DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA ---
RISALAH RAPAT KERJA
PANITIA KHUSUS 4 RUU BIDANG PERADILAN SENIN, 28 SEPTEMBER 2009 --- Tahun Sidang Masa Persidangan Jenis Rapat Rapat ke- Hari/tanggal Waktu Tempat Acara Ketua Rapat Sekretaris Rapat Hadir : : : : : : : : : : : 2008 -2009. I Rapat Kerja. Senin, 28 September 2009. 13.00 – 18.25 WIB.
Ruang Rapat Komisi Pansus C
Pengambilan Keputusan atas 4 RUU Bidang Peradilan. Drs. Agun Gunanjar S, Msi.
Endang Suryastuti, SH.MSi.
25 orang, izin 2 orang dari 50 orang Anggota Pansus I. ANGGOTA PANJA :
1. Drs. Agun Gunanjar S, M.Si. 2. Cipryanus Aoer.
3. H. Yudo Paripurno, SH. 4. Sahrin Hamid.
5. Anna Muawanah, SE.MH. 6. Bomer Pasaribu, SH.SE.MS 7. Drs. H. Moh Ichwan Syam. 8. Drs. Imam Supardi. 9. Pataniari Siahaan. 10. Kurniati. 11. I. Nyoman Gunawan, SH. 12. E.A. Darojat. 13. Daday Hudaya. 14. Drs. Jafar Nainggolan, MM 15. Djuhad Mahja, SH.MKn. 16. H Syaful Rachman, SH.MH. 17. Hj. Azlaini Agus, SH.MH. 18. Arbab Paproeka, SG.MH. 19. Ilyas Siraj, SH.Mag. 20. Marwan Jafar, SH.SE. 21. Badriyah Fayumi.LC 22. Drs. Al Muzamil Yusuf. 23. H. Nursyamsi Nurlan, SH. 24. Ir. Bahran Andang. 25. Birinus Josep R, M.Div.
III. JALANNYA RAPAT :
KETUA RAPAT (DRS. AGUN GUNANDJAR SUDARSA, M.Si) :
Sesuai dengan catatan dari Sekretariat alhamdulillah jumlah Fraksi sudah terpenuhi dan jumlah yang hadir serta menandatangani karena memang ada beberapa yang ijin, namun tandatangan lengkap ada 27 orang sehingga syarat qourum dari jumlah anggota 50. Dengan mengucapkan Bismillahirrahmanirrahim Rapat Kerja Pansus 4 Rancangan Undang-undang Bidang Peradilan pada hari ini tanggal 28 September 2009, kami ucapkan Bismillahirrahmanirrahim kami nyatakan dibuka dan terbuka untuk umum.
Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Segenap Anggota Pansus yang kami hormati
Pertama-tama kami atas nama pimpinan Pansus menyampaikan penghargaan dan penghormatan kepada Bapak Menteri Hukum dan HAM yang telah berkenan hadir guna mengikuti bersama Rapat Kerja dalam rangka pembahasan lanjutan dari Rancangan Undang-undang 4 Rancangan Undang-undang Bidang Peradilan yang tentunya pada kesempatan pada hari ini adalah hari yang terakhir bagi Pansus dalam membentuk Rapat Kerja untuk pengambilan tingkat I setelah sekian lama kami mengerjakannya. Untuk itu sudah sepatutnya dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat illahi rabbi bahwa pada hari ini kita bisa hadir dalam rangka pengambilan keputusan untuk pembicaraan tingkat I untuk 4 Rancangan Undang-undang Bidang Peradilan. Sekali lagi kami sampaikan ucapan terima kasih kepada Menteri Hukum dan Ham termasuk kepada Bapak Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara yang diwakili. Dan juga kami juga mengucapkan terima kasih atas kehadiran dari beberapa organisasi profesi dibidang huku, dari IKAHI, termasuk juga kami mengucapkan terima kasih atas kehadiran dari Komisi Yudisial dan seluruh staf dari unsur pemerintah yang pada kesempatan hari ini hadir. Untuk itu kepada segenap anggota Pansus kami juga menghargai dan menghormati bahwa dicelah-celah kesibukan yang sangat padat kami yakin hari ini juga banyak rapat-rapat lain yang harus dilakukan terpaksa pontang-panting kesana kemari alhamdulilah Rapat Panja tadi untuk mendengarkan laporan Tim Perumus telah bisa kita laksanakan. Maka sesuai dengan undangan yang telah kami hantarkan pada hari ini kami sampaikan susunan acara pada kesempatan Rapat Kerja kali ini adalah sebagai berikut :
1. Pengantar Ketua Rapat; 2. Laporan Ketua Panja;
3. Pendapat Akhir dari masing-masing Fraksi; 4. Pandangan Pemerintah;
5. Pengambilan keputusan;
6. Penandatangan naskah Rancangan Undang-undang; 7. Penutup.
Untuk agenda acara hari ini kami minta ijin kepada segenap Anggota Pansus dan pemerintah apakah bisa disetujui. Memasuki acara yang kedua yaitu laporan dari Ketua Panja untuk itu kepada Bapak Yudo Paripurno kami persilahkan.
KETUA PANJA (H. YUDO PARIPURNO, SH) : Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Salam sejahtera untuk kita semua
Pimpinan dan Anggota Pansus 4 Rancangan Undang-undang Bidang Peradilan yang kami hormati Menteri Hukum dan HAM, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara yang kami hormati
Hadirin yang berbahagia
Pertama-tama marilah kita panjatkan puji dan syukur kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah melimpahkan rohmah, barokah serta kekuatan lahir dan batin kepada kita sekalian sehingga kita dapat menghadiri Rapat Kerja dengan pemerintah, Menteri Hukum dan HAM terkait dengan pembahasan tingkat I terhadap 4 Rancangan Undang-undang Bidang Peradilan pada hari ini dengan sehat walafiat.
Selanjutnya perkenankanlah kami atas nama Panja menyampaikan laporan hasil pembahasan 4 Rancangan Undang-undang Bidang Peradilan dalam Rapat Kerja ini. Panja ini dibentuk dan ditugaskan dalam Rapat Kerja tanggal 9 September 2009. Untuk melaksanakn tugas tersebut Panja secara intensif telah membahas sejumlah DIM yang diajukan oleh pemerintah terhadap 4 Rancangan Undang-undang Bidang Peradilan, yaitu tentang Rancangan undang Kekuasaan Kehakiman, Rancangan Undang-undang Peradilan, Rancangan Undang-Undang-undang Tata Usaha Negara, Rancangan Undang-Undang-undang Peradilan Agama yang dilakukan dalam dua kali Rapat Panja, yaitu Rapat Panja pertama dilaksanakan tanggal 10-12 September 2009 di Hotel Grand Melia dengan agenda pembahasan DIM Rancangan Undang-undang tentang Kekuasaan Kehakiman sebagaimana diputuskan Pansus. Selanjutnya Panja memberikan waktu kepada Timus untuk merumuskan dan mensinkronisasikan Rancangan Undang-undang tentang Kekuasaan Kehakiman selama 3 hari yaitu tanggal 15-17 September 2009. Rapat Panja kedua dilaksanakan tanggal 24-27 September 2009 di hotel Santika dengan agenda membahas DIM 3 Rancangan undang, yaitu Rancangan undang tentang perubahan kedua atas Undang-undang No. 2 Tahun 1986 tentang Peradilan Umum, Rancangan Undang-Undang-undang tentang Perubahan kedua atas Undang-undang No. 5 tahun 1986 tentang PeradilanTata Usaha Negara dan Rancangan Undang-undang tentang perubahan kedua atas Undang-undang No. 7 tahun 1989 tentang Peradilan Agama.
Dapat kami laporkan bahwa pembahasan dalam Rapat Panja dan Tim Perumus dilakukan sesuai dengan mekanisme yang disepakati pada awal Rapat Pansus. Pembahasan atas DIM 4 Rancangan Undang-undang Bidang Peradilan tersebut cukup mendalam bahkan kadang-kadang alot namun tetap mencerminkan suasana demokrasi serta bertoleransi, pada sikap dan semangat yang sama diantara DPR dan pemerintah untuk memperkuat reformasi peradilan di Indonesia dan mewujudkan sistem peradilan terpadu serta mewujudkan peradilan yang bersih dan berwibawa sebagaimana amanat Bab 9 tentang Kekuasaan Kehakiman Pasal 24, Pasal 24 A, Pasal 24 B, Pasal 24 C, Pasal 25 Undang-undang Dasar 1945.
Sebagaimana kita ketahui bersama penyusunan 4 Rancangan Undang-undang Bidang Peradilan ini dilakukan selain bertujuan untuk memperkuat reformasi peradilan di Indonesia dan mewujudkan sistem peradilan terpadu integrated justice system di Indonesia sebagaimana dikemukakan tadi, utamanya juga dalam rangka sinkronisasi dan konsitensi terhadap 3 Rancangan Undang-undang bidang Kekuasaan Kehakiman yang lebih dahulu dilakukan revisi sebagai konsekuensi logis dari adanya putusan Mahkamah Konstitusi No. 005 Tahun 206 tanggal 15 Agustus 2006, yaitu Rancangan Undang-undang tentang perubahan atas Undang-undang No. 22 Tahun 2004 tentang Komisi Yudisial, Rancangan Undang-undang Tentang Perubahan kedua atas Undang-undang No. 5 tahun 2004 tentang Mahkamah Agung yang sekarang sudah diundangkan melalui Undang-undang No. 3 Tahun 2009 dan Rancangan Undang-undang tentang Perubahan atas Undang-undang No. 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi.
Panja dan pemerintah tentu mempunyai kerangka agar kualitas rumusan dalam Rancangan Undang-undang baik dari aspek teknis perundangan-undangan yuridis formal maupun secara yuridis material berkualitas. Dengan demikian apabila ke 4 Rancangan Undang-undang Bidang Peradilan nantinya telah disahkan menjadi Undang-undang diharapkan tidak ada lagi hak konstitusional yang dirugikan yang dapat menjadi permohonan yudisial review, uji materi dalam Mahkamah Konstitusi.
Selanjutnya perkenankanlah kami menyampaikan secara garis besar materi 4 Rancangan Undang-undang Bidang Peradilan sebagai berikut :
1. Rancangan Undang-undang tentang Kekuasaan Kehakiman.
Penyusunan Rancangan Undang-undang tentang Kekuasaan Kehakiman sebagai pengganti Undang-undang No. 4 tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman didasari alasan dan pertimbangan bahwa kita sudah tidak lagi mengenal umbrella law, Undang-undang pokok atau Undang-undang payung namun muatan materi yang terkandung di dalam Undang-undang Kekuasaan Kehakiman merupakan prinsip-prinsip dasa, asas-asas penyelenggaraan peradilan yang justru secara yuridis normatif seharusnya menjadi landasan dalam penyelenggaraan peradilan sebagaimana dimaksud dalam Bab 9 Undang-undang Dasar 1945 tentang Kekuasaan Kehakiman Pasal 24, Pasal 24 A, Pasal 24 B, Pasal 24 C, Pasal 25.
Terlebih pengaturan mengenai kekuasaan kehakiman, penyelenggaraan peradilan sampai saat ini masih parsial berserakan dalam berbagai peraturan perundang-undangan. Oleh karena itu, untuk mengintegrasikan berbagai Undang-undang yang terkait dengan kekuasaan kehakiman agar tidak terjadi over lapping dan inkonsistensi maka Undang-undang Kekuasaan Kehakiman ini masih sangat diperlukan, hal ini pararel dengan semangat mewujudkan integrated justice system dan ruh sistem pada Mahkamah Agung.
Dalam siskusi Pansus pembicaraan tingkat I baik dalam Rapat Kerja maupun dalam Rapat Panja pemerintah sempat mengusulkan agar Rancangan Undang-undang tentang Kekuasaan Kehakiman ini formatnya sebaiknya bukan Rancangan Undang-undang Penggantian melainkan cukup dengan format Rancangan Undang-undang perubahan atas Undang-undang No. 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman saja, dengan alasan substansi baru dalam Rancangan Undang-undang tentang Kekuasaan Kehakiman ini belum melebihi dari 50% namun demikian DPR berpendapat bahwa Rancangan Undang-undang ini sudah tepat formatnya sebagai Rancangan Undang-Undang-undang penggantian dengan pertimbangan baik secara esensial maupun sistematika justru banyak pengaturan baru yang sebelumnya tidak ada dalam Undang-undang No. 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman, terlebih berdasarkan Undang-undang No. 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan pada bagian lampiran angka 199, apabila sistematika dan esensi dari suatu Undang-undang berubah maka sebaiknya Undang-undang tersebut dicabut dan disusun kembali dengan Undang-undang baru. Atas dasar tersebut sudah tepat apabila format Rancangan Undang-undang ini menjadi Rancangan Undang-undang penggantian.
Dalam Rancangan Undang-undang tentang Kekuasaan Kehakiman banyak muatan meteri yang sebelumnya tercover dalam Undang-undang Kekuasaan Kehakiman sebelumnya yaitu antara lain, penguatan, elaborasi asas atau prinsip penyelenggaraan peradilan seperti independensi peradilan, transparansi, legalitas, asas peradilan sederhana, cepat, biaya murah dan lain-lain. Kredibilisi hakim di mana hakim hanya meliputi hakim pada Mahkamah Agung dan 4 badan peradilan dibawahnya serta hakim pada pengadilan khusus, sedangkan hakim konstitusi tidak masuk dalam rezim pengawasan Komisi Yudisial melainkan dilakukan oleh majelis kehormatan hakim konstitusi. Pelaku kekuasaan kehakiman yang terdiri dari Mahkamah Agung dan 4 badan peradilan di bawahnya Mahkamah Konstitusi dan peradilan khusus dalam 4 lingkungan peradilan tersebut.
Penguatan pengawasan hakim, syarat dan mekanisme pengangkatan dan pemberhentian hakim, tanggungjawab hakim terhadapp putusan penetapan yang dibuatnya. Eksistensi pengadilan khususyang inheren pada 4 lingkungan peradilan di bawah Mahkamah Agung, badan hukum cuma-Cuma untuk pencari keadilan yang tidak mampu. Pengaturan abitrase dan penyelesaian sengketa lainnya. Badan-badan lain yang fungsinya berkaitan dengan kekuasaan kehakiman seperti fungsi penyelidikan dan penyidikan oleh penyidik Polri, PPNS, KPK, fungsi penutupan oleh jaksa penuntut umum, fungsi pendampingan, jasa
hukum, advokad dan alternatif penyelesaian sengketa. Transparansi putusan dan biaya perkara serta limitasi salinan putusan.
2. Terhadap 3 Rancangan Undang-undang lainnya yang terkait dengan bidang peradilan yaitu Rancangan Undang-undang Peradilan Umum, Rancangan Undang-undang Peradilan Agama, Rancangan Undang-undang Peradilan Tata Usaha Negara.
Hal-hal pokok yang disepakati dalam Rapat Panja antara lain sebagai berikut :
a. Ketiga Rancangan Undang-undang Organik akan merupakan penjabaran terperinci dari Rancangan Undang-undang Kekuasaan Kehakiman yang hanya memuat pokok-pokoknya saja.
b. Pengawasan internal oleh Mahkamah Agung maupun pengawasan eksternal atas perilaku hakim yang dilakukan oleh Komisi Yudisial dalam menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran, martabat serta perilaku hakim.
c. Dalam menjaga dan menegakkan kehormatan, keluruhuran, martabat, serta perilaku hakim Komisi Yudisial dapat menganalisis putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap sebagai dasar rekomendasi untuk melakukan mutasi hakim dan mutasi hukum. Mutasi hakim tersebut meliputi promosi dan demosi hakim.
d. Memperkuat persyaratan pengangkatan hakim baik hakim pada pengadilan negeri maupun hakim pada pengadilan tinggi antara lain mulai proses seleksi hakim yang dilakukan secara transparan, akuntable dan partisipatif, serta harus memiliki proses atau lulus pendidikan khusus hakim.
e. Pengaturan mengenai pengadilan khusus dan hakim ad hoc.
f. Pengaturan mekanisme tentang tata cara pengangkatan dan pemberhentian hakim. g. Kesejahteraan dan remunerasi hakim.
h. Transparansi putusan dan limitasi pemberian salinan putusan.
i. Transparansi pihak perkara serta pemeriksaan pengelolaan dan pertanggungjawaban biaya perkara.
j. Bantuan hukum cuma-cuma.
k. Majelis kehormatan hakim dan kewajiban hakim untuk mentaati kode etik dan pedoman perilaku hakim.
l. Kenaikan usia pensiun hakim.
m. Larangan rangkap jabatan baik untuk hakim maupun pejabat peradilan. n. Kenaikan usia pensiun panitra.
o. Untuk usia pensiun panitra masih ada satu Fraksi yaitu Fraksi PAN yang belum sepakat denga usia pensiun yang telah disepakati untuk panitra pengadilan tinggi adalah 62 tahun, di mana Fraksi PAN hanya menyepakati usia pensiun 60 tahun untuk panitra pengadilan tinggi.
Setelah melalui pembahasan yang cukup mendalam dalam Rapat Panja maka sistematika Rancangan Undang-undang tentang Kekuasaan Kehakiman terdiri dari, Bab I Ketentuan Umum, Bab 2 Asas Penyelenggara Kekuasaan Kehakiman, Bab 3 Pelaku Kekuasaan Kehakiman, Bab 4 Pengangkatan dan Pemberhentian Hakim, Bab 5 Badan-Badan Lain yang fungsinya berkaitan dengan kekuasaan kehakiman, Bab 6 Pengawasan Hakim dan Hakim Konstitusi, Bab 7 Pejabat Peradilan, Bab 8 Jaminan dan Kesejahteraan Hakim, Bab 9 Putusan Pengadilan, Bab 10 Pelaksaan Putusan Pengadilan, Bab 11 bantuan Hukum, Bab 12 Penyelesaian Sengketa di Luar Pengadilan, Bab 13 Penentuan Penutup.
Khusus terhadap Rancangan Undang-undang tentang Perubahan kedua atas Undang-undang No. 5 tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara, pemerintah mengusulkan tentang klausula tentang pelaksanaan eksekusi putusan tata usaha negara dan telah disepakati terhadap klausula ini dilaporkan dalam Rapat Kerja.
Pada sistematika terhadap Rancangan undang Peradilan Umum, Rancangan Undang-undang Peradilan Agama, Rancangan Undang-Undang-undang Peradilan Tata Usaha Negara tetap mengikuti undang sebelumnya, yaitu mengikuti sistematika undang No. 2 Tahun 1986 jo. undang No. 8 Tahun 2004 tentang Peradilan Umum, undang No. 5 Tahun 1986 jo. Undang-undang No. 9 Tahun 2009 tentang Peradilan Tata Usaha Negara, serta Undang-Undang-undang No. 7 Tahun 2089 jo. Undang-undang No. 3 Tahun 2006 tentang Peradilan Agama, yang pada pokoknya tersebut sebagai berikut :
Bab I Ketentuan Umum, Bab 2 Kedudukan dan tempat kedudukan, Bab 3 kekuasaan atau kompetensi pengadilan, Bab 4 susunan peradilan, Bab 5 transparansi dan akuntabilitas, Bab 6 hukum acara, Bab 7 bantuan hukum, Bab 8 ketentuan peralihan, Bab 9 penutup. Secara lengkap hasil pembahasan Panja atas 4 Rancangan Undang-undang Bidang Peradilan sebagaimana telah dibagikan oleh sekretariat Pansus pada anggota dan juga pemerintah.
Demikianlah laporan hasil kerja Panja asta 4 Rancangan Undang-undang Bidang Peradilan selanjutnya kami serahkan kepada Pansus. Apabila hasil Rancangan Undang-undang ini disetujui oleh Pansus maka dengan demikian berakhir pula tugas Panja membahas 4 Rancangan Undang-undang ini. Apakah 4 Rancangan Undang-undang ini juga kami serahkan kepada keputusan Pansus. Sebelum kami mengakhiri laporan ini perkenankanlah kami mengucapkan terima kasih kepada Anggota Panja, pemerintah, yang telah berupaya menyelesaikan pembahasan Rancangan Undang-undang ini. Demikian juga kepada pemerintah kami ucapkan terima kasih yang telah bekerja keras dan sangat koorporatif dalam perumusan rancangan Undang-undang ini.
Demikian laporan Panja4 Rancangan Undang-undang Bidang Peradilan semoga Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa memberikan kekuatan lahir dan batin kepada kita semua sehingga kita dapat menjalankan tugas konstitusional sebaik-baiknya.
Sekian Terima kasih
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh KETUA RAPAT :
Terima kasih Bapak Yudo Paripurno sebagai Ketua Panja yang telah menyampaikan laporan hasil kerjanya. Seperti apa yang sudah disampaikan oleh Pimpinan Panja bahwa perjalanan dari pembahasan ini memang sangat panjang, diskusinya juga cukup intens namun alhamdulillah Panja di bawah Pimpinan Bapak Yudo bisa menyelesaikan tugas-tugasnya dan sesuai dengan agenda acara kita berikutnya pada hari ini adalah pendapat akhir dari masing-masing fraksi dan ternyata jika dari urutan ini kami coba tanyakan kepada Fraksi Partai Golkar ternyata bahanhya belum siap, oleh karena itu kami persilahkan terlebih dahulu kepada Fraksi yang sudah siap dari Fraksi Partai Demokrasi Indonesia.
KURNIATI (F PDIP) :
Pendapat Akhir Mini Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan DPR Republik Indonesia Terhadap
Rancangan Undang-Undang Tentang Perubahan Atas Undang-undang No. 4 Tahun 2004 Tentang Kekuasaan Kehakiman, Rancangan Undang-undang Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-undang No.
Undang-Undang No. 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara, Rancangan Undang-Undang Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-undang No. 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama
Disampaikan oleh : Hj. Kurniati, SH., MH No. Anggota : A-384
Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Salah sejahtera bagi kita semua
Om swastiastu MERDEKA!!!!!
Yang terhormat saudara pimpinan dan Anggota Pansus Yang terhormat Menteri Hukum dan HAM beserta jajarannya
Yang terhormat Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara atau yang mewakili
Marilah kita memanjatkan puji sykur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan perlindungannya kepada kita semua sehingga kita bisa bertemu untuk melanjutkan pembahasna 4 Rancangan Undang-undang yaitu, Rancangan Undang-undang Tentang Perubahan Atas Undang-undang No. 4 Tahun 2004 Tentang Kekuasaan Kehakiman, Rancangan Undang-undang Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-undang No. 2 Tahun 1986 Tentang Peradilan umum, Rancangan Undang-Undang Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang No. 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara, Rancangan Undang-Undang Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-undang No. 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama.
Setelah melalui rapat guna membahas 4 Rancangan Undang-undang tersebut Fraksi PDI Perjuangan menyampaikan persetujuannya atas 4 Rancangan Undang-undang tersebut untuk dilanjutkan pembahasan pada tingkat II untuk kemudian disahkan menjadi Undang-undang. Fraksi PDI Perjuangan mencatat beberapa hal yang perlu mendapatkan perhatian terkait dengan substansi 4 Rancangan Undang-undang tersebut, sebagai berikut :
1. Pengesahaan 4 Rancangan Undang-undang tersebut sangat penting terkait dengan harmonisasi dan sinkronisasi Undang-undang sebagai konsekuensi dari putusan Mahkamah Konstitusi No. 005/PUU/IV/2006.
2. Selain putusan Mahkamah Konstitusi perubahan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 telah membawa perubahan mendasar mengenai penyelenggaraan kekuasaan. 3. Kehakiman.kehadiran Komisi Yudisial sebagai lembaga pengawas peradilan telah mendasari
dilakukannya perubahan secara komprehensif terhadap 4 Rancangan Undang-undang tersebut. 4. Rancangan Undang-undang tersebut merupakan Rancangan Undang-undang yang memiliki sifat
mendasar sebagai Undang-undang yang bersifat mendasar banyak substansi yang menjadi dasar hukum dan rujukan bagi Undang-undang lain, misalnya Rancangan Undang-undang Pengadilan Tipikor yang sekarang sedangd dibahas di DPR tidak dapat dilepaskan dari Undang-undang Peradilan Umum dan Undang-undang Kehakiman yang menjiwai pemahaman dan struktur peradilan di Indonesia.
5. Perubahan terhadap 4 Rancangan Undang-undang tersebut harus dapat menciptakan peradilan yang bersih dan berwibawa. Pembinaan dan pengawasan teknis peradilan, organisasi, administrasi, dan finansial pengadilan dilakukan oleh Mahkamah Agung, sedangkan pengawasan perilaku hakim dilakukan oleh Komisi Yudisial.
6. Pembinaan dan pengawasan yang dilakukan oleh Mahkamah Agung maupun pengawasan yang diakukan oleh Komisi Yudisial tidak boleh mengurangi kebebasan hakim dalam memeriksa dan memutus perkara.
7. Kontrol terhadap hakim mekanisme prosedural peradilan, organisasi pengadilan serta pertanggungjawaban keuangan pengadilan merupakan substansi rawan yang harus dilaksanakan transparan sehingga badan peradilan benar-benar menjadi lembaga bagi sertiap orang untuk mencari keadilan.
Demikian pendapat akhir mini Fraksi PDI Perjuangan atas Rancangan Undang-undang Tentang Perubahan Atas undang No. 4 Tahun 2004 Tentang Kekuasaan Kehakiman, Rancangan Undang-undang Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang-undang No. 2 Tahun 1986 Tentang Peradilan umum, Rancangan Undang-Undang Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang No. 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara, Rancangan Undang Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-undang No. 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama.
Fraksi PDI Perjuangan sangat mengharapkan 4 Rancangan Undang-undang ini kelak akan memberikan manfaat bagi dunia peradilan di Indonesia. Pada kesempatan ini Fraksi PDI Perjuangan mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan Pansus dan saudara menteri beserta jajarannya yang telah bekerja dan menyelesaikan tugas ini dengan baik.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Om santi santi om
MERDEKA!!!!
Jakarta, 28 September 2009 Pimpinan Fraksi PDI Perjuangan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia
KETUA Sekretaris
Tjahyo Kumolo Bambang Muriyanto
KETUA RAPAT :
Terima kasih kami haturkan kepada Ibu Hj. Kurniati, SH, MH dari Fraksi PDI Perjuangan yang telah menyampaikan pendapat akhir mininya dari Fraksi PDI Perjuangan. Berikutnya kami persilahkan kepada Fraksi Partai Persatuan Pembangunan.
H. SYAIFUL RACHMAN, SH, MH (F PPP):
Pendapat Akhir Mini Fraksi Partai Persatuan Pembangunan DPR Republik Indonesia Terhadap
Rancangan Undang-Undang Tentang Perubahan Atas Undang-undang No. 4 Tahun 2004 Tentang Kekuasaan Kehakiman, Rancangan Undang-undang Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-undang No.
2 Tahun 1986 Tentang Peradilan umum, Rancangan Undang-Undang Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang No. 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara, Rancangan Undang-Undang
Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-undang No. 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama Disampaikan oleh juru bicara : H. Syaiful Rachman, SH., MH
No. Anggota : A-32 Bismillahirahmanirohim
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Yang terhormat saudara Pimpinan
Yang terhormat para Anggota Pansus dan hakim yang berbahagia
Dalam kesempatan yang mulai dan berharga ini marilah kita senantiasa memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan nikmat-Nya sehingga kita dapat hadir dalam sidang yang mulia yang ini untuk melaksanakan salah satu tugas konstitusional kita sebagai wakil rakyat. Sholawat dan salam kita haturkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah berjuang untuk menegakkan keadilan hak asasi manusia.
Mengawali pendapat ini kami ucapkan apresiasi kepada seluruh pimpinan dan Anggota Pansus karena ditengah padatnya jadwal kegiatan kedewanan dan masih dalam suasana idul fitri 1430 H untuk itu kami mengucapkan minal aidin wal faidzin mohon maaf lahir dan batin. Dan akhirnya kita hampir dapat menyelesaikan pembahasan atas 4 Rancangan Undang-undang Bidang Peradilan ini.
Banyak hal yang ingin kami sampaikan dan kita tuangkan dalam pendapat akhir mini ini namun seperti ketahui telah disampaikan secara rinci oleh Pimpinan Panja berkaitan dengan dasar-dasar pemikiran dan mengapa hal-hal yang kita melakukan merampungkan 4 Rancangan Undang-undang ini itulah hal yang mendasar dan telah disepakati bersama oleh kami sebagai Fraksi Partai Persatuan Pembangunan. Untuk itu kami menyampaikan beberapa catatan atas 4 Rancangan Undang-undang tersebut, sebagai berikut :
Pertama, bahwa pembahasan atas 4 Rancangan Undang-undang ini disemangati oleh upaya melakukan sinkronisasi dan penyempurnaan atas berbagai Undang-undang yang berkaitan dengan cabang kekuasaan yudikatif dalam penyelenggaraan kekuasaan kehakiman agar lebih komprehensif. Upaya ini dilakukan dalam rangka memperkokoh penyelengngaraan kekuasaan kehakiman yang merdeka untuk menegakkan hukum dan keadilan.
Kedua, bahwa penggantian atas Undang-undang No. 4 Tahun 2004 Tentang Kekuasaan Kehakiman selain melakukan penyempurnaan juga untuk memenuhi putusan Mahkamah Konstitusi, yaitu No. 5/PUU/IV/2006, seperti juga telah disampaikan oleh Pimpinan Panja di mana salah satu amarnya telah membatalkan Pasal 34 Undang-undang No. 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman. Penyempurnaan atas Rancangan Undang-undang tersebut dimaksudkan untuk mengkokohkan penyelenggaraan kekuasaan kehakiman dan mewujudkan sistem peradilan terpadu integrated justice system.
Ketiga, bahwa pembahasan atas 3 Rancangan Undang-undang peradilan yaitu Rancangan Undang-undang Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-undang No. 2 Tahun 1986 Tentang Peradilan umum, Rancangan Undang-Undang Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang No. 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara, Rancangan Undang-Undang Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-undang No. 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama, secara umum dalam pembahasan 4 Rancangan Undang-undang tersebut telah mengakomodir prinsip-prinsip indepensi, akuntabilitas dan transparansi dengan telah diadopsinya prinsip-prinsip tersebut diharapkan dapat lebih meningkatkan profesionalisme dan integritas para penegak hukum serta meningkatnya citra lembaga peradilan yang memenuhi harapan para pencari keadilan.
Berdasarkan pokok pikiran yang kami sampaikan di atas Fraksi Partai Persatuan Pembangunan dengan mengucapkan Bismillahirahmanirohim menyatakan persetujuannya untuk melanjutkan pembahasan 4 Rancangan Undang-undang Bidang Peradilan ini pada tahap pembicaraan tingkat II untuk diambil keputusan. Demikian pendapat akhir mini ini kami sampaikan atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.
Wabillahi Taufik Walhidayah
Wassalamu’Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Fraksi Partai Persatuan Pembangunan DPR Republik Indonesia Juru bicara : H. Syaiful Rachman, SH., MH
KETUA RAPAT :
Terima kasih kami haturkan kepada Bapak H. Syaiful Rahman, SH., MH yang telah menyampaikan pendapat akhir mini dari Fraksi Partai Persatuan Pembangunan terhadap hasil kerja yang sudah dikerjakan oleh Panja berkenaan dengan 4 Rancangan Undang-undang Bidang Peradilan ini. Berikutnya kami persilahkan kepada Fraksi Partai Damai Sejahteraan.
BIRINUS JOSEPH RAHAWADAN, M.Div (F PDS):
Pendapat Akhir Mini Fraksi Partai Damai Sejahtera Terhadap
Rancangan Undang-Undang Tentang Perubahan Atas Undang-undang No. 4 Tahun 2004 Tentang Kekuasaan Kehakiman, Rancangan Undang-undang Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-undang No.
2 Tahun 1986 Tentang Peradilan umum, Rancangan Undang-Undang Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang No. 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara, Rancangan Undang-Undang
Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-undang No. 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama Disampaikan oleh : Birinus Joseph Rahawadan, M.Div
No. Anggota : A-419
Assalamu’Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Salah damai sejahtera buat kita semua
Yang terhormat Pimpinan dan Anggota Pansus
Yang terhormat Menteri Hukum dan HAM beserta jajarannya Yang terhormat Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara
Peserta rapat yang kami hormati
Maksud dan tujuan dilakukannya perubahan Undang-undang No. 2 Tahun 1986 Tentang Peradilan Umum, Rancangan Undang-Undang Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang No. 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara, Rancangan Undang-Undang Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-undang No. 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama, Rancangan Undang-Undang Tentang Perubahan Atas Undang-undang No. 4 Tahun 2004 Tentang Kekuasaan Kehakiman adalah dalam rangka menyesuaikan dengan perubahan yang telah dilakukan terhadap Undang-undang Mahkamah Konstitusi, Undang-undang Mahkamah Agung dan Undang-undang Komisi Yudisial sebagai akibat dari putusan Mahkamah Konstitusi No. 5/PUU/IV/2006 yang diucapkan dalam sidang pleno Mahkamah Konstitusi yang berpada perseteruan antara Komisi Yudisial dan Mahkamah Agung menyangkut pengawasan hakim.
Menurut pendapat Fraksi kami Rancangan Undang-undang tentang perubahan kedua atas Undang-undang No. 2 Tahun 1986 tentang Peradilan Umum, Rancangan Undang-undang tentang Perubahan kedua atas undang No. 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama, Rancangan Undang-undang tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang-undang No. 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara dan Rancangan Undang-undang tentang Pencabutan atas Undang-undang No. 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman telah memenuhi persyaratan untuk diajukan sebagai usul inisiatif DPR. Pada draft Rancangan Undang-undang ini telah diatur berdasarkan prinsip-prinsip dan tehnik pembuatan Undang-undang yang benar dan secara substansi telah memberikan kejelasan sesuai dengan perubahan yang telah dilakukan oleh Undang-undang Mahkamah Konstitusi, Mahkamah Agung dan Komisi Yudisial. Oleh karena itu, berkaitan dengan 4 Rancangan Undang-undang tersebut Fraksi Damai Sejahtehtera menyampaikan sebagai berikut :
Pertama, pada draft perubahan terhadap undang tentang perubahan kedua atas Undang-Undang No. 2 Tahun 1986 Tentang Peradilan Umum telah diatur persyaratan umum bahwa seorang calon hakim harus memenuhi integritas dan kepribadian tidak tercela, jujur, adil, profesional dan berpengalaman bidang hukum.
Kedua, pada Rancangan Undang-undang pencabutan Undang-undang No. 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman telah diatur hal-hal sebagai berikut, adanya kode etik dan pedoman perilaku hakim yang akan mengatur perilaku hakim yang tidak etis dan tidak profesional. Tentunya hakim memberikan implikasi yang positif terhadap pencari keadilan.
Berdasarkan pada kenyataan objektif di atas Fraksi Damai Sejahtera menyatakan pendapat menyetujui serta mendukung sepenuhnya agar 4 Rancangan Undang-undang tentang Kekuasaan Kehakiman tersebut dapat disahkan sebagai Undang-undang. Demikian pendapat akhir mini Fraksi Partai Damai Sejahtera kiranya Tuhan Yang Maha Kuasa selalu memberkati kita sekalian.
Wassalamu’Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Jakarta, 28 September 2009 Pimpinan Fraksi Partai Damai Sejahtera Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia
Carol Daniel Kadang Walman Siahaan KETUA RAPAT ;
Terima kasih Kepada Fraksi Partai Damai Sejahtera yang telah menyamapaikan pendapat akhir mini. Berikutnya kami persilahkan dari Fraksi Partai Bintang Pelopor Reformasi kami persilahkan.
IR. BAHRAN ANDANG, M.Sc (F PBR):
Pendapat Akhir Mini Fraksi Partai Bintang Reformasi Terhadap
Rancangan Undang-Undang Tentang Perubahan Atas Undang-undang No. 4 Tahun 2004 Tentang Kekuasaan Kehakiman, Rancangan Undang-undang Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-undang No.
2 Tahun 1986 Tentang Peradilan umum, Rancangan Undang-Undang Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang No. 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara, Rancangan Undang-Undang
Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-undang No. 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama Disampaikan dalam Rapat Kerja Pansus 4 Rancangan Undang-undang Peradilan DPR Republik Indonesia tanggal 28 September 2009 juru bicara Bahran Andang No. Anggota A-296.
Assalamu’Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Salah sejahtera buat kita semua
Yang terhormat Pimpinan dan Anggota Pansus
Yang terhormat Menteri Hukum dan HAM beserta jajarannya
Yang terhormat Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara atau yang mewakili Peserta rapat yang kami hormati
Fraksi Partai Bintang Reformasi berharap dengan ditetapkannya 4 Rancangan Undang-undang ini performance lembaga peradilan semakin membaik, integritas dan jiwa berkeadilan serta profesionalitas para hakim dalam menyelenggarakan dan menegakkan keadilan tidak diragukan lagi, sehingga penyelenggaraan peradilan dan penegakan hukum di bumi Indonesia tercinta semakin baik. Penegakan hukum diharapkan tidak ada lagi diskriminasi karena latar belakang dan personalitas dalam memutuskan perkara sehingga penyelenggaraan peradilan benar-benar menjunjung tinggi prinsip keadilan dengan mengacu kepada perundang-undangan yang berlaku.
Atas dasar perspektif diatas dengan mengucapkan bismillahirahmanirohim Fraksi Partai Bintang Reformasi dengan ini menyatakan menyetujui Rancangan Undang-undang tentang Kekuasaan Kehakiman, Rancangan Undang-undang Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-undang No. 2 Tahun 1986 Tentang Peradilan umum, Rancangan Undang Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang No. 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara, Rancangan Undang-Undang-Undang-Undang Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-undang No. 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama, untuk selanjutnya disahkan menjadi Undang-undang.
Demikian pendapat Fraksi Partai Bintang Reformasi DPR Republik Indonesia semoga Allah SWT meridhoi amal ibadah kita dan senantiasa melimpahkan rahmat kepada hambanya yang setiap saat bertawakal kepadanya.
Wassalamu’Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Jakarta, 28 September 2009 Pimpinan Fraksi Partai Bintang Reformasi DPR Republik Indonesia
Ketua Sekretaris
Bursah Zanurbi Zaenal Abidin
KETUA RAPAT :
Terima kasih kami sampaikan kepada Bapak Ir. Bahran Andang, MSc yang telah menyampaikan pendapat akhir dari Fraksi Partai Bintang Reformasi terhadap 4 Rancangan Undang-undang Bidang Peradilan ini dan untuk selanjutnya dari sayap kiri sebelah kami dari Fraksi Kebangkitan Bangsa sudah siap. Baik kami persilahkan dari Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa.
ILYAS SIRAJ, SH, M.Ag (F KB):
Pendapat Akhir Mini Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa DPR Republik Indonesia Terhadap
Rancangan Undang-Undang Tentang Pencabutan Undang-undang No. 4 Tahun 2004 Tentang Kekuasaan Kehakiman, Rancangan Undang-undang Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-undang No.
2 Tahun 1986 Tentang Peradilan umum, Rancangan Undang-Undang Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang No. 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara, Rancangan Undang-Undang
Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-undang No. 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama Assalamu’Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Yang terhormat Pimpinan dan Anggota Pansus
Yang terhormat Menteri Hukum dan HAM beserta jajarannya
Yang terhormat Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara atau yang mewakili Peserta rapat yang kami hormati
Puji syukur alhamdulillah marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan pertolongan-Nya kita dapat menghadiri Rapat Pansus dalam rangka pengambilan keputusan terhadap Rancangan Undang-undang Tentang Pencabutan Undang-undang Tentang Kekuasaan Kehakiman, Rancangan Undang-undang Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-undang No. 2 Tahun 1986 Tentang Peradilan umum, Rancangan Undang-Undang Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang No. 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara, Rancangan Undang-Undang Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-undang No. 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama.
Sholawat serta salam kita sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah memberikan keteladanan kepada umat manusia dan selalu menjunjung tinggi kebenaran, kejujuran dan menerapkan prinsip-prinsip keadilan. Tidak lupa atas nama Fraksi kebangkitan bangsa kami menyampaikan terima kasih kepada Pimpinan Rapat atas waktu yang diberikan untuk menyampaikan pendapat akhir mini fraksi terhadap Rancangan Undang-undang ini. Mohon ijin dalam kesempatan ini kami sampaikan secara singkatd dan pointer saja bahwa Fraksi Kebangkitan Bangsa dengan ini setelah mempertimbangkan dan setelah melalui proses yang panjang dengan memohon ridho dan rahmat kepada Allah dengan mengucapkan bismillahirahmanirohim Fraksi Kebangkitan Bangsa DPR Republik Indonesia menyatakan setuju agar Rancangan Undang-undang ini disahkan pada pembiraan tingkat II pada Rapat Paripurna, dengan catatan bahwasanya kelahiran Rancangan Undang-undang ini akan memperbaiki citra penegakan hukum di Indonesia. Perbaikan posisi hakim sekaligus juga pengawasan hakim kiranya menjadi semangat kita untuk mewujudkan penegakan hukum yang adil. Mudah-mudahan apa yang menjadi dambaan kita semua akan menjadi kenyataan.
Demikian atas perhatian saudara pimpinan, saudara menteri, para anggota dewan serta para hadirin semuanya Fraksi Kebangkitan Bangsa DPR Republik Indonesia mengucapkan terima kasih dan mohon maaf.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Jakarta, 28 September 2009 Pimpinan Fraksi Kebangkitan Bangsa DPR Republik Indonesia
Ketua Sekretaris
Dra. Ida Fauziah Marwan Jafar, SH., MH KETUA RAPAT :
Terima kasih kami sampaikan kepada Bapak H. Ilyas Siraj, SH., M.Ag yang telah menyampaikan pendapat akhir dari Fraksi Kebangkitan Bangsa terhadap 4 RUU Bidang Peradilan ini dan untuk selanjutnya dari sayap kanan yang sudah siap, mungkin kami persilahkan dari Fraksi Bintang Pelopor Demokrasi.
H. NURSYAMSI NURLAN, SH (F BPD):
Pendapat Akhir Mini Fraksi Bintang Pelopor Demokrasi DPR Republik Indonesia Terhadap
Rancangan Undang-Undang Tentang Pencabutan Undang-undang No. 4 Tahun 2004 Tentang Kekuasaan Kehakiman, Rancangan Undang-undang Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-undang No.
Undang-Undang No. 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara, Rancangan Undang-Undang Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-undang No. 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama
Disampaikan oleh : H. Nursyamsi Nurlan, SH No. Anggota : A-03
Bismillahirahmanirohim
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Yang terhormat Pimpinan dan Anggota Pansus
Yang terhormat Menteri Hukum dan HAM beserta jajarannya
Yang terhormat Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara atau yang mewakili Peserta rapat yang kami hormati
Perkenankanlah kami menyampaikan minal aidin wal faidzin dalam suasana syawal idul fitri 1430 H mohon maaf lahir dan batin. Puja dan puji syukur kita sampaikan kepada hadirat Allah SWT yang telah memberikan kesehatan, kekuatan dan kesempatan kepada kita bersama dalam menunaikan tugas kenegaraan, semoga menjadi amal ibadah kita semua. Sholawat serta salam kita sampaikan kepada nabi dan rosul yang terakhir yang tidak ada lagi nabi dan rosul setelah beliau Muhammad SAW. Alhamdulillah semua Fraksi di DPR RI dan pihak pemerintah sesuai dengan kententuan peraturan perundang-undangan telah selesai melakukan pembahasan terhadap RUU 4 Bidang Peradilan, yaitu Racangan Undang-Undang Tentang Kekuasaan Kehakiman, Rancangan Undang-Undang Tentang Peradilan Umum, Rancangan Undang-Undang Tentang Peradilan Agama dan Rancangan Undang-Undang Tentang Peradilan Tata Usaha Negara, pada pembicaraan tahap pertama yang akan dilanjutkan dengan pembicaraan tahap kedua pada sidang Paripurna untuk pengambilan keputusan.
Berkenaan dengan hal tersebut di atas kami dari Fraksi Bintang Pelopor Demokrasi memberikan tanggapan dan pendapat akhir mini Fraksi sebagai berikut :
Pertama, setelah dibahas 4 Rancangan Undang-Undang ini maka hakim telah ditetapkan sebagai pejabat Negara bukan lagi sebagai Pegawai Negeri maka segala konsekuensi hak dan kewajiban hakim sebagai pejabat Negara harus diatur dan disesuaikan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Kedua, melalui Undang-Undang tentang Mahkamah Agung Undang-Undang No. 7 Tahun 2009 maka kedudukan Komisi Yudisial dengan Mahkamah Agung telah saling melengkapi bukan lagi saling berseteru dalam melaksanakan kekuasaan kehakiman. Komisi Yudisial diberikan tugas melakukan rekrutmen hakim agung dan melakukan mengawasan eksternal terhadap tingkah laku dan martabat hakim terhadap hakim agung dan hakim pada peradilan agama, peradilan umum dan peradilan tata usaha Negara berdasarkan etika dan pedoman tingkah laku hakim yang disusun oleh Mahkamah Agung dan Komisi Yudisial.
Ketiga, usia pensiun hakim pengadilan tingkat pertama, tingkat kedua dan kasasi telah dirasionalkan, hakim tingkat pertama pensiun pada tahun 65 tahun, hakim pada tingkat kedua atau banding pada usia 67 tahun sedangkan hakim agung pensiun pada usia 70 tahun sebagaimana pada Undang-Undang Mahkamah Agung. Dengan harapan tingkat produktifitas dan kualitas hakim tersebut dapat dimaksimalkan sebagai benteng pencari keadilan.
Keempat, ada hal baru yang dimasukkan ke dalam Rancangan Undang-Undang Kekuasaan Kehakiman yang merupakan penjabaran dari badan-badan lain yang fungsinya berkaitan dengan kekuasaan kehakiman yang diatur dengan Undang-Undang yang menurut fraksi kami merupakan reformasi di bidang peradilan. Badan-badan lain tersebut adalah : a. penyelidikan dan penyidikan, b.
penuntutan, c. pelaksanaa putusan, d. pemberian jasa hukum dan e. penyelesaian sengketa di luar pengadilan.
Berdasarkan uraian dan pendapat fraksi mini diatas maka Fraksi Bintang Pelopor Demokrasi DPR RI dengan mengucapkan bismillahirahmanirohim menyetujui Rancangan Undang-Undang Bidang Peradilan masing-masing, Racangan Undang-Undang tentang Kekuasaan Kehakiman, Rancangan Undang-Undang tentang Peradilan Umum, Rancangan Undang-Undang Tentang Peradilan Agama, Rancangan Undang-Undang tentang Peradlan Tata Usaha Negara, di bawa ke sidang Paripurna untuk diambil keputusan dan disahkan menjadi Undang-Undang.
Kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan 4 Rancangan Undang-Undang baik seluruh Fraksi yang ada di DPR maupun pihak pemerintah Fraksi kami menyampaikan ucapan terima kasih yang sebanyak-banyaknya.
Wabillahi Taufik Walhidayah
Wassalamu’Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh KETUA RAPAT :
Terima kasih Bapak H. Nursyamsi Nurlan, SH., MH yang telah kita dengarkan bersama pendapat akhir dari Fraksi Bintang Pelopor Demokrasi terhadap 4 Rancangan Undang-Undang di bidang peradilan dan untuk selanjutnya kami persilahkan kepada Fraksi Partai Amanat Nasional.
HJ. AZLAINI AGUS, SH, MH (F PAN):
Pendapat Akhir Mini Fraksi Partai Amanat Nasional DPR Republik Indonesia Terhadap
Rancangan Undang-Undang Tentang Penggantian Undang-undang No. 4 Tahun 2004 Tentang Kekuasaan Kehakiman, Rancangan Undang-undang Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-undang No.
2 Tahun 1986 Tentang Peradilan umum, Rancangan Undang-Undang Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang No. 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara, Rancangan Undang-Undang
Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-undang No. 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama Bismillahirahmanirohim
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Salam sejahtera untuk kita semua
Yang terhormat Pimpinan dan Anggota Pansus
Yang terhormat Menteri Hukum dan HAM beserta jajarannya
Yang terhormat Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara atau yang mewakili Peserta rapat yang kami hormati
Puji syukur kehadirat Allah SWT kita panjatkan Tuhan Yang Maha Kuasa yang segala rahmat dan nikmatnya telah dilimpahkan kepada kita semua sehingga pada hari ini kita dapat melaksanakan Rapat Kerja yang terhormat ini. mengawali penyampaian pendapat akhir mini Fraksi Partai Amanat Nasional kam segenap keluarga besar Fraksi Partai Amanat Nasional mengucapkan selamat idul fitri 1430 H minal aidin wal faidzin mohon maaf lahir dan batin.
Selanjutnya pada forum yang terhormat ini perkenankanlah kami menyampaikan pendapata akhir atas hasil pembahasan 4 Rancangan Undang Bidang Peradilan yakni, Rancangan Undang-Undang Tentang Penggantian atas Undang-Undang-undang No. 4 Tahun 2004 Tentang Kekuasaan Kehakiman, Rancangan Undang-undang Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-undang No. 2 Tahun 1986 Tentang Peradilan umum, Rancangan Undang-Undang Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang No. 5
Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara, Rancangan Undang-Undang Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-undang No. 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama.
Sebagaimana diketahui bersama kekuasaan kehakiman adalah kekuasaan yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan. Pada saat ini Undang-Undang No. 4 Tahun 2004 Tentang Kekuasaan Kehakiman khususnya yang berkaitan dengan pengawasan hakim sebagian sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan kebutuhan hukum masyarakat dan kehidupan ketata negaraan. Demikian pula Undang Tentang Peradilan Umum yang diatur dengan Undang-Undang No. 2 Tahun 1986 sebagaimana yang telah diubah dengan Undang-Undang-Undang-Undang No. 8 Tahun 2004, Peradilan Agama yang diatur dengan Undang-Undang No. 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No. 3 Tahun 2006 dan Peradilan Tata Usaha Negara yang diatur dalam Undang-Undang No. 9 Tahun 2004 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara juga sebagian sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan hukum masyarakat dan kehidupan ketata negaraan.
Untuk itu Fraksi Partai Amanat Nasional menyambut baik dan mendukung disahkannya 4 Rancanan Undang-Undang di bidang peradilan dengan beberapa catatan, sebagai berikut :
Pertama, 4 Rancangan Undang-Undang ini secara konsisten harus mengacu kepada 3 prinsip dasar indonesia sebagai Negara hukum yaitu supremasi hukum, kesetaraan dihadapan hukum, dan penegakkan hukum dengan cara tidak bertentangan dengan hukum.
Kedua, Fraksi Partai Amanat Nasional menegaskan bahwa kedudukan lembaga peradilan di indonesia adalah setara dan tidak ada diskriminasi antara peradilan yang satu dengan peradilan yang lain, hal ini sesuai dengan ketentuan Pasal 24 Ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 yang menyebutkan bahwa kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan peradilan yang berada dibawahnya dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan peradilan militer, lingkungan peradilan tata usaha negara dan oleh sebuah Mahkamah Konstitusi.
Ketiga, dalam Undang-Undang ini telah dirumuskan secara komprehensif system rekrutmen dan promosi hakim dan tenaga teknis sehingga proses rekrutmen dapat berlangsung lebih tranparan, partisipatif, objektif, akuntable dan tidak diskriminatif serta terlepas dari praktek KKN dan konektifitas. Untuk itu pelaksanaan rekrutmen hakim pada pengadilan negeri harus memenuhi kualifikasi pengalaman di praktek di bidang hukum, dengan demikian calon hakim yang direkrut telah memiliki kompetensi dan pengalaman di bidang hukum dan diharapkan dapat bekerja secara professional untuk memberikan keadilan, kepastian hukum bagi masyarakat pencari keadilan.
Keempat, Fraksi Partai Amanat Nasional menegaskan bahwa keputusan yang diambil seorang hakim pada tingkat pertama tidak diasumsikan untuk dilakukan upaya hukum banding, kasasi atau melimpahkan pencarian kebenaran dan keadilan pada lembaga peradilan yang lebih tinggi. Dengan demikian hakim dalam menetapkan suatu keputusan harus benar-benar dapat dipertanggungjawabkan pada Tuhan Yang Maha Esa kepada keadilan dan kepada kebenaran.
Kelima, pengawasan merupakan unsure penting dalam Negara demokrasi untuk mencegah penyalahgunaan wewenang pengawasan menyangkut yudisial, administrative, keuangan dan perilaku hakim harus dilaksanakan secara jelas dan tegas sehingga dapat terwujud peradilan yang bersih dan berwibawa. Untuk itu semua hakim harus mematuhi kode etik dan pedoman perilaku hakim yang telah disusun dan ditetapkan oleh Komisi Yudisial bersama Mahkamah Agung dan pelanggaran terhadap kode etik dan pedoman perilaku hakim tersebut dapat diancam dengan pemberhentian tidak dengan hormat dari jabatan hakim.
Keenam, dalam 4 Rancangan Undang-Undang bidang Peradilan telah pula ditetapkan dan diatur tentang biaya perkara yang terdiri dari biaya kepanitraan yang merupakan PNBP dan biaya proses perkara yang besarnya ditetapkan dalam peratuaran perundang-undangan dan peraturan Mahkamah Agung.
Kedua jenis biaya perkara tersebut dapat diperiksa oleh BPK karena itu harus dikelola dan dipertanggungjawabkan kepada public secara transparan dan akutable.
Ketujuh, Fraksi Partai Amanat Nasional mendukung sepenuhnya pengaturan tentang kebebasan dan keterbukaan terhadap akses informasi dan dokumen-dokumen putusan atau penetapan pengadilan. Hal yang selama ini sangat terasa tertutup dan sangat sulit untuk mendapatkannya Rancangan Undang-Undang telah mengatur sanksi yang tegas terhadap ketua pengadilan yang tidak membuka akses informasi bagi masyarakat pencari keadilan. Fraksi Partai Amanat Nasional menyetujui ide dan semangat Rancagan Undang-Undang yang menempatkan hakim sebagai pejabat Negara tertentu yang memiliki hak-hak protocol, jaminan keamanan, hak-hak-hak-hak keuangan, gaji, tunjangan dan fasilitas lainnya yang ditetapkan dengan peraturan perundang-undangan, namun demikian Fraksi Amanat Nasional belum dapat menerima penempatan panitra, wakil panitra, panitra muda dan panitra pengganti sebagai pejabat Negara. Fraksi PAN berpendapat bahwa panitra, wakil panitra, panitra muda dan panitra pengganti adalah pejabat pengadilan yang menyelenggarakan aministrasi pengadilan, karena itu Fraski PAN keberatan terhadap penetapan usia pensiun panitra dipengadilan tinggi 62 tahun. Fraksi kami berpendapat bahwa usia pensiun panitra, wakil panitra, panitra muda dan panitra pengganti baik di pengadilan tingkat pertama maupun pengadilan tingkat banding adalah 60 tahun sesuai dengan ketentuan eselonisasi, karena tidak ada alasan yang logis untuk memperpajang masa bakti dari panitra pengadilan.
Berdasarkan beberapa catatan diatas maka dengan mengucapkan bismillahirahmanirohim seraya mengharapkan ridho dan bertawakal kepada Allah SWT Fraksi Partai Amanat Nasional menyetujui 4 Rancangan Undang-Undang Bidang Peradilan, yakni Rancangan Undang-Undang Tentang Penggantian atas Undang-undang No. 4 Tahun 2004 Tentang Kekuasaan Kehakiman, Rancangan Undang-undang Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-undang No. 2 Tahun 1986 Tentang Peradilan umum, Rancangan Undang-Undang Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang No. 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara, Rancangan Undang-Undang Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-undang No. 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama. Dengan catatan bahwa Fraksi Partai Amanat Nasional tidak menyetujui ketentuan usia pensiun 62 tahun bagi panitra pengadilan.
Demikianlah bapak dan ibu yang kami hormati pendapat dari Fraksi Partai Amanat Nasional atas segala perhatiannya kami sampaikan ucapan ribuan terima kasih.
Wabillahi Taufik Walhidayah
Wassalamu’Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Jakarta, 28 September 2009
Juru Bicara Fraksi Partai Amanat Nasional : Hj. Azlaini Agus, SH., MH
No. Anggota : A-140
KETUA RAPAT :
Terima kasih kami haturkan kepada Ibu Hj. Azlaini Agus, SH., MH dari Fraksi Partai Amanat Nasional yang telah menyampaikan pendapat akhir Fraksi Partai Amanat Nasional terhadap 4 Rancangan Undang-Undang Bidang Peradilan.
Sebelum kami mempersiahkan kepada Fraksi Partai Golkar, Partai Demokrat dan PKS yang belum saya ingin sedikit memanfaatkan atas nama pimpinan pada kesempatan ini khusus saya merasa wajib atas nama pimpinan memberikan apresiasi yang khusus yang kepada Hj. Azlaini karena pembahasan 4 Rancangan Undang-Undang ini memang mengalami perdebatan yang panjang termasuk juga memberikan apresiasi kepada Ibu Hajah dari PDI Perjuangan, karena pembahasan ini sampai dengan larut malam selama 4 hari itu rata-rata berakhir sampai diatas pukul 23.00 WIB bahkan pernah sampai dengan pukul
00.30 WIB jadi kami memberikan apresiasi kepada Ibu Azlaini dan ibu dari Fraksi PDI Perjuangan. Ini sepatutnya karena memang saya sebagai pimpinan yang didepan ini jujur kami harus mengatakan masih dalam suasana Ramadhan jadi kita langsung berkumpul Panja, Timus, Timsin itu tidak dengan lelah-lelahnya terus mengabdikan dan tentunya bagi ibu yang mengerjakan tugas sampai malam ini patut menjadi keteladanan terutama buat kita anggota dewan yang lainnya. Mudah-mudahan saja apa yang kita kerjakan ini bisa menunjukkan kepada public bahwa tidak benar jika dikatakan Anggota DPR RI itu jika dalam membahas pekerjaan itu bermalas-masalan seperti yang sering dipertontonkan di berbagai media selalu dengan kursi yang kosong, nyatakan pada hari ini bisa kita saksikan kursi penuh seluruh unsure fraksi. Kami persilahkan kepada Fraksi Partai Golkar.
PROF. DR. (IPB) H. BOMER PASARIBU, SH, SE, MS (F PG):
Pendapat Akhir Mini Fraksi Partai Golongan Karya DPR Republik Indonesia Terhadap
Rancangan Undang-Undang Tentang Pencabutan dan Penggantian atas Undang-undang No. 4 Tahun 2004 Tentang Kekuasaan Kehakiman, Rancangan Undang-undang Tentang Perubahan Kedua Atas
Undang-undang No. 2 Tahun 1986 Tentang Peradilan umum, Rancangan Undang-Undang Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang No. 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara, Rancangan Undang-Undang Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-undang No. 7 Tahun 1989 Tentang
Peradilan Agama
Disampaikan oleh : Prof. DR. (IPB) H. Bomer Pasaribu, SH., SE., MS No. Anggota : A-428
Bismillahirahmanirohim
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Yang terhormat Pimpinan dan Anggota Pansus
Yang terhormat Menteri Hukum dan HAM beserta jajarannya
Yang terhormat Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara atau yang mewakili Peserta rapat yang kami hormati
Negara Kesatuan Republik indonesia merupakan Negara hukum berdasarkan Pancasila dan undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945, bertujuan untuk mewujudkan tata kehidupan bangsa, Negara dan masyarakat yang tertib bersih, makmur dan berkeadilan.
Dalam rangka itu berdasarkan amanat Pasal 24 Ayat (1) dan Ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945 dibentuklah kekuasaan kehakiman yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan. Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan-badan peradilan yang berada dibawahnya dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan peradilan militer, lingkungan peradilan tata usaha Negara dan oleh sebuah Mahkamah Konstitusi.
Sehubungan dengan hal tersebut untuk mewujudkan peradilan yang bersih dan berwibawa diperlukan pengawasan dan transparansi serta akuntabilitas terhadap peradilan dalam menjalankan tugas yudisial, administrasi, keuangan dan perilaku hakim. Tujuan digantikannya Undang-Undang tentang Kekuasaan Kehakiman diubahnya Undang-Undang Peradilan umum, peradilan tata usaha Negara, dan peradilan agama adalah untuk mengharmonisasi dan mensinkronisasi seluruh rangkain dan norma-norma yang ada dalam Undang-Undang tersebut bersama Undang-Undang Komisi Yudisial dan Undang-Undang Mahkamah Agung serta menyesuaikan dengan perkembangan dan kebutuhan masyarakat.
Selain itu perubahan ini didasari pemikiran yang terkait dengan menjaga institusi peradilan tetap berwibawa dan terjaganya kehormatan dan martabat hakim. Tadi kami laporkan hal-hal terpenting dalam Rancangan Undang-Undang ini adalah :
Pertama, mereformulasi systematika Undang-Undang No. 4 Tahun 2004 Tentang Kekuasaan Kehakiman terkait dengan pengaturan secara holistic, misalnya adanya bab-bab mengenai asas dan penyelenggaraaan kekuasaan kehakiman.
Kedua, pengaturan umum mengenai pengawasan hakim dan hakim konstitusi sesuai dengan peraturan perundang-undangan dank ode etik dan pedoman perilaku jakim yang berlaku pada semua system peradilan.
Ketiga, pengaturan umum mengenai pengangkatan dan pemberhentian hakim dan hakim konstitusi pada dasarnya berlaku pada semua system ptuaeradilan.
Keempat, pengaturan mengenai pengadilan khusus yang mempunyai kewenangan untuk memeriksa, mengadili, dan memutus perkara tertentu yang hanya dibentuk dalam satu badan peradilan yang berada di bawah Mahkamah Agung juga mengalami sinkronisasi dan harmonisasi.
Kelima, pengaturan mengenai hakim ad hoc yang bersifat sementara yang memiliki keahlian, pengalaman dibidang tertentu untuk memeriksa, mengadili, memutus suatu perkara juga berlaku dalam semua system peradilan.
Pengaturan umum mengenai abitrase dan alternative penyelesaian sengketa diluar pengadilan, pengaturan umum mengenai bantuan hukum dan bagi pencari keadilan yang tidak mampu dan pengaturan mengenai pos bantuan hukum pada setiap pengadilan dan terakhir pengaturan mengenai jaminan keamanan dan kesejahteraan hakim dan termasuk hakim konstitusi.
Rancangan Undang-Undang Tentang Penggantian dan Pencabutan Undang-Undang No. 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman dan seterusnya tidak kami bacakan, Rancangan Undang-undang Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-undang No. 2 Tahun 1986 Tentang Peradilan umum dan seterusnya tidak kami bacakan, Rancangan Undang Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang No. 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara dan seterusnya tidak kami bacakan, Rancangan Undang-Undang Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-undang No. 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama dan seterusnya tidak kami bacakan.
Sekalipun dalam paket draft 4 Rancangan Undang-Undang Peradilan ini belum termasuk Rancangan Undang-Undang Pengadilan militer yang agaknya masih belum akan terselesaikan pada masa kerja DPR periode 2004-2009 ini pembuat Undang-Undang termasuk Fraksi Partai Golkar memiliki pandangan bahwa kelak perubahan Rancangan Undang-Undang Peradilan Militer haruslah mengacu dan merupakan sub system dari seluruh atau holistic atau integrated justice system yang hendak kita bangun. Artinya perubahan Rancangan Undang Peradilan Militer haruslah mengacu kepada Undang-Undang Kekuasaan Kehakiman, Undang-Undang-Undang-Undang Peradilan Umum yang menjadi semacam makro system serta dengan padanan sinkronisasi harmonisasi horizontalnya pada Undang-Undang Peradilan Agama, Peradilan Tata Usaha Negara, Peradilan Militer yang mendatang. Sehingga secara keseluruhan atau holistic atau integrated justice system kita dibangun dengan grand desain untuk bertumpu pada dua jenis sinkronisasi dan harmonisasi system yaitu sinkronisasi dan harmonisasi system secara vertical pada Undang-Undang Dasar 1945 dan pada puncak kekuasaan Mahkamah Agung dan Mahkamah Konstitusi.
Sinkronisasi dan harmonisasi system secara horizontal pada semua peradilan umum, peradilan agama, peradilan tata usaha Negara, peradilan militer disertai pula semua system peradilan khusus dibawahnya menjadi sekali lagi kesatuan yang disebut dengan integrated justice system Negara hukum. teori-teori tentang wellfred state dengan berbagai macam mazhabnya adalah pada dasarnya menuju kepada kesejahteraan berbasis keadilan. Terkait dengan produk legislasi itu maka fraksi kami berpendapat sebuah mahakarya produk legislasi pada 4 Rancangan Undang-Undang Bidang Peradilan hari ini pada hari kemenangan idul fitri ini telah lahir sebuah hadiah perjuangan legislasi DPR RI periode 2004-2009 hari
ini telah lahir sebuah amal bakti sumbangan berharga bagi pembangunan sebuah Negara hukum indonesia telah lahir menuju terbangunnya supremasi hukum yang akan membuahkan kesejahteraan berbasis keadilan berdasarkan hukum.
Fraksi Partai kami berpendapat dan menilai bahwa paket 4 Rancangan Undang-Undang ini seyogyanya merupakan sebuah grand desain pembangunan Negara hukum Indonesia. Kedua, merupakan grand desain pembangunan system dan intitusi Negara hukum indonesia atau system institution building Negara hukum Indonesia. Ketiga, merupakan grand desain dari apa yang kita kenal integrated justice system menuju keadilan dan kesejahteraan sehingga ungkapan hukum besi keadilan dari lucius, piso, vietjusticia, tegakkan keadilan walaupun langit akan runtuh menjadi impian bersama kita dalam wadah Negara kesatuan hukum Republik Indonesia. Dengan pemikiran dan tujuan tersebut Fraksi Partai Golkar DPR RI menyetujui 4 Rcangan Undang-Undang Peradilan, yaitu Rancangan Undang-Undang Tentang Pencabutan dan Penggantian atas Undang-undang No. 4 Tahun 2004 Tentang Kekuasaan Kehakiman, Rancangan Undang-undang Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-undang No. 2 Tahun 1986 Tentang Peradilan umum, Rancangan Undang-Undang Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang No. 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara, Rancangan Undang-Undang Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-undang No. 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama, dapat diproses lebih lanjut pada pembicaraan tingkat II.
Kami secara khusus ingin menyampaikan pula dari lubuk hati kami yang dalam penghargaan yang istimewa pada semua anggota Pansus, unsure pemerintah akan tetapi yang lebih istimewa kepada saudara kami ketua kita dengan seluruh jajaran pimpinan saudara Agun yang telah memimpin jalannya seluruh proses perubahan dengan tekun, sabar dan sangat efektif, disertai dengan semua tenaga ahli yang seringkali mendapatkan suntikan vitamin berharga dari rekan-rekan dan tentu semua staf yang lain. Dari lubuk hati yang paling dalam kami haturkan penghargaan ini.
Terima kasih
Wabillahi Taufik Walhidayah
Wassalamu’Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Jakarta, 28 September 2009 Pimpinan Fraksi Partai Golongan Karya DPR Republik Indonesia
Ketua Sekretaris
Drs. Priyo Budi Santoso H. Syamsul Bachri, Mc KETUA RAPAT :
Terima kasih kami sampaikan kepada Bapak Prof. DR. (IPB) H. Bomer Pasaribu, SH., SE., MS dari Fraksi Partai Golkar yang telah menyampaikan pendapat akhir Fraksi Partai Golkar serta ucapan terima kasih atas penyerahan dokumen pendapat akhirnya dari Bapak Imam Supardi. Selanjutya kami persilahkan kepada Fraksi Partai Demokrat.
Pendapat Akhir Mini Fraksi Partai Demokrat DPR Republik Indonesia Terhadap
Rancangan Undang-Undang Tentang Pencabutan atas Undang-undang No. 4 Tahun 2004 Tentang Kekuasaan Kehakiman, Rancangan Undang-undang Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-undang No.
2 Tahun 1986 Tentang Peradilan umum, Rancangan Undang-Undang Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang No. 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara, Rancangan Undang-Undang
Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-undang No. 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama Disampaikan oleh : Drs. Jafar Nainggolan, MM
No. Anggota : A-96
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Salam sejahtera untuk kita semua
Yang terhormat Pimpinan dan Anggota Pansus
Yang terhormat Menteri Hukum dan HAM beserta jajarannya
Yang terhormat Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara atau yang mewakili Peserta rapat yang kami hormati
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia-Nya kita masih dapat menjalankan tugas konstitusional kita sebagai anggota dewan untuk menyampaikan pendapat akhir mini Fraksi terhadap 4 Rancangan Undang-Undang Usul Inisiatif DPR RI, yakni Rancangan Undang-Undang Tentang Pencabutan atas Undang-undang No. 4 Tahun 2004 Tentang Kekuasaan Kehakiman, Rancangan Undang-undang Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-undang No. 2 Tahun 1986 Tentang Peradilan umum, Rancangan Undang-Undang Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang No. 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara, Rancangan Undang-Undang Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-undang No. 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama, n dalam Rapat Kerja pada hari ini.
Fraksi Partai Demokrat senantiasa mendukung upaya untuk membuat perundang-undangan berkualitas dalam rangka untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat melalui pemberian rasa keadilan dan kepastian hukum kepada masyarakat. Oleh karena itu, kami memberikan apresiasi tinggi terhadap 4 Rancangan Undang-Undang Usul Inisiatif DPR RI ini yang juga telah dinantikan oleh masyarakat khususnya masyarakat hukum apalagi ketiga persoalan penegakan supremasi hukum kita terkesan masih berjalan tertatih-tatih atau berjalan lambat.
Secara lengkap pendapat akhir mini Fraksi Partai Demokrat akan kami sampaikan secara tertulis dan pada kesempatan ini kami hanya menyampaikan kesimpulan, yaitu demi mewujudkan keadilan pada masyarakat dan dengan mengucapkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa Fraksi Partai Demokrat menyetujui 4 Rancangan Undang-Undang Usul Inisiatif DPR RI bidang peradilan ini untuk dilanjutkan pembahasan dan pengambilan keputusan tingkat II dalam Rapat Paripurna DPR yang akan datang.
Demikian pendapat akhir mini Fraksi Patai Demokrat dalam rapat pada hari ini, kiranya Tuhan Yang Maha Esa meridhoi kepada kita semua untuk segera menyelesaikan Rancangan Undang-Undang ini.
Terima kasih
Wabillahi Taufik Walhidayah
Wassalamu’Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Pimpinan Fraksi Partai Demokrat DPR Republik Indonesia
Ketua Sekretaris
DR. Syarif Hasan, SE, MM., MBA Drs. Wayan Sugiana, MM KETUA RAPAT :
Terima kasih kami haturkan kepada Bapak Drs. Jafar Nainggolan, MM dari Fraksi Partai Demokrat yang juga telah kita dengarkan bersama untuk menyampaikan pendapat akhir mini terhadap 4 Rancangan Undang-Undang bidang peradilan ini. Untuk itu pendapat akhir mini ini akan disampaikan sebagai penutupnya yang terakhir dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera.
DRS. AL MUZAMMIL YUSUF (F PKS):
Pendapat Akhir Mini Fraksi Partai Keadilan Sejahtera DPR Republik Indonesia Terhadap
Rancangan Undang-Undang Tentang Pencabutan atas Undang-undang No. 4 Tahun 2004 Tentang Kekuasaan Kehakiman, Rancangan Undang-undang Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-undang No.
2 Tahun 1986 Tentang Peradilan umum, Rancangan Undang-Undang Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang No. 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara, Rancangan Undang-Undang
Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-undang No. 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama Disampaikan oleh : Drs. Al Muzammil Yusuf
Bismillahirahmanirohim
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Yang terhormat Pimpinan dan Anggota Pansus 4 RUU Bidang Peradilan Yang terhormat Menteri Hukum dan HAM beserta jajarannya
Yang terhormat Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara atau yang mewakili Peserta rapat yang kami hormati
Sebelum Fraksi Partai Keadilan Sejahtera menyampaikan sikapnya terhadap 4 Rancangan undang-undang Bidang Peradilan perkenankanlah kami menyampaikan pokok-pokok pikiran yang kami anggap cukup signifikan dalam upaya kita untuk menghadirkan ruh peradilan, yaitu keadilan itu sendiri. Berbuatlah adil, adil itu lebih dekat kepada taqwa dan taqwa ini dekat dengan bukan Ramadhan yang baru kita lalui. Mudah-mudahan dengan berhasilnya kita sebagai bangsa mengambilkan ruh keadilan di lembaga peradilan khususnya bangsa ini akan juga hadir sebagai bangsa yang sejahtera.
Kami setidaknya mencatat paling tidak ada 6 point penting yang signifikan dalam 4 Rancangan Undang-Undang ini adalah :
Pertama, bahwa semangat kita untuk memperkuat fungsi pengawasan eksternal pada para hakim yaitu dengan penguatan Komisi Yudisial baik dalam konteks pengawasan melalui kode etik dan pedoman
perilaku hakim maupun dalam Undang-Undang ini kita tegaskan yang sebelumnya Komisi Yudisial terbatas pengawasannya di pengadilan ada persidangan tertentu yang tidak bisa dimasuki oleh Komisi Yudisial dalam Undang-Undang ini semua persidangan bisa dihadiri oleh Komisi Yudisial, ini adalah unsure penguatan yang cukup signifikan.
Kedua, dalam Undang-Undang ini yang sebelumnya seleksi penerimaan hakim hanya dilakukan oleh Mahkamah Agung dalam perunadng-undangan ini seleksi penerimaan hakim melibatkan Mahkamah Agung dan Komisi Yudisial.
Ketiga, dalam Undang-Undang yang lalu bahwa pemberhentian hakim pengadilan hanya dilakukan oleh Ketua Mahkamah Agung dalam perundang-undangan ini kita juga memperkuat usulan pemberhentian juga bisa datang dari Komisi Yudisial.
Keempat, dalam rangka kita juga membersihkan mafia peradilan yang penuh dengan kutipan biaya yang tidak jelas dalam biaya proses perkara atau panitra maka dalam Undang-Undang ini sangat jelas pungutan-pungutan tersebut harus diatur jelas dalam perundang-undangan dan menjadi bagian pemeriksaan oleh BPK dan sekaligus setiap kutipan diluar yang ditentukan perundang-undangan maka pejabat peradilan atau semua pejabat peradilan dapat diberhentikan dengan tidak hormat jika terjadi pungutan di luar yang ditentukan perundang-undangan.
Kelima, dalam rangka penguatan putusan pengadilan TUN maka sebagian besar putusan yang selama ini tidak bisa dieksekusi pada perundang-undangan ini terjadi penguatan sanksi termasuk didalamnya adalah mengikut sertakan fungsi pengawasan lembaga DPR atau DPRD untuk turut memantau eksekusi putusan TUN agar bisa dihormati oleh semua pihak.
Keenam, bantuan hukum kepada masyarakat yang tidak mampu adalah menjadi kewajiban Negara dan diadakan pos bantuan hukum disemua lembaga peradilan tingkat pertama.
Paling tidak 6 point ini saya kira akan membawa kita semua akan membawa angin segar bagi lembaga peradilan dengan ruh keadilannya. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini PKS menyampaikan dengan mengucapkan bismillahirahmanirohim kami Fraksi Partai Keadilan Sejahtera menyetujui 4 Rancangan Undang Bidang Peradilan tentang Kekuasaan Kehakiman, Rancangan Undang-undang Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang-undang No. 2 Tahun 1986 Tentang Peradilan umum, Rancangan Undang-Undang Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang No. 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara, Rancangan Undang Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-undang No. 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama, untuk ditindak lanjuti di Rapat Paripurna DPR RI.
Pada kesempatan ini kami ucapkan pula terima kasih kepada pemerintah dengan seluruh jajarannya dan pakar-pakarnya yang memberikan pencerahan kepada kami, secretariat DPR RI, seluruh jajaran tegana ahli, seluruh Anggota Pansus, khusus kepada Pimpinan Pansus yang telah bekerja keras memimpin rapat pembahasan 4 Rancangan Undang-Undang yang dilakukan dengan penuh kerja keras ini. semoga jerih payah kita ini bernilai ibadah di sisi Allah SWT.
Amin amin ya rabbal alamin Wabillahi Taufik Walhidayah
Wassalamu’Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh KETUA RAPAT :
Terima kasih kami haturkan kepada Bapak Drs. Al Muzammil Yusuf dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera. Kita telah mendengarkan bersama pandangan dan pendapat akhir dari keseluruhan Fraksi dari 10 Fraksi yang ada di DPR RI tidak ada satupun Fraksi yang tidak menyetujui terhadap apa yang sudah dikerjakan oleh Panja ini dan secara keseluruhan dapat menerima dan menyetujui untuk melanjutkan kepembicaraan berikutnya ditingkat II pada Rapat Paripurna besok hanya dengan adanya satu catatan