• Tidak ada hasil yang ditemukan

.., RAMCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG. PENGltA?USAN DISKRIMINASI RAS DAN ET IS DALAM RAPAT PARIPURNA DPR RI 28 OKTOBER 2008

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan ".., RAMCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG. PENGltA?USAN DISKRIMINASI RAS DAN ET IS DALAM RAPAT PARIPURNA DPR RI 28 OKTOBER 2008"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

I} .,. - . . '

..

.· ,

L~POitAN ~KETUA··PANITIA

KHUS,US

~-.' . ~ l '.f , I

. ., RAMCANGAN UNDANG-UNDANG

• ~- t •.

REPUBLIK INDONESIA

TENTANG

t. ~ •

PENGltA?USAN ·DISKRIMINASI RAS DAN ET IS

DALAM RAPAT PARIPURNA DPR RI

28 OKTOBER 2008

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT

REP'UBLIK INDONESIA

ARSIP

DAN

(2)

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA .

LAPORAN KETUA PANITIA !KHUSUS

RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG

I I

PENGHAPUSAN DISKRIMINASI

-~S

DAN ETNIS

DALAM RAPAT PARIPURNA DPR RI

SELASA, 28 OKTOBER 2008

---

---

1,

----Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Salam sejahtera bagi kita semua. Yth. Saudara Pimpinan DPR RI; Yth. Saudara Anggota DPR RI;

Yth. Sauda.ra Menteri Hukum dan HAM beserta jajarannya yan mewakili Pemerintah;

serta hadirin yang berbahagia.

Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT atas limpahan rahmat

dan hidayah-Nya, sehingga pada hari ini kita dapat menghadiri R~pat

Paripurna dalam keadaan sehat wal afiat.

Pertama-tama perkenankanlah kami selaku Ketua Panita Khusus RUU tentang Penghapusan Diskriminasi Ras dan Etnis yang telah m ndapat tugas DPR RI untuk membahas RUU ini, mengucapkan rasa syukur karena pada akhirnya pembahasan RUU i.ni telah berhasil disel saikan untuk selanjutnya diambil keputusan bersama dalam Rapat P ripurna Dewan sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 138 Peraturan Tat Tertib DPRRI.

Pimpinan, Anggota Dewan, Menteri Hukum dan HAM RI, serta Hadirin yang berbahagia.

Pada dasarnya, setiap manusia adalah sama di hadapan Tuha Yang Maha Esa dalam martabat, derajat, hak dan kewajibannya. Bahwa manusia diciptakan dalam kel·ompok ras atau etnis yang berbed -beda

merupakan hak absolut dan terting1gi dari Tuhan Yang Mah Esa.

Manusia tidak akan dapat memilih untuk dilahirkan sebagai bagi n dari

ARSIP

DAN

(3)

ras atau etnis tertentu. Adanya perbedaan ras dan etnis tidak berarti terdapat perbedaan hak dan kewajiban anta.r kelompok ras da etnis dalam masyarakat dan negara.

Indonesia adalah negara yang mempunyai : keragaman yang tinggi ditinjau dari aspek biologi geografi sosiologi kultural. Di Ind nesia, pluralitas masyarakat sangat menonjol, bukan saja terke ompok berdasarkan ras dan agama tetapi juga dalal(ll kelompok etnis. ondisi masyarakat Indonesia, yang berdimensi majemuk dalam berbag i sendi kehidupan seperti budaya, agama, ras dan etpis, sangatlah ber otensi menimbulkan konflik.

Pancasila sebagai falsafah dan pandangan hidup bangsa sebagai hukum

dasar yang menjunjung tinggi harkat dan 1 martabat manusi telah

tercermin terutama dalam sila kedua, kemanusiaan yang a ii dan beradab. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 memberikan jaminan perlindungan hak asasi manusia terhadap warga negara. Di samping itu, Indonesia merupakan 'negara yang men unjung

tinggi Hak Asasi Manusia karena tela~ meratifikasi K nvensi

lnternasional tentang Penghapusan terhadap Segala Bentuk Disk iminasi

I

Rasial dengan Undang-Undang Nomor ~~ Tahun 1999 entang

I

Pengesahan International Convention on The Elimination of All ~ rms of

Racial Discrimination 1965) (Penghapusan . terhadap Segala Bentuk

Diskriminasi Rasial). Dengan meratifikasi konvensi tersebut, maka secara

defacto dan dejure negara Indonesia secara resmi mengikat an diri

terhadap isi konvensi tersebut. Dengan demikian Pemerintah R publik Indonesia berkewajiban untuk melaksanakar;t isi konvensi t rsebut, diantaranya adalah dengan mengimplementasikannya dalam hukum nasional melalui pembentukan Rancangan : Undang-Undang entang

I

Penghapusan Diskriminasi Ras dan Etnis. Rancangan Undang- ndang tentang Penghapusan Diskriminas:i Ras dan Etnis pada hak katnya merupakan manifestasi dari keseriusan DPR ·RI dalam melaks nakan

I

pembangunan hukum nasional melalui pem~entukan undang- ndang

. i baru. i I

ARSIP

DAN

DOKUMENTASI

(4)

Pimpinan, Anggota Dewan, Menteri Hukum dan HAM RI, serta Hadirin yang berbahagia.

Untuk melaksanakan perintah dan amanat UUD Negara RI tersebut, dilihat dari aspek politik legislasi, maka pembentukan undang- ndang

yang mengatur mengenai Penghapusan Diskriminasi Ras da Etnis

menjadi satu program kegiatan yang harus dilakukan. Sebenarny , pada

masa keanggotaan Dewan

1999-2004,

embrio penyusunan R U ini

sudah mulai dilakukan. Beberapa Anggota Dewan pada saat it , telah menyepakati untuk mengajukan sebagai RUU Usul lnisitif. Namun upaya tersebut terhenti di tengah jalan, oleh karena adanya per antian

kekuasaan di tahun

2004:

lni berarti proses pengajuan RUU harus

dimulai dari awal lagi. Namun dengan semangat yang tidak ernah padam, sebagian Anggota Dewan mengusulkan kembali s hingga

sehingga tepat pada tanggal 7 September.

2005,

RUU ini d setujui

menjadi RUU Usul lnisiatif DPR RI. Semangat yang sama juga terlihat ketika Pansus berusaha untuk mengambil momentum peringatan

Sumpah Pemuda yang kebetulan jatuh pada hari ini,

28

Oktobe

2008.

Hal ini berarti semangat untuk menjadi satu: Satu Nusa, Satu angsa

dan Satu Bahasa yang digelorakan

80

tahun yang lalu, kemb Ii kita

kobarkan lagi hari ini dengan semangat "Penghapusan Diskrimin si Ras dan Etnis".

Sementara itu, guna melakukan pendalaman dan penyemp rnaan

substansi RUU, maka Pansus mengadakan Rapat engar

Pendapat/Rapat Dengar Pendapat Umum. Beberapa pihak yang masukan diantaranya Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (K

HAM), beberapa Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yaitu: L mbaga Studi Advokasi Masyarakat (ELSAM), Solidatitas Nusa Bangsa (SNB), Paguyuban Yong Ding, Aliansi Pelangi Antar Bangsa, Majelis Tinggi

Agama Konghucu Indonesia (MATAKIN); Pakar Hukum ( oebby

Lukman, Satya Arinanto, HS. Dillon); Pakar Sosiologi (Melly G Tan); Lembaga Keagamaan yang terdiri dari: Persatuan Gereja-Ge eja Di Indonesia (PGI), Konferensi Wali Gereja Indonesia (KWI), Majelis Ulama

Indonesia (MUI), Parisada Hindu Dharma, Walubi; Org nisasi

Masyarakat (PBNU); dan Perguruan Tinggi Negeri antar lain:

ARSIP

DAN

(5)

Universitas Indonesia dan lnstitut Teknologi Ba~dung. Selain itu, fansus

juga melakukan kunjungan kerja ke em pat (4) provinsi untuk

mel~kukan

konsultasi publik yaitu Kalimantan Baral, Riau, Jawa Tengah

da~

Jawa

T

1mur. I

I

Pimpinan, Anggota Dewan, Menteri Hukum dan HAM RI, serta

' '

Hadirin yang berbahagia. I

Pembahasan RUU dalam Pembicaraan Tingkat I bersama

fl

engan

Pemerintah dilakukan sebanyak 9 (sembilan) .kali yaitu pada tan gal 13 dan 27 September 2006, 7 dan 15 Februari 2007, dilanjutkan pad bulan Juni 2007 yaitu tanggal 7, 14, 21 dan 28 serta tanggal 5 Jul 2007. Selanjutnya memasuki pembahasan di tingkat Panja, yang dimul i pada tanggal 14 Mei 2007, yang kemudian dilanjutkan pada tanggal 13, 20, 21 dan 22 September 2007. Pembahasan di tingkat Panja kemudian erhenti

selama 1 tahun karena tidak menemui kepakatan mengenJii Bab

Ketentuan Pidana. I

Deadlock pembahasan mengenai Ketentuan Pidana disebabkan karena

belum adanya kesepakatan terhadap penggunaan pidana m'nimum khusus kepada pelaku tindak pidana diskriminasi ras dan etnis. Sebagaimana kita ketahui, pidana minimum khusus hanya di erikan terhadap serious crime (kejahatan serius) yang menimbulkan e k dan dampak kerugian yang luar biasa dalam masyarakat seperti tindak pidana terorisme, penyalahgunaan narkotika, dan tindak pidana

pencucian uang. Akhirnya setelah melalui perdebatan yang anjang

serta mendengarkan masukan dari ahli hukum pidana Prof. Dr. Ha kristuti Harkrisnowo, disepakati bahwa pemidanaan bagi pelaku tindak pidana diskriminasi ras dan etnis bukan termasuk pidana minimum husus. Hanya saja untuk memberikan efek jera dan jug a dalam upaya p ventif,

pemidanaan diskriminasi ras dan etnis dise~uaikan dengan ke entuan

KUHP, dengan ditambah pemberatan 1/3 kepada pelaku. engan

disetujuinya Bab tentang Ketentuan Pidana maka praktis tid k ada kendala yang berarti dalam pembahasan-pembahasan selanjutny .

I

ARSIP

DAN

(6)

Pimpinan, Anggota Dewan, Menteri Hukum dan HAM RI, serta Hadirin yang berbahagia.

Mekanisme pembahasan atas RUU tentang Penghapusan Disk iminasi Ras dan Etnis dapat kami laporkan dilakukan sesuai dengan ke entuan Peraturan Tata Tertib dan mekanisme yang telah lazim digunak n dan disepakati antara Pansus dengan Pemerintah. Keseluruhan pemb hasan DIM dan perumusan RUU berjalan baik. Diskusi atau pembicaraa dalam Pleno Pansus, Rapat Panja, Rapat Tim Perumus baik antar nggota maupun dengan Pemerintah berjalan dalam suasana demokratis, kendati demikian kadang-kadang terjadi perdebatan. Namun hal seperti it bukan dimaksudkan untuk merintangi, akan tetapi justru hal sep rti itu mencerminkan adanya keinginan untuk merumuskan dan mel takkan norma dalam RUU secara proporsional dan tepat serta lebih ber ualitas. Pansus bersama Pemerintah senantiasa menghindari adanya r musan yang dapat merugikan hak konstitusional yang pada gilirannyj dapat

menimbulkan permohonan judicial review di kemudian hari. I

I

Untuk memahami secara garis besar materi RUU, ijinka I kami

melaporkan beberapa materi pokok RUU dan pembahasan dan diskusi yang mendalam.

1. Berkaitan dengan Perubahan judul RUU yang pada awalnya

RUU tentang Anti Diskriminasi menjadi RUU tentang Pengh pusan Dikriminasi Ras dan Etnis adalah bahwa kata "anti" meng ndung

makna hanya berupa gagasan yang tidak ada action atau ti dakan

nyata untuk menghapuskan tindakan diskriminasi. Sementara makna anti diskriminasi menunjukkan bahwa RUU ini melarang segala bentuk perbuatan diskriminasi yang tentu saja tidak terukur bata annya. Sementara yang ingin diatur dalam RUU ini adalah terbatas p da ras

dan etnis. u

Kata "penghapusan" mengandung makna bahwa ada suat tindak lanjut atau tindakan nyata untuk menghapuskan tindakan diskrlminasi. Judul RUU tentang Penghapusan Diskminasi Ras dan Etn!s lebih

I

ARSIP

DAN

(7)

memiliki makna positif dibandingkan dengan RUU Anti Diskrimininasi. RUU ini dimaksudkan untuk mempertegas ko itmen bangsa Indonesia dalam penegakkan dan penghormatan t rhadap nilai-nilai dasar kemanusiaan sebagaimana tersurat dan tersira dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 194 .

2. Dalam definisi etnis pada Ketentuan Umum, kata "agama" dihil ngkan karena agama bersifat universal yang berbeda dengan pengg longan manusia berdasarkan kepercayaan, nilai, kebiasaan dan seba ainya. Agama bukan merupakan bagian dari kebudayaan, adat istia at dan tidak bisa dinilai. Agama tidak dapat dijadikan dasar pengg longan manusia berdasarkan etnis. Jika kata "agama" tetap dican umkan dalam RUU ini, dikhawatirkan akan menimbulkan perdebata yang

I

tiada akhir.

3. Definisi Ras. Terjadi perubahan ke arah yang lebih pasti secara hukum. Jika pada pada draft awal, pengertian ras terkait engan penggolongan manusia berdasarkan "ciri-ciri fisik", maka untuk melengkapi serta menambah kepastian hukum ditambah engan "garis keturunan". Ketentuan ini juga dimaksudkan agar tidak terjadi tumpang tindih dengan definisi "etnis" yang juga diatur dalam

Ketentuan Umum. . I

4. Kebebasan "hakiki" merupakan kebebasan yang tanpa bat s. Hal tersebut bertentangan dengan nilai-nilai yang terkandung dala UUD Negara RI Tahun 1945. Dalam Pasal 28J dinyatakan bahwa dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang engan maksud semata-mata untuk menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain dan untuk memenuhi turitutan yang adil sesuai dengan pertimbangan moral, nilai-nilai agama, keamanan, dan ketertiban umum dalam .suatu masyarakat demokratis. Kebebasan dalam kehidupan berban sa dan bernegara bukan tanpa batas, karena itu kebebasan dib lehkan sepanjang tidak mengganggu kerukunan nasional, ketentram n dan ketertiban serta tidak melanggar undang-undang.

ARSIP

DAN

(8)

5. Terdapat perbedaan pendapat dari fraksi-fraksi ngenai pemidanaan, khususnya yang terkait apakah RUU ini nantin a akan menggunakan Pidana Minimum Khusus atau Pidana Maksimal. Untuk

mengakomodir beberapa substansi terkait Pidana Minimum usus,

akhirnya disepakati untuk memberikan pidana tambahan yaitu pidana

pemberatan sebesar 1/3 (sepertiga) untuk setiap pidan yang

sebenarnya sudah diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP). Pidana Pemberatan ini dimaksudkan agar memberik n efek jera kepada pelaku tindak pidana. ras dan etnis.

6. Selain pemberatan pidana, juga diatur mengenai pidana ta

berupa restitusi atau pemulihan hak korban diskriminasi ras da etnis. Sementara itu jika pelaku pidana adalah korporasi ma:ka pida a yang dijatuhkan adalah pidana denda, dimana pidana dendanya dip rberat dengan pemberatan 3 kali dari pidana denda yang dilakuk n oleh perseorangan. Selain itu, korporasi juga dapat dikenakan pidana tambahan berupa pencabutan izin usaha dan pencabutan status badan hukum.

7. Dalam Ketentuan Penutup ditambah penjelasan pasal m ngenai beberapa peraturan perundang-undangan yang terkait denga tindak pidana diskriminasi ras dan etnis. Pencantuman ini dimaksudk n agar

penegak hukum memahami sepenuhnya kaitan RUU ini engan

Undang-Undang yang telah ada sebelumnya.

Sistematika akhir RUU ini terdiri dari 9 Bab dan 23 Pasal Hasil selengkapnya atas rumusan RUU ini dapat dilihat pada bahan ya g telah dibagikan kepada Anggota Dewan dan Pemerintah.

Pimpinan, Anggota Dewan, Menteri Hukum dan HAM RI, serta Hadirin yang berbahagia.

Akhirnya, pada tanggal 27 Oktober 2008, Pansus DPR RI b rsama dengan Menteri Hukum dan HAM memutuskan "menyetujui' RUU tentang Penghapusan Diskriminasi Ras dan Etnis untuk diteruska pada Pembicaraan Tingkat II dalam Rapat Paripurna untuk peng mbilan keputusan.

ARSIP

DAN

(9)

Sebelum saya mengakhiri laporan ini, perkenankan saya atas nama Pimpinan Pansus menyampaikan terima kasih khususnya kepad para

Anggota Pansus dan juga kepada Pemerintah yang diwakili oleh enteri

Hukum dan HAM beserta seluruh jajarannya atas perhatian dan

ketulusan serta kerjasamanya dalam menjalankan tugas

membah~s

RUU

ini, sehingga dapat diselesaikan pada Masa Persidangan Pertara ini.

Tentu saja dengan disetujuinya RUU ini akan menambah prest~si dan

kinerja Dewan dan Pemerintah di bidang legislasi yang saat inil masih terus disorot oleh masyarakat.

Demikian laporan Pansus RUU tentang Penghapusan Diskrimin si Ras dan Etnis. Dengan semangat sumpah pemuda, satu nusa, satu angsa,

dan satu bahasa, kami mohon kepada Rapat Paripurna yang ter~ormat,

untuk mengesahkan RUU tentang Penghapusan Diskriminasi Rbs dan

Etnis menjadi Undang-Undang. Semoga Allah SWT, Tuhan

Yan~

Maha

Esa senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayahNya pada kita kemua. Amin.

Sekian, terima kasih.

Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh ..

Jakarta, 28 Oktober · 200~

PIMPINAN PANSUS

l

RUUTENTANG

PENGHAPUSAN DISKRIMINASI RA DAN

KETUA,

•§--~__,..-~

A-364

ARSIP

DAN

DOKUMENTASI

Referensi

Dokumen terkait

Bandar udara pengumpul dengan skala pelayanan sekunder yaitu bandar udara sebagai salah satu prasarana penunjang pelayanan Pusat Kegiatan Nasional (PKN) yang melayani penumpang

UJIAN SEKOLAH/MADRASAH TAHUN PELAJARAN 2014/2015 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN

Lapisan pasivasi pada permukaan logam adalah suatu lapisan oksida tipis yang terbentuk pada bermacam-macam tingkat derajat (tergantung pada besar kecilnya tenaga

Kondisi budaya-budaya di parigi moutong khususnya Rumah Adat harus mendapat perhatian dari pemerintah daerah karena kondisi Rumah Adat di beberapa kecamatan

PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RESORT DI KAYU ARO KERINCI UNIVERSITAS SRIWIJAYA | FAKULTAS TEKNIK | PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR. UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Standar dan ukuran jalur sirkulasi yang akan dirancang adalah jalur pedestrian dengan lebar 1,8 meter yang ditujukan untuk dua orang pengguna kursi roda dari dua arah (Lampiran

IMAGE (CITRA QUICKBIRD) PENGAMATAN GCP MENGGUNAKAN GPS PENENTUAN TITIK SEKUTU PETA PENDAFTARAN TRANSFORMASI METODE AFFINE PETA DASAR PETA PENDAFTARAN SCANNING PETA DIJITASI