• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERTAMBAHAN TINGGI DAN DIAMETER ANAKAN MAHONI (Swietenia macrophylla King) DI AREAL POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERTAMBAHAN TINGGI DAN DIAMETER ANAKAN MAHONI (Swietenia macrophylla King) DI AREAL POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA"

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

PERTAMBAHAN TINGGI DAN DIAMETER

ANAKAN MAHONI (

Swietenia macrophylla

King)

DI AREAL POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI

SAMARINDA

Oleh : ERIS AWANG NIM. 070500009

PROGRAM STUDI MANAJEMEN HUTAN JURUSAN PENGELOLAAN HUTAN

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA S A M A R I N D A

(2)

PERTAMBAHAN TINGGI DAN DIAMETER

ANAKAN MAHONI (

Swietenia macrophylla

King

)

DI AREAL POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI

SAMARINDA

Oleh : ERIS AWANG NIM. 070500009

Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Sebutan Ahli Madya Kehutanan

Pada Program Diploma III

Politeknik Pertanian Negeri Samarinda Samarinda

PROGRAM STUDI MANAJEMEN HUTAN JURUSAN PENGELOLAAN HUTAN

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA S A M A R I N D A

(3)

HALAMAN PENGESAHAN

Judul Karya Ilmiah : PERTAMBAHAN TINGGI DAN DIAMETER ANAKAN MAHONI (Swietenia macrophylla King) DI AREAL POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA

Nama Mahasiswa : ERIS AWANG

NIM : 070500009

Bidang Studi : MANAJEMEN HUTAN Jurusan : PENGELOLAAN HUTAN

Menyetujui,

Pembimbing, Penguji I,

Ir. Hasanudin MP Ir. Rudy Nurhayadi, MP

NIP. 19630805 198903 1 005. NIP. 19590111 198703 1 002 Penguji II,

Elisa Herawati, S.Hut. MP NIP. 19710305 199512 2 001

Mengesahkan,

Direktur Politeknik Pertanian Negeri Samarinda

Ir. Wartomo, MP

NIP. 19631028 198803 1 003

(4)

ABSTRAK

ERIS AWANG. Pertambahan Tinggi dan Diameter Anakan mahoni

(Swietenia macrophylla King) Pada Umur 2 Tahun di Areal Politeknik Pertanian

Negeri Samarinda. ( di bawah bimbingan Hasanudin).

Pengamatan ini bertujuan untuk mengetahui pertambahan Tinggi dan Diameter Anakan mahoni (Swetenia macrophylla King) di Areal Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.

Alat yang digunakan dalam pengukuran Tinggi adalah meteran sedangkan dalam pengukuran Diameter menggunakan mikrokaliper.

Pengamatan ini dilaksanakan selama 6 bulan mulai Januari s/d Juli 2010 di Areal Politeknik Pertanian Negeri Samarinda, meliputi orientasi lapangan dan pengambilan data baik primer maupun sekunder, serta penulisan karya ilmiah.

Sedangkan hasil dari pengukuran anakan mahoni (Swetenia macrophylla

King) berjumlah 89 anakan mahoni telah menunjukkan tinggi terbesar adalah 83,0 cm standar deviasi 34,76 cm koefisien variasi 41,88 %, dengan tinggi yang terkecil 58,26 cm standar deviasi 29,06 cm, dengan koefesien variasi 49,88 %. Sedangkan hasil dari pengukuran diameter anakan mahoni diketahui bahwa diameter yang terbesar adalah 11,93 mm standar deviasi 3,87 mm dan koefesien variasi 32,43 % sedangkan diameter anakan mahoni yang terendah 6,94 mm, standar deviasi 1,99 mm koefesien variasi 28,73 mm.

Dari beberapa uraian tersebut bahwa anakan mahoni (Swietenia

macrophylla King) di areal Politeknik Pertanian Negeri Samarinda dapat memberi

informasi tentang pertumbuhan Tinggi dan Diameter dari setiap tanaman anakan yang sangat dibutuhkan, untuk memperoleh pertambahan tumbuh anakan mahoni yang baik hingga akhir daur.

(5)

RIWAYAT HIDUP

Eris Awang dilahirkan pada tanggal 10 Juni 1984 di Desa Respen Sembuak, Kecamatan Malinau Utara, Kabupaten Malinau merupakan anak keempat dari lima bersaudara pasangan Bapak Awang Kirut dan Ibu Putan

( Alm ).

Pada tahun 1991 mulai masuk Pendidikan Dasar, di Sekolah Dasar Negeri 004 Long Nit dan memperoleh ijazah pada tahun 1996, kemudian melanjut pendidikan pada tahun yang sama di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) Negeri 1 Malinau Kota dan pernah putus kelas 3 SLTP kemudian masuk kembali SLTP Negeri 4 Malinau Utara dan memperoleh ijazah pada tahun 2002, kemudian melanjutkan Sekolah Menengah Kejuruan Sehati (SMKS) Malinau Barat dan memperoleh ijazah pada Tahun 2005, sempat menganggur selama satu setengah tahun kemudian melanjutkan ke Pendidikan Perguruan Tinggi dimulai tahun 2007 di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda, dan memilih Jurusan Pengelolaan Hutan. Pada bulan Maret sampai Mei 2010 telah mengikuti kegiatan Praktek Kerja Lapang (PKL) di PT. INHUTANI II di Desa Tanjung Lapang Kacamatan Malinau Barat, Kabupaten Malinau.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan Ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat-Nya lah sehingga penulis bisa menyelesaikan Karya Ilmiah ini tepat waktunya.

Karya Ilmiah ini disusun berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilaksanakan sebagai salah satu syarat untuk dapat menyelesaikan stud i pada Politeknik Pertanian Negeri Samarinda, Jurusan Pengelolaan Hutan.

Penelitian ini dilakukan di areal Politeknik Pertanian Negeri Samarinda meliputi orientasi lapangan, persiapan alat, pengambilan data dan pengolahan data.

Penulis sangat berterima kasih, yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Ir. Hasanudin, MP selaku Dosen Pembimbing Karya Ilmiah sekaligus sebagai, Ketua Jurusan Pengelolaan Hutan.

2. Bapak Ir. Rudy Nurhayadi, MP dan Ibu Elisa Herawati, S.Hut. MP Sebagai penguji yang telah banyak memberikan masukan- masukan untuk kesempurnaan karya ilmiah ini.

3. Ibu Ir. Emi Malaysia, MP selaku Ketua Program Studi Manajemen Hutan 4. Bapak Ir.Wartomo, MP selaku Direktur Politeknik Pertanian Negeri

Samarinda

5. Orang Tua, kakak dan adik – adik saya tercinta yang telah memberikan dukungan doa serta restunya kepada penulis.

6. Teman-teman di kampus yang telah memberikan motivasi dan bantuan serta sarannya kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa dalam penyajian Karya Ilmiah ini masih banyak terdapat kekurangan baik dalam penulisan maupun kata-kata namun demikian penulis mengharapkan apa yang telah tersaji dalam Karya Ilmiah ini kiranya dapat bermanfaat bagi penulis maupun bagi para pembaca.

Penulis,

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN... iii

ABSTRAK... iv RIWAYAT HIDUP... v KATA PENGANTAR...vi DAFTAR ISI...vii DAFTAR TABEL...viii DAFTAR GAMBAR...ix DAFTAR LAMPIRAN...x I. PENDAHULUAN ...1

II. TINJAUAN PUSTAKA...3

a. Gambaran umum mahoni (Swietenia macrophylla King )...3

b. Sifat-sifat botanis...3

c. Tinjauan Umum Hutan tanaman Industri (HTI)...8

d. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan...9

e. Pertumbuhan dan perkembangan Tegakan...11

f. Pengukuran Diameter anakan mahoni (Swietenia Macro Phylla King )...12

g. Pengukuran Tinggi anakan mahoni (Swietenia Macro Phylla King)……...13

III. METODE PENELITIAN...21

a. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN...21

1. Lokasi penelitian...21

2. Waktu Penelitian...21

B. ALAT DAN BAHAN...21

1. Alat...21

2. Baha n...22

C. PROSEDUR PENELITIAN...22

D. PENGOLAHAN DATA...23

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN...26

a. Hasil... ...26

b.Pembahasan ...30

V. KESIMPULAN DAN SARAN...32

a. Kesimpulan...32

b. Saran...32

DAFTAR PUSTAKA... ...33

(8)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

Tubuh Utama

1. Frekuensi Sebaran Tinggi Tanaman Mahoni... 27 2. Frekuensi Sebaran Diameter Tanaman Mahoni... 29

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

Tubuh Utama

1. Grafik Distribusi Diameter Tanaman Mahoni... 28 2. Grafik Distribusi Tinggi Tanaman Mahoni... 30

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Data Pengukuran I. ...38 2. Data Pengukuran II ...39 3. Perhitungan Riap Tinggi dan Diameter ... 40

(9)

I.

PENDAHULUAN

Hutan mempunyai banyak manfaatnya bagi kehidupan manusia seutuhnya dan peran yang sangat penting dalam mewujudkan pembangunan nasional. Hal ini disebabkan hutan sangat banyak manfaatnya bagi sebesar-besarnya kemakmuran dan kesejahteraan rakyat Indonesia.

Manfaat hutan secara langsung adalah menghasilkan kayu yang bernilai ekonomi yang sangat tinggi serta hasil hutan non kayu seperti rotan, madu, getah, damar, buah-buahan dll. Ada delapan manfaat hutan secara tidak langsung antara lain : mengatur tata air, mencegah terjadinya erosi, memberikan rasa keindahan, memberi manfaat terhadap kesehatan, memberi manfaat di sektor pariwisata, memberi manfaat di bidang pertahanan keamanan, menampung tenaga kerja dan menambah devisa negara.

Dalam laju pembangunan di berbagai bidang diiringi dengan laju pertumbuhan penduduk mengakibatkan peningkatan besar terhadap kebutuhan kayu dan lahan. Dalam memenuhi kebutuhan tersebut maka pemungutan hasil hutan terutama kayu merupakan jalan keluar yang dianggap tepat. Maka potensi tegakan hutan terus menurun dari tahun ketahun. Demikian juga lahan atau kawasan hutan cenderung semakin berkurang. Dalam mengantisipasi laju penurunan potensi hutan sekaligus untuk memenuhi kebutuhan akan hasil hutan terutama kayu maka peme rintah mengeluarkan kebijakan tentang pengusaha an hutan Hutan Tanaman Industri (HTI ).

(10)

Selain itu, untuk merehabilitasi lahan- lahan hutan yang sudah rusak atau tidak berhutan lagi, maka dilakukan kegiatan penanaman pada areal atau lahan di dalam kawasan hutan disebut reboisasi, sedangkan kegiatan penanaman di luar kawasan hutan disebut penghijauan.

Jenis tanaman yang baik ditanam pada kegiatan pengusahaan hutan tanaman, baik dalam kegiatan reboisasi maupun penghijauan adalah jenis tanaman kehutanan. Pada hutan tanaman yang ada di Indonesia masih di dominasi jenis cepat tumbuh ( fast growing ) seperti jenis Sengon, Acacacia, Gmelina, Eucalyptus, dan Mahoni. Untuk mencapai tujuan ini maka informasi tentang pertumbuhan tanaman Mahoni merupakan hal yang sanga t diperlukan. Jenis tanaman kehutanan yang ditanam pada kegiatan reboisasi dan penghijauan mempunyai tujuan untuk pencegahan dan pengurangan laju erosi, dalam hubungannya dengan pencegahan dan pengurangan laju erosi maka memilih tanaman pada kegiatan reboisasi dan penghijauan sebaiknya didasarkan pada sifat-sifat pertumbuhan tanaman itu sendiri, seperti bentuk batang dan perakarannya dengan harapan agar tanaman tahan terhadap gangguan alam sekitar seperti hujan deras maupun angin yang kencang.

Dari beberapa uraian tersebut maka data atau informasi tentang pertumbuhan dari setiap tanaman kehutanan sangat dibutuhkan, maka dalam penelitian ini ingin mengetahui pertumbuhan diameter dan tinggi anakan tanaman Mahoni (Swietenia macrophylla King) yang ditanam pada areal Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.

(11)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Mahoni (Swietenia macrophylla King)

Mahoni dengan nama daerah perdangangan mahoni daun besar adalah dari jenis Meliaceae yang tergolong jenis tegakan bayang mempunyai corak kayu yang indah serta mudah mengerjakannya (Anonim, 1982 ) .

Jenis ini mempunyai arti penting untuk reboisasi dan juga untuk membangun HTI karna akan menghasilkan kayu pertukangan dan bahan baku industri pengergajian dan plywood, di Kalimantan Timur telah di tanam jenis mahoni telah dicoba beberapa HPH dalam rangka pembangunan HTI (Anonim,1980 ).

Tananaman mahoni lebih tahan terhadap pengerek dibanding dengan jenis mahoni lainnya ( Switenia mahagoni jack) yang lebih dikenal dengan nama mahoni daun kecil, oleh karna itu penanaman untuk mahoni daun besar lebih dikembangkan dan diperluaskan ( Anonim, 1986 ).

B. Sifat – Sifat Botanis

1. Daerah penyebaran

Secara alam mahoni tumbuh menyebar dari Yu Catan mexico, venzuela, sampai dataran rendah Amazon equador, secara vartikel penyebaran penyebaran mahoni tumbuh dari ketinggian 0 - 1800 Dpl, tetapi yang paling cocok tumbuh diantara 0 – 450 Dpl (Bratawinata, 1987 ) .

(12)

Mahoni masuk ke Indonesia pada tahun 1972 dari India, pada tahun 1880 di Kebun Raya Bogor di tanam dan dikembangkan oleh Bozwezen ( Jawatan kehutanan ), dan mulai dikembangkan secara meluas di pulau

Jawa pada tahun,1897 – 1902, (Ano nim, 1980 ) . 2 Habitat

Pohon mahoni mudah dikenal sebagai pohon yang langsing dengan berdaun hijau tua mengkilat, dapat mencapai tinggi 35 m, dan diameter mencapai 100 cm, dengan pertumbuhan tinggi di waktu muda tidak begitu cepat karena di pengaruhi oleh iklim dalam penyebaran pada daerah – daerah tertentu ( Anonim, 1980) .

3. Tempat tumbuh a.Tanah

Mahoni tumbuh baik pada tanah yang tinggi unsur hara nya, sedangkan di tempat yang miskin unsur haranya pertumbuhan mahoni sangat kerdil ( Anonim, 1986 ). Juga mahoni sangat tahan terhadap kekurangan zat asam selama ± 70 hari sehingga dapat ditanam pada lapangan yang sewaktu – waktu tergenang air (Anonim, 1980 ) .

b. Iklim

Mahoni dapat tumbuh dengan baik pada daerah – daerah musim kemarau maupun musim basah yaitu dengan type A – B menurut kelasifikasi Schmidt dan Ferguson, dengan suhu tahunan 11 0 C – 36 0 C dan curah hujan tahunan 1524 mm - 5085 mm, (Anonim, 1986 ) .

(13)

c. Batang dan pohon

Batangnya berbentuk silindris agak berlekuk tetapi tidak berbanir,

bersepih dalam jalur – jalur dengan warna kuning coklat kelabu ( Anonim, 1980 ) .

Mudah dikenal sebagai pohon yang langsing dan berdaun hijau tua mengkilat, pohon dapat mencapai tinggi 40 m, dan diameter batang dapat mencapai 100 – 125 cm. Pertumbuhan tinggi diwaktu muda tidak begitu cepat ( Anonim, 1977 ).

d. Tajuk dan daun

Tajuk berbentuk kubah dengan daun berwarna hijau mengkilat, dan mengugurkan daun setelah beberapa hari kemudian gundul muncul daun muda berwarna hijau muda pada tanaman muda tajuknya agak sempit. Daunnya mudah terbakar sehingga bisa diguna kan sebagai daun tanaman sekat bakar ataupun jenis tanaman reboisasi pada areal alang – alang yang peka terhadap bahaya kebakaran (Anonim, 1980) .

e.Bunga dan buah

Bunganya sangat banyak, berwarna hijau kekuningan, disaat tidak ada angin dan udara lembap pagi hari, bunga berguguran disekitar pohon yang menyebarkan aroma harum halus semerbak, buah muda berwarna coklat keputihan. Dimusim kemarau jika buah mahoni sudah masak, jika sudah kering kulit buah mahoni akan mengelupas dengan menimbulkan ledakan kecil, sedangkan biji bersayap melayang jika berjatuhan berputar – putar, dan musim bunga terjadi sekitar bulan

(14)

Oktober sampai bulan Januari, buah masak sekitar bulan Juni sampai bulan Agustus. Pohon berbuah pada umur ± 12 tahun, (Anonim,1980). f. Akar

Pada waktu muda sangat cepat tumbuhnya terutama akar tunggangnya sehingga memerlukan tanah agak dalam, karena akar cabangnya sedikit dan lambat laun tumbuh akar didekat permukan tanah yang panjang dengan akar tunggang yang dalam ( Anonim, 1980 ) . g. Penanaman Dan Pemeliharaan

Menyemaikan biji dilakukan tidak melalui bedeng penaburan tetapi langsung ditanam kedalam kantong plastik untuk pembuatan bibit bumbung atau langsung kedalam bedeng penyapihan dengan jarak 5 cm

x

5 cm untuk pembuatan bibit stump, media tanah harus digembur bersih dari akar dan batu.

Demikian juga bedengan yang digunakan untuk pembuatan bibit stump biji ditanam dalam keadaan tidak bersayap dengan bagian bijinya yang tebal sebelah bawah atau bagian bawah atau bagian sayap yang sebelah atas sedalam 4 cm ( Anonim, 1980 ) .

Bibit mahoni sebagai bahan tanaman dapat berupa biji, bibit dalam kantong plastik siap dipindahkan kedalam lapangan bila ketingiannya sudah mencapai 25 cm, atau berumur ± 4 bulan, bibit baru dapat dibuat stump apabila telah mencapai diameter batang 10 cm atau berumur ± 8 bulan atau stump dapat dibuat dengan perbandingan bagian batang dan bagian akar 1 : 2 panjang bagian akar umum digunakan adalah 20 cm,

(15)

(Anonim, 1980 ). Pada tahap pemeliharaan, penjarangan pertama dilakukan pada umur 3 tahun, sampai umur 12 tahun kemudian, setiap 5 tahun sampai umur 25 tahun ( Anonim, 1976 ) .

h. Penyakit

Penyakit mahoni yang dikenal dengan cendawan akar muda

(Armilaria mellea), gejala yang ditimbul akan membusuk pada kulit

kayu dari akar – akar dan leher akar, sedangkan penyakit lainnya adalah

(Corticium Salmoni Color) yang dikenal dengan jamur upas bagian yang

diserang biasanya bagian dari bawah cabang dan ranting mula- mula bagian yang diserang terlihat ada nya lapisan- lapisan benang-benang yang lama -kelamaan berwarna merah jingga ( Djiun. 1957)

i. Sifat – Sifat dan Kegunaan Kayu

Kayu gubal yang berwarna merah gading muda berangsur – angsur menjadi kayu teras yang warnanya merah gading coklat tua, agak berat dengan BJ 0,61 cukup keras termasuk kelas kuat sedang ( Kelas Awet III / IV ). (Samingan, 1982).

Mahoni adalah salah satu dari kayu – kayu prabot rumah tangga yang sangat populer, terutama dari kualitas yang bagus juga dalam hal warna jaringan bebas dari sifat – sifat melengkung, kerucut dan tahan tempaan. (Ardiakoesoemo Dan Dilmy, 1956).

Kayu tidak mudah berkerut dan mudah sekali dikerjakan sehingga sangat baik untuk perkakas rumah tangga, perkakas-perkakas lainnya, vener mewah dan pembuatan perahu-perahu kecil (Anonim, 1980).

(16)

C. Tinjauan Umum Hutan Tanaman Industri (HTI)

Kebutuhan akan hasil hutan untuk memenuhi bahan baku cenderung semakin menurun, oleh karena itu upaya untuk meningkatkan Hutan Tanaman Industri (HTI), terutama pada lahan kosong dan lahan tidak produktif perlu dilaksanakan Reboisasi dan Pengayaan, (Anonim,1995).

Pembangunan HTI disamping merupakan upaya untuk meningkatkan potensi hutan dalam rangka memenuhi kebutuhan bahan baku industri hasil hutan yang semakin meningkat, juga merupakan upaya rehabilitasi hutan yang tidak produktif, menyediakan lapangan pekerjaan dan memperluas kesempatan berusaha. Selain dari pada itu pembangunan HTI sudah merupakan kebijakan pemerintah dalam upaya mewujudkan pengelolaan hutan secara lestari dan berwawasan linghkungan, sejalan dengan kesepakatan ITTO di Bali 1990 yang telah ditandatangani Pemerintah Indonesia.

Hutan Tanaman Industri (HTI) dibangun pada kawasan produksi tetap yang tidak produktif atau kawasan hutan lainnya yang ditetapkan menjadi hutan produksi tetap, diprioritaskan pada lahan kosong, padang alang-alang, semak belukar dan hutan rawang atau hutan produksi yang masih produktif tetapi seluruh hasil penebangannnya dimanfaatkan untuk bahan baku kayu industri (Anonim, 1994).

(17)

D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan

Soekotjo (1979), menyatakan bahwa tempat tumbuh berbeda dengan alam vegetasi, yang dihasilkan namun berbeda juga dalam faktor iklim, tanah dan faktor lainnya. Semua faktor ini menyebabkan perbedaan-perbedaan di dalam vegetasi yang tumbuh pada bermacam- macam tempat tumbuh.

Tumbuhan untuk dapat tumbuh secara optimal memerlukan hal- hal yang menunjang, menurut Danaatmadja (1989), hal yang menunjang tersebut yaitu:

1. Faktor genetik (internal)

Faktor genetik ini adalah gen atau sifat bawaan yang diturunkan dari induknya seperti kecepatan tumbuh, bentuk tajuk, banyaknya cabang dan lain-lain, di sini termaksud juga kematangan biji atau buah, sebagai sifat bawaan hal ini bersifat internal.

2. Faktor lingkungan (eksternal) Tumbuhan-tumbuhan tumbuh teratur di bawah pengaruh lingkungan hidup

yang terutama ditentukan oleh faktor iklim, tempat tumbuh dan bentuk serta letak lapangan (relief).

Menurut Abidin (1984) yang dikutip Susanti (1996), faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi pertumbuhan antara lain :

1. Air, adalah faktor penting yang sangat diperlukan dalam tumbuhan, kehadiran air di sini sangat penting untuk aktifitas enzim serta penguraiannya, traslokasi serta kebutuhan lainnya.

(18)

transpirasi pada pertumbuhan organ anakan mahoni. 3. Tempat tumbuh

Faktor-faktor yang mempengaruhi kehidupan pertumbuhan anakan mahoni

(Swietenia macrophylla King), menurut Soetrisno (1996), menyatakan

adalah sebagai berikut : d. Faktor klimatis

Cahaya matahari, kelembaban dan temperatur merupakan elemen-elemen dari faktor klimatis. Cahaya sangat berperan dalam menentukan pertumbuhan suatu tumbuhan demikian pula dengan kelembapan serta temperatur. Faktor klimatis ini sangat menentukan iklim suatu daerah yang berperan penting dalam pertumbuhan terutama proses metabolisme yang terjadi pada tumbuhan. 3. Faktor fisiografis

Menggambarkan bentuk permukaan tanah dan sejarah bentuk geologi (Ketinggian tempat, kelerengan dan aspek konfigurasi bumi). Faktor-faktor ini sangatlah menentukan pertumbuhan suatu tanaman.

4. Faktor edafis

Faktor edafis menggambarkan sifat fisik tanah, kimia tanah dan biologi tanah. Tanah merupakan campuran yang heterogen dan beragam dari partikel mineral anorganik, hasil rombakan bahwa organik dan berbagai jenis mikro organisme, bersama-sama dengan udara dan air yang di dalamnya terlarut berbagai garam- garam anorganik dan senyawa anorganik. Tanah juga merupakan tempat tumbuh dengan sendirinya dan berkembang biak.

(19)

5. Faktor biotis

Manusia, hewan dan tumbuhan (lingkungan biotik) merupakan elemen-elemen yang berpengaruh terhadap pertumbuhan. Kegiatan penebangan, pembakaran hutan serta aktifitas lainnya seperti pengelolaan tanah, pencemaran udara dan air, yang merupakan aspek-aspek biotik yang berpengaruh terhadap penyerbukan, penyebaran biji dan buah juga persaingan antara parasit dan simbiosis dengan tumbuhan lainnya. Hal ini akan berpengaruh terhadap pertumbuhan.

D. Pertumbuhan dan Perkembangan Tegakan

Pengertian pertumbuhan anakan mahoni (Swietenia macrophylla King) adalah suatu perkembangan yang menunjukkan pertambahan dan suatu sistem organ hidup yang terdapat didalam anakan mahoni selama hidupnya (Anonim, 1993).

Menurut Baker (1950), yang dimaksud dengan pertumbuhan anakan adalah pertambahan tumbuh membesar dan terbentuknya jaringan-jaringan baru. Selanjutnya dijelaskan pula bahwa pertumbuhan pohon meliputi pertumbuhan bawah dan pertumbuhan atas.

Dalam bidang kehutanan, pertumbuhan pohon sangatlah penting untuk dipelajari sebagai suatu pedoman atau cara untuk mengetahui pertambahan riap, sehingga dapat diketahui hasil tegakan (volume). Riap merupakan pertambahan tumbuh pohon dalam jangka waktu tertentu, dimana pertumbuhan dan riap ini

(20)

merupakan dua istilah yang dikenal dari sudut pandang Autekologi (ekologi suatu jenis pohon).

Pertumbuhan dan perkembangan dari masing- masing pohon atau tegakan berbeda, seperti tinggi dan diameter dan bidang dasar tidak sama dalam pertumbuhan pohon (Soekotjo, 1976).

Menurut Dipodiningrat (1985) kerapatan tegakan memperlambat pertumbuhan diameter, tetapi dapat merangsang pertumbuhan tinggi. Hal ini disebabkan karena pohon mahoni (Switenia macrophylla King) mengkonsentrasikan energi untuk tajuknya.

E. Pengukuran Diameter

1. Definisi Pengukuran Diameter

Pengukuran diameter pohon adalah mengukur panjang garis antara dua titik pada garis antara dua titik pada garis lingkaran yang melalui titik pusat (Endang,1990).

2. Teknik Pengukuran Diameter Pohon dalam pengukuran diameter pohon di lapangan, lazim digunakan adalah diameter setinggi dada sebab pengukurannya paling mudah dan mempunyai korelasi yang kuat dengan parameter pohon yang penting lainnya seperti luas bidang dasar dan volume batang pada umumnya. Diameter setinggi dada diukur pada ketinggian batang 1,3 meter dari permukaan tanah (Kadri, 1992).

(21)

1. Bagi pohon berdiri, diameter diukur pada ketinggian 1,3 meter di atas tanah (diameter setinggi dada/diameter of breast height = dbh).

2. Bagi pohon berdiri yang berbanir, diameter diukur pada ketinggian 20 cm diatas banir.

3. Bagi pohon yang berdiri yang bercabang adalah sebagai berikut:

1). Ketinggian cabang di atas 1,3 meter, diukur pada ketinggian 1,3 meter dari permukaan tanah.

2). Ketinggian cabang kurang dari 1,3 meter diukur pada ketinggian 1 meter dari cabang dan dianggap 2 pohon.

3). Ketinggian cabang tepat/sama 1,3 meter, diukur agak ke bawah dari cabang ± 10 cm.

4). Untuk pohon berdiri pada tanah miring, diameter diukur pada ketinggian 1,3 dari bagian tanah miring yang atas.

5). Bagi pohon menggembung pada ketinggian 1,3 meter, diukur pada ketinggian 10 – 20 cm di atas bagian tepi yang menggembung.

6). Untuk pohon miring, diameter diukur pada ketinggian 1,3 meter searah miring pohon.

F. Pengukuran Tinggi

Ada dua besaran yang perlu diperhatikan dalam konteks pengukuran tinggi yaitu tinggi dan panjang (Suharlan dan Soediono, 1973) untuk dapat

(22)

membedakannya, maka dicoba memberikan pengertian secara definitif sebagai berikut :

a. Tinggi adalah jarak terpendek antara suatu titik dengan proyeksinya, bidang datar atau horizontal.

b. Panjang adalah jarak antara dua titik yang diukur menurut atau tidak menurut garis lurus.

Sebagai komponen untuk menentukan vo lume kayu, tinggi anakan dibedakan atas beberapa macam notasi :

a. Tinggi anakan mahoni sebenarnya, yaitu jarak antara titik puncak anakan mahoni yang proyeksinya pada bidang horizontal.

b. Tinggi lepas dahan atau lepas cabang atau sampai permukaan tajuk, yaitu jarak antara titk lepas cabang atau permulaan tajuk dengan proyeksinya pada bidang datar atau horizontal.

c. Tinggi batang komersil, yaitu tinggi batang yang saat itu laku di jual dalam perdagangan.

d. Tinggi tunggak, yaitu tinggi pangkal yang ditinggalkan pada waktu penebangan, tinggi tunggak ini berkisar antara 30 – 80 cm, tergantung nilai kayu, biaya transportasi dan permintaan.

Menurut Suharlan dan Sudiono ( 1973 ), kesalahan dalam pengukuran tinggi tanaman berdasarkan sumber penyebabnya dapat di bedakan menjadi empat macam, yaitu :

Kesalahan alat, sumber utamanya yaitu pada pembagian skala alat, tingkat ketelitian alat dan kedudukan alat pada waktu mengukur.

(23)

a. Kesalahan sipengukur dalam menggunakan alat ukur.

b. Faktor lingkungan, misalnya pada kondisi fisik lapangan, topografi, cuaca dan lain- lain.

c. Kesalahan karena keadaan anakannya, misalnya anakan dalam keadaan miring.

G. Penentuan Umur Dan Riap

1. Pengertian

Dimensi suatu organisme dalam hal ini adalah pohon dan/atau tegakan akan mengalami perubahan jadi bertambah besar sejalan dengan pertambahan umur. Pertambahan membesar dari dimensi pohon dan/atau tegakan menurut pertambahan umurnya disebut pertumbuhan.

Dalam praktek istilah pertumbuhan seringkali diterapkan sama dengan riap yang sebenarnya tidak sama. Agar dapat membedakannya maka dicoba memberikan pengertian yang difinitif, sebagai berikut :

a. Pertumbuhan merupakan pertambahan tumbuh dari dimensi pohon/tegakan sepanjang umurnya.

b. Riap merupakan pertambahan tumbuh dari dimensi pohon/tegakan untuk jangka waktu atau umur tertentu.

Kedua istilah ini mempunyai hubungan yang erat dengan faktor umur satu sama lainnya dan turut pegang perana n penting dalam mengambil kebijaksanaan operasional di bidang kehutanan terutama dalam hal pemeliharaan dan penebangan khususnya bagi hutan buatan.

(24)

2. Penentuan Umur

Umur pohon/tegakan lazim dinyatakan dalam satuan ukuran panjangnya waktu. Umur pohon ditentukan berdasarkan biji mulai berkecambah sampai dengan saat pohon tersebut mati atau sampai jangka waktu yang diinginkan. Umur tegakan ditentukan berdasarkan rata-rata umur dari sejumlah pohon yang tumbuh didalamnya. Dalam menentukan umur pohon/tegakan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu :

a. Cara menurut statistik tahun pengalaman yang biasa tercantum dalam rencana perusahaan.

Cara ini bersifat relatif dan khusus bagi hutan tanaman.

b. Cara melihat dimensi pohon.

Menghitung banyaknya lingkaran tahun

Ciri dari proses pertumbuhan melebar batang pohon ialah membentuk lapisan-lapisan kayu tiap tahunnnya. Pada irisan melintang lapisan-lapisan ini tampak seperti lingkaran yang disebut lingkaran tahun. Lebar lingkaran tahun berbeda, sebab di pengaruhi oleh keadaan musim. Bagi daerah-daerah yang mempunyai perbedaan musim yang nyata antara kemarau dan penghujan atau panas dan dingin, lingkaran tahun dapat terlihat dengan jelas, dimana dalam tiap tahunnya membentuk 2 lingkaran lapisan kayu yang tebalnya berlainan (tebal dan tipis).

Tetapi lingkaran tahun dipengaruhi oleh jenis dan tempat tumbuh pohon. Untuk jenis yang tumbuh cepat dan mengugurkan daun pada tempat yang subur akan tampak lebih jelas daripada yang sebaliknya.

(25)

Cara menghitung banyaknya lingkaran tahun ini dapat dilakukan dengan dua jalan yaitu dengan bantuan alat ukur bor riap dan memotong batang pohon tersebut secara horizontal. Kesulitan penentuan umur banyaknya lingkaran tahun adalah sebagai berikut :

a. Sering kali batas atas lingkaran tahun tidak jelas terutama bagi jenis-jenis yang tidak mengugurkan daun dan lambat tumbuh, tumbuh didaerah tropis yang tidak jelas perbedaan musimnya dan kesuburannya kurang.

b. Kadang-kadang dijumpai lingkaran tahun yang palsu atau lingkaran tahun ekstra yang terbentuk akib at faktor lingkungan dan faktor gangguan seperti perubahan iklim, gangguan penyakit dan sebagainya.

Menghitung banyaknya lingkaran cabang prinsip dasar cara ini sama halnya dengan cara menghitung banyaknya lingkaran tahun, bedanya terletak pada letak pengukurannya yaitu disini pada cabang pohon sedang pada pengukuran lingkaran tahun pada batang. Untuk menentukan umur berdasarkan lingkaran cabang ini hanya dilakukan pada jenis-jenis kayu konifer (kayu daun jarum) tertentu yang membentuk lingkaran cabang setiap tahunnya. Hal ini mengandung arti bahwa penetapan terbatas bagi jenis-jenis kayu tertentu.

3. Penentuan Riap

Dalam istrilah ekonomi, riap ini sama pengertiannya dengan bunga dari satu modal yang dibedakan dalam bentuk riap kotor dan riap bersih. Yang dimaksud dengan riap kotor yaitu riap bersih ditambah dengan hasil yang diperoleh. Arti hasil disini ialah hasil penjarangan termasuk pohon/tegakan mati yang tidak dipungut hasilnya. Dan sebaliknya untuk riap bersih.

(26)

Dalam mencapai kelestarian hutan keseimbangan antara riap dan kematian atau riap dan hasilnya sangat diperlukan. Di hutan alam yang tidak terganggu terdapat keseimbangan tersebut atau riap kotor sama dengan kematian. Di hutan buatan keseimbangan ini dapat diperoleh bila terpenuhi syarat-syarat teknisnya dan pemungutan hasilnya sama dengan riap bersih.

Dari gambaran diatas menunjukkan bahwa riap turut pegang peranan dalam pengaturan hutan. Satuan ukuran yang digunakan yaitu sistem metrik menurut jangka waktu tertentu. Macam- macam riap ditentukan berdasarkan parameter riap yang diukur dan jangka waktu penentuannya, adalah sebagai berikut :

1) Parameter yang diukur 2). Riap diameter

3). Riap tinggi 4). Riap volume

Bila hanya dinyatakan dengan kata riap saja, berarti pembicaraan riap tersebut adalah riap untuk volume.

b. Jangka waktu penentuannya

1). Riap tahunan berjalan merupakan pertambahan tumbuh dimensi pohon/tegakan selama waktu satu tahun.

2). Riap rata-rata tahunan merupakan rata-rata pertumbuhan tumbuh dimensi pohon/tegakan tiap tahunnya. Nilai parameter yang diukur pada saat akhir dibagi dengan jumlah tahun untuk mendapatkan nilai akhir tersebut.

(27)

3). Riap rata-rata periodik merupakan rata-rata pertumbuhan tumbuh dimensi pohon/tegakan dalam satu periodik atau jangka waktu tertentu.

Penentuan riap dimensi pohon/tegakan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu :

a. Cara langsung

1). Cara untuk menghitung lingkaran tahun atau dengan bantuan bor riap.

2). Penentuan riap berdasarkan tabel tegakan, cara ini dapat diterapkan pada tegakan seumur dan ada tabel tegakannya. Dasar yang digunakan dalam cara ini adalah : mengukur peninggi dan bidang dasar per hektar berdasarkan pengukuran sebagian atau seluruh tegakan. Kemudian ditentukan bonita (Kelas kesuburan tanahnya) berdasarkan peninggi dan umurnya. Selanjutnya mencari volumenya pada permulaan umur dan umur akhir pengukurannya, selisih dari keduanya inilah disebut riap normal. Riap sebenarnya ditentukan berdasarkan perkalian antara riap normal dan kerapatan tegakan.

3). Penentuan riap berdasarkan inventarisasi berulang. Cara ini berasal dari prancis yang dikembangkan oleh A. Guernaud (1778) dan dilanjutkan oleh H. Biolley (1920) dan dikenal dengan sebutan methode du controle. Prinsip kerjanya ialah me lakukan inventarisasi dimensi pohon/tegakan (diameter) seluruhnya pada

(28)

permulaan umur dan akhir umur kemudian ditentukan volumenya. Dengan bantuan tabel volume setempat selisih dari kedua hasil penentuan volume ini di tambah dengan hasil yang diperoleh termasuk kematian adalah merupakan riap selama jangka waktu tersebut.

b. Cara tidak langsung

Cara ini dengan menggunakan rumus-rumus perhitungan riap. Sebagai prinsip dasar yang dipakai adalah riap diartikan sama dengan bunga dari modal dan bunga tiap tahunnya dibungakan atau dengan kata lain riap atau bunga ditentukan melalui perhitungan bunga berbunga.

(29)

III. METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di areal Politeknik Pertanian Negeri Samarinda

2. Waktu Penelitian

Waktu yang diperlukan dalam penelitian ini selama 6 bulan ( mulai bulan Februari s/d bulan Juli 2010 ) meliputi orientasi lapangan dan pengambilan data baik primer maupun sekunder, serta penulisan karya ilmiah.

B. Alat dan Bahan 1. Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Micro Califer, untuk mengukur diameter

b. Kalkulator, Sebagai alat hitung

c. Parang, untuk membersihkan lahan sekitar tanaman agar memudahkan dalam pengambilan data.

d. Meteran, untuk mengukur tinggi anakan Mahoni

e. Alat tulis menulis, untuk mencatat data pohon yang di ukur f. Label untuk pembuat nomor pada pohon mahoni

(30)

2 Bahan

Bahan yang digunakan dalam pengamatan ini adalah anakan mahoni yang berumur 2 tahun, sedangkan mulai penanaman pada tahun 2008 yang telah lewat dengan jarak tanam 5 x 5 m sejumlah 400 anakan mahoni di Areal Politeknik Pertanian Negeri Samarinda

C. Prosedur Penelitian

Adapun prosedur penelitian ini mempunyai urutan kerja sebagai berikut :

1. Orientasi lapangan

Orientasi lapangan dilakukan sebagai studi pendahuluan yang tujuannya untuk menentukan sistem kerja dalam penelitian, serta untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang situasi dan kondisi areal penelitian.

2. Studi literatur

Digunakan untuk mempermudah pemahaman terhadap obyek yang akan diamati.

3. Mempersiapkan alat-alat yang akan diperlukan

Persiapan dilakukan untuk mengetahui kondisi alat yang akan digunakan masih dalam kondisi yang baik atau rusak serta cara penggunaannya.

4. Pembersihan di sekitar tanaman anakan mahoni.

Kegiatan ini dilakukan untuk membersihkan tanaman dari semak belukar

(31)

dan tanaman-tanaman yang membelit anakan mahoni (Swietenia macrophylla

King)

5. Melakukan penandaan dan penomoran pohon

Kegiatan penandaan ini dilakukan agar tidak terjadi pengukuran ulang dan dalam penomoran pohon digunakan label plastik dengan ukuran 5 cm x 5 cm.

6. Pengambilan data

Dalam pengambilan data menggunakan dua metode yaitu :

a. Pengambilan data diameter dilakukan pada ketinggian 10 cm di atas permukaan tanah.

b. Pengambilan data tinggi dilakukan dengan menggunakan meteran dan pengukuran tinggi yang dimaksud adalah tinggi total.

D. Pengolahan Data

Pengolahan data riap rata-rata diameter dan tinggi rata-rata dengan menggunakan rumus :

1. Untuk mengetahui tinggi rata-rata :

n t t?

?

Dimana : t = Tinggi rata-rata

?

t = Jumlah hasil pengukuran tinggi n = Jumlah sampel

(32)

2. Untuk menghitung diameter rata-rata

n d d ?

?

Dimana : d = Diameter rata-rata

?

d = Jumlah hasil pengukuran pohon

n = Jumlah sampel 3. Standar Deviation (Simpang Baku)

Standar deviation (Simpang Baku) merupakan suatu nilai untuk mengetahui penyimpangan nilai- nilai individu terhadap rata-rata diameter dan tinggi tanaman. Dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut : 1 ) ( 2 2 ? ? ? ? ? ? ? n n Sd Keterangan :

Sd = Standar Deviation (Simpang Baku)

?

x

= Jumlah Nilai Indvidu

?

X2 = Jumlah Individu yang dikuadratkan n = Jumlah Pohon

4. Coeffcient Of Variation (koefisien Variasi)

Mengingat ukuran dispersi absolut mudah menimbulkan kekaburan, maka sering digunakan ukuran dispersif relatif. Diantara berbagai macam ukuran dispersi relatif yang terkenal ialah yang bernama Coefficient Of

(33)

Variation (koefisien variasi), yaitu persentasi standar deviation terhadap nilai rata-rata X (diameter / tinggi) dan untuk klasifikasi dari koefisien variasi ialah sebagai berikut :

C.V = 0 – 10 % (dikatakan kecil / seragam) C.V = 10 – 20 % (dikatakan sedang) C.V = 20 – 30 % (dikatakan besar) C.V = > 30 % (dikatakan sangat besar)

Rumus : % 100 x Sd CV ? ? Keterangan :

CV = Coefficient Of Variation (koefesien Variasi) Sd = Standar Deviation (Simpang Baku)

(34)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil 1. Tinggi

Dari hasil pengukuran di lapangan didapatkan data sebaran tinggi yang dikelompokkan dalam kelas-kelas dengan interval 10 cm, seperti yang terlihat pada Tabel 1 berikut ini :

Tabel 1. Frekuensi Sebaran Tinggi Anakan Mahoni Berdasarkan Interval Kelas 10 cm Untuk Pengkuran I (f1) dan Pengukuran II (f2)

Pengukuran Kumulatif Kelas Mid Kelas

f1 f2 f1 f2 20 - 29 25 8 8 30 - 39 35 16 1 24 1 40 - 49 45 20 10 44 11 50 - 59 55 14 19 58 30 60 - 69 65 7 12 65 42 70 - 79 75 4 11 69 53 80 - 89 85 4 11 73 64 90 - 99 95 5 3 78 67 100 - 109 105 4 4 82 71 110 - 119 115 3 6 85 77 120 - 129 125 2 3 87 80 130 - 139 135 2 1 89 81 140 149 145 5 86 150 159 155 1 87 160 169 165 2 89

Untuk lebih jelasnya hasil perhitungan seperti pada Tabel 1 tersebut dapat dituangkan dalam bentuk grafik seperti yang terlihat pada gambar di bawah ini.

(35)
(36)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Diameter rata-rata anakan mahoni (Swietenia macrrophylla K ing) pengukuran I sebesar 6,94 mm standar deviasi 1,99 mm koefisien variasi 28,73 % sedangkan pada pengukuran II sebesar 11,93 mm, standar deviasi 3,87 mm dan koefisien variasi 32,43 %.

2. Tinggi rata-rata anakan mahoni (Swietenia macrrophylla King) pengukuran I sebesar 58,26 cm standar deviasi 29,06 cm koefisien variasi 49,88 %.sedangkan pada pengukuran II sebesar 83,0 cm standar deviasi 34,76 cm koefisien variasi 41,88 %.

3. Riap Diameter anakan mahoni (Swietenia macrrophylla King) rata-rata sebesar 4,99 mm standar deviasi 2,95 mm koefisien variasi 59,08 % sedangkan rata-rata riap tinggi sebesar 24,74 cm dengan standar deviasi 10,52 cm dan koefisien variasi 42,48 %.

B. Saran

Untuk memperoleh informasi lebih lanjut mengenai riap rata-rata tahunan anakan mahoni (Swietenia macrrophylla King) perlu di lakukan pengamatan diameter dan tinggi pada umur yang berbeda . Disamping itu perlu pengkajian terhadap tempat tumbuh yang berbeda dengan menganalisa berbagai faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman.

(37)

DAFTAR PUSTAKA

ANONIM. 1980. Pedoman Pembuatan Tanaman. Direktorat Jendral.Kehutanan Direktorat Reboisasi dan Rehabilitasi.

ANONIM.1982. Silvukultur Khusus Departemen Pertanian .Direktorat Jendral Kehutan. Jakarta.

ANONIM. 1986. Dasar Umum Ilmu Kehutanan Buku II. Kegiatan Dalam Bidang Kehutanan Badan Kerja Sama Perguruan Tinggi Negeri Indonesia Bagian Timur. Jakarta.

ARDIKOESOEMA. DILMY. 1956. Pengaman Balai Penyelidikan Kehutanan Tentang Jenis - Jenis Kayu Mahoni atau Mahagoni Teristimewa

Keluarga Khaya. Balai Kehutanan.. Bogor.

BECKING, W. R. 1981. Manual Of Forest Inuventury Part Two.

BERATAWINATA, A. A,1987. Beberapa Contoh Pohon – Pohon Tanaman

Industri Cepat Tumbuh, Universitas Mulawarman. Samarinda.

DARAATMAJDJA, OH. M. 1985. Mata Kuliah Tanaman Hutan Semester II

dan III. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Dirjen Pendidikan

tinggi Universitas Pajajaran. Bandung.

DIPODININGRAT, B. S. 1985. Manajemen hutan. Organisasi dan Tata Laksana Pengusahaan. Yayasan Pembina Fakultas Kehutanan.

Universitas Gajah Mada.

DJIUN.H. 1957. Diktat Silvikultur Khusus, Pusat Pendidikan Cepu. Cepu. ENDANG.at. al.1990. Manajemen Hutan. Departemen Pendidikan Dan

Kebudayaan Direktur Jendral Pendidikan Tinggi Univarisitas Padjajaran. Bandung.

SAMINGAN, 1982. Dendrologi Diterbitkan Bagian Kerja Sama Dengan

Bagian Ekologi Fakultas Institut Pertanian Bogor. Bogor.

SHOEDINO, 1973. Ilmu Ukur Kayu.Lembaga Hutan Bogor. Bogor.

SOEKOTJO, W. 1976. Diktat Silvika Pusat Pendidikan Cepu. Direksi Perum Perhutani.

SOETRISNO, K. 1996. Diktat Silvika Bahan Kuliah Fakultas Kehutanan

(38)

SUHARLAN, A. SOETRISNO, K. 1996. Diktat Silvika Bahan Kuliah

(39)
(40)

Lampiran 1.

Tabel 1. Data Pengukuran I (Tinggi dan diameter)

Tinggi Diameter Tinggi Diameter Tinggi Diameter No (cm) (mm) No (cm) (mm) (cm) (mm) 1 39 6,0 40 59 10,0 79 40 6,0 2 51 7,0 41 47 8,0 80 28 4,0 3 55 6,0 42 124 7,0 81 35 4,0 4 20 6,0 43 97 10,3 82 32 5,0 5 20 6,0 44 44 10,3 83 36 5,0 6 34 7,0 45 43 10,0 84 30 4,0 7 44 7,0 46 45 7,5 85 32 4,0 8 20 6,0 47 54 10,5 86 25 6,0 9 20 6,0 48 60 8,5 87 36 7,0 10 25 6,0 49 86 6,0 88 37 5,0 11 21 5,0 50 41 10,0 89 52 7,0 12 39 4,0 51 78 7,0 13 104 8,0 52 90 9,0 14 75 8,0 53 60 10,4 15 57 7,0 54 47 8,5 16 42 5,0 55 136 8,0 17 49 6,0 56 56 10,1 18 60 6,0 57 41 5,0 19 68 7,5 58 38 7,5 20 90 7,0 59 40 7,0 21 124 6,0 60 51 8,5 22 93 7,5 61 70 7,0 23 50 4,0 62 54 7,5 24 82 8,5 63 56 9,0 25 85 9,0 64 60 5,5 26 112 8,5 65 45 7,0 27 61 6,0 66 43 4,0 28 38 5,0 67 40 5,0 29 106 8,0 68 117 10,3 30 113 10,5 69 35 5,0 31 88 8,0 70 54 6,0 32 98 8,5 71 40 5,0 33 51 4,0 72 40 4,0 34 107 9,0 73 41 4,0 35 65 10,4 74 57 6,0 36 72 7,0 75 45 6,0

(41)

37 138 8,5 76 37 4,0 38 109 10,5 77 30 4,0 39 41 10,7 78 35 6,0

(42)

Lampiran 2.

Tabel 2. Data Pengukuran II (Tinggi dan diameter)

Tinggi Diameter No Tinggi Diameter No Tinggi Diameter

No (cm) (mm) (cm) (mm) (cm) (mm) 1 52 10 40 79 11 79 57 9 2 74 14 41 93 13 80 51 9 3 79 11 42 156 9 81 59 10 4 48 8 43 134 16 82 38 9 5 47 7 44 108 15 83 59 12 6 49 9 45 53 13 84 53 9 7 66 10 46 66 8 85 47 7 8 45 8 47 87 19 86 51 8 9 42 7 48 89 15 87 57 11 10 46 11 49 112 13 88 62 10 11 44 7 50 78 16 89 68 9 12 57 8 51 101 13 13 162 16 52 101 12 14 89 13 53 78 20 15 68 9 54 68 12 16 61 13 55 171 11 17 72 12 56 86 16 18 77 9 57 64 12 19 89 10 58 57 12 20 125 12 59 48 8 21 154 13 60 64 12 22 113 11 61 83 11 23 67 9 62 86 17 24 109 13 63 82 11 25 123 13 64 88 9 26 137 14 65 79 10 27 87 13 66 51 8 28 46 8 67 71 11 29 129 14 68 153 30 30 152 21 69 59 10 31 127 15 70 87 21 32 143 13 71 57 8 33 79 9 72 58 11 34 134 12 73 51 9 35 97 20 74 76 10 36 96 13 75 56 10

(43)

37 175 13 76 63 13

38 157 17 77 58 11

(44)

Lampiran 3.

Tabel 3. Perhitungan Riap Tinggi (cm) dan Riap Diameter (mm)

Riap Riap Riap

No Tinggi Diameter No Tinggi Diameter No Tinggi Diameter

(cm) (mm) (cm) (mm) (cm) (mm) 1 13 4 40 20 1 79 17 3 2 23 7 41 46 5 80 23 5 3 24 5 42 32 2 81 24 6 4 28 2 43 37 5,7 82 6 4 5 27 1 44 64 4,7 83 23 7 6 15 2 45 10 3 84 23 5 7 22 3 46 21 5 85 15 3 8 25 2 47 33 8,5 86 26 2 9 22 1 48 29 6,5 87 21 4 10 21 5 49 26 7 88 25 5 11 23 2 50 37 6 89 16 2 12 18 4 51 23 6 13 58 8 52 11 3 14 14 5 53 18 9,6 15 11 2 54 21 3,5 16 19 8 55 35 3 17 23 6 56 30 5,9 18 17 3 57 23 7 19 21 2,5 58 19 4,5 20 35 5 59 8 1 21 30 7 60 13 3,5 22 20 3,5 61 13 4 23 17 5 62 32 9,5 24 27 4,5 63 26 2 25 38 4 64 28 3,5 26 25 5,5 65 34 3 27 26 7 66 8 4 28 8 3 67 31 6 29 23 6 68 36 19,7 30 39 10,5 69 24 5 31 39 7 70 33 15 32 45 4,5 71 17 3 33 28 5 72 18 7 34 27 3 73 10 5 35 32 9,6 74 19 4 36 24 6 75 11 4 37 37 4,5 76 26 9 38 48 6,5 77 28 7 39 14 9,3 78 27 2

(45)

(46)
(47)

(48)

Gambar

Tabel 1.  Frekuensi Sebaran  Tinggi Anakan Mahoni  Berdasarkan Interval   Kelas 10 cm  Untuk Pengkuran I (f1) dan Pengukuran II (f2)
Tabel 1.  Data Pengukuran I (Tinggi dan diameter)
Tabel 2.  Data Pengukuran II (Tinggi dan diameter)
Tabel 3.  Perhitungan Riap Tinggi (cm) dan Riap Diameter (mm)

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan itulah yang melatarbelakangi penulis melakukan penelitian dengan judul: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PERUBAHAN HARGA SEPIHAK ( Study Kasus Dalam Jual

Untuk melihat perbedaan laju respirasi antara kecoak betina, jantan dan nimpa dalam strain yang sama setelah didedahkan insektisida terdapat kecenderungan bahwa

Dalam penelitian ini, insektisida cat kayu menggunakan bahan aktif Lambdacyhalothrin 10WP. Pertama-tama dibuat beberapa solusi dari cat insektisida dalam dosis banyak. Kemudian..

Hutan berperanan penting di planet untuk mengurangi konsentrasi gas rumah kaca pada lapisan atmosfir. Menurut Protokol Kyoto, pengurangan emisi karbon terjadi melalui hutan. Dalam

Dari uji coba e-Repoting Dinas Perikanan dan Kelautan Modul Perikanan Budidaya yang diterapkan pada Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Lamongan berhasil memberikan

Sedangkan, faktor pendukungnya adalah beberapa wanita sadar pentingnya sikap ikhlas dan mampu menjadikan proses pengobatan sebagai sarana untuk refleksi diri untuk

Pada proses ini data yang akan dimasukkan berupa Kode Mata Kuliah, Nama Mata Kuliah, Nama dosen dan Ruang.. Proses entri