• Tidak ada hasil yang ditemukan

2. IDENTIFIKASI DAN ANALISIS DATA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "2. IDENTIFIKASI DAN ANALISIS DATA"

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

2. IDENTIFIKASI DAN ANALISIS DATA

2.1. Tinjauan Kanker Payudara 2.1.1. Definisi Kanker Payudara

Kanker adalah suatu kondisi dimana sel telah kehilangan pengendalian dan mekanisme normalnya, sehingga mengalami pertumbuhan yang tidak normal, cepat dan tidak terkendali. Menurut Corwin (2009), kanker terjadi karena proliferasi sel yang tidak terkontrol.

Kanker payudara (Carcinoma mammae) adalah tumor ganas yang berasal dari kelenjar payudara. Termasuk saluran kelenjar air susu dan jaringan penunjangnya yang dapat tumbuh infiltratif, destruktif, serta dapat bermetastase. Menurut Rasjidi (2010), kanker payudara adalah keganasan pada sel-sel yang terdapat pada jaringan payudara, bisa berasal dari komponen kelenjarnya (epitel saluran maupun lobulusnya) maupun komponen selain kelenjar sepert jaringan lemak, pembuluh darah, dan persyarafan jaringan payudara.

Penyakit ini oleh World Helath Organization (WHO) dimasukkan ke dalam

International Classifiation of Diseases (ICD) dengan kode nomor 17.

Kanker payudara memiliki beberapa fase transformasi sel, jenis kanker, stadium serta faktor-faktor penyebab yang mungkin terjadi. (Savitri, A., dkk, 2015)

2.1.2. Transformasi Sel Kanker Payudara

Sel-sel kanker dibentuk dari sel-sel normal dalam suatu proses rumit yang di sebut transformasi, yang terdiri dari tahap inisiasi dan promosi.

a. Fase Inisiasi

Pada tahap inisiasi terjadi suatu perubahan dalam bahan genetik sel yang memancing sel menjadi ganas. Perubahan dalam genetik sel ini disebabkan oleh suatu agen yang disebut karsinogen, yang bisa berupa bahan kimia, virus, radiasi (penyinaran) atau sinar matahari. Tetapi tidak semua sel memiliki kepekaan yang sama terhadap suatu karsinogen. Kelainan genetik dalam sel atau bahan lainnya yang disebut promotor, menyebabkan sel lebih rentan terhadap suatu karsinogen.

(2)

Bahkan gangguan fisik menahunpun bisa membuat sel menajadi lebih peka untuk mengalami suatu keganasan.

Progesteron, sebuah hormon yang menginduksi ductal sidebranching pada kelenjar payudara dan lobulaveologenesis pada sel epithelial payudara, diperkirakan berperan sebagai aktivator lintasan tumorgenesis pada sel payudara yang diinduksi oleh siklus sel berupa siklin D1 untuk disekresi sel epithelial. Sekresi dapat ditingkatkan sekitar 5 hingga 7 kali lipat dengan stimulasi hormone estrogen, oleh karena estrogen merupakan hormon yang mengaktivasi ekspresi pencerap progresteron pada sel epithelial. Selain itu, progresteron juga menginduksi sekresi kalsitonin sel luminal dan morfogenesis kelenjar.

b. Fase Promosi

Pada tahap promosi, suatu sel yang telah mengalami inisiasi akan berubah menjadi ganas. Sel yang belum melewati tahap inisiasi tidak akan terpengaruh oleh promosi. Karena itu diperlukan beberapa faktor untuk terjadinya keganasan (gabungan dari sel yang peka dan suatu karsinogen).

c. Fase Metastasis

Metastasis menuju ke tulang merupakan hal yang kerap terjadi pada kanker payudara, beberapa diantaranya disertai komplikasi lain seperti simtoma

hiperkalsemia, pathological fractures atau spinal cord compression. Metastasis

demikian bersifat osteolitik, yang berarti bahwa osteoklas hasil induksi sel kanker merupakan mediator osteolosis dan mempengaruhi diferensiasi dan aktivitas osteoblast serta osteoklas lain hingga meningkatkan resorpsi tulang.

Tulang merupakan jaringan unik yang terbuat dari matriks protein yang mengandung kalsium dengan kristal hydroxyappatize sehingga mekanisme yang bias digunakan oleh sel kanker untuk membuat ruang pada matriks ekstraselular dengan penggunaan enzim metalloproteinase matrik tidaklah efektif. Oleh sebab itu, resorpsi tulang yang memungkinkan invasi neoplastic terjadi akibat interaksi antara sel kanker payudara dengan sel endothelial yang dimediasi oleh ekspresi VEGF. VEGF merupakan mitogen angiogenik positif yang bereaksi dengan sel endothelial. Tanpa faktor angiogenik negatif seperti angiogenik, sel endotelual yang berinteraksi dengan VEGF sel kanker melalui pencerap VEGF-1 dan VEGFR-2, akan meluruhkan matriks ekstraselular, bermigrasi dan membentuk tubulus.

(3)

2.1.3. Jenis-jenis Kanker Payudara Secara Umum

a. Ductal Carcinoma In Situ

Gambar 2.1 Penampang Ductal Carcinoma In Situ Sumber : http://1.usa.gov/1DxV6vn

Ductal Carcinoma In Situ (DCIS; atau dikenal juga dengan intraductal

carcinoma) dianggap sebagai kanker payudara non-invasif (tidak menyebar) atau

pre-invasif (belum menyebar). DCIS berarti bahwa sel pembentuk saluran susu berubah bentuk seperti sel kanker. Perbedaan antara DCIS dan kanker invasif adalah sel-selnya belum menyebar melalui dinding saluran susu atau jaringan sekitar payudara. Oleh karena itu, DCIS tidak bisa menyebar (metastasis) di luar payudara.

DCIS dianggap sebagai pra-kanker karena dalam beberapa kasus bisa menjadi kanker invasif. Namun, saat ini sudah ada cara yang baik untuk memastikan mana kanker yang invasif dan mana yang tidak akan menyebar. Sekitar 1 dari 5 kasus kanker payudara akan menjadi DCIS. Hampir semua wanita yang didiagnosa pada tahap awal kanker payudara ini dapat disembuhkan.

(4)

Ini adalah jenis kanker payudara paling umum terjadi. Invasive (infiltrating)

ductal carcinoma (IDC) berawal pada saluran susu, lalu menembus dinding saluran

dan tumbuh pada jaringan lemak payudara. Pada tahap ini, IDC dapat menyebar (metastasis) ke bagian lain dari tubuh melalui sistem getah bening dan aliran darah. Sekitar 8 dari 10 kanker payudara invasif adalah infiltrating ductal carcinoma.

c. Invasive (infiltrating) Lobular Carcinoma

Invasive lobular carcinoma (ILC) dimulai dari lobules yaitu jaringan yang

memproduksi susu, dan menyebar ke bagian lain dari tubuh. Sekitar 1 dari 10 kanker payudara invasive adalah ILC. Invasive lobular carcinoma mungkin jauh lebih sulit dideteksi melalui mammogram dibandingkan invasive ductal carcinoma. 2.1.4. Stadium Kanker Payudara

Stadium penyakit kanker adalah suatu keadaan dari hasil penilaian dokter saat mendiagnosis suatu penyakit kanker yang diderita pasiennya, sudah sejauh manakah tingkat penyebaran kanker tersebut baik ke organ atau jaringan sekitar maupun penyebaran ketempat lain. Stadium hanya dikenal pada tumor ganas atau kanker dan tidak ada pada tumor jinak. Untuk menentukan suatu stadium, harus dilakukan pemeriksaan klinis dan ditunjang dengan pemeriksaan penunjang lainnya yaitu histopatologi atau PA, rontgen, USD dan bila memungkinkan dengan CT scan, scintigrafi dan lain-lain. Banyak sekali cara untuk menentukan stadium, namun yang paling banyak dianut saat ini adalag stadium kanker berdasarkan klasifikasi sistem TNM yang direkomendasikan oleh UICC (International Union

Against Cancer) dari WHO/AJCC (American Joint Committee On Cancer) yang di

sponsori oleh American Cancer Society dan American College of Surgeons. TNM merupakan singkatan dari “T” yaitu tumor size atau ukuran tumor, “N” yaitu node atau kelenjar getah bening regional dan “M” yaitu metastasis atau penyebaran jauh. Ketiga faktor T, N dan M dinilai baik secara klinis sbelum dilakukan operasi, juga sesudah operasi dan dilakukan pemeriksaan histopatologi (PA). pada kanker payudara, penilaian TNM sebagai berikut :

a. T (tumor size), ukuran tumor :

1) T 0 : tidak ditemukan tumor primer,

(5)

3) T 2 : ukuran tumor diameter antara 2-5 cm. 4) T 3 : ukuran tumor diameter >5 cm.

5) T 4 : ukuran tumor berapa saja, tetapi sudah ada penyebaran ke kulit atau dinding dada atau pada keduanya, dapat berupa borok, edema atau bengkak, kulit payudara kemerahan atau ada benjolan kecil di kulit di luar tumor utama.

b. N (node), kelenjar getah bening regional (kgb) :

1) N 0 : tidak terdapat metastasis pada kgb regional di ketiak/aksilla. 2) N 1 : ada metastasis ke kgb aksilla yang masih dapat digerakkan. 3) N 2 : ada metastasis ke kgb aksilla yang sulit digerakkan.

4) N 3 : ada metastasis ke kgb di atas tulang selangka (supraclavicular) atau pada kgb di mammary interna di dekat tulang sternum.

c. M (metastasis), penyebaran jauh :

1) M x : metastasis jauh belum dapat dinilai 2) M 0 : tidak terdapat metastasis jauh 3) M 1 : terdapat metastasis jauh

Setelah masing-masing faktor T, N, dan M didapatkan, ketiga faktor tersebut kemudian digabung dan akan diperoleh stadium kanker sebagai berikut : a. Stadium 0 : T0 N0 M0 b. Stadium 1 : T1 N0 M0 c. Stadium II A : T0 N1 M0/T1 N1 M0/ T2 N0 M0 d. Stadium II B : T2 N1 M0/T3 N0 M0 e. Stadium III A : T0 N2 M0/T1 N2 M0/T2 N2 M0/T3 N1 M0 f. Stadium III B : T4 N0 M0/T4 N1 M0/T4 N2 M0

g. Stadium III C : Tiap T N3 M0 h. Stadium IV : Tiap T-Tiap N-m1

2.1.4.1. Stadium 0

Kanker payudara pada stadium ini disebut juga dengan carcinoma in situ. Ada tiga jenis carcinoma in situ yaitu ductal carcinoma in situ (DCS), lobular

carcinoma in situ (LCIS) dan penyakit Paget putting susu.

(6)

Pada stadium I, kanker umumnya sudah mulai terbentuk. Stadium I kanker payudara dibagi ke dalam dua bagian tergantung ukuran beberapa faktor lainnya.

Gambar 2.2 Kanker payudara stadium I Sumber: http://1.usa/gov/1bGxH4a

• Stadium IA. Tumor berukuran 2 cm atau lebih kecil dan belum menyebar keluar payudara.

• Stadium IB. Tumor berukuran sekitar 2 cm dan tidak berada pada payudara melainkan pada kelenjar getah bening.

2.1.4.3. Stadium II

Pada stadium II, kanker umumnya telah tumbuh membesar. Stadium II dibagi dalam dua bagian yaitu:

• Stadium IIA. Kanker berukuran sekitar 2-5 cm dan ditemukan pada 3 lajur kelenjar getah bening.

• Stadium IIB. Kanker berukuran sekitar 2-5 cm dan ditemukan menyebar pada 1-3 lanjur kelenjar getah bening dan/atau terletak di dekat tulang dada.

(7)

Gambar 2.3 Kanker Payudara Stadium II

Sumber: https://siteman.wustl.edu/glossary/cdr0000413882/ 2.1.4.4. Stadium III

Pada tahap ini, kanker dibagi menjadi tiga stadium yaitu:

Gambar 2.4 Kanker Payudara Stadium III Sumber: http://1.usa.gov/1A0xi1G

• Stadium IIIA. Kanker berukuran lebih dari 5 cm dan ditemukan pada 4-9 jalur kelenjar getah bening dan/atau di area dekat tulang dada. • Stadium IIIB. Ukuran kanker sangat beragam dan umumnya telah

(8)

menimbulkan infeksi pada kulit payudara (inflammatory breast cancer)

• Stadium IIIC. Ukuran kanker sangat beragam dan umumnya telah menyebar ke dinding dada dan/atau kulit payudara sehingga mengakibatkan pembengkakan atau luka. Kanker juga mungkin sudah menyebar ke 10 jalur kelenjar getah bening atau kelenjar getah bening yang berada di bawah tulang selangka atau tulang dada.

2.1.4.5. Stadium IV

Pada stadium ini kanker telah menyebar dari kelenjar getah bening menuju aliran darah dan mencapai organ lain dari tubuh seperti otak, paru-paru, hati atau tulang.

Gambar 2.5 Kanker Payudara Stadium IV Sumber: http://1.usa.gov/1lbWV6C

(9)

2.1.5. Gejala Klinis

Gejalan klinis kanker payudara dapat berupa : a. Benjolan pada payudara

Umumnya berupa benjolan yang tidak nyeri pada payudara. Benjolan itu mula-mula kecil, semakin lama akan semakin besar lalu melekat pada kulit atau menimbulkan perubahan pada kulit payudara atau pada putting susu.

b. Erosi atau Eksema Puting Susu

Kulit atau puting susu tadi menjadi tertarik dari dalam (retraksi), berwarna merah muda atau kecoklat-coklatan sampai menjadi oedema hingga kulit kelihatan seperti kulit jeruk (peau d’orange), mengkerut, atau timbul borok (ulkus) pada payudara. Borok itu semakin lama akan semakin besar dan mendalam sehingga dapat menghancurkan seluruh payudara, sering berbau busuk dan mudah berdarah.

Ciri-ciri lainnya antara lain : 1) Pendarahan pada puting susu.

2) Rasa sakit atau nyeri pada umumnya baru timbul apabila tumor sudah besar, sudah timbul borok atau bila sudah muncul metastase ke tulang-tulang. 3) Kemudian timbul pembesaran kelenjar getah bening di ketiak, bengkak

(edema) pada lengan, dan penyebaran kanker ke seluruh tubuh (Handoyo, 1990)

Kanker payudara lanjut sangat mudah dikenali dengan mengetahui kriteria operbilitas Heagensen sebagai berikut :

1) Terdapat edema luas pada kulit payudara (lebih 1/3 luas kulit payudara); 2) Adanya nodul satelit pada kulit payudara;

3) Kanker payudara jenis mastis kasinimatosa; 4) Terdapat model parasternal;

5) Terdapat nodul supraklavikula; 6) Adanya edema lengan;

7) Adanya metastase jauh;

8) Serta terdapat dua dari tanda-tanda locallu advanced, yaitu ulserasi kulit, edema kulit, kulit terfiksasi pada dinding toraks, kelenjar getah bening aksila berdiameter lebih dari 2,5 cm, dan kelenjar getah bening aksila melekat satu sama lain.

(10)

c. Keluarnya Cairan (Nipple discharge)

Nipple discharge adalah keluarnya cairan dari puting susu secara spontan

dan tidak normal. Cairan yang keluar disebut normal apabila terjadi pada wanita yang hamil, menyusui dan pemakai pil kontrasepsi. Seorang wanita harus waspada apabila dari puting susu keluar cairan berdarah, cairan encer dengan warna merah atau coklat, keluar sendiri tanpa harus memijit puting susu, berlangsung terus menerus, hanya pada satu payudara (unilateral), dan cairan selain air susu.

Dalam rujukan lain dinyatakan bahwa gejala kanker payudara adalah sebagai berikut :

1) Benjolan pada payudara anda berubah bentuk/ukuran.

2) Kulit payudara berubah warna: dari merah muda menjadi coklat hingga seperti kulit jeruk.

3) Puting susu masuk ke dalam (retraksi) 4) Salah satu puting susu tiba-tiba lepas/hilang.

5) Bila tumor sudah besar, muncul rasa sakit yang hilang-timbul 6) Kulit payudara terasa sperti terbakar

7) Payudara mengeluarkan darah atau cairan yang lain, padahal anda tidak menyusui.

8) Tanda kanker payudara paling jelas adalah adanya borok (ulkus) pada payudara. Seiring dengan berjalannya waktu, borok ini akan menjadi semakin vesar dan mendalam sehingga dapat menghancurkan seluruh payudar. Gejalan lainnya adalah payudara sering berbau busuk dan mudah berdarah.

2.1.6. Faktor Penyebab Kanker Payudara

Hingga hari ini, para ahli kesehatan dunia masih tidak yakin apa sebenarnya penyebab kanker payudara. Sulit menjelaskan mengapa seorang wanita dapat menderita penyakit ini sementara wanita lain tidak. Dunia kedokteran hanya dapat mengaitkan beberapa faktor risiko yang berdampak pada kemungkinan seorang wanita mengalami kanker payudara.

Faktor risikonya, yakni apapun yang mempengaruhi peluang sesorang untuk menderita suatu penyakit, contohnya kanker. Jenis kanker yang berbeda memiliki

(11)

faktor risiko yang berbeda juga. Misalnya, paparan matahari yang kuat pada kulit merupakan faktor risiko kanker kulit. Merokok adalah faktor risiko kanker paru, kanker mulut dan kanker larynx (pita suara), kanker kandung kemih, kanker ginjal dan kanker pada beberapa organ lainnya.

Namun, faktor risiko tidak hanya membuat sesorang pasti menderita suatu penyakit. Memiliki satu atau beberapa faktor risiko, tidak berarti kita akan mendapatkan penyakit tersebut. Banyak wanita yang memiliki satu atau lebih faktor risiko, akan tetapi tidak pernah menderita kanker. Sebaliknya tidak sedikit wanita menderita kanker payudara tanpa pernah memiliki faktor risiko (kecuali bahwa ia wanita dan usianya sudah bertambah). Bahkan ketika seorang wanita dengan faktor risiko menderita kanker payudara, sulit diketahui dengan tepat faktor mana yang mengakibatkannya.

Beberapa faktor risiko seperti usia dan ras, tidak bisa diganggu gugat. Namun, beberapa faktor risiko dapat dimodifikasi, khususnya yang berkaitan dengan lingkungan dan perilaku. Sperti kebiasaan merokok, minum alcohol dan pengaturan pola makan. Risiko seorang wanita menderita kanker payudara dapat berubah seiring dengan waktu.

1. Faktor Risiko yang Tidak Dapat Dimodifikasi a. Gender

Lahir sebagai wanita merupakan faktor risiko utama kanker payudara. Benar bahwa pria juga bisa menderita kanker payudara, tetapi penyakit ini sekitar 100 kali lebih umum dialami wanita daripada pria. Mungkin penyebabnya karena pria memiliki lebih sedikit hormon estrogen dan progesteron yang menjadi pemicu tumbunya sel kanker.

b. Pertambahan usia

Risiko seorang wanita menderita kanker payudara meningkat seiring dengan pertambahan usia. Semakin tua usia seorang wanita, semakin tinggi risiko ia menderita kanker payudara. Lebih dari 80% kanker payudara terjadi pada wanita berusia 50 tahun ke atas dan telah mengalami menopause. Hanya sekitar 1 dari 8 kasus kanker payudara invasive (menyebar) ditemukan pada wanita berusia di bawah 45 tahun.

(12)

Wanita yang memiliki one degree relatives (keturunan di atasnya) yang menderita/pernah menderita kanker payudara atau kanker indung telur memiliki risiko kanker payudar ayang lebih tinggi. Namun, kanker payudara bukan penyakit turunan seperti diabetes melitus atau hemophilia atau alergi. Walaupun demikian, gen yang dibawa wanita penderita kenker payudara mungkin saja dapat diturunkan. d. Riwayat kanker payudara dari keluarga

Risiko kanker payudara lebih tinggi pada wanita yang memiliki kerabat dekat sedarah yang juga menderita penyakit ini. Memiliki hubungan darah satu tingkat pertama (ibu, saudara wanita, atau anak wanita) yang menderita kanker payudara, meingkatkan risiko sekitar dua kali lipat. Memiliki hubungan darah dua tingkat pertama (nenek dana tau bibi) meingkatkan risikonya menjadi sekitar tiga kali lipat.

Walaupun belum dapat dipastikan dengan tepat, wanita dengan riwayat kanker payduara dari garis ayah atau memiliki saudara pria yang menderita kanker payudara juga memiliki risiko kanker payduara. Secara keseluruhan, hanya 15% wanita penderita kanker payudara memiliki anggota keluarga dengan penyakit ini. Ini berarti bahwa sebgaian besar kasus kanker payduara justri di akibatkan oleh faktor risiko lain.

e. Riwayat pribadi kanker payudara

Dibandingkan dengan mereka yang sama sekali tidak emmiliki riwayat penyakitini, wanita yang pernah menderita kanker payudara venderung mengalami penyakit ini lagi suatu saat. Seorang wanita dengan kanker pada satu payudara memiliki 3-4 kali lipat peningkatan risiko mengembangkan kanker baru pada payudara sebelahnya atau di bagian lain dari payudara yang sama.

f. Riwayat tumor

Wanita yang menderita tumor jinak (benign) mungkin memiliki risiko kanker payudara. Beberapa jenis tumor jinak seperti atypical ductal hyper-lasia atau lobular carcinoma in situ cenderung berkemebang sebagai kanker payudara suatu hari nanti.

g. Ras dan etnis

Secara umum, wanita ras kulit putih (kaukasia) memiliki risiko sedikit lebih tinggi menderita kanker payudara dibandingkan wanita dari ras afrika, Asia dan

(13)

Hispanik (Amerika Latin). Namun wanita dari ras Afrika, Asia dan Hispanik yang menderita kanker ini memiliki risiko kematian yang lebih tinggi.

h. Jaringan payudara yang padat

Kita telah mengetahui bahwa payudara terdiri dari jaringan lemak, jaringan fibrosa, dan jaringan kelenjar. Seseorang dikatakan mempunyai jarungan payudara yang padat ketika ia memiliki lebih banyak jaringan kelenhar dan fibrosa daripada jairngan lemak. Wanita dengan jaringan payudara padat memiliki risiko kanker payudar dua kali dari wanita dengan kepadatan jaringan payudara rata-rata.

Kepadatan jaringan payudara hanya dapat terlihat pada pemeriksaan mammogram. Sayangnya, jaringan payudara yang padat juga bisa membuat hasil pemeriksaan mammogram kurang akurat. Sejumlah faktor dapat mempengaruhi kepadatan jaringan payudara, seperti usia, menopause, obat-obatan tertentu (termasuk terapi hormon menopause), kehamilan dan genetika.

i. Paparan hormon estrogen

Produksi hormon estrogen dimulai ketika wanita mengalami menstruasi pertama kali. Produksi ini turun secara drastic ketika wanita memasuki menopause. Wanita uang mulai mengalami menstruasi dini (menarche) di usia yang sangat muda atau memasuki masa meonpasude lebihlambat daripad umumnya memiliki risiko lebih tinggi menderita kanker payudara. Ini karena tubuh lebih lama terpapar hormone estrogen.

j. Paparan radiasi

Bekerja dengan peralatan sinar X dan sinar gamma bisa jadi meningkatkan risiko seorang wanita menderita kanker payudara, meskipun sangat kecil kemungkinannya. Selain itu, wanita yang pernah terpapar radiasi di bagian dada (sebagai salah satu terapi kanker yang dideritanya saat ank-anak/remaja) juga berisiko menderita kanker payudara. Kondisi ini bervariasi sesuai dengan usia pasien ketika ia mendapatkan radiasi.

Jika pasien anak peruempuan mendapatkan pengobatan kemoterapi, mungkin tubuhnya berhenti produksi hormone ovarium untuk beberapa waktu sehingga risikonya menuru. Risiko tertinggi kanker payudara terjadi jika radiasi diberikan selama masa remaja, ketika payudara masih berkembang. Pengobatan radiasi setelah usia 40 tahun tidak meningkatkan risiko kanker payudara.

(14)

k. Paparan Dietilstilbestrol

Pada tahun 1940-an hingga tahun 1950-an, ada banyak wanita hamil yang diberi obat dietilstilbestrol (DES). Obat ini dianggap dapat menguatkan Rahim dan menurunkan peluang keguguran. Beberapa tahun kemudian, penelitian menunjukkan bahwa wanita-wanita yang mendapatkan obat tersebut memiliki peningkatan risiko terkena kanker payudara, walaupun tidak terlalu tinggi. Wanita yang ibunya pernah mengkonsumsi obat DES selama kehamilannya juga mungkin memiliki risiko sedikit lebih tinggi terkena kanker payudara.

2. Faktor Risiko yang Berkaitan dengan Pilihan dan Gaya Hidup a. Tidak punya anak dan tidak menyusui

Wanita yang tidak pernah mempunyai anak dan tidak pernah menyusui memiliki risiko lebih tinggi terkena kanker payudara. Pasalnya masa menyisio seacara aktif menjadi periode bebas kanker dan mamperlancar sirkulasi hormonal. Pada masa manyeusui, peran hormone estrogen menurun dan didominasi oleh hormone prolactin.

b. Tidak menikah/berhubungan seks

Wanita yang tidak menikah (tidak berhubungan seks) atau wanita menikah yang ajrang berhubungan seksual juga berisiko tinggi terkena kanker payudara. Apalagi jika secara genetis memiliki keluarga sedarah yang pernah menderita kanker. Tingkat keseringan seorang wanita melakukan hubungan seksual mempengaruhi kelancaran sirkulasi hormonal. Dengan kata lain, semakin sering wanita melakukan hubungan seks, semakin baik sirkulasi hormonalnya dan semakin rendah juga risikonya terhadap penyakit kanker payudara.

c. Kehamilan dan jenis kanker tertentu

Hamil diusia produktif atau memiliki banyak anak selama usi produktif diketahui dpaat menurunkan risiko kanker payudara. Namun, ada beberapa jenis kanker payudara yang tida terpengaruh dengan kehamilan, misalnya jenis kanker payudar yang dikenal dnegan sebutan kanker triple-negatif. Kehamilan tampaknya justru meningkatkan risiko kanker jenis ini.

d. Kehamilan pertama setelah berumur 30 tahun

Wanita yang memiliki anak pertama diusia 30 tahun keatas memiliki risiko tinggi menderita kanker payudara. Risiko ini meningkat sebanyak 3% setiap kali ia

(15)

bertambah usia. Semakin tua usia wanita saat hamil dan melahirkan, semakin tinggi risikonya menderita kanker payudara.

e. Kontrasepsi hormonal

Penelitian menemukan bahwa wanita yang menggunakan kontrasepsi oral (pil KB) memiliki risiko sedikit lebih besar terkena kanker payudara dibandingkan wanita yang tidak pernah menggunakannya. Risiko ini tampaknya dapat menuru kembali setelah penggunaan pil dihentikan. Wanita yang berhenti menggunakan kontrasepsi oral lebih dari 1 tahun cenderung tidak memiliki peningkatan risiko kanker payudara. Oleh sebab itu, jika sedang mempertimbangkan jenis kontrasepsi oral untuk digunakan sebagai pengendali kelahiran, sebaiknya mencari tahu dari dokter dan ahli medis. Konsultasikan apakah kontrasepsi oral tersebut memebrikan faktor risiko kanker payudara atau tidak.

Selain pil KB, kontrasekpsi hormonal lainnya sepeti KB suntuk yang diberikan setiap 3 bulan juga diketahui memberikan efek terhadap risiko kanker payudara. Wanita yang menggunakan KB suntik cenderung memiliki peningkatan risiko kanker payudara. Akan tetapi, risikonya menurun jika ia berhenti menggunaakn KB suntik lebih dari 5 tahun.

f. Obesitas

Wanita yang mengalami obesitas atau kelebihan berat badan setelah memasuki mas amenopause memiliki risiko lebih tinggi menderita kanker payudara. Wanita menopause yang mengalami obesitas memiliki tingkat estrogen yang jauh lebih tinggi daripada seharusnya, dimana hal itu dianggap menjadi peningkatan risiko kanker payudara.

Sebelum menopause, indung telur Bersama-sama jaringan lemak menghasilkan sebagain estrogen. Setelah menopause, indul terlu berhentu memproduksi estrogen sehingga sebagian besar estrogen wanita berasal dari jaringan lemak. Memiliki lebih banyak jaringan lemak setelah menopause berarti meningkatkan kadar estrogen sehingga risiko kanker payudara pun menjadi lebih tinggi.

Selain itu, wanita yang kelebihan berat badan cenderung memiliki kadar insulin darah yang lebih tinggi. Tinkat insulin yang lebih tinggi juga telah dikaitkan dengan beberapa jenis kanker, termasuk kanker payudara. Akan tetapi, kaitan

(16)

antara berat badan dan risiko kanker payudara sangat kompleks. Sebagai contoh, wanita yang obesitas saat dewasa, risiko kanker payudara meningkat. Namun, jika kelebihan berat badan sudah dialami sehak kecil, risikonya cenderung menurun. Para ahli masih belum dapat menyimpulkan apa yang menyebabkan perbedaan tersebut.

g. Konsumsi alkohol

Semakin sering seorang wanita mengkonsumsi alkohol semakiin tinggi risiko ia menderita kanker payudara. Konsumsi alkohol jelas terkait dengan peningkatan risiko terkena kanker payudara.

h. Asap tembakau

Penelitian menemukan hubungan antara merokok dengan kanker payudara. Perokok berat yang sudah merokok dalam jangka panang memiliki risiko lebih tinggi terkena kanker payudara.

Asap rokok dapat meningkatkan risiko kanker payudara karena mengandung bahan kimia dnegan konsentrasi tinggi. Bahan kimia ini mampu mencapai jaringan payudara dan ditemukan dalam asi.

Pada tahun 2005 sebuah laporan dari California Environment Protection

Agency, sebuah institusi kesehatan di Amerika, menyimpulkan bahwa bukti tentang

asap rokok dan kanker payudara sangat jelas terjadi pada wanita muda, terutama mereka yang berada pada rentang usi premenopause.

i. Terapi hormon setelah menopause

Terapi penggantian hormon setelah menopause telah digunakan selama bertahun-tahun untuk membantu meringankan gejala menopause dan membantu mencegah osteoporosis.

Ada dua jenis terapi hormon, yaitu yang menggunakan hormon estrogen dan yang menggunakan kombinasi estrogen-progesteron. Bagi wanita yang masih memiliki rahim, dokter biasanya meresepkan estrogen dan progesteron. Bagi wanita yang tidak lagi memiliki rahim, biasanya hanya menggunakan estrogen saja. Tetapi ini umumnya dikenal sebagai terapi pengganti estrogen (ERT) atau terapi estrogen saja (ET).

(17)

2.1.7. Pengobatan Kanker Payudara

Ada beberapa pengobatan kanker payudara yang penerapannya banyak tergantung pada stadium klinik penyakit (Tjindarbumi, 1994), yaitu :

a. Mastektomi

Mastektomi adalah operasi pengangkatan payudara. Ada 3 jenis mastektomi (Hirshaut & Pressman, 1992):

1) Modified Radical Mastectomy, yaitu operasi pengangkatan seluruh

payudara, jaringan payudara di tulang dada, tulang selangka dan tulang iga, serta benjolan di sekitar ketiak.

2) Total (Simple) Mastectomy, yaitu operasi pengangkatan seluruh payudara

saja, tetapi bukan kelenjar di ketiak.

3) Radical Mastectomy, yaitu operasi pengangkatan dari payudara. Biasanya

disebut lumpectomy, yaitu pengangkatan hanya pada jaringan yang mengandung sel kanker, bukan seluruh payudara. Operasi ini selalu diikuti engan pemberian radioterapi. Biasanya lumpectomy direkomendasikan pada pasien yang besar tumornya kurang dari 2 cm dan letaknya di pinggir payudara.

b. Radiasi

Penyinaran/radiasi adalah proses penyinaran pada daerah yang terkena kanker dengan menggunakan sinar X dan sinar gamma yang bertujuan membunuh sel kanker yang masih tersisa di payudara setelah operasi (Denton, 1996). Efek pengobatan ini tubuh menjadi lemah, nafsu makan berkuran, warna kulit di sekitar payudara menjadi hitam, serta Hb dan leukosit cenderung menurun sebagai akibat dari radiasi.

c. Kemoterapi

Kemoterapi adalah proses pemberian obat-obatan anti kanker atau sitokina dalam bentuk pil cair atau kapsul atau melalui infus yang bertujuan membunuh sel kanker melalui mekanisme kemotaksis. Tidak hanya sel kanker pada payudara, tapi juga di seluruh tubuh (Denton, 1996). Efek dari kemoterapi adalah pasien mengalami mual dan muntah serta rambut rontok karena pengaruh obat-obatan yang diberikan apda saat kemoterapi.

(18)

Asam bifosfonat merupakan senyawa penghambat aktivitas osteoklas dan resorpsi tulang yang sering digunakan untuk melawan osteoporosis yang diinduksi oleh ovarian suppression, hiperkalsemia dan kelainan metabolism tulang, menunjukkan efektivitas untuk menurunkan metastasis sel kanker payudara menuju tulang. Walaupun pada umumnya asupan asam bifosfonat dapat di toleransi tubuh, penggunaan dalam jangka Panjang dapat menimbulkan efek samping seperti osteonecrosis dan turunnya fungsi ginjal.

2.1.8. Stres dan Kanker

Kanker menyerang satu dari empat orang Amerika. America Cancer Society mendefinisikan kanker sebagai kelompok penyakit besar yang ditandai dengan pertumbuhan dan penyebaran sel-sel abnormal yang tidak terkontrol. Saat sel normal bermutasi menjadi sel abnormal, tubuh memperlakukan mereka sebagai benda asing. Salah satu fungsi sel darah putih adalah mencari dan menghancurkan sel-sel mutan. Jika karena beberapa sebab jumlah sel darah putih terlalu rendah, sel abnormal tidak akan terdeteksi, dan kemungkinan tumbuhnya tumor semakin besar. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa tubuh memproduksi kurang lebih enam sel mutan setiap harinya. Dalam kondisi normal, sel-sel darah putih dapat melakukan tugasnya dengan baik. Dalam konsisi stres, sel-sel mutan mungkin tidak terdeteksi dan berkembang menjadi tumor ganas. Emosi negatif yang muncul dapat menekan jumlah sel darah putih sehingga memperbesar risiko tumbuhnya tumor ganas tersebut. Menurut National Safety Council masih banyak penelitian yang harus dilakukan untuk meyakinkan adanya hubungan antara stres dengan kanker.

Penelitian yang dipublikasikan jurnal online BiodMed Central mengevaluasi interaksi antara kanker payudara dan peristiwa berat seperti kehilangan orangtua dan pasangan hidup, perceraian orangtua selebum penderita usia 20 tahun, dan peristiwa agak berat seperti terpisah dari pasangan, kehilangan pekerjaan, atau krisis ekonomi

Kelompok wanita penderita kanker memperlihatkan angka depresi lebih tinggi secara signifikan dan tingkat kebahagiaan dan optimisme lebih rendah. Hasil analisis memperlihatkan kaitan positif antara paparan lebih dari satu kali peristiwa berat dan kanker payudara. Bagi para wanita dengan stres risiko terkena kanker

(19)

payudara meningkat sekitar 62%. Hasil studi itu menunjukkan asosiasi negatif antara kebahagiaan dan optimisme dengan kanker payudara yang berarti bahwa semakin bahagia dan optimis seorang wanita mempunyai risiko lebih rendah terkena kanker payudara.

Penelitian yang dilakukan Florent Elefteriou dari Vanderbilt Center for

Bone Biology mengungkapkan stres bisa mengaktifkan sistem saraf simpatetik dan

menyebabkan tulang menjadi lungkungan yang baik untuk pertumbuhan sel kanker payudara. Sebelumnya, penelitian juga mengungkapkan bahwa pasien kanker payudara yang menderita stres atau depresi mengalami usia harapan hidup yang lebih pendek.

2.2. Tinjauan Manajemen Stres 2.2.1. Definisi Stres

Kata ‘stres’ artinya berbeda-beda pada tiap orang. Orang awam mungkin mendefinisikannya dengan tekanan, ketegangan, keadaan yang tidak menyenangkan atau respon emosi. Psikolog mendefinisikan stres dengan berbagai macam cara. Definisi kontemporari pada stres dari lingkungan eksternal sebagai

stresor (masalah dalam kerja), respon kepada stresor sebagai stres.

National Safety Council mendefinisikan stres sebagai ketidakmampuan

mengatasi ancaman yang dihadapi oleh mental, fisik, emosiaonal, dan spiritual manusia, yang pada suatu saat dapat mempengaruhi kesehatan fisik manusia tersebut. Dengan mengesampingkan berbagai sudut pandang (mental, emosional, fisik atau spiritual) yang dipakai untuk mengkaji stres, National Safety Counsil menyepakati bahwa stres adalah persepsi terhadap situasi atau kondisi di dalam lingkungan hidup manusia. Dengan kata lain, sesuatu yang terlihat sebagai ancaman bagi seseorang mungkin tidak akan layak dipikirkan sedikitpun oleh orang lain. Perasaan ini dapat diekspresikan dalam sikap tidak sabar, frustasi, iri, tidak ramah, depresi, bimbang, cemas, rasa bersalah, khawatir, atau apati.

2.2.1.1. Stres Baik dan Stres Buruk

National Safety Council membagi stres menjadi dua macam, yaitu stres baik

dan stres buruk. Apabila stres dianggap sebagai sebuah motivasi positif, stres dapat dianggap sebagai sesuatu yang menguntungkan. Namun, apabila melebihi poin

(20)

optimal yang menguntungkan ini, stres ternyata lebih membawa keburukan daripada kebaikan.

Stres yang baik disebut sebagai stres positif; situasi atau kondisi apapun yang menurut seseorang dapat memotivasi atau memberikan inspirasi. Promosi jabatan dan cuti yang dibayar adalah contoh-contoh dari stres baik. Biasanya yang termasuk dalam stres baik adalah situasi yang menyenangkan dan untuk alasan ini tidak dianggap sebagai ancaman terhadap kesehatan seseorang.

Stres buruk disisi lain, adalah stres yang membuat seseorang menjadi marah, tegang, bingung, cemas merasa bersalah, atau kewalahan. Stres buruk atau dalam kata lain distress dapat dibagi menjadi dua bentuk: stres akut dan stres kronik. Stres akut muncul cukup kuat, tetapi menghilang dengan cepat. Sebagai contoh, ketika mencari ruang parkir di tempat kerja, terburu-buru mencari nomor telepon, dan terlambang datang ke rapat. Stresor (penyebab stres) kornik, di sisi lain tidak terlalu kuat, tetapi dapat bertahan sampai berhari-hari, berminggu-minggu atau bahkan berbulan-bulan. Contoh stres kronik antara lain adalah masalah keuangan, hubungan yang buruk dengan pemilik perusahaan, dan kejenuhan kerja. Stres kronik yang berulang kali pada tubuh ini yang dapat mempengaruhi kesehatan dan produktivitas seseorang.

2.2.1.2. Respon Stres

Istilah respon melawan-atau-menghindar dipakai untuk mendeskripsikan mekanisme yang terlibat dalam respon tubuh untuk bertahan terhadap suatu ancaman fisik. Dalam kondisi stres, tubuh mempertahankan diri sendiri dari ancaman yang menghadang atau lari dan menghindari bahaya yang menghadang. Respon melawan dipicu oleh rasa marah. Sebaliknya, respon menghinda diawali oleh rasa takut. Secara khusus, kedua respon tubuh tersebut menyebabkan jantung berdebar-debar, pernapasan menjadi cepat, keluar keringan berlebeihanm, ketegangan otot, dan laju metabolis tubuh meningkat. Gejala ini tidak akan berhenti sampai ancaman itu hilang dan sesudahny abarulah tubuh akan kembali tenang. Jika kasusnya adalah stres jangka Panjang, tubuh akan tetap aktif sampai beberapa waktu sampai akhirnya kerja berbagai macam organ akan benar-benar tidak tepat.

(21)

2.2.2. Manajemen Stres

Menurut Carlson (1999), beberapa literasi tidak mampu menunjukkan definisi sesungguhnya dari manajemen stres. Namun demikian menurut Feuerstein, Labbe, & Kuczmierczyk (1986), manajemen stress adalah strategi untuk mengurangi stress. Sedangkan menurut Girdano, Everly, & Dusek (1993) , manajemen stres adalah kemampuan untuk mengurangi rangsangan stres atau untuk mengatasi secara kompeten dengan stressor, dan menurut Brehm (1998), tujuan manajemen stres adalah untuk meningkatkan pemahaman Anda tentang diri sendiri dan siklus stres Anda sendiri dan untuk membantu Anda lakukan kontrol apa yang Anda miliki atas siklus ini. Brehm juga mengakui bahwa manajemen stres dapat mengandung perubahan pada stresor itu sendiri sehingga kemungkinan respon stres berikutnya berkurang.

Secara konseptual, pengurangan stres terdiri dari tiga elemen dasar: (1) perubahan fisik dari stresor lingkungan, misalnya, memindahkan pabrik ke zona industri: memilih keluar dari ‘perlombaan tikus’ dalam kasus seorang eksekutif dipromosikan melampaui tingkat keahliannya; (2) modifikasi atribusi kognitif seseorang, misalnya, memfokuskan pemikiran atau menafsirkan kembali situasi yang kurang mengancam secara emosional, dan (3) perubahan respon perilaku dan fisiologis, misalnya, penggunaan berbagai teknik relaksasi atau metode farmakologis.

Margiati (1999) mengungkapkan bahwa manajemen stres adalah membuat perubahan dalam cara anda berpikir dan merasa, dalam cara anda berperilaku, dan sangat mungkin dalam lingkungan anda. Fadli (dalam Arum 2006) menambahkan bahwa manajemen stres juga sebagai kecakapan menghadapi tantangan dengan cara mengendalikan tanggapan secara proporsional. Munandar (2001) mendefinisikan manajemen stres sebagai usaha untuk mencegah timbulnya stres, meningkatkan ambang stres dari individu dan menampung akibat fisiologikal dari stres.

Manajemen stres merupakan upaya mengelola stres dengan baik, bertujuan mencegah dan mengatasi stres agar tidak sampai pada tahap yang paling berat. Beberapa manajemen stres yang dapat dilakukan menurut Blake (2009) adalah: a. Melakukan teknik relaksasi

(22)

Menurut Burke (2009), ada berbagai macam variasi dalam latihan ini, tetapi semuanya bertujuan untuk menghasilkan respon relaksasi. System saraf parasimpatis mendominasi saraf otonom untuk membangun mode penyembuhan pada tubuh. Beberapa komponen yang umum dalam Teknik relaksasi ini antar alain yaitu bersantai, dan pernapasan dalam dan ringan.

Efek-efek fisiologis yang didapat dengan segera dari relaksasi adalah penurunan denyut nadi, tekanan darah, pernapasan, dan tegangan otot. Adapun efek fisiologis jangka panjang dapat berupa penurunan pada system muskulosketetal, system saraf otonomo dan system psikoneuroendokrin. Respon relaksasi dapat menetralkan hubungan stres dengan proses sakit, khususnya proses-proses yang berhubungan dengan imunologi, kardiovaskuler, dan kerusakan saraf yang

degenerative (Nelson & Simmons, 2005)

b. Meditasi/melakukan praktek spiritual

Dalam merespon stres, seseorang dapat merasakan terputusnya hubungan dengan makna dan tujuan hidup, yang mempengaruhi kesehatan spiritual dan kesejahteraan. Praktik spiritual atau aktivias yang membnatu seseorang menemukan makna, maksud dan keterhubungannya dapat memfasilitasi seseorang menemukan kebutuhan spiritualnnya (Edelman & Mandle, 2010)

c. Melakukan aktivitas fisik

Aktivitas Fisik yang teratur ternyata mengurangi gejala-gejala depresi dan kecemasan dan memperbaiki keadaan jiwa (Edelman & Mandle, 2010). Aktivitas fisik tidak harus dilakukan dengan intens. Berjalan selama 10 menit akan meningkatkan energi selama 60-120 menit dan dapat meningkatkan suasana hati. Penelitian telah menemukan bahwa olahrga dapat meningkatkan tidur nyenyak dan mengurangi stres. Berjalan santai atau melakukan kunjungan ke lokasi yang indah juga dapat mengurangi stres. Selain itu, yoga dan tai chi adalah dua bentuk latihan yang bisa sangat mengurangi stres dan memiliki manfaat kesehatan tambahan (Burke, 2009)

d. Melakukan kegiatan yang menenangkan

Melakukan kegiatan menenangkan seperti mendengarkan music yang indah dapat membantu mengurangi stres. Orang-orang telah menmeukan sejak ratusan

(23)

tahun yang lalu bahwa music klasik dapat mengurangi pengalaman stres dan memperbarui semangat (Burke, 2009)

Berikatan dengan kesenangan yang menyehatkan (aktivitas-aktivitas yang membawa perasaan damai, sukacita dan kebahagiaan), bagi banyak individu merupakan bagian yang penting dalam hidup (Edelman & Mandle, 2010)

e. Istirahat

Menjaga kualitas tidur dengan baik akan membantu dalam mengatasi stres yang lebih efektif karena orak perlu beristirahat. Bahan kimia seperti neutransmitter, hormone, dan protein sering disintesis selama tidur. Julmah bahan-bahan kimia yang tidak seimbang akan membuat tubuh lebih rentan terhadap efek stres.

Istirahat dan tidur merupakan obat yang paling baik dalam mengatasi stres karena istirahat dan tidur yang cukup akan memulihkan keletihan fisik dan kebugaran tubuh. Tidur yang cukup juga dapat memperbaiki sel-sel yang rusak (Hidayat, 2002). Tidur yang sehat misalnya dengan memiliki catatan tidur harian, siklus tidu-bangun yang teraturm dan perubahan diet secara bijaksana dapat meningkatkan pengaturan diri, kepercayaan dan control. Karena itu dapat mengurangi stres dan memperbaiki kualitas hidup (Edelman & Mandle, 2010).

2.3. Tinjauan Media Komunikasi Visual 2.3.1. Definisi Komunikasi Visual

Komunikasi visual atau bisa juga disebut komunikasi melalui penglihatan. Komunikasi visual merupakan sebuah rangkaian proses penyampaian kehendak atau maksud tertentu kepada pihak lain. Komunikasi visual dapat mengkombinasikan seni, lambing, tipografi, gambar, desain grafis, ilustrasim dan warna dalam penyampaiannya. Sebuah media komunikasi visual ditujukan untuk membentuk sebuah persepsi di benak masyrakat. Persepsi didefinisikan sebagai proses yang kita gunakan untuk menginterpretasikan data-data sensoris (Lahlry, 1991).

(24)

2.3.2. Definisi Media

Kata media berasal dari Bahasa latin yaitu “medius” yang secara harafiah dapat diartikan “tengah”, “perantara”, “pengantar”. Dalam Bahasa Arab, media dapat diartikan sebagai pengantar, atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan. Gerlach dan Ely (1971) dalam Arsyad 1997, mengatakan bahwa apabila dipahami secar agaris besar, maka media adalah berupa manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi setiap orang untuk memperoleh pengetahuan, sikap ataupun keterampilan. Association of Education and

Communication Technologi (AECT, 1977), mendefinisikan bahwa media

merupakan bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan dan informasi.

Sesungguhnya cukup banyak pengertian “media” yang disampaikan oleh para pakar, namun dapat disimpulkan bahwa media merupakan suatu sarana atau perangkat yang berfungsi sebagai perantara atau saluran dalam suatu rposes komunikasi antara komunikator dengan komunikan. Menurut Kempt, pesan yang masih berada dalam pikiran (mind) komunikator tidak akan dapat diterima dengan baik oleh komunikan apabila tidak dibantu dengan media atau perantara (Asyar, 2011)

2.3.3. Pemilihan Media

Pemanfaatan media dalam berkomunikasi sebaiknya direncanakan dengan matang, disesuaikan dengan materi, tempat, maupun sasaran. Pada kenyataannya sering kali pemilihan media didasarkan atas pertimbangan-pertimbangan seperti emrasa sudah akrab dengan media yang telah tersedia, meras bahwa media yang digunakan mampu menggambarkan dengan lebih baik, media yang digunakan dianggap menarik, serta mampu menuntutn secara lebih sistematis.

Henich et. Al (1982 dalam Arsyad, 1997), mengajukan model perencanaan dalam pemilihan media yang efektif, pendapat tersebut dikenal dengan istilah “ASSURE” (Analyze learner characteristic, State objective, Select of modify,

Utilize, Requere learner response, and Evaluate). Model ini mengenalkan enam

(25)

1) Analize learner characteristic (A), yaitu menganalisi kelompok sasaran baik dari segi tingkat Pendidikan, usia, maupun menganalisis karakter khusus sperti tingkat pengetahuan, keterampilan, maupun sikap sasaran.

2) State objective (S), yaitu merumuskan tujuan pembelajaran, dalam hal ini

perlu dipikirkan perilaku apa yang ingin dibentuk, oleh penyuluh. Berdasarkan tujuan yang telah ditetapkan, maka akan dapat ditentukan media yang akan digunakan.

3) Select or modify media (S), yaitu memiliki, memodifikasi, atau meracang

dan mengembangkan materi serta media dengan tepat. Dalam hal inimedia yang digunakan dpaat menghemat biaya, waktu dan tenaga. Hal lain yang perlu diperhatikan sehubungan dengan prinsip ini adalah apakah media yang digunakan mampu membangkitkan perhatian sasaran, menyampaikan infomrasi dengan benar, berkualitas, dan mampu melibatkan sasaran untuk berpartisipasi.

4) Utilize (U), yaitu setelah media ditentukan, maka persiapan penggunaan

media tersebut perlu diperhatikan, yang meliputi lama waktu penggunaan, persiapa ruangan, fasilitas yang tersedia, serta hal-hal lain yang mendukung.

5) Requere learner response (R), dengan menggunakan media yang dipilih

hendaknya mampu memotivasi sasaran untuk memberi tanggapan atau respon sebagai umpan balik dari materi yang disampaikan.

6) Evaluate (E), yaitu media yang digunakan juga memiliki sifat evaluative.

Tujuan evaluasi dalam hal ini adalah untuk mengetahui tingkat pencapaian tujuan pembelajaran melalui media yang digunakan.

Menurut Widodo (1991), pada umumnya beberapa prinsip yang perlu dipertimbangkan dalam memilih media antara lain:

1) Mengetahui dengan jelas tujuan mengapa memilih media tersebut. 2) Tidak didasarkan atas kesenangan pribadi.

3) Menyadari setiap media memiliki kelebihan dan kekurangan, atau tidak ada media yang sempurna.

4) Media disesuaikan dengan materi yang akan disampaikan.

5) Pengguna media harus memahami ciri-ciri media, sehingga dapat disesuaikan dengan metode yang akan digunakan.

(26)

6) Pemilihan media disesuaikan dengan kondisi lingkungan. 7) Pemilihan media didasarkan atas tingkat kemampuan sasaran.

Media merupakan bagian dari sistem instruksional, sehingga dalam pemilihan media perlu diperhatikan beberapa kriteria, seperti:

1) Sesuai dengan tujuan, apakah untuk merubah perilaku kognitif, afektif, atau psikomotor.

2) Tepat untuk mendukung materi, yang dapat berupa konsep, prinsip, atau fakta.

3) Praktis, luwes, dan tahan lama. Perlu diingat bahwa media yang mahal belum tentu efektif dalam mencapai tujuan pembelajaran.

4) Pengguna menguasai cara penggunaannya. 5) Sesuai dengan kelompok sasaran.

6) Apabila menggunakan media yang disertai suara, maka suara harus disesuaikan dengan suara aslinya.

(27)

2.3.4. Jenis Media

Menurut Asyhar (2011), media dapat dikelompokkan menjadi empat, yaitu media visual, media audio, media audio visual, dan multimedia.

1) Media visual, adalah media yang pemanfaatannya hanya mengandalkan indra penglihatan, sehingga kemampuan peserta didik sangat tergantung pada kemampuan penglihatannya. Contoh media visual antara lain, media cetak (buku, modul, poster, gambar, dan lain-lain), media model dan prototipe seperto globe, media realitas alam dan lain sebagainya.

2) Media audio, merupakan jenis media yang melibatkan indra pendengaran, oleh karena itu media audio dapat menyampaikan pesan verbal seperti bahasa lisan, dan kata-kata, sedangkan pesan non verbal dapat berupa musik dan bunyi-bunyian lain. Bentuk media audio dapat berupa tape recorder, radio, CD dan DVD player.

3) Media audio-visual, adalah media yang sudah melibatkan pendengaran dan penglihatan secara bersamaan dalam satu kegiatan. Pesan yang dapat disampaikan dalam hal ini adalah pesan verbal dan non verbal. Beberapa contoh audio-visual antara lain film, video, program televisi, dan lain-lain. 4) Multimedia, merupakan media yang melibatkan beberapa jenis media dan

peralatan secara terintegrasi. Dengan media ini proses komunikasi melibatkan indra penglihatan dan pendengaran melalui teks, visual diam, visual gerak dan audio, yang berbasis pada teknologi komunikasi dan informasi. Beberapa jenis media yang dapat digolongkan dalam multimedia antara lain televisi, presentasi dengan powerpoint, gambar bersuara dan lain-lain.

2.3.5. Tipografi

Menurut Wijaya (n.d.), tipografi dapat dikatakan sebagai visual language atau Bahasa yang dapat dilihat. Tipografi adalah salah satu sarana untuk menterjemahkan kata-kata yang terucap ke halaman yang dapat dibaca. Fungsi utama dari tipografi ialah mengkomunikasikan ide secara langsung kepada pengamat. Namun tidak sekedar itu, pengerjana tipografi yang tidak didekorasi ataupun tidak sesuai dengan desain tidak akan bisa mengkomunikasikan pesan

(28)

dengan baik. dengan kata lain, selain memiliki fungsi komunikastif uta,a, tipografi juga memiliki fungsi estetis.

Typeface adalah jenis-jenis keluarga huruf yang serupa. Setiap typeface

memiliki anatomi yang berbeda-beda. Karena banyaknya jumlah typeface yang telah dibuat dalam dunia desin, dibuatlah klasifikasi yang berguna untuk mengidentifikasi, memilih, dan mengkombinasikan typeface. Klasifikasi typeface dibuat berdasarkan perbedaan bentuk anatomi tubuhnya. Klasifikasi utama typeface terdiri dari 4, yaitu;

a. Serif

Typerface serif adalah jenis typeface yang seudah diciptakan sejak dulu.

Sesuai Namanya, jenis typeface ini memiliki bagian serif pada tubuhnya. Typerface jenis serif sendiri dapat dibagi-bagi menjadi old style, transitional serifs, neoclassical & didone, slab serif, clarendon serif, dan glyphic serif.

b. Sans Serif

Sesuai Namanya, sans serif adalah jenis typeface yang tidka menggunakan serif. Sans serif kemudian diklasifikasikan menjadi; grotesque san serif, square

sans serif, geometric sans serif, dan humanistic sans serif.

c. Script

Jenis typeface script adalah jenis typeface yang berangkat dari tulisan tangan manusia. Typeface script memiliki ciri khas lengkungan dan stroke yang unik dan fleksibel. Script bisa diklasifikasikan sebagai script formal, script kaligrafi, black letter & Lombardic script, dan casual script.

d. Dekoratif

Typeface dekoratif adalah jenis dengan variasi terbanyak. Jenis ini

seringkali dipakai untuk keperluan yang berbeda-beda seperti headline. Pemakainnya juga sangat luas karena berdasarkan pada konten tulisan dan budaya pembaca. (Halley, n.d.)

(29)

Tipografi sendiri memiliki 3 prinsip utama yang harus ada dalam penerapannya;

a. Legibility

Legibitily adalah kualitas pada huruf yang membuat huruf tersebut dapat

terbaca. Biasa legibility suatu huruf dapat terganggu karena cropping, overlapping, dan hal-hal lain. Legibility lebih berfokus pada kualitas typeface per huruf.

Legibility juga menjadi ukuranuntuk membedakan satu typeface dengan yang lain.

(Halley, n.d.)

b. Visibility

Visibility adalah kemampuan suatu hirif, kata, atau kalimat dalam suatu

karya dapat terbaca dalam jarak baca tertentu. Prinsip ini dipengaruhi oleh ukuran

typeface berdasarkan media penggunaannya.

c. Readibility

Readibility adalah penggunaan huruf dengan memperhatikan hubungannya

dengan huruf yang lain sehingga terlihat jelas. Spasi antar huruf dapat sangat memperngaruhi kualitas readability sebuah teks.

2.3.6. Warna

Menurut Birren (2010), warna memiliki faktor penting dalam kehidupan manusia. Tidak hanya itu, warna juga menimbulkan kesan tertentu sehingga mempengaruhi tindakan manusia dalam melihat serta mengambil keputusan.

2.3.6.1.Psikologi Warna

Di dalam ilmu psikologi, warna sangat berpengaruh terhadap jiwa seseorang, kepribadian hingga kesehatan. Warna dapat mencakup dari berbagai aspek nilai-nilai kehidupan dan memiliki arti yang berbeda-beda.

a. Merah

Merah memiliki kesan dominan dan dinamis, tidak hanya itu warna merah juga memiliki kekuatan untuk mempengaruhi pertumbuhan. Warna merah juga memberi kesan mahal, dan memiliki sisi emosional serta intensitas yang tinggi, juga memiliki kesan hangat.

(30)

Warna jingga merupakan warna yang ideal untuk rumah sakit, rumah, sekolah. Warna ini memiliki kesan mellow, hangat, hidup, kegembiraan, periang, kuat, juga menyenangkan. Warna jingga juga cocok untuk pelayanan produk makanan.

c. Kuning

Warna kuning memiliki kesan yang netral, karena memiliki visibilitas yang tinggi warna kuning dapat menyajikan rasa aman. Warna kuning dapat memberikan kesan menyenangkan, menginsipirasi, sehat, kekeluargaan, dan kegembiraan. d. Hijau

Warna hijau dapat mengurangi rasa gugup, memberikan warna yang ideal untuk konsentrasi dan meditasi. Warna ini juga memberikan kesan hidup, damai, tenang, harmoni, murah hati, keterbukaan dalam berkomunikasi, kepercayaan dan kealamian.

e. Biru

Warna biru sangat cocok untuk rumah dan kurang tepat untuk perkantoran, industri, sekolah, rumah sakit. Warna biru merupakan warna yang susah untuk fokus, tetapi memiliki kesan tenang. Biasanya dipakai untuk perusahaan di bidang jasa. Kesan objektif yang terdapat dalam warna bitu yaitu melankolis, kesadaran penuh. Sedangkan kesan subjektif yang didapat dari warna biru adalah ketakutan, kehebohan.

f. Pink

Pink atau merah muda merupakan warna campuran antara merah dan putih. Namun secara keseluruhan, terdapat arti warna yang berbeda apabila dibandingkan dengan warna asli. Makna warna ini merepresentasikan prinsip feminism dan banyak disukai oleh para wanita, aurnya yang kuat memberi nuansa kelemah lembutan, peduli dan romansa.

2.3.7. Layout

Layout adalah proses desain yang mengatur format halaman dan margin

sebagai komponen utama. Proses pengerjaan layout melibatkan produk desain 2 dimesni dan 3 dimensi. Contoh pengaturan layout dalam karya desain adalah sebagai berikut;

(31)

Dalam proses pengerjaannya, pengertian hirarki visual sangatlah diperlukan. Hirarki visual ialah uruat atau alur visual yang dibuat agar diikuti oleh pembaca. Sebagian besar karya layout memiliki komponen-komponen seperti

headline, ilustrasi, body copy, dan sebagainya. Tujuan hirarki visual adalah

mengatur penempatan komponen-komponen ini agar memiliki alur urutan yang sesuai untuk dibaca oleh pembaca (Gordon & Gordon, 2010, p. 38).

2.3.8. Tinjauan Buku

Buku secara umum dapat diartikan sebagai sekumpulan kertas yang bertulisan dan dijilid menjadi satu. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, buku diartikan sebagai lembar kerta yang berjilid, berisi tulisan atau kosong; kitab. Buku dapat menjadi sarana untuk menyampaikan berbagai informasi. Informasi yang ingin disampaikan pun dapat ditampilkan dalam bentuk teks maupun gambar, hal ini tergantung dari tujuan dibuatnya buku tersebut dan siapa targetnya.

2.3.8.1. Buku Berdasarkan Isi

Karimi (2012) mambagi buku berdasarkan jenisnya ke dalam dua kelompok besar yaitu buku fiksi dan non-fiksi. Buku fiksi merupakan buku hasil khayalan atau imajinasi penulisnya, seperti buku cerpen, novel, prosa dan puisi. Melalui tulisan ini pembaca juga dapat merasakan bagaimana ekspresi serta tanggapan penulis terhadap dirinya dan lingkungan sekitarnya. Sedangkan buku non-fiksi merupakan tulisan dengan tema-tema tertentu seperti literature, buku panduan, keterampilan, pengembangan diri dan tulisan lain memiliki sifat keilmuan.

Selain pembagian berdasarkan fiksi dan non-fiksi, terdapat pembagian lain yang dijelaskan lebih lanjut oleh Darmono (2007). Buku berdasarkan jenis juga terbagi menjadi buku teks (wajib) yang merupakan buku dari pemerintah, buku fiksi berupa buku bergambar dan non-fiksi yaitu buku pengetahuan umum dan popular. Selain itu juga terdapat buku referensi seperti kamis, ensiklopedia, direktori dan buku tahunan serta tulisan yang terbit berkala seperti tabloid, majalah, dan koran.

2.3.8.2. Buku Interaktif Participation

Buku interaktif adalah buku yang digunakan sebagai sarana pemberi informasi yang memiliki “two way flow” pada informasi yang disampaikan kepada pembaca (The New Oxford Dictionary of English, 3rdEd). Maksud dari “two way

(32)

flow” adalah adanya interaksi dua arah antara buku sebagai sarana pemberi informasi dan pembaca.

Jenis buku interaktif participation sendiri berisi penjelasan atau cerita dengan disertai tanya jawab atau instruksi untuk melakukan sesuatu guna menguji penjelasan atau cerita yanga da didalam buku tersebut.

2.3.8.3.Manfaat Membaca Buku

Penelitian yang dilakukan oleh University of Sussex, menemukan bahwa kegiatan membaca dapat membantu untuk meredakan tingkat stres, bahkan sampai 68 persen. Menurut penelitian ini, ternyata mmebaca adalah kegiatan yang dapat menurunkan kadar stres, lebih baik daripada mendengarkan musik atau jalan-jalan. Beberapa psikolog yang terlibat dalam penelitian tersbeut mengatakan bahwa hal itu dapat terjadi karena ketika seseorang sedang membava, konsentrasi seseorang terpusat pada buku atau bahan bacaannya. Kata-kata yang ada dalam bahan bacaan itu dapat mengurangi ketegangan yang dirasakan oleh otot dan jantung. Dengan begitu, tubuh menjadi lebih rileks, sehingga stres yang dirasakan juga berkurang.

2.4. Tinjauan Manajemen Stres Pada Pasien Kanker Payudara 2.4.1. Tinjauan Permasalahan

Dalam mengumpulkan data, penyusun menggunakan metode wawancara. Wawancara dilakukan dengan pendekatan sesuai karakter masing-masing sehingga mampu mendapat insight dari cerita dan pengalaman mereka. Jumlah narasumber yang diwawancara sebanyak dua orang yang merupakan survivor kanker payudara.

Survivor adalah mereka yang telah melewati masa pengobatan kanker payudara

lebih dari 3-5 tahun. Wawancara dilakukan untuk menemukan kendala yang dialami narasumber dalam melakukan manajemen stres pada saat masa pengobatan yang telah dilalui ataupun yang sedang dijalani. Selain itu, wawancara juga dilakukan dengan komunitas untuk mendukung penelitian ini.

Penyusun menyiapkan guideline berupa pertanyaan, namun guideline tersebut hanya sebagai patokan dikarenakan wawancara dilakukan dengan pendekatan personal dan pewawancara tidak memaksakan narasumber untuk

(33)

menjawab keseluruhan pertanyaan. Guideline yang telah dibuat terlampir pada bagian lampiran.

2.4.2. Data Narasumber dan Hasil Wawancara (NN)

Narasumber pertama yaitu NN, seorang ibu rumah tangga yang divonis kanker payudara stadium IIIB pada tahun 2011 dan melakukan operasi mastektomi pada payudara sebelah kiri pada tahun yang sama. NN lahir di Surabaya tanggal 19 Mei 1962 dan sekarang tinggal di daerah Tenggilis Mejoyo Utara bersama dengan suami dan 1 putra yang berusia 17 tahun.

NN menceritakan pada waktu itu ia merasa jika dirinya belum haid dan payudara sebelah kiri terasa nyeri serta lengan sebelah kiri sulit digerakkan. Pada waktu itu suami NN langsung menyuruh NN memeriksakan diri di Rumah Sakit Onkologi. NN melakukan beberapa tahapan pemeriksaan dimulai dari USG dan mammografi pada bulan April. Saat itu suster yang memeriksa dan dokter Iskandar sudah berkata bahwa memang ada benjolan kanker di payudara sebelah kiri dan termasuk kanker payudara yang ganas.

Pada saat itu, NN merasa sangat takut dan di ruangan dokter tubuhnya menggigil kedingin karena sangat merasa gelisah. Namun, akhirnya NN memutuskan untuk tidak melakukan tindakan operasi terlebih dahulu. Sejak itu, NN merasa ia harus mendekatkan diri kembali kepada Tuhan, sehingga selama kurang lebih 2 bulan NN selalu berdoa dan meminta mujizat dari Tuhan terjadi atas hidupnya. Selama 2 bulan itu juga NN mengalami pergumulan batin karena selain ingin menerima mujizat Tuhan tapi ia juga takut jika harus kehilangan payudaranya. Selama 2 bulan, NN mulai memantapkan diri dan mulai mengikhlaskan apapun yang terjadi pada dirinya. Kekuatan itu muncul selain karena dukungan suami, teman-teman komunitas NN juga turut mendukung dan mendoakan NN. Hingga pada bulan Juni, NN merasa benjolan yang ada dipayudaranya tidak hilang justru makin membesar. Akhirnya ia melakukan second opinion ke dokter Aryo di Rumah Sakit Onkolog. Dokter lalu menyarankan untuk dilakukan biopsi sehingga mengetahui sampai sejauh mana kanker yang ada di payudara kiri NN. Setelah dilakukan biopsy dan pemeriksaan oleh patologi anatomi, dikatakan bahwa kanker nya sudah pada stadium IIIB. Ternyata karena dari pemeriksaan pertama di

(34)

langsung diambil tindakan, selama 2 bulan itu benjolan tumor yang ada di payudara NN justru semakin membesar.

Akhirnya NN langsung mengambil tindakan operasi kurang lebih jeda 1 minggu dari pemeriksaan terakhir. NN mengatakan pada saat itu justru ia menghadapi operasi dengan saat tegar karena ia percaya dan sudah berserah ke Tuhan. Setelah operasi berakhir, NN harus menjalani kemoterapi.

Tahun itu, anak NN baru berusia 6 tahun sehingga sebagai ibu rumah tangga dalam kondisi yang memerlukan banyak istirahat, NN justru banyak menghabiskan kegiatan menjaga dan merawat anak. NN bercerita pada saat menjalani kemoterapi, suami selalu ada untuk mengantar NN. Ketika menjalani proses tersebut juga ia sangat ikhlas dan pasrah. Beberapa kali memang ia mengeluh karena efek samping yang sangat menganggu dan tidak enak yaitu mual dan muntah secara tiba-tiba.

NN juga bercerita, ketika pertama kali mendapati bahwa rambutnya rontok NN sangat down dan sedikit tertekan. Padahal sebenarnya ia tahu bahwa orang yang melakukan kemoterapi pasti akan kehilangan rambutnya. Namun, ia tidak menyangka bahwa akan secepat itu ia kehilangan rambutnya. Pertama kali ia menyadari bahwa rambutnya rontok adalah ketika ia sedang melihat-lihat uban yang ada di kepala lalu ketika di langsung lepas segenggaman tangan. Selain itu, dilantai juga banyak rambut berjatuhan. Puncaknya adalah ketika ia sedang keramas, rambut NN benar-benar rontok seluruhnya hingga tersisa sedikit dan tipis sekali.

Pada titik tersebut, setiap kali NN berkaca ia sangat merasa down dan merasa seperti orang cacat. Berulang kali ia mengucapkan kata-kata “Ya Tuhan, aku seperti orang cacat.” Kekuatannya melewati masa-masa itu adalah dengan berdoa, berdoa dan berdoa. NN juga menceritakan bagaimana ia melewati masa-masa mengalami efek samping kemoterapi yang sangat tidak enak. Berulang kali ia menahan rasa mual yang mendadak datang dengan harus mendangakkan kepalanya supaya tidak muntah. Setiap kali mau memasuki minggu untuk kemoterapi, ia merasa sedikit stres dan gelisah karena khawatir harus melewati masa-masa menahan muntah itu lagi.

Ia juga mengatakan bahwa memang setiap orang gejala dan responnya berbeda, apalagi karena kemo saraf di mulutnya juga terserang. Untungnya tidak

(35)

separah pasien lain yang pernah ia temui. Selama masa kemoterapi juga ia berjuang keras untuk menjaga dan merawat anaknya dengan kondisi yang kadang mengalami mual dan muntah secara tiba-tiba.

Saat pewawancara menanyakan apakah NN pernah merasa stres, NN menjawab justru dia mencurigai bahwa salah satu pemicu kanker yang ia alami adalah stres. NN bercerita 13 tahun sebelum divonis kanker, NN adalah seoarng karyawan swasta, 11 tahun di bagian pembukuan dan keuangan. Selama 11 tahun itu, NN dan suami yang menginginkan seorang anak tidak juga mendapatkannya. Ia bercerita selama 11 tahun bekerja ia sangat stres. Selain stres masalah kantor banyak juga masalah-masalah lain yang membuat dia stres. Hingga akhirnya ia memutuskan untuk keluar dan menjadi ibu rumah tangga selama 1 tahun. Setelah beristirahat di rumah saja selama 1 tahun, ia kembali bekerja namun tidak mengambil pekerjaan yang berat sehingga pada tahun itu ia mendapati dirinya hamil.

Justru menurut NN, ia melewati masa-masa pengobatan dengan mudah. Karena selama 2 bulan sebelum operasi itu ia mendekatkan diri kepada Tuhan dan mendapat kekuatan dari banyak sumber, doa, puji-pujian dan tentunya suami serta teman-teman komunitas. NN mengatakan bahwa saat itu kuncinya adalah menyerahkan diri, ikhlas dan sadar akan kesalahan-kesalahan yang pernah ia buat sehingga ia mampu melewati dengan penyertaan Tuhan.

NN juga mengatakan setelah selesai melewati semua proses kemoterapi dan radiasi, ia menjadi orang yang mudah mengontrol emosi. NN berpendapat bahwa sekarang ia sangat menghindari stres dengan selalu menahan diri jika sedang emosi karena ia sadar bahwa stres juga salah satu pemicu tumbuhnya kanker. Untuk masalah jaga makan, NN mengaku awalnya tidak berencana namun ternyata beberapa tahun belakangan ia sekeluarga selalu mengkomsumsi salad buah saat pagi hari dan kebetulan NN bukan penggemar daging-dagingan, jadi sejauh ini ia hanya menjaga makan dengan tahu diri dan sesuai porsi.

2.4.3. Data Narasumber dan Hasil Wawancara (BD)

Narasumber kedua yaitu BD, seorang ibu rumah tangga kelahiran Belawan, 11 Februari 1961 yang melakukan operasi mastektomi payudara kanan pada tanggal

(36)

20 Januari 2016. Hingga saat ini BD masih berstatus sebagai salah satu pegawai di Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Provinsi Jawa Timur. BD tinggal di daerah Kutisari dengan suami dan 3 anak laki-lakinya.

Pada awalnya BD sempat merasa di payudara kanannya terasa benjolan. Lalu ia memeriksakan diri ke 3 dokter dan ketiganya mengatakan bahwa benjolan tersebut lemak, namun ia tetap merasa ada yang aneh dengan dirinya. Lalu BD menunggu hingga bulan Desember untuk memeriksakan diri di Yayasan Kanker Wisnuwardhana di Kayoon, namun ketebulan ketika ada acara di kantor yang mengundang dokter dari Wisnuwardhana, dokter tesebut mengatakan bahwa ada tumor kanker di benjola itu kira-kira sekitar 2,8 cm.

Akhirnya, BD melakukan foto x-ray untuk memastikan benjolan tersebut kemudian dibawa ke Rumah Sakin Onkologi untuk diberikan kepada dokter onkologi. BD menceritakan pada saat itu suaminya sudah down lebih dulu pada saat tahu bahwa BD harus ke Rumah Sakit Onkologi, sehingga ia merasa harus lebih kuat dan tegar dari suaminya supaya mereka bisa sama-sama menerima. Akhirnya pada bulan Januari 2016, BD melakukan biopsy di Rumah Sakit Onkologi dan ternyata benjolan yang ada di payudara kanannya adalah kanker. Dokter menyarankan untuk cepat melakukan tindakan pada saat itu. Sehingga BD yang hanya ditemani anaknya saat melakukan biopsy akhirnya pulang dan mendiskusikan dengan suami.

20 Januari 2016, BD melakukan operasi pengangkatan payudara. Kanker yang terdapat pada payudara kanan BD termasuk jinak stadium IIA. BD mengaku tidak banyak berfikir pada saat mengambil keputusan operasi pengangkatan payudara sebab menurutnya yang terpenting penyakitnya segera diangkat. Bahkan sehari sebelum operasi, BD masih masuk kerja meminta doa restu teman-teman kantornya. Pada hari operasi, BD ditemani oleh suami dan disusul oleh ketiga 3 anaknya.

Satu bulan setengah setelah operasi, BD cuti kerja dan berada di rumah kakak wanitanya. Selama menganggur, BD bercerita bahwa kegiatan-kegiatan yang ia lakukan banyak mendekatkan diri ke Tuhan dan mengikutin pengajian. Saat kemoterapi, BD juga masih bekerja dan hanya libur setiap satu minggu sekali (kemoterapi 3 minggu 1 kali).

(37)

Selama menjalani masa pengobatan, BD didukung oleh suami dengan sering dimasakan makanan untuk dibawa ke kantor. Suaminya sangat menjaga BD dengan sering membelikan suplemen-suplemen tambahan untuk kesehatan tulang serta kulit. BD mengatakan bahwa ia tidak terlalu merasakan efek samping yang mengganggu dari kemoterapi. Hanya saja memang mulutnya terasa pahit dan segala macam makanan jadi tidak enak. Namun, ia berusaha mendisiplinkan diri untuk selalu maku teratur dan banyak karena menurut dokter ia perlu asupan yang banyak untuk tetap menjaga badan sehat dan bugar. Pada saat menjalani kemoterapi dan radiasi BD juga tidak jalan-jalan ke mall atau pergi-pergi keluar rumah. Ia benar-benar menjaga kondisi tubuhnya agar selalu fit.

Pada saat pewawancara berkunjung di rumah BD, suami BD sempat menimpali bahwa yang terpenting dalam menjalani semua prosesnya adalah hati yang gembira. Menurutnya, bahagia dan pikiran positif adalah kunci sembuhnya BD. BD juga sempat cerita pada kemoterapi kedua, rambut BD sudah mulai rontok sehingga ia memutuskan untuk pergi potong rambut botak lalu sampai dirumah dibantu suami untuk di cukur rapi. BD berhijab sehingga hal tersebut tidak terlalu berat bagi BD. Hingga saat ini, BD masih kerja menunggu waktu pensium dan banyak menghabiskan waktu melakukan dinas keluar kota tanpa lupa mengikuti pengajian-pengajian yang dulu ia sering datangi.

2.4.4. Hasil Wawancara dengan Komunitas (Reach to Recovery Surabaya)

Reach to Recovery Surabaya merupakan sebuah support group khusu bagi

penderita kanker payudara dengan tujuan memberikan dukungan secara psikologis, emosional dan informasi bagi penderita kanker payudara beserta keluarga, sehingga mereka dapat membuat keputusan yang tepat terkait dengan treatment yang akan dan sedang dilakukan serta termotivasi untuk dapat sembuh dengan quality of life yang optimal. RRS terbentuk pada tahun 2005 dibawah bimbingan Rumah Sakit Onkologi Surabaya dan Yayasan Kanker Indonesia Pusat Jakarta.

Theresia Pangemanan selaku founder dari RRS sempat bercerita kepada pewawancara tentang kondisi manajemen stres pasien kanker payudara sekarang ini. Menurutnya, secara teori pasien tahu bahwa mereka tidak boleh stres. Dapat dikatakan bahwa RRS juga sering mengundang psikolog atau kedokteran kejiwaan

Gambar

Gambar 2.1 Penampang Ductal Carcinoma In Situ  Sumber : http://1.usa.gov/1DxV6vn
Gambar 2.2 Kanker payudara stadium I  Sumber: http://1.usa/gov/1bGxH4a
Gambar 2.4 Kanker Payudara Stadium III  Sumber: http://1.usa.gov/1A0xi1G
Gambar 2.5 Kanker Payudara Stadium IV  Sumber: http://1.usa.gov/1lbWV6C
+2

Referensi

Dokumen terkait

Terdapat beberapa pendekatan untuk multilingual publishing yang berpengaruh pada layout halaman. Dalam beberapa kasus format, halaman sampul, dan layout untuk edisi luar negri

Material ini juga digunakan untuk karton lipat lainnya, karton latar pada kemasan blister, kemasan kelas bawah (murah), dan untuk struktur bagian dalam kemasan

Anak pada usia sekolah dasar akan lebih mudah bergaul serta lebih tertarik untuk memiliki kelompok dalam suatu aktivitasnya baik untuk bermain mau pun belajar bersama. Senang

Program Pendidikan di Banjarnegara direalisasikan dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan menjadikan masyarakat menjadi sadar akan pentingnya pendidikan yang

Dari analisis yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa Sego Ganjel Catering memiliki peluang untuk dapat berkembang dan masuk pada pasar yang baru untuk meningkatkan

Sesuai dengan berbagai uraian yang telah disampaikan oleh peneliti sebelumnya tentang pentingnya peningkatan kualitas pendidikan dengan segala faktor pendukungnya salah

Fungsi buku cerita bergambar ini untuk membangkitkan kreatifitas anak-anak dalam memproduksi atau melakukan sesuatu yang berguna untuk mereka dengan menggunakan

Kesimpulan dari semua data dan analisa di atas adalah macapat merupakan kebudayaan yang sangat penting untuk diajarkan, khususnya untuk mereka yang tinggal di Jawa karena