2. IDENTIFIKASI DAN ANALISIS DATA
2.1. Landasan Teori 2.1.1 Tinjauan Kampanye 2.1.1.1. Definisi Kampanye
Kampanye pada prinsipnya merupakan suatu proses kegiatan komunikasi individu atau kelompok yang dilakukan secara terlembaga dan bertujuan untuk menciptakan suatu efek atau dampak tertentu. Rogers dan Storey mendefinisikan kampanye sebagai serangkaian tindakan komunikasi yang terencana dengan tujuan untuk menciptakan efek tertentu pada sejumlah besar khalayak yang dilakukan secara berkelanjutan pada kurun waktu tertentu. Hal ini sejalan dengan definisi Snyder bahwa “Kampanye adalah tindakan komunikasi yang terorganisir yang diarahkan pada khalayak tertentu, pada periode waktu tertentu guna mencapai tujuan tertentu” (dikutip dalam Venus 7).
Merujuk pada definisi ini maka setiap aktivitas kampanye mengkomunikasikan setidaknya mengandung 4 hal sebagaimana yang diungkapkan oleh Venus (7), yaitu:
a. Tindakan kampanye yang ditujukan untuk menciptakan efek atau dampak tertentu;
b. Jumlah khalayak sasaran jelas;
c. Biasanya dipusatkan dalam kurun waktu tertentu dan ditetntikan dalama kurun waktu tertentu;
d. Melalui serangkaian tindakan komunikasi yang teroganisasi.
2.1.1.2. Tujuan Kampanye
Kampanye merupakan kegiatan yang dilakukan bersama untuk menyampaikan pesan-pesan ajakan kepada masyarakat atau mempengaruhi masyarakat agar dapat mengerti maksud dan tujuan dari apa yang akan dikomunikasikan. Segala tindakan dalam kegiatan kampanye dilandasi oleh prinsif persuasif yakni mengajak dan mendorong publik untuk menerima atau melakukan sesuatu yang sedang dikampanyekan. Adapun tujuan kampanye menurut Ostergaard (dikutip dalam Setiawan 3) :
a. Aspek kesadaran (Awareness), untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap tujuan yang ingin dicapai dalam kampanye.
b. Aspek Sikap (Attitude), mengubah sikap sesuai dengan yang diinginkan Dengan memunculkan simpati, rasa suka, kepedulian, keberpihakan terhadap isu kampanye.
c. Aspek Perilaku (Action), menggunggah seseorang untuk melakukan atau beraksi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dalam kampanye.
2.1.1.3. Jenis Kampanye
Jenis kampanye berhubungan dengan motivasi yang melatarbelakangi gerakan sebuah program kampanye. Charles U. Larson dalam buku Antar Venus “Manajemen Kampanye” membagi jenis kampanye ke dalam tiga kategori yakni:
a. Product-oriented campaigns adalah kampanye yang berorientasi pada produk, umumnya terjadi di lingkungan bisnis. Motivasi yang mendasarinya adalah memperoleh finansial. Kampanye dilakukan dengan memperkenalkan produk dan melipatgandakan penjualan sehingga memperoleh keuntungan yang ingin dicapai.
b. Candidate-oriented campaigns adalah kampanye yang berorientasi pada kandidat, umumnya dimotivasi oleh hasrat untuk meraih kepuasan politik. Karena itu jenis kampanye ini apat pula disebut dengan political campaign (kaampanye politik). Tujuannya adalah untuk memenangkan dikungan masyarakat terhadap kandidat yang dicalonkan oleh partai politik agar dapat menduduki jabatan-abatan politik yang diperebutkan melalui proses pemilihan umum.
c. Ideologically or cause oriented campaigns adalah jenis kampanye yang berorientasi kepada tujuan-tujuan yang bersifat khusus dan sering kali berdimensi perubahan sosial. Biasanya kampanye ini lebih difokuskan pada masalah-masalah sosial melalui perubahan sikap dan perilaku publik yang terkait. Tujuan dari kampanye sosial adalah menumbuhkan kesadaran masyarakat akan gejala-gejala sosial yang terjadi.
2.1.1.4. Komponen Kampanye
Kampanye memiliki berbagai komponen yang menyatu untuk menyampaikan pesan tertentu melalui berbagai media. bahkan tidak sadar banyaknya komponen iklan tersebut yang saling bekerja sama untuk mempengaruhi konsumen. Berikut adalah beberapa komponen yang menjadi bagian dari kampanye (Altstiel&Grow 134):
a. Advertising. Iklan media cetak maupun audio visual, seperti majalah konsumen, majalah dagang, dan majalah professional, siaran televisi, TV cable, radio, koran, billboards, transit.
b. Promotion. Promosi yang dilakukan oleh produk seperti penjualan jangka pendek, penawaran spesial, dan diskon.
c. Public relations. Melalukan hubungan dengan publik secara langsung melalui penyelenggaraan event, newsletter, print news releases, video news releases.
d. Internet marketing. Menggunakan media online seperti websites, iklan internet, search engine marketing, customer relationship marketingm dan program interaktif online maupun CD-ROM.
e. Sosial Media. Ketika sosial media juga berada di dalam web, namun mereka berbeda dengan Internet marketing– misalnya blog, social networking sites, bookmarking service, photo and video sharing, dan mashups
f. Direct marketing. Menggunakan database development, direct mailers (surat, kartu, dimensional mailers), fulfillment (mailing information or merchandise)
g. Mobile. Telepon selular pun menjadi sasaran iklan, misalnya the third screen, layar handphone, dan permainan dan banyak hal lagi yang berkembang sebelum muncul di publik.
2.1.2 Tinjauan Iklan Layanan masyarakat
Iklan bukan semata-mata pesan bisnis yang mencari keuntungan. Iklan juga berperan penting bagi kegiatan non-bisnis. Di negara-negara maju, iklan dirasakan manfaatnya untuk menggerakkan solidaritas masyarakat dalam menghadapi
masalah sosial. Dalam iklan tersebut terdapat pesan-pesan sosial yang bertujuan membangkitkan kepedulian masyarakat terhadap masalah sosial yang mereka hadapi iklan seperti ini disebut dengan iklan layanan masyarakat (Kasali 201).
Crompton dan Lamb memberikan definisi Iklan Layanan Masyarakat sebagai berikut:
“An announcement for which no charge is made and which promotes programs activites, or services, of federal, state: or local government or the programs, activities : or services of nonprofit organization and other announcements regarded as serving community interest, excluding tune signals, routine weather announcement, and promotional announcement“ (Kasali 201).
Jadi, Iklan layanan masyarakat adalah sebuah pengumuman yang tidak mengambil keuntungan dan mempromosikan program-program, kegitan-kegiatan, atau pelayanan-pelayanan dari pemerintah pusat/lokal, atau dari organisasi sosial, dan pengumuman-pengumuman lain yang dikenal sebagai pelayanan masyarakat, kecuali pengumuman cuaca yang rutin dan pengumuman yang berhubungan dengan promosi.
Iklan layanan masyarakat bertujuan untuk melayani kepentingan sosial tanpa menuntut imbalan. Untuk tujuan tersebut, iklan layanan masyarakat harus memenuhi beberapa kriteria. Menurut Ad Council (Dewan Periklanan Amerika Serikat), kriteria yang dapat dipakai adalah :
a. Non komersial
b. Tidak bersifat keagamaan c. Non politik
d. Berwawasan nasional
e. Diperuntukkan bagi semua lapisan masyarakat
f. Diajukan oleh organisasi yang telah diakui dan diterima g. Dapat diiklankan
h. Mempunyai dampak dan kepentinggan tinggi sehingga patut memperoleh dukungan media lokal maupun nasional (Kasali 202).
2.1.2.1. Ciri- Ciri ILM
Sebuah iklan layanan masyarakat memiliki ciri-ciri yang membedakannya dengan iklan lainnya, berikut adalah penjelasannya:
a. Ukuran ILM umumnya besar (1/4 atau ½ halaman surat kabar).
b. Pesan berupa himbauan, ajakan atau peringatan yang ditujukan pada masyarakat.
c. Iklan layanan masyarakat adalah iklan nonprofit, sama sekali tidak ada unsur komersial. Oleh karena itu, biaya pemasangannya uda cuma-cuma. Pemasangannya biasanya hanya dibebani pajak PPn 10% dari total biaya resmi.
d. Karena nonprofit, ILM justru mempunyai keuntungan yang luar biaasa untuk menciptakan good will, dan menumbuhkan image yang bagus. e. Selalu mencantumkan nama sponsor yang jelas, biasanya nama biro iklan
bekerja sama dengan departemen pemerintahan terkait dan media eksposurnya.
2.1.2.2. Contoh ILM
Gambar 2.1. ILM tentang bahaya aids Sumber: http://michaeljfaris.com/blog/wp-content/uploads/2007/08/wonderwoman-aids.jpg
Gambar 2.2. ILM tentang penganiayaan anak Sumber: http://adweek.blogs.com/photos/uncategorized
/2008/02/07/nspcc1.jpg
Gambar 2.3. ILM tentang menolak uji coba kosmetik pada hewan Sumber: http://www.ibelieveinadv.com/commons/enpa_makeup.jpg
2.1.2.3. Proses Perencanaan Periklanan
Menurut Sigit Santosa dalam buku Creative Advertising, Sebuah iklan diciptakan melalui sebuah proses perencanaan yang cukup panjang. Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut (21-28) :
a. Penjelasan Produk/Masalah (Product Brief)
Ini adalah proses awal penciptaan iklan. Briefing mengutarakan secara rinci produk/masalah yang akan diiklankan. Semakin lengkap briefing, semakin tajam pendekatan pemasaran maupun kreatif yang dibuat biro iklan.
Setelah penjelasan dipahami, langkah berikutnya adalah mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya dari internet, artikel majalah/Koran, buku, biro riset, wawancara kepada calon konsumen dan lain-lain.
c. Sasaran (What to say)
Tujuan pemilihan sasaran adalah untuk menentukan konsumen yang paling prospektif. Jadi, sasaran yang dituju bukan masyarakat, melainkan sekelompok masyarakat yang akan diajak berkomunikasi melalui iklan. Pemilihan sasaran ditentukan melalui 4 aspek, yaitu demografis, psikografis, geografis, behavior.
d. Memosisikan merek (What to say)
Memosisikan merk berarti menempatkan produk/masalah di tempat yang strategis di benak konsumen. Dalam istilah sehari-hari, ini disebut brand positioning.
e. Kreativitas pesan iklan (How to say)
Pada tahap ini pesan disampaikan kepada audiens. Menentukan pesan kreatif merupakan taktik untuk menyampaikan pesan dengan cara tertentu agar mudah diingat. Pesan harus memiliki appeal, yaitu membuat orang menoleh. Menarik perhatian (attention), merupakan suatu keadaan mental manusia pada tahap pengenalan terhadap produk/masalah melalui iklan. Menarik minat (interest), merupakan rasa ingin tahu, merasa ada kepentingan, dan keterpesonaan terhadap pesan tersebut. Mudah diingat (memorability), berarti iklan bukan sekedar untuk didengar saja, tapi harus memiliki daya rekat di ingatan.
Pendekatan pesan ada 2: Pendekatan emosional (heart), melalui pesan ini dapat memberikan rasa takut, senang, cinta, atau marah. Pendekatan rasional (head), ini merupakan pendekatan yang logis atau faktual.
2.1.2.4. Struktur Pesan dan AIDCA
Pesan merupakan hal yang mutlak dalam sebuah kampanye. Pesan mencakup informasi-informasi tentang topik yang diangkat serta mengajak audience untuk mau melakukannya melalui cara-cara persuasi.
Struktur pesan yang disampaikan kepada target audience dalam dua yaitu pesan verbal dan visual. Berikut adalah penjelasannya (“Desain Komunikasi Visual”, par. 13):
Pesan Verbal
Elemen verbal diutamakan mengali dan mengkomunikasikan semaksimal mungkin isi pesan dalam bahasa verbal. Unsur-unsurnya meliputi :
a. Headline
Headline adalah bagian terpenting dari sebuah iklan, yang berfungsi sebagai penarik perhatian khalayak. Letaknya tidak selalu pada awal tulisan, tetapi merupakan bagian pertama yang dibaca. Biasanya ditulis dengan huruf yang berukuran lebih besar dari yang lain, dan biasanya menggunakan kata-kata yang singkat, persuasif, artistik dan mudah dimengerti oleh khalayak.
b. Subheadline
Pernyataan tertulis untuk sedikit menjelaskan headline dan merupakan penghubung antara headline dengan body copy.
c. Body Copy
Body copy merupakan penjelas headline berupa teks iklan yang mengulas uraian pesan-pesan yang hendak disampaikan kepada calon pembeli. Sering disebut juga dengan amplifikasi
d. Baseline
Merupakan unsur lain yang biasanya ditempatkan dibagian bawah dari bidang keseluruhan (biasanya dicantumkan logo dan nama perusahaan serta slogan/tagline).
Pesan Visual
Elemen visual berfungsi untuk menampilkan daya tarik pada masyatakat, serta mendukung pesan verbal yang ingin disampaikan. Unsur-unsurnya meliputi :
a. Logo
Logo merupakan suatu identitas yang mengkomunikasikan secara luas tentang produk, pelayanan dan organisasi dengan cepat.
Pada umumnya tipografi tidak berdiri sendiri, tapi merupakan elemen grafis yang ikut menentukan keserasian komposisi suatu desain. Tipografi memiliki kemampuan untuk menarik perhatian, mudah dibaca dan menciptakan karakteristik objek yang di iklankan. Jenis huruf yang dipilih adalah jenis huruf yang berkesan dinamis, komunikatif, tegas, lugas, dan memiliki tingkat keterbacaan tinggi.
c. Warna
Warna merupakan elemen grafik yang sangat kuat dan provokatif. Memiliki pengaruh terhadap emosi manusia, dapat merangsang mata untuk menarik perhatian konsumen, dan dapat menjadi alat komunikasi untuk menciptakan mood seseorang.
d. Ilustrasi
Ilustrasi adalah penggambaran bentuk untuk menjelaskan atau menerangkan dan sekaligus menghias sesuatu, membuat daya tarik serta sebagai selingan ataupun rangsangan.
e. Layout
Layout berkaitan dengan pengaturan huruf dan visual pada permukaan 2 dimensi agar seluruh informasi dapat dibaca, jelas dan menarik. Layout merupakan pengaturan huruf dan visual pada sebuah cetakan atau halaman elektronik.
Dalam pembuatan iklan, untuk menghasilkan iklan yang baik, selain harus memperhatikan struktur iklan di atas, penting juga menggunakan elemen-elemen dalam sebuah rumus yang dikenal sebagai AIDCA, yang terdiri dari:
a. Attention (Perhatian). Iklan harus menarik perhatian khalayak sasarannya. Perangkat kreatif yang dapat digunakan untuk menarik perhatian, yaitu: ukuran, warna, headline, layout, dan pilihan jenis huruf (typografi).
b. Interest (Ketertarikan). Penggunaan kata-kata atau kalimat pembuka dalam iklan sebaiknya dapat merangsang orang agar mereka berminat dan ingin tahu lebih lanjut.
c. Desire (Keinginan). Iklan harus mampu menggerakkan keinginan orang untuk memiliki atau menikmati produk.
d. Convection (Keyakinan). Iklan harus mampu memunculkan keyakinan konsumen untuk memiliki produk. Konsumen akan mulai goyah dan emosinya mulai tersetuh untuk membeli produk tersebut.
e. Action (Tindakan). Iklan harus mampu membujuk konsumen agar sesegera mungkin melakukan suatu tindakan pembelian atau setidaknya menyimpan dalam ingatan untuk membelinya kelak. (Kasali 83)
2.1.2.5. Media Periklanan
Procter & Gambler adalah perusahaan yang pertama kali membagi media menjadi dua, Above The Line (ATL-Media Lini Atas) dan Below The Line (BTL-Media Lini Bawah. Dahulu, ATL dianggap mendatangkan uang pada biro iklan, sedangkan BTL nilainya kurang dibandingkan ATL. Namun dalam perkembangannya sekarang ini, orang iklan tidak lagi memisahkan kedua media ini. Kedua media kini dapat berbaur menjadi dalam suatu kampanye. Oleh karena itu, sekarang orang iklan menyebutnya sebagai Through The Line Media (TTL)(Santosa 17-19). Berikut adalah penjelasaan dari ATL, BTL dan TTL:
a. Above The Line
Media lini atas adalah iklan-iklan yang dibebani Agency Commission Fee yang telah disepakati dan telah ditentukan oleh P3I (Persatuan Perusaan Periklanan Indonesia), yaitu sebesar 17,50% dari netto. Yang termasuk dalam media lini atas antara lain koran, majalah, TV, radio, billboard, dan bioskop.
b. Below The Line
Media lini bawah adalah iklan-iklan yang hanya dibebani biaya produksi dan jasa. Yang termasuk BTL adalah brochure, kalender, POP (Point of purchase), direct mail, pameran dan event.
c. Through The Line
Pemanfaatan semua point of contact yang sesuai dengan perilaku konsumen untuk mencapai tujuan kampanye periklanan. Sebutan untuk segala kemungkinan media beriklan yang diciptakan khusus untuk target tertentu melalui cara beriklan yang tidak biasa dan tak terduga. TTL juga
2.1.2.5. Kampanye dan Iklan
Kebanyakan ahli periklanan setuju akan kebutuhan keseragaman (similarity) antara satu iklan dan yang lainnya dalam membantu keberhasilan sebuah kampanye. Dilain sisi, kotinuitas (continuity), digunakan untuk menggambarkan hubungan antara sati iklan dan iklan lainnya melalui sebuah kampanye. Keseragaman ini dapat berupa visual, verbal, aural (pendengaran), ataupun attitudinal (sikap) (Lane dan Russel 591-596)
a. Keseragaman Visual
Semua iklan dalam kampanye menggunakan satu jenis font dan layout yang sama, sehingga konsumen dapat mengenalinya dengan mudah. Seperti pada kampanye Georgia Tourism. Setiap ilustrasi dan tekhnik di iklan kampanye ini memiliki kesamaan. Konsumen dapat merasakan keterkaitan di tiap iklannya. Cara lain adalah dengan semua iklan kampanye menggunakan spokeperson atau karakter yang sama. Selain itu, juga dapat dengan cara memberikan peragaan yang sama.
b. Keseragaman Verbal
Seringkali sebuah kampanye menggunakan kata-kata atau ungkapan untuk menyimpulkan keunggulan produk, biasanya menggunakan kalimat yang “catchy”.
For hair so healthy is shines (Pantent) Have you driven a Ford lately? (Ford)
Where’s your mustache? (Milk)
From Sharp minds come Sharp products (Sharp)
Kata-kata dengan strategi yang baik seperti pengulangan akan keunggulan, tema, dan poin penting dapat membuat kampanye yang lebih baik.
c. Keseragaman Aural (Pendengaran)
Keseragaman aural dapat dibuat dengan disiarkan. Jingle dan lagu yang sama dapat digunakan di tiap iklan. Menggunakan suara dan sound effect yang sama. Sperti Mazda menggunakan “Zoom Zoom!”
Beberapa kampanye tidak memiliki tema yang sama di tiap iklan. Yang mereka lakukan adalah perlakuan yang sama. Setiap iklan menampilkan sikap yang konsisten terhadap produk dan konsumen yang menggunakannya. Sikap/tingkah laku/perlakuan dapat menjadi brand personality dalam suatu iklan kampanye. Seperti Nike dengan kampanye “Just Do It”, yang merupakan salah satu brand paling kuat di dunia, tidak hanya ia menjual produk tetapi orang ingin memiliki ikatan yang kuat dengan brand mereka.
2.1.3. Tinjauan Body Image 2.1.3.1. Pengertian Body Image
Body image disebut juga dengan gambaran tubuh atau citra tubuh. Dalam perancangan ini akan digunakan istilah body image. Body image merupakan bagian dari konsep diri (self image). Menurut Roberta Honigman & David J. Castle, body image adalah gambaran mental seseorang terhadap bentuk dan ukuran tubuhnya; bagaimana seseorang mempersepsi dan memberikan penilaian atas apa yang dia pikirkan dan rasakan terhadap ukuran dan bentuk tubuhnya, dan atas bagaimana kira-kira penilaian orang lain terhadap dirinya. Sebenarnya, apa yang dia pikirkan dan rasakan, belum tentu benar-benar merepresentasikan keadaan yang aktual, namun lebih merupakan hasil penilaian diri yang subyektif. Dacey & Kenny menyatakan bahwa body image adalah keyakinan seseorang akan penampilan mereka di hadapan orang lain. Schilder mendefinisikan citra tubuh sebagai gambaran tentang tubuh individu yang terbentuk dalam pikiran kita, atau dengan kata lain gambaran tubuh individu menurut individu itu sendiri (dikutip dalam Andea 25).
Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa body image tidak hanya apa yang dapat dilihat ketika bercermin, tetapi juga berhubungan dengan perasaan, persepsi, sikap dan penilaian individu terhadap tubuhnya meliputi bentuk tubuh, ukuran tubuh, dan berat tubuh yang mengarah ke penampilan fisik dan dapat bersifat positif maupun negatif.
2.1.3.2. Perkembangan Model Body Image
Standard kecantikan tubuh terus menerus berubah. Setiap zaman memiliki model body image tersendiri. (“Standar Kesempurnaan Bentuk Tubuh Dari Berbagai Era”, par.1) Pada abad 18, di seluruh dataran Eropa dan Amerika, perempuan yang dianggap memiliki bertubuh sempurna adalah perempuan yang bertubuh besar. Semakin besar tubuh perempuan, semakin tinggi harganya untuk dijadikan istri. Hal ini disebabkan pemahaman bahwa perempuan bertubuh besar memiliki pinggul besar, yang menunjukkan kekuatan rahimnya untuk melahirkan banyak keturunan. Terbukti dari berbagai lukisan yang dibuat pelukis di zaman itu bahwa perempuan yang digambar selalu perempuan bertubuh besar, yang merupakan standar kesempurnaan bentuk tubuh saat itu.
Mulai tahun ’50an-’80an, standar kesempurnaan mengikuti perkembangan fashion. Model citra tubuh pun berubah. Di tahun ’50-an, yang dianggap sempurna adalah bentuk tubuh kecil, lurus dan rata. Standar ini muncul dari fashion ikon pada saat itu, twiggy. Model tersebut dijuluki twiggy karena tubuhnya kurus seperti ranting; “twig”. Memasuki tahun ’80-an, standar kesempuranaan bentuk tubuh berubah mengikuti fashion ikon saat itu, Audrey Hepburn yang terkenal dalam film “Breakfast at Tiffany’s”. Tubuh yang sempurna adalah tubuh berlekuk seperti jam pasir. Pada abad 21, nampaknya standar bentuk tubuh kembali ke masa tahun ’50-an. Yang dianggap sempurna saat ini adalah perempuan kurus dan rata seperti seorang model. Sehingga sampai saat ini tubuh yang kurus dan langsing menjadi standard ideal.
Perkembangan standar ideal tubuh yang ditampilkan media berdampak bagi banyak perempuan di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia. Tubuh ideal yang ditunjukkan oleh media di Indonesia saat ini, yaitu tubuh yang langsing dan berkulit putih bersih. Nilai kebudayaan Barat mengajarkan individualitas, kerja keras, kontrol diri, dan kesuksesan. Individu mendapat pesan bahwa dengan melakukan diet dan olahraga yang cukup, segala sesuatu bisa diatasi. Perempuan khususnya mendapat pesan bahwa dengan tubuh yang sempurna, pekerjaan dan kehidupan pribadinya akan sukses (Barnard, par.6) Kultur Timur lebih mengutamakan bersosialisasi atau pertemanan yang kompleks. ini menyebabkan, masyarakat Timur seperti Indonesia berusaha tampil dengan tubuh sempurna
karena adanya persaingan untuk menjadi bagian dari sesuatu, dapat diterima oleh teman sebayanya atau lingkungan sosialisasinya.
2.1.3.3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Body Image
Ada 4 faktor hal yang mempengaruhi perkembangan body image, antara lain: a. Jenis kelamin dan Usia
Jenis kelamin adalah faktor paling penting dalam perkembangan body image seseorang. Sejalan dengan pendapat Dacey & Kenny bahwa jenis kelamin mempengaruhi body image. Perempuan lebih negatif dalam memandang body imagenya dibandingkan pria, khususnya pada usia remaja. Santrock menyatakan bahwa pada masa pubertas, remaja perempuan mengalami peningkatan lemak tubuh yang membuat tubuhnya jauh dari bentuk ideal. Remaja pria merasa lebih puas dengan peningkatan massa otot karena dianggap memiliki tubuh kekar dan gagah.
b. Media Massa
Tiggerman media mempertontonkan gambaran ideal hampir setiap hari dapat mempengaruhi body image seseorang. Tidak dapat dipungkiri bahwa media memiliki kekuatan yang besar dalam budaya sosial. Remaja saat ini lebih bahyak menghabiskan waktunya dengan teknologi dimana media disiarkan. Media mengajarkan bahwa perempuan ideal harus memiliki dada besar, pinggang kecil, ramping pinggul, tidak ada cacat, tidak stretch mark, dan keriput pun tidak. Rata-rata perempuan melihat 400 sampai 600 iklan per hari, dan ketika ia mencapai usia 17 tahun, mereka telah melihat kurang lebih 250.000 pesan iklan melalui berbagai media. Suatu studi dari Saturday Morning Toy Commercials menemukan bahwa 50% iklan yang ditujukan pada perempuan bicara tentang daya tarik fisik, sementara tidak ada iklan bagi kaum laki-laki yang merujuk pada penampilan. Studi lain mendapati 50% dari iklan di majalah remaja dan 56 % dari iklan televisi yang ditujukan pada penonton perempuan menggunakan kecantikan sebagai keunggulan produk. Iklan yang berorientasi perempuan ini yang dapat mempengaruhi remaja perempuan menjadi lebih minder mengenai tubuh mereka, dan
terobsesi atas penampilan fisik sebagai ukuran bahwa mereka berharga (“How does Today’s Advertising Impact on Your Body Image?”, par. 2).
Media membawa dampak dan pengaruh yang besar atas pembentukan citra perempuan cantik. Sebuah teori mengatakan bahwa:
“During childhood, adolescence, media exposure is part of a constellation of sociocultural factors that promote a thinness schema for girls and the muscularity schema for boys” (Harrison & Hefner, 2006; Smolak & Levine, 1996; Thompson et al., 1999).
Selama masa anak-anak dan remaja, liputan media merupakan bagian dari kumpulan faktor-faktor sosio-kultural yang mempromosikan skema kurus bagi para anak perempuan dan skema otot bagi para anak lelaki. Tubuh manusia dijadikan sebuah objek pajangan media. Sejak tahun 1980-an, majalah semakin menggambarkan tubuh perempuan dan laki-laki dalam keadaan telanjang yang diobjekkan. Misalnya, tubuh yang “dipahat” atau “dirobek”, atau otot-otot yang didramatisir seolah menjadi besi atau mesin. Di Indonesia iklan dengan pose di majalah cetak khusus bagi perempuan, pria atau remaja pun menerapkan strategi yang sama (Sadikin, par2). Penampilan karakter bertubuh kurus dianggap bersifat lebih baik dan lembut, bernasib malang sehingga mendapat pertolongan orang lain. Sementara itu, sebaliknya karakter bertubuh besar dianggap lebih jahat dan berkuasa, atau lucu, konyol serta menjadi bahan tertawaan. Hal ini bisa dikatakan sebagai dampak proses asosiasi yang sistematis dalam media.
c. Keluarga
Menurut teori social learning, orang tua merupakan model yang paling penting dalam proses sosialisasi sehingga mempengaruhi gambaran tubuh anak anaknya melalui modeling, feedback dan instruksi. Lingkungan keluarga merupakan lingkungan yang paling dekat dengan anak. Ikeda and Narworski menyatakan bahwa komentar yang dibuat orang tua dan anggota keluarga mempunyai pengaruh yang besar dalam gambaran tubuh anak- anak.
d. Hubungan interpersonal
Manusia cenderiung suka membanding-bandingkan diri dengan orang lain. Rosen dan koleganya menyatakan bahwa feedback terhadap penampilan dan
kompetisi teman sebaya dan keluarga dalam hubungan interpersonal dapat mempengaruhi bagaimana pandangan dan perasaan mengenai tubuh. Pikiran dan perasaan mengenai tubuh bermula dari adanya reaksi orang lain. Lingkungan sosial merupakan tempat yang penting bagi remaja. Hal yang penting bagi remaja dalam bersosialisasi adalah bagaimana komunitasnya dapat menerima seorang remaja dan mengganggapnya berharga. Hal inilah yang menyebabkan, remaja terus membentuk diri mereka sesuai dengan pandangan orang agar mereka berhasil membangun hubungan interpersonal (dikutip dalam Andea, 14).
2.1.3.4. Body Image Positif
Body image positif adalah ketika seseorang memiliki gambaran mental yang akurat dan benar tentang tubuh mereka, beserta perasaan, pengukuran, dan hubungannya dengan tubuh mereka sendiri secara positif, percaya diri, dan peduli pada tubuh mereka. Ketika seseorang memiliki body image yang positif, ia memiliki kunci self esteem yang positif.
Self esteem merupakan evaluasi pribadi dari keberhargaan dan keberartian diri sebagai individu, yang mengukur seberapa besar individu menghargai diri secara:
a. Fisik : seberapa senang kita dengan penampilan fisik?
b. Intelektual: seberapa baik kita merasa bahwa kita dapat menyelesaikan dan menyempurnakan tujuan-tujuan kita?
c. Emosional: seberapa besar kita merasa dicintai?
d. Moral: bagaimana kita berpikir tentang diri kita sebagai seseorang.
Self esteem yang tinggi membuat seseorang merasa lebih bahagia dalam menjalani hidup, karena membuat kira menjadi diri mereka sendiri dan tidak membiarkan orang lain mendikte mereka. Body image hampir tidak mungkin dilepaskan dari self esteem, sehingga jika seorang perempuan merasa tidak nyaman dan tidak bahagia dengan bentuk tubuhnya, ia juga merasa tidak bahagia dengan dirinya. Ini berbahanya karena perempuan menganggap kecantikan adalah perpaduan dari tubuh ideal, citra diri, konsep diri, kepercayaan, dan jati dirinya.
Akibatnya, apabila bentuk tubunya tidak ideal, hal-hal tersebut juga menjadi rendah lantaran semuanya itu dianggap sebagai suatu keseluruhan.
Suatu penelitian membuktikan bahwa pada para perempuan muda, daya tarik fisik berkorelasi positif dengan tingkat kebahagiaan serta penghargaan diri, dan berkorelasi negatif dengan tingkat neurotis atau kecemasan. Akan tetapi, pada laki-laki tidak ditemukan adanya hubungan antara sifat kepribadian dan penampilan fisik, yang mengindikasikan bahwa penampilan mempunyai dampak lebih kecil terhadap kesehatan mental laki-laki. Jadi, penampilan terkait erat dengan kesehatan mental perempuan, dimana citra tubuh positif akan mempengaruhi perkembangan rasa percaya diri yang dimiliki (Melliana, 90-95).
2.1.3.5. Body Image Negatif
Usia remaja merupakan usia yang sangat memperhatikan penampilan mulai dari penampilan wajah, rambut, bentuk tubuh, ukuran tubuh, dan masih banyak lagi. Ada beberapa remaja yang sangat tersiksa dan selalu merasa tidak puas terhadap penampilan mereka sendiri sehingga secara individu maupun sosial mereka tidak dapat berfungsi secara normal. Orang-orang ini mengalami ketidakpuasan citra tubuh yang disebut sebagai Body dissatifcation dan distorsi body image.
Body dissatifcation adalah ketidakmampuan seseorang dalam menilai ukuran tubuh secara akurat, akibat kesenjangan antara keadaan nyata dan keadaan tubuh yang ada dalam pikiran seseorang. Body dissatifcation ini biasanya melibatkan distorsi dan persepsi negatif tentang penampilan fisik mereka. Seseorang bisa saja mengatakan tubuhnya ”jelek”, saat orang lain mengganggap bahwa sebenarnya ia cukup menarik. Body dissatisfaction umumnya menyebabkan mereka mengalami penghargaan diri yang rendah dan banyak perempuan berjuang untuk menjadi lebih kurus. Remaja menyatakan bahwa mereka ketakutan untuk mendapatkan lemak dan keinginan utamanya adalah untuk menjadi lebih kurus. Perasaan malu yang kuat, kesadaran diri dan ketidaknyamanan sosial sering menyertai penafsiran ini. Sejumlah perilaku menghindar sering dilakukan seperti menghindari kontak dengan sisa ekstremitas, mengabaikan kebutuhan perawatan diri dan
menyembunyikan dari sisa ekstremitas lain. Body image memiliki rentang dalam suatu kontinum yang menunjukkan variasi tingkat keparahan sebagai berikut:
Tabel 2.1. Tingkat Keparahan yang Disebabkan oleh Body Image Negatif Body Image Continuum
Body/ Self Acceptance Body Image Dissatisfaction Weight Preoccupation/ Yoyo dieting Compulsive/ Emotional Eating Anorexia/ Bulimia
Bagi perempuan yang tidak berhasil mencapai tubuh ideal, ketika ia terus berusaha meyakinkan dirinya sendiri bahwa ia memiliki kendali atas tubuhnya sendiri dan kemudian gagal berulang kali, harga dirinya tersiksa. Kegagalan ini kemudian menyebabkan degradasi diri. Dampak yang dihasilkan ketika harga diri itu menjadi rendah adalah (Serani, par. 4):
a. Dapat menimbulkan kecemasan, stress, kesepian dan kemungkinan peningkatan untuk depresi.
b. Dapat menyebabkan masalah dengan persahabatan dan hubungan atau relasi dengan sesama.
c. Secara serius dapat mengganggu kinerja akademik dan pekerjaan.
d. Dapat menyebabkan keterbelakangan dan meningkatkan kerentanan terhadap perilaku yang merusak diri.
e. Yang terburuk dari semua, konsekuensi negatif itu sendiri memperkuat citra diri negatif dan dapat mengambil seseorang ke dalam spiral yang lebih rendah dan lebih rendah harga diri.
Body image negatif ini bisa saja mengarah ke gangguan klinis yang lebih parah, yaitu body dysmorphic disorder (BDD). Gangguan ini memiliki tiga aspek, yaitu ketidakpuasan dengan penampilan tubuh, preokupasi dengan aspek penampilan, dan terlalu melebih-lebihkan kekurangan tubuh. Furnham & Boughton (1995) menyatakan tingkat kepuasaan terhadap sosok tubuh yang tinggi diasosiasikan dengan tingkat harga diri sosial yang tinggi pula (Melliana 106). Oleh karena itu, ketidakpuasan terhadap sosok tubuh terutama apabila diikuti
harga diri yang rendah dan perasaan inadekuat. Perasaan yang negatif ini semakin membawa remaja tidak dapat menikmati hal-hal lain yang terjadi dalam hidup, membuat remaja menjadi pribadi yang sangat tidak efektif dan sulit berkembang ke arah yang lebih baik atau malah jatuh ke kehidupan gelap remaja.
2.1.4. Tinjauan Kecantikan
Menjadi cantik merupakan suatu dorongan alamiah yang dialami setiap perempuan. Definisi “cantik” itu sendiri sangatlah beragam dan relatif. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata cantik memiliki arti elok, molek (tentang wajah, muka); rupawan. Molek berarti sangat rupawan (tentang orang), cantik sekali (antara bentuk, rupa, dan lainnya tampak serasi) (150). Kata “cantik” berasal dari bahasa Latin, bellus, yang pada saat itu diperuntukkan bagi para perempuan dan anak-anak. Kata cantik sebagian besar mengacu pada sifat fisikal. Dewasa ini definisi kecantikan mengikuti pandangan Barat. Pandangan modern cenderung melihat kecantikan sebagai suatu atribut, sebagai suatu penampakan fisik. Ajang kontes kecantikan dunia lebih banyak ditujukan pada perempuan daripada laki-laki, mungkin bisa dikatakan perbandingannya 9:1 (Melliana 11). Miss Universe dan Miss World adalah dua kontes kecantikan paling top di dunia disamping kontes-kontes sejenis seperti Miss International, Miss USA, Miss Europe, Ratu Kecantikan Cina, atau yang lainya. Bahkan sejak 1950-an, kontes semacam ini sudah diselenggarakan untuk memperebutkan gelar “gadis paling cantik di dunia”.
Di berbagai belahan dunia, definisi cantik itu juga memiliki arti yang berbeda-beda. Di Brazil, perempuan dengan tubuh “gitar” dan langsing merupakan. Di Jepang, perempuan cenderung sangat memperhatikan kulit. Kulis perempuan jepang haruslah lembut dan dantik tanpa bekas. Selain itu perempuan berambut lurus dianggap cantik di jepang. Sama halnya dengan India, rambut merupakan simbol kecantikan di India. Berbeda dengan Iran, bagi perempuan disana kecantikan adalah memiliki hdung yang mancung dan mungil. Di Paris, yang dikatakan cantik adalah mereka yang langsing, anggun, cantik, dan berkelas. Karena perempuan Paris suka akan tubuh langsing, sehingga kebanyakan toko baju yang menyediakan ukuran 12 untuk perempuan. Hal yang menarik datang
dari Mauritania, perempuan gemuk dianggap menarik dan cantik. Semakin gemuk seorang perempuan, maka semakin banyak pria yang suka. Di Indonesia sendiri, cantik adalah tubuh langsing. Di Indonesia terdapat metode melangsingkan badan pasca hamil dengan menggunakan stagen yang dililitkan pada perut.
Dapat disimpulkan bahwa kecantikan adalah sesuatu yang bersifat fisikal yang dapat dilihat oleh mata, baik dari wajah, rambut, dan tubuh. Perempuan harus pandai-pandai dalam merawat tubuh dan wajahnya agar tampil menarik dan cantik. Kecantikan tidak dapat dideskripsikan secara detail karena bersifat relatif dan menuntut penilaian dari orang lain.
2.1.4.1. Kecantikan dan citra Timur
Martha Tilaar dalam bukunya “Kecantikan Perempuan Timur” mengatakan bahwa Kecantikan sejati merupakan perpaduan yang seimbang antara yang lahiriah dan yang batiniah yang dalam bahasa Jawa Kuno disebut “Rupasampat Wahyabyantara”(58).
Konsep kecantikan “Rupasampat Wahyabyantara” adalah konsep yang merupakan paduan yang harmonis antara dua unsur, yakni kecantikan lahiriah dan kecantikan batiniah. Kecantikan lahiriah adalah keelokan wajah dan tubuh. Sedangkan kecantikan batiniah adalah keluhuran budi yang memancar keluar dari dalam tubuh. Ini tidak menyimpang pula dengan khasanah budaya Indonesia yang sarat tata krama dan adat kebiasaan yang bisa menempatkan seseorang memiliki kharisma. Kecantikan lahiriah sering kali disebut dengan outer beauty berarti seorang perempuan sebaiknya pandai merawat diri, baik merawat rambut, merawat wajah, maupun tubuh. Banyak metode yang dapat dilakukan untuk mendapatkan kecantikan lahiriah melalui perawatan wajah secara tradisional menggunakan bahan alami maupun secara modern dengan menggunakan kosmetik yang sesuai; serta perawatan rambut dan tubuh. Sementara itu, kecantikan batiniah atau inner beauty adalah hal-hal yang menyangkut tingkah laku, tutur kata, keimanan, keluhuran budi, tata krama, dan adat kebiasaan seseorang. Semua unsur tersebut dapat diasah melalui latihan rohani, mencari pengatahuan yang bersifat keilmuan baik melalui pendidikan formal maupun non
formal. Jika hal-hal tersebut dilakukan dengan baik maka kharisma dan kepribadian yang matang dalam diri seseorang memancarkan kecantikan sejati.
2.1.5. Tinjauan Tubuh Gemuk
Gemuk merupakan kondisi dimana seseorang mengalami kelebihan berat badan. Pertumbuhan jaringan lemak yang berlebihan menimbulkan peningkatan berat badan. Peningkatan berat badan yang berlebihan menyebabkan seseorang tampak terlalu gemuk.
Istilah obesitas adalah suatu kondisi dimana berat badan seseorang jauh diatas berat badan normal. Hal ini disebabkan karena terjadi penumpukan (akumulasi) jaringan lemak di dalam tubuh secara berlebihan. Sedangkan overweight adalah suatu kondisi dimana berat badan seseorang relatif lebih tinggi dibandingkan terhadap standar normal. Orang yang overweight belum tentu mengalami obesitas, sedangkan orang yang mengalami obesitas pasti overweight. Penambahan berat badan dapat terjadi pula pada atlet yang berotot namun bukan disebabkan karena menambahnya jaringan lemak. Oleh karena itu seorang atlet tidak bisa dikatakan berat badan berlebihan, maupun obesitas (Wargahadibrata 2).
Walau pengukuran berat badan tidak akurat menggambarkan proporsi lemak pada tubuh, namun metode pengukuran Indeks Massa Tubuh (IMT) / Body Mass Index (BMI) sering digunakan untuk menentukan kategori berat badan berlebihan dan obesitas karena mudah dan sederhana. IMT menghitung dengan cara membagi berat badan (dalam kg) dengan kuadrat dari tinggi badan.
Rumus: IMT = Berat Badan (kg) Tinggi Badan(m)2
Terdapat dua pengklasifikasian IMT, yaitu menurut WHO dan untuk ASIA. Klasifikasi menurut WHO cocok untuk orang barat yang besar-besar, sehingga pada ahli membuat klasifikasi untuk orang asia, yang rata-rata berukuran lebih kecil. Kriteria obesitas pada anak dan remaja berbeda dengan orang dewasa karena anak dan remaja masih mengalai pertumbuhan sehingga grafik IMT untuk anak dan remaja mengikuti usia pertumbuhan.
Klasifikasi berat badan untuk orang dewasa menutur WHO dan kriteria Asia Pasifik dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 2.2. Klasifikasi Berat Badan Menurut WHO KATEGORI BMI (kg/m2) Underweight <18.5 Normal 18.5 – 24.9 Overweight >25 Pre Obese 25.0 – 29.9 Obese I 30.0 – 34.0
Obese II (Severe Obese) 35.0 – 39.9 Obese III (Morbidly Obese) >40.0
Gambar 2.4. Model Kegemukan Berdasarkan Klasifikasi IMT
Sumber: http://bookbing.org/wp-content/uploads/obesity-classification-chart.gif Tabel 2.3. Kasifikasi IMT untuk Asia Dewasa (WHO, 2006)
KATEGORI BMI (kg/m2) Underweight <18.5 Normal 18.5 – 22.9 Overweight >23 At Risk 23.0 – 24.9 Obese I 25.0 – 29.0 Obese II >30.0
Dari table IMT Asia diatas tampak bahwa seseorang dianggap mempunyai kelebihan berat badan bila IMT lebih dari 23 kg/m2, dan dikategorikan memiliki obesitas bila memiliki ILM diatas 25 kg/m2.
Untuk anak-anak pada masa pertumbuhan, penentuan berat badan menggunakan grafik CDC 2000. Dengan memasukkan data ke grafik dapat ditentukan posisi persentil tertentu, dengan klasifikasi sebagai berikut:
a. Persentil ≥ 95 : Obesitas. b. Persentil 75-95 : Overweight c. Persentil 25 – 75: Normal d. Persentil <25 : Kurang
Grafik CDC 2000 dapat dilihat pada gambar berikut ini:
Gambar 2.5. Grafik Penentuan IMT Berdasarkan Usia CDC 2000 Untuk Perempuan Usia 2-20 Tahun.
Gambar 2.6. Grafik Penentuan IMT Berdasarkan Usia CDC 2000 Untuk Laki-laki Usia 2-20 Tahun.
Sumber: http://geasy.files.wordpress.com/2008/08/cdc_page_042.jpg
2.1.5.1. Faktor-faktor Penyebab Kegemukan
Ada beberapa hal yang menyebabkan kegemukan terjadi. Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Genetik
Peneliti pertama kali menyatakan gen pembawa gemuk ketika meneliti seekor tikus gemuk, dan menamainya fatso genes, yang kemudian disebut FTO. Beberapa tahun kemudian gen ini ditemukan pula pada manusia. Inilah sebabnya kegemukan dapat diturunkan dari generasi sebelumnya pada
mengalami kegemukan. Dalam hal ini nampaknya faktor genetik telah ikut campur dalam menentukan jumlah unsur sel lemak dalam tubuh. Dr. Kirsty Spalding menemukan bahwa orang yang mengalami kegemukan memiliki fat-cells lebih banyak daripada orang normal. Meskipun seseorang mengurangi beratnya, namun sel lemak yang tersisa menyimpan lemak yang ada didalamnya dan selamanya butuh untuk ditambahkan.
b. Pola makan dan gaya hidup
Kebiasaan makan yang berlebih dan cara memilih makanan yang salah bisa menyebabkan kegemukan karena jumlah nutrisi yang masuk kedalam tubuh terlalu berlebih dan tidak sesuai. Kebiasaan lainnya seperti nyemil makanan ringan menyebabkan kandungan gula yang tidak dipakai tertimbun sebagai lemak. Peneliti mengatakan bahwa melewatkan makan pagi dapat menyebabkan resiko overweight dan obesitas. Gaya hidup suka makanan cepat saji membawa potensi lemak lebih banyak dan tidak sehat.
c. Kurang berolahraga
Meskipun jumlah makanan tidak berubah, tapi karena kurang berolahraga, sehingga jumlah kalori yang dibuang juga kurang, ditambah lagi dengan penimbunan jangka panjang, akibatnya badan menjadi gemuk dengan sendirinya.
d. Kelainan hormonal
Pengeluaran hormon perempuan sering mengalami kelainan, misalnya ketika mengalami gangguan haid dan metabolisme tubuh mengalami gangguan, mengakibatkan pola makan yang kurang baik, ini juga dapat mengakibatkan badan menjadi gemuk, terlebih lagi pada perempuan setengah umur yang sudah menopause terjadi penurunan fungsi hormon thyroid.
2.1.6. Tinjauan Remaja
Remaja atau adolescence berasal dari adolescere yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional. Masa kanak-kanak ditandai dengan adanya ketergantungan dengan orang lain (dependence),
menuju ke masa dewasa yang ditandai dengan adanya keinginan untuk bebas dari campur tangan orang lain (independence) (Hurlock 30).
2.1.6.1. Perkembangan remaja
Menurut Stanley Hall, Bapak Psikologi Remaja usia remaja berada pada rentang 12-23 tahun. Sedangkan, batasan Usia Remaja menurut Kartono dibagi tiga yaitu :
a. Remaja Awal (12-15 Tahun)
Pada masa ini, remaja mengalami perubahan jasmani yang sangat pesat dan perkembangan intelektual yang sangat intensif sehingga minat mereka pada dunia luar sangat besar. Remaja tidak mau dianggap anak-anak lagi namun belum bisa meninggalkan pola kekanak-kanakannya. Selain itu pada masa ini remaja sering merasa sunyi, ragu-ragu, tidak stabil, tidak puas dan merasa kecewa.
b. Remaja Pertengahan (15-18 Tahun)
Kepribadian remaja pada masa ini masih bersifat kekanak-kanakan tetapi mulai muncul unsur baru yaitu kesadaran akan kepribadian dan kehidupan fisik sendiri. Remaja mulai menentukan nilai-nilai tertentu dan melakukan perenungan terhadap pemikiran filosofis dan etis. Perasaan yang penuh keraguan pada masa ini mulai menimbulkan kemantapan pada diri sendiri. Rasa percaya diri pada remaja menimbulkan kesanggupan pada dirinya untuk melakukan penilaian terhadap tingkah laku yang dilakukannya. Selain itu pada masa ini remaja menemukan diri sendiri atau jati dirnya.
c. Remaja Akhir (18-21 Tahun)
Pada masa ini remaja dianggap sudah mantap dan stabil. Remaja sudah mengenal dirinya dan ingin hidup dengan pola hidup yang digariskan sendiri dengan keberanian. Remaja mulai memahami arah hidupnya dan menyadari tujuan hidupnya. Remaja sudah mempunyai pendirian tertentu berdasarkan satu pola yang jelas yang baru ditemukannya.
Berdasarkan tinjauan remaja diatas, dapat disimpulkan bahwa usia remaja merupakan masa-masa penting yang merupakan transisi dari anak-anak ke dewasa
dengan range usia 12-23 tahun. Selain itu pada masa remaja terjadi pembentukan pada kondisi psikis, fisiologis, dan sosial. emosional.
2.1.6.2. Ciri-Ciri Umum Masa Remaja
Hurlock menyebutkan bahwa masa remaja memiliki ciri-ciri khusus yang membedakan dengan tahap perkembangan lain. Ciri-ciri tersebut adalah:
a. Masa remaja sebagai periode yang penting. Remaja mengalami perkembangan fisik dan mental yang membutuhkan penyesuaian mental, pembentukan sikap, nilai, dan minat baru.
b. Masa remaja sebagai periode peralihan. Pada masa ini, remaja bukan lagi seorang anak namun bukan juga orang dewasa. Adanya peralihan status yang tidak jelas dan keraguan peran yang harus dilakukan. Adanya keinginan yang bersifat pertentangan dan perselisihan terhadap pendapat dan pandangan antara remaja dan orang dewasa. Remaja memiliki keinginan untuk melepaskan diri dari orang tua, namun mereka tidak berani ambil resiko atas tindakannya.
c. Masa remaja sebagai periode perubahan. Perubahan tersebut meliputi meningkatnya emosi, perubahan fisik, perubahan nilai-nilai. Sebagian besar remaja bersikap ambivalen terhadap perubahan.
d. Masa remaja sebagai usia bermasalah. Setiap periode perkembangan memiliki masalah sendiri, namun remaja merupakan masa yang sulit bagi banyak orang.
e. Masa remaja sebagai masa mencari identitas. Remaja mulai membentuk identitas diri yang membedakannya dengan orang lain. Remaja sering melakukan aktivitas berkelompok, sehingga bila mereka tidak mampu mengembangkan identitas dirinya akan terjadi krisis identitas. Beberapa cara yang biasanya dilakukan untuk mengembangkan identitas diri adalah menggunakan simbol status seperti menggunakan mobil, pakaian, penampilan, dan barang-barang lain yang mudah dilihat. Dengan begitu remaja menunjukkan identitas dirinya sebagai individu dan mempertahankan identitasnya sebagai anggota kelompok sebaya.
f. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistis. Remaja cenderung melihat dirinya dan orang lain sesuai dengan cara pandangnya sendiri. Sehingga seringkali remaja menjadi kecewa ketika idealisme atau keinginannya tidak sesuai dengan kenyataan.
2.1.6.3. Permasalahan Fisik Remaja
Sebagian remaja mampu mengatasi transisi ini dengan baik, namun beberapa remaja bisa jadi mengalami penurunan. Salah satu permasalahan yang menjadi masalah utama yang dialami oleh remaja adalah permasalahan fisik. Menurut Santrock, remaja merupakan masa pertumbuhan tulang-tulang dan kematangan seksual yang terjadi. Perubahan fisik yang terjadi pada remaja nampak pada saat pubertas yaitu meningkatnya tinggi dan berat badan serta kematangan sosial. Diantara perubahan fisik tersebut, yang terbesar pengaruhnya pada perkembangan jiwa remaja adalah pertumbuhan tubuh (badan menjadi semakin tinggi dan panjang). Selain itu Santrock juga menyebutkan bahwa remaja perempuan lebih merasa bermasalah dengan tubuh mereka daripada remaja laki-laki (91).
Pada dasarnya perubahan fisik remaja dipicu oleh kelenjar pituary dan kelenjar hypothalamus, yang menyebabkan terjadinya pertumbuhan ukuran tubuh. Pada masa pubertas, hormon seseorang menjadi aktif dalam memproduksi dua jenis hormon yang yang mempengaruhi pertumbuhan, yaitu Follicle-Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing Hormone (LH). Pada anak perempuan, kedua hormon tersebut merangsang perkembangan dua jenis hormon kewanitaan, yaitu estrogen dan progesterone. Pada anak laki-laki, LH merangsang perkembangan testosteron.
Pada remaja yang sudah selesai masa pubertasnya (remaja tengah dan akhir) remaja memperlihatkan minat yang semakin besar pada citra butuh. Kostanski & Gullone mengatakan hampir 80% remaja ini mengalami ketidakpuasan terhadap kondisi fisiknya yang tidak sesuai dengan standar budaya yang berlaku. Mereka sadar bahwa penampilan fisik berperan penting dalam hubungan sosial. Mereka juga sering membandingkan fisiknya dengan fisik orang
tubuh negatif (body image negative) dan kecenderungan gangguan makan (eating disorder). Levine & Smolak menyatakan bahwa 40-70% remaja perempuan merasakan ketidakpuasan pada dua atau lebih dari bagian tubuhnya, khususnya pada bagian pinggul, pantat, perut dan paha. (Elwork, par. 1).
2.2. Tinjauan Permasalahan
Pada usia remaja, perempuan memiliki kecenderungan untuk memperhatikan penampilannya terutama masalah bentuk tubuh. Bagi beberapa remaja, khususnya mereka yang memiliki tubuh gemuk, hal ini diikuti dengan perasaan tidak puas atas tubuhnya. Kurangnya rasa puas dan kecintaan pada kondisi tubuhnya membuat remaja berusaha memperbaiki dan ingin merubah bagian yang mereka tidak suka. Perilaku ini disebabkan karena body image yang rendah. Bukan berarti remaja tidak boleh mempercantik diri mereka, namun remaja harus memiliki body image yang positif dalam memperlakukan tubuh mereka.
Hal ini akan berakibat pada hubungan personal maupun interpersonal remaja. Pada usia ini, remaja cenderung bergabung dan berinteraksi dengan kelompok sosialnya untuk mengembangkan ketrampilan-ketrampilan sosialnya. Kondisi tersebut sejalan dengan salah satu tugas perkembangan yang harus dipenuhi oleh remaja yaitu memperluas hubungan interpersonal dan berkomunikasi secara lebih dewasa dengan kawan sebaya baik pria maupun wanita.
Remaja percaya bahwa kehidupan akan menjadi lebih baik ketika mereka cantik. Dampak yang ditimbulkan dari body image negatif adalah perasaan minder, tidak menerima diri sendiri, self-esteem yang rendah, bahkan degradasi harga diri, hal ini akan menyebabkan adanya ketidakharmonisan dalam kehidupannya. Sulit bagi orang yang memiliki self esteem rendah untuk mengekspresikan diri secara sosial maupun secara pribadi dan sebagai akibatnya mereka mungkin memiliki perkumpulan kecil atau tidak ada teman sama sekali. Hal ini dapat menyebabkan kesepian atau memiliki masalah untuk mencapai potensi penuh dari hubungan yang sehat di mana keterbukaan dan ekspresi adalah
2.2.1. Data Organisasi Pendukung Komunitas Xtra-Large Indonesia
Pendiri komunitas Xtra-L adalah Ririe Bogar, perempuan yang kebetulan terlahir dari keluarga dengan gen bertulang besar. Ririe yang tingginya 170 cm dengan berat badan 114 kg, kenyang dengan pengalaman pahit saat berhadapan dengan lingkungan yang berpola pikir picik terhadap orang bertubuh besar. Saat SMP dan SMA, ia pernah krisis percaya diri karena sering diejek gembrot, yang membuatnya malu berinteraksi dengan lingkungan. Ia juga pernah mengalami proses diet ketat, yang justru membuatnya sakit. Ia akhirnya sadar, menerima kondisi apa adanya dan tidak lagi melecehkan diri dan badannya sendiri untuk menjadi langsing. Ia bangkit, dan berinisiatif untuk membentuk komunitas Xtra-L, yang beranggotakan orang-orang yang merasa dirinya gendut, mau membuka wawasan bahwa tidak selalu semuanya diukur dari berat badan, beraktivitas bersama di bidang kesehatan, membangun motivasi dan kepercayaan diri bahkan juga merambah bidang bisnis bersama.
Motto : “Big not only in SIZE, we are also BIG in HEART” Facebook : Xtra-L Community Indonesia
Yahoo : [email protected] Logo :
Gambar 2.7. Logo Xtra-L community Indonesia
2.2.2. Fakta-Fakta Lapangan 2.2.2.1. Data wawancara
1. CW, mahasiswi usia 21 tahun
CW memiliki berat badan yang dapat dikategorikan sebagai big size (berat badan dirahasiakan). CW mengaku sering mendapat perlakuan yang kurang menyenangkan seperti menjadi bahan ejekan oleh teman laki-laki. Setiap kali ia melakukan sesuatu, seperti berganti model pakaian dan potongan
menjadi hal yang sangat ditakutinya. Hal ini berlangsung sejak CW duduk di bangku SMP. Pada saat SMA, CW merasa sangat minder karena sering di-bully oleh teman sekolahnya. Pernah suatu kali ketika ia merasa putus asa sekali, CW membeli obat pelangsing dan memaksakan untuk mengkonsumsinya di walaupun rasanya tidak enak. Berat badan yang diinginkan belum berhasil tercapai malah akhirnya CW jatuh sakit.
CW menyadari bahwa tubuhnya yang big-size sudah bawaan dari lahir. Sekarang CW menjalani diet hanya untuk jaga kesehatan saja. Mulai memasuki usia dewasa/kuliah, CW mulai berbenah diri, berdandan. Ada beberapa teman yang mau menerima CW apa adanya memuat CW dapat bangkit untuk menjadi lebih baik. Selainitu bergabung dengan komunitas bigsize membantunya mendapat pengalaman banyak.
Kesulitan yang dialami:
- Bahan ejekan teman-teman - Susah berjalan
- Susah cari baju dengan ukuran big size, memiliki keinginan untuk memaakai baju yang lucu-lucu seperti orang kurus tetapi tidak ada ukurannya.
- Ketika jalan bersama pasangan, banyak orang yang heran dan aneh. 2. FN, mahasiswi usia 20 tahun
FN memiliki berat badan awal 98 kg dan sekarang mengalami penurunan berat badan hingga 65 kg. Meskipun berhasil menurunkan berat badan sebanyak 33 kg, FN masih ingin menguruskan badan lagi sampai mendapatkan bentuk yang ideal. Tidak ada batasan berat badan yang diinginkan oleh FN namun ia mengaku hanya ingin lebih kurus sampai batas apa yang dianggapnya ideal. Alasan FN melakukan diet adalah merasa tidak nyaman, malu, dan engap. Karena sering bergerak, tubuhnya jadi mengganggu aktivitas. FN tidak bisa melakukan banyak hal (contoh lari, roll, lompat tinggi). Selain itu beban resiko lebih banyak.
FN memiliki pemikiran bahwa jika kurus ia dapat melakukan banyak hal yang memungkinkannya menjadi orang sukses. Dengan tubuh yang besar
sulit rasanya orang lain melihat hal-hal yang baik dalam dirinya. FN memiliki hobi diving. Dengan tubuh yang besar ini mungkin akan menyulitkan bagi para perenang untuk menyelam. Dengan berbagai macam perkataan-perkataan orang yang didengarnya seperti, “Mana bisa masuk kedalam air, pasti ngapung terus pelampungnya.” Pengalaman yang membekas yang pernah dialami ketika memiliki tubuh yang besar adalah pada saaat FN sedang diving. Pada waktu selesai menyelam dan akan naik kembali ke atas kapal, FN tidak bisa naik sendiri. Selama satu jam beberapa orang teman menariknya keatas kapal dan akhirnya berhasil. Hal ini membuatnya malu dan merasa tubuhnya menyusahkan untuk melakukan aktivitas-aktivitas yang disukainya.
Keuntungan yang dialami: a. Selalu duduk di jok depan Kesulitan yang dialami:
a. Merasa menyusahkan untuk melakukan hal-hal lain b. Merasa menjadi pupuk bawang
c. Tidak percaya diri 3. TW, pelajar usia 18 tahun
TW memiliki tubuh yang gemuk sewaktu SD, namun ia masih tidak mengerti arti kata cantik sehingga ia tidak terlalu mempedulikan penampilannya. Meskipun begitu sejak SD orangtuanya sudah menyindir TW secara tidak langsung dengan menunjuk-nunjuk orang yang badannya sangat gemuk dan berkata, “Nanti kamu seperti itu lho, kalo makan terus.” Selain itu TW memiliki kakak perempuan dengan tubuh yang langsing. Menurut pengamatannya kakaknya yang tubuhnya lebih kurus itu banyak disukai orang, memiliki banyak teman, dan terlihat lebih cantik. Orang tua TW juga sering membanding-bandingkan ukuran tubuh mereka ketika membelikan pakaian. Pakaian yang digunakan kakaknya lebih bagus dan menarik karena baju untuk orang dengan tubuh normal lebih banyak. Ia juga ingin mengenakan baju yang bagus dan sedang tren. Hal inilah yang kemudian membuat TW khawatir dan takut jika tubuhnya semakin besar.
Memasuki SMA, ia mulai mengerti tentang berbagai macam diet yang biasa dilakukan oleh para perempuan. TW berhasil menurunkan berat badannya yang semula 87 kg menjadi ukuran medium. Teman-teman masih suka bergurau dengan menyebutkan fisik dan ukuran tubuhnya yang dulu. Hal ini membuat TW menjadi minder dan memiliki ketakutan ketika orang lain pernah tahu ketika ia pernah gemuk apalagi melihat foto-foto lamanya. TW diet secara sembunyi-sembunyi dan dihadapan orang lain terlihat normal-normal saja. TW juga tidak ingin ada orang yang menanyakan berat badannya dan bagaimana cara ia sampai kurus karena ia tidak percaya diri ketika mengingat bahwa dirinya pernah gemuk.
Kesulitan yang dialami:
a. Takut memiliki berat badannya seperti dulu
b. Tidak bisa makan makanan yang terlalu berlemak dan banyak karena nanti tambah gemuk
c. Tidak percaya diri bergaul dengan orang lain 4. PK, Pelajar usia 17 tahun
PK mengalami kenaikan berat badan yang cukup banyak pada saat masuk SMP. Awal masuk SMP, ia masih belum memiliki keinginan untuk menurunkan berat badan. Namun kemudian PK mulai menyadari bahwa penampilannya sangat mempengaruhi hubungannya dengan teman-temannya. Banyak teman sekelasnya yang mengatainya “gendut” dan “babi”. Awalnya PK tidak terlalu merespon karena memang hanya sebatas bercanda. Lama-lama PK mulai risih dan merasa tidak nyaman dan sedikit marah karena bercanda temannya mulai keterlaluan. Setiap ada kata-kata yang berhubungan dengan berat badan atau hewan-hewan besar maka teman-temannya akan menunjuk PK. Beberapa teman menjauh perlahan-lahan tanpa mengatakan apapun. Namun PK menyadari bahwa itu karena mereka malu jalan dan bergaul dengan orang “gendut”. Mereka tidak ingin reputasinya jatuh dan dianggap anak culun. PK mengaku pernah menjalani beberapa macam diet, seperti diet karbohidrat, diet yoyo, dan tidak makan apapun selama 1 hari. Ia merasa tidak suka pada beberapa bagian tubuh tertentu seperti kaki. PK memiliki tipe kaki
yang besar. Ia merasa tubuhnya tidak proporsional dan tidak tahu apa yang harus dilakukannya untuk memperbaikinya. Ia takut ketidaksempurnaan tubuhnya ini mempengaruhi masa depannya dalam pekerjaan dan pasangan hidup.
Kesulitan yang dialami:
a. Tidak semangat ke sekolah dan berhadapan dengan teman b. Malu kalai dikatai dan dilihati orang
c. Minder, kurang percaya diri d. Susah diet
5. OS, usia 17 tahun, pelajar
Usia 17 tahun banyak pesta sweet seventeen yang menunggu. OS juga merupakan remaja yang merasakan hal itu. Keinginan OS untuk berdiet adalah agar baju muat dikenakan. OS mengaku merasa kurang puas dengan tubuhnya dan takut dengan gemuk. Setiap kali mencari pakaian tidak ada yang muat dengan tubunya karena size yang disediakan toko tidak besar. Apalagi untuk baju pesta yang bagus, OS mengatakan bahwa tidak pernah membeli baju pesta di toko karena tidak ada yang bisa masuk pada tubuhnya. OS membuat baju pesta sendiri di penjahit langganannya. Ia menceritakan bahwa ia merasa iri dengan teman-temannya yang langsing karena dapat memakai baju yang lucu, lagi ngetren, dan terlihat lebih bagus. Yang dapat ia kenakan hanya 2 buah baju pesta pada setiap acara, karena ibunya juga tidak mengijinkannya untuk membuat baju baru setiap kali ada acara. Berbeda dengan remaja lain yang dapat gonta-ganti baju baru sesuka mereka. Akhirnya, OS memilih untuk tidak datang pada pesta tersebut karena malu jika bajunya sama terus. Ia takut jika orang lain berpikir bahwa dirinya jadul atau kampungan. OS memberikan alasan lain seperti sakit atau ada acara keluarga pada temannya tersebut.
Kesulitan yang dialami: a. Susah cari baju bagus b. Gampang berkeringat c. Memakan banyak tempat
6. LH, usia 22 tahun, bekerja
LH mengatakah bahwa dirinya mengalami krisis kepercayaan diri. Waktu SMA, ia mengaku sering sekali dihina orang. Hal yang paling ia tidak suka adalah ketika orang lain menatap dengan tatapan mengeksplorasi dari atas sampai bawah. Ia merasa sedih kalau ada pandangan orang yang aneh terhadap dirinya. Memang LH berbadan besar tetapi ia tetap saja merasa risih jika ada orang menatapnya dengan perasaan tidak enak. Padahal ia memiliki cita-cita sebagai fahion designer namun karena tidak percaya diri maka ia belum dapat mencapainya.
Kesulitan yang dialami: a. Kurang percaya diri b. Gampang sedih sendiri
c. Kepikiran perkataan orang lain pada dirinya 2.2.2.2. Data Kuesioner
Rendahnya body image terlihat dikalangan remaja dengan rentang usia 15-23 tahun. Kuesioner disebarkan pada 85 orang perempuan di Surabaya. Berikut adalah hasil yang diperoleh:
Pertanyaan 1. Perawatan tubuh itu penting
Pertanyaan 2. Saya memperhatikan penampilan saya
Gambar 2.9. Jawaban pertanyaan kuesioner nomor 2
Pertanyaan 3. Saya merasa penampilan saya menarik
Gambar 2.10. Jawaban pertanyaan kuesioner nomor 3
Pertanyaan 4. Saya khawatir dengan pemikiran orang lain mengenai penampilan saya
Gambar 2.11. Jawaban pertanyaan kuesioner nomor 4
Pertanyaan 5. Saya ingin menurunkan berat badan
Gambar 2.12. Jawaban pertanyaan kuesioner nomor 5
Pertanyaan 6. Saya puas dengan ukuran tubuh saya saat ini
Gambar 2.13. Jawaban pertanyaan kuesioner nomor 6
Pertanyaan 7. Saya merasa tidak puas dengan salah satu bagian tubuh saya
Gambar 2.14. Jawaban pertanyaan kuesioner nomor 7
Pertanyaan 8. Bagian tubuh yang membuat saya tidak puas
Gambar 2.15. Jawaban pertanyaan kuesioner nomor 8
Jawaban lainnya : paha, dada, bokong, underweight
Pertanyaan 9. Media mempengaruhi citra tubuh perempuan dan bagaimana perempuan berpenampilan
Gambar 2.16. Jawaban pertanyaan kuesioner nomor 9
Pertanyaan 10. Pentingkan citra tubuh (pandangan seseorang tentang tubuhnya) yang positif daripada bentuk tubuh itu diinformasikan?
Pertanyaan 11. Menurut anda, media promosi apa yang paling sering anda temui?
Gambar 2.18. Jawaban pertanyaan kuesioner nomor 11
Pertanyaan 12. Media promosi apa yang paling menarik perhatian dan teringat dalam benak anda?
Gambar 2.19. Jawaban pertanyaan kuesioner nomor 12
Dapat disimpulkan bahwa remaja merupakan usia dimana penampilan merupakan hal yang penting. Remaja cenderung melakukan perawatan tubuh. Meski begitu sebagian besar menganggap penampilan mereka biasa saja. Kebanyakan dari mereka khawatir akan pandangan orang lain terhadap dirinya. Banyak remaja perempuan yang tidak puas akan bentuk tubuhnya. Dan sesuai dengan teori diatas bahwa media mempengaruhi remaja dalam berpenampilan. Disini dapat dilihat bahwa remaja mengerti bahwa body image itu penting untuk
2.2.2.3. Tinjauan Psikolog
Menurut Bu Yessyca Diana Gabrielle, selaku ahli psikologi, remaja merupakan waktu-waktu dimana mereka sangat memperhatikan penampilan. Penampilan sangat menentukan bagaimana remaja bersikap dalam berhubungan dengan orang lain. Untuk usia dewasa, faktor penampilan ini tidak terlalu mempengarhui mereka, karena fokus orang dewasa lebih banyak ke pekerjaan. Penampilan masih menjadi ukuran atau standar mereka, manum tidak sebanyak pekerjaan. Usia dewasa lebih berpikir rasional, mereka memikirkan masa depannya. Orang butuh uang untuk hidup, sehingga mereka harus bekerja dan membangun karir yang bagus. Dalam hal pasangan hidup pun, orang dewasa cenderung menomor tigakan penampilan. Nomor satu yang wajib dari pasangannya adalah soal pekerjaan, apakah ia dapat bekerja menghasilkan uang dan menghidupi keluarga. Diikuti dengan karakter dan kepribadian, dan barulah penampilan. Hal ini berlaku baik untuk pria dan wanita.
Jadi dapat dikatakan, body image issue memang cocok untuk usia-usia remaja dimana mereka mulai bergaul dan melihat teman-teman sebayanya yang berada di dunia luas. Mulai ada keinginan untuk menjadi sama dalam pergaulan mereka, mulai dari gaya berpakaian, penampilan, tutur kata, dan lainnya. Remaja cenderung tidak ingin berbeda dari kelompok sebayanya karena sesuatu yang berbeda itu dianggap aneh, kuper, atau jadul. Sehingga sering kali remaja mengikuti tren-tren yang berlaku di lingkungan sekitarnya. Penampilan menjadi prioritas utama remaja terutama untuk wanita.
Bagi remaja yang gemuk, penampilan sangat mengganggu. Ketika bercermin mereka saja tidak berminat. Remaja yang perlu dibimbing dalam hal ini, meskipun masalah ini bukan hal yang fatal. Namun ada beberapa kasus yang berakibat fatal. Remaja yang tidak bisa enjoy, merasa minder, dan mengalami krisis kepercayaan diri dalam menjalani hidupnya. Contohnya seorang remaja putri masuk ke kelas. Teman-teman memandanginya dengan tatapan menusuk. Remaja tersebut kemudian merasa sedih, malu, risih dan tidak nyaman berada di kelas. Akibat lebih jauhnya, ia tidak ingin bersekolah karena tertekan atau nilai-nilai akademisnya jatuh. Ada remaja yang percaya diri pada tubuhnya meskipun
sangat penting dalam membangun self-esteem remaja dan sangat penting untuk diberitakan bagi remaja.
2.2.3 Data Visual
Gambar 2.20. Pengaruh media terhadap body image 1 Sumber : www.stylewillsaveus.com/images/content/about/
pressreleases/FashionMagazine496x620.jpg
Gambar 2.21. Pengaruh media terhadap body image 2
Sumber : http://www.oncefashion.com/wp-content/uploads/2011/11/Fashion-Magazines.jpg
Gambar 2.22. ILM yang pernah dibuat oleh The Body Shop Sumber : http://locabelleza.files.wordpress.com/2010/05/lovebody.jpg
Gambar 2.23. ILM yang pernah dibuat oleh NOW Foundation Sumber :
Gambar 2.24. Publikasi media tentang komunitas xtra-large Sumber : http://www.facebook.com/groups/26010967463/
2.3. Analisis Masalah
2.3.1 Faktor penghambat dan Faktor pendukung
Faktor penghambat
a. Adanya suatu konstruksi sosial yang terjadi dalam masyarakat tentang image perempuan cantik. Perempuan diajarkan untuk selalu tampil menarik dan cantik jika ingin mendapatkan apresiasi atau dihargai.
b. Tubuh gemuk sering diasosiasikan dengan tidak cantik. Oleh karena itu banyak remaja gemuk sering merasa dirinya tidak cantik.
c. Mengubah pemikiran yang sudah terbentuk dalam diri seseorang bukanlah hal yang mudah. Karena konstruksi ini telah berlangsung dalam waktu yang sangat lama.
Faktor pendukung
a. Indonesia merupakan negara yang mulai berkembang yang mengikuti modernisasi. Di kota besar seperti Jakarta, masyarakat modern sudah mulai terbuka terhadap hal-hal baru (open-minded), memiliki toleransi dan
b. Media memiliki dampak yang besar terhadap pembentukan pencitraan diri. Orang tidak lagi asing dengan pemberitaan kampanye maupun iklan layanan masyarakat sehingga dengan menggunakan media dengan komunikasi yang tepat dan efektif dapat mengkomunikasikan pesan kampanye.
c. Remaja merupakan individu yang mudah menyerap hal baru dan masih dapat dibentuk pemikirannya terhadap hal-hal yang baru dan positif.
2.3.2. Peranan Masyarakat
Remaja membutuhkan suatu penerimaan dalam masyarakat. Pada masa inilah, remaja mencari identitas diri agar dapat eksis di masyarakat. Salah satu faktor eksternal yang mempengaruhi perkembangan remaja adalah komunitas teman sebaya. Remaja memberikan respon positif dan negatif terhadap yang dikatakan oleh komunitas mereka. Dari tinjauan-tinjauan diatas, dapat disimpulkan bahwa remaja berperilaku sesuai dengan pandangan masyarakat terhadap diri mereka. Diperlukan kerjasama yang baik dari berbagai pihak, terutama kesadaran dari seluruh lapisan masyarakat untuk memahami bahwa perempuan gemuk itu juga cantik.
Bagi organisasi pendukung Komunitas XL diharapkan kerjasamanya dalam menjadi figur yang dapat menularkan “virus-virus” positif serta memberikan motivasi-motivasi dan pengetahuan yang benar tentang bagaimana meningkatkan body image yang positif agar remaja menjadi lebih percaya diri dan dapat meningkatkan derajat hidupnya. Selain itu dapat menjadi wadah bagi para remaja saling support dan saling membantu satu sama lain.
2.3.3. Analisis Akar Masalah
What : Banyaknya remaja putri yang kurang puas terhadap ukuran dan bentuk tubuhnya terutama bagi mereka yang memiliki tubuh gemuk. Hal ini dikarenakan kurangnya penghargaan terhadap tubuh mereka sendiri dan mengalami body image yang negatif. Akibatnya mereka merasa minder, kurang percaya diri, dan