• Tidak ada hasil yang ditemukan

PANDUAN ASSESMEN PASIEN RAWAT JALAN DAN RAWAT INAP.doc

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PANDUAN ASSESMEN PASIEN RAWAT JALAN DAN RAWAT INAP.doc"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

PANDUAN ASSESMEN PASIEN RAWAT JALAN DAN RAWAT INAP BAB I

PENDAHULUAN

A. DEFINISI

a. Asesmen pasien

Tahapan dari proses dimana dokter, perawat, dietisien mengevaluasi data pasien baik subyektif maupun obyektif untuk keputusan terkait

1. Status kesehatan pasien 2. Kebutuhan perawatan 3. Intervensi

4. Evaluasi

b. Assesmen awal pasien rawat jalan

Adalah tahap awal dari proses dimana dokter mengevaluasi data pasien baru rawat jalan c. Asesmen awal pasien rawat inap

Adalah tahap awal dari proses dimana dokter, perawat dan dietisien mengevaluasi data pasien dalam 24 jam pertama sejak pasien masuk rawat inap atau bias lebih cepat tergantung kondisi pasien dan dicatat dalam rekam medis

d. Asesmen ulang pasien

adalah tahap lanjut dari proses dimana dokter, perawat dan dietisien mengevaluasi data pasien setiap terjadi perubahan yang signifikan atas kondisi klinisnya

e. Asesmen pasien Gawat darurat

Asesmen pasien gawat darurat adalah suatu proses yang dilakukan secara sengaja, sistematis dan terencana untuk mendapatkan informasi dari seseorang individu yang datang ke rumah sakit sesegera mungkin untuk mengidentifikasi kondisi yang mengancam nyawa, melakukan intervensi secepat mungkin dan menatalaksana cedera yang tidak mengancam nyawa serta manajemen transfer diInstalasi Gawat darurat.

f. Rekam medis

Adalah berkas yang berisi catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien

g. DPJP

Adalah seorang dokter / dokter gigi yang bertanggung jawab atas pengelolaan asuhan medis seorang pasien. DPJP juga bertanggungjawab terhadap kelengkapan, kejelasan dan kebenaran serta ketetapan waktu pengembalian dari rekam medis pasien tersebut

(2)

Adalah perawat yang bertanggung jawab terhadap asuhan keperawatan atas setiap pasien. Tujuannya untuk menjamin mutu asuhan keperawatan dari pasien tersebut

i. Keperawatan

Adalah seluruh rangkaian proses asuhan keperawatan dan kebidanan yang diberikan kepada pasien yang berkesinambungan yang dimulai dari pengkajian sampai dengan evaluasi dalam usaha memperbaiki ataupun memelihara derajat kesehatan yang optimal j. Dietisien

adalah seorang professional medis yang mengkhususkan diri dalam dietetika, studi tentang gizi dan penggunaan diet khusus untuk mencegah dan mengobati penyakit

B. ALUR

RAWAT JALAN

Mulai

Kasus bedah?Perlu MRS?

Prosedur penunjang Pasien

Masuk poliklinik

DPJP

Menulis surat dan enrty work order Rekam medis

Memeriksa kelengkapan administrasi dan mengentri data pasien ke divisi yang dituju

DPJP

Asesmen medis: anamnesis dan pemeriksaan fisik

Prosedur tindakan atau one day care

(3)

ya ya tidak ya ttt tidak tidak ya ya RAWAT INAP ya ya Perlu tindakan? Perlu penunjang? Dpjp bedah Menulis permintaan MRS Mengentri acara oprasi DPJP

Menulis resep/ surat control/ rujuk balik

Prosedur pendaftaran di sentral DPJP Menulis surat permintaan Mulai DPJP Mengasesmen awal medis:

1. Anamnesis dan pemeriksaan fisik

2. Diagnosis kerja

3. Pemeriksaan penunjang 4. Rencana terapi

DPJP

1. Menulis resep/ alkes dalam lembar RPO

2. Meminta diagnose pemunjang Perlu terapi gizi?

Pasien

Tandatangani persetujuan perawatan dalam RM

 Asesmen kebutuhan rohani  Asesmen resiko jatuh  Asesmen nyeri ( bila ada)

Keperawatan Mengasesmen awal keperawatan

1. Keluhan utama

2. Kenyamanan/ aktivitas/ proteksi

3. Pola makan dan eliminasi 4. Respon emosi

5. Sosio- spiritual Dietisien

Mengasesmen status gizi

Kolaborasi pemberian nutrisi

(4)

Belum meninggal ya

Keperawatan Asuhan keperawatan:

 Data khusus/ focus  Masalah/ dx keperawatan  Tgl dan jam intervensi  Tgl dan jam evaluasi (SOAP) DPJP

Melakukan terapi sesuai PPK dan CP

Sembuh?

DPJP/ Keperawatan/ Dietisien Mengasesmen ulang medis/ keperawatan/ gizi  Observasi tanda vital, nyeri, dan balance cairan  Perkembangan terintegrasi

 Monitor harian

DPJP  Melakukan penanganan lanjutan  Mengisi form discharge planing

DPJP dan keperawatan Merencanakan pemulangan pasien DPJP/ Keperawatan/ Apoteker/ Dietisienis Memberikan edukasi pada pasien dan keluarga

Apoteker Menyiapkan obat/ alkes

Selesai Prosedur kamar jenazah

DPJP

Menulis sebab kematian

DPJP

 Mengisi form resume medis  Membuat surat kontrol poli

(5)

BAB II

JENIS- JENIS ASESMEN A. ASESMEN AWAL

Asesmen awal adalah suatu proses untuk mengidentifikasi dan menangani kondisi yang mengancam nyawa, berfokus pada tingkat kesadaran pasien, stabilisasi leher dan tulang belakang, menjaga patensi jalan napas, pernapasan,dan sirkulasi.

Asesmen awal harus dilakukan pada saat kontak pertama dengan pasien. Asesmen awal hendaknya dilakukan dengan cepat dan hanya memerlukan waktu beberapa detik hingga satu menit. Asesmen awal yang cepat dan tepat akan menghasilkan diagnosa awal yang dapat digunakan untuk menentukan penanganan yang diperlukan oleh pasien.

Asesmen awal dan diagnosa awal menentukan apakah pasien membutuhkan pelayanan segera-gawat darurat. Selain itu, asesmen awal dapat membantu menentukan apakah kondisi pasien kritis, tidak stabil, berpotensi tidak stabil atau stabil.

Asesmen awal dapat membantu menentukan apakah pasien membutuhkan pelayanan kesehatan gawat darurat, rawat jalan ataupun rawat inap. Sehingga dengan

(6)

adanya asesmen awal ini, pelayanan kesehatan terhadap pasien dapat dilakukan secara optimal. Panduan pelaksanaan asesmen awal adalah sebagai berikut:

1. Keadaan Umum

 Identifikasi keluhan utama/ mekanisme cedera

 Tentukan status kesadaran (dengan Glasgow Coma Scale (GCS)) dan orientasi  Temukan dan atasi kondisi yang mengancam nyawa

Untuk pasien geriatric pada geriatri dapat mempersulit pengkajian status kesadarannya. Untuk informasi yang lebih akurat dapat ditanyakan kepada keluarga atau pengasuh sehari-hari.

2. Jalan Nafas

 Pastikan patensi jalan napas (head tilt dan chin-lift pada pasien kasus medic dan jaw thrust pada pasien trauma)

 Fiksasi leher dan tulang belakang pada pasien dengan risiko cedera spinal  Identifikasi adanya tanda sumbatan jalan napas (muntah, perdarahan, gigi

patah+hilang, trauma wajah)

 Gunakan oropharyngeal airway (OPA)/ nasopharyngeal airway (NPA) jika perlu.

3. Pernafasan

 Nilai ventilasi dan oksigenasiii. Buka baju dan observasi pergerakan dinding dada & nilai kecepatan dan kedalaman napas

 Nilai ulang status kesadaran. Berikan intervensi jika ventilasi dan atau oksigenasi tidak adekuat (pernapasan < 12x/menit), berupa oksigen tambahan, kantung pernapasan (bag-valve mask), intubasi setelah ventilasi inisial (jika perlu). Jangan menunda defibrilasi (jika diperlukan)

 Identifikasi dan atasi masalah pernapasan lainnya yang mengancam nyawa 4. Sirkulasi

 Nilai nadi dan mulai Resusitasi Jantung-Paru (RJP) jika diperlukan:. i. Jika pasien tidak sadar, nilai arteri karotis

ii. Jika pasien sadar, nilai arteri radialis dan bandingkan dengan arteri karotis iii. Untuk pasien usia < 1 tahun, nilai arteri brakialis

 Atasi perdarahan yang mengancam nyawa dengan memberi tekanan langsung (direct pressure) dengan kassa bersih

 Palpasi arteri radialis. nilai kualitas (lemah/ kuat), kecepatan denyut (lambat, normal, cepat), teratur atau tidak

 Identifikasi tanda hipoperfusi/ hipoksia (capillary refill, warna kulit, nilai ulang status kesadaran). Atasi hipoperfusi yang terjadi

(7)

Untuk pasien geriatric. Pada pasien geriatri seringkali dijumpai denyut nadi yang irreguler. Hal ini jarang sekali berbahaya. Akan tetapi frekuensi nadi, baik itu takikardi (terlalu cepat) maupun bradikardi (terlalu lambat) dapat mengancam nyawa.

B. ASESMEN BERKELANJUTAN

Merupakan bagian dari asesmen ulang. Dilakukan pada semua pasien saat transfer ke rumah sakit atau selama dirawat di rumah sakit.

1. Tujuan

 Menilai adanya perubahan pada kondisi pasien yang mungkin membutuhkan intervensi tambahan

 Mengevaluasi efektifitas intervensi sebelumnya  Menilai ulang temuan klinis sebelumnya

2. Pada pasien stabil

 ulangi dan catat asesmen awal setiap 15 menit

 Pada pasien tidak stabil ulangi dan catat asesmen awal setiap 5 menit. i. Nilai ulang status kesadaran

ii. Pertahankan patensi jalan napas

iii. Pantau kecepatan dan kualitas pernapasan iv. Nilai ulang kecepatan dan kualitas denyut nadi

v. Pantau warna dan suhu kulit vi. Nilai ulang dan catat tanda vital

 Ulangi asesmen terfokus sesuai dengan keluhan pasien  Periksa intervensi

i. Pastikan pemberian oksigen adekuat ii. Manajemen perdarahan

iii. Pastikan intervensi lainnya adekuat C. ASESMEN NEUROLOGI

1. Dilakukan pada pasien dengan cedera kepala atau gangguan neurologis

2. Pemeriksaaan status neurologi awal digunakan sebagai dasar untuk memantau kondisi pasien selanjutnya

3. Tahapan asesmen berupa

 Tanda vital: nilai keadekuatan ventilasi (kedalaman, kecepatan, keteraturan,usaha napas)

 Mata: ukuran dan refleks cahaya pupil

 Pergerakan: apakah keempat ekstremitas bergerak simetris  Sensasi: nilai adanya sensasi abnormal (curiga cedera spinal)

(8)

 Status kesadaran menggunakan Glasgow Coma Scale (GCS): secara akurat menggambarkan fungsi serebri

 Pada anak kecil, GCS sulit dilakukan. Anak yang kesadarannya baik dapa tmemfokuskan pandangan mata dan mengikuti gerakan tangan pemeriksa, merespons terhadap stimulus yang diberikan, memiliki tonus otot normal dan tangisan normal.

(9)

D.

ASESMEN PSIKOLOGIS, SOSIAL DAN EKONOMI AWAL

Asesmen psikologis menetapkan status emosional (contoh: pasien depresi, ketakutan atau agresif dan potensial menyakiti diri sendiri atau orang lain). Pengumpulan informasi sosial tidak dimaksud untuk mengelompokkan pasien. tetapi, keadaan sosial pasien, budaya, keluarga dan ekonomi merupakan faktor penting yang dapat mempengaruhi respon pasien terhadap penyakit dan pengobatannya. keluarga dapat sangat menolong dalam asesmen untuk perihal tersebut dan untuk memahami keinginan dan preferensi pasien dalam proses asesmen ini.

Setiap pasien wajib dikaji status emosionalnya. faktor ekonomis dinilai sebagai bagian dari asesmen sosial atau secara terpisah bila pasien atau keluarganya yang bertanggung jawab terhadap seluruh biaya atau sebagian dari biaya selama dirawat atau waktu keluar dari rumahsakit. Berbagai staf yang berkualifikasi memadai dapat terlibat

(10)

dalam proses asesmen ini. Faktor terpenting adalah bahwa asesmen lengkap dan tersedia bagi mereka yang merawat pasien. Asesmen ekonomis dapat dikaji melalui data sosial pasien yang mencakup pekerjaan dan status pembiayaan (pribadi atauasuransi/ perusahaan). Asesmen psikososial ini dikaji terhadap pasien rawat jalan dan rawat inap dalam asesmen awal keperawatan.

E. ASESMEN ULANG

Asesmen ulang didokumentasikan pada lembar SOAP (Subjektif, Objektif , Asesmen, Planning).

1. Bagian subyektif ( S ): berisi informasi tentang pasien yang meliputi informasi yang diberikan oleh pasien, anggota keluarga, orang lain yang penting, atau yang merawat. Jenis informasi dalam bagian ini meliputi:

 Keluhan/gejala-gejala atau alasan utama pasien datang ke rumah sakit, menggunakan kata-katanya sendiri (keluhan utama).

 Riwayat penyakit saat ini yang berkenaan dengan gejala-gejala (riwayat penyakit saat ini).

 Riwayat penyakit dahulu (pada masa lampau).

 Riwayat pengobatan, termasuk kepatuhan dan efek samping (dari pasien, bukan dari profil obat yang terkomputerisasi).

 Alergi.

 Riwayat sosial dan/atau keluarga.  Tinjauan/ulasan sistem organ

2. Bagian objektif ( O ) : berisi informasi tentang pemeriksaanfisik, tes – tes diagnostik dan laboratorium dan terapi obat

3. Bagian asesmen ( A ) menilai kondisi pasien untuk diterapi

4. Bagian plan ( P ) berisi rencana pemeriksaan tambahan yang dibutuhkan, rencana terapi yang akan diberikan dan rencana pemantauan khusus yang akan dilakukan untuk menilai perkembangan kondisi pasien. Dengan format dokumentasi yang sistematik, konsisten dan seragam tersebut maka lembar SOAP akan menjadikan rencana berbagai asuhan pasien menjadi lebih efisien. Catatan SOAPadalah format yang akan digunakan pada keseluruhan tindakan medik, keperawatan dan gizi dalam rencana terapi / terapeutik serta asuhan pasien.

F. ASESMEN ANAK DAN NEONATES

Penting untuk melakukan pemeriksaan karena anak atau bayi sering tidak dapat mengungkapkan keluhannya secara verbal dan amati adanya pergerakan spontan anak

(11)

atau bayi terhadap area tertentu yang dilindungi. Tahapan asesmen keperawatan anak dan neonates

1. Identitas meliputi: nama, tanggal lahir, jenis kelamin,tanggal dirawat, tanggal pengkajian dan diagnose

2. Keluhan utama

a. Riwayat penyakit sekarang b. Riwayat penyakit dahulu c. Riwayat penyakit keluarga

d. Riwayat imunisasi BCG, DPT, Polio, Hepatitis dll e. Riwayat alergi

3. Pertumbuhan dan perkembangan 4. Rasa nyaman

Neonatal Infant Paint Scale (NIPS) rentang 0-7 semakin tinggi score semakin nyeri 5. Dampak hospitalisasi (Psikososial): orang tua, anak tenang, takut, marah, sedih,

menangis, gelisah 6. Pemeriksaan fisik :

a. B1

 Nafas spontan, RR, jenis dipsnoe, kusmaul, ceyne stoke dll  Suara nafas bersih, vesikuler, stridor, wheezing,ronchi dll  Alat bantu oksigen

b. B2

 Nadi, tensi, CRT

 Irama jantung: teratur/tidak teratur, S1/S2tunggal  Acral: hangat, kering, merah, pucat dingin  Conjungtiva: anemis ya/tidak

c. B3

 Kesadaran: composmentis, somnolen, delirium,apatis, stupor, coma

 Istirahat tidur: gangguan tidur banyak siang hari, lebih banyak malam hari, tidak tidur, tidur terus

 Sklera mata: icterus, hiperemis  Panca indera: tidak ada gangguan/ada

 Tingkat kesadaran berespon terhadap nyeri: ya/tidak  Tangisan: kuat, lemah, tidak ada, melengking, merintih

 Kepala: lingkar kepala, kelainan ada/ tidak ada dan ubun-ubun datar , cekung /cembung

 Pupil: bereaksi terhadap cahaya ya/tidak  Gerakan: lemah, paralise, aktif

 Kejang: subtle, tonik klonik  Reflek rooting ada/tidak d. B4

(12)

 Produksi urine, jam, warna (jernih, keruh, bau)

 Gangguan: anuri, oliguri, retensi, inkontinensia,nokturia dll  Alat bantu kateter, cystotomi dll

e. B5

 Nafsu makan baik, menurun dan frekuensi

 Minum jenisnya dan cara minum menetek,peroral, sonde lambung, muntah, puasa

 Anus ada/tidak

 Bab berapa kali perhari, konsistensi, warna, ada darah/lender  Perut tegang, kembung, nyeri tekan, peristaltic berapa kali permenit  BB lahir, MRS, saat ini berapa gram, reflek krooting ada/tidak ada  Kelainan labio schizis, palato schizis, gnatoschizis

 Lidah lembab kering, kotor, selaput lendirkering, lesi f)B6  Pergerakan sendi: bebas, terbatas.

 Warna kulit pucat, icterus, sianotik,hiperpigmentasi

 Integritas utuh, kering, rash, bullae, pustule,kemerahan, ptechiae, lesi  Kepala bersih, kotor, bau.Tali pusat kering, basah, pus, kemerahan, bau  Turgor baik, sedang, jelek

 Oedem tidak ada/ada

 Kekuatan otot 0, 1, 2, 3, 4, 5 7. Alat genital

 Laki-laki testis sudah/belum turun, rugae jelas/tidak jelas, hipospadi ada/tidak ada

 Perempuan labia mayor sudah menutupi labio minor, labia mayor dan minor sama menonjol

8. Sosial ekonomi

 Biaya perawatan sendiri, perusahaan  Status anak diharapkan/tidak diharapkan  Kontak mata ya/tidak

 Menggendong ya/tidak G. ASESMEN KEBIDANAN

Serangkaian proses yang berlangsung saat pasien awal rawat inap pemeriksaan akan dilakukan secara sistematis untuk mengidentifikasi masalah kebidanan pada pasien, antara lain:

1. Keluhan utama Adalah keluhan yang dirasakan oleh ibu yang menyebabkan adanya gangguan, diantaranya adalah

a. After pain (mules-mules pada perut) b. Masalah pengeluaran pengeluaran lochea c. nyeri pada bekas jahitan

(13)

d. Nyeri dan tegang payudara karena bendungan ASI e. Cemas karena belum bisa bertemu bayinya

2. Riwayat Keluhan

Apa saja yang pernah dirasakan oleh ibu 3. Riwayat Menstruasi a. Menarche b. Siklus c. Teratur d. Tidak teratur e. Lama f. Volume

g. Keluhan saat haid 4. Riwayat Perkawinan a. Status b. Berapa kali c. Umur menikah d. Tahun menikah e. cerai 5. Riwayat Obstetri a. Kehamilan keberapa b. Umur kehamilan c. Jenis persalinan d. Penolong e. BBL

f. Keadaaan anak sekarag g. Menyusui

6. Riwayat KB a. Kapan b. Jenis c. Lamanya 7. Riwayat Hamil Ini

ANC yang sudah dilakukan, keluhan serta tindakan apa yang sudah didapatkan 8. Riwayat Penyakit yang Lalu

Penyakit apa yang pernah diderita oleh ibu danmendukung dengan keadaannya sekarang

9. Riwayat Alergi

Apakah pernah mengalami alergi 10. Riwayat Penyakit Keluarga

Apa saja penyakit yang pernah diderita oleh keluarga yang berhubungan kasus saat ini yang derita oleh ibu

11. Riwayat Ginekologi

Apakah pernah mengalami gangguan kesehatareproduksi 12. Kebutuhan Bio-psiko-sosial

(14)

b. Pola minum c. Pola eliminasi d. Pola istirahat e. Psikologi f. Dukungan social g. Spiritual 13. Data Obyektif a. Pemeriksaan umum

Meliputi pemeriksaan tekanan darah, nadi,temperature, pernafasan, keadaan umum pada setiap kasus.Tekanan darah dan nadi harus diukur setiap seperempat jam pada periode pemulihan sesaat pasca operasi. Suhu harus diukur setiap 2 jam (myles, 2009). Suhu yang melebihi 38C pasca pembedahan hari ke 2 harus dicari penyebabnya. Yakinkan pasien bebas demam selama 24 keluar dari rumah sakit. Jika ada tanda infeksi atau pasien demam, berikan antibiotika sampai bebas demam selama 48 jam( sarwono,2008).

b. Pemeriksaan fisik

Dilakukan secara focus sesuai dengan kasus yang dikerjakan c. Pemeriksaan kebidanan

Pemeriksaan yang dilakukan pada kasus kebidanan mulai dari abdomen sampai dengan genetalia

14. Prosedur Invasif

Alat yang terpasang saat itu, meliputi : infuse intravena,central line, dower Catether, selang NGT

15. Kontrol Resiko

Infeksi Apakah mengalami infeksi : MRSA, TB dll dan tindakan apa yang sudah dilakukan

H. ASESMEN PASIEN GAWAT DARURAT

Pelayanan gawat darurat merupakan pelayanan yang dapat memberikan tindakan yang cepat dan tepat pada seorang atau kelompok orang agar dapat meminimalkan angka kematian dan mencegah terjadinya kecacatan yang tidak perlu. Upaya peningkatan gawat darurat ditujukan untuk menunjang pelayanan dasar, sehingga dapat menanggulangi pasien gawat darurat baik dalam keadaan sehari-hari maupun dalam keadaaan bencana.

Dengan semakin meningkatnya jumlah penderita gawat darurat, maka diperlukan peningkatan pelayanan gawat darurat baik yang diselenggarakan ditempat kejadian, selama perjalanan ke rumah sakit, maupaun di rumah sakit.

(15)

Berdasarkan hal tersebut diatas, maka di Instalasi Gawat Darurat perlu dibuat standar pengkajian pasien atau asesmen yang merupakan pedoman bagi semua pihak dalam tata cara pelaksanaan pelayanan yang diberikan ke pasien pada umumnya.

Prosedur dan pedoman asesmen pasien Gawat Darurat Rumah Sakit Ibu dan Anak Puri Bunda adalah sebagai berikut:

1. Pasien yang datang ke Instalasi Gawat Darurat harus mendapatkan pelayanan yang cepat dan tepat. Pada pasien-pasien dilakukan asesmen berikut secara berurutan a. Asesmen awal. Asesmen ini dilakukan sesuai dengan fungsi memberikan respons

yang sesuai dengan keadaan pasien yang bersangkutan. b. Asesmen menyeluruh

c. Asesmen berkelanjutan

2. Intervensi medis dilakukan sesuai dengan hasil asesmen yang diperoleh. Intervensi medis harus dilakukan secara cepat dan tepat

3. Setelah keadaan gawat daruratnya diatasi, pasien ditentukan apakah bias menjalani perawatan rawat jalan atau harus mendapatkan pelayanan rawat inap

I. ASESMEN PASIEN RAWAT JALAN

Rumah Sakit Ibu dan Anak Puri bunda dengan berdasarkan peraturan perundang-undangan menyusun dan menetapkan suatu kebijakan asesmen dan prosedur yang menegaskan asesmen informasi yang harus diperoleh dari pasien rawat jalan serta menyusun suatu pedoman yang diharapkan dapat mengarahkan pihak-pihak yang terlibat dalam pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Ibu dan Anak Puri bunda secara lebih tepat dan akurat.

Pedoman asesmen untuk rawat jalan dilakukan pada pasien medis yang sadar atau pasien trauma yang tidak mengalami mekanisme cedera signifikan, dengan fokus pada keluhan utama pasien dan pemeriksaan fisik terkait. Prosedur dan pedoman asesmen pasien rawat jalan Rumah Sakit Ibu dan Anak Puri bunda adalah sebagai berikut

1. Identitas pasien rawat jalan harus selalu dikonfirmasi pada awal pemberian pelayanan kesehatan.

2. Dokter melakukan asesmen awal dan menentukan apakah pasien bias dilayani di Instalasi Rawat Jalan atau seharusnya mendapatkan pelayanan segera di Instalasi Gawat Darurat. Pasien yang harus mendapatkan pelayanan segera ditransfer ke Instalasi Gawat Darurat.

(16)

3. Dokter melakukan asesmen terfokus kasus medis atau trauma sesuai dengan kondisi pasien.

4. Dokter melakukan anamnesa dengan menanyakan atau meminta pasien untuk menceritakan keluhan yang dirasakan sehingga membuat pasien datang untuk berobat.

5. Dokter menambahkan atau memberikan pertanyaan- pertanyaan yang berhubungan dengan keluhan pasien sehingga keluhan pasien menjadi lebih lengkap dan terperinci 6. Dokter menanyakan riwayat penyakit yang pernah diderita dan riwayat alergi atau

pemakaian obat sebelumnya.

7. Perawat melakukan pengukuran tanda-tanda vital: kesadaran, tekanan darah, frekuensi nadi, frekuensi pernapasan dan suhu badan serta berat badan, terutama untuk pasien anak-anak. Apabila perawat atau dokter meragukan hasil pemeriksaan yang dilakukan maka dokter akan melakukan sendiri pemeriksaannya.

8. Dokter melakukan asesmen menyeluruh dan terarah sesuai dengan keluhan pasien. 9. Perawat mengkaji status nyeri dan status psikologis pada setiap pasien rawat jalan.

Pengkajian status nyeri dilakukan berdasarkan asesmen status nyeriyang telah ditetapkan.

10. Apabila diperlukan, dokter menganjurkan untuk melakukan pemeriksaan penunjang baik laboratorium atau radiologi dan pemeriksaan penunjanglainnya seperti patalogi anatomi dan lain-lain untuk membantu menegakkandiagnosa penyakit pasien secara lebih pasti.

11. Dokter membuat kesimpulan dari semua informasi yang diperoleh selama proses rawat jalan berupa diagnosa sementara dan differensial diagnosa.

12. Dokter memberikan pengobatan dan/ atau rencana pelayananan selanjutnya seperti rawat inap, konsultasi spesialisasi lain atau tindakan lainnya. Untuk rawat inap, pasien dan keluarga diarahkan ke prosedur pasien rawat inap. Konsultasi spesialisasi harus dilakukan secara tertulis melalui lembaran konsultasi dan hasil konsultasi dicatat dalam rekam medis.

13. Tindakan dilakukan setelah adanya persetujuan tindakan medis (informed consent) dari pasien atau keluarga pasien.

14. Semua informasi diatas wajib diperoleh dari pasien dan/ atau keluarga pasien dan harus dicatat secara lengkap dan terperinci dalam status rawat jalan dan didokumentasikan dalam buku rekam medis.

15. Untuk pelayanan kesehatan gigi di Poliklinik Gigi ditambahkan odontogram dalam rekam medisnya.

(17)

Isi Minimal Asesmen Pasien Rawat Jalan

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 269/MENKES/ III/ 2008 tentang Rekam Medis bahwa isi rekam medis untuk pasien rawat jalan pada sarana pelayanan kesehatan sekurang-kurangnya memuat

1. Identitas pasien 2. tanggal dan waktu

3. hasil anamnesa, mencakup sekurang-kurangnya keluhan dan riwayat penyakit 4. hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medic

5. Diagnosis

6. Rencana penatalaksanaan 7. Pengobatan dan atau tindakan

8. Pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien

9. Untuk pasien kasus gigi dilengkapi dengan odontogram klinik 10. Persetujuan tindakan bila diperlukan

Isi minimal asesmen pasien rawat jalan adalah informasi atau data minimal yang harus dikaji dari pasien rawat jalan

Isi minimal asesmen pasien rawat jalan Rumah Sakit Ibu dan Anak Puri bunda mengikuti Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 269/MENKES/ III/ 2008 dan pedoman dari Komite Akreditasi Rumah Sakit(KARS) adalah sebagai berikut 1. Identitas pasien

2. Tanggal dan waktu

3. Hasil anamnesa, mencakup sekurang-kurangnya keluhan dan riwayat penyakit, status psikologis dan ekonomi serta riwayat pemakaian atau alergi obat sebelumnya

4. Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medik serta skala nyeri 5. Diagnosis

6. Rencana penatalaksanaan 7. Pengobatan dan atau tindakan

8. Pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien.

9. Untuk pasien kasus gigi dilengkapi dengan odontogram klinik 10. Persetujuan tindakan bila diperlukan

J. ASESMEN PASIEN RAWAT INAP

Rawat inap merupakan kelanjutan dari pelayanan kesehatan rawat jalan atau pelayanan gawat darurat. Pelayanan rawat inap bertujuan untuk melakukan pemantauan lebih lanjut terhadap kondisi pasien terutama pasien yang memerlukan perawatan intensif atau pasien yang kondisinya masih belum stabil sehingga masih memerlukan tindakan-tindakan yang paling baik dilakukan di dalam rumah sakit.

Rawat inap bertujuan agar segala pelayanan medis yang diperlukan dapat diberikan secara komprehensif dan optimal agar pasien memperoleh kesembuhan dalam

(18)

waktu yang lebih cepat. Untuk itu, diperlukan pengkajian dan pengamatan yang lebih menyeluruh dan terperinci serta berulang-ulang terhadap setiap perubahan kondisi pasien yang mungkin saja terjadi selama perawatan.

Prosedur dan pedoman asesmen pasien rawat inap Rumah Sakit Ibu dan Anak Puri bunda adalah sebagai berikut

1. Identitas pasien rawat inap harus selalu dikonfirmasi pada awal pemberian pelayanan kesehatan.

2. DPJP melakukan asesmen sesuai dengan kondisi pasien saat diperiksa.bisa berupa asesmen awal kembali, asesmen segera dan terfokus, asesmen menyeluruh maupun asesmen berkelanjutan.

3. Berdasarkan hasil asesmen yang dilakukan, DPJP memberikan pengobatan dan merencanakan pelayanan selanjutnya atau tindakan yang dibutuhkan oleh pasien. 4. DPJP dapat melakukan pemeriksaan- pemeriksaan penunjang lainnya bila diperlukan. 5. DPJP memberikan penjelasan mengenai semua hal yang berkaitan dengan kondisi

pasien meliputi keadaan penyakit, pengobatan yang diberikan, pemeriksaan-pemeriksaan penunjang yang dilakukan, rencana pelayanan dan tindakan selanjutnya, perkiraan lama rawatan dan rencana pemulangan (discharge plan) kepada pasien dan keluarganya.

6. DPJP juga memberikan penjelasan terhadap pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh pasien dan atau keluarga.

7. DPJP dapat melakukan konsultasi ataupun perawatan bersama dengan dokter bidang spesialisasi lainnya bila diperlukan dengan mengisi lembaran konsultasi yang telah ada.

8. DPJP melakukan asesmen dan asesmen ulang setiap hari dengan melakukan visite dan menjelaskan perkembangan keadaan penyakit pasien dan rencana pengobatan kepada pasien dan keluarga atau penanggung jawab pasien.

9. Perawat menjalankan pelayanan sesuai dengan rencana pengobatan yangdiistruksikan oleh DPJP.

10. Perawat melakukan asesmen keperawatan sesuai dengan pedoman dan panduan yang telah ditetapkan.

11. Perawat melakukan asesmen nyeri dan asesmen jatuh pada setiap pasien rawat inap sesuai dengan pedoman dan panduan yang ada

12. Pengkajian ulang pasien dilakukan sesuai dengan perubahan kondisi pasien yang bisa terjadi secara tiba-tiba. Setiap perubahan dan perkembangan dari kondisi pasien harus diketahui dan dilaporkan kepada DPJP

(19)

13. Setiap tindakan yang dilakukan kepada pasien harus mendapat persetujuan dari pasien atau keluarga/ penanggung jawab. Tindakan dilakukan setelah adanya persetujuan (informed consent )

14. Seluruh informasi yang diperoleh dan tindakan pengobatan serta pelayanan yang diberikan kepada pasien harus didokumentasikan secara terintegrasi dalam rekam medis dan dapat diakses sewaktu-waktu apabiladiperlukan.

15. DPJP membuat resume medis berupa ringkasan dari seluruh pelayanan kesehatan yang telah diberikan selama perawatan saat pemulangan pasien.

16. Untuk pelayanan kesehatan gigi ditambahkan odontogram dalam rekam medisnya. Isi Minimal Asesmen Pasien Rawat Inap

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 269/MENKES/ III/ 2008 tentang Rekam Medis bahwa isi rekam medi suntuk pasien rawat inap dan perawatan satu hari pada sarana pelayanan kesehatan sekurang-kurangnya memuat

1. Identitas pasien 2. tanggal dan waktu

3. hasil anamnesa, mencakup sekurang-kurangnya keluhan dan riwayat penyakit 4. hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medic

5. Diagnosis

6. Rencana penatalaksanaan 7. Pengobatan dan atau tindakan 8. Persetujuan tindakan jika diperlukan

9. Catatan observasi klinis dan hasil pengobatan 10. Ringkasan pulang (discharge summary)

11. Nama dan tanda tangan dokter, dokter gigi, atau tenaga kesehatan tertentu yang memberikan pelayanan kesehatan

12. Pelayanan lain yang dilakukan oleh tenaga kesehatan tertentu, dan 13. Untuk pasien kasus gigi dilengkapi dengan odontogram klinik

Isi minimal asesmen pasien rawat jalan Rumah Sakit Ibu dan Anak Puri bunda mengikuti Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 269/MENKES/ III/ 2008 dan pedoman dari Komite Akreditasi Rumah Sakit(KARS) adalah sebagai berikut 1. Identitas pasien

2. Tanggal dan waktu

3. Hasil anamnesa, mencakup sekurang-kurangnya keluhan dan riwayat penyakit, status psikologis dan ekonomi serta riwayat pemakaian atau alergi obat sebelumnya

4. Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medik 5. serta penilaian skala nyeri dan manajemennya 6. Diagnosis

7. Rencana penatalaksanaan dan rencana pulang (discharge planning) 8. Pengobatan dan atau tindakan

(20)

10. Ringkasan pulang (discharge summary)

11. Pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien (informasi mengenai penyakit, edukasi kepada keluarga)

12. Persetujuan tindakan bila diperlukan

13. Nama dan tanda tangan dokter, dokter gigi, atau tenaga kesehatan tertentuyang memberikan pelayanan kesehatan

14. Untuk pasien kasus gigi dilengkapi dengan odontogram klinik

BAB III RUANGLINGKUP

Komponen utama dari proses pelayanan pasien rawat inap dan rawat jalan adalah asesmen pasien untuk memperoleh informasi terkait status medis pasien. Khusus pasien rawat inap, asesmen pasien terkait status kesehatan, intervensi, kebutuhan keperawatan, dan gizi. Untuk dapat berhasil memberikan terapi /asuhan yang berorientasi kepada pasien, dalam prakteknya dokter, perawat dan dietisien harus memiliki pengetahuan dan keahlian dalam melakukan asesmen pasien. Asesmen pasien diperoleh dari pasien dan sumber-sumber lain (misalnya: profil terapi obat, rekam medis, dan lain-lain). Asesmen pasien dibutuhkan dalam membuat keputusan-keputusan terkait: (a)status kesehatan pasien; (b) kebutuhan dan permasalahan keperawatan; (c) intervensi guna memecahkan permasalahan kesehatan yang sudah teridentifikasi atau juga mencegah permasalahan yang bisa timbul dimasa mendatang; serta (d)tindak lanjut untuk memastikan hasil-hasil yang diharapkan pasien terpenuhi. Proses asuhan kepada pasien saling berhubungan/ terjadi kolaborasi antara dokter, perawat dan gizi. Sulit untuk dimengerti bahwa dokter dapat menyembuhkan pasien tanpa bantuan asuhan keperawatan dan terapi gizi

A. Asesmen Medis

DPJP secara menyeluruh dan sistematis mengidentifikasi masalahkesehatan pasien dengan melakukan :

(21)

i. Anamnesis

1. Keluhan utama

2. Riwayat penyakit sekarang

3. Riwayat penyakit dahulu dan terapinya 4. Riwayat Alergi

5. Riwayat penyakit dalam keluarga 6. Riwayat pekerjaan

7. Riwayat tumbuh kembang ii. Pemeriksaan Fisik

1. Generalis a. Kepala b. Mata c. THT Leher d. Mulut

e. Jantung & pembuluh darah f. Thoraks, paru – paru, payudara g. Abdomen

h. Kulit dan sistem limfatik

i. Tulang belakang dan anggota tubuh j. Sistem saraf

k. Genitalia, anus dan rectum 2. Lokalisi

a. Inspeksi b. Palpasi c. Perkusi d. Auskultasi

e. Lakukan deskripsi terhadap status lokalis 3. Skrining Nyeri

Semua pasien yang masuk ke rawat inap harus dilakukan skrining nyeri. (lihat Panduan Manajemen Nyeri)

B. Asesmen Keperawatan Asesmen awal keperawatan

Serangkaian proses yang berlangsung saat pasien masuk rawat inap untuk dilakukan pemeriksaan secara sistematis untuk mengidentifikasi masalah keperawatan pada pasien, antara lain:

1. Keluhan utama

a. Riwayat penyakit sekarang

b. Riwayat penyakit dahulu: DM, HT, jantung, paru, dll c. Riwayat alergi ya, tidak, penyebab dan reaksi

2. Kenyamanan nyeri

a. Digunakan Skala 1 – 10

b. Kualitas terbakar, tajam, tumpul, tertekan, dll c. Waktu hilang timbul, terus menerus, lamanya d. Dikatagorikan berdasarkan usia

(22)

e. Lokasi

3. Aktifitas dan istirahat

a. Bedrest, ambulasi di tempat tidur b. Ambulasi jalan tidak ada kesulitan c. penurunan kekuatan otot, sering jatuh 4. Proteksi

a. Status mental: orientasi baik, disorentasi, gelisah,tidak respon b. Resiko jatuh: tidak resiko, rendah, tinggi

5. Nutrisi

a. Tinggi badan ,berat badan

b. Status gizi kurang, normal, over weight, obesitas c. Nafsu makan: menurun, baik, meningkat

d. Kondisi berhubungan dengan makan: mual, muntah,anoreksia, disfagia dll 6. Eliminasi

a. BAB: normal,konstipasi/obstipasi,diare,colostomy,iliostomi b. BAK: normal, retensi, hematuri, disuri, inkontinensia dll7) 7. Respon emosi: Takut, tegang, marah, sedih, menangis,senang, gelisah

Respon kognisi pasien / keluarga: Menginginkan informasi penyakit, pengobatan, perawatan, diet, biaya, dll

8. Sistim sosio spiritual

a. Ketaatan menjalankan ibadah: rutin, kadang-kadang b. Kondisi rumah

C. Asesmen Gizi

Status nutrisi dengan menggunakan criteria Malnutrition Universal Screening Tool (MUST), yang bertujuan untuk mengidentifikasi dan menata laksana pasien dewasa yang mengalami gizi buruk, kurang gizi, atau obesitas. Untuk pasien anak > 5 tahun menggunakan grafik CDC dan < 5 tahun dengan grafik Z – Score ( WHO, 2005 )

1. Asesmen Gizi Pasien Dewasa

Kelima langkah MUST adalah sebagai berikut 2. Pengukuran alternative

a. Jika tinggi badan tidak dapat diukur, gunakan pengukuran panjang lengan bawah (ulna) untuk memperkirakan tinggi badan dengan menggunakan tabel dibawah ini.

Pengukuran dimulai dari siku (olekranon) hingga titik tengah prosesus stiloideus (penonjolan tulang di pergelangan tangan), jika memungkinkan gunakanlah tangan kiri.

b. Untuk memperkirakan IMT, dapat menggunakan pengukuran lingkar lengan atas (LLA)

(23)

 Lengan bawah sisi kiri pasien harus ditekuk 90 terhadap siku, dengan lengan atas paralel di sisi tubuh. Ukur jarak antara tonjolan tulang bahu (akromion) dengan siku (olekranon). Tandai titik tengahnya.

 Perintahkan pasien untuk merelaksasikan lengan atasnya, ukur lingkar lengan atas di titik tengah, pastikan pita pengukur tidak terlalu menempel terlalu ketat

c. Langkah 3: adanya efek/pengaruh akut dari penyakit yang diderita pasien, dan berikan skor (rentang antara 0-2). Sebagai contoh, jika pasien sedang mengalami penyakit akut dan sangat sedikit/tidak terdapat asupan makanan > 5 hari, diberikan skor 2

d. Langkah 4: tambahkan skor yang diperoleh dari langkah 1, 2 dan 3 untuk menilai adanya risiko malnutrisi :

 Skor 0= risiko rendah  Skor 1= risiko sedang  Skor ≥ 2= risiko tinggi

e. Langkah 5: gunakan panduan tatalaksana untuk merencanakan strategi keperawatan berikut ini :

 Risiko rendah

Perawatan rutin: ulangi skrining pada pasien dirumah sakit (tiap minggu), pada pasien rawat jalan (tiap bulan)

 Risiko sedang

Observasi: Catat asupan makanan selama 3 hari.

Jika asupan adekuat, ulangi skrining : pasien di rumah sakit (tiap minggu), pada pasien rawat jalan (tiap bulan).

Jika tidak adekuat, rencanakan strategi untuk perbaikan dan peningkatan asupan nutrisi, pantau dan kaji ulang program pemberian nutrisi secara teratur

 Risiko tinggi

Tatalaksana: Rujuk ke ahli gizi, Perbaiki dan tingkatkan asupan nutrisi, Pantau dan kaji ulang program pemberian nutrisi: Pada pasien di rumah sakit (tiapminggu), pada pasien rawat jalan (tiap bulan).

 Untuk semua kategori:

Atasi penyakit yang mendasari dan berikan saran dalam pemilihan jenis makanan, Catat katagori risiko malnutrisi, Catat kebutuhan akan diet khusus dan ikuti kebijakan setempat

(24)

a. Asesmen Gizi Pasien Anak > Lima Tahun Menggunakan grafik CDC dengan rumus : % IBW = ( BB Aktual / BB Ideal) x 100 %Klasifikasi % IBW :

 Obesitas : > 120 % BB Ideal

 Overweight: > 110 % - 120 % BB Ideal  Gizi Normal: 90 % - 110 % BB ideal  Gizi Kurang : 70 % - 90 % BB Ideal  Gizi Buruk : < 70 % BB Ideal

b. Asesmen Gizi Pasien Anak < Lima Tahun Dengan melihat grafik Z – Score WHO 2005 : BB / TB, BB / U. TB/U. Usia O – 2 tahun laki – laki warna biru dan perempuan warna merah muda. Usia 2 – 5 tahun laki – laki warna biru dan perempuan warna merah muda. Kriteria :

 >3 SD : Obesitas  2 SD – 3 SD: Gizi Lebih  2 SD – 2 SD: Gizi baik  2 SD - - 3 SD: Gizi kurang  3 SD: Gizi buruk D. Pemeriksaan Penunjang

Untuk menegakkan diagnosa terkadang dibutuhkan konfirmasi pemeriksaan penunjang seperti laboratorium dan radiodiagnostik. Semua catatan hasil pemeriksaan penunjang tersebut harus disimpan dalam rekam medis pasien.

(25)

BAB IV

KERANGKA WAKTU PELAKSANAAN ASESMEN

Waktu pelaksanaan asesmen harus diperhatikan sehingga pelayanan kesehatan kepada pasien dapat berlangsung dengan cepat, tepat dan bermanfaat. Kecepatan pelayanan dan kualitas pelayanan harus sejalan. Asesmen medis dan keperawatan harus selesai dalam waktu 24 jam sesudah pasien diterima di rumah sakit dan tersedia untuk digunakan dalam seluruh pelayanan untuk pasien. Apabila kondisi pasien mengharuskan maka asesmen medis dan dilaksanakan dan tersedia lebih dini/ cepat. Jadi untuk pasien gawat darurat, asesmen harus segera dilakukan dan untuk kelompok pasien tertentu harus dinilai lebih cepat dari 24 jam.

Apabila asesmen medis awal dilaksanakan di luar rumah sakit sebelum dirawat, maka hal ini harus terjadi sebelum30 hari. Apabila telah lebih dari 30 hari maka riwayat kesehatan harus diperbaharui dan dilakukan pemeriksaan fisik ulang. Untuk asesmen medis yang dilakukan dalam waktu 30 hari sebelum rawat inap, maka setiap perubahan kondisi pasien harus dicatat pada waktu mulai dirawat

BAB V DOKUMENTASI

(26)

Rekam Medis Mendokumentasikan pemeriksaan pasien merupakan langkah kritikal dan penting dalam proses asuhan pasien. Hal ini umumnya dipahami pelaksana praktek kedokteran bahwa “ jika anda tidak mendokumentasikannya, anda tidak melakukannya”. Dokumentasi adalah alat komunikasi berharga untuk pertemuan di masa mendatang dengan pasien tersebut dan dengan tenaga ahli asuhan kesehatan lainnya. Alasan lain mengapa dokumentasi sangat kritikal terhadap proses asuhan pasien. Saat ini, beberapa metode berbeda digunakan untuk mendokumentasikan asuhan pasien dan PCP, dan beragam format cetakan dan perangkat lunak komputer tersedia untuk membantu farmasis dalam proses ini. Dokumentasi yang baik adalah lebih dari sekedar mengisi formulir; akan tetapi, harus memfasilitasi asuhan pasien yang baik. Ciri-ciri yang harus dimiliki suatu dokumentasi agar bermnanfaat untuk pertemuan dengan pasien meliputi: Informasi tersusun rapi, terorganisir dan dapat ditemukan dengan cepat

REFERENSI

Lucas Country Emergency Medical Services. Tab 600: pre-hospitalpatient assessment. Oleh : Toledo; 2010.

Montana State Hospital Policy and Procedure. Patient assessmentpolicy; 2009. Patient assessment definitions.

San Mateo Country EMS Agency. Patient assesment, routine medicalcare, primary and secondary survey; 2009.

(27)

Danver Paramedic Division. Pre-hospital protocols; 2012.

Malnitrition Advisory Group: a Standing Commitees of BAPEN,Malnutrition Universal Screening Tool (MUST), 2010.

Sizewise. Understanding fall risk, prevention, and protection, USA:Kansas.

Sentara Williamsburg Community Hospital.Pain assesment andmanagement policy; 2006.

National Instute of Health warren Grant Magnuson Clinical Center,Pain intensity instruments: numeric rating scale; 2003.

Pain management. (diakses tanggal 23 Februari 2012),Diunduhdari: www.hospitalsoup.com. Craig P, Dolan P, Drew K, Pejakovich P, Nursing assesment, plain ofcare, and patient education: the foundation of patient care. USA:HCPro, Inc; 2006

Referensi

Dokumen terkait

yang dimaksud dalam No.10 tahun 1998 tentang Perbankkan yang melaksanakan usahanya berdasarkan prinsip syari’ah. b) Unit Usaha Syari’ah (UUS) adalah unit kerja dikantor pusat bank

• INTERAKSI, pertukaran data atau informasi antar berbagai pihak yang akan meminimalkan “human error” (“ electronic data interchange/EDI ” concept). • TRANSAKSI, kesepakatan

Secara praktis, penelitian ini berguna agar pembaca dapat mengetahui dan memahami pemaknaan di dalam kampanye kreatif, khususnya melalui video “Takotak Miskumis”, agar konten

Generator shunt mempunyai karakteristik seperti ditunjukkan pada Gambar diatas. $egangan output akan turun lebih banyak untuk kenaikan arus beban yang sama, dibandingkan dengan

Informasi yang diberikan dirancang hanya sebagai panduan untuk penanganan, penggunaan, pemrosesan, penyimpanan, pengangkutan, pembuangan, dan pelepasan secara aman dan tidak

yang tidak mempunyai hubungan istimewa (arms length transaction). g) Estimated Economic Life of Leased Property: Taksiran umur ekonomis dari barang yang dapat

Inhibition of luminescence and virulence in the black tiger prawn (Penaeus monodon) pathogen Vibrio harveyi by intercellular signal antagonists.. Vibrio parahaemolyticus

Dalam kasus Dunkin’ Donuts  yang bercabang di kota Yogyakarta, time to market   cenderung tinggi karena mereka memiliki kebijakan mengeluarkan produk baru mereka dan