• Tidak ada hasil yang ditemukan

2. IDENTIFIKASI DAN ANALISIS DATA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "2. IDENTIFIKASI DAN ANALISIS DATA"

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

2. IDENTIFIKASI DAN ANALISIS DATA

2.1 Landasan Teori

Pada perancangan ini akan digunakan teori-teori yang di dapat dari buku, artikel, jurnal, internet serta data-data yang didapatkan dari hasil wawancara dengan narasumber. Data-data yang diperoleh akan digunakan untuk menunjang informasi dan teori yang sesuai dengan perancangan buku harian interaktif.

2.1.1 Tinjauan Ekspresi Emosi 2.1.1.1 Pengertian Ekspresi Emosi

Dalam perkembangan kehidupan manusia pengekspresian emosi menjadi hal yang tidak bisa dihindarkan dan terjadi secara alamiah dan spontan. Menurut Latifa (2012) Emosi adalah keadaan internal yang memiliki manifestasi eksternal.

Meskipun yang bisa merasakan emosi hanyalah yang mengalaminya, namun orang lain kerap bisa mengetahuinya karena emosi diekspresikan dalam berbagai bentuk.

Pengalaman emosi yang terjadi, diutarakan dalam suatu bentuk ekspresi emosi.

Berdasarkan pendapat Planalp (1998) ekspresi emosi adalah suatu upaya mengkomunikasikan status perasaan individu, berorientasi pada tujuan (dalam Latifa, 2012, par. 2). Sementara menurut Paul Ekman (Goleman, 2002, dalam Latifa 2012, par. 2) ekspresi emosi merupakan keadaan kesiapan kita untuk menanggapi peristiwa-peristiwa mendesak saat bereaksi dan merespon situasi. Goleman (2002) sendiri merujuk istilah ekspresi (pengungkapan) emosi sebagai suatu perasaan dan pikiran-pikiran khas, suatu keadaan biologis dan psikologis, dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak. (dalam Latifa, 2012, par. 3)

Banyak orang yang masih menutup diri untuk membiarkan orang lain tahu tentang jati dirinya, apa yang ia simpan dalam hatinya dan apa yang dipikirkan.

Beberapa individu dalam berbagai usia terkadang takut jika orang lain mengetahui dirinya, dan berpikir bahwa jika orang tersebut mengetahui dirinya, mungkin ia akan dihindari dan lain-lain. Hal ini yang membuat seseorang lebih berhati-hati terhadap diri serta hubungannya dengan membatasi pikiran dan perasaan-perasaan yang dikemukakannya.

(2)

2.1.1.2 Jenis Ekspresi Emosi

Terdapat dua jenis ekspresi emosi yang pasti selalu ada dalam kehidupan seseorang. Kedua jenis emosi tersebut adalah emosi positif dan Emosi negatif, keduanya sangat berkaitan dan hadir secara bergantian dalam kehidupan.

a. Emosi Positif

Emosi positif adalah emosi yang mampu menghadirkan perasaan positif terhadap seseorang yang mengalaminya. Hill (dalam Syukur, 2011) mengatakan bahwa terdapat tujuh macam emosi yang masuk dalam emosi positif, diantaranya adalah hasrat, keyakinan, cinta, seks, harapan, romansa dan antusiasme. Ketujuh emosi tersebut merupakan bentuk emosi yang paling dominan, kuat, dan paling umum digunakan dalam usaha kreatif. Jenis emosi ini dapat menunjang keberhasilan karir dan dianggap tidak merugikan orang lain. Seberapa besar keberhasilan dari emosi positif ini tergantung dari batas kewajaran yang digunakannya.

b. Emosi Negatif

Emosi negatif merupakan emosi yang selalu identik dengan perasaan tidak menyenangkan dan dapat mengakibatkan perasaan negatif pada orang yang mengalaminya. Biasanya emosi negatif ini berada di luar batas kewajaran, seperti marah-marah yang tidak terkendali, berkelahi, menangis meraung-raung, tertawa keras dan terbahak-bahak bahkan timbulnya tindakan kriminal. Umumnya, emosi negatif menimbulkan permasalahan yang dapat menganggu orang yang mengalaminya, bahkan berdampak pada orang lain dan masyarakat secara luas.

Biasanya, orang yang mengalami emosi negatif cenderung lebih memperhatikan emosi-emosi yang bernilai negatif, seperti sedih, marah, cemas, tersinggung, benci, jijik, prasangka, takut, curiga dan lain sebagainya. Emosi semacam itu akan berdampak buruk bagi yang mengalaminya dan orang lain.

2.1.1.3 Cara Mengekspresikan emosi

Terdapat beberapa komponen yang mempengaruhi individu dalam pengungkapan emosi ini, antara lain bagaimana bentuk peristiwa yang terjadi, bagaimana evaluasinya terhadap situasi, perubahan fisiologisnya, tendensi tindakannya, regulasi, kondusif atau tidaknya lingkungan dan pengalaman emosi yang pernah dialaminya. Untuk mengekspresikan emosi terdapat dua cara yaitu:

(3)

1. Emosi yang diungkapkan secara verbal dengan penuh kesadaran.

Untuk cara ini bahasa yang digunakan harus sarna, termasuk pengartian akan kata-kata yang digunakannya. Apabila bahasa yang digunakan sarna tetapi kata-kata yang digunakan diartikan lain maka komunikasi juga akan terganggu.

Ekspresi verbal misalnya menulis dalam kata-kata, berbicara tentang emosi yang dialami, dan lainnya. Menulis sendiri merupakan salah satu cara komunikasi yang bisa dijadikan alat ekspresi diri. Mulai dari kegiatan menulis surat, menulis buku harian/jurnal, puisi, cerita, dan lain-lain. Menulis merupakan salah satu cara penyembuhan diri, melalui menulis seseorang dapat disembuhkan dari keruwetan mengomunikasikan gagasan. (Febrina, Ermanto & Basri, 2013, p. 82)

2. Emosi tidak dikatakan tetapi diungkapkan secara nonverbal.

Ekspresi nonverbal misalnya perubahan ekspresi wajah, ekspresi vokal atau (nada suara dan urutan pengucapan), perubahan fisiologis, gerak dan isyarat tubuh, dan tindakan-tindakan emosional. Amok/ amuk adalah salah satu bentuk pengungkapan emosi secara nonverbal yang ekstrem dan sifatnya patologis. Istilah ini sekarang telah menjadi istilah psikiatri yang sifatnya universal.

Dapat disimpulkan bahwa ekspresi emosi merupakan sebuah pengalaman emosi dimana seseorang mengkomunikasikan, mengungkapkan perasaan dan pikiran ke dalam berbagai macam cara. Ada dua jenis emosi yang bisa diungkapkan, emosi positif yang bisa membantu keberhasilan karir dan juga emosi negatif yang cenderung berdampak buruk karena bisa merugikan orang lain dan diri sendiri.

Dengan cara penyampaian dan penyaluran yang tepat maka kedua emosi ini dapat dikontrol. Beberapa cara bisa dilakukan untuk mengekspresikan emosi yaitu secara nonverbal dan verbal. Dalam perancangan ini ekspresi emosi anak akan ditenkankan secara verbal, yakni melalui bahasa tulis.

2.1.2 Tinjauan Anak

Teori-teori tentang anak dibutuhkan untuk mengetahui lebih lanjut tentang target audiens dari perancangan buku harian interaktif ini yaitu anak usia 8-10 tahun. Dengan adanya tinjauan tentang anak akan membantu perancangan cerita yang nantinya akan ditampilkan dalam buku harian interaktif. Teori ini membantu perancang untuk mendapatkan informasi tentang jenis cerita apa yang sesuai

(4)

dengan psikologi, dan perkembangan belajar mereka di sekolah, serta seberapa besar kemampuan belajar anak untuk menyerap kata-kata baru.

2.1.2.1 Perkembangan Psikologi Masa Anak Sekolah Dasar

Pada masa ini sikap anak terhadap kenyataan faktual bercorak sangat subjektif. Lambat laun gambaran yang diperoleh tentang alam nyata akan makin bertambah sempurna dan makin obyektif. Hubungan antara benda-benda dengan diri sendiri tidak lagi didasarkan pada penghayatan yang subyektif, akan tetapi berubah menjadi pengamatan yang obyektif. Dengan begitu anak mulai merebut atau menguasai dunia sekitar secara obyektif. Pada fase ini juga anak mulai menceburkan diri ke dalam masyarakat luas; yaitu masyarakat di luar keluarga, Taman Kanak-kanak, sekolah, dan kelompok-kelompok sosial lainnya. Saat memasuki lingkungan sekolah anak bisa belajar secara sistematis, bisa bergaul akrab dengan teman-temannya, bisa bermain bersama, dan mengadakan eksperimen kelompok, dan seterusnya. Menurut Erikson ada bahaya yang terjadi pada bahaya pada tahun-tahun sekolah dasar yaitu perkembangan rasa rendah diri atau perasaan tidak berkompeten dan tidak produktif (dalam Rahmawati, 2014, p.

283)

Dalam keadaan normal, pikiran anak Sekolah Dasar berkembang secara berangsur-angsur dan secara tenang. Pengetahuannya berkembang secara pesat, banyak keterampilan mulai dikuasai, dan kebiasaan-kebiasaan tertentu mulai dikembangkannya. Untuk ingatan anak usia 8-12 tahun mencapai intensitas paling besar dan kuat. Daya menghafal dan daya mengingat adalah paling kuat. Anak sudah mampu memuat jumlah materi ingatan paling banyak.

Pada usia 8-9 tahun anak menyukai sekali cerita-cerita dongeng. Misalnya Timun Mas, Bawang Merah Bawang Putih, Malin Kundang. Unsur-unsur yang ajaib dalam dongeng ini menarik minat anak. Namun semakin lama anak mulai mengoreksi peristiwa yang dihayati. Namun unsur fantasi masih memegang peranan penting. Pada tahap ini anak mulai bergeser dan mulai menyukai cerita- cerita bertema pahlawan, karena mereka menghendaki peristiwa riil yang betul- betul terjadi. (Kartono, 1990)

2.1.2.2 Perkembangan Kognitif

(5)

Menurut Piaget, perkembangan kognitif mempunyai empat aspek, yaitu 1) kematangan; 2) pengalaman; 3) interaksi sosial, dan 4) equilibration.

a. Kematangan

Kematangan sistem syaraf menjadi penting karena memungkinkan anak memperoleh manfaat secara maksimum dari pengalaman fisik. Kematangan membuka kemungkinan untuk perkembangan sedangkan kalau kurang hal itu akan membatasi secara luas prestasi secara kognitif. Perkembangan berlangsung dengan kecepatan yang berlainan tergantung pada sifat kontak dengan lingkungan dan kegiatan belajar sendiri.

b. Pengalaman

Interaksi antara individu dan dunia luar merupakan sumber pengetahuan baru, tetapi kontak dengan dunia fisik itu tidak cukup untuk mengembangkan pengetahuan kecuali jika intelegensi individu dapat memanfaatkan pengalaman tersebut.

c. Interaksi Sosial

Lingkungan sosial termasuk peran bahasa dan pendidikan, pengalaman fisik dapat memacu atau menghambat perkembangan struktur kognitif.

d. Equilibration

Proses pengaturan diri dan pengoreksi diri (equilibration), mengatur interaksi spesifik dari individu dengan lingkungan maupun pengalaman fisik, pengalaman sosial dan perkembangan jasmani yang menyebabkan perkembangan kognitif berjalan secara terpadu dan tersusun baik.

Untuk tahapan pengelompokan perkembangan kognitf menurut Piaget (dalam Syah, 2003) dikelompokkan menjadi 4 tahap yang dikelompokkan berdasarkan umurnya yaitu:

a. Tahap Sensori Motor (0-2 tahun)

Pada tahap ini, kegiatan intelektual anak hampir seluruhnya merupakan gejala yang diterima secara langsung melalui indera. Anak mencapai kematangan dan secara perlahan mulai memperoleh keterampilan berbahasa, mereka menerapkannya pada objek-objek yang nyata. Pada tahap ini anak mulai memahami hubungan antara benda dengan nama benda tersebut.

b. Tahap Praoperasional (2-7 tahun)

(6)

Perkembangan yang pesat dialami oleh anak pada tahap ini. Anak semakin memahami lambang-lambang bahasa yang digunakan untuk menunjukkan benda- benda. Keputusan yang diambil hanya berdasarkan intuisi, bukan atas dasar analisis rasional. Kesimpulan yang diambil merupakan kesimpulan dari sebagian kecil yang diketahuinya, dari suatu keseluruhan yang besar. Kemampuan skema ada rentan usia 2-7 tahun masih sangat terbatas. Namun secara kualitatif, fenomena perilaku- perilaku ranah cipta, sudah sangat berbeda dengan kemampuan intelegensi pada tahap sensori motor.

c. Tahap Konkret-Operasional (7-11 tahun)

Tahap berpikir intuitif masih mengandalkan ilham, dan tidak sedikit pemikiran orang dewasa yang masih menggunakan pemilikiran intuisi seperti pemikiran praoperasional anak-anak. Contohnya ialah, ketika orang dewasa sedang berangan- angan. Perbedaannya adalah orang dewasa dapat berpikir, mengubah maju dan mundur dari inteligensi intuitif (kecerdasan ilhami) ke inteligensi operasional kognitif, sedangkan anak-anak belum mampu melakukannya. Terdapat tiga sistem operasi kognitif dalam tahap ini:

1. Conservation (pengekalan)

Kemampuan anak dalam memahami aspek kumulatif materi, seperti volum dan jumlah. Anak mulai mengerti sifat sebuah benda, dan sifat benda tersebut tidak akan secara mudah berubah.

2. Addiction of classes (penambahan golongan benda)

Kemampuan anak dalam memahami cara mengkombinasikan beberapa golongan benda yang dianggap berkelas lebih rendah, seperti mawar dan melati, dan menghubungkannya dengan golongan benda yang lebih tinggi, seperti bunga.

Anak sudah mampu mengelompokkan benda-benda ke dalam kategori-kategori.

3. Multiplication of classes (pelipatgandaan golongan benda)

Kemampuan yang melibatkan pengetahuan mengenai cara mempertahankan dimensi benda (seperti warna bunga dan tipe bunga) untuk membentuk golongan benda (mawar merah, mawar putih, dan seterusnya)

Pada tahap ini sifat egosentris anak mulai berkurang. Anak sudah mulai memiliki kemampuan mengkoordinasikan pandangan-pandangan orang lain dengan pandangannya sendiri, dan memiliki persepsi positif bahwa pandangannya

(7)

adalah salah satu dari pandangan-pandangan orang lain. Pada rentan umur ini pula mereka baru mampu berpikir sistematis mengenai benda dan peristiwa yang konkret.

d. Tahap Formal-Operasional (11-15 tahun)

Pada tahap ini anak sudah menjelang atau sudah menginjak masa remaja.

Mereka sudah dapat mengatasi keterbatasan-keterbatasan yang ada pada tahap konkret-operasional. Seorang remaja akan mampu berpikir hipotesis (anggapan dasar), yakni berpikir mengenai sesuatu khususnya dalam pemecahan masalah dengan menggunakan anggapan dasar yang relevan dengan lingkungannya.

Seperti Piaget, Vygotsky (1978) menekankan bahwa anak-anak secara aktif menyusun pengetahuan mereka. Akan tetapi menurut Vygotsky, fungsi-fungsi mental memiliki koneksi-koneksi sosial. Vygotsky berpendapat bahwa anak-anak mengembangkan konsep-konsep lebih sistematis, logis, dan rasional sebagai akibat dari percakapan dengan seorang penolong yang ahli.

1. Konsep Zona Perkembangan Proksimal (ZPD)

Zona Perkembangan Proksimal adalah istilah Vygotsky untuk rangkaian tugas yang terlalu sulit dikuasai anak seorang diri tetapi dapat dipelajari dengan bantuan dan bimbingan orang dewasa atau anak-anak yang terlatih. Menurut teori Vygotsky, Zona Perkembangan Proksimal merupakan celah antara aktual development dan potensial development, dimana antara apakah seorang anak dapat melakukan sesuatu tanpa bantuan orang dewasa dan apakah seorang anak dapat melakukan sesuatu dengan arahan orang dewasa atau kerja sama dengan teman sebaya. Batas bawah dari ZPD adalah tingkat keahlian yang dimiliki anak yang bekerja secara mandiri. Batas atas adalah tingkat tanggung jawab tambahan yang dapat diterima oleh anak dengan bantuan seorang instruktur. Maksud dari ZPD adalah menitikberatkan ZPD pada interaksi sosial akan dapat memudahkan perkembangan anak.

2. Konsep Scaffolding

Scaffolding ialah perubahan tingkat dukungan. Scaffolding adalah istilah terkait perkembangan kognitif yang digunakan Vygotsky untuk mendeskripsikan

(8)

perubahan dukungan selama sesi pembelajaran, dimana orang yang lebih terampil mengubah bimbingan sesuai tingkat kemampuan anak. Dialog adalah alat yang penting dalam ZPD. Vygotsky memandang anak-anak kaya konsep tetapi tidak sistematis, acak, dan spontan. Dalam dialog, konsep-konsep tersebut dapat dipertemukan dengan bimbingan yang sistematis, logis dan rasional.

3. Bahasa dan Pemikiran

Menurut Vygotsky, anak menggunakan pembicaraan bukan saja untuk komunikasi sosial, tetapi juga untuk membantu mereka menyelesaikan tugas. Lebih jauh Vygotsky yakin bahwa anak pada usia dini menggunakan bahasa untuk merencanakan, membimbing, dan memonitor perilaku mereka. Vygotsky mengatakan bahwa bahasa dan pikiran pada awalnya berkembang terpisah dan kemudian menyatu. Anak harus menggunakan bahasa untuk berkomunikasi dengan orang lain sebelum mereka dapat memfokuskan ke dalam pikiran-pikiran mereka sendiri. Anak juga harus berkomunikasi secara eksternal dan menggunakan bahasa untuk jangka waktu yang lama sebelum mereka membuat transisi dari kemampuan bicara eksternal menjadi internal.

2.1.2.3 Proses Belajar Anak

Belajar pada prinsipnya adalah melatih daya mental dalam otak dan

diperlukan ketelitian untuk memilih dan menentukan jenis bahan apa yang terbaik untuk melatih, membentuk atau mengembangkan otak Proses belajar yang paling menonjol dalam penerapan teori daya adalah dengan melalui praktik dan latihan (diantaranya memecahkan soal, menghafal, dan mengarang). Bila daya mental sudah terbentuk, maka kemampuan ini dapat di transfer pada situasi lain (Munadi, 2010, p. 22).

Munadi (2010) selanjutnya menambahkan bahwa dalam memperoleh insight individu belajar melalui pengalaman. Mempelajari suatu pelajaran, tidak hanya dilakukan dengan mempelajari jawaban soal, tetapi yang penting di sini adalah proses dalam menyelesaikan soal sehingga hasil yang didapat lebih tepat (p.24)

Pada perkembangan belajar anak dalam bidang bahasa, Newfeld (1997, p.

140) menyatakan bahwa orangtua berperan sangat penting dalam perkembangan

(9)

bahasa, yaitu dengan memberikan kesempatan kepada anak untuk berinteraksi, mendorong dan mendukung dengan berbagai cara dan tingkatan materi tulisan. Dari interaksi dan pengajaran yang diberikan oleh orang tua dan anak tentang membaca dan menulis selanjutnya dibawa ke sekolah. Sehingga kesuksesan dalam membaca dan menulis di sekolah, diawali dengan pembelajaran di rumah.

Dari pemaparan tentang tinjauan anak, dapat disimpulkan bahwa target perancangan yaitu anak usia 8-10 tahun merupakan umur yang paling tepat untuk melatih dan memperkuat kemampuan berbahasa mereka. Karena dalam usia 8-10 tahun, kemampuan otak anak dalam menghafal dan mengingat sangatlah baik.

Mereka akan mampu menyerap kosa kata baru yang bisa mendukung kemampuan bahasa tulis mereka.

Usia 8-10 tahun masuk dalam tahap perkembangan kongkret-operasional dimana walaupun masih terbatas, kemampuan anak dalam berimajinasi sudah menyerupai kemampuan orang dewasa. Dari sini akan membantu menentukan seberapa besar pembagian rasio teks dan gambar dalam cerita buku harian interaktif. Anak-anak yang memiliki kesulitan dalam mengerjakan tugas secara mandiri, dapat dipelajari dengan bantuan dan bimbingan orang dewasa atau anak- anak yang terlatih. Interaksi sosial antara anak dan orang tua atau anak dan teman sebayanya akan dapat memudahkan perkembangan anak.

2.1.3 Tinjauan Menulis Ekspresi

Tinjauan menulis ekspresif diperlukan untuk membantu prosedur penggunaan buku harian interaktif agar lebih efektif dan tujuan perancangan untuk meningkatkan kemampuan berekspresi anak dalam mengutarakan gagasan dan emosi bisa tercapai.

2.1.3.1 Pengertian Menulis ekspresi

Beberapa peneliti menggunakan teknik menulis ekspresif sebagai media penengah dalam penelitian, seperti yang dilakukan oleh Klein dan Adriel (dalam Rahmawati, 2014, p. 278) meneliti tentang menulis ekspresif yang didasarkan pada kognitif dan teori psikologi sosial dimana penulisan ekspresif mengurangi untuk berpikir tentang pengalaman stres, sehingga membebaskan sumber informasi working memory. Selanjutnya Karen dan Kay (dalam Rahmawati, 2014, p. 281) melakukan penelitian pada anak-anak usia 9-11 tahun dengan menggunakan

(10)

metode menulis ekspresif untuk mereduksi gejala-gejala emosional pada anak.

Hasilnya menunjukkan bahwa terjadi perubahan tingkat tekanan emosionalitas pada subjek sebelum dan setelah menulis ekspresif.

Menulis ekspresif menurut beberapa sumber berarti menuliskan perasaan- perasaannya ke dalam buku dengan cara naratif (Pennebaker, dalam Rahmawati, M., 2014, p. 281). Penelitian Pennebaker menunjukkan bahwa apa yang disebut dengan short term focused writing atau menulis fokus dalam jangka pendek dapat memiliki efek yang sangat baik pada orang yang sedang sakit atau sedang menghadapi masalah. Ketertarikan untuk menggunakan metode menulis ekspresif telah berkembang sampai saat ini, penelitian pertama dipublikasikan pada tahun 1986. Pada tahun 1996, rata-rata terdapat 20 penelitian yang telah dipublikasikan.

Banyak peneliti yang telah mempelajari pengaruh menulis ekspresif terhadap kesehatan fisik dan dampak biologis. Terjadi peningkatan tentang efek- efek menulis ekspresif dalam merubah sikap, stereotipe, kreativitas, memori, motivasi, kepuasan dalam hidup, penampilan, dan berbagai hubungan antara kesehatan dan perilaku (Rahmawati, 2014, p. 281).

2.1.3.2 Teknik menulis ekspresif

Teknik menulis ekspresif pada dasarnya sama-sama memakai media buku, jurnal atau buku harian pribadi dan blog, beberapa penelitian berbeda dalam penggunaan durasi menulis, karena setiap kasus memiliki tingkat kedalaman masalah yang berbeda, sehingga dibutuhkan cara dan durasi yang berbeda, untuk proses terapi kurang lebih dibutuhkan waktu 10-30 menit dalam proses menulis ekspresif. Menurut teori awalnya subjek diminta untuk masuk ke dalam ruangan dan diminta untuk menulis tentang bagaimana subjek menggunakan waktunya sehari-hari hingga pengalaman dalam kehidupannya, tentang perasaan-perasaannya kepada orang-orang disekitarnya, tentang masa lalu, masa sekarang dan impiannya,hingga konflik pribadinya. Dengan durasi 10-30 menit dalam 3 atau 5 hari hingga 4 minggu (Rahmawati, 2014, p. 282).

(11)

2.1.2.3 Tujuan menulis ekspresif

Menurut Pennebaker dan Chung (dalam Rahmawati, 2014, p. 282) menulis ekspresif memiliki beberapa tujuan, yaitu:

1. Membantu menyalurkan ide, perasaan dan harapan subjek ke dalam suatu media yang bertahan lama dan membuatnya merasa aman,

2. Membantu subjek memberikan respon yang sesuai dengan stimulusnya sehingga subjek tidak membuang waktu dan energi untuk menekan perasaannya,

3. Membantu subjek mengurangi tekanan yang dirasakannya sehingga membantunya mereduksi stress

2.1.3.4 Manfaat menulis ekspresif

Menulis ekspresif diantaranya juga memiliki manfaat berdasarkan pendapat Pennebaker & Chung (dalam Rahmawati, 2014, p. 282) yaitu:

1. Merubah sikap dan perilaku, meningkatkan kreativitas, memori, motivasi, dan berbagai hubungan antara kesehatan dan perilaku,

2. Membantu mengurangi penggunaan obat-obatan yang mengandung bahan kimia,

3. Mengurangi intensitas untuk pergi ke dokter atau tempat terapi, 4. Hubungan sosial semakin baik dengan masyarakat.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat menulis ekspresif adalah suatu metode menuliskan ekspresi emosi ke dalam buku, blog atau jurnal pribadi dalam bentuk narasi. Teknik inilah yang sesuai untuk digunakan anak dalam membantu penyampaian ekspresi emosi anak yang terpendam. Teknik menulis ekspresif yang diaplikasikan dalam buku harian yang digunakan secara berkala. Dengan teknik ini akan mampu mengajak anak untuk mengutarakan pemikiran dan emosi terpendam yang susah diungkapkan secara langsung melalui tulisan.

2.2 Data Tentang Materi Pembelajaran 2.2.1 Tinjauan Buku Harian

Dengan adanya tinjauan tentang buku harian akan dijadikan pedoman tentang format buku harian interaktif ini nantinya, dan jenis buku harian yang

(12)

seperti apa yang sesuai dengan kebutuhan anak yang menghadapi kesusahan mengekspresikan diri dan gagasan lewat menulis.

2.2.1.1 Pengertian Buku Harian

Menurut Jakop Sumardjo dan Saini K.M. (1994) catatan harian atau buku harian adalah catatan seseorang tentang dirinya atau lingkungan hidupnya yang ditulis secara teratur. Catatan harian sering dinilai berkadar sastra karena ditulis secara jujur, spontan, sehingga menghasilkan ungkapan-ungkapan pribadi yang asli dan jernih, yakni salah satu kualitas yang dihargai dalam sastra. Catatan harian bukan sekedar rekaman peristiwa tentang apa yang terjadi pada diri seseorang, tetapi sebuah dokumentasi penting peristiwa yang terjadi di sekeliling, baik dalam skala nasional maupun internasional. (p. 24). Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa buku harian merupakan sebuah catatan diri yang berisi tentang renungan diri atau pengalaman diri yang ditulis secara jujur oleh seseorang.

2.2.1.2 Fungsi Buku Harian

Dengan buku harian anak bisa mencurahkan berbagai kejadian, pengalaman serta bisa mengekspresikan emosi negatifnya dengan menuliskan sederet cerita yang bisa mewakili perasaannya. Hal ini bermanfaat untuk menjaga kestabilan dan mengelola emosi positif dan emosi negatif anak. Buku harian juga melatih dapat meningkatkan kemampuan menulis anak. Terutama bagi anak-anak di usia awal sekolah, buku harian akan membantu anak memperbaiki dan menyempurnakan bentuk huruf atau kerapian tulisan. Menulis juga bisa menjadi sarana untuk mencurahkan imajinasi yang tidak bisa diungkapkan anak secara lisan. Karena itu, menulis buku harian dapat mengasah imajinasi karena dalam tulisannya, anak bebas mengekspresikan perasaan, gagasan dan pengalamannya. Namun orang tua tetap harus berperan proaktif untuk mengawasi dan mengembangkan imajinasi anak.

2.2.1.3 Jenis-jenis Buku Harian Berdasarkan Pengungkapannya

Berdasarkan cara pengungkapannya buku harian dapat dibedakan atas:

a. Berdasarkan Hasil Pemikiran

Sebagian besar orang menggunakan teknik ini untuk menuliskan sesuatu yang terlintas dalam pikiran mereka saat itu. Mulai dari pemikirian, ide sampai mimpi dapat diungkapkan dalam buku harian. Hal-hal yang sulit dilupakan yang merupakan penggalan dari perjalanan hidup seseorang. Banyak penulis

(13)

menggunakan teknik ini karena dapat membantu penggambaran sebuah peristiwa yang terpikirkan.

Contoh: Aku hampir saja yakin bahwa pemerintah memperhatikan rakyatnya.

Buktinya kini ada dana BOS yang dapat meringankan beban kedua orang tuaku membiayai sekolahku. Mungkin memang pemerintah mulai memikirkan rakyatnya

b. Berdasarkan Hasil Perenungan

Penulis dapat menuangkan hasil perenungan dirinya atas suatu kejadian/peristiwa yang dialaminya baik yang menyenangkan, menjengkelkan, mengecewakan, ataupun menyakitkan hati yang dapat mengubah sifat atau karakter diri. Dari hasil perenungan tersebut penulis akan mampu mengambil makna dari kejadian yang telah dialami. Misalnya jika penulis adalah seorang yang boros maka ia akan merenungkannya sehingga ia tidak boros lagi.

Contoh: Sepertinya aku ini termasuk orang yang boros. Bayangkan! Baru saja mami memberi uang ke aku Aku sudah habiskan itu semua. Ya, Allah berilah petunjuk- Mu

c. Berdasarkan Hasil Pengalaman

Pengalaman adalah sesuatu hal yang sangat pribadi bagi seseorang, yang membuat membuat seseorang ingin menyimpannya untuk diri sendiri. Pengalaman akan menjadi menarik bila dituliskan dengan sajian yang menarik pula. Model buku harian ini menggunakan buku harian untuk menuliskan pengalaman-pengalaman pribadi agar dapat diingat lebih lama.

Contoh: Wah, senangnya aku bisa ikut pemilihan gadis sampul versi SMP-ku. Coba bayangkan dari 50 peserta, aku bisa masuk final dan berada di peringkat kedua.

Cuma hari ini aku sedih sebabnya doiku sakit jadi nggak bisa datang deh 2.2.1.4 Bentuk-bentuk Buku Harian

Bentuk-bentuk buku harian berdasarkan bentuk karangan dibedakan atas:

a. Agenda

Agenda adalah buku catatan harian yang sudah terdapat cetakan hari, tanggal, bulan, dan tahunnya. Untuk selanjutnya penulis dapat menuliskan kegiatan atau jadwal kegiatannya pada kolom-kolom yang sudah disediakan, Sehingga isi tulisannya pun menjadi terbatas, sesuai dengan tempat yang tersedia. Dengan demikian, penulis menuliskan catatannya secara singkat, padat, dan jelas.

(14)

Contoh : Sabtu, 4 Februari 2006 Pukul 11.00 Rapat OSIS

Pukul 14.00 Penyusunan Proposal b. Uraian

Penulisan buku harian berbentuk uraian, maksudnya adalah penulisan dengan mengambil format prosa, biasanya berupa narasi. Penulis dapat dengan bebas menuangkan ide-ide, perasaan, pengalamannya

Contoh: Hari ini bener-bener bete. Gimana nggak? Ulangan aja ada 3: Fisika, Mat, juga BI. Gara-gara itu aku tidur hanya lima jam kemarin. Bete! Bete!

c. Puisi

Penulisan buku harian yang dituliskan menyerupai puisi, biasanya penulis ingin mengungkapkan perasaan atau emosi yang membelenggu dirinya secara lebih bebas. Mereka akan lebih merasa merasa lega dan lepas dari beban yang membelenggunya setelah melepaskan pikiran tersebut dalam buku harian.

Contoh:

Oh…andai kubisa Andai kuraih

Semua angan yang ada Betapa bahagia…

2.2.1.5 Elemen-elemen dalam Buku Harian

Dalam setiap halaman penulisan buku harian ada 3 elemen yang harus selalu ada:

1. Tanggal

Digunakan untuk mencatat kapan kejadian atau peristiwa tersebut terjadi.

Contoh:Senin, 25 Januari 1995 2. Waktu

Digunakan untuk mencatat kapan berlangsungnya suatu peristiwa.

3. Peristiwa

Digunakan untuk menuliskan atau mendeskripsikan kegiatan yang akan dilakukan atau peristiwa yang dialami secara terperinci dan berurutan.

Dalam menggambarkan peristiwa diusahakan agar mampu menggambarkan kejadian yang sebenarnya.

(15)

Buku harian merupakan sebuah kumpulan catatan yang berisi dokumentasi peristiwa yang ditulis secara jujur. Buku harian menjadi media yang tepat diaplikasikan untuk teknik menulis ekspresif. Dengan format uraian, anak bisa lebih leluasa menuliskan segala pemikiran, renungan dan pengalamannya tanpa dibatasi oleh aturan-aturan penulisan.

2.2.2 Tinjauan Interaktif

Dibutuhkan untuk mengetahui lebih lanjut tentang model-model buku interaktif yang bisa digunakan dalam perancangan buku harian interaktif.

2.2.2.1 Pengertian Buku Interaktif

Kata interaktif sendiri berasal dari kata dasar interaksi yang berdasarkan kamus Besar Bahasa Indonesia (1999) memiliki arti saling melakukan aksi;

berhubungan mempengaruhi; antar hubungan. .Timbal balik tersebut dapat terjadi di antara manusia, manusia dan mesin, manusia dan piranti lunak , atau bahkan mesin dan mesin. Dengan begitu dapat disimpukan bahwa interaktif merupakan kegiatan yang dilakukan oleh dua orang, perangkat media atau lebih untuk saling memberi pengaruh antara pribadi satu dan lainnya. Sehingga buku harian interaktif merupakan buku harian yang dapat memberikan pengaruh pada pengguna- penggunanya. Buku harian sendiri pada sejarah perkembangannya hanya dituliskan pada media kertas dan hanya berupa sebuah buku tulis sederhana.

Kegiatan interaksi dapat dilakukan dalam berbagai macam kegiatan salah satunya menggunakan kegiatan permainan konstruktif. Amidjaja (2007) dalam penelitiannya mengatakan bahwa permainan menyusun balok-balok, menggambar, menghias dan membuat prakarya adalah contoh dari permainan yang bisa membuat anak lebih kreatif karena anak tidak dipaksa untuk menghasilkan sesuatu yang sudah ditentukan oleh orang dewasa atau norma yang ada (dalam Fistianti, 2013, p.

3). Manfaat yang bisa didapatkan dari kegiatan interaksi ini adalah anak akan menjadi lebih kreatif dalam berfikir yang meliputi empat aspek yaitu kelancaran, keluwesan, keaslian dan penguraian (Prasetyono dalam Fistianti, 2013, p. 3).

2.2.2.2 Jenis-Jenis Buku Interaktif

Terdapat berbagai jenis buku interaktif, yang semuanya memiliki keunikan- keunikan tersendiri. Jenis-jenis tersebut yaitu:

(16)

1. Buku interaktif pop-up: Merupakan jenis buku interaktif yang berisi bagian dengan lipatan gambar yang terlihat 3D dengan menggunakan lipatan kertas, sehingga terlihat hidup dan nyata saat dibuka.

Gambar 2.1 Under the Ocean karangan Anouck Boisrobert

Sumber: http://coolmompicks.com/blog/2015/06/14/11-beautiful-pop-up-books- for-kids/

2. Buku interaktif lift-a-flap: Terkadang disebut juga dengan buku interaktif peek-a-boo. Merupakan jenis buku interaktif dimana pada halaman bukunya terdapat sebuah flap (penutup) yang harus diangkat ke atas atau dibuka untuk mengetahui informasi atau gambar di balik penutup tersebut.

Gambar 2.2 Meet the Artist: Henri Matisse karangan Patricia Geis Sumber: http://coolmompicks.com/blog/2015/06/14/11-beautiful-pop-up-books-

for-kids/

(17)

3. Buku interaktif pull tab: Merupakan jenis buku interaktif berupa bagian buku yang bisa ditarik pada halaman bukunya untuk menampilkan informasi atau gambar tertentu.

Gambar 2.3 Baby Busy Books: Monkey Peeps! Karangan Stephen J. Barker Sumber: https://www.shaheenbilgrami.com/my-books/my-books-baby-toddler-

books/

4. Buku interaktif hidden objects: Jenis buku interaktif yang berisi objek-objek yang disamarkan pada bagian halaman yang kemudian harus dicari oleh pembaca. Cerita akan berlanjut bila pembaca telah menemukannya.

Gambar 2.4 The Jumbo Book of Hidden Pictures karangan Highlights for Children

Sumber:

https://www.goodreads.com/book/show/821175.The_Jumbo_Book_of_Hidden_Pi ctures

(18)

4. Interactive gamebook: Merupakan jenis buku interaktif yang memberikan sejumlah pilihan dalam buku yang mempengaruhi jalan dan akhir cerita.

Pada setiap titik pemilihan, pembaca akan diinstruksikan untuk membuka halaman atau paragraf tertentu untuk melanjutkan cerita.

Gambar 2.5 Lost Dog! (Choose Your Own Adventure: Young Readers #31) karangan R.A. Montgomery

Sumber: https://www.goodreads.com/book/show/439513.Lost_Dog_

5. Buku interaktif participation: Jenis buku interaktif yang berisi penjelasan atau cerita disertai dengan tanya jawab dan atau instruksi untuk melakukan sesuatu untuk menguji penjelasan atau cerita yang ada dalam buku tersebut.

Gambar 2.6 Can You Make a Scary Face? karangan Jan Thomas

Sumber: https://www.goodreads.com/book/show/6398264-can-you-make-a-scary- face

(19)

6. Buku interaktif play-a-song atau play-a-sound: Jenis buku interaktif yang dilengkapi dengan tombol-tombol yang bila ditekan akan menghasilkan bunyi berupa musik atau suara-suara yang terkait dengan isi buku.

Gambar 2.7 Potty Time Songs: Play-a-Song Book (Elmo) karangan Warner McGee (Ilustrator), Sesame Workshop (Ilustrator), Bob Berry (Ilustrator) Sumber: https://www.goodreads.com/book/show/11859855-potty-time-songs

7. Buku touch and feel: Jenis buku interaktif yang biasa digunakan untuk anak usia pra-sekolah. Di dalam buku tersebut terdapat bagian dengan tekstur yang berhubungan dengan isi cerita sehingga menarik perhatian pembaca.

Misalkan bila terdapat gambar burung, maka pembaca dapat merasakan tekstur dari burung tersebut dengan menyentuh bagian dari buku.

Gambar 2.8 Touch & Feel: FARM (DK Touch and Feel) karangan Dawn Sirett Sumber: https://www.goodreads.com/book/show/1296599.Touch_Feel

(20)

8. Volvelle: Merupakan jenis buku interaktif yang berisi sebuah roda, yang digunakan untuk menunjukkan peta astrologi dan geografis.

Gambar 2.9 Reinventing the Wheel karangan Jessica Helfand Sumber: https://www.goodreads.com/book/show/1296599.Touch_Feel

9. Buku interaktif digital: Buku interaktif yang menggunakan unsur teknologi di dalamnya. Teknologi tersebut seperti sensor sentuh, mobile application, augmented reality, dan sebagainya. Di antara jenis-jenis buku interaktif yang mayoritas berbasis manual, buku ini adalah satu-satunya yang berbasis digital.

Gambar 2.10 Who Stole the Moon karangan Helen Stratton dan Would, Vlad Gerasimov

Sumber: http://www.windypress.com/whostolethemoon/

10. Buku interaktif campuran: Adalah jenis buku interaktif yang menggunakan gabungan dari karakteristik jenis buku interaktif lain. Misalkan campuran antara jenis buku lift-a-flap dan play-a-sound seperti buku di bawah ini.

(21)

Gambar 2.11 Baby Animals (Lift-a-Flap Sound Book) karangan Eric Carle Sumber: https://www.goodreads.com/book/show/11975562-baby-animals

Buku interaktif ini dipilih karena kemampuannya yang dapat membantu pembentukan pola pikir dan kepribadian anak. Dalam perancangan buku harian interaktif ini, juga menyuguhkan cergam dengan unsur lift-a-flap, pull tap ataupun pop-up interaktif anak. Kegiatan tersebut akan berguna sebagai media hiburan juga sarana penyalur kreativitas bagi anak. Sekaligus mempengaruhi antusiasme dan minat belajar anak akan berekspresi lewat tulisan yang bisa digunakan bersama- sama antara anak dan orang tua.

2.2.3 Tinjauan Desain 2.2.3.1 Prinsip Dasar Desain

Menurut Frank Jefkins (dalam Anggraini, 2014, p. 41) dalam mendesain, terdapat pedoman desain yang harus selalu diterapkan. Prinsip-prinsip tersebut diantaranya:

b. Keseimbangan (Balance)

Keseimbangan merupakan pembagian berat yang sama, baik secara visual maupun optik dalam suatu komposisi desain. Suatu desain dikatakan seimbang apabila objek pada bagian kiri atau kanan, bagian atas atau bawah terkesan sama berat. Desain harus memiliki keseimbangan agar nyaman dipandang. Dalam bidang seni maupun desain, keseimbangan ini tidak dapat diukur secara pasti, tetapi dapat dirasakan. Ketika suatu keadaan dimana semua bagian dalam sebuah desain tidak

(22)

ada yang saling membebani (Anggraini, 2014, p. 41). Terdapat dua pendekatan untuk menciptakan keseimbangan, yaitu:

• Keseimbangan Simetris/ Formal

Keseimbangan Simetris/ Formal merupakan pembagian dengan cara membagi sama berat massa antara kanan atau kiri, antara atas dan bawah secara simetris atau setara (Anggraini, 2014, p. 41).

• Keseimbangan Asimetris/ Informal

Dalam keseimbangan asimetris ini, penyusunan elemen desain tidak sama antara sisi kanan dengan kiri ataupun atas maupun bawah, tetapi meskipun demikian desain yang dihasilkan tetap terasa seimbang. Hal ini dapat dibedakan dengan menggunakan bentuk ataupun warna yang berbeda (Anggraini, 2014, p.42). Suatu desain yang menggunakan keseimbangan asimetris ini akan mempunyai nuansa dinamis dan juga lebih variatif meskipun menggunakan warna dan bentuk yang berbeda.

c. Irama (Rythm)

Irama atau rythm merupakan pengulangan gerak atau penyusunan bentuk secara berulang-ulang. Dalam desain, irama dapat berupa repetisi maupun variasi. Repetisi merupakan sebuah elemen yang sama yang dibuat secara berulang-ulang dan konsisten. Sedangkan variasi merupakan perulangan elemen visual yang disertai perubahan bentuk, ukuran, maupun posisi (Anggraini, 2014, p.43). Contoh bentuk irama yang berbentuk repetisi dapat kita lihat pada Batik, dimana pattern atau motif batik dibuat dengan cara berulang-ulang dan konsisten (repetisi). Sedangkan bentuk irama yang berbentuk variasi dapat kita lihat pada barisan semut, ombak laut maupun gerak dedaunan.

d. Penekanan/ Dominasi (Emphasis)

Penekanan/ Dominasi (Emphasis) merupakan salah satu prinsip dasar desain yang harus ada dalam suatu desain. Penggunaan penekanan/ dominasi ini dapat membangun visual sebagai point of interest, Eye Catcher, atau titik pusat perhatian yang bertujuan untuk menonjolkan salah satu unsur sebagai pusat perhatian sehingga penikmat desain akan langsung terfokus pada satu titik yang ingin kita tunjukan/ informasikan pertama kali. Tidak hanya itu, penekanan/ dominasi ini juga mempunyai fungsi lain yaitu untuk menghilangkan kebosanan dan untuk memecah

(23)

keberaturan (Anggraini, 2014, p.44). Ada beberapa cara untuk menonjolkan elemen visual dalam karya desain, yaitu sebagai berikut:

• Kontras

Penekanan/ dominasi ini dapat dicapai melalui kontras, yaitu objek yang dianggap penting dibuat berbeda dengan elemen-elemen lainnya (Anggraini, 2014, p.44).

• Isolasi Objek

Menurut Anggraini (2014) Penekanan/ Dominasi ini dapat pula dicapai melalui isolasi objek, yaitu maksudnya dengan cara memisahkan objek dari kumpulan-kumpulan objek lainnya (p. 44). Objek yang terpisah tersebut tentunya akan menjadi point of interest karena lebih mudah ditangkap oleh mata terlebih dahulu dari pada objek yang berada dalam kumpulan- kumpulan objek.

• Penempatan Objek

Penekanan/ Dominasi ini pun dapat dicapai dengan cara menempatkan objek yang ingin kita jadikan point of interest ditengah. Sehingga mata penikmat desain akan langsung tertuju pada objek yang ingin kita jadikan point of interest tersebut. Meski begitu, penempatan objek ini harus memiliki stopping power, dimana sang penikmat desain sanggup bertahan beberapa saat untuk memperhatikan objek dan visual yang ditampilkan (Casofa, 2013, p.21) .

e. Kesatuan (Unity)

Kesatuan (Unity) merupakan salah satu prinsip desain yang sangat penting.

Jika suatu desain tidak memiliki kesatuan (unity) dalam karya desainnya, maka desain tersebut akan terlihat kacau dan berantakan sehingga akan mengakibatkan desain tersebut tidak dinamis dan tidak enak dipandang (Anggraini, 2014, p. 45).

2.2.3.2 Elemen-elemen Desain

Elemen-elemen/ unsur-unsur dalam suatu desain adalah sebagai berikut : a. Garis (Line)

Garis atau Line merupakan salah satu unsur desain yang menghubungkan satu titik dengan titik lainnya. Bentuk dari garis dapat berupa garis lurus (straight) maupun garis lengkung (curve). Garis merupakan unsur dasar untuk membuat atau

(24)

membangun sebuah bentuk. Tidak hanya bentuk garis lurus atau lengkung saja, garis masih mempunyai banyak bentuk seperti garis putus- putus, garis zig-zag, meliuk-liuk, maupun garis tak beraturan. Setiap garis mempunyai pencitraan yang berbeda-beda (Anggraini,2014, p. 32). Garis juga merupakan elemen satu dimensi dimana hal itu berarti garis tidak memiliki kedalaman (depth), dan hanya memiliki ketebalan dan panjang (Casofa, 2013, p. 9).

b. Bentuk (Shape)

Bentuk atau Shape adalah segala sesuatu yang memiliki diameter, tinggi, dan lebar. Bentuk-bentuk dasar yang paling dikenal adalah bentuk kotak (rectangle), lingkaran (circle), segitiga (triangle), dan lonjong (ellips / oval). (Anggraini, 2014, p. 33).

c. Tekstur (Texture)

Tekstur atau Texture adalah tampilan permukaan atau corak dari suatu benda yang dapat dinilai dengan cara dilihat atau diraba. Tekstur sering dikategorikan sebagai tekstur dari permukaan suatu benda. (Anggraini, 2014, p. 34).

Penggunaan tekstur pada suatu desain agar suatu karya desain dapat memberikan visual yang lebih berkarakter. Tekstur sering digunakan pula untuk mengatur keseimbangan dan kontras dalam sebuah desain komunikasi visual ( Casofa, 2013, p. 17).

d. Gelap Terang (Kontras/ Contrast)

Gelap Terang atau Kontras merupakan warna yang berlawanan antara satu dengan lainnya. Pada kontras terdapat perbedaan tidak hanya pada warna tetapi juga pada titik fokus. Apabila tidak ada warna, kontras pun dapat berupa perbedaan dalam gelap dan terang. Kontras atau gelap terang ini dapat digunakan dalam desain sebagai salah satu cara untuk menonjolkan pesan atau informasi yang dapat juga menambah kesan dramatis. Dengan mengatur komposisi gelap terang suatu desain, akan membantu nilai keterbacaan, fokus dan titik berat suatu desain (Anggraini, 2014, p. 35).

e. Ukuran (Size)

Ukuran atau size dapat diartikan sebagai perbedaan besar atau kecil nya sebuah objek. Pemilihan ukuran bertujuan agar sebuah desain yang dibuat dapat terbaca dengan baik sehingga pesan atau informasi yang ingin disampaikan dapat

(25)

tersampaikan dengan baik dan penikmat desain akan lebih mudah mengerti maksud dan tujuan yang ingin disampaikan (Anggraini, 2014, p. 36).

f. Warna (Colour)

Warna atau colour merupakan Warna merupakan faktor yang berguna dalam suatu komposisi sebuah layout yang membuat suatu visual menjadi menarik perhatian dan menekankan suatu elemen visual dalam desain.

Warna dapat berkomunikasi langsung. Walaupun teks dalam suatu desain dapat terbaca, warna secara tidak langsung telah menyampaikan pesan dari teks itu sendiri. Warna yang digunakan secara tepat dapat memberi pengaruh besar bagi audience yang melihat sebuah desain. (Kaye, 1998, p. 4 ).Warna terbagi dalam empat kelompok besar yaitu:

• Warna Primer

Warna Primer merupakan warna dasar yang buka merupakan campuran dari warna-warna lain. Warna-warna yang tergolong dalam golongan warna primer adalah warna Merah, Biru, dan Kuning.

Gambar 2.12 Warna Primer

Sumber: http://www.sebutkan.com/2016/05/sebutkan-warna-primer.html

• Warna Sekunder

Warna Sekunder merupakan warna dari hasil pencampuran warna-warna primer dengan proporsi 1:1. Contoh warna sekunder adalah warna ungu (percampuran warna merah dan biru), warna hijau (percampuran warna kuning dengan biru), dan warna jingga (percampuran merah dengan kuning) (Anggraini, 2014, p. 39).

(26)

Gambar 2.13 Warna Sekunder

Sumber: http://www.blogernas.com/2016/07/warna-primer-sekunder-tersier- netral.html

• Warna Tersier

Warna Tersier adalah warna yang merupakan pencampuran dari warna sekunder dan warna primer. Contoh warna tersier adalah warna coklat (pencampuran warna ungu dan kuning) (Anggraini, 2014, p. 39).

Gambar 2.14 Warna Tersier

Sumber: http://www.blogernas.com/2016/07/warna-primer-sekunder-tersier- netral.html

• Warna Netral

Warna Netral adalah warna yang merupakan hasil dari pencampuran ketiga warna dasar dalam proporsi 1:1:1. Warna netral sering muncul sebagai penyeimbang warna-warna kontras di alam. Dan biasa nya hasil campuran yang tepat akan menghasilkan warna hitam (Anggraini, 2014, p. 39).

(27)

Gambar 2.15 Warna Netral

Sumber: http://www.blogernas.com/2016/07/warna-primer-sekunder-tersier- netral.html

Menurut Dian Permatasari, M.Psi ditinjau dari psikologi anak, warna juga dapat mempengaruhi cara pikir anak secara langsung misalnya:

• Merah

Memberi kesan semangat sehingga dapat merangsang daya pikir dan meningkatkan energi. Tetapi warna merah juga bisa merangsang agresivitas sehingga dapat mengakibatkan anak kurang dapat berkonsentrasi.

Gambar 2.16 Warna Merah

Sumber: http://www.blogernas.com/2016/07/warna-primer-sekunder-tersier- netral.html

(28)

• Kuning

Mengesankan terang, memberi nuansa ceria sehingga dapat menimbulkan rasa senang, bahagia, sekaligus memotivasi anak. Warna kuning juga dapat meningkatkan konsentrasi, daya ingat dan kecerdasan. Tapi tidak dianjurkan untuk diaplikasikan secara berlebihan pada anak bayi karena bisa membuat mudah rewel dan marah.

Gambar 2.17 Warna Kuning

Sumber: http://www.blogernas.com/2016/07/warna-primer-sekunder-tersier- netral.html

• Jingga

Meningkatkan kemampuan komunikasi serta membuat anak mudah beradaptasi dan bergaul.

Gambar 2.18 Warna Jingga

Sumber: http://www.blogernas.com/2016/07/warna-primer-sekunder-tersier- netral.html

(29)

• Merah muda

Dapat meningkatkan rasa empati dan bersifat feminin. Namun bila digunakan secara berlebihan, akan membuat bayi mudah cemas.

Gambar 2.19 Warna Merah Muda

Sumber: http://www.blogernas.com/2016/07/warna-primer-sekunder-tersier- netral.html

• Biru

Memiliki efek menenangkan, meningkatkan rasa percaya diri serta dapat menurunkan kecemasan dan sifat agresif.

Gambar 2.20 Warna Biru

Sumber: http://www.blogernas.com/2016/07/warna-primer-sekunder-tersier- netral.html

(30)

• Hijau

Memberi rasa sejuk, segar, dan nyaman. Dapat membantu meningkatan kekebalan tubuh (sistem imun) dan kemampuan baca anak.

Gambar 2.21 Warna Hijau

Sumber: http://www.blogernas.com/2016/07/warna-primer-sekunder-tersier- netral.html

g. Tipografi (Typography)

Dalam menggunakan jenis huruf sebaiknya menggunakan huruf sebanyak dua jenis family font, atau maksimal tiga jenis font. Terlalu banyak font akan mengganggu pembaca dan membingungkan pembaca. (Samara, 2007, p. 14).

Samara (2007) menambahkan bahwa perubahan dramatis pada ukuran huruf, bloking warna, ataupun pemenggalan kata akan membuat layout menjadi lebih menarik dan mudah untuk dibaca. (p. 15).

Tipografi atau typography merupakan sebutan untuk huruf. Tipografi berasal dari bahasa Yunani yaitu, tupos yang berarti “yang diguratkan” dan graphoo yang berarti “tulisan”. Pada awalnya, tipografi hanya dimaknakan sebagai ilmu cetak- mencetak, namun seiring berjalan nya waktu tipografi sekarang diartikan sebagai cara untuk memahami karakteristik suatu huruf, sehingga dapat dikelola sesuai dengan tujuan tertentu. Setiap jenis huruf memiliki karakter yang berbeda-beda, sehingga pengelolaan dan penanganannya pun berbeda pula. Penempatan huruf, bentuk huruf serta besar kecilnya huruf dan jarak huruf pun harus diperhatikan dengan baik sehingga akan menimbulkan kesan nyaman dipandang dan dapat dimengerti dengan mudah oleh penikmat desain. (Casofa, 2013, p. 23).

Tipografi dalam pengertian yang lebih bersifat ilmiah adalah seni dan teknik dalam merancang maupun menata aksara dalam kaitannya untuk menyusun

(31)

publikasi visual, baik cetak maupun non cetak. (Kusrianto, 2007, p. 1). Dalam penggunaannya, tipografi dibagi menjadi dua, yaitu:

• Huruf Teks (Text Type)

Huruf teks adalah huruf yang tersaji untuk naskah. Karena itu, untuk huruf teks sebaiknya menggunakan huruf yang unsur keterbacaannya mudah dan nyaman (Casofa, 2013, p. 24).

• Huruf Judul (Display Text)

Penggunaan huruf judul itu lebih fleksibel. Penggunaan huruf judul bergantung pada tema desain (Casofa, 2013, p. 24).

h. Ruang

Pada dasarnya ruang terjadi karena adanya persepsi pada indera penglihatan mengenai kedalaman sehingga terasa jauh dan dekat, tinggi dan rendah. Ruang lebih mengarah pada perwujudan tiga dimensi sehingga ruang dapat dibagi dua, yaitu ruang nyata dan semu ( Kusrianto, 2007, p. 31).

i. Ilustrasi

Ilustrasi secara harfiah berarti gambar yang dipergunakan untuk menerangkan atau mengisi sesuatu (Kusrianto 2007, p. 110). Ilustrasi sendiri adalah hasil visualisasi dari suatu tulisan dengan teknik sketsa, lukisan, fotografi, atau teknik seni rupa lainnya yang lebih menekankan hubungan subjek dengan tulisan yang dimaksud daripada bentuk.

Menurut Martin Salisbury (2004) ilustasi yang menarik untuk anak-anak harus dapat memvisualisasikan adegan-adegan cerita dengan memberikan tambahan imajinasi dan kejutan. Selain itu, menurut Martin, buku yang disukai anak-anak adalah buku yang menyajikan gambar-gambar yang berukuran besar dan penggunaan tokoh manusia ataupun binatang. Kemudian Martin menambahkan bahwa ilustrasi yang efektif untuk anak yaitu ilustrasi yang menarik dan dapat membuat anak-anak berinteraksi kepada buku tersebut serta ilustrasi yang disajikan harus dapat memberi informasi dan bersifat mendidik untuk anak-anak.

2.2.3.3 Layout

Mendesain sebuah buku diperlukan pengertian tentang layout serta alur baca yang baik bagi pembacanya. Pengertian layout adalah pengaturan elemen-elemen pada buku, dimana desainer membuat keputusan dalam mengatur tata letak elemen-

(32)

elemen secara menyeluruh. Dua pilar terpenting dalam layout adalah teks, yang diatur pada aliran baca, dan gambar, yang pengaturannya ditentukan dengan pertimbangan komposisi yang didapatkan dari cara menciptakan gambar.

Keseimbangan antara dua prinsip inilah yang membantu pembuatan layout.

Haslam (2006, p. 144-145) menjelaskan tentang beberapa pendekatan layout: text-driven books. Dalam membuat sebuah layout paling mudah memulainya dengan halaman yang memiliki elemen yang sedikit seperti satu kolom teks secara bertahap menambah kekompleksan isi halaman.

1. Layout using running text.

Sebuah novel didesain untuk dibaca, dan komposisi gambarnya sangat diminimalisir. Alur membaca teks pada jenis ini adalah dari satu kolom lalu dilanjutkan pada kolom selanjutnya, mulai dari bagian atas kiri ke bawah kanan.

Pattern membaca model halaman ini halus dan konsisten: paragrafnya berisi pemikiran yang jelas terlihat sekilas dalam halaman.

Gambar 2.22 Layout Using Running Text Sumber: Haslam, A., (2006, p. 144)

2. Text-based works of reference

Buku yang termasuk dalam kategori ini adalah buku kamus, dan buku daftar biasanya sudah memiliki struktur yang ditentukan oleh penulisnnya, editor, ataupun penyusun. Tugas desainer hanya memastikan bahwa desain buku sudah mendukul struktur teks serta mempermudah penggunaan pembaca.

Layout dalam buku referensi disusun dalam dua kolom. Pada garis magenta menunjukkan bagaimana pembaca menggunakan buku referensi alfabetis. Pembaca akan membalik buku secara cepat untuk mencari huruf yang dipikirkan, pembaca

(33)

akan mencari lokasi halaman, memindai heading dari atas kiri halaman sebelah kanan, mencari kata yang dicari, dan membaca hingga bagian akhir.

Garis biru menunjukkan kemungkinan cara pembaca menggunakan buku referensi yang tidak diurutkan secara alfabetis. Pembaca membaca daftar isi terlebih dahulu sebelum mencari konten yang diinginkan.

Gambar 2.23 Text-based Works of Reference Sumber: Haslam, A., (2006, p. 144)

3. Text supported by images

Secara luas, buku teks yang menggabukan gambar, seperti buku biografi atau sejarah, di desain dengan alur membaca. Pembaca perlu menggabungkan gambar dengan isi teks sebagai kunci keberhasilan pembaca dalam menangkap isi buku.

Gambar bisa diletakkan dalam kolom teks setelah teks. Jika gambar diletakkan sebelum teks, pembaca tidak diberikan kesimpulan dari isi konteks teks.

Variasi layout yang bisa digunakan: menggantung atau meletakkan gambar pada bagian atas atau kaki halaman; menggunakan samping margin untuk meletakkan gambar di sebelah teks: atau meletakkan gambar dalam satu halaman tersendiri atau spread.

(34)

Gambar 2.24 Text Supported by Images Sumber: Haslam, A., (2006, p. 144)

4. Multiple narratives: side story

Pada buku non-fiksi yang menambahkan side story, biasanya di desain dengan alur membaca. Stuktur grid mungkin menambahkan beberapa kolom baru yang memiliki lebar yang berbeda dengan teks utama. Hal ini digunakan saat isi dari side story tersebut berhubungan denga teks utama, dan teks-teks tersebut berperan sebagai informasi yang berperan aktif.

Dalam kolom bisa didukung dengan penggunaan ilustrasi dan keterangan yang berhubungan dengan teks ataupun dibaca secara terpisah. Penting bagi pembaca untuk menghubungkan gambar yang sesuai dalam buku narasi. Gambar tidak boleh menimbulkan kebingungan yang terjadi akibat peletakkan yang salah. Jika cara ini digunakan secara terus menerus, pembaca akan terbiasa dengan halaman side story, dan tidak akan membuat konsentrasi pembaca terpecah.

Penggambaran elemen bisa didorong dengan perubahan tipografi. Misalnya fontm ukuran, leading, ketebalan huruf. Box biasanya digunakan, tapi terkadang menimbulkan kesan berantakan.

(35)

Gambar 2.25 Multiple Narratives: Side Story Sumber: Haslam, A., (2006, p. 145)

5. Using images in columns or rows

Dalam buku non-fiksi, penjelasan informasinya sering diikuti dengan ilustra dan keterangan step-by-step. Tergantung dari kontennya, beberapa pembaca akan menyimpulkan apa yang sedang dijelaskan dari ilustrasi. Sedangkan lainnya akan lebih berkonsentrasi pada teks. Desainer perlu memilih bagaimana elemen tersebut bisa bekerja sama. Jika alur baca adalah hal yang terpenting, dan tempat yang tersedia terbatas. Gambar dan teks bisa diurutkan ke bawah dan dilanjutkan pada kolom selanjutnya(garis merah).

Alternatif lain, menggunakan gambar dan teks yang disejajarkan satu baris dari kiri ke kanan, dengan penambahan nomor. Sehingga pembaca membaca isi buku dari atas kiri ke kanan lalu dilanjutkan ke baris selanjutnya. Layout untuk jenis halaman ini berbasi baris, yang memungkinkan pembaca membandingkan diagram- diagramnya.

(36)

Gambar 2.26 Using Images in Columns or Rows Sumber: Haslam, A., (2006, p. 145)

6. Multilingual publishing

Terdapat beberapa pendekatan untuk multilingual publishing yang berpengaruh pada layout halaman. Dalam beberapa kasus format, halaman sampul, dan layout untuk edisi luar negri akan sangat berbeda dengan edisi aslinya. Pendekatan lainnya adalah dengan menggunakan kedua bahasa dalam halaman yang sama. Desainer menggunakan grid untuk mengisi satu atau lebih bahasa dengan posisi yang konstan pada kolom yang sama di body text. Buku dengan tipe ini memungkinkan adanya gambar yang bisa ditempatkan berhubungan dengan kedua bahasa. Pada buku jenis ini, sangat jarang ditemukan adanya teks keterangan. Hal ini terkait dengan sempitnya kolom yang akan menjadikan halaman lebih berantakan dengan adanya penambahan teks keterangan.

Pendekatan ketiga adalah buku yang secara luas digunakan pada buku non-fiksi bergambar. Desain halaman menampilkan foto-foto dalam posisi yang sama di semua edisi bahasa. Layout tipe ini harus di desain untuk mendukung teks dalam bahasa lain yang menempati ruang.

(37)

Gambar 2.27 Multilingual Publishing Sumber: Haslam, A., (2006, p. 145)

Untuk membuat sebuah desain buku yang baik diperlukan pemahaman tentang visual dalam desain. Hal ini akan membantu tampilan visual buku harian interaktif. Beberapa hal yang penting dalam sebuah buku interaktif adalah teks dan ilustrasi. Warna-warna yang dapat diaplikasikan dalam buku harian interaktif akan menggunakan warna-warna terang seperti merah atau kuning terutama pada elemen gambar yang penting. Hal ini akan membantu anak mengingat materi lebih cepat dan menstimulus otak anak agar lebih cepat menemukan ide untuk menuliskan ceritanya. Pada penggunaan text type penggunaan jenis font akan dipilih font yang mudah dibaca dan tidak mudah membuat mata anak lelah. Visualisasi yang tepat akan mampu memberikan impact sehingga nantinya pembaca khususnya anak-anak usia 8-10 tahun, akan mampu mengingat apa yang sudah mereka baca dan tulis.

2.2.4 Tinjauan Fakta Lapangan

Wawanacara dilakukan pada beberapa subyek, yaitu guru Bahasa Indonesia Sekolah Dasar, kelas menulis kreatif, serta terhadap anak-anak kelas 3-4 Sekolah Dasar. Hasil wawancara yang didapat akan dijadikan pembanding dan masukan bagi perancangan buku harian interaktif ini. Responden dari wawancara ini diambil dari guru sekolah kreatif menulis, guru Bahasa Indonesia dan dari anak-anak sesuai dengan target perancangan yaitu kelas 2-4. Kepada responden diajukan beberapa pertanyaan, dari hasil wawancara dapat diperoleh hasil yang bisa dijadikan perbandingan dan masukan bagi kepentingan pembuatan karya ini. Pertanyaan yang diajukan kepada guru sekolah kreatif menulis adalah :

(38)

• Cara latihan yang bagaimana yang baik untuk anak agar anak tidak merasa terbebani dengan latihan menulis tersebut?

• Media apa yang paling disukai anak-anak dalam memancing ide?

• Hal apa yang membuat anak jadi malas menulis?

• Kesalahan umum guru Bahasa Indonesia saat mengajar di sekolah?

Gambar 2.28 Suasana Kelas di IWEC

Berikut adalah hasil wawancara dari beberapa responden :

a. Maylia E. Sutarto, Pendiri IWEC (Indonesia Writing Edu Center)

Dalam pengajaran di kelas kreatif ini sendiri, pendekatannya lebih personal dan sebelum memulai kelas anak-anak selalu disapa dengan pertanyaan-pertanyaan seperti “bagaimana akhir pekanmu?”, “ada cerita menyenangkan tidak?” dan lain- lain. Jika ada suatu kondisi dimana anak nampak diam atau sedang memiliki masalah, atau kelas nampak kurang kondusif digunakanlah ice breaking. Beberapa contoh metode ice breaking yang digunakan adalah bercerita tentang pengalaman terlebih dahulu, menggunakan gambar berseri yang digunakan untuk menjawab pertanyaan, atau mendongeng, dan lain-lain. Dengan adanya cara ini akan membantu anak mendapatkan sebuah storyline untuk dituangkan dalam tulisan.

Menurut Maylia menulis itu harus detail seperti narasi dekskriptif. Pengajaran di sekolah formal anak terlalu terbiasa menulis hanya menggunakan mata, padahal kelima panca indra sangat berperan penting dalam menuliskan sebuah tulisan.

Menulis sendiri hubungannya sangat personal, setiap anak bisa memiliki ciri khas masing-masing dalam tulisannya.

(39)

Untuk media pembelajaran yang digunakan sangat beragam mulai dari observasi dengan jalan-jalan ke taman di sekitar kelas, melakukan outing, atau berkunjung ke kawasan masyarakat bawah dari situ anak bisa melihat sesuatu dari sudut pandang yang berbeda-beda pula. Media lainnya adalah film yang bisa menstimulus ide mereka. Penggunan media cetak anak usia 8-10 tahun tulisan yang ada dalam buku sudah lebih banyak dan bahasa yang digunakan tidak sesederhana serta lebih dekskriptif dibandingkan buku-buku cerita bergambar anak usia 8 tahun kebawah. Dalam memancing ide anak bisa menggunakan pertanyaan-pertanyaan yang sekiranya berkaitan dengan materi. Untuk pasar Indonesia sendiri, buku bacaan untuk anak usia 8-10 tahun yang sesuai dengan kebutuhan berbahasa anak masih sangat minim. Misalnya saja buku seri Kecil-Kecil Punya Karya, menurut Maylia karena penulisnya masih anak-anak dan kurang pengawasan dalam penulisannya, banyak sekali kegenjanggalan dalam isi ceritanya serta topik cerita yang diangkat masih monoton dan berkisar pada kisah persahabatan. Sehingga diperlukan buku bacaan yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan berbahasa anak yang sesuai dengan anak umur 8-10.

Hal yang membuat anak malas menulis, salah satu faktor utamanya adalah karena anak tersebut kurang suka membaca. Sehingga dia tidak tahu apa yang harus ia tuliskan. Faktor yang mempengaruhi biasanya adalah lingkungan rumah, tidak ada role model dalam membaca, orang tua tidak membiasakan anak untuk membaca. Kesalahan yang biasanya dilakukan oleh orang tua adalah mereka hanya membelikan anak buku lalu membiarkan anak membaca dengan sendirinya. Anak menjadi enggan membaca karena melihat orang tua mereka sendiri jarang membaca. Untuk usia sekolah dasar sendiri kemampuan otak mereka sudah sangat baik dalam menyerap materi-materi bahasa, sehingga dalam buku sendiri harus disuguhkan materi berbahasa yang benar-benar baik. Kesalahan lainnya adalah kurangnya kesadaran orang tua bahwa membaca adalah sebuah kegiatan yang dapat dilakukan bersama-sama. Padahal dari aktivitas tersebut selanjutnya bisa dijadikan forum diskusi dan akhirnya makin membuka wawasan anak akan hal-hal yang mereka belum tahu sebelumnya.

Untuk kesalahan guru sekolah sendiri lebih terkait pada kurikulum. Misalnya saja merangkai kalimat menurut Maylia kesalahan terjadi pada kurikulum yang

(40)

lebih menekankan pada menghafal teori. Contohnya pada saat sekolah, anak hanya diberi pengetahuan secara luas tentang majas, peribahasa, dan lain-lain tanpa anak tahu bagaimana cara mengaplikasikan materi tersebut dalam sebuah tulisan atau kalimat cerita. Hal-hal tersebut yang belum didapatkan dari sekolah kecuali dengan membaca.

Pertanyaan yang diajukan kepada guru Bahasa Indonesia Sekolah Dasar:

• Adakah siswa yang memiliki kesulitan dalam menuliskan sebuah cerita?

Kesulitan apa yang biasanya dialami siswa dalam belajar Bahasa Indonesia?

• Mengapa anak tidak suka menulis?

• Metode yang digunakan saat mengajar yang baik di kelas?

• Bagaimana cara meningkatkan kemampuan menulis ekspresif anak?

Berikut adalah hasil wawancara dari guru Bahasa Indonesia Sekolah Dasar:

b. Sasiati Asmarayoedha, Guru Bahasa Indonesia SDK Santa Clara

Pasti ada siswa yang mengalami kesulitan dalam menulis, biasanya anak kurang mengerti, harus dituntun dulu saat diberikan tema lalu langkah-langkahnya dan baru di jelaskan dalam satu paragraf itu harus ada berapa kalimat. Untuk kelas 3 belum bisa membuat kalimat yang terlalu banyak, pola kalimat masih terbatas. Kelas 4 jenis keterangan sudah lebih dari 2 selain keterangan waktu dan tempat. Salah satu cara untuk meningkatkan menulis adalah memulainya dari lingkungan keluarga terlebih dahulu, tiada hari tanpa menulis seberapa banyak atau sedikit tetap harus dilakukan rutin. Keikutsertaan orang tua sangat perlu dalam membiasakan anak mengekspresikan emosi dan gagasan lewat tulisan. Dengan begitu kemampuan tulis anak akan meningkat dan akan membantu guru di sekolah. Sebagai guru Bahasa Indonesia sendiri metode yang digunakan untuk mengajarkan anak menulis adalah memahami dulu apakah anak ini hobi membaca atau tidak. Anak-anak yang gemar membaca memiliki perbendaharaan kata yang banyak sekali. Sehingga jika saat anak tersebut suka membaca hasil tulisannya akan menjadi sangat baik, kadang bisa menyamai orang dewasa. Orang tua yang bijak saat anaknya berulang tahun akan memberikan hadiah buku bacaan yang sesuai dengan tingkatan umur dan kesukaan anak tersebut. Jika membaca dan menulis dianggap beban bagi anak, dengan

(41)

memberikan buku sebagai hadiah ini akan setidaknya membantu anak menjadi lebih antusias.

Pertanyaan yang diajukan kepada siswa-siswa Sekolah Dasar:

• Bagaimanakah pelajaran Bahasa Indonesia di sekolah?

• Bagaimanakah cara guru mengajar di kelas saat pelajaran?

• Apakah suka menulis? Mengapa?

• Jenis buku bacaan apa yang paling disuka?

Berikut adalah hasil wawancara dari siswa-siswa Sekolah Dasar:

c. Dwi dan Cinta, kelas 4

Keduanya menganggap Bahasa Indonesia merupakan pelajaran yang susah.

Unsur cerita susah. Dalam proses pembelajaran Bahasa Indonesia guru hanya menjelaskan tugas tanpa media bantu. Biasanya guru hanya menentukan tema karangan, kemudian membiarkan anak menentukan sendiri judul cerita yang akan mereka buat. Hal ini membuat anak merasa sangat kesulitan untuk mengembangkan tulisan mereka. Dwi dan Cinta juga mengatakan bahwa hanya terbantu sedikit dari penjelasan guru untuk menuangkan pemikiran mereka ke dalam karangan cerita.

Cinta lebih menyukai bercerita secara lisan daripada menuliskan cerita tersebut karena lebih spontan, tidak perlu berlama-lama memikirkan kata. Untuk jenis buku bacaan, Dwi menyukai menyukai jenis-jenis buku cerita rakyat sedangkan Cinta mulai menyukai novel.

d. Putri dan Fida, kelas 3

Keduanya merasa bahwa pelajaran Bahasa Indonesia merupakan pelajaran yang lumayan susah. Menulis cerita dan karangan menjadi susah bagi Putri karena kesulitan mengetahui kata-kata Bahasa Indonesia yang ia pikirkan kesulitan lainnya adalah Putri kesusahan untuk memulai menuliskan sebuah kalimat awal paragraf.

Dalam proses pembelajaran di sekolah kadang guru kurang memperhatikan siswa dan malah bermain handphone saat mengajar. Untuk bacaan buku sendiri Fida lebih menyukai komik dan Putri senang membaca cerita rakyat nusantara. Keduanya mengatakan mereka lebih merasa terhibur dan senang dengan adanya gambar-

(42)

gambar dalam buku. Fida sendiri pernah menulis buku harian dan merahasiakan isinya dari kedua orang tuanya.

Dari keempat narasumber anak-anak ditemukan fakta yang menarik, yaitu ketika ditanya tentang buku jenis apa yang paling sering mereka baca, dalam kesempatan yang berbeda, keempat-empat anak tersebut menjawab buku pelajaran.

Waktu perancang menjelaskan jenis buku selain buku pelajaran, keempat siswa ini baru menyebutkan buku-buku lainnya. Mengetahui hal tersebut, dilakukan peninjauan kembali ke orang tua, ternyata di rumah mereka memang tidak pernah membaca buku lain selain buku pelajaran.

2.3 Analisis Buku Interaktif Sejenis

Dalam penggunaannya, buku interaktif sudah sering dipakai sebagai media pembelajaran dan media hiburan bagi anak-anak dari segala usia. Buku interaktif sendiri menjadi kesukaan anak-anak mengingat visual yang disuguhkan oleh buku interaktif jauh lebih menarik daripada buku pada umumnya. Buku interaktif sendiri mampu mengajak anak-anak untuk berpartisipasi secara langsung, dengan interaksi anak lebih mampu mengingat materi yang disuguhkan di buku interaktif daripada buku-buku biasa.

Buku-buku interaktif yang beredar di Indonesia sendiri masih terbatas pada umumnya berjenis pop-up, play-a-song, mewarnai, pull tab dan lift-a-flap. Selain berbagai keunggulannya, buku pop-up memiliki kelemahan juga. Kelebihan buku interaktif adalah kelemahannya juga karena memiliki mekanik yang dapat membuat buku bergerak, atau muncul yang membuat tampilannya lebih berdimensi. waktu pengerjaannya cenderung lebih lama. Hal ini yang membuat harga buku interaktif lebih tinggi daripada buku biasa. Di Surabaya sendiri, buku interaktif lebih banyak ditemui di toko buku impor, dengan harga yang bervariasi.

Buku-buku yang digunakan untuk meningkatkan kemampuan menulis anak sendiri sudah ada, namun untuk pasar indonesia sendiri belum ada buku yang dibuat untuk membantu ataupun melatih anak dalam keterampilan menulis ekspresif.

Beberapa contoh buku yang digunakan untuk membantu anak dalam menulis:

(43)

Gambar 2.29 My Weird Writing Tips karangan Dan Gutman Sumber: http://www.readbrightly.com/7-books-to-get-kids-writing/

Gambar 2.30 Isi My Weird Writing Tips Karangan Dan Gutman

Sumber: http://harpercollinschildrens.tumblr.com/post/53841852577/my-weird- writing-tips-giveaway

Buku My Weird Writing Tips diperuntukkan bagi anak usi 8-12 tahun.

Ditujukkan untuk membantu anak-anak yang mengalami kesulitan dalam tugas menulis dan merasa bahwa tugas menulis adalah hal yang menakutkan dan merepotkan. Dengan buku ini anak diberikan kiat-kiat dan pengajaran dengan cara yang menyenangkan. Buku ini mencakup berbagai topik termasuk grammar tips dan struktur narasi. Ilustrasi karakter yang deformatif dengan penggunaan outline serta ekspresif dalam buku membantu bahan pengajaran menjadi lebih jelas dan menarik.

Gambar

Gambar 2.1 Under the Ocean karangan Anouck Boisrobert
Gambar 2.3 Baby Busy Books: Monkey Peeps! Karangan Stephen J. Barker  Sumber:
Gambar 2.5 Lost Dog! (Choose Your Own Adventure: Young Readers #31)  karangan R.A. Montgomery
Gambar 2.8 Touch & Feel: FARM (DK Touch and Feel) karangan Dawn Sirett  Sumber: https://www.goodreads.com/book/show/1296599.Touch_Feel
+7

Referensi

Dokumen terkait

 Dua jajaran genjang maupun belah ketupat belum tentu sebangun, meskipun perbandingan sisi yang bersesuaian sama belum tentu besar sudutnya sama..  Dua segitiga sama sisi

Metode ini adalah sebuah kerangka untuk mengambil keputusan dengan efektif atas persoalan yang kompleks dengan menyederhanakan dan mempercepat proses

Mekanika tubuh penting bagi perawat dan klien. 0al ini mempengaruhi tingkat kesehatan mereka. Mekanika tubuh yang benar diperlukan untuk mendukung kesehatan dan

Untuk membuat pengumuman berupa list, kita dapat membuat halaman baru dengan cara Klik , lalu misalnya kita isikan pada tiga bagian berikut,..  Name your

Konversi minyak jelantah sawit menjadi bahan bakar setara diesel melalui reaksi dekarboksilasi dengan pretreatment saponifikasi menggunakan Kalsium Hidroksida telah

Berdasarkan Tabel 1 menunjukkan bahwa hasil analisis bahan baku jahe segar dengan parameter kimia yaitu aktivitas antioksidan dari jahe emprit lebih tinggi

Mesin milik kategori ini dinyatakan disebut buldoser, yang mendorong tanah dan batu dengan pisau dipasang di ujung depan mesin. Berukuran besar Crawler

Desain form untuk melihat laporan daftar penjualan minyak dapat terlihat seperti pada gambar berikut :.