustri dilakukan dalam skema kerjasama (cooperation) atau kemitraan antara usaha kecil dan menengah dengan perusahaan

Alhamdulillah semua Fraksi di DPR RI dan pihak pemerintah sesuai dengan kententuan peraturan perundang-undangan telah selesai melakukan pembahasan terhadap RUU 4 Bidang

Kegiatan awal dimulai dengan guru memberi salam dan mengabsen kehadiran siswa. Selanjutnya guru mengajak siswa membaca basmalah bersama-sama sebelum pelajaran di

Sejarah Operasi Trikora - Operasi Trikora, juga disebut Pembebasan Irian Barat, adalah konflik 2 tahun yang dilancarkan Indonesia untuk menggabungkan wilayah

Minta Poto copy Dokumen Dokumen Kontrak (35 SDJ) Lanjutan Peningkatan Jalan Kelapa Kidul-Talaga Sari (Pasar Kemis-Sindang Jaya-Balaraja), Kategori Pekerjaan Kostruksi Kode Lelang

Untuk menjawab berbagai masalah di atas maka penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan jumlah populasi kurang lebih 40 anggota keluarga

Tabel 1. Hal yang menarik diperhatikan adalah meskipun terjadi penurunan nilai investasi, namun tidak didukung dengan menurunnya nilai produksi. Penurunan nilai