• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. I.1.1 Tinjauan Perkembangan Daerah Pinggiran Kota (Urban Fringe) Di

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. I.1.1 Tinjauan Perkembangan Daerah Pinggiran Kota (Urban Fringe) Di"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

I.1.1 Tinjauan Perkembangan Daerah Pinggiran Kota (Urban Fringe) Di Yogyakarta

Daerah pinggiran kota (urban fringe) didefinisikan sebagai daerah

pinggiran kota yang berada dalam proses transisi dari daerah perdesaan menjadi perkotaan. Sebagai daerah transisi, daerah ini berada dalam tekanan kegiatan-kegiatan perkotaan yang meningkat yang berdampak pada perubahan fisikal termasuk konversi lahan pertanian dan non pertanian dengan berbagai dampaknya. Berbagai permasalahan yang diakibatkan oleh proses ekspansi kota ke wilayah pinggiran yang berakibat pada perubahan fisikal misal perubahan tata guna lahan, demografi, keseimbangan ekologis serta kondisi sosial ekonomi (Subroto, dkk, 1997, dalam Wahida 2009).

Secara fungsional wilayah Kota Yogyakarta telah tumbuh dan berkembang melampaui batas wilayah administrasinya sehingga membentuk suatu aglomerasi perkotaan yang dikenal sebagai Aglomerasi Perkotaan Yogyakarta (APY) dengan wilayah fungsionalnya terdiri dari Kota Yogyakarta, sebagian wilayah Kabupaten Sleman dan Kabupaten Bantul yang berada disekitar Kota Yogyakarta (www.phpkartamantul.pemda-diy.go.id)

Menurut Dr. Mudrajad Kuncoro dalam tulisannya mengenai Aglomerasi

Perkotaan Yogyakarta, melihat komposisi penduduk Sleman, maka dapat disimpulkan bahwa wilayah selatan Kabupaten Sleman yang meliputi kecamatan

Gamping, Mlati, Ngaglik dan Depok memang merupakan basis pertumbuhan

(2)

I.1.2 Perkembangan kampus estate

Kota Yogyakarta memiliki predikat sebagai kota pelajar, dan ini merupakan daya tarik tersendiri bagi para calon pelajar untuk datang, dan ini merupakan faktor peningkatan jumlah pelajar di Yogyakarta. Hal tersebut kemudian disikapi dengan pembangunan fasilitas pendidikan baru, pendidikan tinggi di Yogyakarta masih menjadi Primadona bagi pelajar dari luar daerah karena reputasi yang dimiliki. Secara umum fasilitas pendididkan tinggi akan menjadi generator ekonomi kawasan disebabkan dibutuhkannya banyak fasilitas pendukung bagi pelajar. Kebutuhan tersebut antara lain berupa tempat tinggal atau kamar sewa(kost), kebutuhan sehari-hari dan keperluan alat tulis serta kebutuhan lain.

Tersedianya fasilitas pendidikan berupa kampus (perguruan tinggi) pada sebuah kawasan, maka sudah dapat dipastikan akan menghadirkan para mahasiswa yang ingin menuntut ilmu di kampus dan tinggal serta berdomisili

pada kawasan tersebut, sehingga menjadikan kawasan sekitar kampus tumbuh

menjadi pusat hunian baru.

"Kampus merupakan wanted facilities, berkebalikan dengan tempat

pembuangan sampah yang merupakan unwanted facilities," Ibarat pepatah ada

gula ada semut. Populasi mahasiswa yang relatif tinggi memancing pertumbuhan aktivitas ekonomi seperti asrama mahasiswa, warung makan, toko, warung

internet, dan aneka penyedia kebutuhan.(Prof Sudharto P Hadi MES,dalam Kompas

19Juli 2008).

Dalam waktu yang relatif singkat jumlah fasilitas yang ada semakin bertambah, dan tentu saja peluang usaha yang ada ini menarik pihak-pihak dari luar untuk ikut membuka usaha di sekitar lokasi kampus. Maka kemudian dapat dilihat terjadinya perkembangan yang luar biasa pada hampir semua lokasi

pengembangan kampus. Guna lahan sebagai area pendidikan inilah yang

menyebabkan kawasan berkembang menjadi daerah tumbuh cepat, dan dalam jangka waktu tertentu berkembang menjadi sebuah kota.

(3)

I.1.3 Tinjauan Rencana Pemerintah

Menurut RUTRK (Rencana Umum Tata Ruang Kota Kecamatan Depok) tahun 2005 – 2014, kawasan Seturan dan Babarsari akan dikembangkan sebagai

kawasan pendidikan (campus estate) dan kawasan komersial. Sedangkan dalam

penggal jalan Seturan dalam RUTRK kecamatan depok akan dikembangkan sebagai koridor komersial atau perdagangan.

Jalan Seturan sebagai jalur kolektor sekunder penghubung Jalan arteri luar kota Outer ringroad dengan jalan utama menuju kota Yogyakarta Jalan Laksda Adisucipto mempunyai peranan strategis untuk kepentingan dalam kota, dari atau menuju luar kota dan kawasan primer (Panduan Penentuan Klasifikasi Fungsi Jalan di Wilayah Perkotaan, DPU Bina Marga).

Peranan jalan kolektor sekunder sangat penting sebagai sentra aktivitas kota dan mendukung aktivitas didalamnya. Jalan kolektor sekunder memiliki ciri

Gambar1.1. Peta Rencana Umum Tata Ruang kota Kecamatan 

Depok  Sumber: Dokumen Bapeda Pemda Sleman 2008 

Kerjasama :

Badan Pengendalian Pertanahan Daerah Pemerintah Kabupaten Sleman Sleman, Yogyakarta

PUSPICS - Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada Bulaksumur, Yogyakarta

RENCANA UMUM TATA RUANG KOTA KECAMATAN DEPOK

Legenda

Rencana Tata Ruang

Sungai Jalan Arteri Jalan Kereta Api Jalan Kolektor Jalan Lain Jalan Lokal Jalan Setapak Batas Desa Batas Kabupaten Batas Kecamatan Batas Propinsi Caturtunggal Gejayan Demangan Baru Purw osari Santan Pikgondang Tegalsari Sanggrahan Krangkungan Sambi rej o Geempol

Ngri ngin Mancasan Lor Mancasan Ki dul Gandok Soropadan Kaliw aru Nropoh Nglaren Prayan Kulon Prayan Wet an Manggungsari Pri nggolayan Pringwulung Dabag Karangwuni Kocoran Karanggayam Gledongan Sagan Samirono Karangmalang Santr en Mrican Papringan Ambar ukmo Nologat en Gowok Babarsari Ngentak Kledokan Jant i Setur an Tambakbayan Manggung Ngagli k Karangasem Nolobangsan Saden Pringgondani KECAMATAN DEPOK DESA CONDONGCATUR DESA CATURTUNGGAL K. Peleng K. Gajahwong K . Tambalbayan Sel okan Mat aram

Klaseman Purw osar i Kragi lan Manukan Maguwoharjo Wedomartani Sinduadi P Caturtunggal Sariharjo Condongcatur rihanggo

oadi Sendangadi Minomartani

U T B S Skala 1 : 35.000 Sumber :

Buku Rangkuman Rencana Tata Ruang Di Wilayah Kabupaten Sleman

Jalur hijau Kawasan khusus Permukiman Pertanian Rekreasi Terminal Hotel Pelayanan Pendidikan Perdagangan 428000 mT 428000 mT 429000 429000 430000 430000 431000 431000 432000 432000 433000 433000 434000 434000 435000 435000 436000 436000 437000 437000 438000 438000 439000 mT 439000 mT 91 37 00 0 m U 9137 000 m U 91 38 00 0 913 80 00 91 39 00 0 913 90 00 91 40 00 0 914 00 00 91 41 00 0 914 10 00 91 42 00 0 914 20 00 91 43 00 0 914 30 00 91 44 00 0 914 40 00 91 45 00 0 m U 9145 000 m U : Kecamatan Berbah 414000 414000 423000 423000 432000 432000 441000 441000 450000 450000 91 35 0 00 9135 00 0 91 44 00 0 91 44 00 0 91 53 00 0 91 53 0 00 91 62 00 0 91 62 0 00 : Kecamatan Depok 600 0 600 1200 Meters

(4)

berkecepatan paling rendah 20km/jm dan dengan lebar tidak kurang dari 7m, dimana selain arus kendaraan, namun turut memperhatikan aktivitas lainnya yaitu aktivitas bangunan yang meliputi parkir, pejalan kaki. Ciri lainnya jalan kolektor harus mempunyai perlengkapan jalan, sehingga elemen – elemen pendukung jalan seperti penanda, penerangan dan pendukung lainnya sangat diperhatikan.

Peran jalan sangat penting dalam mendukung semua kegiatan masyarakat perlu dipelihara secara berkesinambungan agar berfungsi optimum sesuai dengan standarnya. Selain itu jalan sebagai unsur sentral dalam pengembangan suatu wilayah (Pusat Penelitian dan Pengembangan Jalan Dan Jembatan BPP DPU, 2008), sehingga dapat dikatakan bahwa jalan merupakan pencitraan dari suatu wilayah.

I.1.4 Perkembangan Jalan Seturan

Kawasan Seturan merupakan salah satu dari wilayah Kota Yogyakarta yang tumbuh dan berkembang membentuk suatu Aglomerasi Perkotaan, atau yang dikenal sebagai APY (Aglomerasi Perkotaan Yogyakarta), Kawasan Seturan terletak pada desa Catur Tunggal dan merupakan bagian dari kecamatan Depok yang sekaligus merupakan wilayah dengan pertumbuhan paling pesat di provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta., Kecamatan Depok terasa istimewa dengan keberadaan berbagai perguruan tinggi, obyek vital, dan kawasan pemukiman baru. Di Kecamatan ini terdapat kurang lebih 17 perguruan tinggi diantara yang terkenal adalah Universitas Gadjah Mada, Universitas Negeri Yogyakarta, Universitas Islam Negeri (IAIN Sunan Kalijaga) Yogyakarta, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Yogyakarta, Universitas Atmajaya Yogyakarta, dan STIE YKPN Yogyakarta.

Pada awal perkembangannya di tahun 90-an kawasan seturan didominasi oleh area persawahan dan ruang terbuka hijau area permukiman yang ada hanya pada beberapa bagian kawasan, munculnya kampus UPN veteran dan Ringroad menjadi indikator munculnya jalur penghubung yaitu jalan seturan yang menghubungkan dengan jalan Laksda Adisucpito, kemudian pada tahun 1995 di

(5)

koridor ini juga mulai didirikan kampus STIE YKPN, yang menjadi salah satu pemicu pertumbuhan dan perkembangan kawasan dengan cepat

Kawasan Seturan dapat dikatakan masuk dalam segitiga emas, karena keberadaannya diapit oleh tiga kampus besar, yaitu Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Universitas Pembangunan Veteran dan Sekolah Tinggi Ilmu

Ekonomi YKPN (Kompas 19Juli 2008). Keberadaan kampus pada kawasan seturan

menghadirkan ribuan pelajar, mahasiswa dan pendatang yang berdomisili di daerah ini. Kehadiran para pendatang ini yang mendorong melesatnya berbagai kegiatan komersial, mulai penyediaan kamar penginapan dan pemondokan hingga sarana hiburan yang membidik target mahasiswa. Fenomena inilah yang menyebabkan guna lahan di kawasan seturan khususnya Jalan Seturan berkembang sangat pesat. Pesatnya perkembangan usaha di kawasan Seturan khususnya penggal jalan seturan berimbas juga pada meningkatnya harga tanah. Sebagai gambaran harga tanah di kawasan ini tahun 1987 hanya 18.000/m², pada tahun 2000 menjadi Rp600.000/m² dan pada tahun 2008 meningkat menjadi

3,5juta /m² (Kompas 19Juli 2008).

Pada perkembangan selanjutnya Jalan Seturan memilki kecenderungan dipadati oleh masa bangunan komersial di sisi jalan, keberadaan pusat perbelanjaan skala besar seperti Superindo, fasilitas hiburan dan swalayan yang buka 24 jam, menjadi daya tarik tersendiri bagi pengguna jalan dan pengunjung yang mayoritas adalah mahasiswa, fenomena ini dapat dijumpai pada koridor seturan yang berdekatan dengan Supermarket Superindo dan Swalayan Citrouli yang buka 24 jam, intensitas aktivitas pada ruas jalan ini termasuk cukup padat sehingga sirkulasi kendaraan menjadi terhambat. Hal ini sangat kontras ketika melihat bagian belakang bangunan yang masih berupa area persawahan dan ladang produktif. Dapat digambarkan bahwa pertumbuhan dan perkembangan pada koridor Seturan ini menjadi semakin tidak terkendali dan Jalan Seturan terkesan tidak siap untuk mengatasi pertumbuhan dan perkembangan kawasan yang cepat.

(6)

I.1.5 Berbagai masalah pada penggal jalan Seturan

1. Tata Guna Lahan

Adanya Fasilitas pendidikan berupa Kampus UPN dan Kampus STIE Yogyakarta, pada penggal jalan Seturan menjadi generator sekaligus faktor pemicu bertumbuhnya guna lahan di sekitar Jalan seturan, Seturan yang pada awalnya merupakan area ladang persawahan serta pemukiman, menjadi cepat berkembang menjadi kawasan komersial dengan dominasi ruko, kios dan toko berskala besar sedang dan kecil.

2. Bangunan dan massa bangunan

Bangunan yang tumbuh dan berkembang di penggal jalan seturan ini cenderung tidak terkontrol baik dari segi bentuk dan massa bangunannya, bangunan dengan dominasi peruntukan di sektor ekonomi semakin berlomba – lomba untuk menunjukkan eksistensinya tanpa memperhatikan ruang sebuah kawasan, bangunan terbangun tanpa terancana dan tanpa arahan serta kontinuitas antara bangunan yang satu dengan yang lain. Hal inilah yang secara tidak langsung berpengaruh terhadap kesan visula pada koridor JL Seturan.

3. Sirkulasi

Penggal Jalan Seturan sebagai jalur kolektor sekunder, memiliki sirkulasi dengan intensitas yang padat dan dengan tingkat kecepatan yang cukup tinggi, dan pada siang dan sore hari sering terjadi ketidaklancaran sirkulasi yang diakibatkan oleh bertumpuknya aktivitas kendaraan dan parkir. Belum ada batasan yang jelas antara ruang bangunan dan ruang jalan. Sistem sirkulasi antar bangunan seperti jalur pedestrian belum ada pada penggal jalan ini.

4. Tata Hijau

Sistem tata hijau pada penggal Jalan Sturan belum terencana dengan baik atau bahkan sangat minim, hanya terlihat di beberapa bagian kawasan kampus yang sudah tersedia dan terencana.

(7)

5. Signage

Keberadaan Signage pada penggal Jalan Seturan sangat beragam dan saling berlomba –lomba untuk menunjukkan eksistensinya guna menarik minat pasar atau konsumen. Sehingga berakibat pada menurunnya kualitas visual kawasan.

1.2 Perumusan masalah

Kawasan Seturan-Babarsari dalam RUTR kota kecamatan Depok akan berkembang menjadi kawasan Pendidikan dan Komersial, hal inilah yang menyebabkan kawasan ini terus mengalami proses perkembangan sebagai akibat oleh banyaknya pendatang yang membutuhkan berbagai fasilitas penunjang kebutuhan sehari –hari hingga hiburan. Perkembangan ini sangat berpengaruh langsung pada penggal jalan Seturan sebagai salah satu koridor utama pada kawasan Seturan, yang telah berimbas pada perubahan aspek fisik dan aktivitas kawasan.

Belum adanya keharmonisan antara ruang jalan dan bangunan serta belum ada

dialog yang terjadi didalamnya (enclosure) menjadikan bangunan seolah – olah

berlomba – lomba untuk menunjukan jati diri dan eksistensinya, dan jalanpun tekesan tidak terhubung dengan bangunan. Sehingga yang terjadi adalah kesemrawutan Jalan seturan sebagai kawasan pendidikan dan perdagangan yang baru mulai tumbuh dan berkembang.

Jika dilihat perkembangannya, jalan seturan terkesan tidak siap dalam menanggapi pertumbuhan dan perkembangan kawasan yang cepat. dapat terlihat bahwa banyak berbagai unsur elemen fisik kota yang terabaikan pada proses perencanaan. Perencanaan kota atau pun pertumbuhan populasi yang meningkat

memungkinkan terjadinya perubahan – perubahan (modify) guna menyesuaikan

dengan keadaan kota. (Garnham, 1985 dalam Faizful, 2009).

Belum adanya arahan penataan, khususnya pada jalan seturan yang mulai berkembang, juga menjadi sumber permasalahan yang berakibat pada

(8)

spontan dan kurang terencana. Dengan pertimbangan perkembangan kawasan yang akan terus berlanjut serta menanggapi RUTRK kota bahwa kawasan ini akan dikembangkan sebagai kawasan perdagangan dan pendidikan, maka sangat diperlukan adanya arahan dan pengendalian ruang jalan dan bangunan.

I.3 Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan rumusan permasalahan dan latar belakang disusunlah beberapa pertanyaan penelitian yaitu:

1. Bagaimana kualitas enclosure ruang jalan koridor jalan Seturan -

Kledokan?

2. Bagaimana hubungan fungsi bangunan komersial terhadap kualitas

enclosure ruang jalan ?

3. Bagaimana arahan desain fisik ruang jalan yang dapat meningkatkan

kualitas enclosure sesuai dengan fungsi-fungsi komersial yang

berkembang pada koridor jalan Seturan-Kledokan?

I.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :

1. Memberi wacana pengembangan ilmu pengetahuan dalam bidang

arsitektur serta menjadi masukan sebagai salah suatu konsep pengembangan enclosure ruang jalan di kawasan pendidikan dan komersial.

2. Memberi masukan terhadap perencanaan ruang jalan di kawasan seturan

dengan memperhatikan hubungan ruang antar bangunan dan ruang jalan

(enclosure) yang terjadi pada penggal jalan seturan hingga kledokan agar perkembangan dan pertumbuhan khususnya pada ruang jalan seturan - kledokan dapat lebih terkendali.

(9)

I.5 Tujuan Penelitian

1. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan arahan yang tepat

terutama dalam penataan elemen fisik ruang jalan koridor seturan hingga kledokan, dengan mempertimbangkan faktor – faktor pembentuk dan

kualitas enclosure ruang jalan.

2. Mendapatkan arahan yang tepat, terutama arahan desain fisik ruang jalan

yang dapat meningkatkan kualitas enclosure sesuai dengan fungsi-fungsi

komersial yang berkembang pada koridor jalan Seturan-Kledokan.

I.6 Keaslian Penelitian

Fokus dan lokus pada penelitian ini menitik beratkan pada karakter

Enclosure ruang jalan pada penggal jalan Seturan hingga Kledokan, dengan fokus penelitian pada elemen – elemen fisik ruang jalan yang berperan sebagai faktor pembentuk dan kualitas ruang jalan.

Berikut ini penelitian tentang Ruang jalan yang pernah dilakukan sebelumnya

NO JUDUL PENELITIAN PENELITI FOCUS LOCUS

1. Arahan penataan Ruang

jalan sebagai ruang public pada kawasan komersial kajian setting elemen fisik dan aktivitas,

Zaenal Arifin/DKB/ 2007

Meneliti karakter fisik dinding dan ruang jalan, instalasi elemen jalan dan kegiatan / aktivitas serta kebutuhan pemakainya Jl pemuda kota Magelang 2. Pemanfaatan ruang terbuka public di ruang jalan, Morfosa Merry /DKB/2008 Meneliti tentang perilaku penggunanya Simpang Empat Seni Sono - Jogja

3 Penataan Ruang Jalan

Sriwedani Yogyakarta ditinjau dari kegiatan

Aulia Lokita Wida A/DKB/2008

Penataan Ruang Jalan

Jalan Sriwedani Tabel I.1 Penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya

(10)

Dari data tabel diatas dapat disimpulkan bahwa penelitian dengan

menggunakan fokus Enclosure ruang jalan pernah dilakukan oleh Panji

Kurniawan dengan lokus kawasan komersial Bandar Jaya Lampung, sedangkan untuk pemilihan lokasi di koridor Seturan – Kledokan pernah dilakukan oleh Artya Atmaja Perdana, namun dengan fokus penelitian yang berbeda yakni Perkembangan Morfologi Kawasan Seturan.

manusia terhadap pemanfaatan ruang.

4 Pengembangan Ruang

Enclosure Jalan di kawasan komersial Bandar Jaya Lampung Tengah Panji Kurniawan /PTK/4577/2009 Pengembangan Ruang Enclosure jalan di kawasan Komersial Kawasan komersial bandar jaya Lampung 6 Perkembangan Morfologi kawasan seturan

Artya Atmaja Perdana / 2059/MDKB/2012

Morfologi Perkembangan Kawasan

Referensi

Dokumen terkait

Berharap keberkahan dan perlindungan dari Sang Pencipta dalam memproduksi energi untuk negeri dan sekaligus menyambut kedatangan bulan suci Ramadan, Pertamina Refinery Unit

Karena itu, seharusnyalah setiap orang yang percaya kepada Kristus men- jadi saksi Kristus yang hidup, yang memberitakan kepada dunia bahwa Yesus Tuhan adalah Mesias yang turun

Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui adakah perbedaan yang signifikan antara kinerja guru di kabupaten semarang, kota salatiga, dan kota semarang baik secara

Keluarga merupakan unit terkecil dalam suatu masyarakat, terdiri dari dua atau lebih orang yang dihubungkan oleh ikatan darah, pernikahan atau adopsi, dan tinggal bersama,

Pada prinsipnya juga ada bagian mesin yang berfungsi mengubah material plastik menjadi bentuk lunak (semifluida) seperti pasta dengan cara memanaskannya dalam

Konsep Kepemimpinan Menurut Nilai Karakter Kepemimpinan yang Ditanamkan di Pondok Pesantren Tebuireng Jombang dan Pondok Modern Darussalam Gontor Kampus 3 Darul Ma’rifat

Untuk mengetahui sampai sejauh mana tanggung jawab Notaris, apabila terjadi kecurangan yang dilakukan oleh pendiri perseroan yang beritikad buruk, maka jika dilihat dari

 Ahli Untuk Untuk Layanan Layanan Jasa Jasa Konsultansi Konsultansi Konstruksi, Konstruksi, pada pada Pasal Pasal 12 12 ayat ayat (1) (1) disebutkan disebutkan