• Tidak ada hasil yang ditemukan

BIDANG ARSIP DAN MUSEUM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BIDANG ARSIP DAN MUSEUM"

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

RISALAH RAPAT

PANITIA KHUSUS

RANCANGAN UNDANG-UNDANG

TENTANG

PEMERINTAHAN DAERAH

JENIS RAPAT : RAKER I

TANGGAL: 2 APRIL 2012

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT

REPUBLIK INDONESIA

(2)

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RISALAH RAPAT PANITIA KHUSUSI RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

Tahun Sidang Masa Persidangan Sifat Jenis Rapat Hari / Tanggal Waktu Tempat Ketua Rapat Sekretaris Rapat Acara Hadir : : : : : : : : : : : 2011-2012 III Terbuka Rapat Kerja I Senin, 2 April 2012 Pukul 11.00 - 14. 00 WIB

Ruang Pansus B, Nusantara II DPR RI

KHATIBUL UMAM WIRANU, SH, M.Hum MINARNI,SH

1. Keterangan pemerintah terhadap RUU tentang Pemerintahan Daerah; 2. Pandangan fraksi-fraksi DPR RI terhadap RUU tentang Pemerintahan

Daerah atas keterangan Pemerintah;

3. Pandangan DPD RI terhadap RUU tentang Pemerintahan Daerah atas keterangan Pemerintah;

4. Pengesahan jadwal acara dan mekanisme kerja Pansus.

PIMPINAN

1. Drs. H. Akhmad Muqowam

2. Khatibul Umam Wiranu, SH, M.Hum 3. Drs. H. Ibnu Munzir

4. Budiman Sudjatmiko

Anggota Pansus RUU tentang Pemerintahan Daerah & Desa : Fraksi Partai Demokrat:

5. H. Darizal Basir

6. Drs. H. Abdul Gaffar Patappe 7. Drs. Ramadhan Pohan

8. Ir. Nanang Samodra, KA, M. Sc. 9. H. Subyakto, SH, MH.

10. Drs. Eddy Sadeli

Fraksi Partai Golongan Karya:

11. Nurul Arifin, S.IP, M.Si 12. Drs. Taufiq Hidayat, M.Si 13. H. Hardisoesilo

14. Ir. Ali Wongso Halomoan Sinaga 15. Ir. Bambang Sutrisno

Fraksi Partai Demokrasi Perjuangan Indonesia:

1

(3)

16. Arif Wibowo 17. Nursuhud

Fraksi Partai Keadilan Sejahtera:

18. Hermanto, SE, MM 19. H. Yan Herizal

20. Ir. Abdul Aziz Suseno, MT.

Fraksi Partai Amanat Nasional:

21. Drs. H. Rusli Ridwan, M.Si

Fraksi Partai Persatuan Pembangunan:

22. DR. A.W. Thalib, M.Si

Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa :

23. H. Bahrudin Nasori, SSI, MM. 24. H. Abdul Malik Haramain, MSi.

Fraksi Partai Gerakan Indonesia Raya:

25. Hj. Mestariyani Habie, SH.

Fraksi Partai Hati Nurani Rakyat: -

Undangan Pemerintah :

1. Menteri Dalam Negeri 2. Menteri Keuangan

3. Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara & Reformasi Birokrasi 4. Menteri Hukum dan HAM

5. Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala BAPPENAS 6. DPD RI

2

(4)

JALANNYA RAPAT:

KETUA RAPAT (KHATIBUL UMAM WIRANU, SH, M.Hum):

Sebelumnya, saya informasikan, kami informasikan bahwa Saudara Ketua Pansus RUU Pemda Saudara Totok Daryanto izin karena beliau masih sakit di Jogjakarta. Sesuai dengan mekanisme, maka salah satu Pimpinan untuk memimpin rapat pengantar RUU tentang Pemerintah Daerah.

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Salam sejahtera bagi kita semua.

Yang terhormat para Pimpinan dan Anggota Pansus RUU tentang Pemerintahan Daerah; Yang terhormat Saudara Menteri Dalam Negeri beserta jajarannya;

Yang terhormat Saudara Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi beserta jajarannya;

Yang terhormat Saudara Menteri Hukum dan HAM atau yang mewakilinya, Saudara Dirjen Hukum; Yang terhormat Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional atau yang mewakilinya beserta para jajarannya.

Teman-teman Anggota DPD RI sayang belum hadir sudah hadir ya? Serta hadirin yang berbahagia.

Puji syukur kehadirat Allah SWT kita panjatkan atas perkenan-Nya kepada kita semua, sehingga pada pagi hari ini kita dapat menghadiri rapat kerja dalam rangka melaksanakan tugas konstitusional kita dibidang legislasi. Menurut laporan secretariat pada hari ini telah hadir 16 Anggota dari 30 Anggota Pansus dari 6 fraksi. Yang belum hadir Fraksi PKB, Fraksi Gerindra dan Fraksi Hanura, maka kourum sudah sesuai dengan Pasal 245 ayat (1) Peraturan DPR RI tentang Tata Tertib telah terpenuhi. Untuk itu, dengan seizing Saudara-saudara sekalian, rapat kerja dibuka dan dinyatakan terbuka untuk umum.

KETOK PALU SATU KALI

Pertama-tama, kami ucapkan terima kasih kepada para Menteri atau yang mewakilinya yang telah bersedia memenuhi undangan kami Panitia Khusus Rancangan Undang-Undang tentang Pemerintahan Daerah dalam rapat kerja pada hari ini. sebelumnya kami lanjutkan rapat, sebelum kami lanjutkan rapat, perkenalkan kami menawarkan acara rapat pada hari ini sebagai berikut:

1. Penjelasan pemerintah terhadap Rancangan Undang-Undang Pemda;

2. Pandangan fraksi-fraksi. Dalam hal ini pandangan fraksi-fraksi yang dimaksud adalah sekedar secara formal menerima pandangan pemerintah untuk kemudian dibahas di fraksinya masing-masing;

3. Pandangan Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia terhadap Rancangan Undang-Undang Pemda ini dan yang;

4. Pengesahan jadual acara dan mekanisme kerja.

Rapat hari ini akan berlangsung sampai pukul sejogjanya pukul 11.00, tetapi karena sudah mundur 45 menit, maka pukul 11.45 menit, namun jika ada hal-hal yang perlu didiskusikan rapat bisa saja kita sepakati untuk diperpanjang. Dari 4 agenda ini, apakah bisa kita sepakati Bapak-bapak dan Ibu-ibu?

KOMITE I DPD RI (I WAYAN SUDIRTA):

Pimpinan, dari DPD.

KETUA RAPAT:

Ya silakan.

3

(5)

KOMITE I DPD RI (I WAYAN SUDIRTA): Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Salam sejahtera buat kita semua.

Om Swastiastu.

Terima kasih undangan yang sangat berharga ini, sehingga DPD dapat hadir di sini. Dari empat agenda yang ada bagus-bagus semua terutama yang terakhir pengesahan jadual acara dan mekanisme kerja Pansus. Jika Pimpinan dan para Anggota Pansus tidak keberatan, mohon kiranya kami diberikan rancangan jadual terlebih dahulu, sehingga begitu sampai pada acara yang ke-4 dimana harus ada pengesahan, kami bisa berkontribusi agar kita bisa kerja maksimal bersama-sama begitu. Sekali lagi mohon rancangan jadual ini bisa dibagikan kepada kami.

Terima kasih.

KETUA RAPAT:

Pak Wayan terima kasih.

Segera sekretariat akan membagikan kepada Bapak-bapak, mohon maaf agak terlambat pembagiannya. Jadi empat agenda yang saya bacakan tadi sudah bisa disetujui Pak ya? Terima kasih.

KETOK PALU SATU KALI

Yang terhormat Saudara Menteri dan Anggota Pansus yang hadir pada kesempatan pagi hari ini.

Sebagaimana kita ketahui, Presiden Republik Indonesia telah menyampaikan Rancangan Undang-Undang tentang Pemerintahan Daerah kepada DPR RI dengan surat Presiden Nomor R11/Pres/01/2012 pada tanggal 24 Januari 2012. Selanjutnya berdasarkan keputusan rapat Badan musyawarah DPR RI tanggal 9 Februari 2012 dan keputusan Rapat Paripurna DPR RI pada 28 Februari 2012 dibentuklah Pansus DPR RI mengenai RUU tentang Pemerintahan Daerah dan RUU tentang Desa dengan keputusan DPR RI Nomor 06/DPR RI/3/2011-2012 tanggal 28 Februari 2012.

Dalam rapat kerja hari ini, Pansus meminta kepada pemerintah untuk menyampaikan penjelasan pemerintah terhadap Rancangan Undang-Undang tentang Pemerintahan Daerah. Kepada Bapak Menteri Dalam Negeri, sebagai Wakil Presiden Republik Indonesia yang hadir pada rapat ini, kami persilakan.

MENTERI DALAM NEGERI (GAMAWAN FAUZI): Bismillahirrahmannirrahim,

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Yang saya hormati Bapak Ketua dan para Pimpinan beserta Anggota Panja yang terhormat. Yang saya hormati Bapak Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi; Yang saya hormati para Menteri atau yang mewakili;

Yang saya hormati Ketua PAH I DPD Komite I maaf Komite Indonesia DPD RI beserta segenap Anggota khususnya;

Para pejabat dari lintas kementrian,

Bapak-bapak, Ibu-ibu, hadirin dan hadirot sekalian yang berbahagia.

Segala puji dan syukur mari kita persembahkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa atas rahmat dan karunia-Nya kita dapat semua hadir di sini untuk mengikuti rapat kerja Pansus Rancangan Undang-Undang tentang Pemerintahan Daerah.

4

(6)

Kebijakan desentralisasi dengan memberikan otonomi seluas-luasnja kepada daerah untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dalam kerangka negara kesatuan Republik Indonesia merupakan salah satu agenda reformasi yang telah diformulasikan dalam amandemen kedua Undang-Undang Dasar Tahun 1945. Ada dua tujuan utama yang ingin dicapai melalui kebijakan desentralisasi. Pertama adalah tujuan kesejahteraan yaitu menjadikan pemerintah daerah sebagai instrument untuk meningkatkan kesejahteraan di tingkat lokal melalui pemberian pelayanan publik dan menicptakan daya saing daerah yang pada gilirannja akan menyumbang kepada kesejahteraan nasional. Kedua adalah tujuan politik, yaitu pemerintah daerah akan menjadi instrument pendidikan politik di tingkat lokal yang kalau berhasil akan menyumbang kepada pendidikan politik nasional untuk mendukung proses demokratisasi dalam mewujudkan masyarakat madani. (civil society).

Sejak reformasi, kita telah dua kali membentuk Undang-Undang tentang PEmerintahan Daerah yaitu Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 yang telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 yang dibentuk pada awal reformasi dilandasi oleh semangat merubah paradigm penyelenggaraan pemerintahan daerah dari yang selama masa pemerintahan Orde Baru sangat didominasi oleh pendekatan sentralistik menuju kepada pemerintahan daerah yang desentralistik sebgai salah satu agenda utama dari reformasi.

Perubahan paradigma pemerintahan daerah yang sangat radikal tersebut pada satu sisi berhasil mengurang iperan Pemerintah Pusat yang sangat dominan selama berlakunja Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan di Daerah. Salah satu perubahan yang fenomenal adalah dilakukannya pengailhan urusan pemerintahan yang sbelumnya menjadi kewenangan Pemerintah Pusat menjadi kewenangan daerah.

Konsekuensi logis yang terjadi daeri pengalihan kewenangan tersebut adalah berubahnya kelembagaan dengan dibubarkannja kanwil dan kandep digabung kedalam dinas daerah, beralihnya personil, pembiayaan serta sarana dan prasarana pemerintahan dan juga dokumen yang dikenal dengan istilah pengalihan P3D, namun pada sisi lain perubahan paradigma pemeritahan secara radikal tersebut juga menyebabkan terjadinja gejolak khususnya yang terkait dengan perailhan kewenangan tersebut. Banyak peraturan undangan sektor yang belum disesuaikan dengan peraturan perundang-undangan otonomi daerah. Akibatnya terjadi tarik-menarik kewenangan antara pusat dengan daerah dan bahkan antar daerah sendiri. Kondisi tersebut menyebabkan terjadinya instabilitas nasional yang pada akhirnya melahirkan keputusan politik untuk melakukan perubahan terhadap Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tersebut.

Perubahan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 menjadi Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 melahirkan beberapa perubahan yang signifikan yang pada dasarnya ditujukan untuk meredakan konflik kewenangan antara pusat dengan daerah dan juga ketegangan yang timbul antara hubungan Kepala Daerah dengan DPRD yang sangat diwarnai oleh nuansa “legislative heavy”. Nuansa ini dapat terlihat khususnja terkait dengan laporan pertanggungjawaban Kepala daerah kepada DPRD yang sering dijadikan instrument untuk melakukan ancaman impeachment terhadap Kepala daerah yang sering kemudian diakhiri dengan berbagai kompromi politik yang kurang ada kaitannya dengan peningkatan kinerja Kepala daerah.

Dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, mulai ditata pembagian urusan pemerintahan yang semakin jelas antara Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Provinsi dan pemerintaha kabupaten/kota. Kalau Undang-Undang Nomor 22 Tahun 19999 menerapkan konsep urusan residu (residual functions) untuk kabupaten/kota dengan mengatur hanya urusan-urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi, maka Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 menerapkan konsep urusan konkuren (concurrent functions) antara pusat, provinsi dan kabupaten/kota. Setiap urusan dibagi berdasarkan tiga kriteria yaitu eksternalitas, akuntabilitas dan efisiensi. Penerapan ketiga kriteria tersebut melahirkan pembagian urusan yang jelas antara pusat, provinsi dan kabupaten/kota.

5

(7)

Ada 31 (tiga puluh satu) urusan pemerintahan yang diserahkan ke daerah otonom provinsi dan kabupaten/kota yang bersifat konkruen. Dengan pembagian berdasarkan ketiga kriteria tersebut, maka pemerintah pusat mempunyai kewenangan urusan pemerintahan yang berskala nasional atau lintas provinsi, sedangkan pemerintah provinsi mempunyai kewenangan menangani urusan pemerintahan yang berskala provinsi atau lintas kabupaten/kota dan pemerintah kabupaten/kota mempunyai kewenangan atas urusan pemerihtahan yang berskala kabupaten/lota atas ke 31 (tiga puluh satu) urusan pemerintahan yang bersifat konkruen tersebut.

Perubahan signifikan lainnya dalam koridor Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 adalah diterapkannya pemilihan langsung oleh rakyat terhadap pemilihan kepala daerah baik provinsi maupun kabupaten/kota. Beralihnya pemilihan kepala daerah dari dipilih melalui DPRD sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 menjadi dipilih langsung rakyat menyebabkan beralihnya pertanggungjawaban kepala daerah dari tadinya kepada DPRD menjadi kepada daerah.

Konsep Laporan Pertanggung Jawaban (LPJ) kepada DPRD menjadi konsep Laporan Keterangan Pertanggung Jawaban (LKPJ) kepada DPRD. LKPJ bukan sebagai instrumen untuk melakukan

impeachment, tetapi lebih berfungsi sebagai “progress report” kepala daerah kepada DPRD dalam

menyelenggaraakn pemerintahan daerah. LKPJ tersebut merupakan laporan kepala daerah kepada DPRD sebagai mitra kerjanja mengenai pelaksanaan kebijakan yang telah disepakati oleh Kepala Daerah dengan DPRD dalam setahun melalui laporan tersebut diharapkan adanya rekomendasi daeri DPRD untuk perbaikan kinerja pemerintah daerah di tahun mendatang, sedangkan proses impeachment tetap dapat dilakukan DPRD melalu instrument interpelasi dan angket yang kemudian bermuara pada pernyataan pendapat. Mekanisme LKPJ tersebut telah mengurangi secara signifikan gejolak yang terjadi di daerah khususnya akibat ketegangan hubungan antara kepala daerah dengan DPRD.

Selama pelaksanaan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 secara empiric masih dirasakan adanya beberapa permasalahan yang kalau dibiarkan akan mengganggu efektifitas penyelenggaraan pemerintahan daerah, meskipun pendidikan plitik sebagai salah satu tujuan yang ingin dicapai dalam kebijakan desentralisasi telah menunjukkan hasil yang relative menggembirakan, namun belum diimbangi dengan capaian yang memadai dalam aspek peningkatan kesejahteraan di tingkat lokal. Bagian hulu dari kesejahteraan adalah urusan pemerintahan yang menjadi domain kewenangan Pemerintah daerah. Muara dari urusan pemerintahan tersebut adalah pelayanan publik. Ada dua varian dari pelayanan publik yang dihasilkan oleh Pemerintah daerah penyediaan barang-barang untuk kebutuhan publik (publik goods) seperti jalan, jembatan, pasar, terminal, rumah sakit dan lain-lainnya dan kedua adalah pengaturan-pengaturan publik (publik regulations) yang dikemas dalam bentuk perturan daerah seperti Perda Izin Mendirikan Bangunan, Perda Kependudukan, Perda Pajak dan Retribusi Daerah dan lain-lainnya.

Penyediaan barang-barang publik dan pengaturan-pengaturan publik sejatinya adlah hasil akhir (end products) dari kinerja Pemerintah Daerah. Setelah lebih dari satu decade paska reformasi, pelaksanaan otonomi daerah masih memerlukan pembenahaan dalam penyediaan pelyanan publik khususnya yang terkait dengan penyediaan pelayanan dasar yang masih belum menunjukkan pencapaian yang signifikan dari standar pelayanan minimal (SPM). Kalau kita lihat dari sisi kewenangan, maka ketiga indikator utama pembentuk indeks pembangunan manusia sebagai elemen dasar kesejahteraan masyarakat adalah menjadi domain kewenangan daerah khususnya kabupaten dan kota, demikian juga mengenai pencapaian MDGs. Hampir semua indikator MDGs menjadi kewenangan daerah juga, namun tidak begitu optimistis untuk dapat mencapai MDGs pada tahun 2015. Data empiric menunjukan kepada kita bahwa pencapaian dari aspek politik tidak simentris dengan pencapaian dalam aspek kesejahteraan.

Ini juga berarti bahwa pembangunan politik kurang diikuti dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Hiruk-pikuk yang terjadi pada sisi politik di tingkat lokal kurang menghasilkan perubahan yang signifikan terhadap kesejahteraan masyarakat daerah. Kalau hal tersebut dibiarkan terus akan mengakibatkan persepsi buruk masyarakat terhadap otonomi daerah. Berbagai tudingan negative masyarakat telah dialamatkan kepada otonomi daerah seperti munculnya istilah raja-raja kecil, desentralisasi korupsi, pecah kongsi kepala daerah dengan wakil kepala daerah, masalah hukum yang menimpa kepala daerah dan wakil kepala daerah, politisasi birokrasi, politik dinasti dan lain-lainnya,

6

(8)

sedangkan cita-cita reformasi adalah bagaimna mengembalikan kedaultan rakyat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara diantaranya melalui otonimi daerah dan menjadikan otonomi daerah sebagain instrument untuk meningkatkan kesejahteraan dan memajukan pendidikan politik.

Revisi Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 ini merupakan momentum bersejarah bagi kita untuk meluruskan cita-cita reformasi yaitu melalui demokrasi menuju kesejahteraan bangsa. Kedaulatan rakyatyang diwujudkan melalui kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah harus mampu memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kesejahteraan rakyat dan bukan bersifat elitis dan ekslusif yang hanya menguntungkan elit penguasa lokal.ang-Undang tentang Desa dan Undang-Undang tentang Pilkada. Diharapkan melalui pemecahan Undang-Undang Pemerintahan Daerah kedalam tiga undang-undang tersebut akan memberikan ruang pengaturan yang lebih rinci dan komprehensif dari masing-masing isu tersebut, sehingga memberikan kontribusi pada kelancaran jalannya roda pemerintahan daerah secara keseluruhan.

ISU-ISU STRATEGIS YANG MENJADI SUBSTANSI REVISI UU 32 TAHUN 2004. Pimpinan dan Anggota Pansus RUU tentang Pemerintahan Daerah yang terhormat,

Sebelum memasuki substansi perubahan pada bagian awal dari Rancangan Undang-Undang tentan Pemerintahan Daerah ini akan memuat pengaturan mengenai hubungan pemerintah pusat dengan pemerintah daerah. Hal ini dimaksudkan sebagai penyamaan persepsi bahwa kita berotonomi di Negara kesatuan republik Indonesia dengan segala konsekuensinya. Rujukan utama yang dipakai adalah tetap ketentuan-ketentuan dalam konstitusi yaitu Undang-Undang Dasar Tahun 1945. Pemerintah menganggap penting pengaturan ini untuk menghindari berbagai silang pendapt karena interpretasi yang berbeda-beda khususnya menyikapi hubungan pemerintah pusat dengan pemerintah daerah.

Ciri utama otonomi daerah dalam konteks Negara kesatuan adalah adanya hubungan hirarki antara pusat dengan daerah. Daerah otonom dibentuk oleh pusat dan bahkan dapat dihapus, apabila tidak mampu melaksanakan otonominya. Sumber kewenangan daerah adalah berasal dari pemrintah pusat dan tanggung jawab pemerintahan ada ditangan Presiden sebagai pemegang kekuasaan pemerintahan sebagaimana secara eksplisit dinyatakan dalam Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Tahun 1945.

Kebijakan desentralisasi di negara kesatuan berawal dari adanya pembentukan daerah otonom dan penyerahan urusan pemerintahan dari pemerintah pusat kepada pemeirntah daerah. Berbeda dengan konsep negara federasi, dimana daerah atau state yang muncul terlebih dahulu dan kemudian state tersebut yang membentuk negara federasi. Konsekuensinya dalam konteks kekuasaan pemerintahan adalah kumpulan states tersebut yang bersepakat, kekuasaan pemerintahan apa saja yang akan diserahkan ke pemerintah federal, sebaliknya dalam Negara kesatuan, kekuasaan pemerintahan ada pada pemerintah pusat dan kemudian menetapkan kekuasaan apa saja yang akan diserahkan ke daerah otonom. Makin sentralistik pemerintahan di suatu negara kesatuan umumnya makin sedikit kekuasaan pemerintahan atau urusan pemerintahan yang diserahkan ke daerah, sebaliknya makin desentralistik pemerintah suatu negara, akan makin luas urusan pemerintahan yang diserahkan ke daerah, namun seluas apapun otonomi daerah di Negara kesatuan, tetap tanggung jawab akhir pemerintahan ada ditangan pemerintah pusat.

Secara empiric konsekuensi yang terjadi adalah bahwa makin maju suatu bangsa secara sosial, ekonomi dan politik, makin sedikit daerah diatur-atur oleh pusat. Sebaliknya makin rendah kondisi sosial, ekonomi dan politik suatu bangsa akan banyak aturan yang dibuat pemerintah pusat untuk menyakinkan pemerintah pusat bahwa pemrintah daerah akan melaksanakan otonominya sesuai dengan norma, standar dan prosedur yang ditentukan oleh pemerintah pusat. Dalam konteks Indonesia, pemerintah daerah merupakan sub sistem dari pemerintahan nasional. Oleh karena itu, kemampuan suatu bangsa Indonesia dalam mensejahterakan masyarakatnya akan sangat ditentukan oleh sinerji dan harmonisasi antara kebijakan pusat dengan daerah. Untuk itu, maka sangat diperlukan adanya partisipasi daerah dalam perumusan kebijakan nasional.

7

(9)

Dari sisi substansi perubahan, secara keseluruhan terdapat 22 (dua puluh dua) isu strategis yang terindentifikasi yang memerlukan pemikiran yang mendalam baik pemerintah dan DPR untuk mendiskusikan penyempurnaannya dalam rangka revisi Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004. Ke-22 isu strategis tersebut adalah sebagai berikut:

1. Pembentukan daerah otonom; 2. Pembagian urusan pemerintahan; 3. Daerah berciri kepulauan;

4. Pemilihan kepala daerah;

5. Peran gubernur sebagai wakil pemerintah pusat;

6. Forum komunikasi pimpinan daerah atau musyawarah pimpinan daerah; 7. Perangkat daerah 8. Kecamatan; 9. Aparatur daerah; 10. Peraturan daerah; 11. Pembangunan daerah; 12. Keuangan daerah; 13. Pelayanan publik; 14. Partisipasi masyarakat; 15. Kawasan perkotaan; 16. Kawasan khusus;

17. Kerja sama antar daerah; 18. Desa;

19. Pembinaan dan pengawasan daerah 20. Tindakan hukum terhadap aparatur daerah; 21. Inovasi daerah;

22. DPOD 23.

Khusus untuk isu pemilihan kepala daerah dan isu desa, revisi Undang-Undang 32/2004 hanya memuat pengaturan-pengaturan umum saja yang merupakan pengantar, sedangkan pengaturan lebih lanjut secara rinci masing-masing akan diatur dalam Undang-Undang tentang Pilkada dan Undang-Undang tentang Desa.

Saudara Pimpinan dan Anggota Pansus yang terhormat,

Dari ke-22 (dua puluh dua) isu strategis tersebut ada beberapa perubahan yang sifatnya fundamental, namun ada yang bersifat memberikan pengaturan lebih lanjut yang dimaksudkan untuk menciptakan kejelsan dan ketegasan khususnya dalam pelaksanaan. Disamping itu, terdapat juga isu-isu baru yang diatur untuk memberikan kepastian hukum bagi pemerintah daerah dalam melaksanakan otonominya. Perubahan-perubahan yang memerlukan pengaturan untuk memberikan penjelasan bagi pemerintah daerah dalam pelaksanaan otonominya diantaranya menyangkut isu peran gubernur sebagai wakil pemerintah pusat di daerah kecamatan, Forkompimda, pembangunan daerah, partisipasi masyarakat, pelayanan publik, kerja sama antar daerah , pembinaan dan pengawasan, kawasan perkotaan, kawasan khusus dan DPOD.

Ada beberapa isu baru yang diatur dalam rancangan undang-undang ini yaitu isu mengenai daerah berciri kepulauan, inovasi daerah dan tindakan hukum terhadap aparatur daerah. Isu-isu baru tersebut sengaja dibuat pengaturannya mengingat urgensinya dalam pelaksanaan otonomi daerah. Isu baru terkait tindakan hukum terhadap apratur daerah ini perlu diatur dalam Rancangan Undang-Undang tentang Pemerintahan Daerah karena salah satu fenomena yang mengemuka saat ini adalah adanya keenganan dari pejabat daerah untuk menduduki jabatan sebagai pengelola proyek daerah yang sering dituduh melakukan pelanggaran pidana untuk hal-hal yang sebenarnya kesalahan yang bersifat administratif. Untuk itu, diperlukan adanya kepastian hukum untuk memberikan landasan bertindak untuk pejabat daerah dalam mengelola proyek-proyek pembangunan yang sangat diperlukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat daerah.

8

(10)

Isu baru lainnya yang memerlukan pengaturan baru adalah terkait dengan inovasi daerah. Pada satu sisi kita mengetahui bahwa sulit bagi suatu bangsa untuk maju kalau tidak diikuti dengan terobosan-terobosan pemikiran dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah. Isu universal seperti lahirnya ide

“reinventing government” lahir dari adanya kebutuhan untuk melakukan terobosan-terobosan pemikiran

yang inovatif, namun pada sisi lain pemikiran inovatif tersebut belum ada pengaturannya dalam aturan hukum yang tertulis, akibatnya sering terjadi tindakan-tindakan inovatif tersebut dicap sebagai pelanggaran. Kondisi tersebut menyebabkan keengganan para pejabat kunci di daerah melakukan kegiatan-kegiatan inovatif karena takut disalahkan, akibatnya muncul kecenderungan mencari jalang selamat dengan bekerja apa adanya dan banyak terlibat dalam acara-acara seremonial yang jelas-jelas kurang berkorelasi dengan upaya mensejahterakan rakyat sebagai salah satu tujuan utama kebijakan desentralisasi.

Isu-isu krusial dalam rancangan undang-undang yang memerlukan pemikiran yang mendalam adalah yang terkait dengan perubahan-perubahan yang bersifat fundamental, misalnya isu pembentukan daerah baru yang memerlukan suatu pengayaan pemikiran yang kritis dan strategis, memang disadari bersama bahwa tuntutan pemekaran daerah baru sangat fenomenal akhir-akhir ini yang kemudian bermuara pada kebijakan moratorium.

Dari aspek keuangan, analisis data menunjukkan bahwa kecepatan dari pemekaran dan percepatan penerimaan dalam negeri untuk membiayainya sangat tidak berimbang. Mengingat dalam formula Dana Alokasi Umum (DAU) memposisikan daerah otonom baru sebagai pembagi , maka kalau gejala pembentukan daerah baru tidak dikendalikan secara seksama, maka akan terjadi penurunan DAU bagi daerah-daerah lainnya yang sebagian besar dana dalam APBD-nya sangat tergantung DAU. Secara rata-rata nasional kemampuan PAD kabupaten/kota pada tahun 2010 adalah 8,14%. Ini berarti lebih dari 90% APBD tergantung dari subsidi. Dari 90% subsidi daerah sebesar 72,24% berasal dari DAU. Pendapatan nasional yang dialokasikan untuk DAU adalah 26%. Pada sisi lain tekanan pembentukan daerah baru akan menekan distribusi DAU ke daerah lainnya yang kalau tidak kita kendalikan bersama akan berakibat pada menurunya DAU untuk daerah yang akan bermuara pada gejolak nasional.

Dari aspek penentuan batas wilayah daerah otonom baru juga telah menciptakan komplikasi persoalan lainnya yang tidak kalah rumitnya. Penentuan batas administrasi wilayah yang tidak akurat telah menciptakan konflik antar daerah otonom, ketidakjelasan status administrasi kependudukan daerah yang menjadi area konflik khususnya terkait dengan pendaftaran pemilih pemilu. Terjadi juga ketidakjelasan pemerintahan daerah mana yang bertangungjawab atas pelayanan publik bagi bagian daerah yang terlanda konflik tersebut. Rebutan sumber daya alam sering sekali terjadi manakala di daerah perbatasan tersebut terdapat sumber daya alam. Potensi konflik horizontal juga dapat terjadi pada daerah-derah yang berbatasan tersebut.

Sebenarnya tidak ada niat pemerintah untuk menghalang-halangi pembentukan daerah otonom baru manakala semua persyaratan yang diatur dalam peraturan perundang-undangan terpenuhi. Untuk itulah, maka dalam rancangan undang-undang ini diatur adanya pematangan daerah yang akan dibentuk melalui mekanisme daerah persiapan, manakal suatu calon daerah otonom aru sudah mampu melalui masa persiapan dalam masa waktu tertentu, maka daerah tersebut baru disahkan sebagai daerah otonom baru. Cara ini kita harapkan akan dapat mencegah terjadinya konflik pada daerah otonom baru tersebut. Isu inilah yang memerlukan kecerdasan kita yang sangat dalam untuk merumuskan pengaturannya dalam rancangan undang-undang ini.

Untuk mencegah terjadinya tarik-menarik kepentingan dalam konteks pemekaran daerah, sesuai dengan kesepakatan yang dicapai antara pihak pemerintah dan DPR RI, pemerintah sudah menyusun desain Besar Penataan Daerah (DESARTADA) tahun 2010-2025 yang antara lain memuat potensi jumlah daerah otonom baik provinsi maupun kabupaten/kota dalam suatu wilayah geografis tertentu. Isu krusial lainnya adalah mengenai urusan pemerintahan bidang kehutanan dan kelautan yang selama ini menjadi sumber berbagai masalah terkait dengan pengelolaan sumber daya alam. Urusan kelautan dan kehutanan adalah urusan yang berbasis ekologis, artinya batas-batas kehutanan dan kelautan sering kurang pas kalau ditentukan oleh batas-batas administrasi pemerintahan. Eksternalitas yang diciptakan dari pengelolaan hutan dan laut sering melewati batas-batas administratif pemerintahan. Untuk itu, maka

9

(11)

pendekatan dengan memakai kriteria eksternalitas dan efisiensi dalam pembagian urusan pemerintahan lebih cocok diterapkan dalam pembagian urusan kehutanan dan kelautan. Konsekuensi logisnya adalah bahwa urusan kehutanan dan kelautan lebih tepat menjadi kewenangan provinsi, namun untuk menciptakan “trade off” bagi kabupaten/kota diberikan bagi hasil dari pendapatan yang diperoleh dari pengelolaan urusan kehutanan dan kelautan tersebut. Sama seperti halnya yang dilakukan terhadap pajak kendaraan bermotor selama ini.

Dari aspek pembinaan dan pengawasan juga akan lebih efektif dapat dilakukan oleh pemerintah pusat terhadap provinsi karena jumlah provinsi yang masih “manageable”. Isu krusial yang perlu pemikiran mendalam lainnya adalah isu perangkat daerah. Terkait dengan kelembagaan perangkat daerah yang kemudian akan bermuara pada efektifitas pembangunan daerah. Permasalahan serius lain yang kita alami selama satu dekade otonomi daerah dalam semangat reformasi adalah sulitnya mensinergikan pembangunan antara pusat dengan daerah dan antar daerah itu sendiri. Visi yang berbeda antar pimpinan pemerintah akan menyebabkan tidak efektifnya pencapaian target-target nasional. Persoalan akan menjadi lebih kompleks ketika masa jabatan dari setiap pimpinan pemerintahan antara pusat dan daerah berbeda-beda, akibatnya akan sulit menciptakan sinergi antara pusat dan daerah yang akan bermuara pada sulitnya merealisir kebijakan dan target-target nasional yang telah ditetapkan.

Seyogyanya setiap kementerian atau lembaga pemerintah non kementerian melakukan pemetaan terhadap daerah terkait dengan kewenangannya masing-masing. Setiap kementerian dan lembaga (K/L) akan tahu provinsi dan kabupaten/kota mana yang menjadi stakeholder utamanya dalam mencapai target-target nasional. Dalam konteks tersebut diperlukan adanya kebijakan yang bersifat afirmatif atau mengikat. Sebagai contoh dalam bidang pertanian, Kementerian Pertanian melakukan pemetaan provinsi dan kabupaten/kota mana saja yang benar-benar unggulan pertanian. Daerah yang unggulan pertanian tersebut yang boleh membuat dinas pertanian didasarkan atas pemetaan tersebut. Kementerian Pertanian bersama-sama dengan dinas pertanian dari provinsi dan kabupaten/kota yang mempunyai unggulan pertanian tersebut yang kemudian menetapkan target nasional dan pembagian tugas masing-masing dalam pencapaian target nasional tersebut.

Bagi daerah-daerah yang menjadi stakeholder, tetapi kurang mampu dalam pendanaannya akan dibantu melalui mekanisme Dana Alokasi Khusus (DAK). Untuk mencegah jangan sampai terjadi

lobby-lobby untuk memperoleh DAK, maka peran gubernur sebagai wakil pemerintah pusat akan sangat

menentukan daerah-daerah mana saja dalam provinsi yang bersangkutan yang benar-benar memerlukan DAK untuk mendukung pencapaian target nasional. Dengan cara yang sama untuk sektor-sektor lainnya akan memicu terciptanya sinergi pembangunan pusat dan daerah dalam mencapai target-target nasional tanpa harus terganggu oleh visi yang berbeda-beda atau “time frame” masa jabatan kepala daerah yang berbeda-beda pula.

Salah satu isu krusial dalam aspek sistem alokasi keuangan adalah tidak terpenuhinya prinsip “uang mengikuti urusan” atau yang sangat dikenal dengan istilah “money follows function”. Ada beberapa permasalahan struktural dalam konteks hubungan keuangan pusat dan daerah. Setelah reformasi muncul tuntuan otonomi seluas-luasnya yang kemudian diakomodasikan dalam Pasal 18 ayat (5) Undang-undang Dasar Tahun 1945. Ini berarti urusan pemerintahan yang menjadi domain pusat akan lebih fokus pada pembuatan kebijakan nasional untuk menjadi acuan bagi daerah dalam melaksanakan otonominya. Kewenangan pusat dalam pelaksanaan urusan pemerintahan akan terbatas pada urusan-urusan strategis nasional dan urusan yang berskala nasional atau lintas provinsi dan lintas negara atau internasional, namun sekitar 70% dari pendapatan negara dikuasai oleh pusat dan hanya sekitar 30% yang dialokasikan ke daerah.

Ketimpangan pembagian sumber pendanaan tersebut yang menyebabkan daerah mengalami kesulitan untuk membiayai otonomi luas yang menjadi kewenangannya. Semua isu strategis dalam pembagian sumber pendanaan tersebut akan menjadi muatan dalam revisi Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 yang sejogjayanya sinerjik dengan semangat yang diusung dalam revisi Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004. Berbagai tindakan harmonisasi telah dilakukan antara revisi Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 dengan revisi Undang-Undang 33 Tahun 2004 untuk optimalisasi pelaksanaan prinsip “money follows function” tersebut.

10

(12)

Saudara Pimpinan dan Anggota Pansus yang terhormat,

Kami menyadari bahwa pembahasan isu-isu strategis dalam rancangan undang-undang ini akan melibatkan kita dalam diskusi yang sangat intens untuk menghasilkan rumusan-rumusan pengaturan yang paling optimal demi kepentingan bangsa dan negara. Untuk itu, betapapun kerasnya diskusi yang akan terjadi dalam pembahasan rancangan undang-undang ini, kami sangat mengharapkan bahwa kepentingan bangsa dan negara inilah yang menjadi prioritas pertama dan utama kita. Marilah kita kerahkan segala kecerdasan, kearifan dan kerja keras kita dalam membahas rancangan undang-undang ini, sehingga kita mampu menghasilkan undang-Undang tentang Pemerintahan Daerah yang memberi landasan yang kuat untuk mencapai dua tujuan otonomi daerah yaitu kesejahteraan masyarakat dan terbentuknya masyarakat madani. Semoga Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang memberkati usaha kita, amin.

Terima kasih.

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. KETUA RAPAT:

Terima kasih Saudara Menteri Dalam Negeri yang telah memberikan pandangan pemerintah atas Rancangan Undang-Undang Pemerintahan Daerah mulai dari isu-isu substantif tadi, ada isu krusial, ada isu serius, ada isu penting banyak sekali ini Pak Mendagri.

Selanjutnya dari meja Pimpinan memberikan waktu kepada masing-masing fraksi untuk memberikan pandangannya tentang penjelasan pemerintah atas RUU Pemda ini, tentu saja bisa secara lisan maupun secara tulisan. Kepada Fraksi Partai Demokrat Pak Nanang Samodra silakan.

F.PG (Ir. NANANG SAMODRA, KA, M. Sc): Terima kasih Pimpinan.

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Salam sejahtera untuk kita semua.

Saudara Pimpinan dan Anggota rapat panitia Pansus RUU tentang Pemerintahan Daerah DPR RI; Saudara-saudara Anggota Dewan Pertimbangan Daerah;

Saudara Menteri Dalam Negeri dan jajarannya;

Saudara Menteri PAN dan Reformasi Birokrasi serta jajarannya yang mewakili Menteri Hukum dan HAM, yang mewakili Menteri Keuangan, yang mewakili Kepala Bappenas, hadirin yang berbahagia.

Puji syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya, sehingga kita dapat menjalankan tugas konstitusional sebagai Anggota Dewan untuk menyampaikan pandangan fraksi-fraksi terhadap Rancangan Undang-Undang tentang Pemerintahan Daerah dalam rapat kerja pada hari ini.

Fraksi Partai Demokrat akan senantiasa mendukung setiap upaya dan langkah-langkah yang mampu menciptakan peraturan perundang-undangan yang berkualitas. Dalam penyusunan setiap peraturan perundang-undangan hendaklah didasari dengan semangat dan orientasi demi kepentingan bangsa dan negara Indonesia. Akhir dari setiap produk perundang-undangan harus mampu meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat Indonesia. Mengapa demikian? Karena perwujudan kesejahteraan masyarakat adalah amanat dari konstitusi kita Undang-Undang Dasar Tahun 1945.

Dalam konteks penyelenggaraan pemerintahan, Undang-Undang Dasar Tahun 1945 telah mengamanatkan bahwa pemerintahan daerah berwenang untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan daerah menurut asas otonomi daerah dan tugas pembantuan. Tujuan utama dari diberlakukannya otonomi daerah adalah agar terciptanya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan dan peran serta masyarakat dalam pengambilan kebijakan di daerahnya masing-masing. disamping itu, otonomi daerah juga diharapkan mampu memotivasi penyelenggara

11

(13)

pemerintah daerah dalam menggali semua potensi sumber daya secara arif dan bijaksana untuk kemajuan daerah dalam bingkai negara kesatuan Republik Indonesia.

Dalam konteks negara kesatuan, seluas apapun penerapan otonomi daerah, kewenangan pemerintah daerah dalam mengatur dan mengurus tetap dalam batas-batas koridor kebijakan nasional yang sudah ditetapkan pemerintah pusat, sehingga apapun yang dirumuskan oleh pemerintah daerah tidak boleh bertentangan dengan kebijakan nasional.

Pimpinan dan Anggota rapat kerja Saudara Menteri dan hadirin sekalian,

Seperti kita ketahui bersama paska reformasi, pemerintah telah melakukan serangkaian kebijakan antara lain dengan menerbitkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang kemudian diganti dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 untuk mencari format kebijakan desentralisasi yang mampu mempercepat kemajuan daerah, meningkatkan kesejahteraan rakyat dan sekaligus memperkuat integrasi nasional, walaupun berbagai upaya telah dilakukan untuk mengantisipasi dinamika politik, sosial dan ekonomi yang berpengaruh terhadap sistem pemerintahan daerah, namun Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 sebagai payung kebijakan desentralisasi masih mengandung banyak kekurangan dan kelemahan yang jika tidak segera disempurnakan akan dapat menganggu keberhasilan desentralisasi itu sendiri. Diantara persoalan-persoalan yang muncul dalam pelaksanaan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004;

1. pembagian urusan pemerintahan baik urusan pemerintah pusat, provinsi, kabupaten dan kota; 2. penyelenggaraan pemerintahan daerah;

3. aparatur daerah;

4. peraturan daerah dan peraturan kepala daerah; 5. perencanaan pembangunan daerah;

6. keuangan daerah; 7. pelayanan masyarakat;

8. partisipasi masyarakat dan lain-lain.

Atas berbagai persoalan tersebut di atas, kami dari Fraksi Partai Demokrat menyambut baik atas inisiatif pemerintah mengajukan RUU Pemerintahan Daerah sebagai revisi atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 yang selama ini kita gunakan sebagai payung hukum atas penyelenggaraan pemerintahan di daerah.

Pimpinan, Anggota rapat kerja, Anggota DPD, Saudara Menteri dan hadirin sekalian,

Terhadap RUU tentang Pemerintahan Daerah, Fraksi Partai Demokrat memberikan apresiasi yang sebesar-besarnya terhadap pemerintah atas apa yang telah dilakukan dalam penyusunan RUU. Hal ini menunjukkan bahwa pemerintah peka terhadap persoalan yang muncul dalam praktek penyelenggaraan pemerintahan daerah sekaligus merespon dengan baik apa yang menjadi aspirasi masyarakat untuk terselenggaranya pemerintah daerah yang mampu mensejahterakan masyarakat di daerah. Tentu terhadap Rancangan Undang-Undang Pemerintahan Daerah ini, kami akan mengkaji lebih jauh dan membahas bersama dengan fraksi-fraksi yang lain yang tergabung di dalam panitia khusus ini agar apa yang menjadi aspirasi masyarakat bisa termaktub di dalam RUU ini yang nantinya akan disahkan menjadi Undang-Undang Pemerintahan Daerah.

Pimpinan, Anggota rapat kerja, Anggota DPD, Saudara Menteri dan hadirin sekalian,

Demikian pandangan Fraksi Partai Demokrat terhadap keterangan pemerintah atas RUU Pemerintahan Daerah ini kami sampaikan dengan harapan kiranya rancangan undang-undang ini dapat kita bahas lebih lanjut dan diselesaikan dengan baik, mengingat RUU ini sangat diperlukan guna terselenggaranya pemerintahan daerah yang efektif demi kemakmuran masyarakat kita.

Terima kasih kami sampaikan kepada Pimpinan, anggota Pansus RUU tentang Pemerintahan Daerah, para Anggota DPD, Saudara Menteri dan hadirin sekalian atas perhatian dan kesempatan yang diberikan kepada kami.

12

(14)

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Salam sejahtera untuk kita semua.

Pimpinan Fraksi Partai Demokrat Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia

Ketua.... Sekretaris

Saat Mustofa Nomor Anggota 480 Terima kasih.

KETUA RAPAT:

Terima kasih kepada Pak Nanang Samodra.

Mudah-mudahan waktu 15 menit bisa dibagi untuk delapan fraksi dan perwakilan dari DPD. Diberikan waktu kepada Pak Ali Wongso Halomoan Sinaga dari Fraksi Partai Golkar silakan.

F.PG (Ir. ALI WONGSO HALOMOAN SINAGA ): Terima kasih.

Pandangan Fraksi Partai Golongan Karya DPR RI RI

Terhadap penjelasan pemerintah atas Rancangan Undang-Undang Pemerintahan Daerah disampaikan oleh Ali Wongso Halomoan Sinaga Anggota Nomor A-180.

Yang terhormat Pimpinan Sidang;

Yang terhormat Saudara Menteri Dalam Negeri;

Yang terhormat Saudara Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi ;

Yang terhormat yang mewakili Menteri Keuangan; yang mewakili Menteri Hukum dan HAM, yang mewakili Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional;

Yang terhormat para Anggota DPR RI khususnya Pansus RUU Pemda; Yang terhormat Anggota DPD RI dan hadirin yang kami muliakan. Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Salam sejahtera untuk kita semua.

Izinkanlah kami atas nama Fraksi Partai Golkar dalam kesempatan yang berbahagia dalam kesempatan yang berbahagia ini mengajak kita semua yang hadir dalam Raker Pansus ini untuk memanjatkan puji dan syukur kepada ALLAH SWT, Tuhan Yang Maha Esa karena dengan izin dan iradatnyalah kita dapat hadir dan mengikuti Raker Pansus ini untuk mendengarkan penjelasan daripada pemerintah serta pendapat fraksi-fraksi menanggapi penjelasan pemerintah mengenai RUU tentang Pemerintahan Daerah. RUU yang sangat dinantikan oleh daerah pada khususnya dan masyarakat Indonesia pada umumnya yang kita harapkan akan menggantikan atau sebagai-bagian atau salah satu yang menggantikan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2004 selain Undang-Undang tentang Desa dan nanti disusul Undang-Undang tentang Pilkada.

Pimpinan Sidang dan hadirin yang kami hormati,

RUU tentang Pemerintahan Daerah bagi Fraksi Partai Golkar diposisikan sebagai-bagian dari upaya untuk membangun sistem pemerintahan yang demokratis, efektif, akuntable dan efisien. Berkenaan dengan itu, bagi Fraksi Partai Golkar membahas RUU ini adalah upaya memberi makna sekaligus penguatan terhadap negara kesatuan Republik Indonesia sebagai-bagian dari amanat konstitusi kita di

13

(15)

dalam rangka memajukan kehidupan bernegara, menegakkan keadilan dan kesejahteraan rakyat Indonesia.

Dengan memperhatikan perjalanan pemerintahan daerah di Indonesia, hendaknya RUU ini mampu menghasilkan kebijakan yang lebih baik bahkan terbaik bagi sistem pemerintahan daerah di Indonesia ke depan. Selanjutnya perkenankan kami dari Fraksi Partai Golkar memberikan pandangan dan pendapat terhadap penjelasan pemerintah atas RUU tentang Pemerintahan Daerah.

Sebagaimana kita ketahui bahwa pengaturan ketatanegaraan negara kesatuan Republik Indonesia mengacu kepada Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sebagai hukum dasar yang mengatur kehidupan berbangsa dan bernegara sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, pemerintahan daerah berwenang mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi seluas-luasnya kepada daerah diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui penyelenggaraan pemerintahan pembangunan dan peningkatan pelayanan, pemberdayaan peran serta masyarakat.

Konsisten dengan itu melalui otonomi yang luas dalam lingkungan strategis globalisasi, daerah diharapkan mampu meningkatkan daya saing dengan memperhatikan prinsip-prinsip good governance, demokrasi, pemerataan keadilan, keunggulan kompetitif sesuai kekhususan serta potensi dan keanekaragaman daerah dalam sistem negara kesatuan Republik Indonesia.

Pimpinan Sidang dan hadirin yang kami hormati,

Untuk itulah, Fraksi Partai Golkar memandang penting diperlukan adanya undang-undang yang mengatur tentang pemerintahan daerah ini. undang-undang yang disusun berdasarkan prinsip-prinsip demokrasi dengan memperhatikan asas, efektifitas, akuntabilitas dan efisiensi. Fraksi Partai Golkar juga memandang penting diperlukannya penyempurnaan terhadap Undang-Undang tentang Pemerintahan Daerah untuk disesuaikan dengan dinamika perkembangan dan kebutuhan dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah agar amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yaitu mewujudkan kesejahteraan rakyat bangsa menuju state welfare state selaras dengan cita-cita para pendiri bangsa.

Yang terhormat Pimpinan Sidang, Saudara Menteri Dalam Negeri, Saudara Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Saudara Menteri Keuangan, Saudara Menteri Hukum dan HAM, Saudara Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional, para Anggota DPR RI , para Anggota DPD dan hadirin yang saya muliakan.

Berdasarkan argumentasi tersebut, dengan mengucapkan bismillahirrahmannirrahim dan mengharapkan petunjuk dan ridho ALLAH SWT, Tuhan Yang Maha Esa Fraksi Partai Golkar menyatakan memahami dan menyambut baik serta menyetujui agar Rancangan Undang-Undang tentang Pemerintahan daerah dibahas lebih lanjut. Semoga ALLAH SWT, Tuhan Yang Maha Esa memberikan kekuatan iman, mencurahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua dan di dalam menjalankan tugas dan fungsi kita sebaik-baiknya, amin.

Wabilahitaufik Walhidayah,

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Jakarta, 2 April 2012 Fraksi Partai Golkar DPR RI

Ketua Sekretaris

Setya Novanto Ade Komarudin 41

Terima kasih.

14

(16)

KETUA RAPAT: Wa’alaikumsalam,

Ali Wongso Halomoan Sinaga terima kasih. Fraksi PDI Perjuangan, tetapi sebelumnya ini kelihatannya serius banget fraksi-fraksi ini mulai dari Fraksi Demokrat, Fraksi Golkar. Sebenarnya ada cara lain juga memberikan tanggapan dengan statement politik sebelum kita menyatakan seriusnya di Panja. Silakan Pak Nursuhud, Kiai Haji.

F.PDIP (NURSUHUD):

Terima kasih Pimpinang Pansus.

Bapak Menteri Dalam Negeri, Pak Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi yang mewakili Menteri Hukum dan HAM dan Kementrian lain yang terkait baik yang hadir maupun yang tidak hadir, Saudara-saudara dari DPD, kawan-kawan Anggota Pansus Pemerintahan Daerah yang saya hormati.

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Bapak-Ibu sekalian yang kami hormati,

Fraksi PDI Perjuangan akan menyampaikan pandangan yang pendek-pendek saja bukan berarti karena pandangan fraksi atau tanggapan fraksi itu sekedar formalitas atau ritual di dalam rangkaian pembahasan Pansus, tetapi kami akan menyampaikan point-point-nya saja agar substansi pandangan kami terhadap penjelasan pemerintah pada Rancangan Undang-Undang tentang Pemerintahan Daerah itu bisa kita cerna dengan baik dan semoga nanti, pandangan kami itu menjadi salah satu agenda di dalam pembahasan rancangan undang-undang secara lebih serius.

Bapak-Ibu sekalian yang saya hormati,

Yang pertama, Fraksi PDI Perjuangan memilih pandangan bahwa Undang-Undang Pemerintahan Daerah yang ada selama ini, memang perlu kita benahi lebih lanjut, kita rinci di dalam undang-undang yang lebih operasional. Akan tetapi, kita berpandangan agar jangan sampai nanti ketika undang-undang ini lahir justru tidak memperumit posisi rakyat sebagai subjek utama bernegara ini. Itu yang pertama. Jadi sekali lagi bahwa Fraksi PDI Perjuangan berpandangan subjek bernegara yang utama itu adalah rakyat dan para penyelenggara rakyat adalah pelayan-pelayannya kan begitu. Jadi itu yang pandangan pertama. Jadi jangan sampai terbalik-balik bahwa rakyat menjadi objek pembangunan dan penyelenggara negara menjadi yang dipertuan agung inilah yang menjadi prinsip yang pertama.

Yang kedua, di dalam untuk negara kesatuan Republik Indonesia yang sering menghadapi tantangan dan menghadapi multi tafsir didalam implementasi undang-undang menurut saya ini juga sesuatu yang harus juga kita cermati dan kita kaji lebih mendalam agar negara kesatuan bukan sekedar bunyi-bunyian didalam Undang-Undang Dasar kita, tetapi implementasinya yang harus juga kita kaji secara lebih mendalam itu menjadi garis utama dan harus terjadi dialog yang intens didalam membahas ini bukan sekedar NKRI sebagai suatu dogma yang sebenarnya tidak berpijak di bumi. Dogma-dogma, tetapi implementasi di undang-undangnya sangat bertentangan. Di dalam model yang demikian itulah nanti secara perlahan akan pasti muncul konflik bernegara yang sistemik, apabila sesuatu itu tidak kita fikirkan dengan serius.

Yang ketiga, tentang model pemerintahan yang presidensial. Itu juga mesti kita cari apa sih model yang ini dan Fraksi PDI Perjuangan akan tidak mau terjebak pada transaksi-transaksi sesaat. Kami khususnya di tim Pansus ini akan mencoba nanti berfikir serius agar pemerintahan yang presidensial itu

aplicable, sinkron sama undang-undang ini dan undang-undang yang lain agar tidak tercipta presidensial

yang bernuansa parlementer. Itu adalah perkawinan yang saya pikir jenis perkawinan yang tidak sehat di dalam kehidupan pemerintahan. Inilah yang akan kita coba cari juga agar undang-undang ini pun tidak

15

(17)

melenceng menjadi visi yang beragam, sehingga tidak tercipta di dalam impelementasi undang-undang itu menjadi semua melawan semua.

Jadi itu pandangan Fraksi PDI Perjuangan pendek-pendek saja dan kami tidak akan mengembangkan di dalam kalimat-kalimat indah yang justru maknanya barangkali bergeser. Jadi tiga prinsip itu yang akan kami perjuangkan Insya Allah pandangan-pandangan itu tidak akan bergeser di dalam Pansus nantinya.

Terima kasih Saudara Pimpinan, Saudara Menteri yang saya hormati,

Mohon maaf, apabila yang kami sampaikan kurang berkenan di hati Ibu-Bapak sekalian, itulah pandangan kami. Insya Allah itu pandangan murni kami di dalam pandangan bermasyarakat dan bernegara.

Wabilahitaufik, walhidayah,

Wassalamu’alaikum warahmatullahi Wabarakatuh. KETUA RAPAT:

Wa’alaikumsalam.

Nursuhud Kiai Haji kita kasih aplause untuk pandangan-pandangan Fraksi Partai Demokrat, Fraksi Partai PDI Perjuangan karena sama-sama tetangga di Fraksi Demokrat. Berikutnya Ir. Abdul Azis atau Pak Hermanto silakan dari Fraksi Keadilan Sejahtera.

F.PKS (HERMANTO, SE, MM):

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,

Terima kasih Ketua Pansus.

Yang terhormat Bapak Menteri Dalam Negeri yang mewakili pemerintah dalam hal menyampaikan pandangan keterangan pemerintah atas rancangan RUU tentang Pemerintah Daerah.

Yang terhormat Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi. Yang terhormat Menteri Hukum dan HAM atau yang mewakilinya,

Yang terhormat juga anggota DPD RI,

Dan juga anggota Pansus Pemerintah Daerah, RUU Pemerintah Daerah DPR RI.

Kami dari F-Partai Keadilan Sejahtera memahami betul bahwa RUU Pemerintah Daerah ini perlu ada pembahasan lebih dalam, mengingat berbagai perkembangan yang terjadi akhir-akhir ini tentang Pola hubungan,baik antara Pemerintah pusat dengan Pemerintah daerahnya, ataupun juga antara Pemerintah Provinsi dengan Pemerintahan kabupaten/kotanya, ataupun juga dengan pola yang terjadi antara hubungan kepala daerah dengan birokrasi dan tatanan birokrasi yang terdapat di Pemerintah daerah tersebut.

Kami juga memahami bahwa semangat reformasi memang telah membawa semangat baru. Tapi juga kita perlu pahami pula bahwa semangat baru tentunya tidak perlu haruslah berlebihan sehingga terjadi kebablasan, nah oleh karena itu kita juga perlu ada aturan-aturannya untuk menyampaikan gagasan-gagasan tentang pembaharuan, bagaimana cara kita mengelola Pemerintahan daerah ini.

Tentunya juga kita perlu memahami dan meletakkan persoalan ini ke dalam suatu kerangka yang lebih sesuai dengan Undang-undang Dasar Republik Indonesia. Kita melihat bahwa tuntutan-tuntutan untuk terbentuknya daerah baru atau daerah otonom baru tentunya ini kita lihat sebagai suatu kerangka yang sangat komprehensif dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dan juga kita telah melihat secara menyeluruh dari perkembangan masa reformasi ini telah terjadi perubahan Undang-undang No. 22 Tahun 1999 kemudian berubah jadi Undang-undang No. 32 Tahun 2004 dan juga telah mengalami 2 kali bentuk

16

(18)

perubahan. Dan tentunya perubahan-perubahan ini juga telah direspon oleh berbagai masyarakat, LSM dan termasuk juga keluhan-keluhan Pemerintah Daerah, tentang bagaimana cara mengimplementasikan Undang-undang ini didaerah. Sampai-sampai, seperti yang disampaikan oleh Pemerintah tadi, ada kepala daerah yang tidak melaksanakan agenda-agenda pembangunan didaerah lantaran berbagai persoalan memahami Undang-undang ini yang berakibat kepada tindak pidana. Nah ini juga bisa menghambat pembangunan.

Dan berikutnya juga, Pemerintah telah berhasil mengidentifikasi 22 isu strategis di dalam RUU ini. Tentunya 22 isu strategis ini perlu kita lihat dalam satu kerangka yang lebih komprehensif, dan kita lihat sinkronisasi ke-22 isu ini dalam suatu kerangka yang holistic, tidak terpisah satu dan lainnya. Nah oleh karena itu, tidak menutup peluang juga bagi kita, bahwa akan ada isu-isu yang lainnya dari 22 isu strategis ini, atau bahkan juga nanti didalam pembahasannya. 22 isu ini bisa menjadi menciut. Tentunya ini kita lihat sesuai dengan perkembangan. Kita juga misalnya menyaksikan, bahwa ada Pemerintah Daerah yang melakukan kerja sama dan membuat MoU dengan Negara-negara asing. Nah ini harus kita dudukkan juga persoalan ini didalam RUU ini, karena ini menyangkut masalah investor atau dana luar negeri yang masuk ke daerah. Ini juga perlu ada suatu pengaturan juga.

Nah oleh karena itulah, dalam kerangka itu, kami memandang ada 5 prinsip yang kami usulkan didalam pembahasan ini.

1. RUU Pemerintah Daerah ini perlu menekankan kepada prinsip pelayanan, karena pada dasarnya Pemerintah adalah melayani masyarakat melalui birokrasi yang ada.

2. Perlu memperhatikan pola hubungan kepala daerah dengan birokrasi yang lebih untuk mengoptimalisasikan kinerjanya.

3. Meletakkan kepentingan kesejahteraan rakyat didalam kerangka pembahasan ini. 4. Menjamin terselenggaranya pembangunan-pembangunan didaerah.

5. Menjaga keutuhan Negara Republik Indonesia.

Demikian pandangan dari F-PKS, dan kami menerima usulan dari Pemerintah ini untuk dibahas lebih lanjut didalam rapat-rapat Pansus berikutnya. Demikian.

Wabillahitaufik Walhidayah.

Wassalammualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. KETUA RAPAT:

Waalaikumsalam Warahmatullahi Wabarakatuh.

Bapak Hermanto, nama yang bernuansa Jawa, lahir di Sumatera Barat, ini Pak Menteri. Seperti gubernurnya juga sekarang, Irwan Prayitno. Terima kasih Pak Hermanto.

Berikutnya Bapak Ir. Rusli Ridwan, F-PAN.

F-PAN (Ir. RUSLI RIDWAN):

Terima kasih Pimpinan.

Assalammualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Yang saya hormati Menteri Dalam Negeri, Saudara Menteri PAN dan Reformasi,

Saudara yang mewakili Menteri Hukum dan HAM, Kepala BAPPENAS,

Dan Menteri Keuangan.

17

(19)

Dengan mempertimbangkan waktu 15 menit untuk semua fraksi, dan ada saran dari Pimpinan tadi, saya akan menyampaikan statement politik saja, biar lebih cepat.

Dengan mengucapkan Bismillahirrahmanirrahim, F-PAN memahami, menyambut baik dan menyetujui RUU Tentang Pemerintahan Daerah untuk dibahas lebih lanjut, untuk menjadi Undang-undang.

Adapun pandangan F-PAN atas keterangan Pemerintah, akan disusulkan kemudian. Terima kasih.

Assalammualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

KETUA RAPAT:

Terima kasih, nah inilah kalau anggota fraksi ada hadir menterinya, begini Pak. Cepat, lebih cepat lebih baik. Terima kasih Pak Rusli Ridwan.

Berikutnya F-PPP, Bapak H. Akhmad Muqowam.

F-PPP (Drs. H. AKHMAD MUQOWAM):

Assalammualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

PANDANGAN UMUM F-PPP DPR RI TERHADAP

RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PEMERINTAH DAERAH Disampaikan pada Raker Senin, 2 April 2012

Oleh Juru Bicara F-PPP, Drs. H. Akhmad Muqowam No. Anggota : 306.

Bismillahirrahmanirrahim.

Assalammualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Yang terhormat Pimpinan Pansus dan anggota Pansus, Yang terhormat Saudara Menteri Dalam Negeri,

Saudara Menteri PAN dan Reformasi Birokrasi, Yang mewakili Menteri Hukum dan HAM,

Yang mewakili Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas, Yang terhormat Pimpinan DPD dan segenap anggota DPD dari Komite I,

Hadirin yang berbahagia.

Pertama-tama adalah kita bersyukur kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa bahwa hari ini atas ridho, rahmat hidayah dan karunia-Nya, kita dapat kesempatan hadir dalam rangka Rapat Kerja Pansus DPR RI untuk mendengarkan Pemandangan Umum fraksi-fraksi terhadap Rancangan Undang-undang Tentang Pemerintah Daerah dalam keadaan sehat wal afiat.

Selanjutnya, sholawat dan salam teriring kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW kepada keluarga dan para sahabatnya, semoga kita semua tetap setia mengikuti sunah-Nya, sehingga kelak kemudian hari diakui sebagai umatnya dan mendapatkan syafaat-Nya. Allahumma amin.

18

(20)

Pimpinan Pansus yang saya hormati,

Setelah sekian lama ditunggu tidak hanya oleh Dewan Perwakilan Rakyat, tetapi juga oleh berbagai stakeholder, akhirnya Pemerintah mengajukan Rancangan Undang-undang Tentang Pemerintah Daerah yang terpisah dari pengaturan tentang Desa dan pengaturan tentang Pilkada. Urgensi akan Rancangan Undang-undang ini memang cukup mendesak, karena begitu kompleksnya problematika yang dihadapi dalam penyelenggaraan Pemerintahan daerah. Seperti masiih kurang jelasnya hubungan kewenangan antara Pemerintah pusat, Pemerintah provinsi, dan kabupaten/kota, masih tumpang tindihnya antara kewenangan Pemerintah daerah dan kewenangan sektoral, ketidakjelasan hubungan antara Pemerintah Provinsi dan Pemerintah kabupaten/kota ddan sebagainya dan sebagainya, yang saya kira kita semua sudah sangat memahami sehingga ada sedikit disharmoni dalam rangka pelaksanaan pembangunan di berbagai daerah.

Realitas lainnya adalah kita juga menyaksikan dalam beberapa tahun terakhir ini, banyaknya kepala daerah ataupun mantan kepala daerah yang terjerat dalam berbagai kasus hukum, terutama yang terkait dengan tindak pidana korupsi. Dalam era sebelumnya sejumlah besar anggota DPRD provinsi dan kabupaten/kota tersangkut masalah hukum mengenai penyalahgunaan APBD. Fakta-fakta ini sungguh sangat memprihatinkan, karena semua otonomi daerah untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat tercederai oleh moral hazard elite daerah. Tentu saja menjadi harapan kita bahwa pembentukan Rancangan Undang-undang ini nantinya akan lebih menyempurnakan berbagai regulasi untuk mewujudkan clean-government dan good-governance, percepatan peningkatan kesejahteraan masyarakat, pemerataan pembangunan, penguatan demokrasi, memperkokoh integrasi bangsa dan juga yang paling penting adalah memposisikan persoalan-persoalan hukum diberbagai daerah dalam kacamata Pemerintah, bukan dalam kacamata politik dan hukum semata.

Rapat Pansus yang berbahagia,

Dalam Rancangan Undang-undang ini F-PPP menangkap, adanya semangat untuk memperkuat posisi dan kewenangan Pemerintah Pusat. Selain memiliki kewenangan, urusan Pemerintah absolute dan urusan Pemerintah konkuren, Pemerintah pusat juga memiliki kewenangan urusan Pemerintahan umum. Dalam melaksanakan Pemerintahan umum, Presiden dapat mendelegasikan kepada Menteri dan gubernur selaku wakil Pemerintah Pusat.

Berkenaan dengan evaluasi, Rancangan Undang-undang ini memperkenalkan istilah executive

review. Dimana Presiden sebagai kepala Pemerintahan diberikan kewenangan untuk membatalkan Perda

ditingkat Provinsi, melalui Menteri Dalam Negeri, dan pembatalan Perda kabupaten/kota melalui gubernur. F-PPP meminta penjelasan atas hal ini, sebab :

1. Bahwa Perda bukan merupakan produk administrative, tetapi merupakan produk politik yang dibentuk oleh Kepala daerah dan DPRD.

2. Perda diakui sebagai salah satu sumber hukum sebagaimana Undang-undang No. 12 Tahun 2011, tentang pembentukan peraturan perundang-undangan, dimana dalam Pasal 7 disebutkan, “didalam struktur perundang-undangan kita, pertama adalah Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, kedua, ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat, ketiga Undang-undang atau Peraturan Pemerintah pengganti Undang-undang, keempat, Peraturan Pemerintah, kelima Peraturan Presiden, keenam Peraturan Daerah Provinsi dan ketujuh, Peraturan Daerah kabupaten/kota.

Karenanya, pembatalan ResPerda hanya dapat dilakukan oleh Mahkamah Agung, dan usulannya dapat disampaikan oleh Menteri atau gubernur.

Berbagai pengaturan didalam RUU ini telah semakin memperjelas kewenangan berbagai urusan Pemerintahan yang dilimpahkan Pemerintah pusat, baik kepada Pemerintah provinsi, untuk mengatur urusan Pemerintah yang berkaitan dengan urusan ekologis, dan urusan wajib, urusan pilihan, kepada Pemerintah kabupaten/kota. Dalam RUU ini hubungan antara Pemerintah Pusat, Pemerintah provinsi dan kabupaten/kota disinergikan sedemikian rupa. F-PPP mengapresiasi diberikannya kewenangan yang lebih

19

(21)

besar kepada provinsi, untuk menjalankan fungsi koordinasi, pembinaan dan pengawasan kepada kabupaten/kota, yang berada di wilayahnya. Untuk diketahui, Bapak-Ibu sekalian, banyak sekali Bupati/Walikota yang “tidak taat” kepada gubernur, yang ini tidak hanya di, yang saya ketahui, tidak hanya di Jawa Tengah, tapi juga berbagai daerah, adanya ketidaktaatan atas koordinasi antara Pemerintah provinsi dan kabupaten/kota ini.

Untuk lebih memperkuat kewenangan dan melakukan efisiensi penyelenggaran Pemerintahan provinsi, kami mengusulkan agar gubernur dipilih oleh DPRD provinsi. Banyak hal yang secara detail diinisiasi dalam Undang-undang ini, Rancangan Undang-undang ini, terutama semangat membangun reformasi birokrasi. Dimana birokrasi diharapkan dapat lebih ramping, professional, dan tidak tergerus oleh kepentingan politik sesaat. Karena itu kami mendukung sepenuhnya upaya depolitisasi birokrasi atau Apolitisasi birokrasi, dalam penyelenggaraan Pemerintah daerah, sehingga birokrasi Pemerintahan daerah hanya mengabdi kepada kepentingan masyarakat, bukan mengabdi kepada kepentingan penguasa dan atau partai politik.

Hadirin yang terhormat,

Masih banyak hal yang sebenarnya ingin kami sampaikan, namun beberapa pokok pikiran diatas kiranya sudah dapat menjadikan gambaran sikap F-PPP terhadap Rancangan Undang-undang ini. Usulan kami yang lebih lengkap nantinya akan disampaikan dalam Daftar Inventarisasi Masalah, dan kami menyatakan siap membahas Rancangan Undang-undang ini didalam Pansus Rancangan Undang-undang Pemerintah Daerah.

Akhirnya demikianlah Pemandangan Umum F-PPP disampaikan. Atas perhatian Pimpinan, Pemerintah, yang mewakili Pemerintah, anggota Pansus dan hadirin sekalian, kami ucapkan terima kasih. Akhirnya, Wallahumma afik illa aquamittorik.

Pimpinan F-PPP,

Ketua Sekretaris, (HASRUL HAZWAR) (ARWANI MAAFI) Assalammualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Dan seijin Pimpinan, kami akan menyampaikan secara tertulis kepada Saudara yang mewakili dari Pemerintah.

KETUA RAPAT:

Terima kasih, silakan.

(PENYERAHAN PANDANGAN UMUM F-PPP KEPADA PEMERINTAH)

Drs. Akhmad Muqowam, dari F-PPP, dengan casting hijau, terima kasih disampaikan. Selanjutnya, Bapak H. Bahrudin Nasori, dari F-PKB.

F-PKB (H. BAHRUDDIN NASORI):

PANDANGAN UMUM ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH

____________________________________________________________________________________

Disampaikan oleh H. Bahrudin Nasori (A-156) Dari F-PKB

20

(22)

Yang terhormat Bapak Mendagri beserta jajarannya, Yang terhormat Bapak Menpan beserta jajaran,

Yang terhormat Bapak yang mewakili Menkumham serta jajaran, Yang terhormat Bapak-Ibu dari DPD serta stafnya,

Bapak Pimpinan Pansus beserta anggota.

Assalammualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Kami dari F-PKB agar sudah tidak sabar lagi untuk membahas RUU tentang Pemerintah Daerah ini karena memang sudah lama ditunggu-tunggu oleh masyarakat khususnya dan tentu aparat di Indonesia ini, maka dengan mengucapkan Bismillahirrahmanirrahim, F-PKB menyetujui atas Rancangan Undang-undang tentang Pemerintahan Daerah ini dibahas lebih lanjut.

Sekian.

Wallahumma afik illa aquamittorik.

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. KETUA RAPAT:

Wa’alaikumsalam Warahmatullahi Wabarakatuh.

Sudah sangat kepingin secepatnya dibahas, sudah tidak sabar lagi. Selanjutnya Ibu Hj. Mestariyani Habie, F-Partai Gerakan Indonesia Raya.

F-P. GERINDRA (Hj. MESTARIYANI HABIE, SH):

Terima kasih Ketua.

PEMANDANGAN UMUM F- PARTAI GERINDRA

TERHADAP RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH

---

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Salam sejahtera bagi kita semua dan Salam Indonesia Raya. Saudara Pimpinan Rapat yang terhormat,

Saudara Menteri Dalam Negeri, Menteri Keuangan,

Menteri PAN & RB, Menteri Hukum dan HAM,

Dan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional yang terhormat, Rekan-rekan anggota DPD yang terhormat,

Rekan-rekan anggota Pansus yang saya hormati, Dan hadirin sekalian yang berbahagia.

Syukur Alhamdulillah, mari kita senantiasa panjatkan kehadirat Allah SWT, karena hanya dengan ijin dan rahmat-Nya, kita hari ini dapat berkumpul di gedung rakyat ini dalam rangka menjalankan amanat rakyat yang dititipkan kepada kita. Semoga amanah ini dapat dijalankan dengan istiqomah, Amin.

21

(23)

Rapat Pansus yang terhormat,

Kesejahteraan rakyat dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan rumus baku yang tidak bisa diganggu gugat. Fraksi Partai Gerindra menolak keras, menentang dan menantang kesejahteraan rakyat tanpa NKRI. Dalam upaya mencapai kesejahteraan rakyat dalam NKRI tersebut, jalan terbaik yang bisa ditempuh dengan memperhatikan kondisi geografis, adalah melalui otonomi daerah yang proporsional dan bertanggung jawab. Eksperimen kita sebagai bangsa dalam menerapkan otonomi daerah telah memberikan pelajaran yang sangat berharga yang jangan terulang kembali di masa yang akan datang. Pelaksanaan desentralisasi yang dilakukan secara radikal pada awal reformasi dengan mengalihkan urusan yang seluas-luasnya ke daerah, ternyata menimbulkan berbagai masalah, seperti ketidakjelasan pembagian urusan antara susunan Pemerintahan dan tidak jelasnya urusan interrelasi dan interdepensi antara tingkatan dan susunan Pemerintahan khususnya antara Pemerintahan daerah dengan Pemerintahan pusat, dan antara Pemerintahan daerah provinsi dan Pemerintahan daerah kabupaten/kota. Dalam konteks otonomi daerah yang proporsional dan bertanggung jawab ini, harus jelas dan tegas diatur pembagian urusan dan kewajiban Pemerintah pusat dan Pemerintah daerah, sesuai dengan kapasitas dan kompetensinya. Hal ini juga terkait dengan pembiayaan atas urusan dan kewajiban dimaksud, dengan menerapkan money follow function dan yang pasti, urusan dan kewajiban terkait dengan pelayanan publik, harus menjadi hal pokok yang tidak boleh tidak harus dijalankan, pertama dan utama, serta harus ditingkatkan.

Selanjutnya otonomi daerah yang proporsional dan bertanggung jawab, diimplementasikan dalam hubungan antar daerah otonom, baik antara kabupaten/kota maupun antar kabupaten/kota dengan provinsi yang saling terkait dan saling bergantung. Otonomi daerah yang tidak proporsional dan tidak bertanggung jawab hanya akan memunculkan keserakahan dan konflik antar daerah yang bisa bermuara pada dis integrasi bangsa. Interrelasi dan interdependensi antar daerah akan mengarahkan pada keharmonisan dan kebersamaan menuju kesejahteraan rakyat. Hal lain yang terkandung maksud dalam otonomi daerah yang proporsional dan bertanggung jawab adalah memposisikan antara kepala daerah dengan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) sebagai eksekutif dan legislatif, seperti dalam Tata pemerintahan pusat. Dan memang, dalam fungsi kesehariannya, kepala daerah menjalankan fungsi-fungsi eksekutif dan DPRD menjalankan fungsi-fungsi legislatif adalah tidak proporsional dan tidak bertanggung jawab bila menempatkan DPR sebagai sub ordinat dari kepala daerah. Dan begitu juga, tidak proporsional dan tidak bertanggung jawab bila menempatkan kepala daerah sebagai sub ordinat dari DPRD. Keduanya merupakan mitra setara yang memiliki kewajiban dan hak yang setara juga.

Last but not list, partisipasi masyarakat dalam pandangan F-Partai Gerindra, merupakan salah

satu kunci sukses dari penyelenggaraan otonomi daerah. Salah satu tujuan dari otonomi daerah adalah agar masyarakat dapat lebih mudah berpartipasi dalam proses kebijakan didaerah. Partisipasi adalah hak dari setiap warga Negara yang harus dilindungi oleh Negara. Dalam konteks ini Pemerintah Daerah wajib dan menjamin untuk memberikan ruang kepada warganya, untuk terlibat dalam proses kebijakan. Hal ini penting agar penyelenggaraan Pemerintah Daerah benar-benar mengabdi kepada kepentingan warga.

Rapat Pansus yang terhormat,

Menyadari urgensi merubah perundangan yang mengatur tentang Pemerintahan daerah dan dengan memperhatikan aspirasi yang berkembang dimasyarakat, serta ikhtiar F-Partai Gerindra untuk mengimplementasikan otonomi daerah yang proporsional dan bertanggung jawab, dalam rangka menggapai kesejahteraan rakyat dalam bingkai NKRI, maka F-Partai Gerindra dapat memahami dan mendukung penyusunan RUU tentang Pemerintahan Daerah serta siap untuk membahasnya dalam forum selanjutnya.

Demikian Pandangan Umum F-Partai Gerindra, atas perhatiannya, kami ucapkan terima kasih.

Assalammualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Salam Indonesia Raya!

22

Referensi

Dokumen terkait

Untuk menangani perasaan tersebut, buku sebegini amat berguna dalam membantu mereka kerana ia ditulis oleh pesakit yang pernah mengidap dan menghadapi penyakit kanser dan

File: expd Gambaran Tipe: Kontinyu Format: numeric Desimal: 0 Range: 40-3680 Satuan (UNIT) File: expd Gambaran Tipe: Diskrit Format: character Width: 3. Nilai

Tumor ganas rongga mulut berbeda dengan yang jinak karena menginvasi jaringan sekitar, berkembang sampai daerah endotel, dan dapat bermetastasis ke bagian tubuh yang

Apabila nilai berat jenis tanah digunakan dalam perhitungan yang berkaitan dengan pengujian hidrometer (SNI 03-3423-1994), pengujian berat jenis harus dilakukan terhadap tanah

- Panja Komisi VIII DPR RI RUU tentang Penghapusan kekerasan seksual dan Panja Pemerintah menyepakati bahwa rapat panja hari tidak langsung membahas DIM RUU

RUU tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Pemerintah RUU sudah

Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Pemerintah RUU dan NA

Melalui diskusi dan pembahasan yang sangat konstruktif, Pemerintah dan Panja RUU DPR telah menyepakati substansi RUU yang sungguh-sungguh dapat memenuhi kepentingan